HUMANIS

Journal of Arts and Humanities

p-ISSN: 2528-5076, e-ISSN: 2302-920X

Terakreditasi Sinta-3, SK No: 105/E/KPT/2022

Vol 27.3. Agustus 2023: 372-378

Interaksi Sosial dan Toleransi di Kampung Juuk Manis di Karangasem Serta Manfaatnya Bagi Kehidupan Masyarakat Multikultur

Social Interaction and Tolerance in Juuk Manis Village in Karangasem and Its Benefits for the Life of Multicultural Communities

Ida Ayu Putu Mahyuni, Anak Agung Inten Asmariati Universitas Udayana, Denpasar, Bali, Indonesia Email korespondensi: iamahyuni@gmail.com, inten_asmariati@unud.ac.id

Info Artikel

Masuk: 9 Juli 2023

Revisi: 1 Agustus 2023

Diterima:15 Agustus 2023

Terbit:31 Agustus 2023

Keywords: Social Interaction;

Tolerance and Multiculture;

Juuk Manis Village

Karangasem


Kata kunci: Interaksi Sosial;

Toleransi dan Multikultur;

Kampung Juuk Manis

Karangasem

Corresponding Author:

Ida Ayu Putu Mahyuni emal: iamahyuni@gmail.com

DOI:

https://doi.org/10.24843/JH.20

23.v27.i03.p12


Abstract

Historically Juuk Manis Village was one of the 12 layers of settlements that surrounded Puri Karangasem as the center of government at that time. Social interaction and tolerance in Juuk Manis and its benefits for multicultural society are the focus of this study. From the results of research in the Karangasem village, especially in Juuk Manis, the population, apart from Balinese ethnicity who are Hindus, also have ethnic Sasak who are Muslims. The problem: First, how is the process of social interaction? Second, what are the forms of social interaction and tolerance and their benefits for the life of a multicultural society? One of the concepts currently being developed is the concept of multiculturalism. The multiculturalism approach is an alternative to preventing conflict in a society that is diverse in ethnicity, culture and religion. The point is the need for compromise and tolerance in diversity. The method used is the historical method, supported by the theory of hegemony. The results of this study show various forms of tolerance and are beneficial to the life of a multicultural society.

Abstrak

Secara historis Perkampungan Juuk Manis merupakan salah satu perkampungan dari 12 lapis perkampungan yang mengelilingi Puri Karangasem sebagai pusat pemerintahan pada saat itu. Interaksi sosial dan toleransi di Juuk Manis serta manfaatnya bagi kehidupan masyarakat multikultur menjadi fokus kajian ini. Dari hasil penelitian di perkampungan Karangasem, khususnya di Juuk Manis penduduknya selain etnis Bali yang beragama Hindu juga terdapat etnis Sasak yang beragama Islam. Permasalahannya: Pertama bagaimana proses terjadinya interaksi sosial ? Kedua, bagaimana bentuk interaksi sosial dan toleransi serta manfaatnya bagi kehidupan masyarakat yang multikultur ?. Salah satu konsep dewasa ini yang sedang dikembangkan adalah konsep multikulturalisme. Pendekatan multikulturalisme menjadi alternatif untuk mencegah terjadinya konflik dalam masyarakat yang beragam

etnis, budaya dan agama. Intinya perlunya kompromi dan toleransi dalam keberagaman. Metode yang digunakan adalah metode sejarah, didukung teori hegemoni. Hasil penelitian ini menunjukkan berbagai bentuk toleransi dan bermanfaat bagi kehidupan masyarakat yang multikultur.

