ANALISIS NILAI KAKAWIN RATNA PAUKIRAN
on
ANALISIS NILAI KAKAWIN RATNA PAUKIRAN
Ni Kadek Mirah Pravasta Priyastini
Jurusan Sastra Jawa Kuno Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana
Abstract:
Kakawin Ratna Paukiran is one kakawin minor. Kakawin Ratna Paukiran tells of a beautiful princess and a major all-around beauty who likes to be at sea and in the mountains. The princess craze surrounding mountains, it is also called the mountain girl.
Inside there Paukiran Ratna Kakawin life values that need to be disclosed in order to determine the values of what is contained in it. This study resulted in the analysis of value Kakawin Ratna Paukiran include: religious values, ethical values, educational values, and the value of heroism.
Keywords: Kakawin, Ratna Paukiran, and value
Karya Sastra Jawa Kuno juga sangat banyak memberikan sumbangan terhadap pembendaharaan kosa kata bahasa Bali, tetapi tidak boleh diabaikan bahwa Karya Sastra Jawa Kuno mengandung nilai etika, nilai moral-relegius, dan nilai estetika yang sangat tinggi. Salah satu karya sastra Jawa Kuno yang memiliki nilai-nilai tersebut adalah Kakawin.
Ditinjau dari waktu penulisannya, kakawin dapat dibedakan menjadi dua yaitu kakawin mayor dan kakawin minor.Kakawin Ratna Paukiran tergolong Kakawin minordan menjadi objek penelitian ini.Kakawin Ratna Paukiran merupakan salah kakawin tergolong minor karena kakawin ini ditulis di Bali jauh setelah pemerintahan kerajaan Majapahit. Kakawin ini sangat menarik untuk dikaji karena didalamnya terdapat tokoh utama yaitu seorang Tuan Putri. Tuan Putri adalah wanita yang sangat cantik dan mahautama yang berkeinginan menikmati keindahan pemandangan yang ada di pegunungan dan di laut. Kegemaran Tuan Putri mengembara ke pegunungan maka disebut juga dengan gadis pegunungan. Di dalam Kakawin Ratna Paukiran terdapat tokoh-tokoh diantaranya Tuan Purti, Maharsi, Raksasa dan dua orang
pembantu Tuan Putri, dalam kakawin ini tidak disebutkan nama-nama dari tokoh tersebut.
Karya sastrakakawin, salah satunyaKakawin Ratna Paukiranmemiliki nilai-nilai di dalamnya yang sangat berperan dan berguna bagi masyarakat yang membaca atau mengapresiasikan karya sastra. Di dalam Kakawin Ratna Paukiran terdapat nilai-nilai yang perlu diteliti lebih mendalam untuk dapat mengungkapkan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan metode kepustakaan sebagai langkah awal untuk menggumpulkan data. Selain metode kepustakaaan menggunakan metode deskripsi analisis dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta kemudian disusul dengan analisis (Ratna, 2009: 53). Secara umum, penelitian ini diharapakan mampu memberikan kontribusi bagi masyarakat, bangsa dan negara dalam mengapresiasikan karya sastra tradisional, di samping itu pula berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan Sastra Jawa Kuno pada khususnya. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai-nilai apa saja yang terkandung dalam Kakawin Ratna Paukiran.
Agama adalah keimanan manusia pada kekuatan diluar dirinya, dari mana dia mendapat kepuasan rasa atau penyaluran keinginan emosinya untuk mendapatkan kemantapan hidup. Keinginan manusia muncul dari desakan yang ada dalam dirinya. Dalam iman kita percaya bukan hanya otak tetapi juga jiwa dan rasa kita secara keseluruhan. Nilai agama merupakan aspek hidup pribadi atau kehidupan beriman (Cudamani, 1990:3).
Kepercayaan akan kebesaran Tuhanmendapat tempat yang paling mulia dalam sebuah karya sastra. Sastra dan religi pada zaman dahulu memang saling terpaut (Hartoko, 1984:77). Menurut Nurgiantoro (2013: 446) istilah relegius membawa
konotasi pada makna agama. Religius dan agama memang erat berkaitan, berdampingan bukan dapat melebur dalam kesatuan, namun sebenarnya keduanya menujuk pada makna yang berbeda.
