Implementasi Konsep Mottainai sebagai Upaya Pelestarian Lingkungan dalam Anime Mottainai Baasan karya Mariko Shinju

Cindy Rut Deanahara1), I Made Budiana2), Ni Luh Putu Ari Sulatri3)

[1,2,3] Program Studi Sastra Jepang, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana

Jl. Pulau Nias No.13 Sanglah, Denpasar Timur, Denpasar, Indonesia Pos-el: [email protected]

Implementation of The Mottainai Concept as An Environmental Conversation Effort in The Mottainai Baasan Anime by Mariko Shinju

Abstract

This article discusses about the environmental problem and the implementation of mottainai to preserve the environment in Mottainai Baasan anime. The method used in this article was content analysis with a qualitative approach. The ecocriticism literary theory by Garrard and an environmental ethics theory by Keraf are used as the basic theorethical. The results indicate that in the anime, four environmental problems are found which include soil pollution, water pollution, food waste, and energy waste, which occur due to a lack of understanding about environmental conservation. Environmental problems that continue to occur make Japanese people strive to preserve the environment by implementing the mottainai concept. The implementation of mottainai is reflected in the environmental ethics principle, such as: 1) respect for nature, including the awareness that environment has a value and allowing living creature in the environment to live and grow; 2) moral responsibility for nature, including awareness to protect the environment and prevent environmental damage; 3) caring for nature, including caring for living beings who experience difficulties and awareness that the environment has the right to be protected; 4 simple lifestyle and in harmony with the environment; including maximizing the function of an object to reduce consumptive behavior.

Keywords: ecocriticism, environmental ethics, environmental preserve, mottainai

Abstrak

Artikel ini membahas mengenai permasalahan lingkungan yang terjadi serta implementasi konsep mottainai sebagai upaya pelestarian lingkungan dalam anime Mottainai Baasan. Metode yang digunakan dalam artikel ini adalah metode simak dan catat dengan pendekatan kualitatif. Teori yang digunakan dalam artikel ini yaitu teori ekokritik sastra dari Garrard dan teori etika lingkungan dari Keraf. Berdasarkan hasil penelitian, dalam anime Mottainai Baasan ditemukan empat permasalahan lingkungan yang meliputi pencemaran tanah, pencemaran air, pemborosan makanan, dan pemborosan energi, yang terjadi akibat kurangnya pemahaman terhadap pelestarian lingkungan. Permasalahan terhadap lingkungan yang terus menerus terjadi membuat orang Jepang berupaya untuk menjaga kelestarian lingkungan dengan mengimplementasikan konsep mottainai. Implementasi konsep mottainai tercermin dalam prinsip-prinsip etika lingkungan, yaitu: 1) hormat terhadap lingkungan, meliputi kesadaran bahwa lingkungan memiliki nilai dan membiarkan makhluk hidup di lingkungan untuk hidup dan berkembang; 2) tanggung jawab moral terhadap lingkungan, meliputi kesadaran untuk melindungi lingkungan dan mencegah kerusakan

lingkungan; 3) kasih sayang dan kepedulian terhadap lingkungan, meliputi peduli terhadap mekhluk hidup yang mengalami kesulitan dan kesadaran bahwa lingkungan memiliki hak untuk dilindungi; 4) hidup sederhana dan selaras dengan lingkungan, meliputi pemaksimalan fungsi suatu benda untuk mengurangi perilaku konsumtif.

Kata kunci: ekokritik, etika lingkungan, mottainai, pelestarian lingkungan

  • 1.    Pendahuluan

Manusia sangat bergantung dengan lingkungannya. Lingkungan menyediakan berbagai sumber daya untuk dimanfaatkan secara bijak oleh manusia guna keberlangsungan hidup manusia. Begitu pula dengan masyarakat Jepang yang merasa terhubung dengan lingkungan melalui kecintaan dan kekaguman terhadap lingkungan (Mackey, 2017). Lingkungan dianggap memiliki peranan penting dalam kehidupan, yang meliputi seni, gaya hidup, budaya, dan sistem kepercayaan. Dewasa ini, hubungan antara manusia dengan lingkungan menjadi tidak serasi. Dengan kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimiliki, manusia cenderung memiliki sifat eksploitasi terhadap lingkungan sehingga menimbulkan berbagai permasalahan. Permasalahan lingkungan muncul akibat manusia seringkali melanggar etika lingkungan. Pengetahuan tentang etika ini kemudian terus berkembang dan mengalami perubahan berupa kritik untuk memperbaiki hubungan manusia dengan lingkungan beserta isinya (Mufrizon, 2005).