PENDAHULUAN

Masyarakat multikultur di Bali umumnya dan di Karangasem khususnya sudah ada sejak berkembangnya wilayah tersebut dalam perjalanan sejarahnya. Dimana penduduk lokal yang mayoritas seperti etnis Bali Hindu sudah mengadakan kontak dengan dunia luar yaitu dengan penduduk pendatang , seperti Jawa, Bugis, Sasak dan sebagainya melalui proses migrasi yang cukup panjang (Ardana, 2011) Interaksi sosial antara orang-orang Islam dengan orang-orang Hindu Bali sudah berlangsung sejak masa Bali kuno. Bahkan banyak orang seperti dari Jawa, Bugis, Sasak dan sebagainya memutuskan untuk bermigrasi ke Pulau Bali. Sehingga dalam proses inilah menyebabkan masyarakat Bali menjadi masyarakat yang multikultur (Putra, 2011). Proses masuknya Islam di Karangasem tidak terlepas dari bagian islamisasi yang terjadi di Bali pada masa kekuasaan Bali yang berpusat di Gelgel, namun juga tidak sepenuhnya berlaku dalam penyebaran Islam di Karangasem yang dipengaruhi arus migrasi orangorang Sasak dari Lombok (Trisila, 2013).

Interaksi sosial antara orang-orang Islam Sasak dengan orang-orang Bali Hindu yang berlangsung di Karangasem merupakan hubungan sosial dinamis, dimana golongan masyarakat dengan latar belakang budaya yang berbeda bergaul langsung secara intensif. Mereka mulai saling mengenal, menyapa, berjabat tangan bahkan mungkin saling berkelahi atau bertentangan satu dengan lainnya. Hal ini menunjukkan proses asimilasi. Interaksi sosial yang terjadi di Juuk Manis Karangasem tidak bisa dilepaskan dari sejarah awal terjadinya

interaksi sosial antar orang-orang Islam Sasak dengan orang-orang Hindu Bali di Karangasem (Agung 2010:16). Peranan Raja Karangasem telah cukup berhasil dalam membina dan mengembangkan toleransi antar penduduk di wilayah kerajaan Karangasem. Salah satu dari wilayah tersebut adalah Juuk Manis. Toleransi adalah penting artinya sebagai landasan kuat dalam mengembangkan multikulturalisme terutama pada masyarakat yang beragam etnis, budaya maupun agama yang semakin berkembang pesat dan kompleks. Permasalahannya yang perlu diungkap: Bagaimana proses dan bentuk toleransi serta manfaatnya bagi masyarakat yang multikultur?

METODE DAN TEORI

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dan Teknik serta analisis secara kualitatif, Data yang dikumpulkan, yang diperoleh dari hasil penelitian lapangan diseleksi kemudian disajikan dalam bentuk deskriptif berupa kata-kata, keterangan, gambar atau foto dari pada angka (Moleong, 1999) didukung dengan sumber kepustakaan terkait. Penelitian ini dilakukan di Kampung Juuk Manis Karangasem, dimana merupakan daerah yang secara historis memiliki hubungan erat dengan interaksi sosial dan toleransi serta serta manfatnya bagi masyarakat yang multikultur. Konsep dalam penelitian perlu dideskripsikan dan dijelaskan sesuai dengan tujuan penelitian. Konsep menyangkut unit-unit analisis objek penelitian yang dikaji (Sjamsudin, 2020:23-24). Interaksi sosial merupakan hubungan sosial dinamis antar orang per orang, antar kelompok dengan kelompok,

antar perorangan dengan kelompok. Semua aktivitas pertemuan tersebut merupakan bentuk interaksi sosial (Soekanto,2004:61-65). Secara historis interaksi sosial di Juuk Manis erat kaitannya dengan kekuasaan kerajaan Karangasem. Toleransi beragama adalah sikap saling menghormati dan menghargai antara penganut agama lain. Dalam konsep multikultural, kedudukan berbagai unsur yang terdapat dalam masyarakat dalam posisi yang setara demi terciptanya keadilan di antara berbagai unsur yang saling berbeda (Soenaryo,2011:207)). Perlu disadari bahwa kemajemukan budaya masyarakat dapat menjadi kendala dalam integrasi nasional (Rajab, 1996:4-5). Oleh karena itu multikulturalisme dapat dipahami sebagai bentuk pengakuan budaya terhadap keberagaman sehingga terpupuk kepedulian terhadap kelompok-kelompok yang termarginalisasi menjadi terintegrasi dalam masyarakat, kekhasan identitas mereka diakui (Haryatmoko,2010:70).

