Aizuchi Sebagai Penanda Penyangkalan pada Film Hotaru No Hoka
on
SAKURA VOL. 5. No. 2, Agustus 2023
DOI: http://doi.org/10.24843/JS.2023.v05.i02.p04
P-ISSN: 2623-1328
E-ISSN:2623-0151
Aizuchi Sebagai Penanda Penyangkalan pada Film Hotaru No Hoka
Gema Sukana Putra1), Anak Agung Ayu Dian Andriyani2), Betty Debora Aritonang3)
1,2,3)Prodi Sastra Jepang Fakultas Bahasa Asing Universitas Mahasaraswati Denpasar Bali
Email: gemaputra79@gmail.com
Aizuchi as A Denial in The Film Hotaru No Haka
Abstract
This study discusses aizuchi as a sign of denial in the dialogue between characters in the film Hotaru No Haka. This research uses Chaer's sociolinguistic study theory and Horiguchi and Sakamoto's aizuchi theory. The data collection method and technique used in this study is the note-taking method, namely by listening to the object in the form of a dialogue that uses aizuchi as a refutation marker in the Hotaru No Haka film. After that, note the words or sentences contained in the object of research. The method to be used to analyze the data is qualitative analysis method. Methods and techniques for presenting the results of data analysis using informal methods. The results obtained in this study are four aizuchi which are included as a sign of denial of the speech to the speaker or the response given to disagree with the content of the speech in the conversation, namely. The first aizuchi "iie" dialogue is done by the character Seita with Setsuko. The two aizuchi "yo" are dialogues that Aunt has with Seita. The three aizuchi "deshou" are dialogues that Setsuko has with Bibi. The fourth aizuchi "maa" which is a dialogue between the Doctor and Seita.
Keywords: Aizuchi, denial response, hotaru no haka
Abstrak
Penelitian ini membahas aizuchi sebagai penanda penyangkalan pada dialog antar tokoh dalam film Hotaru No Haka. Penelitian ini menggunakan teori kajian sosiolingustik Chaer dan teori aizuchi dari Horiguchi dan Sakamoto. Metode dan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode simak catat, yaitu dengan menyimak objek berupa dialog yang menggunakan aizuchi sebagai penanda penyangakalan pada film Hotaru No Haka. Setelah itu mencatat kata atau kalimat yang terdapat pada objek penelitian. Metode untuk digunakan untuk menganalisis data yaitu, metode analisis kualitatif. Metode dan teknik penyajian hasil analisis data menggunakan metode informal. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini terdapat empat aizuchi yang termasuk termasuk sebagai penanda penyangkalan atas tuturan terhadap penutur atau respon yang diberikan untuk tidak menyetujui isi tuturan dalam percakapan, yaitu. Pertama aizuchi “iie” dialog yang dilakukan oleh tokoh Seita dengan Setsuko. Kedua aizuchi “yo” merupakan dialog yang dilakukan oleh Bibi dengan Seita. Ketiga aizuchi “deshou” merupakan dialog yang dilakukan oleh Setsuko dengan Bibi. Keempat aizuchi “maa” yang merupakan dialog antara Dokter dengan Seita.
Kata Kunci : Aizuchi, respon sangkalan, hotaru no haka
Negara Jepang merupakan salah satu negara yang kental dengan kebudayaan yang unik, salah satunya adalah etika dalam berkomunikasi dan menyampaikan pesan . Adapun etika tersebut yaitu Aizuchi ( Memberikan respon ), Aisatsu ( Memberi salam ) dan Zoutoubunka ( Budaya pemberian hadiah ). Ketika orang Jepang berbicara, mereka sangat memperhatikan etika dan mementingkan perasaan lawan bicara guna membangun hubungan komunikasi yang baik, sehingga diharuskan memakai aizuchi saat berkomunikasi. Horiguchi menjelaskan aizuchi adalah ekspresi ataupun ungkapan yang disampaikan lawan tutur untuk menanggapi informasi yang disampaikan penutur pada saat penutur sedang memakai haknya untuk berbicara.