Nilai relegius dalam sebuah karya sastra, bisa dilihat dari perkembangan kesusastraan Jawa Kuno dapat dihentikan dengan perkembangan Hindu di jawa, sehingga tidak berlebihan kalau dikatakan bahwa secara tematis karya-karya tersebut diciftakan maupun disadur tidak terlepas dari adanya pengaruh Hindu (Sudharta, 1992:3).
Bedasarkan pendapat para ahli di atas, dapat dikemukakan nilai agama yang terkandung dalam Kakawin Ratna Paukiran yaitu tirta yang sangat suci dapat menghilangkan luka. Tirta merupakan air suci agama Hindu. Dalam cerita Kakawin Ratna Paukian ini terlihat unsur magis tirta, yaitu dapat menyembuhkan atau menghilangkan luka Tuan Putri bekas gigitan Raksasa. Hal ini dapat terlihat dari kutipan berikut :
E mwa nira huryan ing waja ngane ndan angeesakena nala sang resi,
Éntun-yan sira din-yus ing parama-tirta wayutama sakéng guta manik,
Tusta katrini yan mapanggiha paran ucapa ri sukan ing sanagara,
Sajro tan hana dukha citta ri dhateng sang a ahayu sira katwang ing puri.
(KRPX.10)
Terjemahannya :
Nah luka Tuan Putri akibat gigitan gigi membuat Maharsi merasa kasihan, Itulah sebabnya dibersihkan dengan air tirta yang sangat suci dari tempayan permata,
Bagaikan lenyap luka dan duka beliau kembali bersinar membuat hati terpesona,
Lemah gemulai langkahnya diiringi pembantu yang tak pernah berpisah.
-
2.2 Nilai Etika
Etika dalam ajaran agama Hindu disebut dengan tata susila yaitu peraturan mengenai tingkah laku yang baik dan mulia yang harus menjadi pedoman hidup manusia (Mantra, 1989: 5).
Moral merupakan suatu norma tentang kehidupan yang telah diberikan kedudukan istimewa dalam kegiatan atau kehidupan sebuah masyarakat (Atar Semi, 1993: 71). Untuk itulah nilai etika menjadi bagian terpenting dalam sebuah karya sastra. Oleh karena itu nilai etika sangat penting di dalam karya sastra. Nilai etika dalam Kakawin Ratna Paukiran tercermin dari tingkah laku tokoh-tokohnya. Seperti Tuan Putri yang memiliki pilaku hormat dalam berhadapan dengan Maharsi ketika bertemu di pasraman. Prilaku hormatnya itu tercemin ketika Tuan Putri meninta diajarkan ilmu pengetahuan kepada Maharsi. Dengan hormat Tuan Putri memintanya. Selain itu, Tuan Putri juga menunjukan prilaku hormatnya dalam berkata dengan Raksasa, meskipun Tuan Putri sudah mengetahui bahwa raksasa itu sebenarnya jahat dalam merayunya. Hal ini dapat dilihat dari bait-bait berikut ini :
Ambĕk śuddha mawéh lĕngĕng twas ira sang dyah molah ing aśrama, Marmma twang humayat gunottama winéh tranggé sinuksméng hati, Lila mawit ijöng maharsya misata tan san kalih cétika,
Lwir tan nrĕsnasiran mangaryan ing asih wĕdhya katayan asih.
(KRPVI.3)
Terjemahannya :
Pikiran suci ditambah lagi keelokan si cantik beliau menarik hati Tuan Putri untuk tinggal di Pasraman,
Sangat hormat memohon diajarkan ilmu pengetahuan yang akan dipegang teguh dalam hati,
Dengan hormat memohon diri kepada Maharsi diikuti oleh dua orang pembantunya,
Seperti tidak sayang terhadap ajaran weda tetapi sesungguhnya Ia terpesona.