Sebuah konsep di Jepang yang ditanamkan dalam masyarakatnya guna menjaga keselarasan hubungan antara manusia dengan lingkungan adalah konsep mottainai. Konsep mottainai digunakan oleh ahli lingkungan Jepang untuk mendorong masyarakat supaya melakukan 4R, yaitu reduce berarti ‘mengurangi’, reuse berarti ‘menggunakan kembali’, recycle berarti ‘mendaur ulang’, dan respect berarti ‘menghormati’ sebagai cara untuk melestarikan lingkungan. Mottainai merupakan gabungan karakter mottai (勿体) yang berarti ‘sesuatu yang penting atau suci’ dan nai (無い) yang berarti ‘kekurangan’. Mottainai dapat merujuk pada makna ‘jangan boros’ dan ‘betapa borosnya’, istilah ini mengungkapkan rasa penyesalan karena telah menyia-nyiakan sebuah objek atau sumber daya (Viktoria, 2020). Menurut Nanai (dalam Hoy, 2018:28), mottainai berakar pada filosofi Buddha yang mengarahkan untuk menghormati dan bersyukur terhadap dunia dan sumber daya yang telah diberikan. Kemudian menurut Kawanishi (dalam Taylor, 2015:23), mottainai juga dianggap berhubungan dengan kepercayaan Shinto, yaitu bahwa semua benda memiliki dewa atau dalam bahasa Jepang disebut kami. Oleh karena itu, semua

benda harus dihormati dan cara terbaik untuk menghormatinya adalah dengan tidak me-nyia-nyiakannya.

Orang Jepang mengaitkan sikap mottainai dengan sikap yang dibawa oleh kakek dan nenek mereka. Hal itu dikarenakan generasi terdahulu telah mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidup karena tidak tersedia sumber daya dan energi yang memadai. Jepang sebagai negara kepulauan memiliki sedikit sumber daya alam, minyak bumi yang tidak mencukupi, serta bahan mineral yang tidak seberapa (Taylor, 2015:5). Dengan sumber daya yang terbatas, penerapan mottainai untuk tidak menyia-nyiakan sumber daya yang ada menjadi hal wajib yang mengatur gaya hidup masyarakat Jepang terdahulu (Nakayama, 2017). Konsep mottainai dianggap memiliki kesan kuno dan merepotkan sehingga tidak banyak anak muda yang menerapkan konsep ini dalam kehidupannya sehari-hari. Upaya untuk memperkenalkan kembali konsep mottainai terus dilakukan oleh ahli lingkungan Jepang supaya konsep ini tidak terlupakan. Upaya ini diharapkan dapat memberi dampak positif terhadap masyarakat yaitu berupa kesadaran akan pentingnya melestarikan lingkungan.

Mottainai mulai diperkenalkan kembali melalui media Jepang dan internasional, serta melalui literatur anak-anak dan dunia akademis. Salah satunya melalui anime Mot-tainai Baasan karya Mariko Shinju. Anime Mottainai Baasan secara garis besar menggambarkan seorang nenek bernama Nenek Mottainai yang terlihat tegas, sehat, dan menyenangkan yang akan mengajarkan hal penting mengenai mottainai kepada anak-anak. Anime ini dibuat untuk memperkenalkan mottainai, sebuah konsep yang bukan hanya mengenai tidak melakukan pemborosan, namun juga mengenai menghormati alam, menghargai kehidupan yang dimiliki dan menghargai kerja keras orang lain. Kekhawatiran akan terlupakannya konsep mottainai karena tidak banyak orang tua yang mengajarkan konsep ini kepada anak-anak juga memunculkan ide untuk dibuatnya buku Mottainai Baasan, yang kemudian diangkat menjadi anime (Shinju, 2020). Artikel ini bertujuan untuk mengetahui permasalahan lingkungan dan untuk upaya pelestarian lingkungan yang dilakukan melalui implementasi konsep mottainai yang digambarkan dalam anime Mottainai Baasan.

  • 2.    Metode dan Teori

    2.1    Metode Penelitian

Metode pengumpulan data penelitian digunakan metode simak dan catat. Tahap-tahap yang dilakukan dalam pengumpulan data diawali dengan mengunduh anime Mot-tainai Baasan melalui Microsoft Edge. Kemudian anime ditonton secara berulang untuk memahami isi dan maksud yang ingin disampaikan di dalam anime tersebut. Terakhir, dilakukan pencatatan hal-hal penting berupa kutipan langsung yang mendukung dalam menjawab rumusan masalah menggunakan.

Metode yang digunakan untuk menganalisis data adalah metode deskriptif. Data-data yang telah dikumpulkan berupa gambar potongan adegan serta kutipan dialog antar tokoh dalam anime Mottainai Baasan kemudian dianalisis menggunakan teori ekokritik sastra dan teori etika lingkungan. Analisis data dilakukan dengan mendeskripsikan data-data sebagaimana adanya dan mencantumkan penjelasan.

Penyajian hasil analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode informal. Hasil analisis data diuraikan dalam bentuk kata-kata yang menunjukkan permasalahan lingkungan serta upaya pelestarian lingkungan dalam anime Mottainai Baasan.

  • 2.2    Teori

Permasalahan lingkungan dalam anime Mottainai Baasan dikaji berdasarkan aspek-aspek ekokritik yang dikemukakan oleh Garrard (2004). Ekokritik sastra merepresentasikan fenomena kultural, iklim, dan perubahan lingkungan dalam sastra. Ekokritik menekankan cara memahami sastra dengan membayangkan gambaran hubungan antara manusia dan lingkungan dalam segala bidang hasil budaya (Garrard, 2004:20). Garrard menyampaikan gagasan mengenai aspek-aspek yang berkaitan dengan ekokritik, antara lain pencemaran, tempat tinggal, dan binatang.