Berdasarkan pengamatan peneliti pada kehidupan sehari-hari, umumnya penutur bahasa Indonesia yang mempelajari bahasa Jepang cenderung memiliki kebiasaan untuk diam dan menyimak ketika penutur sedang berbicara. Hal itu menandakan bahwa satu mitra tutur memberikan ruang agar penutur dapat berbicara dengan bebas. Sementara itu, penutur bahasa Jepang saat berkomunikasi memiliki kebiasaan untuk memberikan respon secara verbal maupun nonverbal. Hal ini memiliki arti bahwa seorang lawan bicara memahami dan mendengarkan dengan baik. Perbedaan cara merespon dalam berkomunikasi antara penutur bahasa Indonesia dan penutur bahasa Jepang. menyebabkan penutur bahasa Jepang merasa tidak nyaman bahkan menjadi salah paham jika berkomunikasi dengan penutur bahasa Indonesia. Penutur bahasa Indonesia yang tidak biasa dengan respon verbal atau disebut dengan aizuchi, akan menyebabkan penutur bahasa Jepang mengindikasi bahwa penutur bahasa Indonesia tidak mendengarkan pembicaraan dengan baik atau tidak mengerti poin penting yang telah dibicarakan. Hal ini terjadi karena ada berbagai jenis bentuk dan fungsi aizuchi. Aizuchi tidak memiliki makna leksikal tertentu jika dicari dalam kamus akan tetapi penggunaan aizuchi dapat diterjemahkan berdasarkan klasifikasi bentuk dan fungsinya masing-masing. Sehingga diperlukan pembahasan khusus dan mendetail untuk menjabarkan klasifikasi aizuchi tersebut ke dalam bahasa Indonesia yang tepat dan jelas, agar dapat ditangkap dengan baik oleh penutur bahasa Indonesia yang mempelajari bahasa Jepang. Selain itu aizuchi sering muncul di dalam media Jepang dan berkaitan dengan berkomunikasi seperti anime, drama, film, talkshow atau komik yang dinikmati oleh masyarakat, sehingga alasan
pemilihan tema aizuchi sebagai bahan penelitian dan penulis mengambil film sebagai sumber penelitian. Dalam penelitian ini yaitu film Hotaru No Haka.
Film Hotaru no Haka adalah sebuah film yang diadaptasi dari novel semi-autobiografi karya Akiyuki Nosaka. Cerita pada novel tersebut ditulis berdasarkan tragedi penyerangan kota Kobe oleh sekutu saat Perang Dunia II pada tanggal 5 Juni 1945 yang menghancurkan lebih dari setengah kota Kobe. Novel tersebut kemudian difilmkan dan disutradarai oleh Isao Takahata. Film ini mendapatkan banyak pujian dari para pengkritik film dan dianggap sebagai film dengan penggambaran perang yang sangat baik. Dengan kesuksesan yang diraihnya, film ini kemudian dibuat ulang pada tahun 2005 dan 2008. Film Hotaru no Haka menceritakan tentang perjuangan kakak beradik yang harus bertahan dalam kondisi perang tanpa kehadiran orang tua mereka. Cerita dalam film ini bermula pada saat Kobe diserang melalui udara oleh tentara sekutu pada tanggal 5 Juni 1945. Sebelum itu, Seita dan Setsuko hidup bahagia bersama dengan ibunya. Mereka hanya tinggal bertiga karena ayahnya adalah seorang tentara Angkatan Laut Jepang dan harus pergi berperang. Hal yang menarik bagi penulis sebagai pembelajar Bahasa Jepang adalah kebiasaan orang Jepang yang selalu merespon atau memberi tanggapan kepada lawan bicara saat berkomunikasi. Kebiasaan ini banyak ditemukan dalam film Hotaru no Haka. Karena adanya kebiasaan tersebut, maka situasi percakapan atau berkomunikasi akan menjadi lancar dan semakin hidup. Namun di Indonesia berbeda, kebiasaan ini jarang dilakukan atau bahkan tidak dilakukan oleh orang Indonesia, karena orang Indonesia lebih sering diam dan mendengarkan saja ketika lawan bicara atau pembicaraan sedang menyampaikan tuturannya. Dan akan memberi respon atau tanggapan, apabila pembicara bertanya sesuatu hal kepada lawan bicara. Kebiasan orang Jepang yang sigap memberi respon terhadap lawan bicara ini disebut dengan Aizuchi.