E rakryan syapa kariké kitan panantwa,
Tag wruh ngwang sang apa ngaran ta rupa sampa,
Lwir Hyang Manmata ri hidhĕp ku yat panonton,
Nghing tunggal kaparita hangkwa dén ta mojar.
(KRPVIII.7)
Terjemahannya :
Wahai tuan siapakah engkau yang menyapa,
Saya tidak tahu siapa namamu yang berwajah tampan,
Bagai Dewa Asmara aku rasa saat melihatmu,
Tetapi ada satu keraguanku ketika mendengar bicaramu.
Selain Tuan Putri, tokoh lain yang mencerminkan nilai etika yaitu Maharsi. Maharsi yang mempunyai rasa welas asih dan berbudi perketi yang baik, sangat sopan dalam bertutur kata. Tata cara Maharsi dalam berucap yang sopan terhadap Raksasa mampu menghilangkan kemarahan Raksasa dan menolong Tuan Putri dari bahaya. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut :
Tan simpang sagatin ta tembya kita tema kalawan ika sawang araras,
Aywa krura bapang ku lilan i manah gayayakena sasinuring ulah,
Acédyan i bapang ku tan kenaha ring pati pangayaya aywa mangkana, Ndah mangké kitan somya rupa palakun ri kita waranugrahéng hulun.
(KRPX.8)
Terjemahannya :
Tidak akan gagal tujuanmu memperistri dia yang sangat cantik, ulangi lagi merayu,
Jangan marah anakku, hibur hatimu, lakukan perbuatan yang beretika,
Karena sudah pasti engkau tak bisa dicelakai dan dibunuh, makanya jangan berbuat begitu,
Sekarang kembalikan wujudmu, kami semua memohon anugrahmu.
-
2.3 Nilai Pendidikan
Pendidikan berfungsi memberikan suatu gambaran tentang tingkat-tingkat berfikir seseorang dari yang rendah sampai yang lebih tinggi, sehingga nilai pendidikan sangat penting dalam sebuah tatanan masyarakat. Nilai pendidikan dalam Kakawin Ratna Paukiran sangat penting diungkapkan, karena nilai yang diungkapkan oleh Kakawin Ratna Paukiran senantiasa dilandasi oleh dharma. Dharma dalam pendidikan sangat erat berkaitan karena pendidikan harus berlandaskan dharma dalam proses pembelajarannya.
Selanjutnya akan dibahas mengenai nilai pendidikan dalam Kakawin Ratna Paukiran. Nilai pendidikan terlihat dari nasehat yang diberikan Maharsi kepada Raksasa agar tujuan dari Raksasa berasil memperistri Tuan Putri. Maharsi mengatakan agar Raksasa mengambil hati Tuan Putri dengan cara melakukan perbuatan yang baik yang membuat hati Tuan Putri senang dan tidak gegabah dalam bertindak apalagi melakukan perbuatan yang tidak beretika. Nasehat Maharsi kepada
Raksasa tersebut menceriminkan nilai pendidikan yang berlandaskan dharma yang patut diajarkan kepada seseorang dalam mecari pasangan hidup. Nilai pendidikan ini terdapat dalam Kutipan Kakawin Ratna Paukiran sebagai berikut :
Pét-pét sakaring masih sang araras gumawaya sukan ing manah nirah, Yogyan-yan wlinĕn sang arjja pacaran ta tuhu sira kinatwan ing harum, Mattangyan kita śaktiman ta winuwus kita saphala patĕmwa nghayan, Ndah haywagya siran mané rum abhasa kita kadi ulah ing hinaśraya.
(KRPX.6)
Terjemahannya :
Berusahalah mengambil hati Tuan Putri, lakukan apa yang membuat hatinya senang,
Sebaiknya sang putri yang kau cintai dilepaskan, sebab dia ibarat dewa kencantikan,
Karena engkau maha sakti, segala ucapanmu berhasil, maka sepantasnya kalian bergandengan tangan,
Namun janganlah lagi engkau memperkosa bagai tindakan orang lemah.
