KEHIDUPAN TOKOH NARUTO SEBAGAI NINJA DALAM MANGA NARUTO KARYA MASASHI KISHIMOTO
on
1
KEHIDUPAN TOKOH NARUTO SEBAGAI NINJA
DALAM MANGA NARUTO KARYA MASASHI KISHIMOTO
Ni Kadek Julyana Dewi
Program Studi Sastra Jepang Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana
Abstract
The study title is “The Life of Naruto as a Ninja in Naruto Manga by Masashi Kishimoto”. This study focuses on the lives of Naruto as a ninja and comparison between Naruto life as a ninja with the social fact about ninja in Japanese society. The theory used to analyze the life and character in the manga Naruto ninja’s life and a fact of Japanese society is sociological literary theory from Damono (1979), and are using the semiotic theories of Luxembung (1992) to analyze image. The results of this study indicate that the figures in an effort to become a ninja Naruto is a gradual training, such as 1) Following training gakuin level; 2) Following genin level training; 3) Following the chuunin exams; 4) Attempting to enhance rasengan moves; and 5) Trying to protect the village of Konohagakure. There are also similarities and difference in the facts of ninja life in Naruto manga, such as1) Equation in ninja moves; 2) Equation in the governance structure of the ninja; 3) Equation in ninja weaponary; and 4) In equation ninja magic. While the difference such as 1) Difference in ninja training system; 2) Difference in the regulation of ninja training; 3) Difference in the use of ninja skills; and 4) The difference in the costume of the ninja.
Keywords: Ninja, manga, sociology of literature
Ninja atau shinobi adalah seorang mata-mata zaman feodal di Jepang yang terlatih dalam ninjutsu atau jurus ninja.Ninja, seperti halnya samurai, mematuhi peraturan khas mereka, yaitu ninpo. Menurut sebagian pengamat ninjutsu, keahlian seorang ninja bukanlah pembunuhan tetapi penyusupan dan keahlian khusus seorang ninja adalah menyusup tanpa mengeluarkan suara (Draeger, 1989:19).Ninja dalam kehidupan nyata ataupun yang tergambar dalam karya sastra digambarkan sebagai sosok yang sangat disiplin dalam menjalankan tugasnya serta sangat taat kepada aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh atasannya.
Ninja yang digambarkan oleh Masashi Kishimoto dalam manga Naruto sangat berbeda dari apa yang diketahui oleh masyarakat umum. Tokoh-tokoh yang digambarkan dalam manga ini memiliki rasa sosial yang sangat tinggi dan hubungan persahabatan yang kuat terhadap sesama ninja sedangkan ninja dalam kehidupan nyata bersifat sangat tertutup.
Manga Naruto dipilih sebagai objek penelitian dilator belakangi oleh beberapa pertimbangan. Pertama, manga ini mengangkat tema mengenai sosial dan budaya yang menggambarkan kehidupan ninja. Kedua, manga ini menceritakan upaya Naruto untuk menguasai jutsu-jutsu agar dapat menjalani tugas sebagai seorang ninja. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas maka manga Naruto akan dianalisis lebih lanjut dengan menekankan kepada kehidupan tokoh Naruto sebagai seorang ninja.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
-
1. Bagaimanakah upaya tokoh Naruto menjadi seorang ninja dalam manga Naruto karya Masashi Kishimoto?
-
2. Bagaimanakah perbandingan kehidupan tokoh Naruto sebagai ninja dengan kehidupan ninja dalam masyarakat Jepang?
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menambah wawasan terhadap karya sastra Jepang, khususnya penelitian mengenai manga. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk memahami upaya tokoh Naruto menjadi seorang ninja dalam manga Naruto karya Masashi Kishimoto serta memahami perbandingan kehidupan tokoh Naruto sebagai ninja dengan kehidupan ninja dalam masyarakat Jepang.
