1

GAYA HIDUP HEDONISME DI KALANGAN REMAJA PUTRI

(Studi Kasus Komunitas Warung Bumi Ayu, Jalan Gunung Agung, Kota Denpasar)

Putu Ari Purwanti

Program Studi Antropologi Fakultas Sastra dan Budaya

Universitas Udayana

Abstract

Girls have a public image as a figure of tenderness, simplicity, caring, selflessness, stay home and not affected by a negative thing. But in fact, the girls in the community of Warung Bumi Ayu (WBA or Bumi Ayu Small Shop) are different. The behavior of girls in this community leads to a lifestyle that represents of hedonism. The hedonism lifestyle led to break of status such as skipped the class, breaking the school's rules, fighting, damaging the infrastructure (vandalism), smoking in the environment or outside of the school environment, the consumption of alcohol and breaking parent’s rules, breaking the law such as gambling, drugs using, free sex, and also illegal street racing.

Key Word : Girls, Life Style, and Hedonism

  • 1.    Latar Belakang

Remaja merupakan masa-masa yang paling menyenangkan pada umumnya. Fase perkembangan remaja merupakan masa yang paling rentan dan kritis. Hal ini dimaksudkan karena masa remaja merupakan masa penyempurnaan dari perkembangan pada tahap-tahap sebelumnya. Definisi remaja untuk masyarakat Indonesia memiliki batasan umur antara 11 tahun hingga 24 tahun dan belum menikah (Sarlito, 2003:11-14).

Globalisasi dan pergaulan teman sebaya mempengaruhi gaya hidup remaja. Hal ini terkait dengan konsumerisme yang dicerminkan oleh pengunaan IPTEK, trend fashion dari media massa, transportasi serta alat telekomunikasi yang kemudian membawa informasi kepada para remaja ini. Menurut Steven Miles, konsumerisme merupakan suatu pola pikir atau tindakan di mana orang membeli barang bukan karena dia membutuhkan barang melainkan karena tindakan membeli itu sendiri memberikan kepuasan kepadanya. Dengan kata lain, konsumerisme sebagai wujud pemuasan kebutuhan identitas dan makna, serta memiliki fungsi sosial dan ekonomis (dalam Soedjatmiko, 2008:9). Gaya hidup tersebut mempengaruhi ideologi dan perilaku remaja yang dapat kita lihat dalam gaya hidup hedonisme. Hal ini juga terjadi pada remaja putri komunitas WBA.

Remaja putri memiliki citra di masyarakat sebagai sosok kelembutan, kesederhanaan, kepedulian, ketidakegoisan, diam di rumah dan tidak terpengaruh oleh hal yang negatif. Namun faktanya, remaja putri di komunitas Warung Bumi Ayu (WBA) tidak demikian. Tampak perilaku para remaja putri dalam komunitas ini mengarah pada gaya hidup hedonisme. Gaya hidup hedonisme menimbulkan pelanggaran status seperti membolos sekolah, melanggar tata tertib sekolah, berkelahi, merusak infra struktur (vandalism), merokok di lingkungan atau di luar lingkungan sekolah, penggunaan minuman beralkohol dan melanggar jam malam yang diberikan orang tua, hingga pelanggaran hukum seperti perjudian, penggunaan narkotika, seks bebas dan juga track-trackan (kebut-kebutan).

  • 2.    Pokok Permasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan tersebut, maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut:

  • 1.    Apa saja bentuk aktivitas remaja yang dilakukan dalam komunitas WBA?

  • 2.    Apa faktor penyebab gaya hidup hedonisme di kalangan remaja putri WBA?

  • 3.    Bagaimana dampak gaya hidup tersebut terhadap dirinya sendiri, keluarga dan masyarakat?

  • 3.    Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

  • 1.    Untuk mengetahui bentuk aktivitas para remaja di komunitas WBA.

  • 2.    Untuk mengetahui penyebab gaya hidup hedonisme di kalangan remaja putri komunitas WBA.

  • 3.    Untuk mengetahui dampak gaya hidup tersebut terhadap dirinya sendiri, keluarga dan masyarakat di lingkungan sekitarnya.

  • 4.    Metode Penelitian

Sesuai dengan topik yang dikaji, penelitian ini berfokus di Warung Bumi Ayu, Jalan Gunung Agung, Gang Bumi Ayu, Banjar Kertha Dharma, Kelurahan Pemecutan, Kecamatan Denpasar Barat, Kota Denpasar. Adapun jenis penelitian yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dalam upaya memperoleh data yang lebih mendalam. Data yang diperoleh melalui Data dikumpulkan dengan metode observasi partisipasi, wawancara, serta studi kepustakaan. Teknik observasi partisipasi merupakan upaya peneliti untuk mengamati situasi di lokasi penelitian secara jelas dan nyata, tanpa ada yang ditutup-tutupi sehingga data yang diperoleh oleh peneliti sesuai dengan fakta realitas di lapangan yang benar-benar terjadi. Teknik wawancara merupakan pengumpulan data dengan menanyakan sesuatu kepada seorang informan dengan cara bercakap-cakap secara tatap muka. Teknik kepustakaan digunakan untuk mengetahui atau memperoleh data yang berkaitan dengan teori yang mendukung penelitian. Data yang dikumpul dianalisis dengan pendekatan deskriptif interpretatif yakni penjelasan mendalam dengan penafsiran atau pemaknaan terhadap gejala yang diteliti.