-
2.4 Nilai Kepahlawanan
Siti Bareroh Baried dkk, mengungkapkan kepahlawanan dengan arti, antara lain :
-
1. Pendiri suatu agama atau suatu negara.
-
2. Orang yang sempurna karena memiliki sifat luhur seperti berani, kuat, pemurah, penuh keterampilan, memiliki yang super dengan berbagai keajaiban yang dapat diakukan dan setia.
-
3. Pemimpin perang dan yang gugur dalam medan perang.
-
4. Tokoh utama dalam karya sastra (dalam Pradnya 1983 : 25).
Berdasarkan pengerian diatas, maka nilai kepahlawan yang terdapat dalam Kakawin Ratna Paukiran dilihat dari seorang tokoh yakni Maharsi yang menyelamatkan Tuan Putri dari bahaya. Dengan kepandaianya dalam bertutur kata dan tahu cara menghilangkan kemarahan Raksasa. Maharsi berasil menyelamatkan Tuan Putri yang sedang dalam keadaan berbahaya. Kepintaran Maharsi dalam bertutur kata sehingga Raksasa bersedia melepaskan Tuan Putri, secara tidak
langsung menjadikan Maharsi sebagai pahlawan dalam menolong Tuan Putri. Uraian diatas dapat dilihat pada bait berikut :
Na ling sang paramartha tatwa rĕsi pandita humujar i murkka duskrĕta, Ngkan rep somya rata swa-rupa rumrngö ri wuwus ira maharsya ngastawa, Tusta twasn-ya hinastawa karanan ing mari sira magĕlĕng tuninggala, nghing karya mĕkas sang hujar panamaya sang ahayu keri śoka kasyasih.
(KRPX.9) Terjemahannya :
Demikian ucapan Sang Maharsi yang sangat pandai menasehati Raksasa jahat, Kemudian terdiam tenang lalu merubah wujudnya menjadi tampan setelah mendengar ucapan pujian Sang Maharsi,
Senang hatinya dipuji, itu menyebabkan hilang ditinggalkan kemarahannya, Namun Sang Putri yang dimohonkan masih seperti tadi tergeletak sedih sangat menghibakan.
Kakawin Ratna Paukiran sarat akan nilai-nila yang terkandung di dalamnya. Nilai-nilai yang tekandung dalam Kakawin Ratna Paukiran adalah nilai agama yang mengandung kekuatanmagis. Tirta merupakan air suci agama Hindu yang dapat mengihangkan atau menyembuhkan luka karena terdapat unsur magis di dalamnya. Nilai berikutya adalah nilai etika, untuk memberikan gambaran perilaku yang baik dan perilaku yang buruk. Kemudian nilai pendidikan adalah mengajarkan perbutan yang berlandaskan darma atau kejujuran dalammencari pasangan hidup. Yang terakhir adalah nilai kepahlawanan mencerminkan jiwa penolong dan penyelamat ketika terjadi bahaya.
Daftar Pustaka
Cudamani. 1990. Penghantar Agama Hindu untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Yayasan Dharma Sarathi.
Hartoko, Dick. 1984. Manusia dan Seni. Yogyakarta: kanisius.
Mantra, Ida Bagus. 1989. Tata Susila Hindhu Dharma. Denpasar: DharmaSarathi.
Nurgiantoro, Burhan. 2013. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah MadaUniversity Press.
Pradnya, I Ketut. 1983. “Tinjauan Estetis Nilai-Nilai KepahlawananGeguritanPurwa Sengara Cokorda Denpasar”. Denpasar: Skripsi Fakultas SastraUniversitas Udayana.
Ratna, Nyoman Kutha 2009. “Teori, Metode, Teknik Penelitian Sastra”. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Semi, Atar. 1993. Kritik Sastra. Bandung: Angkasa.
Sudharta, Tjok Rai., dkk. 1992. “Kajian Nilai Uttara Kandha”, Laporan Penelitian. Denpasar: Fakultas Sastra Universitas Udayana.
8
Discussion and feedback