KAKAWIN ATLAS BH?MI SEBUAH KAJIAN RESEPSI SASTRA
on
1
KAKAWIN ATLAS BHŪMI
SEBUAH KAJIAN RESEPSI SASTRA
Oleh :
Ida Bagus Putu Arcana
Sastra Jawa Kuno
Abstract :
Research on the Atlas Kakawin Bhumi is motivated by the major reasons, namely because kakawin is unique when compared to other kakawin. Kakawin-kakawin previously mostly use a theme that is both epic while Kakawin Atlas Bhumi using themes related to worldatlas. Therefore kakawin writer to have been investigated. This study aims to examine the structure of the Atlas Kakawin Bhumi, both formal structure and narrative structure. Besides, this study aims to assess the shape of the reception Kakawin Atlas Bhumi.
The method used in the data collection method is listening. At the stage of data analysis, the data obtained were processed using descriptive analytical methods and the data were analyzed according to the principles and practices of literary reception theory as the main runway. Approach reception is actually a continuation of structuralism approach. Therefore, the theory of the structure is not specifically addressed in this study.
The results obtained in this study is the unfolding structure that builds the Atlas Bhumi Kakawin both formal structure and narrative structure. Formal structure Kakawin Bhumi Atlas includes teacher-laghu, wrětta, Matra, Gana, canda, carik, pada, and pupuh. Atlas Bhumi Kakawin narrative structure includes manggala, corpus and epilogue, the narrative units Kakawin Atlas Bhumi and devices of narrative continuity Kakawin Atlas unit Bhumi. And the disclosure form Kakawin reception Atlas Bhumi include:the essence of the teachings of Goddess Saraswati in Kakawin Atlas Bhumi, cosmology in Kakawin Atlas Bhumi, and boundaries in Kakawin Atlas Bhumi
Keywords: kakawin, structure, and receptions
Melihat dari perkembangan sejarah sastranya, Kakawin Atlas Bhūmi tergolong kedalam periode pembaharuan. Karena dalam bukunya I Gusti Ngurah Made Agung (Cokorda Mantuk Ring Rana) dan Hasil Karya-Karyanya disebutkan bahwa hasil karya beliau salah satunya Kakawin Atlas Bhūmi. namun hal itu tidak mutlak karena didalam buku itu tidak dijelaskan mengenai Kakawin Atlas Bhūmi ini, disamping itu pula banyak versi yang menyebutkan tentang kepengarangan Kakawin Atlas Bhūmi ini. Menurut Suarka (2002: 37), karya sastra pembaharuan
ialah karya sastra yang di dalamnya terdapat perubahan dan kesinambungan yang didasarkan pada karya sastra sebelumnya. Lebih jelas lagi karya sastra pembaharuan ini memasukkan unsur mitologi, kepercayaan, sejarah, asal-usul, adat-istiadat dan budaya lingkungan pencipta karya sastra tersebut. Pernyataan tersebut didasari atas pertimbangan bahwa Kakawin Atlas Bhūmi berada dalam tegangan antara konvensi dan kreasi (inovasi). Sejalan dengan pendapat Teeuw (1984: 32) karya sastra tidak hanya mengikuti konvensi sastra yang telah ada, tetapi seringkali menyimpang sekaligus melampaui bahkan merombak konvensi. Fenomena tersebut tidak hanya dialami dalam sastra modern, tetapi juga dalam sastra tradisional, sebagaimana terlihat dalam karya kakawin. Memang pada prinsipnya pola aturan yang mengikat mentrum kakawin seperti wreta, matra, dan guru-laghu masih tetap sama dengan konvensi sebelumnya. Akan tetapi, dari segi naratif terjadi penyimpangan yang signifikan. Berdasarkan hal tersebut periode pembaharuan lebih diartikan sebagai kebangkitan bagi suatu generasi pembaharu yang membawa arus kesusastraan Jawa Kuna menuju keorisinilitas, yaitu tercapainya suatu generasi Jawa Kuna yang asli (Suarka, 2002: 32).
Dari segi temanya kakawin ini mengambil tema berkaitan dengan atlas dunia. Kemudian dari segi isinya (naratif) kakawin ini tidak lagi menceritakan cerita Ramayana dan Mahabrata, melainkan menceritakan tentang penciptaan dunia dan menceritakan tentang pemetaan dan batas-batas wilayah di dunia dan termasuk penduduknya. Maka dari itu kakawin ini dipilih penulis untuk diteliti dan sepengetahuan penulis kakawin ini belum pernah diteliti.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut :
-
2.1 Bagaimana struktur Kakawin Atlas Bhūmi?
-
2.2 Bagaimana bentuk resepsi Kakawin Atlas Bhūmi?
Secara umum penelitian ini bertujuan ikut menyelamatkan, melestarikan, membina, dan mengembangkan karya-karya sastra Jawa Kuna sebagai warisan budaya bangsa yang dapat dijadikan sumber nilai-nilai luhur dalam pembangunan karakter bangsa Indonesia. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur Kakawin Atlas Bhūmi dan untuk mengetahui bentuk resepsi Kakawin Atlas Bhūmi.