Aizuchi yaitu tanggapan atau ungkapan dalam Bahasa Jepang yang berfungsi untuk mengidentifikasi lawan bicara memberikan respon bahwa memahami atau memperhatikan isi pembicaraan atau topik yang disampaikan oleh pembicara. Dalam percakapan terdapat banyak aizuchi banyak digunakan yang bertujuan untuk kelancaran proses berkomunikasi, sehingga percakapan tidak terasa kaku. Namun banyak orang tidak mengetahui atau kurangnya pembelajaran tentang aizuchi, sehingga tidak mengetahui fungsi dan makna dari tuturan yang sebenarnya. Seperti dalam film Hotaru no Haka, terdapat kata "un" yang sering digunakan oleh tokoh Seita ketika tokoh Setsuko
memanggil atau menyebut nama tokoh Seita, dalam hal ini kata "un" yang digunakan oleh tokoh Seita, yang berarti "Ya?" bermaksud untuk merespon panggilan tersebut. Sehingga berfungsi sebagai respon atau tanggapan dan penanda memulai topik percakapan yang akan disampaikan pembicara, atau orang Indonesia sering menggunakan respon "Iya, kenapa?". Respon ini sering digunakan sebagai awal atau permulaan suatu percakapan. Namun secara umum kata "un" dalam aizuchi yaitu artinya "Ya" dan biasanya digunakan untuk menyatakan persetujuan atas perkataan atau tuturan dari lawan bicara. Terkadang penikmat film atau pembelajar Bahasa Jepang hanya mengartikan aizuchi tersebut secara umum saja, tanpa memperhatikan fungsi dan makna dari tuturan yang sebenarnya.
Penelitian ini menganalisis tentang fungsi dan bentuk aizuchi yang terdapat dalam film Hotaru No Haka dengan menggunakan kajian Sosiolingustik, serta pedoman fungsi aizuchi menurut Horiguchidan bentuk aizuchi oleh Sakamoto. Penelitian ini akan menganalisis tentang fungsi dan bentuk aizuchi yang terdapat dalam film Hotaru No Haka.
Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan, terdapat dua rumusan masalah, yaitu.
-
a) Apa maksud mitra tutur memberikan respon atau aizuchi sangkalan?
-
b) Apa bentuk aizuchi yang digunakan untuk penanda sangkalan?
Penelitian ini menggunakan metode simak catat, yaitu dengan menyimak objek penelitian (Film Horatu No Haka), setelah itu mencatat kata atau kalimat yang terdapat pada objek penelitian. Metode untuk digunakan untuk menganalisis data yaitu, metode analisis kualitatif. Metode dan teknik penyajian hasil analisis data menggunakan metode informal.
Teori yang digunakan yaitu teori kajian sosiolingustik oleh Chaer (2010) untuk mengalisis cara menggunakan bahasa dalam aspek atau segi sosial dalam kemasyarakatan. Kedua teori aizuchi, pengertian dan fungsi oleh Horiguchi (1997) untuk menganalisis respon terhadap tuturan dan fungsi respon terhadap isi tuturan yang telah disampaikan. Ketiga teori bentuk-bentuk aizuchi oleh Sakamoto (2007) untuk mengklasifikasikan aizuchi yang digunakan dalam dialog.
Pada penelitian ini, penulis menggali informasi dari penelitian-penelitian sebelumnya yang ada hubungannya dengan topik penelitian yang diangkat sebagai berikut.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Tanaya (2021) yang berjudul “Fungsi Aizuchi E dalam Anime Tenki No Ko”. Dalam penelitian tersebut ditemukan fungsi penggunaan aizuchi e yang terdapat pada anime Tenki No Ko yang berdasarkan berdasarkan teori Horiguchi. Teori yang digunakan tersebut fungsi aizuchi terbagi menjadi 5, yaitu (1) kite iru to iu shingou (2) rikai shite iru to iu shingou (3) doui no shingou (4) hitei no shingou (5) kanjou no hyoushutsu.
