Teks Satua Crukcuk Kuning, I Pucung dan I Botol Teken I Samong: Analisis Penokohan dan Amanat
on
ABSTRAK
This research was discused about the text of Satua Crukcuk Kuning, I Pucung and I Botol teken I Samong with characterizations and message in the story analysis. The aims of this analysis are to describe how the author act the characters and describing the message in the story that contained in text of Satua Crukcuk Kuning, I Pucung and I Botol teken I Samong.
This research used the structural theory. This theory was used by many opinions of literary experts such as : Ratna, Endraswara, Teeuw, and Nurgiyantoro. The methods and technic that use in this research was devided into three steps there are, 1) provision data step, using reading method, helped with translation technic and writing technic 2) analysis data using qualitative method helped with using analytic descriptive technic 3) presentation the result of the analysis using informal method helped using deductive-inductive technic.
The results that we get from this research are the revealed narative structure that consist of incident, plot, characters, background theme, and message in the story. Besides that, this research can be revealed the characterizations aspect that was describing based on (fisiologic, sociologic and pshicologic) and the characterizations (analytic, dramatic and combined). The message in the story that consist of Satua Crukcuk Kuning, I Pucung and I Botol teken I Samong are about falseness, brotherhood, attitude good moral, good leadership and help each other.
Keywords : satua, structure, characterizations and message in the story
Satua merupakan salah satu karya sastra dari kesusastraan Bali purwa (tradisional) yang banyak ditemukan dalam masyarakat Bali. Satua atau dongeng (bahasa Indonesia) bersifat anonim, yakni tidak diketahui siapa pengarangnya (Antara, 1990: 7). Satua dalam Kamus Bali-Indonesia adalah cerita dan masatua berarti bercerita (Anom, dkk, 2008: 627). Satua adalah istilah dalam bahasa Bali untuk menunjuk karya jenis dongeng. Menurut Danandjaja (1984: 83-84), dongeng adalah cerita prosa rakyat yang tidak dianggap benar-benar terjadi. Dongeng diceritakan terutama untuk hiburan, walaupun banyak juga yang melukiskan kebenaran, pelajaran (moral), atau bahkan sindiran.
Penelitian ini menggunakan tiga satua dari 24 satua yang terdapat dalam buku satua-satua Bali yang dikumpulkan oleh I Nengah Tinggen dan diterbitkan kembali oleh Balai Bahasa Denpasar. Kumpulan satua I Nengah Tinggen tersebut meliputi : Basong Kalikun, I Belog, Men Cakepal, Pan Dira Pan Waya, Sang Lutung teken Sang Kekua, Pan Brengkak, I Lacur, I Ubuh, Crukcuk Kuning, I Pucung, Mpu Gandring, I Belog Maktu, Galuh Payuk, I Cekel, Raden Jajarpikatan, I Kulen, I Sigir Jlema Tuah Asibak, Galuh Pitu, I Lengar, I Buta teken I Rumpuh, Ayam Ijo Sambu, I Botol teken I Samong, I Tuung Kuning, Pan Balang Tamak. Dari kumpulan satua tersebut, satua yang diteliti adalah Satua Crukcuk Kuning, I Pucung, dan I Botol teken I Samong. Satua ini sangat menarik karena di dalamnya mengandung nilai-nilai kehidupan yang dapat dijadikan cerminan dalam kehidupan. Ketiga satua ini selain memiliki kesamaan tema tentang karmaphala, juga terkait dengan fenomena sosial yang terjadi saat ini bahwa orang-orang dengan segala akal bulusnya selalu berupaya mencari keuntungan dirinya melalui cara-cara yang tidak sehat. Segala upaya dilakukan semata-mata untuk memperoleh keuntungan dirinya tanpa peduli terhadap orangorang di sekitarnya.