Jenis penelitian yang diterapkan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Sumber data penelitian ini menggunakan dua sumber data yaitu primer dan sekunder. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode menyimak. Pada tahap analisis data, data yang diperoleh diolah dengan menggunakan metode deskriptif analitik, kemudian dalam penyajian analisis data digunakan metode formal dan informal.
Struktur formal puisi Jawa Kuna (kakawin) adalah tata hubungan antara bagian-bagian atau pola struktural puisi Jawa Kuna (Suarka, 2009:7). Struktur formal Kakawin Atlas Bhūmi terdiri atas guru-laghu, wrětta, mātra, gaṇa, canda, carik, pada, dan pupuh. Adapun mentrum yang terdapat pada Kakawin Atlas Bhūmi yaitu Mrědhukomala, Aśwalalita, Jagaddhita, Basantatilaka, Śardhulawikridhita, Kilayumaněděng, Padmakesara/Jagadnatha, Sikharini, Těbusol, Praharsini, Sragdhara, Mandamalon, Girisa, Wangṡapatrapatita. Baitbait yang menggunakan metrum yang tergolong ardhasamawrěta ardhasamamātra dan wisamawrěta wisamamātra tidak ditemukan dalam Kakawin Atlas Bhūmi.
Struktur naratif kakawin ialah tata hubungan antara bagian-bagian naratif atau rangkaian pokok masalah dan tertib penyajian karya sastra kakawin (Suarka, 2009:51). Struktur naratif Kakawin Atlas Bhūmi terdiri dari manggala (pembukaan), korpus (batang isi), dan epilog (penutup). Adapun sandhi yang
mengikat bagian-bagian naratif Kakawin Atlas Bhūmi ada tiga yaitu: mukha, pratimukha, dan garbha.
Sedangkan satuan-satuan naratif sebagai kesatuan penceritaan secara tekstual ditandai oleh berbagai piranti misalnya sebagai berikut:
-
(1) Penanda waktu, misalnya: “nikang ratri” (III. 1c); “kala sandya” (III. 2c);
-
(2) Penanda tempat, misalnya: “ ring Jambhu Dwipa” (II. 1b); “ ring marttya
lokā” ( III.3b);
-
(3) Tindakan, misalnya: ”nityasa inarcaṇa” (I.1b); “ginawe dhīpa” (III.2a);
-
(4) Pergantian atau perlanjutan cerita, misalnya “winuwusakěna rehnyan “
(III.3b); “ atha sāampuning basuki” (XV. Ia);
Pada hakikatnya resepsi sastra merupakan penyelidikan tanggapan pembaca terhadap suatu teks , baik itu reaksi yang bersifat positif maupun reaksi yang bersifat negatif. Adapun bentuk resepsi Kakawin Atlas Bhūmi meliputi
-
(1) Inti Sari Ajaran Dewi Saraswati dalam Kakawin Atlas Bhūmi
Dalam kakawin ini pengarang melukiskan Dewi Saraswati sebagai ajaran yang utama dan sangat rahasia, bersthana pada teratai, dan sebagai penerang seluruh dunia. Adapun kutipannya sebagai berikut:
Ṡri Wāgiṡwari sārining parama tatwa wěkas ing ati sūkṣma ring sarat,
Munggwing padma wiṡeṣa nityasa inarcaṇa naměnu ing atma ,
Ong kārātma kasaṇdhiyoga puputing samaya nira sa ng aryya pāṇdhita,
Latning buddhi cināṇdhi ring hṛdhaya ṡāstra namadhangi ri bhūmi maṇdhala (KAB I.1).
Terjemahannya:
Dewi Saraswati sebagai inti sari ajaran utama sangat rahasia di dunia,
Bersthana pada teratai yang sangat utama slalu di puja memenuhi atma bandhana,
Ong karaatma merupakan penyatuan yoga pada waktu selesainya seorang pandhita,
Pada budi yang mendalam dijadikan pada hati nurani, sastra menerangi seluruh dunia.
Pada hakekatnya Ilmu pengetahuan merupakan salah satu unsur untuk meningkatkan tarap hidup manusia. Betapa pentingnya ilmu pengetahuan itu bagi manusia sehingga di dalam ajaran Agama Hindu diabadikan dalam bentuk simbolis Dewi Saraswati. Saraswati adalah sebuah nama suci untuk menyebutkan sosok Dewi Ilmu Pengetahuan, Saraswati dalam bahasa sansekerta bermakna sesuatu yang mengalir, percakapan, katakata. Dengan demikian Saraswati berarti sesuatu yang memiliki atau mempunyai sifat mengalirkan secara terus menerus kehidupan dan ilmu pengetahuan.