Sedangkan untuk menganalisis implementasi konsep mottainai sebagai upaya pelestarian lingkungan digunakan teori etika lingkungan dari Keraf (2010). Mottainai diketahui sebagai etika lingkungan yang dijadikan dasar berperilaku terhadap lingkungan oleh masyarakat Jepang. Etika lingkungan adalah kajian yang membahas hubungan moral antara manusia dengan lingkungan. Perhatian moral yang diberikan tidak terlepas pada makhluk hidup (biotik) saja, melainkan juga yang tidak hidup (abiotik). Keraf (2010:167-

  • 176)    membagi etika lingkungan menjadi beberapa prinsip, antara lain prinsip hormat terhadap lingkungan, prinsip tanggung jawab moral terhadap lingkungan, prinsip kasih sayang dan kepedulian terhadap lingkungan, dan prinsip hidup sederhana dan selaras dengan lingkungan. Secara khusus prinsip-prinsip etika lingkungan ini dijadikan sebagai dasar acuan dalam penelitian.

  • 3.    Kajian Pustaka

Penelitian yang memiliki kebermanfaatan terhadap artikel ini yang didasari oleh kajian etika lingkungan dalam anime antara lain penelitian oleh Assegaf (2018) yang berjudul “Ekokritik Sastra dalam Film Kaze no Tani no Naushika Karya Hayao Miyazaki”. Penelitian Assegaf mendeskripsikan tentang nilai-nilai pelestarian lingkungan dan hambatan pelestarian lingkungan. Hasil analisis terhadap nilai-nilai lingkungan ditunjukkan dengan tujuh sikap dalam etika lingkungan, yaitu 1) menghargai lingkungan; 2) sikap tanggung jawab lingkungan; 3) sikap solidaritas terhadap lingkungan; 4) sikap kasih sayang dan kepedulian terhadap lingkungan; 5) sikap tidak merusak lingkungan secara tidak perlu; 6) sikap dan hidup sederhana yang selaras dengan lingkungan; 7) prinsip keadilan. Ditemukan tiga pandangan antroposentris yang mendasari hambatan pelestarian lingkungan, yaitu 1) mengutamakan hak dan perasaan manusia terhadap lingkungan tetapi tidak menekankan tanggung jawab manusia; 2) mengutamakan rencana jangka pendek; 3) asumsi yang memisahkan manusia dari lingkungan.

Penelitian lainnya yang membahas mengenai permasalahan lingkungan dalam anime adalah penelitian oleh Indrawati (2014) dengan judul “Kritik Lingkungan terhadap Pencemaran Laut dalam Film Doraemon: Nobita no Ningyo Daikaisen Karya Kozo Kusuha”. Penelitian Indrawati bertujuan untuk menyampaikan kritik-kritik lingkungan mengenai pencemaran laut yang tercermin dalam film Doraemon: Nobita no Ningyo Daikaisen. Hasil dari penelitian Indrawati menunjukkan bahwa pencemaran laut diakibatkan oleh tiga hal, yaitu sampah, tumpahan minyak, dan limbah. Pencemaran laut juga menimbulkan dampak yang serius, yaitu terjadinya mutasi terhadap hewan laut dan bumi menjadi planet yang rusak.

Terakhir, artikel Yoshimura (2011) yang berjudul Japanese Culture “Mottainai” into the Development of Sustainable Society juga menjadi acuan dalam penelitian ini. Artikel Yoshimura meninjau mengenai pertanian, kehutanan, dan perikanan sebagai

produksi lokal, dan usulan penerapan budaya mottainai dalam praktik lingkungan yang berkelanjutan. Gaya hidup masyarakat Jepang yang bergantung pada negara barat menimbulkan beberapa dampak negatif, sebagai berikut: 1) pola makan orang Jepang yang berpusat pada nasi telah berubah menjadi berpusat pada roti dan daging yang bergantung pada impor, akibatnya industri pertanian dan perikanan menurun; 2) orang asing diberi kebebasan untuk membeli real estat seperti pulau terpencil dan hutan, akibatnya hutan alam digantikan menjadi hutan buatan yang hanya berfokus pada kegunaannya sebagai pemasok industri kayu, namun tidak dapat sepenuhnya memenuhi fungsi hutan sebagaimana mestinya; 3) jumlah limbah makanan meningkat. Yoshimura telah mendeskripsikan penerapan mottainai untuk menanggulangi permasalahan swasembada, antara lain: 1) memaksimalkan sumber daya yang ada; 2) mengolah makanan tidak secara berlebihan dan usahakan dihabiskan supaya tidak membuang sisa makanan secara percuma; 3) aktif mengembangkan konservasi hutan dengan pohon berdaun lebar untuk memaksimalkan fungsi hutan.