Penelitian yang dilakukan oleh Tanjung (2017) yang berjudul “Analisis Aizuchi EE dalam film Flyng Colors Karya Nobutaka Tsubota Tinjauan Pragmatik”, dalam penelitian tersebut ditemukan tentang penjelasan penggunaan aizuchi "ee" yang terdapat dalam film flying colors karya Nobutaka Tsubota berdasarkan fungsi pragmatis, menjelaskan fungsi berdasarkan teori Horiguchi (dalam Miyazaki, 2003) dan menjelaskan pengaruh intonasi terhadap aizuchi ee.
Penelitian yang dilakukan oleh Sutardi (2017) yang berjudul “Analisis penggunaan aizuchi berdasarkan gender (studi kasus talk show smap bistro 12/7/2009 Fuji TV) , dalam penelitiannya tersebut terdapat beberapa pembahasan yang disampaikan penulis, sebagai berikut, jumlah penggunaan aizuchi yang ada dalam acara talk show smap bistro yang memiliki durasi sekitar 20 menit, mengelompokkan aizuchi yang sering digunakan, menganalisis aizuchi yang digunakan sesuai gender yang terdapat dalam talk show tersebut dan makna kesan atau maksud pembicara berdasarkan intonasi yang digunakan.
Penelitian yang dilakukan oleh Sevira (2018) yang berjudul “Analisis Fungsi dan Respon Outoushi pada percakapan wanita Jepang dalam drama Kanna-San! Karya Kahoru Fukaya” , dalam penelitian tersebut menggunakan teori Hiroguchi dan Sakamoto untuk menjelaskan analisis dan bentuk aizuchi, seperti menganalisis bentuk aizuchi yang digolongkan menjadi (1) aizuchi shi, (2) kurikaeshi, (3) iikae, dan (4) sakidori. Sakamoto membagi bentuk aizuchi menjadi dua golongan yaitu aizuchi shi dan aizuchi teki na hyougen. Untuk golongan aizuchi shi, berupa (1) outoushi, (2) sou kei, (3) kantan shi, dan (4) shuujoshi. Sedangkan untuk golongan aizuchi teki na hyougen berupa (1) fukushi, (2) keiyoushi dan (3) doushi. kemudian untuk menganalisis fungsi aizuchi digunakan teori
dari Horiguchi (1997:42-60) berupa (1) kiteiru to iu shingou, (2) rikai shiteiru to iu shingou (3) doui no shingou, (4) hitei no shingou, dan (5) kanjou no hyousutsu.
Pada hasil terdapat empat aizuchi sebagi penanda sangkalan atas tuturan terhadap penutur, yang merupakan respon tidak setujui atau tidak menyetujui isi tuturan dalam berkomunikasi, diantaranya.
Aizuchi いいえ( iie ) pada data ini ditemukan pada saat dialog yang dilakukan tokoh Seita dengan Setsuko. Aizuchi tersebut dijelaskan pada data (10) sebagai berikut.
Data (1)
Penutur Mitra tutur Topik tuturan Konteks Dialog. 清太 節子 清太 Romaji. Seita Setsuko Seita Terjemahan. Seita Setsuko Seita |
: Setsuko : Seita : Setsuko menegur Seita ketika selesai makan : Setsuko mencoba untuk menegur sikap Seita yang baru selesai makan, pada adegan tersebut tokoh seita memberikan respon atau tanggapan santai kepada adiknya. : ゴッツォさん、フッアー : 牛になるよ兄ちゃん。 : いいえ、そんなに。 きちんと座らんでも。 : Gocchosan, fuaa .... : Ushi ni naru yo niichan. : Ushi ni naru yo niichan. : Selesai, huaa ... : Tidak sopan kakak. : Tak masalah. Kita bisa duduk dengan cara apa |
Gambar 4.1

Setsuko mengingatkan Seita ketika usai makan ( Sumber : film Hotaru no Haka (00.43.15) )
Analisis:
Pada data (1) adalah dialog yang dilakukan oleh Setsuko dan Seita ditemukan aizuchi iie yaitu saat terjadinya ketika tuturan antara Setsuko sebagai penutur dan Seita sebagai mitra tutur. Konteks pembicaraan antara Setsuko dan Seita bersifat informal, karena adanya hubungan kekeluargaan diantara Setsuko dan Seita. Aizuchi iie yang diucapkan oleh tokoh Seita merupakan bentuk respon Seita terhadap pernyataan Setsuko yaitu untuk menyangkal pernyataan dari penutur yaitu tokoh Setsuko.