-
(2) Kosmologi dalam Kakawin Atlas Bhūmi
Kosmologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang seluk-beluk alam semesta. Istilah kosmologi dalam agama Hindu dapat disejajarkan dengan istilah Viratvidyā, karena virat sama artinya dengan kosmos atau alam semesta, dan vidyā artinya pengetahuan (Donder, 2007:77). Kosmologi Hindu mengajarkan tentang asal-usul penciptaan dan perkembangan alam semesta dengan menempatkan Tuhan yang kerap juga disebut Jiwa Semesta sebagai asal-mula alam semesta ini. Jiwa Semesta itu sudah ada jauh-jauh sebelum alam semesta ini ada. Dalam kakawin ini pengarang mendeskripsikan tentang penciptaan alam semesta yang diawali dengan menciptakan semua yang ada di dunia. Adapun kutipannya sebagai berikut:
Ngūnī kāla ri tan hana ng bhuwana rakwa těka ri rawi ṡoma lambaṇa, Nghing hyang sūkṣma wiṡeṣa tunggala manraṣṭi ya karaṇani honyaning jagat,
Saptā dwe pangaranya sāgara kasapta kumalilingi tungga tunggala, Manggěh rakwa bhaṭara mānu sira tāmayi hana nika sang narādhīpa (KAB, I.3).
Terjemahannya:
Pada masa dahulu kala tidak ada bumi begitu pula matahari bulan dan semua yang Nampak,
Namun hanya ada sanghyang suksma menciptakan semua yang ada di dunia,
Lautan namanya (sapta dwe), ketujuh samudra mengelilingi satu-persatu, Bertahta sang hyang Manu beliaulah yang memuliakan adanya seorang penguasa dunia.
Dari kutipan di atas menunjukkan bahwa pengarang mendeskripsikan penciptaan bumi menurut Purāṇa, karena dalam Purāṇa dijelaskan bahwa Brahma membagi bumi menjadi 7 wilayah (dvipa) dan 7 lautan (samudra), disamping itu pula dijelaskan Brahma melalui kekuatan mental-Nya menciptakan Manu dari dalam diri-Nya sendiri (Donder, 2007:198).
-
(3) Batas-Batas Wilayah dalam Kakawin Atlas Bhūmi
Yang diawali di India dengan batas wilayahnya. Adapun kutipannya sebagai berikut:
Lwāning jambu dwipā ngkān tujarakěn ika rehnyan mahā tyanta ring göng,
Mewīwu pwang swa rajyan ratu mara tumabap lakṣa koṭyā ywa lumra,
Tambing-tambingnya wetan kaya wi sahananing nuswa kincitya rakwa,
Manggěh ring cīna rajyā sapina sukika tang koṭa mākweh dulurnya. (KAB III.4).
Terjemahannya:
Dengan India yang diceritakan oleh sebab sangat luas wilayahnya,
Luas wilayahnya sampai ratusan ribu,
Batas-batasnya di timur terdapat sebuah pulau,
Disebut dengan kerajaan cina memasuki kotanya banyak yang dilalui.
Pada kutipan tersebut pengarang menggambarkan bahwa India nama lain dari Jambhudvipa adalah negara atau wilayah yang sangat luas disamping itu dalam atlas dunia di jelaskan batas timurnya adalah negara cina.
Struktur Kakawin Atlas Bhūmi terdiri dari struktur formal dan struktur naratif. Unsur-unsur dalam struktur formal Kakawin Atlas Bhūmi terdiri dari: guru-laghu, wrětta, mātra, gaṇa, canda, carik, pada, dan pupuh. Struktur naratif
Kakawin Atlas Bhūmi terdiri dari: manggala, korpus, dan epilog. Sedangkan sandhi yang mengikat bagian-bagian KAB, yaitu mukha, pratimukha ,garbha. Sedangkan satuan-satuan naratif ditandai oleh piran-piranti kesinambungan, seperti penanda waktu, penanda tempat, tindakan, pergantian atau pelanjutan cerita. Bentuk resepsi dari Kakawin Atlas Bhūmi yaitu inti sari ajaran Dewi Saraswati dalam Kakawin Atlas Bhūmi Kemudian kosmologi dalam Kakawin Atlas Bhūmi dan batas-batas wilayah dalam Kakawin Atlas Bhūmi.
Donder, I Ketut. 2007. Kosmologi Hindu. Surabaya: Paramita
Suarka, I Nyoman. 2002. Kakawin dan Istadewata Penyair: Sebuah Tinjauan Sejarah Sastra. Denpasar : Kantor Dinas Kebudayaan Provinsi Bali.
Suarka, I Nyoman. 2009. Telaah Sastra Kakawin. Denpasar: Pustaka Larasan.
Teeuw, A. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra: Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya.
Discussion and feedback