Tokoh-tokoh yang ada dalam ketiga satua ini mendapatkan hasil dari perbuatan yang dilakukannya. Tokoh yang berbuat baik mendapatkan karma yang baik begitu juga sebaliknya, tokoh yang berbuat jahat mendapatkan ganjaran dari hasil perbuatannya sendiri karena hukum karma sangat besar pengaruhnya terhadap peruntungan segala makhluk sesuai dengan baik buruknya perbuatan yang dilakukan. Melalui tokoh dalam satua-satua tersebut, pendengar atau pembaca menjadi lebih mudah memahami amanat atau pesan yang terkandung di dalam satua. Seiring tersedianya media tekhnologi yang canggih saat ini, satua juga masih relevan di dalam menanamkan pendidikan karakter pada anak melalui tokoh dalam satua. Orang tua menanamkan nilai-nilai moral kepada anaknya melalui satua karena tokoh dan karakter tokoh yang diperankan dalam satua tersebut lebih mudah dimengerti oleh anak-anak. Tokoh memegang peranan penting yang dapat memutar jalinan cerita, dan pesan atau amanat pencerita disampaikan pada tokoh tersebut.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
-
1) Bagaimanakah struktur naratif yang membangun teks Satua Crukcuk Kuning, I Pucung, dan I Botol teken I Samong ?
-
2) Bagaimanakah penokohan dan amanat yang terkandung dalam teks Satua Crukcuk Kuning, I Pucung, dan I Botol teken I Samong ?
Setiap pekerjaan dan perbuatan pastilah mempunyai suatu tujuan tertentu yang ingin dicapai. Demikian pula dengan penelitian ini mempunyai dua tujuan, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk membantu penggalian dan pengembangan karya sastra Bali tradisional khususnya satua serta memberi pengetahuan seputar penokohan dan amanat pada karya sastra. Hal ini berkaitan dengan usaha pelestarian dan pemahaman terhadap hasil karya sastra tradisional, serta bagi masyarakat dapat menambah khazanah tentang penelitian sastra tradisional. Tujuan khusus adalah tujuan yang berhubungan dengan isi pembahasan dalam penelitian, yaitu: untuk mendeskripsikan aspek struktur naratif teks Satua Crukcuk Kuning, I Pucung, dan I Botol teken I Samong. Untuk mengetahui penokohan dan amanat yang terkandung dalam teks Satua Crukcuk Kuning, I Pucung, dan I Botol teken I Samong.
Metode dan teknik yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga tahapan yakni, 1) tahap penyediaan data menggunakan metode membaca dibantu dengan menggunakan teknik terjemahan dan teknik pencatatan, 2) tahap analisis data menggunakan metode kualitatif dibantu dengan menggunakan teknik deskriptif analitik, 3) tahap penyajian hasil analisis menggunakan metode informal dibantu menggunakan teknik deduktif-induktif.
-
(5.1) Struktur naratif teks Satua Crukcuk Kuning, I Pucung, dan I Botol teken I
Samong
Struktur naratif pada ketiga satua ini meliputi insiden, alur, tokoh, latar, tema, dan amanat. insiden adalah suatu kejadian atau peristiwa yang terkadung dalam cerita, besar atau kecil secara keseluruhan menjadi kerangka yang membentuk struktur cerita. Alur yang digunakan dalam ketiga satua ini adalah alur lurus. Alur lurus atau progresif adalah jika peristiwa-peristiwa yang dikisahkan bersifat kronologis, peristiwa yang pertama diikuti oleh peristiwa-peristiwa berikutnya (Nurgiyantoro, 1995: 153). Alur cerita Teks Satua Crukcuk Kuning, I Pucung, dan I Botol teken I Samong disusun secara berurutan, dimulai dari tahap penyituasian, pemunculan konflik, peningkatan konflik, klimaks dan tahap penyelesaian. Peristiwa-peristiwa yang membentuk struktur alur cerita disusun secara runtut, sehingga membentuk suatu jalinan cerita. Tokoh dalam ketiga satua ini terdiri dari tokoh utama, tokoh sekunder dan tokoh komplementer. Tokoh utama merupakan tokoh yang terlihat dan umumnya dikuasai oleh serangkaian peristiwa, tempat mereka muncul baik sebagai pemenang maupun yang kalah, senang atau tidak senang, lebih kaya atau lebih miskin, lebih baik atau lebih jelek, tetapi semuanya merupakan yang lebih arif dan bijaksana bagi pengalaman dan menjadi orang yang lebih baik mengagumkan sekalipun dalam kematian atau kekalahan. Sedangkan tokoh sekunder merupakan tokoh yang berperan dalam menghadapi atau sama-sama tokoh utama dalam membangun cerita, jadi gerakannya tidak sebanyak tokoh utama. Selanjutnya adalah tokoh komplementer atau tokoh pelengkap merupakan tokoh yang berfungsi membantu kelancaran gerak tokoh utama dan tokoh sekunder dalam cerita (Tarigan, 1984: 143). Latar merupakan segala keterangan mengenai tempat, hubungan waktu, lingkungan sosial dan suasana dari peristiwa yang terjadi di dalam suatu cerita. Dalam analisis Teks Satua Crukcuk Kuning, I Pucung, dan I Botol teken I Samong ini latar dibagi menjadi tiga yaitu latar tempat, waktu dan suasana. tema adalah
apa yang menjadi pokok persoalan atau pikiran utama yang dijadikan titik tolak penciptaan di dalam sebuah karya sastra. Secara umum tema dalam teks Satua Crukcuk Kuning, I Pucung, dan I Botol teken I Samong adalah tentang “karmaphala”.