Hal ini terlihat dari isi tuturan yang di tuturkan oleh Seita yang menyakal dari tuturan Setsuko, sehingga Seita tidak menyetujui tuturan yang Setsuko sampaikan. Aizuchi iie pada data (1) termasuk ke dalam klasifikasi aizuchi outoushi yang berfungsi sebagai hitei no shingou atau pertanda penyangkalan atau tidak menyetujui isi tuturan terhadap penutur.
-
4.2 Aizuchi よ (yo)
Aizuchi よ (yo) pada data ini ditemukan pada saat dialog yang dilakukan tokoh Seita dengan Setsuko. Aizuchi tersebut dijelaskan pada data (2) sebagai berikut.
Data (2)
Penutur
Mitra tutur Topik tuturan
Konteks
Seita
Bibi dan Setsuko
Seita menjelaskan tentang nasi kepal yang dibuat oleh bibi kepada Setsuko namun dibantah oleh Bibi Pada saat makan pagi atau sarapan Bibi membuat nasi kepal dan mengira bahwa nasi tersebut untuk makan siang siang mereka. Namun bibi pun
membantah bahwa nasi kepal tersebut bukan untuk Seita dan Setsuko. Bibi menjelaskan bahwa makan siang masih sama yaitu bubur. | |
Dialog. 清太 おばさん |
: 見てみ昼はオムスビやから雑炊がまんして食べ。 : ええ加減にしとき。 うちにおるもんは昼かて雑炊やお国のた めに働いてる人らの弁当と一日中ブラブラしとるあんたらと なんでおなじ思うの。 清太さんな、あんたもう大きいねんか ら助け合いいうこと考えてくれな。 あんたらはお米ちっとも 出さんとそれで御飯食べたいいうてもそらいけませんよ。 通 りません。ちょっとつづけてご飯食べさせたったら。 まあ口 が肥えてしまいよってからに。 |
Romaji. Seita |
: Mite mi, hiru wa omusubi yakara zousui gaman shite tabe. |
Obasan |
: Eekagen nishi toki. Uchi ni oru mon wa hiru kate zousui ya okuni no tame ni hataraite iru hitora no bentou to ichinichichuu burabura shitoru antara to nande onaji omou no. Seita san na. Antara wa okome chotto modasan to sore de gohan tabeta iiu te mo sora ikemasen yo. Toorimasen. Chotto tsuzukete gohan tabesasetattara, maa kuchii ga koete shimai yotte kara ni. |
Terjemahan. Seita |
: Coba lihat, kita punya nasi kepal untuk makan siang, Sisakan itu untuk nanti. |
Bibi |
: Henti kan. Nanti siang kalian makan bubur juga. Kau pikir pemalas seperti mu pantas untuk mendapat seperti yang didapat orang yang bekerja untuk negaranya? Seita, kau sudah cukup dewasa untuk tahu tiap orang harus berusaha. Kau selalu mau makan nasi, tapi kau tak berusaha menghasilkannya. Tidak, sama sekali tidak! Meski kau sudah kuberi nasi, tapi masih saja mengeluh! Gambar 4.2 Seita, Bibi dan Setsuko berada di meja makan ( Sumber : film Hotaru no Haka ( 00.39.20 ) ) |
Analisis:
Pada dialog yang dilakukan oleh Bibi dan Seita yang berlatarkan tempat makan, terdapat dialog yang menggunakan aizuchi yo yang termasuk ke dalam bentuk aizuchi shuujoshi yaitu kata yo pada akhir kalimat yo, aizuchi yo pada tuturan tersebut merupakan bentuk ekspresi yang diberikan Bibi sebagai mitra tutur atas penuturan yang telah disampaikan oleh Seita. Respon yang diucapkan oleh Bibi merupakan bentuk sanggahan atau menyangkal tuturan Seita, sehingga berfungsi sebagai sangkalan atau masuk ke dalam hitei no shingou. Dalam data (2) awalnya Seita menuturkan atau menjelaskan kepada Setsuko namun mendapatkan respon dari Bibi yang kurang bagus, dikarenakan tuturan yang disampaikan Seita berada di tempat yang sama dengan Bibi berada.
