SAKURA VOL. 4. No. 2, Agustus 2022

DOI: http://doi.org/10.24843/JS.2022.v04.i02.p01

P-ISSN: 2623-1328

E-ISSN:2623-0151

Analisis Tindak Tutur Direktif dalam Drama 3 Nen A Gumi Karya Komuro Naoko dan Suzuki

Putu Diva Dian Pratama1*), Gede Satya Hermawan2), Yeni3) PS Pendidikan Bahasa Jepang, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja-Bali

1[[email protected]], 2[[email protected]] 3[[email protected]]

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis maksud dan jenis ungkapan tindak tutur direktif dalam drama 3 Nen A Gumi. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah drama Jepang yang berjudul 3 Nen A Gumi. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Analisis penelitian ini menggunakan analisis pragmatik untuk mengkaji penggunaan maksud dan jenis ungkapan tindak tutur direktif. Teori yang digunakan yaitu teori tindak tutur menurut Searle dan teori jenis ungkapan tindak tutur yang dikemukakan oleh Nadar. Hasil penelitian ditemukan 54 data tindak tutur direktif. Terdapat 9 maksud tindak tutur direktif yang ditemukan yaitu meminta, memohon, bertanya, mengajak, memerintah, menantang, melarang, mengizinkan, dan menasihati. Lebih lanjut, diketahui bahwa tindak tutur direktif diungkapkan dengan tuturan langsung dan tuturan tidak langsung sesuai dengan kontek situasi tuturnya. Terdapat 39 data tuturan secara langsung dan 15 data tuturan secara tidak langsung.

Kata kunci: pragmatik, tindak tutur direktif, dorama 3 nen a gumi

Abstract

The purpose of this research is to analyze the intent and types of directive speech act expressions in the drama 3 Nen A Gumi. The subject used in this research is a Japanese drama entitled 3 Nen A Gumi. This research is a qualitative descriptive research. The method used in this research is the listening method with an advanced technique, namely the note-taking technique. In analyzing, using pragmatic analysis to examine the use of intent and types of directive speech act expressions. The theory used is the theory of speech acts according to Searle (1979) and the theory of types of speech act expressions proposed by Nadar (2008). From the results of the research, it was found that 54 data were directive speech acts. There are 9 intents of directive speech acts found, namely request, entreat, question, invite, command, challenge, forbid, permit, and advise. Furthermore, it is known that directive speech acts are expressed by direct speech and indirect speech according to the context of the speech situation. There are 39 direct speech data and 15 indirect speech data.

Keywords: pragmatic, directive speech act, drama 3 nen a gumi

  • 1.    Pendahuluan

Dalam kegiatan berkomunikasi tidak lepas dari tuturan atau ujaran yang digunakan untuk mengutarakan apa yang ingin disampaikan oleh penutur kepada mitra tuturnya. Komunikasi dalam penyampaian bahasa tidak hanya melalui kata-kata, namun juga disertai dengan perilaku atau tindakan. Tindakan-tindakan yang ditampilkan melalui tuturan disebut dengan tindak tutur. Tindak tutur merupakan ujaran atau ucapan yang mengandung maksud dan tujuan tertentu. Dengan kata lain kedua belah pihak yaitu penutur dan mitra tutur terlibat dalam suatu tujuan kegiatan yang berorientasi pada maksud tertentu (Tarigan,1986).

Tindak tutur diklasifikasikan menjadi lima bagian yaitu, tindak tutur assertive, tindak tutur directive, tindak tutur expressive, tindak tutur commisive, dan tindak tutur declaration (Leech, 1993). Dari berbagai macam tindak tutur tersebut penelitian ini berfokus pada tindak tutur direktif karena dalam kegiatan komunikasi yang ada di lingkungan masyarakat, banyak terjadi tuturan-tuturan yang dapat membuat mitra tuturnya melakukan suatu tindakan sesuai yang dituturkan oleh penutur seperti mengungkapkan tuturan dengan maksud meminta, memohon, memerintah, melarang, menasihati dan sebagainya.

Berdasarkan penjelasan tersebut, dalam menuturkan tindak tutur direktif terdapat beberapa maksud dan jenis ungkapan tuturan direktif yang sering menimbulkan kesalahpahaman interpretasi khususnya pada maksud dari tuturan direktif yang diutarakan oleh penutur kepada mitra tutur. Sehingga dalam sebuah tindak tutur direktif pentingnya melibatkan penggambaran situasi atau konteks tuturan.