Kajian yang telah dilakukan oleh Assegaf, Indrawati, dan Yoshimura menjadi acuan dalam melakukan penelitian yang didasari oleh ekokritik sastra dan etika lingkungan. Melalui kajian yang dijadikan referensi dalam artikel ini, dapat diketahui cara penerapan teori terhadap data yang telah dikumpulkan. Selain itu kajian Yoshimura secara khusus juga memberi pemahaman mengenai penerapan mottainai dalam hal pelestarian lingkungan.

  • 4.    Hasil dan Pembahasan

    • 4.1    Permasalahan Lingkungan dalam Anime Mottainai Baasan

      • 4.1.1    Pencemaran Lingkungan

Pada bagian ini ditemukan bahwa polutan penyebab pencemaran tanah disebabkan oleh sampah yang dibuang secara sembarangan. Sampah-sampah tersebut tidak mudah terurai sehingga dapat mengganggu fungsi lingkungan. Berikut data yang menunjukkan sampah sebagai penyebab pencemaran.

  • (1)    w⅝v4≡⅛^ :WmWW©^ ^¾^c^ττ⅛s*o^≡

0!

Mottainai Baasan : Shinbunsha ya kami no taba. Konna tokoro ni sutete aruyo, mottainai!

Mottainai Baasan : Tumpukan koran dan kertas dibuang di tempat seperti ini, sungguh sia-sia!

(Mottainai Baasan EP1 00:45-00:53)

Data (1) menunjukkan tokoh Mottainai yang menyayangkan adanya tumpukan koran dan kertas yang diletakkan begitu saja di sebuah tempat. Tokoh Mottainai Baasan menyebutkan bahwa hal itu adalah mottainai atau mengindikasikan perilaku boros. Kertas membutuhkan waktu untuk terurai cukup lama, yaitu antara tiga sampai enam bulan (Muljaningsih, 2002:4). Apabila sampah kertas ditimbun tanpa adanya upaya daur ulang akan menimbulkan dampak kurang menguntungkan bagi lingkungan yaitu terjadinya pencemaran. Selain kertas, sampah berupa botol plastik juga ditemukan dibuang secara sembarangan, yang ditunjukkan dalam data berikut.

  • (2)    勿体無い祖母さん :なんで川に捨てるんじゃん?

男の子       : だってみんな捨ててるよ。どうしてだめだの?

勿体無い祖母さん:それが分からないだって勿体無い。見に行こう。

Mottainai Baasan Otoko no ko Mottainai Baasan

: Nande kawa ni suterunjan?

: Datte minna suteteruyo. Doushite damedano?

: Sore ga wakaranai datte mottainai. Mi ni ikou.

Mottainai Baasan Anak laki-laki

: Kenapa dibuang di sungai?

: Semua orang membuangnya ke sungai. Kenapa tidak boleh?

Mottainai Baasan

: Ketidaktahuan itu mottainai. Mari pergi untuk mengetahuinya.

(Mottainai Baasan EP3 00:19-00:30)

Mottainai Baasan mendapati anak laki-laki yang membuang botol plastik ke sungai. Melalui pernyataan anak laki-laki pada data (2), Ia menjelaskan bahwa alasannya membuang sampah ke sungai karena semua orang melakukan hal yang sama. Dari pernyataannya, anak laki-laki juga tidak mengetahui dampak dari perbuatan yang Ia lakukan. Berdasarkan percakapan data (2), terdapat dua poin yang mendasari perilaku mencemari lingkungan oleh tokoh anak. Poin pertama adalah tidak adanya sikap dan pengetahuan pencemaran lingkungan, sehingga upaya perlindungan lingkungan tidak terwujud. Poin kedua adalah adanya pengaruh dari lingkungan sekitar yang menyebabkan tokoh anak laki-laki meniru perilaku pencemaran tersebut.

Sikap mewajarkan membuang sampah di sungai yang dilakukan oleh tokoh anak dan pelaku lain pada akhirnya memberi dampak negatif terhadap lingkungan. Dampak tersebut ditunjukkan dalam data gambar berikut.

(3) 海豚


Gambar 1

Mottainai Baasan menemukan benda yang dimakan lumba-lumba

Sumber: Anime Mottainai Baasan EP3 menit 03:45


:お腹が痛いの。何か悪いものを食べちゃったかな。


勿体無い祖母さん:これでは餌と間違えて食べてしまうかもしれないね。

Iruka

Mottainai Baasan


Lumba-lumba

Mottainai Baasan


: Onaka ga itaino. Nani ga warui mono o abechattkana.

: Kore dewa esa to machigaete tabete shimau kamo shir-enai ne.

: Perutku sakit. Apa aku makan sesuatu yang buruk ya?

: Sepertinya benda ini keliru dianggap sebagai makanan.