Pada komunikasi yang berlangsung penutur dan mitra tutur langsung bertatap muka, peranan penutur dan mitra tutur silih berganti. Respon bisa menunjukkan peran penutur dan mitra tutur berganti. Namun dalam hal ini Bibi memberikan respon atau jawaban atas tuturan Seita yang berupa penyanggahan.
-
4.3 Aizuchi でしょ (desho)
Aizuchi でしょ (desho) pada data ini ditemukan pada saat dialog yang dilakukan tokoh Seita dengan Setsuko. Aizuchi tersebut dijelaskan pada data (3) sebagai berikut.
Data (3) | |
Penutur |
: Setsuko |
Mitra tutur |
: Bibi |
Topik tuturan |
: Setsuko menanggapi situasi yang telah terjadi dan di respon oleh Bibi |
Konteks |
: Setelah terjadi dialog pada data (11) Bibi pun pergi dan merapihkan makanan, pada saat itu Setsuko mencoba untuk mengeluarkan pendapat, namun saat Setsuko mengeluarkan pendapatnya Bibi pun memberikan respon terhadap Setsuko terhadap tuturan Setsuko tersebut. |
Dialog. | |
節子 |
: そやかてあれうちのお米やのに。 |
おばさん |
: なんやそんならおばさんがズルイことしてるいうのえらいこ というねえ。 みなしご二人あずかったってそういわれたら世 話ないわ。 よろし、うちとあんたらと御飯別々にしましょ。 それやったら文句ないでしょ。 それでな清太さんあんたとこ 東京にも親せきいてんでしょ。 お母さんの実家でなんやらい う人おってやないの。 手紙出したらどう。 この西宮かていつ 空襲されるかわからんよ。 |
Romaji. Setsuko Obasan |
: Soyakate are uchi no okome ya noni. : Nanya sonnara obasan ga zurui koto shiteru iu no. Erai koto iu nee. Minashi gofutari azukattate sou iwaretara sewa nai wa. Yoroshi. Uchi to antara to gohan betsu betsu ni shimasho. Sore de na Seita san, Anta toko toukyou ni mo shinsekiiterun desho. Okaasan no jikka de nan yara iu |
Terjemahan.
Setsuko
Bibi
Tapi itu beras kita
Oh, jadi kau anggap aku curang, begitu? Berani nya kau mengatakan itu! Setelah kuberi kalian tempat tinggal! Baiklah!Mulai sekarang kita masak makan malam sendiri sendiri! Seita, kau punya kerabat di Tokyo, bukan? Keluarga dari ibumu? Mengapa tidak kau kirimkan mereka surat? Nishinomiya ini sewaktu-waktu bisa kena bom!
Gambar 4.3

Setsuko mencoba untuk mengelurkan pendapat ( Sumber : film Hotaru no Haka ( 00.40.05 ) )
Analisis:
Pada data (3) terdapat aizuchi desho, yaitu yang terjadi pada saat tuturan anatara Setsuko dan Bibi. Aizuchi desho yang diucapkan oleh Bibi merupakan penegasan untuk meyakinkan agar Seita dan Setsuko tidak perhitungan dan manja, selain itu juga untuk menegaskan Seita dan Setsuko untuk menghubungi keluarga yang lainnya atau saudara dari Ibu nya Seita. Aizuchi desho pada data (3) bermakna atau maksud untuk mempertegas sangkalan atau menyanggah tuturan. Aizuchi desho pada data (3) termasuk ke dalam bentuk aizuchi shuujoshi dan memiliki fungsi hitei no shingou, yaitu Bibi merespon tuturan Setsuko dengan mengirimkan tanda menyangkal atau tidak setuju terhadap isi pembicaraan. Hal ini dapat dibuktikan ketika Bibi merespon pernyataan Setsuko.
Ketika perasaan penutur berlawanan dengan kenyataan yang sedang terjadi, mitra tutur akan menolak perasaan penutur, karena berlawanan dengan tujuan yang akan dijalankan di masa depan.