Dorama 3 Nen A Gumi dipilih karena dapat menampilkan situasi tentang berbagai macam aktivitas yang terdapat di Jepang. Selain itu juga dapat menampilkan situasi atau keadaan dimana penutur menginginkan suatu tindakan yang berbeda-beda dari pemeran yang terdapat dalam dorama tersebut. Tindakan-tindakan yang diinginkan oleh penutur dalam dorama tersebut muncul ketika dipengaruhi oleh keadaan lingkungan yang terdapat disekitarnya atau dari pengaruh mitra tuturnya. Dalam dorama ini banyak terdapat keinginginan untuk melakukan suatu tindakan yang beragam karena tuturan-tuturannya diungkapkan secara langsung maupun tidak langsung. Sehingga data-data yang diperoleh dalam dorama ini memiliki banyak situasi dan konteks yang berbeda-beda dimana hal ini dapat mempengaruhi cara berkomunikasi dalam bahasa Jepang. Jenis

penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif yang tujuannya untuk menganalisis rumusan masalah sebagai berikut.

  • a.    Bagaimana maksud tindak tutur direktif bahasa Jepang yang digunakan dalam dorama 3 Nen A Gumi?

  • b.    Bagaimana jenis ungkapan tindak tutur direktif bahasa Jepang yang terdapat dalam dorama 3 Nen A Gumi?

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan maksud dan jenis ungkapan tuturan direktif dalam dorama 3 Nen A Gumi agar dapat memberikan wawasan yang lebih luas tentang penggunaan tuturan direktif melalui dorama 3 Nen A Gumi.

  • 2.    Metode dan Teori

    2.1    Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode simak dengan teknik lanjutan yaitu teknik catat untuk mengumpulkan data. Pada tahap analisis data, penelitian ini menggunakan metode padan dengan teknik dasar dan lanjutan. Metode ini menggunakan teknik dasar pilah unsur penentu dan teknik lanjutan yaitu hubung banding menyamakan data sesuai dengan maksud dan jenis masing-masing tuturan direktif yang didapatkan.

  • 2.2    Teori

Teori maksud tindak tutur direktif oleh Searle (1979) dan teori jenis ungkapan tuturan dari Nadar (2008) digunakan pada penelitian ini untuk menganalisis rumusan masalah yang ada.

  • 3.    Kajian Pustaka

Beberapa penelitian tentang tindak tutur direktif telah dilakukan sebelumnya oleh Syah (2017), Teza (2019) dan Lestari (2017). Hasil penelitian Syah (2017) menunjukkan bahwa tuturan direktif yang sering diucapkan oleh penutur memiliki fungsi meminta, bertanya, memerintah, dan mengajak pada salah satu talk show yaitu satu jam lebih dekat di TV One. Kemudian, hasil penelitian Teza (2019) menunjukan bahwa tindak tutur direktif dalam novel yang berjudul bidadari-bidadari surga dapat dituturkan dengan berbagai macam jenis seperti ordering, commanding, requesting, advising, recommending, questions, prohibitives, dan permissives. Terakhir, hasil penelitian Lestari

  • (2017)    juga menunjukkan bahwa tindak tutur direktif dapat ditemukan dalam sebuah dorama yang berjudul Kazoku Gemu, namun hasil penelitian Lestari hanya berfokus pada 2 maksud tindak tutur direktif yaitu melarang dan mengizinkan. Beberapa referensi penelitian sebelumnya telah banyak menggunakan sumber data berupa novel, reality show atau talk show maupun dorama. Namun, maksud yang diungkapkan dalam tindak tutur direktif dalam sebuah dorama masih sedikit ditemukan, terlebih bahwa hasil penelitian maksud tindak tutur direktif dalam dorama Jepang sangat sering dibatasi oleh sang peneliti.

  • 4.    Hasil dan Pembahasan

Pada penelitian ini ditemukan sebanyak 54 data yang merupakan maksud tindak tutur direktif. Data tersebut diungkapkan secara langsung sebanyak 39 data dan secara tidak langsung sebanyak 15 data.