Teknik yang digunakan berupa teknik catat untuk menghindari data-data terlupakan. Setelah mengumpulkan data, tahap selanjutnya adalah analisis data. Dalam analisis data akan menggunakan metode dialektik atau hubungan timbal-balik antara faktor-faktor sosial yang terkandung dalam karya sastra dengan faktor-faktor sosial yang ada dalam masyarakat. Tahap penyajian hasil analisis data dilakukan dengan menggunakan metode informal yaitu dengan menyajikan kaidah atau hasil penelitian secara verbalistis yaitu menggunakan kaliamat-kalimat atau
penyajian data hasil analisis terurai dalam bentuk kata-kata atau gambar-gambar, bukan dalam bentuk angka-angka (Semi, 1993:24). Teori yang digunakan adalah teori sosiologi sastra dari Damono (1979) dan teori semiotik dari Luxembung (1992). Teori sosiologi sastra digunakan untuk menganalisis faktor-faktorsosial dan budaya yang terkandung dalam karya sastra, dalam hal ini dianalisis kehidupan di desa ninja dan kebudayaan ninja itu sendiri.Teori semiotik digunakan untuk menganalisis gambar, ekspresi wajah, simbol, dan kata-kata dalam manga.
Manga Naruto menceritakan kisah kehidupan seorang anak yang bernama Naruto yang memiliki cita-cita menjadi seorang ninja yang diakui didesanya. Naruto yang pada awalnya dikucilkan dan dijauhi penduduk desa karena kyuubi (siluman rubah berekor sembilan) yang bersemayam di dalam tubuhnya berupaya dan membuktikan dirinya mampu menjadi ninja yang hebat dan dapat melindungi desanya. Berikut adalah upaya yang dilakukan Naruto untuk menjadi seorang ninja yang diakui di desanya serta persamaan dan perbedaan kehidupan tokoh Naruto sebagai ninja dengan ninja dalam masyarakat Jepang:
Upaya-upaya yang dilakukan Naruto adalah sebagai berikut:
Setiap anak di desa ninja diwajibkan mengikuti pelatihan di ninja no gakuin karena dari sinilah mereka mempelajari dasar-dasar jurus ninja yang akan mereka gunakan untuk melindungi diri dan melindungi desa mereka dari bahaya. Naruto adalah salah satu murid di ninja no gakuin yang sedang mempelajari jurus-jurus tersebut. Jurus yang telah dipelajari oleh Naruto adalah hange no jutsu (jurus berubah wujud), bunshin no jutsu (jurus bayangan) yang selalu gagal ia praktekkan, oiroke no jutsu (jurus sexy) yang selalu ia gunakan untuk menjahili guru-gurunya, dan kage bunshin no jutsu yang merupakan jurus handalannya yang ia pelajari dari gulungan milik hokage ketiga. Setelah jurus-jurus dasar tersebut
dapat mereka kuasai, mereka akan diminta untuk mengulang kembali jurus yang ditentukan oleh pembimbingnya sebagai ujian kenaikan tingkat.
Setelah lulus dalam ujian kenaikan tingkat Naruto, Sasuke, dan Sakura menjadi satu tim yang dibimbing oleh Kakashi. Dalam tingkatan genin kemampuan dasar seorang ninja sudah diakui oleh guru pembimbingnya, walaupun masih dibawah kemampuan chuunin.Ninja dalam tingkatan ini sudah dinyatakan mampu melindungi diri sendiri dan dapat menjalankan misi-misi yang mudah tetapi sebelum menjalankan misi, Naruto dan timnya harus membuktikan kemampuannya kepada guru pembimbingnya yang baru agar diakui kemampuannya sebagai ninja genin. Kemampuan yang ingin dilihat oleh Kakashi dalam tim ini adalah kekompakan dalam kerja sama yang akan memudahkan mereka saat sedang menjalankan misi.
Dalam ujian chuunin, Kakashi merekomendasikan murid-muridnya yaitu Naruto, Sasuke, dan Sakura untuk menjadi peserta ujian karena ia telah melihat kemampuan yang mereka miliki berkembang dengan baik. Dalam ujian ini mereka bertarung untuk mempertahankan gulungan milik tim mereka hingga akhir, jika gulungan mereka terambil oleh tim lawan maka mereka harus merebutnya kembali hingga batas waktu ujian selesai. Maka dari itulah kemampuan mereka dalam kerja sama tim, bertahan hidup, dan kemampuan melindungi diri benar-benar diperlukan.