-
4.4 Aizuchi まあ (maa)
Aizuchi まあ (maa) pada data ini ditemukan pada saat dialog yang
dilakukan tokoh Seita dengan Setsuko. Aizuchi tersebut dijelaskan pada data (4) sebagai berikut.
Data (15) Penutur Mitra tutur Topik tuturan |
: Seita : Dokter : Seita meminta Dokter memberikan obat kepada adiknya. |
Konteks |
: Setelah dokter memeriksa kondisi Setsuko, Seita meminta supaya dokter menyuntik atau memberikan obat kepada adiknya yang sakit. Namun Dokter tidak mau memberikan obat kepada adiknya, dikarenakan Setsuko hanya mengalami kekurangan nutrisi. |
Dialog. せいた 医者 せいた |
: とにかくなにか手あてしてください。お願いします : まあ、滋養をつけることですな。それしかない : 滋養ゆうても 滋養なんか、どこにあるんですか |
Romaji. Seita Isya Seita |
: Tonikaku nanika teateshite kudasai. Onegaishimasu : Maa, jiyou wo tsukeru koto desuna. Soreshikanai : Jiyou yuutemo Jiyou nanka, doko ni arundesuka?!! |
Terjemahan. Seita Isya Seita |
: Berikan obat untuk adikku. Aku mohon padamu : Aa, dia hanya membutuhkan nutrisi. Makanan : Nutrisi… Nutrisi, di mana aku bisa mendapatkan nutrisi?!! |
Gambar 4.4
Setsuko dan Seita berada di Rumah Sakit
( Sumber : film Hotaru no Haka (01.11.20) )
Analisis:
Pada data (4) adalah dialog yang dilakukan oleh Seita sebagai penutur dan Dokter sebagai mitra tutur. Dalam dialog tersebut terdapat aizuchi maa yang diungkapkan oleh dokter sebagai respon dari tuturan Seita. Aizuchi maa pada data tersebut termasuk ke dalam bentuk aizuchi outoushi yang merupakan bentuk jawaban terhadap pertanyaan. Aizuchi maa yang diungkapkan oleh Dokter termasuk ke dalam golongan odoroki yang digunakan pada saat mitra tutur terkejut dengan tuturan yang disampaikan oleh penutur, selain itu juga aizuchi maa yang terdapat pada data (4) berfungsi sebagai hitei no shingou atau pertanda sangkalan mitra tutur terhadap tuturan dari Seita.
Hal ini dapat dibuktikan dari pernyataan Seita yang memaksa supaya adiknya mendapatkan obat, namun Dokter tidak memberikan apa yang Seita inginkan, sehingga Dokter menolak dan mempertegas apa yang Setsuko perlukan saat itu.
Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan bahwa dalam film Hotaru No Haka telah ditemukan 4 data aizuchi sebagai penanda penyangkalan yaitu, sebagai berikut.
Pertama aizuchi いいえ( iie ) adalah dialog yang dilakukan oleh Setsuko dan Seita.
Konteks pembicaraan antara Setsuko dan Seita bersifat informal, karena adanya hubungan kekeluargaan diantara Setsuko dan Seita. Aizuchi iie yang diucapkan oleh tokoh Seita merupakan bentuk respon Seita terhadap pernyataan Setsuko yaitu untuk menyangkal pernyataan dari penutur yaitu tokoh Setsuko. Aizuchi tersebut termasuk ke dalam klasifikasi aizuchi outoushi yang berfungsi sebagai hitei no shingou atau pertanda penyangkalan atau tidak menyetujui isi tuturan terhadap penutur.
Kedua Aizuchi よ (yo) yaitu dialog yang dilakukan oleh Bibi dan Seita. Aizuchi tersebut termasuk ke dalam bentuk aizuchi shuujoshi yaitu kata yo pada akhir kalimat yo,
aizuchi yo pada tuturan tersebut merupakan bentuk ekspresi yang diberikan Bibi sebagai mitra tutur atas penuturan yang telah disampaikan oleh Seita. Respon yang diucapkan oleh Bibi merupakan bentuk sanggahan atau menyangkal tuturan Seita, sehingga berfungsi sebagai sangkalan atau masuk ke dalam hitei no shingou.