  • 4.1    Tindak Tutur Direktif dengan Mengandung Maksud Meminta

  • (1)    Hiiragi : 今日の課題はずばり武智先生にやってもらおうと思いまして。

Kyou no kadai wa zubari Takechi sensei ni yatte maraou to omoimashite.

Mengenai tugas hari ini, saya pikir bahwa pak Takechi lah yang harus melakukannya

Takechi : (terdiam sambil kebingungan)

Hiiragi : 今夜8時までに全ての罪を自白してください。

Konya 8 ji made ni subete no tsumi wo jihaku shite kudasai.

Saat pukul 8 malam nanti, silahkan akui semua perbuatan anda.

Takechi : 君もしつこいな。僕は何もやってない。

Kimi mo shitsukoi na. Boku wa nani mo yatte nai.

Kau ini sangat keras kepala ya. Aku tidak melakukan apapun

(3 Nen A Gumi, 2019, Episode 07. 08:30 – 08:45)

Tuturan pada data 1 merupakan tindak tutur direktif yang bermaksud mengungkapkan suatu permintaan ditinjau dari konteks Hiiragi yang ingin membuktikan kepada para siswa 3 A bahwa sebenarnya Takechi adalah pelaku yang memesan video palsu dan sekaligus merupakan tersangka dari pembunuhan Kageyama. Oleh karena itu, Hiiragi meminta kepada Takechi untuk mengakui semua perbuatannya di depan publik.

Tuturan /Konya 8 ji made ni subete no tsumi wo jihaku shite kudasai/ merupakan tuturan dengan maksud meminta karena dalam susunan kalimatnya terdapat kata /~te kudasai/ yang merupakan ungkapan permintaan tolong secara halus kepada lawan tutur (Namatame, 1996:109). Oleh karena itu, penutur masih memperhatikan kesopanan

berdasarkan status yang dimiliki oleh mitra tutur sebagai guru senior di SMA Kaio dengan cara meminta secara halus kepada Takechi untuk mengakui semua perbuatannya sampai jam 8 malam.

Selain itu, tuturan ini diungkapkan secara langsung karena modus kalimat sama dengan maksud pengutaraannya. Tuturan ini diungkapkan dengan modus perintah (imperatif) dengan maksud meminta mitra tuturnya untuk mengakui semua perbuatan yang pernah ia lakukan kepada Kageyama.

  • 4.2 Tindak Tutur Direktif dengan Mengandung Maksud Memohon

  • (2)    Kageyama : 苦しの。もう限界なの

Kurushi no. Mou genkai nano

Menyakitkan. Aku tidak tahan lagi

Kayano : いや

Iya

Tidak

Kageyama : このまま壊れちゃうよ。だからお願い楽にさせて

Kono mama kowarechau yo. Dakara onegai raku ni sasete

Jika seperti ini terus aku akan hancur. Karena itu aku mohon, bantu aku meringankan bebanku

(3 Nen A Gumi, 2019, Episode 10. 13:41 – 13:58)

Tuturan pada data 2 merupakan tindak tutur direktif yang bermaksud mengungkapkan permohonan ditinjau dari konteks Kageyama yang sudah tidak tahan dengan semua rasa sakit akibat tuduhan dan perilaku cyber bullying tersebut memohon kepada Kayano untuk membantunya meringankan beban yang ia rasakan. Penanda lingual /onegai/ memiliki arti “keinginan, permohonan” (Matsura, 1994:793). dan /sasete/ juga dapat menjadi penegasan dalam makna permintaan yang bersifat memaksa mitra tutur untuk mengabulkan permohonan penutur.

Oleh karena itu, /Dakara onegai raku ni sasete/ menyatakan bahwa penutur sudah tidak tahan terhadap delusinya dan mengakui bahwa dirinya sedang dalam penderitaan sehingga terdapat suatu aktivitas wajib yang dipaksakan oleh penutur kepada mitra tutur untuk mengabulkan permohonan tersebut dengan cara melepaskan genggaman Kageyama dan membiarkannya melakukan tindakan bunuh diri dengan cara jatuh dari atas gedung.

Selain itu, tuturan ini diungkapkan secara langsung karena modus kalimatnya sama dengan maksud pengutaraannya. Tuturan ini diungkapkan dengan modus perintah

(imperatif) dengan maksud memohon kepada mitra tutur untuk meringankan bebannya dengan cara melepaskan tangan penutur sehingga ia akan merasa senang atau bahagia karena beban yang didertianya akan segera menghilang.