Multikulturalisme diartikan sebagai suatu pengakuan atau hal hidup budaya-budaya lokal sehingga wajib dihormati (Soenaryo,2011:206).

Apabila dikaitkan dengan pola kepemimpinan raja di Karangasem pada khususnya dan raja-raja di Bali pada umumnya dalam kepemimpinannya selalu berlandaskan pada filosofi ajaran agama Hindu, seperti yang dituangkan ke dalam ajaran Asta Brata (sebagai referensi lihat Pudja,1983:214), Sutedja ,1978:13-16), Atmadja (1984) & Ardika “et.al”, 2015:135). Adapun teori yang relevan digunakan sebagai alat analisis adalah teori hegemoni yang memusatkan perhatian perlunya ide dalam kekuasaan (Barker, 2000) & Bacock,2007:99). Hegemoni dilakukan dalam bentuk menanamkan ideologi untuk menguasai kelas atau masyarakat di bawahnya

secara persuasi ( Simon, 2003:85; Patria & Andi Arief, 2003).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Proses Terbentuknya Toleransi

Mengkaji     masalah     proses

terbentuknya toleransi di Kampung Juuk Manis tidak dapat lepas dari sejarah masa lalu.      Pengembangan      kerajaan

Karangasem terjadi sejak kerajaan Pejanggik di Lombok dapat ditaklukkan, sehingga terjadilah migrasi. Mereka ini kebanyakan sebagai pengiring (tatadan Raja Krangasem). Sejak itu Puri Karangasem sebagai pusat pemerintahan dikelilingi oleh perkampungan Islam yang sengaja di tata penempatannya. Puri dilingkari oleh dua lapis perkampungan. 10 lapisan pertama termasuk Perkampungan Jeruk Manis (Juuk Manis). Dan lapisan kedua dibangun 12 perkampungan (Agung,2010;17). Pada masa kerajaan di Bali, pusat kerajaan ada di dalam Puri. Sehingga dari strategi pertahanan perang perkampungan dibuat mengelilingi Puri (Agung,1979:11)

Penempatan orang-orang Sasak di Karangasem jelas mempunyai fungsi yang cukup berarti bagi kerajaan Karangasem. Salah satu dari kampung tersebut adalah Juuk Manis. Di dalam pendirian tempat-tempat ibadat seperti langgar ataupun Masjid yang dibangun hampir bersamaan dengan mendapat bantuan dari Puri atau dari Raja Karangasem. Hubungan antara penduduk yang beragama Islam dengan keluarga raja (Puri) terdapat suatu ikatan tradisional dan solidaritas yang besar. Sebagai contoh, setiap lebaran, dari pihak puri memberikan sumbangan berupa minyak. Apabila ada salah seorang melakulan ibadat Haji ke Tanah Suci Mekah. Raja membantu perbekalan, kadang memberi dana kepada mereka. Walaupun ikatan serupa itu tidak berlaku pada saat ini bagi orang Muslim Sasak di

Juuk Manis, namun ikatan tradisional dalam bentuk lainnya masih dapat ditemukan.