-
(5.2) Penokohan dan amanat yang terkandung dalam teks Satua Crukcuk Kuning,
I Pucung, dan I Botol teken I Samong
Analisis penokohan akan diuraikan secara lengkap berdasarkan perwatakan dan penokohannya. Analisis perwatakan meliputi : aspek fisiologis, aspek sosiologis, dan aspek psikologis. Aspek fisiologis yang meliputi: jenis kelamin, tampang, cacat tubuh, dan lain sebagainya. Aspek sosiologis meliputi: pangkat, agama, lingkungan, kebangsaan. Aspek psikologis meliputi: cita-cita, ambisi, kekecewaan, kecakapan, dan lain sebagainya dalam teks Satua Crukcuk Kuning, I Pucung, dan I Botol teken I Samong. Analisis penokohan meliputi : analitik, dramatik, dan gabungan. Analisis penokohan yang terdapat dalam teks Satua Crukcuk Kuning, I Pucung, dan I Botol teken I Samong adalah secara analatik dan dramatik. Secara analitik ditandai dengan adanya campur tangan pengarang dalam melukiskan perwatakan tokoh-tokohnya. Pengarang memaparkan langsung tentang watak atau karakteristik tokoh, pengarang menyebutkan bahwa tokoh tersebut keras hati, keras kepala, penyayang dan sebagainya. Secara dramatik pengarang membiarkan tokoh-tokohnya mengungkapkan, menyatakan apa yang ada pada dirinya melalui ucapan, komentar atau penilaian tokoh lain. Amanat pada dasarnya merupakan pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca atau penonton (Wiyatmi, 2005: 49). Amanat yang terkandung dalam teks Satua Crukcuk Kuning adalah amanat tentang kelicikan dan amanat tentang rasa persaudaraan. Amanat yang terkandung dalam teks Satua I Pucung adalah amanat tentang kelicikan, amanat tentang etika atau moral yang baik, dan amanat tentang kepemimpinan yang baik. Sedangkan amanat yang terkandung dalam teks Satua I Botol teken I Samong adalah amanat tentang kelicikan, dan amanat tentang tolong menolong.