  • 4.3 Tindak Tutur Direktif dengan Mengandung Maksud Bertanya

  • (3)    Gunji   : すいません皆さん。関山署です。

Suimasen minasan. Sekiyamasho desu.

Maaf, semuanya. Kami dari kepolisian Sekiyama.

Ichimura : えっ

Ee

Heh?

Gunji  : こちらで教師が生徒を人質に取って立てこもっているという通

報を受けました。

Kochira de kyoushi ga seito wo hitojichi ni totte tatekomotte iru to iu tsuhou wo ukemashita.

Saya mendapatkan laporan bahwa seorang guru disini menjadikan murid-murid sebagai sandera dan mengurung mereka disana.

Ichimura : 誰が呼んだの

Dare ga yonda no

Siapa yang memanggil mereka?

Takechi : いえいえ。

Ie ie.

Bukan aku

(3 Nen A Gumi, 2019, Episode 01. 25:30 – 27:52)

Tuturan pada data 3 merupakan tindak tutur direktif yang bermaksud mengungkapkan pertanyaan ditinjau dari konteks Ichimura yang sangat tidak menyetujui kedatangan pihak kepolisian karena ia khawatir mengenai para reporter media yang akan ikut mendatangi tempat kejadian dimana hal tersebut dapat mempengaruhi citra dari SMA Kaio. Oleh karena tidak mendapatkan persetujuan dari Ichimura, ia mulai mencurigai para guru yang dapat menghubungi pihak kepolisian khususnya Takechi. Ichimura langsung menatap Takechi dengan sangat kesal dan bertanya kepadanya mengenai siapa yang sudah menghubungi pihak kepolisian untuk datang ke SMA Kaio. Terdapat kata /dare/ yang berarti “siapa” dan Chino (1991:71) juga menjelaskan bahwa shuujoshi no di akhir kalimat juga dapat menunjukkan sebuah ungkapan untuk bertanya kepada lawan bicara dengan menekankan maksud yang diucapkan oleh pembicara tersebut.

Oleh karena itu, tuturan /Dare ga yonda no?/ merupakan tuturan direktif dengan maksud bertanya kepada mitra tutur karena Ichimura sudah memastikan bahwa

kecurigaannya terhadap Takechi memang benar dengan cara menambahkan shuujoshi no pada akhir kalimat untuk menekankan kecurigaannya tersebut kepada Takechi yang sudah memanggil pihak kepolisian tanpa izin Ichimura.

Selain itu, tuturan ini diungkapkan secara langsung karena modus kalimatnya sama dengan maksud pengutaraannya. Tuturan ini diungkapkan dengan modus tanya (interogatif) dengan maksud bertanya kepada mitra tutur mengenai siapa orang yang sudah memanggil pihak kepolisian untuk datang ke SMA Kaio.

  • 4.4 Tindak Tutur Direktif dengan Mengandung Maksud Mengajak

    (4)    Morisaki : 柊先生今日終わったらご飯でもどうですか

Hiiragi Sensei, kyou owattara gohan demo dou desuka?

Pak Hiiragi, setelah hari ini selesai bagaimana kalau kita makan bersama?

Hiiragi : 今日はちょっと予定が

Kyou wa chotto yotei ga Hari ini aku ada urusan.

(3 Nen A Gumi, 2019, Episode 01. 02:57 – 03:04)

Tuturan pada data 4 merupakan tindak tutur direktif yang bermaksud mengungkapkan pertanyaan ditinjau dari konteks Morisaki sangat senang ketika melihat Hiiragi sendirian menaruh berkas di meja belakang karena dari awal Morisaki memang menyukai Hiiragi dan sangat jarang sekali ia melihat kesempatan Hiiragi sedang menyendiri. Oleh karena itu, Morisaki langsung menghampiri Hiiragi dan langsung mengajaknya dengan cara menanyakan kesediaan Hiiragi meluangkan waktunya untuk makan bersama dengan Morisaki.