Rasengan adalah jurus yang diciptakan oleh Minato (Hokage keempat yang juga ayah Naruto) yang belum disempurnakan maka dari itu Jiraiya yang tak lain adalah guru Minato ingin mengajarkan jurus ini kepada Naruto untuk disempurnakannya. Dalam menyempurnakan jurus ini tidaklah mudah dengan usaha kerasnya Naruto dapat melakukannya.Walaupun sempat merasa putus asa dan hampir menyerah karena dirasanya menyempurnakan jurus rasengan adalah
hal yang mustahil tetapi dengan dorongan dan dukungan Kakashi, Naruto bangkit kembali dan dengan semangat memulai latihannya hingga tahap perubahan rasengan shuriken.
Untuk melindungi desa Konohagakure dari ninja-ninja musuh yang menyusup, Naruto juga ikut bertarung bersama teman-temannya, bekerja sama untuk menang dan melindungi penduduk desa Konoha dari kehancuran. Naruto bersama teman-temannya bertarung dengan Gaara (peserta ujian chuunin yang menjadi mata-mata dari desa lain) saat bertarung Naruto mendesak Gaara yang hampir berubah menjadi Shukaku (siluman berekor satu). Pertarungan berlangsung sengit hingga Naruto menggunakan chakra (tenaga dalam) terakhirnya untuk memanggil Gamabunta dan memenangkan pertarungan. Disisi lain, desa Konoha berhasil diamankan dari ninja-ninja penyerang dari desa Suna tetapi dengan tewasnya hokage ketiga saat melawan Orochimaru desa Konoha harus tetap bertahan sampai ditentukannya hokage kelima untuk memimpin desa Konoha selanjutnya.
Terdapat persamaan dalam kehidupan ninja dalam masyarakat Jepang dengan ninja dalam manga adalah sebagai berikut:
Terdapat tiga jurus dalam istilah ninja yaitu genjutsu yang dikenal juga sebagai teknik ilusi yang menbuat lawannya berhalusinasi, seangkan dalam kehidupan nyata, genjutsu merupakan teknik memanipulasi atau hipnotis. Ninjutsu adalah teknik membuat segel tangan dan mengolah chakra sehingga menjadi jutsu. Sedangkan taijutsu disebut juga teknik tubuh atau keterampilan tubuh, adalah istilah dari Jepang untuk keahlian tempur, teknik atau sistem seni bela diri menggunakan gerakan tubuh yang dijelaskan sebagai keterampilan tempur tangan
kosong. Ketiganya saling melengkapi kemampuan seorang ninja dalam menghadapi musuhnya baik dalam mode penyerangan dan juga pertahanan.
Baik di dalam manga maupun kehidupan nyata sama-sama terdapat tingkatan genin, chuunin, dan jounin. Masing-masing tingkatan mempunyai kewajibannya sendiri-sendiri, genin yang merupakan ninja junior. Chuunin yang merupakan ninja tengah. Sedangkan jounin menjadi ninja senior yang dihormati karena kemampuannya yang hebat dalam menjalankan misi maupun sebagai pengajar ninja-ninja pemula.
Salah satu senjata yang paling berguna dari semua senjata ninja adalah shuriken karena setiap ninja merancang sendiri jenis dan pola yang digunakan pada shurikennya, seperti berapa jumlah mata pisau yang terdapat dalam shuriken. Sedangkan Kunai merupakan sebuah senjata yang sering digunakan oleh ninja dalam bertarung jarak dekat maupun bertarung jarak jauh. Bentuknya yang kecil, ringan dan runcing dapat dijadikan senjata lempar seperti halnya shuriken.
Dalam kehidupan nyata diketahui bahwa ninja tidaklah menghilang secara tiba-tiba, melainkan melarikan diri setelah mengalihkan perhatian dengan melemparkan bola asap. Jadi dapat diketahui baik di dalam manga maupun kehidupan nyata ilmu gaib yang para ninja gunakan adalah sama-sama memanfaatkan efek bola asap untuk melarikan diri.