Struktur naratif teks Satua Crukcuk Kuning, I Pucung, dan I Botol teken I Samong meliputi insiden, alur, tokoh, latar, tema, dan amanat. Unsur-unsur itu secara bersama-sama menjadi satu kesatuan yang berfungsi membangun ketiga satua tersebut. Insiden dalam teks Satua Crukcuk Kuning, I Pucung, dan I Botol teken I Samong merupakan episode-episode yang membangun alur dalam ketiga satua tersebut. Alur dalam teks Satua Crukcuk Kuning, I Pucung, dan I Botol teken I Samong dimulai dari pengarang melukiskan keadaan (situation), peristiwa yang bersangkutan mulai bergerak (generating circumstances), keadaan mulai memuncak (rising action), klimaks (climax), dan pengarang memberikan jalan keluar dari semua peristiwa (denouement). Tokoh dalam ketiga satua ini terdiri dari tokoh utama, tokoh sekunder dan tokoh komplementer. Tokoh utama dalam teks Satua Crukcuk Kuning adalah I Bawang dan I Kesuna, sedangkan tokoh sekunder yakni Meme, Bapa, Dadong dan Crukcuk Kuning. Tokoh utama dalam teks Satua I Pucung adalah I Pucung, tokoh sekundernya yakni Ida Sang Prabu, Ida Raden Galuh, Ida Raden Mantri, Jero Mangku, Meme dan Bapa, sedangkan tokoh komplementer yakni Parekan dan Patih. Tokoh utama dalam teks Satua I Botol teken I Samong yakni I Botol dan I Samong, sedangkan tokoh sekundernya yakni I Jaran, I Sampi, I Kedis Sikep dan I Kancil. Latar dalam teks Satua Crukcuk Kuning, I Pucung, dan I Botol teken I Samong meliputi latar tempat, waktu dan latar suasana. Tema dari ketiga satua ini adalah tentang karmaphala. Persamaan tema dari teks Satua Crukcuk Kuning, I Pucung, dan I Botol teken I Samong adalah tema tentang karmaphala. Dari tema tersebut menyiratkan pesan yang menyatakan bahwa hukum karma sangat besar pengaruhnya terhadap peruntungan segala makhluk sesuai dengan baik buruknya perbuatan yang dilakukan. Hal ini menentukan kebahagiaan atau penderitaan hidup lahir maupun batin. Segala hasil perbuatan cepat atau lambat pasti akan datang dan sama sekali tidak mampu untuk ditolak. Tokoh yang berbuat baik dalam ketiga satua ini akan mendapatkan keberuntungan seperti perbuatan yang telah dilakukannya, sedangkan tokoh yang berniat jahat atau licik dalam ketiga satua ini
mendapatkan ganjaran sesuai dengan perbuatannya sampai pada akhirnya tokoh-tokoh tersebut merenggut nyawa.
Analisis penokohan dan amanat dalam teks Satua Crukcuk Kuning, I Pucung, dan I Botol teken I Samong akan diuraikan secara lengkap berdasarkan perwatakan dan penokohannya. Analisis perwatakan meliputi : aspek fisiologis, aspek sosiologis, dan aspek psikologis dari teks Satua Crukcuk Kuning, I Pucung, dan I Botol teken I Samong. Analisis penokohan meliputi : analitik, dramatik, dan gabungan. Analisis amanat dalam ketiga satua ini banyak terselip dalam rangakaian dialaog serta tingkah laku para tokoh di dalamnya. Amanat yang terkandung dalam teks Satua Crukcuk Kuning adalah 1) amanat tentang kelicikan dan 2) amanat tentang rasa persaudaraan. Amanat yang terkandung dalam teks Satua I Pucung adalah 1) amanat tentang kelicikan, 2) amanat tentang etika atau moral yang baik, dan 3) amanat tentang kepemimpinan yang baik. Sedangkan amanat yang terkandung dalam teks Satua I Botol teken I Samong adalah 1) amanat tentang kelicikan, dan 2) amanat tentang tolong menolong. Amanat yang terkandung dalam ketiga satua ini hampir sama, yakni pengarang secara langsung menyampaikan amanat lewat tokoh-tokohnya.
Anom, dkk. 2008. Kamus Bali-Indonesia Beraksara Latin dan Bali. Denpasar : Kerjasama Dinas Kebudayaan Kota Denpasar dengan Badan Pembina Bahasa, Aksara, dan Sastra Bali Provinsi Bali.
Antara, IGP. 1990. Apresiasi Sastra Bali. Singaraja : Yayasan Kawi Sastra Mandala Kerjasama Ring Yayasan Saba Sastra Bali.
Danandjaja, James. 1984. Folklor Indonesia ilmu gosip, dongeng dan lain-lain. Jakarta : PT.Grafiti Press.
Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.
Tarigan, Hendry Guntur. 1984. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa.
Wiyatmi. 2005. Pengantar Kajian Sastra. Yogyakarta: Pustaka.
7
Discussion and feedback