Terdapat kata tanya /dou/ yang memiliki arti “bagaimana”. Chaer (1998) menyatakan bahwa kata tanya “bagaimana” adalah sebuah kata tanya dalam tuturan yang isinya mengharapkan suatu keterangan atau pendapat dari pihak yang ditanya. Selain itu, Iori (2000: 280) juga menjelaskan bahwa kalimat tanya dalam bahasa Jepang pada umumnya diakhiri dengan partikel interogatif ka () beserta dengan beberapa variasinya. Meskipun tuturan direktif ini diungkapkan dengan bertanya tetapi penutur memiliki maksud untuk mengajak mitra tuturnya untuk melakukan suatu kegiatan tambahan setelah aktivitas mengajarnya selesai.

Selain itu, tuturan ini diungkapkan secara tidak langsung karena modus kalimat berbeda dengan maksud pengutaraannya. Tuturan ini diungkapkan dengan modus tanya

(interogatif) sedangkan maksud yang ingin disampaikan oleh penutur adalah mengajak mitra tuturnya untuk makan bersama. Hanya saja tuturan ini diungkapkan dengan bertanya kepada mitra tutur dengan mengharapkan suatu keterangan atau jawaban lanjutan dari pertanyaan Morisaki mengenai kesediaan Hiiragi untuk makan bersamanya setelah aktivitas belajar mengajar berakhir.

  • 4.5 Tindak Tutur Direktif dengan Mengandung Maksud Memerintah

  • (5)    Kai    : アホらしい帰るぞ

Aho rashii kaeru zo

Seperti orang bodoh, aku pulang dulu

Ishikura : さようなら~

Sayounara~

Selamat tinggal~

Kai      : (mencoba membuka pintu)

Hiiragi  : 扉は開かないよ。特殊な鍵を掛けたから

Tobira wa akanai yo. Tokushu na kagi wo kaketa kara

Pintunya tidak akan terbuka. Perlu kunci khusus untuk membukanya

Kai   : さっきから訳分かんねえことばっか言いやがって。さっさとド

ア開けろ!(mencengkram kerah baju Hiiragi)

Sakki kara wake wakannee koto bakka iiyagatte. Sassato doa akero! Aku tidak mengerti apa yang kau katakan barusan. Cepat, buka pintunya!

(3 Nen A Gumi, 2019, Episode 01. 06:27 – 07:07)

Tuturan pada data 5 merupakan tindak tutur direktif yang bermaksud mengungkapkan perintah ditinjau dari konteks Kai yang merasa kesal dan marah kemudian menghampiri Hiiragi sambil memerintahkannya untuk membuka pintu terlihat tidak lazim karena sangat jarang jika seorang murid mencengkram kerah baju seorang guru dan menuturkan kalimat perintah dengan cara membentaknya.

Dalam tuturan tersebut, terdapat bentuk meireikei atau tuturan perintah dengan penanda lingual /~ro/ pada verba /akero/ yang berasal dari bentuk kamus /aku/ yang berarti “buka” dan kata /sassato/ mengindikasikan penekanan terhadap suatu aktivitas yang harus segera dilakukan. Oleh karena itu, tuturan /Sassato doa akero!/ merupakan tuturan direktif dengan maksud memerintah mitra tutur dengan paksa untuk segera melakukan suatu aktivitas yang berupa membuka pintu kelas.

Selain itu, tuturan ini diungkapkan secara langsung karena modus sama dengan maksud pengutaraannya. Tuturan ini diungkapkan dengan modus perintah (imperatif)

dengan maksud memerintahkan mitra tuturnya untuk segera membuka pintu kelas tersebut.

  • 4.6 Tindak Tutur Direktif dengan Mengandung Maksud Menantang

  • (6)    Fuwa     : (maju ke depan kelas dan mencengkram kerah baju Hiiragi)

Hiiragi : (membanting Fuwa dan tertawa) 活気があったいいね!こんな必 死になって授業に取り組んだことなかったんじゃないのかほ ら!もっと来いよ!

Kakki ga atta ii ne! Konna hisshi ni natte jugyou ni torikunda koto nakkatan jya nai no ka hora! Motto koi yo!

Kalian masih punya nyali, rupanya! Kenapa kalian tidak berusaha mati-matian untuk menerima pelajaran ini, hah! Ayo, maju lagi!

Ishikura : きさま!(menghampiri Hiiragi)

Kisama!

Kau!