Ketiga Aizuchi でしょ (desho) yaitu yang terjadi pada saat tuturan anatara Setsuko dan Bibi. Aizuchi desho yang diucapkan oleh Bibi merupakan penegasan untuk meyakinkan agar Seita dan Setsuko tidak perhitungan dan manja, selain itu juga untuk menegaskan Seita dan Setsuko untuk menghubungi keluarga yang lainnya atau saudara dari Ibu nya Seita. Aizuchi desho tersebut bermakna atau maksud untuk mempertegas penyangkalan atau menyanggah tuturan. Aizuchi desho pada data ini termasuk ke dalam bentuk aizuchi shuujoshi dan memiliki fungsi hitei no shingou, yaitu Bibi merespon tuturan Setsuko dengan mengirimkan tanda menyangkal atau tidak setuju terhadap isi pembicaraan. Hal ini dapat dibuktikan ketika Bibi merespon pernyataan Setsuko.
Keempat Aizuchi まあ (maa) yaitu dialog yang dilakukan oleh Seita sebagai penutur dan Dokter sebagai mitra tutur. Dalam dialog tersebut terdapat aizuchi maa yang diungkapkan oleh dokter sebagai respon dari tuturan Seita. Aizuchi maa pada data tersebut termasuk ke dalam bentuk aizuchi outoushi yang merupakan bentuk jawaban terhadap pertanyaan. Aizuchi maa yang diungkapkan oleh Dokter termasuk ke dalam golongan odoroki yang digunakan pada saat mitra tutur terkejut dengan tuturan yang disampaikan oleh penutur, selain itu juga aizuchi maa yang terdapat pada data tersebut berfungsi sebagai hitei no shingou atau pertanda sangkalan mitra tutur terhadap tuturan dari Seita.
-
6. Daftar Pustaka
Seichii Makino dan Michio Tsutsui.1995.A Dictionary of Intermediate Japanese Grammer.
Tokyo:The Japan Times
Motoaki, Kouyama.Tadashi Nihongo Jiten. Hiroshima:Kabushiki Kaisha-Oukurasanyo
Otsuka, Yoko. 2005. “テレビインタビュー番組におけるあいづち的表現―ポライトネス の観点から“. The annals of Gifu Shotoku Gakuen University. Faculty of Foreign Language 44, 56-69.
Tanaya, I Gede Separta Adi.2021."Fungsi Aizuchi E dalam Anime Tenki no Ko”.Fakultas Bahasa Asing Universitas Mahasaraswati Denpasar.
Tanjung, Faisal.2017.“Analisis Aizuchi EE dalam film Flyng Colors Karya Nobutaka Tsubota Tinjauan Pragmatik”. Fakultas ilmu budaya Universitas Andalas Padang.
Sutadi, Tedi.2017.”Analisis penggunaan aizuchi berdasarkan gender (studi kasus talk show smap bistro 12/7/2009 Fuji TV).Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra Universitas Pendidikan Indonesia.
Sevira, Maulydia.2018.“Analisis Fungsi dan Respon Outoushi pada percakapan wanita Jepang dalam drama Kanna-San! Karya Kahoru Fukaya”.Program studi Kejepangan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlang.
Zaim, M. 2014. Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural. Padang FBS UNP Press Padang
Alwasilah, A. Chaedar. 2007. Contextual Teaching and Learning: Menjadikan kegiatan Belajar-mengajar Mengasyikkan dan Bermakna. Bandung: Penerbit MLC
Andriyani, Anak Agung Ayu Dian. 2018. Kesantunan Berbahasa “Sebuah Kajian Pragmatik”. Yogyakarta: Erhaka Utama
Mahsun. 2014. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya Edisi Revisi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Maynard, Senko K. 1995. An Introduction to Japanese Grammar and Communication Strategies. Tokyo: The Japan Times
Mizutani, Osamu dan Nobuko Mizutani. 1987. How To Be Polite In Japanese. Tokyo: The Japan Times
Nafila, Rusma Sarsinto. 2010. “Penggunaan Aizuchi Dalam Drama Hachimitsu To Kuroba” Skripsi. Semarang: Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas Negeri Semarang
Rohmadi, Muhammad. 2017. Pragmatik Teori dan Analisis. Surakarta: Yuma Pustaka
278
Discussion and feedback