Bentuk Toleransi dan Manfaatnya Bagi Masyarakat Multikultur

Bentuk toleransi tradisional yang pernah dibina tersebut ada beberapa yang masih berlangsung walaupun terdapat perbedaan, namun bentuk toleransi tersebut memiliki nilai dan manfaat bagi masyarakat yang hidup dalam keberagaman etnis, budaya maupun agama. Salah satu contohnya jika dulu semangat toleransi di Juuk Manis adalah pada waktu pihak Puri mengundang warga Muslim dalam suatu upacara adat akan memberitahukannya pada kepala lingkungan atau tokoh masyarakat. Uniknya pada saat menyampaikan undangan disarankan agar warga Muslim yang hadir di Puri agar tetap mengenakan pakaian muslim. Hal ini dimaksudkan untuk untuk memudahkan keluarga Puri dalam membedakan hidangan yang disajikan bagi orang muslim. Hal itu berlaku terhadap warga muslim yang ada di kampung lainnya di wilayah kerajaan Karangasem seperti di kampung Muslim yang ada di Kelurahan Subagan (Sulandjari,2011). Pada masa sekarang khususnya bagi warga Bali Hindu di Juuk Manis, misalnya ketika mengundang warga Muslim ke acara adat yaitu dengan menyampaikan langsung ke orang yang di undang dan hidangan yang akan disajikan untuk warga Muslim diserahkan pada warga Muslim untuk menangani. Hal ini merupan salah satu bentuk menghormati budaya antar etnis yang berbeda agama dan budaya (wawancara dengan Ida Bagus Oka, 2021)

Pada masa kerajaan, pengelingsir Puri Karangasem yaitu pada pemerintahan Raja A.A. Gede Ngurah Karangasem, Beliau merasakan tanda-tanda akan terjadi pemberontakan atau

perselisihan antar dua suku, budaya dan agama yang berbeda. Lalu Beliau mengantisipasi dengan mengembangkan sikap toleransi antar suku yang berbeda itu melalui sistem perkawinan dengan mengawini putri Sasak keturunan Datuk Seleparang (Agung ,2010). Pada saat ini bentuk toleransi dalam perkawinan silang tetap berlanjut, bahkan terdapat seorang laki-laki Muslim mengawini perempuan Bali Hindu yang berasal dari kasta Brahmana. Hasil wawancara dari seorang warga Hindu dan warga Muslim yaitu Satra & Ashari (2021) menyatakan bahwa perkawinan silang yang menunjukkan toleransi terhadap pentingnya arti kesederajatan juga berlaku di lingkungan masyarakat kampung Juuk Manis, terjadi perkawinan silang antar seorang laki-laki Islam dengan seorang perempuan Bali Hindu atau sebaliknya, dan yang perempuan biasanya mengikuti agama yang dianut pihak laki-laki.

Hasil penelitian menunjukkan interaksi sosial yang terjadi di Juuk Manis antara warga Islam Sasak dengan warga Bali Hindu mengakibatkan terbentuknya akulturasi budaya, antara lain terlihat dalam aspek Bahasa. Bahasa yang digunakan sebagai alat komunikasi antar warga di Juuk Manis adalah Bahasa Bali Halus. Baik oleh generasi muda terutama generasi tua nampaknya pasih menggunakan Bahasa Bali halus. Artinya Mereka telah mampu beradaptasi serta turut bangga menggunakan Bahasa Bali halus dalam percakapannya terutama dengan warga Bali yang beragama Hindu. Akulturasi budaya ini telah menjiwai multikulturalisme sebagai suatu pengakuan atas hal-hal hidup budaya lokal sehingga wajib dihormati.

Secara fisik di lingkungan perkampungan Juuk Manis berdiri bangunan sebuah Masjid yang cukup besar yang letaknya sangat berdampingan dengan sebuah Pura tempat suci warga