(3 Nen A Gumi, 2019, Episode 01. 57:35 – 57:47)

Tuturan pada data 6 merupakan tindak tutur direktif yang bermaksud mengungkapkan larangan ditinjau dari konteks Pada saat itu, para murid laki-laki merasa tertekan dan panik sehingga satu-satunya cara untuk menghentikan tindakan yang ingin dilakukan oleh Hiiragi adalah menyerangnya dan membuatnya pingsan. Namun, Hiiragi merasa semakin jengkel dan bahkan menertawai para murid karena masih memiliki keberanian untuk menyerang Hiiragi. Oleh karena itu, Hiiragi merasa semakin bersemangat dan ingin memberi pelajaran kepada para murid laki-laki dengan cara menantang mereka untuk berkelahi di depan kelas dengan Hiiragi.

Kata /motto/ dalam tuturan ini dapat mengindikasikan penambahan dan pengulangan suatu kegiatan yang dilaksanakan sebelumnya. Kemudian, adanya perubahan bentuk meireikei atau kalimat perintah pada golongan ketiga yaitu /kuru/ akan berubah menjadi /koi/ yang berarti “kemari, maju, datang”. Selain itu, shuujoshi yo di akhir kalimat dapat mengekspresikan keadaan emosional dan mempertegas kalimat yang ingin disampaikan (Kawashima, 1999:251-252). Hubungan penutur dengan mitra tutur sangat tidak akrab sehingga pemilihan shuujoshi yo pada kalimat perintah di atas sangat tepat digunakan sebagai bentuk keadaan emosianal Hiiragi yang sangat bersemangat untuk menghajar murid laki-laki yang lain dengan cara memberikan penegasan pada perintah yang ditujukan dengan maksud menantang mitra tutur untuk maju ke depan kelas dan berkelahi dengan Hiiragi.

Selain itu, tuturan ini diungkapkan secara langsung karena modus kalimat sama dengan maksud pengutaraannya. Tuturan ini diungkapkan dengan modus perintah (imperatif) dengan maksud menantang mitra tuturnya untuk maju ke depan kelas dan berkelahi dengan penutur (Hiiragi).

  • 4.7 Tindak Tutur Direktif dengan Mengandung Maksud Melarang

  • (7)    Gunji     : (ingin meninggalkan ruangan)

Igarashi : 郡司行くな!お前が行けば教室ごと爆破されるかもしれない

Gunji ikuna! Omae ga ikeba kyoushitsu goto bakuha sareru kamo shirenai

Jangan pergi Gunji! Jika kau kesana, dia mungkin akan meledakkan seluruh kelas

Gunji  : ここで行かなければ俺は刑事さんなった意味がないんです

(memberi hormat dan pergi meninggalkan ruangan)

Koko de inakereba ore wa keijisan natta imi ga nain desu

Kalau aku tidak pergi, tidak ada gunanya aku menjadi detektif

(3 Nen A Gumi, 2019, Episode 03. 40:07 – 40:28)

Tuturan pada data 7 merupakan tindak tutur direktif yang bermaksud mengungkapkan larangan ditinjau dari konteks Gunji yang merasa bertanggung jawab akibat kesalahannya dalam menjawab pertanyaan yang diberikan oleh Hiiragi membuat ia ingin pergi ke SMA Kaio untuk menyelamatkan para siswa yang ingin dibunuh. Namun, Igarashi yang memiliki wewenang terhadap seluruh anggota timnya melarang Gunji untuk pergi ke SMA Kaio karena dikhawatirkan akan membahayakan seluruh nyawa para siswa.

Dalam tuturan ini terdapat penanda lingual /~na/ pada verba /iku/ yang berarti “pergi”. Verba /iku/ merupakan godan doushi, sehingga perubahan bentuk ke dalam /~na/ menjadi /ikuna/ yang merupakan ungkapan larangan kepada mitra tutur untuk tidak pergi. Gunarwan (2007:78) juga menyatakan bahwa larangan biasanya digunakan oleh penutur yang memiliki kedudukan lebih tinggi dari lawan tutur sehingga tuturan /Gunji ikuna! Omae ga ikeba kyoushitsu goto bakuha sareru kamo shirenai/ merupakan tuturan direktif dengan maksud melarang mitra tutur penutur memiliki hak untuk memberikan larangan kepada bawahannya yaitu Gunji agar tidak pergi ke SMA Kaio.