Terdapat perbedaan dalam kehidupan ninja dalam masyarakat jepang dengan ninja dalam manga adalah sebagai berikut:
Ninja dalam manga menunjukkan bahwa seorang ninja harus dapat menguasai semua jurus-jurus ninja, diantara ketiga teknik ninja yaitu ninjutsu, taijutsu, dan genjutsu haruslah dikuasai secara seimbang. Sedangkan dalam pelatihan ninja dalam masyarakat merupakan sebuah pilihan. Jika menginginkan pelatihan tersebut mereka akan mengikuti pelatihan menurut keinginan dan pilihan mereka sendiri seperti mengikuti beladiri judo, karate, atau aikido.
Seorang ninja hanya melatih keturunannya untuk menjadi ninja selanjutnya dan mewarisi jurus-jurus rahasia yang dimilikinya. Akan tetapi jika ia tidak memiliki keturunan maka ia akan mengangkat seorang murid dan mewarisikan jurus-jurus rahasia tersebut kepadanya. Itulah yang menyebabkan kerahasiaan jurus ninja terjaga hingga berabad-abad. Akan tetapi dalam manga Naruto pelatihan ninja dilakukan di sekolah ninja.
Keterampilan ninja digunakan saat terjadinya sebuah peperangan, namun saat ninja menjalankan misi mata-mata, mereka hanya menggunakan kemampuan beladiri dan membawa senjata-senjata kecil yang dapat mereka letakkan di balik pakaiannya atau dikantong-kantong yang mereka bawa. Akan tetapi dalam manga Naruto keahlian seorang ninja hanyalah meguasai keterampilan menggunaan jurus ninja dan bukan senjata.
Kostum atau pakaian sehari-hari yang dikenakan tokoh Naruto adalah menggunaka pakaian bebas serta ikat kepala dengan lambang ninja Konoha. Sedangkan kostum atau pakaian yang dikenakan seorang ninja seluruhnya berwarna hitam.
Dalam kehidupan tokoh Naruto menjadi seorang ninja dapat disimpulan bahwa Naruto berupaya menjadi seorang ninja dengan berlatih jutsu dan dapat lolos ujian menjadi genin dan berusaha serta berlatih keras agar kemampuannya bertambah dan menjadi tak terkalahkan, dalam ujian chuunin, Naruto dan kawan-kawannya mengulang kembali semua hal yang diajarkan gurunya, Naruto berupaya menyempurnakan jurus yang diciptakan ayahnya yaitu rasengan, dan Naruto ikut bertarung untuk melindungi desanya.
Terdapat juga persamaan dan perbedaan antara ninja dalam masyarakat dengan ninja yang diceritakan dalam manga Naruto yaitu: 1) Dalam persamaannya, Terdapat tiga persamaan dalam jutsu yaitu genjutsu, ninjutsu dan taijutsu. b) Dalam tingkatan ninja terdapat jounin, chuunin, genin, dan kage. c) Dalam penggunaan senjata ninja, mereka sama-sama menggunakan kunai dan shuriken. d) Keahlian ninja untuk menghilang adalah sebuah trik. 2) Dalam perbedaannya, a) Pelatihan ninja dalam manga adalah kewajiban, sedangkan dalam masyarakat, keahlian ninja adalah pilihan. b) Peraturan pelatihan seorang ninja adalah kebiasaan, sedangkan dalam manga peraturan menjadi ninja dilihat dari kemampuan mereka. c) Keahlian seorang ninja adalah menggunakan senjata, sedangkan dalam manga keahlian seorang ninja adalah keterampilan menggunaka jurus beladiri. d) Pakaian ninja menggunakan pakaian berwarna hitam, sedangkan dalam manga mereka hanya memakai pelindung kepala sebagai penanda bahwa ia adalah ninja dan pakaiannya tidak ditentukan warnanya.
Daftar Pustaka
Damono, Sapardi Djoko. 1979. Sosiologi Sastra: Sebuah Pengantar Ringkas.
Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Draeger, Donn F. 1989. Ninjutsu The Art Of Invisibility.Singapore: Tuttle Publishing.
Kishimoto, Masashi. 2000-2007. Naruto 1-38. Tokyo: Shueisha
Luxemburg, Jan Van, Mieke Bal, Williem G. Weststeijin. 1992. Pengantar Ilmu Sastra (Terj. Dick Hartoko) Jakarta: PT.Gramedia
Semi, M. Atar. 1993. Metode Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa
Discussion and feedback