  • 5.    Gaya Hidup Hedonisme di Kalangan Remaja Putri Komunitas WBA 5.1 Bentuk Aktivitas Komunitas WBA

Sejak tahun 2003 komunitas ini sering melakukan aktivitas nongkrong di Warung Bumi Ayu. Anggotanya didominasi remaja laki-laki, namun tidak memungkiri adanya remaja perempuan dalam komunitas ini. Para remaja ini sama halnya dengan remaja umumnya mengaktualisasikan dirinya dengan cara berinteraksi dan membentuk suatu komunitas guna menjaga eksistensi dirinya di masyarakat atau kalangan remaja seusianya yaitu komunitas WBA (singkatan dari Warung Bumi Ayu). Remaja WBA melakukan aktivitas nongkrong di WBA disebabkan oleh munculnya oleh penolakan dari teman sebayanya, keluarga yang kurang harmonis dan ajakan dari teman-teman yang memiliki pemikiran yang sama.

Bentuk aktivitas lainnya dilakukan di lingkungan WBA (internal) dan di luar lingkungan WBA (eksternal). Aktivitas internal remaja WBA di antaranya mengadakan pesta (party), aksi corat coret tembok (vandalism) dan main spirit (judi kartu). Aktivitas eksternal remaja WBA yaitu mengikuti lomba layang-layang, olahraga bersama, tour ke luar kota, , track-trackan hingga clubbing atau ke tempat hiburan malam. Aktivitas yang mereka lakukan dalam wadah suatu komunitas memunculkan karakteristik tersendiri pada komunitasnya berupa penerimaan anggota baru, hubungan komunitasnya dengan komunitas lain, gaya hidup yang sama hingga penggunaan bahasa pergaulan.

  • 5.2    Faktor Penyebab Gaya Hidup Hedonisme

Efek dari era konsumsi yang telah dialami oleh berbagai lapisan masyarakat di dunia, tidak terkecuali remaja putri komunitas WBA. Sebagai remaja tentunya akan update terhadap apapun yang menjadi perkembangan trend dan juga IPTEK seperti style fashion, gadget, gaya rambut, bahasa pergaulan, tattoo dan masih banyak lagi gaya hidup lainnya. Inilah yang menyebabkan perilaku hedonisme muncul tanpa disadari oleh pelakunya. Budaya konsumerisme menjadi labelling dari berbagai pihak untuk mempertahankan citra mereka di masyarakat. Menurut Goffman (dalam

Sutrisno, 2005:81) labelling sering diartikan sebagai cap sosial atas seorang individu sehingga terjadi semacam kontrol sosial atas diri seorang individu. Gaya hidup konsumerisme yang dilakukan oleh remaja putri WBA merupakan salah satu penopang labeling pada diri remaja tersebut. Mereka akan mempertahankan label tersebut demi cap sosial yang mereka dapatkan agar tetap eksis di kalangan komunitasnya.

Gaya hidup konsumerisme yang dilakoni oleh para remaja putri WBA tentunya tidak terlepas dari peniruan (imitation) budaya baru yang berkembang saat ini. Imitasi merupakan proses sosial atau tindakan seseorang untuk meniru orang lain, baik sikap, berpenampilan, gaya bicara, gaya hidup, bahkan apapun yang dimiliki oleh orang lain (Ahmadi, 2007:52). Peranan imitasi dalam gaya hidup hedonis ini tidak kecil, terbukti dari para remaja putri WBA yang mengikuti perkembangan trend mode yang berkembang di masyarakat melalui televisi, majalah fashion, jejaring sosial serta kecanggihan teknologi lainnya. Faktor penyebab hedonisme lainnya adalah sugesti (suggestion) yang secara internal ialah pengaruh psikis, baik yang datang dari dirinya sendiri maupun orang lain, yang pada umumnya diterima tanpa adanya daya kritik. Sugesti dapat dirumuskan sebagai suatu proses di mana seseorang individu menerima suatu cara penglihatan atau pedoman-pedoman tingkah laku dari orang lain tanpa kritik terlebih dahulu (Ahmadi, 2007:54). Rasa takut akan di-bully, diejek, gengsi yang tinggi dan dijauhi teman-temannya karena ketidakmampuan remaja putri WBA untuk mengikuti gaya hidup lingkungan atau tempatnya bergaul dapat dikategorikan ke dalam sebuah sugesti.