Hindu seakan tidak ada tembok pembatas. Satra (2021) selaku kepala kampung Juuk Manis menyatakan bahwa bentuk toleransi antar warga Muslim dengan warga Bali Hindu di Juuk Manis dapat ditunjukkkan dalam kehidupan mereka dalam bermasyarakat yaitu adanya sikap yang saling menunjukkan rasa kepedulian dan toleransi antar etnis Sasak dan Bali, seperti baik ketika warga Hindu merayakan upacara piodalan pribadi maupun kegiatan upacara di Pura desa setempat, maka warga Islam ada yang datang untuk memberikan ala kadar untuk keperluan upacara tersebut bisa berupa buah, jajan, gula, dan beras secara sukarela. Demikian sebaliknya warga Hindu pun melakukan hal yang serupa jika warga Muslim ada yang merayakan kegiatan perkawinan atau perayaan hari raya seperti pada hari raya Idul Fitri berbuka puasa bersama warga Hindu tetap siap untuk ikut berpartisipasi jika diperlukan bantuannya (wawancara dengan Mad Ashari, 2021). Hal ini menunjukkan hubungan yang saling mengunjungi antar suku suku, agama dan budaya yang berbeda masih tetap berlangsung sampai sekarang tampak pada kegiatan upacara perkawinan, kematian dan kegiatan lainnya baik yang bersifat pribadi maupun maupun terhadap kegiatan yang dilaksanakan oleh pemerintah.

Pada masa lalu di bidang sosial ekonomi beberapa masyarakat Islam di Karangasem memiliki suatu ikatan yang disebut “pauman”.yaitu suatu ikatan atas sebidang tanah yang dihadiahkan kepada anggota pauman oleh puri dimana tanah itu berfungsi sebagai wakaf. Dalam hal-hal tertentu misalnya ada upacara adat di puri para anggota pauman diminta bantuannya baik berupa tenaga maupun benda (Agung ,1979:13-14). Di pihak lain toleransi antara umat Islam Sasak terhadap keluarga Puri berkaitan dengan sistem pauman sampai sekarang masih

dapat ditemukan. Mulyadi (2021) menyatakan bahwa adanya anggota pauman di Juuk Manis yang anggotanya adalah warga muslim. Anggota pauman dapat ditemukan hampir di beberapa perkampungan Islam yang ada di wilayah kerajaan Karangsem termasuk di Juuk Manis. Agung (2010) menyebutkan bahwa, Pauman, juga merupakan kelompok orang-orang (kepala keluarga) yang ditugaskan memelihara suatu fungsi sosial tertentu, misalnya menyedian makan, minum bagi orang yang ditugaskan berjaga-jaga memelihara dan membina keamanan wilayah. Hal ini menunjukkkan ikatan tradisional yang ditunjang oleh solidaritas terutama antar warga Puri Karangasem dengan warga Muslin di Juuk Manis dapat bertahan sampai sekarang

SIMPULAN

Sejarah telah mencatat pikiran, gagasan dan tindakan Raja Karangsem dan dukungan warga masyarakatnya yang multikultur mencerminkan toleransi yang besar dan hingga kini nilai-nilau toleransi tersebut tetap dikembangkan. Bentuk-bentuk toleransi yang pernah dibina dan dikembangkan sejak masa kerajaan Karangasem perlu dijadikan landasan atau dasar dalam mewujudkan masyarakat multikulturalisme yang merupakan alat alternatif yang strategis mencegah terjadinya konflik yang rentan terjadi dalam masyarakat multikultur. Dengan demikian esensi multikulturalisme dalam hal ini agar masyarakat minoritas tidak merasa diasingkan dalam kehidupan masyarakat yang mayoritas Hindu. Sehingga kedua warga yang yang berbeda keyakinan dapat hidup rukun, damai dan saling menghargai hingga sekarang.

Multikulturalisme diartikan sebagai suatu pengakuan atas hal hidup budaya-budaya lokal sehingga tidak hanya wajib dihormati, lebih dari itu konsep

multikulturalisme sebagai salah satu konsep yang sedang dikembangkan dewasa ini perlu terus disosialisasikan pada masyarakat luas dan dipahami pentingnya bagi bangsa Indonesia, serta ada keinginan untuk mengadopsi dan menjadikan pedoman hidupnya, adanya upaya-upaya untuk memperkuat sikap toleransi, solidaritas dan sikap lainnya untuk       dapat       mewujudkan

multikulturalisme dalam keberagaman. Sesuai dengan esensinya untuk menumbuhkan semangat untuk menjauhi prasangka,diskriminasi,              dan

marginalisasi di antara masyarakat yang berbeda etnis, budaya dan agama serta digunakan sebagai alternatif strategis untuk mencegah konflik.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah,Taufik            (1982).Pola

Kepemimpinan     Islam     di

Indonesia:Tinjauan Umum dalam Prisma, XI,No.6. Jakarta:LP3ES

Agung, Anak Agung Gede Putra (1979). Masuknya Islam di Karangasem. Denpasar:     Fakultas     Sastra

Universitas Udayana.