(Mottainai Baasan EP3 03:34-03:45)

Data (3) merupakan kondisi yang dialami seekor lumba-lumba yang terdampak pencemaran. Sampah-sampah dari sungai terbawa hingga ke laut menimbulkan gangguan bagi biota laut. Lumba-lumba merasakan sakit pada perutnya karena memakan suatu benda aneh yang salah Ia kira sebagai makanan. Data gambar 1 menunjukkan tokoh Mot-tainai Baasan sedang membawa benda yang diduga telah dimakan oleh lumba-lumba. Benda tersebut berupa sampah yang seharusnya tidak dijadikan makanan karena tidak dapat dicerna oleh tubuh. Berbeda dengan manusia, binatang tidak memiliki akal untuk mampu memilah benda yang baik atau buruk untuk dimakan. Binatang cenderung memakan apa yang ada di sekitarnya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam tumpukan sampah berupa limbah padat yang mencemari laut dapat mengandung bahan berbahaya dan beracun. Kondisi pencemaran seperti ini memberi dampak negatif bagi biota laut dan juga bagi manusia. Bagi biota laut hal paling buruk dapat menyebabkan

kepunahan. Bagi manusia, dalam tubuh biota laut yang biasanya dikonsumsi oleh manusia dapat mengandung zat berbahaya akibat terpapar bahan pencemar, sehingga apabila zat berbahaya tersebut masuk ke dalam tubuh dapat menimbulkan masalah kesehatan.

  • 4.1.2    Pemborosan Makanan dan Energi

Pemborosan makanan terjadi pada tingkat distribusi maupun konsumsi. Pada anime Mottainai Baasan, pemborosan makanan terjadi pada tingkat konsumsi, yaitu kebiasaan menyisakan makanan di tingkat rumah tangga. Data berikut menunjukkan tokoh anak laki-laki yang masih menyisakan sedikit makanannya yang merupakan bentuk pemborosan makanan.

Gambar 2

Tokoh anak laki-laki menyisakan makanannya

Sumber: Anime Mottainai Baasan EP4 menit 00:31

(4) お母さん 男の子 お母さん

:ご飯を食べ終わったらご馳走様するのよ。

:はい。

:残さず食べるのよ。勿体無いことしていったら勿体無い祖母さ んがくるからね。

Okaa-san : Gohan o tabe owattara gochisousama suru no yo. Otoko no ko : Hai.

Okaa-san

: Nokosazu taberu no yo. Mottainai koto ittara Mottainai Baasan ga kuru kara ne.

Ibu

: Kalau selesai makan, tunjukkan rasa terima kasih atas maka-

nannya.

Anak laki-laki: Baik.

Ibu

: Harus dihabiskan ya. Jika ada yang disisakan, Mottainai Baasan akan datang.

(Mottainai Baasan EP4 00:12-00:25)

Data gambar 3 memperlihatkan bahwa piring dan mangkuk tokoh anak laki-laki masih menyisakan sedikit makanan. Data (4) menunjukkan kondisi ketika tokoh ibu dari anak laki-laki menasihati anaknya untuk tidak menyisakan makanannya. Hal ini merupakan bentuk kepedulian sang ibu untuk kesehatan anaknya, maupun untuk mendidik sang anak supaya memiliki kebiasaan yang baik. Tokoh ibu menerapkan sedikit ancaman yang ditunjukkan dalam kalimat “Mottainai Baasan akan datang”. Mottainai Baasan dianggap sebagai sosok yang tegas dan keras dalam yang menerapkan konsep mottainai, sehingga terkadang membuat anak-anak takut. Masyarakat Jepang dididik untuk menghabiskan nasi mereka sedari kecil. Tidak berbeda jauh dari cara yang dilakukan oleh tokoh ibu dalam data (4), orang tua dari anak-anak di Jepang mengatakan jika tiap butir nasi tidak dihabiskan maka anak tersebut akan mengalami kebutaan (Takahashi dalam Kestenbaum, 2007). Masyarakat Jepang menyadari bahwa dari perilaku pemborosan dapat berdampak pada permasalahan yang lebih besar. Bagi lingkungan, sampah makanan menghasilkan gas metana yang turut berdampak pada pemanasan global. Selain penyebab pemanasan global, sampah makanan juga menyebabkan dampak-dampak lain yaitu air terbuang sia-sia, bencana ledakan sampah, terjadinya air lindi, merusak ekosistem, dan menyia-ny-iakan minyak bumi dan tanah.

Data selanjutnya menunjukkan perilaku pemborosan energi.

Gambar 3

Tokoh anak laki-laki tidak menutup keran

Sumber: Anime Mottainai Baasan EP4 menit 01:27

Data gambar 3 menunjukkan tokoh anak laki-laki yang sedang menyikat giginya. Pada data gambar tersebut, hal yang menjadi fokus permasalahan adalah keran yang tetap terbuka meskipun tidak sedang digunakan. Suplai air bersih yang disalurkan melalui keran membutuhkan pompa air untuk mengalirkan air dari dalam tanah ke seluruh keran yang ada di rumah. Pompa air membutuhkan daya listrik yang besar. Perilaku tokoh anak

laki-laki tidak hanya menimbulkan pemborosan terhadap energi listrik, namun juga pemborosan sumber daya alam yaitu air. Perilaku pemborosan energi seperti yang dilakukan oleh tokoh anak laki-laki ini bisa dikarenakan rasa ketidakpedulian (Rahmadyani dan Kusuma, 2019:87). Hal ini karena kesadaran dan pengetahuan akan pentingnya hemat energi masih kurang.