Selain itu, tuturan ini diungkapkan secara langsung karena modus kalimat sama dengan maksud pengutaraannya. Tuturan ini diungkapkan dengan modus perintah (imperatif) dengan maksud melarang mitra tuturnya untuk pergi ke SMA Kaio karena

penutur khawatir jika mitra tutur tetap ingin pergi hal itu hanya akan memperburuk suasana dan mungkin Hiiragi akan meledakkan seluruh bangunan sekolah tersebut.

4.8 Fungsi Tindak Tutur Permissives dengan Mengandung Maksud Mengizinkan

  • (8)    Hiiragi : (kembali sambil membawa 2 karung) これからみんなのかばん やケータイを返す

Kore kara minna no kaban ya keetai wo kaesu.

Mulai sekarang bapak akan mengembalikan ponsel dan tas kalian.

Kai   : ちょっと待ってよちょっと待ってよ!ホントにいいのかよ私た

ちに渡して

Chotto matte yo, chotto matte yo! Honto ni ii no ka yo watashi tachi ni watashite

Tunggu dulu, tunggu dulu! Kau yakin tidak masalah mengembalikan ini kepada kami?

Hiiragi : あぁこれで家族や友人に連絡したい者はすればいいしSNSに書 き込み者は自由に投稿しても構わない

Aa kore de kazoku ya yuujin ni renraku shitai mono wa sureba ii shi SNS ni kakikomi mono wa jiyuu ni toukou shite mo kamawanai

Iya, dengan begini siapa pun bisa menghubungi keluarga dan teman, bagi yang ingin memposting sesuatu di SNS juga diperbolehkan.

(3 Nen A Gumi, 2019, Episode 08. 04:55 – 05:18)

Tuturan pada data 8 merupakan tindak tutur direktif yang bermaksud mengungkapkan mengizinkan ditinjau dari konteks Hiiragi memberikan tugas kepada para murid untuk belajar secara mandiri. Hiiragi juga menjelaskan bahwa mereka bebas melakukan apapun, agar waktu luang yang diberikan oleh Hiiragi lebih bermanfaat ia juga mengembalikan tas dan ponsel milik para siswa. Namun, salah satu murid tidak merasa yakin dan mencoba untuk mengkonfirmasi kembali apakah Hiiragi yakin dengan mengembalikan ponsel kepada para siswa. Kemudian, Hiiragi menegaskan kalau hal itu tidak masalah, ia juga mengizinkan para murid untuk menghubungi orang tua, teman dan bahkan bisa memposting apapun di media sosial. Hal ini dilakukan sebagai bentuk kepercayaan Hiiragi kepada para murid kelas 3 A.

Terdapat kata /~te mo kamawanai/ yang dapat menjadi penanda bahwa tuturan ini dimaksudkan untuk mengizinkan mitra tuturnya melakukan suatu tindakan tertentu. Selain itu, tindak tutur ini juga mengandung alasan bahwa apa yang dituturkan oleh penutur dapat berupa kepercayaan kepada mitra tututrnya untuk bebas melakukan suatu tindakan tertentu seperti menghubungi orang tua, teman dan bahkan memposting sesuatu di SNS atau media sosial masing-masing.

Tuturan ini diungkapkan secara langsung karena modus kalimat sama dengan maksud pengutaraannya. Tuturan ini diungkapkan dengan modus berita atau informasi (deklaratif) dengan maksud memberikan informasi yang berupa mengizinkan para murid untuk bebas ingin melakukan hal apapun melalui ponselnya seperti menghubungi orang tua, teman dan bahkan diizinkan untuk memposting apapun di media sosial masing-masing.

4.9 Fungsi Tindak Tutur Permissives dengan Mengandung Maksud Menasihati

  • (9)    Kai    : 警察の助けてを待ってりゃいい

Keisatsu no tasukete wo matterya ii

Kita akan tunggu saja polisi datang menolong

Suwa  : それ本気で言ってんの

Sore honki de itten no

Kau yakin mengatakan hal itu?

Kai     : はぁ

Haa?

Apa?