Agung,AA.Bagus Ngurah (2010). Hubungan Puri Karangasem Dengan Masyarakat Islam “Tempo DoeLoe”,     dalam     Media

Hindu.Islam di Bali Sejarah dan Darah. Media Hindu

Ardana, I Ketut (2011). Kerangka Teori dan Konsep Multikultural, dalam I Ketut Ardana “et.al”. Masyarakat Multikultural Bali Tinjauan Sejarah, Migrasi, dan Integrasi. Denpasar: Jurusan Sejarah Fakultas Sastra Universitas Udayana.

Barker, Chris (2000). Cultural Studies Teori & Praktik.Yogyakarta: Kreasi Wacana

Bocock, Robert (2007). Pengantar Komprehensif untuk Memahami Hegemoni.Yogyakarta:Jalasutra

Gramsci, Antonio (2003). Negara & Hegemoni. Yogyakarta:Pustaka Pelajar

Moleong, L.J. (1999). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Patria, Nesar dan Andi Arief (2003). Antonio Gramsci: Negara & Hegemoni. Yogyakarta:Pustaka Pelajar

Poloma, Margaret M (1987). Sosiologi Kontemporer. Jakarta: CV.Rajawali

Pudja,Gde (1983). Manawa Dharma Sastra (Weda Smrti).Jakarta:Proyrk Pengadaan Kitab Suci Hindu Departemen Agama Republik Indonesia.

Putra, Ida Bagus Gde (2011). Sejarah, Migrasi Dalam Terbentuknya Masyarakat Multikultur, dalam I Ketut Ardana “et.al”. Masyarakat Multikultural Bali Tinjauan Sejarah, Migrasi, dan integrasi Proses. Denpasar: Jurusan Sejarah Fakultas Satra Universitas Udayana

Rajab,Budi (1996).Pluralisme Masyarakat Indonesia SuatuTinjauan Umum, dalam Prisma, No.6. Jakarta: PT PustakaLP3M

Simon, Roger (2004). Gagasan-Gagasan Politik Gramsci, Terj.Kamdani dan Imam Baehaqi.Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Soekanto, Soerjono (2004). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Soenaryo, F.X. (2011). Sejarah, Migrasi Dalam Terbentuknya Masyarakat Multikultur, dalam I Ketu Ardana “et.al”. Masyarakat Multikultural Bali Tinjauan Sejarah, Migrasi, dan integrasi Proses. Denpasar: Jurusan Sejarah Fakultas Satra Universitas Udayana

Strinati, Dominic (2003). Popular Culture Pengantar Menuju Teori

Budaya Populer.Yogyakarta: Bentang Budaya.

Sulandjari (2011). Harmoni, Prevensi Konflik,        dan        Peran

Multikulturalisme, dalam I Ketut Ardana    “et.al.    Masyarakat

Multikultural    Bali    Tinjauan

Sejarah, Migrasi, dan Integrasi. Denpasar: Jurusan Sejarah Fakultas Sastra Universitas Udayana.

Sutedja, Wayan Mertha (1978). Dasar-Dasar Kepemimpinan Tradisional di Bali. Denoasar:  CV Sumber

Mas Bali

Trisila ,Slamet, ( 2013). Melihat Puri dari Serambi Masjid : Relasi Kuasa Kerajaan Karangasem dan Masyarakat Islam, dalam I Ketut Ardana (Ed.). Anak Agung Gede Putra Agung Sejarawan dan Budayawan Bali. Denpasar: Pustaka Larasan.