  • 4.2    Implementasi Konsep Mottainai Sebagai Upaya Pelestarian Lingkungan 4.2.1 Hormat terhadapt Lingungan

Hormat terhadap lingkungan salah satunya ditunjukkan dalam kesadaran bahwa lingkungan memiliki nilai. Hal tersebut ditunjukkan dalam data berikut ketika tokoh Mot-tainai Baasan menyadari pentingnya keberadaan sungai.

(5) 勿体無い祖母さん:川は山にも森にも人の暮らしにも海にも繋がって、川 を大切にしないなって勿体無い。

Mottainai Baasan : Kawa wa yama ni mo mori ni mo hito no kurashi ni mo umi ni mo tsunagatte, kawa o taisetsu ni shinai natte mottainai.

Mottainai Baasan : Sungai terhubung dengan gunung, hutan, kehidupan manusia, dan laut, jadi sayang jika tidak menghargai sungai.

(Mottainai Baasan EP3 05:25-05:37)

Data (5) menunjukkan tokoh Mottainai Baasan yang menyadari sungai memiliki nilainya tersendiri. Sungai yang terhubung dengan segala aspek lingkungan, memberi kebermanfaatan bagi segala kehidupan. Seluruh makhluk hidup yaitu manusia, binatang, dan tumbuhan membutuhkan air sehingga dapat hidup dan terus berkembang. Air sungai termasuk sumber air yang cukup mudah diakses, hal itu memberi keuntungan mengingat air merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi. Menyadari pentingnya keberadaan sungai, tokoh Mottainai Baasan mengajak untuk bersama-sama menghargai sungai. Hal itu dapat direalisasikan dengan menjaga, merawat, serta menggunakan dengan bijak.

  • 4.2.2    Tanggung Jawab Moral Terhadap Lingkungan

Tanggung jawab terhadap lingkungan salah satunya diwujudkan dalam perilaku mencegah kerusakan lingkungan. Hal tersebut ditunjukkan dalam data berikut.

  • (6)    勿体無い祖母さん:おやおや。ペットボトル、こんな所に捨ててあるよ。 勿体無い。

マジマジ    :いえいえ。勿体無くわないですよ。こうやって、ちち

んぷいぷいの。セーターや洋服や毛布に早変わり。

Mottainai Baasan : Oya-oya. Petto botoru, konna tokoro ni sutete aruyo.

Mottainai.

Maji-Maji          : Ieie. Mottainakuwanai desuyo. Kou yatte, chichin pui-

pui no. Seetaa ya youfuku ya moufu ni hayagawari.

Mottainai Baasan : Yaampun. Botol plastik dibuang di tempat ini. Sungguh sia-sia.

Maji-Maji          : Tidak tidak. Tidak sia-sia kok. Lihat ini, abrakadabra.

Berubah menjadi sweater, pakaian, dan selimut.

(Mottainai Baasan EP1 02:09-02:39)

Data (6) menunjukkan situasi ketika tokoh Mottainai Baasan dan Maji-Maji sedang berkeliling tanah ajaib dan menemukan tumpukkan botol plastik yang sudah tidak terpakai. Tokoh Maji-Maji yang digambarkan sebagai seorang pesulap memiliki kemampuan untuk mengubah barang-barang yang tidak terpakai menjadi produk baru yang bermanfaat. Botol plastik yang tidak terpakai tersebut kemudian diubah menjadi sweater, berbagai jenis pakaian, dan selimut. Data (6) berkaitan dengan upaya pelestarian melalui daur ulang atau recycle. Recycle merupakan bagian dari 4R pada konsep mottainai. Recycle diketahui merupakan kegiatan mengolah barang-barang yang sudah tidak terpakai menjadi produk baru yang bernilai. Proses recycle dilakukan sebagai upaya mengurangi limbah-limbah yang dapat mencemari lingkungan dan menekan penggunaan yang berlebih dari sumber daya yang menjadi bahan pembuatan suatu produk. Dengan diberlakukannya recycle ini, diharapkan mampu mencegah terjadinya kerusakan lingkungan.

  • 4.2.3    Kasih Sayang dan Kepedulian Terhadap Lingkungan

Perilaku membantu makhluk hidup yang sedang kesulitan merupakan perwujudan dari kasih sayang dan kepedulian terhadap lingkungan. Berikut data yang menunjukkan hal tersebut.

  • (7)    男の子    :どうしたの?

蟻の赤ちゃん:ここから出られないの。

男の子   :出してあげるね。

蟻の赤ちゃん:ありがとう

Otoko no ko : Doushitano?

Ari no akachan : Koko kara derarenai no.

Otoko no ko : Dashite ageru ne.

Ari no akachan : Arigatou.

Anak laki-laki Bayi semut Anak laki-laki Bayi semut


: Ada apa?

: Kami tidak bisa keluar dari sini.

: Aku keluarkan ya.