Padahal kenyataannya tidak ada kata-kata yang jelas ataupun kritikan terhadap satu sama lain bahwa apabila memiliki gaya hidup yang berbeda ataupun berbeda kelas akan terjadi perpecahan ataupun adanya diskriminasi terhadap remaja putri tersebut. Apabila hal ini terjadi pada kalangan kelas sosial menengah ke bawah yang tentunya akan menimbulkan masalah baru di mana seseorang dengan kelas sosial rendah akan memaksakan kehendaknya dengan berbagai cara untuk menaikkan kelas sosialnya, dalam hal ini disebut dengan social mobility vertical (Soekanto, 2004:249).

  • 5.3    Dampak Gaya Hidup Hedonisme

Pada dasarnya perilaku hedonis berlanjut dan tidak bisa dihentikan ketika pelaku hedonis sudah tidak diterima di kalangan remaja putri biasa, sehingga pelaku hedonis sebisa mungkin mempertahankan gengsinya agar tidak dijauhi oleh teman sesama hedonisnya. Cara ini tentunya akan menimbulkan tekanan secara tidak langsung di dalam diri pelaku hedonis yang dituntut agar tetap eksis serta mengikuti gaya hidup yang mewah meski di luar kemampuan remaja tersebut. Kebutuhan ini mengarah pada munculnya hal-hal patologis seperti mencuri, “menjual diri”, hutang dan juga masuk ke dalam jaringan narkotika.

Gaya hidup hedonisme juga berdampak pada perubahan identitas si pelaku, di mana mereka seringkali menyangkal standar orang tua mereka dan memilih nilai-nilai teman kelompok atau sekawan. Lebih mementingkan kebutuhan konsumerismenya dibandingkan dengan pendidikannya. Mengubah baju sekolah mereka menjadi lebih menarik seperti membuat baju sekolah lebih ketat dan rok pendek serta rambut tidak diikat dan diwarnai, dan mereka cenderung memiliki prestasi yang rendah di sekolahnya. Tidak jarang mereka bolos sekolah hingga abstain selama beberapa hari hanya untuk memenuhi hasrat “bersenang-senangnya”. Selain itu pelaku hedonis akan lebih memuja uang dibandingkan dengan memuja keyakinannya (Tuhan), lebih memilih untuk pergi ke mall, rekreasi ataupun pacaran daripada ke tempat suci.

Dampak lain dari gaya hidup hedonisme adalah terhadap keluarga serta masyarakat di lingkungan sekitarnya. Citra negatif dan rasa malu akan pengaduan dari warga sekitar akan menyudutkan orang tua mereka secara psikologi. Terlebih lagi pandangan masyarakat terhadap perempuan lebih menonjol dibandingkan dengan laki-laki. Perempuan memiliki daya tarik yang sensitif. Penampilan seorang remaja putri yang menonjol rentan dipandang sensual oleh masyarakat terutama masyarakat di lingkungan yang awam dengan kemewahan. Tidak jarang remaja pelaku hedonis akan dikucilkan, menjadi buah bibir di lingkungannya dan memiliki citra “nakal”.

  • 6.    Simpulan

Berdasarkan uraian pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa komunitas WBA terbentuk dari ajang nongkrong yang kemudian memiliki aktivitas bersama baik yang dilakukan di lingkungan WBA (internal) maupun di luar lingkungan WBA (eksternal). Hasil dari berinteraksi dalam wadah suatu komunitas serta perkembangan IPTEK memunculkan gaya hidup konsumerisme tinggi, adanya peniruan (imitation) dan juga sugesti (suggestion) rasa takut akan dikucilkan oleh komunitasnya karena ketidakmampuan mereka berpenampilan yang serupa sesuai dengan trend masa kini. Dampak perilaku hedonisme terhadap diri remaja pelaku hedonisme adalah tekanan psikologis, perubahan identitas dan perubahan ideologi. Perilaku hedonisme juga berdampak terhadap keluarga remaja hedonisme serta tanggapan masyarakat seperti pencemaran nama baik keluarga, perilaku yang tidak sesuai harapan keluarga serta citra negatif di masyarakat.

  • 7.    Daftar Pustaka

Ahmadi, Abu. 2007. Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta

Kartono, Kartini. 1986. Kenakalan Remaja. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Sarwono, Sarlito W. 2003. Psikologi Remaja. Jakarta: RajaGrafindo Persada Soedjatmiko, Haryanto. 2008. Saya Berbelanja, Maka Saya Ada: Ketika Konsumsi dan Design Menjadi Gaya Hidup Konsumerisme. Yogyakarta: Jalasutra

Soekanto, Soerjono. 2004. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: RajaGrafindo Persada

Sutrisno, Mudji & Putranto, Hendar. 2005. Teori – Teori Kebudayaan. Yogyakarta: Kanisius