: Terima kasih.

(Mottainai Baasan EP3 02:10-02:18)

Data (7) menunjukkan situasi ketika anak laki-laki menghampiri para serangga yang terjebak di dalam kantong plastik. Tokoh anak laki-laki memperlihatkan rasa iba terhadap situasi yang dialami oleh para serangga, sehingga Ia membantu mereka keluar dari kantong plastik tersebut. Tindakan yang dilakukan anak laki-laki merupakan bentuk kepedulian dan kasih sayang terhadap makhluk hidup lain. Jika anak laki-laki tidak peduli maka Ia akan meninggalkan para serangga tersebut tanpa membantu mengeluarkan dari kantong plastik. Tindakan seperti ini yang mungkin dianggap sebagai tindakan sederhana, namun mampu berdampak baik terhadap makhluk hidup lain yang diberi bantuan karena mereka dapat melanjutkan hidupnya.

  • 4.2.4    Hidup Sederhana dan Selaras dengan Lingkungan

Penerapan hidup sederhana dan selaras dengan lingkungan dapat dilakukan melalui memaksimalkan fungsi suatu benda. Berikut data yang menunjukkan hal tersebut.

(8) 男の子


の紙くしゃくしゃだよ


勿体無い祖母さん:いやいや。もっと遊ばなきゃ、勿体無いじゃないか?広

めて、伸ばして、くっ付けて、チョキチョキぺたぺた ほら怪獣スーツ以上あがり。

Otoko no ko

Mottainai Baasan


Anak laki-laki

Mottainai Baasan


: Kono kami kusha kusha da yo.

: Iya iya. Motto asobanakya, mottainai janai ka? Hi-romete, nobashite, kuttsukete, choki choki peta peta. Hora kaijuu suutsu ijo agari.

: Kertas ini sudah kusut.

: Tidak tidak. Masih harus dimainkan, bukankah ini sia-sia? Sebarkan, regangkan, tempelkan satu sama lain,

potong dan warnai. Lihat kostum monster sudah selesai.

(Mottainai Baasan EP4 02:00-02:20)

Data (8) menunjukkan situasi ketika tokoh Mottainai Baasan ingin menghibur anak laki-laki yang sedang bersedih. Mottainai Baasan mengajak anak laki-laki bermain dengan kertas-kertas yang sudah tidak terpakai. Kertas-kertas tersebut yang awalnya berupa kertas yang sudah kusut kemudian diproses agar dapat dimainkan. Mottainai Baasan menunjukkan kreativitasnya dengan mengubah kertas bekas menjadi kostum monster yang menarik bagi anak-anak. Mottainai Baasan memiliki sikap sederhana dengan menggunakan kembali barang-barang yang masih dapat dimanfaatkan. Sikap ini dapat menekan penggunaan dan pembelian kertas secara berlebih. Kemampuan untuk terus berpikir kreatif juga dilatih dalam penerapan sikap sederhana ini. Meningkatnya kebutuhan dan penggunaan kertas pada akhirnya akan meningkatkan volume sampah kertas. Jika volume sampah kertas tinggi, maka semakin sulit untuk menanggulanginya dan berakhir mencemari lingkungan. Dengan memaksimalkan penggunaan kertas dapat menurunkan volume sampah sehingga lingkungan dapat terjaga kelestariannya.

  • 5.    Simpulan

Adapun permasalahan yang terjadi dalam anime Mottainai Baasan berupa pencemaran tanah, pencemaran air, pemborosan pangan, dan pemborosan energi. Permasalahan-permasalahan lingkungan tersebut muncul dari kebiasaan manusia seperti membuang sampah sembarangan dan pola hidup yang kurang bijak dalam memanfaatkan sesuatu. Kurangnya fasilitas dalam mendukung perilaku peduli lingkungan juga mempengaruhi munculnya permasalahan lingkungan. Perilaku merusak lingkungan pada terjadi karena kurangnya pemahaman dan kepedulian manusia bahwa lingkungan memiliki nilai sehingga harus dijaga kelestariannya. Permasalahan-permasalahan lingkungan yang ditampilkan dalam anime Mottainai Baasan juga menjadi awal dari dampak yang lebih buruk, seperti kepunahan binatang, muncul berbagai jenis penyakit, hilangnya mata pencaharian, terjadi bencana alam, serta penyebab pemanasan global.

Mengingat dampak buruk yang ditimbulkan, pelestarian lingkungan terus diupayakan untuk mencegah dan mengurangi kerusakan yang terjadi terhadap lingkungan. Masyarakat Jepang sendiri memberlakukan salah satu etika lingkungan yang

dikenal dengan mottainai, sebuah frasa yang digaungkan sebagai bentuk pengingat agar tidak menyia-nyiakan apa yang ada di lingkungan. Mottainai sebagai etika lingkungan, memiliki arti bahwa mottainai merupakan nilai-nilai yang mengatur seseorang dalam bersikap terhadap lingkungan. Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, diketahui bahwa tokoh-tokoh dalam anime Mottainai Baasan menerapkan perilaku mottainai yang dicerminkan dalam prinsip-prinsip etika lingkungan untuk menjaga lingkungan di sekitarnya. Perilaku yang mencerminkan prinsip-prinsip etika lingkungan tersebut meliputi hormat terhadap lingkungan, tanggung jawab moral terhadap lingkungan, kasih sayang dan kepedulian terhadap lingkungan, dan hidup sederhana dan selaras terhadap lingkungan. Lebih rinci sikap yang diterapkan atas dasar hormat terhadap lingkungan dalam anime Mottainai Baasan adalah kesadaran bahwa lingkungan memiliki nilai, dan membiarkan makhluk hidup untuk hidup dan berkembang, sikap-sikap ini muncul karena kesadaran bahwa setiap hal yang ada di lingkungan saling berkaitan, sehingga wajib untuk saling menghormati demi terjaganya keseimbangan lingkungan. Manusia membutuhkan lingkungan untuk mempertahankan hidupnya, untuk itu secara moral manusia juga wajib bertanggung jawab atas lingkungan. Tanggung jawab tersebut diterapkan dalam sikap kesadaran untuk melindungi lingkungan dan mencegah kerusakan lingkungan. Tanggung jawab ini tidak hanya berlaku bagi individual saja namun juga merupakan tanggung jawab bersama. Adanya relasi antara manusia dengan lingkungan secara alamiah memunculkan rasa kasih sayang dan kepedulian, penerapannya lebih spesifik diwujudkan dalam sikap peduli terhadap makhluk hidup yang mengalami kesulitan dan kesadaran bahwa lingkungan memiliki hak untuk dilindungi. Meskipun manusia membutuhkan lingkungan untuk bertahan hidup, namun lingkungan harus dimanfaatkan secara seperlunya dan tidak mengeksploitasi. Dengan melakukan hal tersebut, secara bersamaan manusia akan hidup sederhana dan selaras dengan lingkungan. Secara spesifik sikap yang mencerminkan hidup sederhana dan selaras dengan lingkungan yaitu sikap yang memaksimalkan fungsi suatu benda untuk mengurangi perilaku konsumtif.

  • 6.    Daftar Pustaka

Assegaf, Syarifah Novila. (2018). “Ekokritik Sastra dalam Film Kaze no Tani no Nau-shika Karya Hayao Miyazaki”. Skripsi. Universitas Udayana.

Garrard, Greg. (2004). Ecocriticism. New York: Routledge.

Hoy, Selena. (2018). ‘Mottainai: Reduce, Reuse, Recycle – and Respect’. Highlighting Japan, 122(12), hlm. 28-29.

Indrawati, Dewi. (2014). “Kritik Lingkungan Terhadap Pencemaran Laut dalam Film Doraemon: Nobita no Ningyo Daikaisen Karya Kozo Kusuba”. Skripsi. Universitas Brawijaya.

Keraf, Alexander Sonny. (2010). Etika Lingkungan Hidup. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.

Kestenbaum, David. (2007). Mottainai Grandma Reminds Japan, ‘Don’t Waste’. (Diakses pada 22 Maret 2022 dari alamat https://www.npr.org/tem-plates/story/story.php?storyId=14054262)

Mackey, Patrick. (2017). Japan’s Unique View of Nature. (Diakses pada 15 Mei 2021 dari alamat https://toyokeizai.net/articles/-/190690?display=b&ismmark=a)

Mufrizon, Harry. (2005). Hubungan Manusia, Alam dan Ilmu Pengetahuan, Sebuah Telaah Sederhana. Jakarta: Kotakota.

Muljaningsih, Sri. (2002). Membuat Kertas Daur Ulang Berwawasan Lingkungan. Depok: Puspa Swara.

Nakayama, Kira. (2017). Mengenali Prinsip Mottainai Masyarakat Jepang. (Diakses pada 29 Mei 2021 dari alamat https://www.artforia.com/mengenali-prinsip-mot-tainai-masyarakat-jepang/)

Rahmadyani, Helfa dan Kusuma, H.E. (2019). ‘Empat Kelompok Perilaku Boros Energi: Penyusunan Hipotesis Menggunakan Grounded Theory’. Jurnal Pemukiman, 14(2), hlm. 82-91.

Shinju, Mariko. 2020. Anime Mottainai Baasan. (Diakses pada 12 Mei 2021 dari alamat https://mottainai-baasan.com/)

Taylor, Kevin. (2015). Mottainai: A Philosophy of Waste From Japan. (Diakses pada 12

Mei          2021           dari          alamat          https://www.aca-

demia.edu/1041581/Mottainai_A_Philosophy_of_Waste_from_Japan)

Viktoria. (2020). Mottainai: An Eco-Conscious Japanese Lifestyle Concept. (Diakses pada 15 Mei 2021 dari alamat https://www.thelifestyle-files.com/mottainai-an-eco-conscious-japanese-lifestyle/)

Yoshimura, Tadayoshi. (2011). “Japanese Culture Mottainai Into the Development of Sustainable Society”. J. Technologi and Education, 18(2), hlm. 61 - 70.

93