Suwa  : 見たでしょ警察が動けばうちらがどうなるのか

Mita deshou keisatsu ga ugokeba uchira dou naru no ka

Kau sudah lihat kan, kalau polisi bergerak apa yang akan terjadi pada kita

Aizawa : 確かに今は先生の指示に従ったほうがいいかもしれない

Tashika ni ima wa sensei no shiji ni shitagatta hou ga ii kamoshire nai Memang benar, mengkin sebaiknya sekarang kita harus mengikuti perintah dari pak Hiiragi

(3 Nen A Gumi, 2019, Episode 01. 27:30 – 27:52)

Tuturan pada data 9 merupakan tindak tutur direktif yang bermaksud mengungkapkan nasihat ditinjau dari konteks ketika Kai dan Suwa sedang berdebat mengenai cara untuk keluar dari kelas tersebut, Aizawa langsung menyatakan bahwa yang dikatakan Suwa memang benar, ia kemudian menasihati para murid untuk sebaiknya mencari cara lain agar mereka bisa selamat dengan cara mengikuti perintah dari Hiiragi yang mengharuskan mereka mencari tahu alasan Kageyama melakukan bunuh diri.

Terdapat kata /~ta hou ga ii/ di akhir kalimat yang merupakan ungkapan menasihati lawan tutur agar melakukan suatu tindakan yang lebih baik dilakukan berdasarkan anggapan penutur. Rahardi (2005:114) menyatakan bahwa tindak tutur menasihati ini biasanya berisi usulan atau anjuran yang ditandai penggunaan kata hendaknya atau sebaiknya sebagai ungkapan untuk menasihati kepada mitra tutur hal yang baik untuk

dilakukan. Selain itu, tuturan tersebut diikuti oleh /kamoshirenai/ yang merupakan ungkapan untuk menyatakan dugaan, perkiraan atau kemungkinan dalam suatu keadaan. Dalam hal ini, tuturan direktif yang diungkapkan oleh Aizawa memiliki maksud menasihati mitra tuturnya untuk mengikuti perintah dari Hiiragi yang mengharuskan mereka mencari tahu alasan temannya yaitu Kageyama melakukan tindakan bunuh diri sampai jam 8 malam. Kalau tidak, Hiiragi akan benar-benar memberikan mereka hukuman yang berupa membunuh salah dari mereka.

Tuturan ini diungkapkan secara langsung karena modus kalimat sama dengan maksud pengutaraannya. Tuturan ini diungkapkan dengan modus berita atau informasi (deklaratif) dengan maksud memberikan nasihat kepada mitra tutur untuk melakukan suatu tindakan yang baik bagi mereka yang berupa menasihati untuk mengikuti perintah Hiiragi karena jika dilihat dari konteks, tidak ada pilihan yang tersisa selain melakukan apa yang Hiiragi perintahkan yaitu mencari tahu alasan Kageyama melakukan tindakan bunuh diri sampai jam 8 malam.

  • 5.    Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang membahas tentang maksud tindak tutur direktif dan jenis ungkapan tindak tutur pada dorama 3 Nen A Gumi ditemukan maksud meminta (request) sebanyak 11 data, memohon (entreat) sebanyak 4 data, bertanya (question) sebanyak 10 data, memerintah (command) sebanyak 7 data, menantang (challenge) sebanyak 3 data, mengajak (invite) sebanyak 3 data, melarang (forbid) sebanyak 7 data, mengizinkan (permit) sebanyak 3 data dan menasihati (advise) sebanyak 6 data.

Jenis ungkapan tindak tutur direktif yang ditemukan pada dorama 3 Nen A Gumi sebanyak 54 data. Terdapat 39 data dialog yang ditemukan dalam ungkapan tindak tutur direktif secara langsung yaitu pada maksud meminta, memohon, bertanya, mengajak, memerintah, menantang, melarang, mengizinkan, dan menasihati. Sedangkan ungkapan secara tidak langsung ditemukan sebanyak 15 data dialog pada beberapa maksud kecuali tuturan dengan maksud memohon, bertanya, menantang, dan mengizinkan yang selalu diungkapkan secara langsung.

  • 6.    Daftar Pustaka

Chaer, Abdul. 1998. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Chino, Naoko. 1991. All About Particles. Jepang: Kodansha Amerika, Inc.

Gunarwan, Asim. 2007. Pragmatik Teori dan Kajian Nusantara. Jakarta: Universitas Atma Jaya.

Iori, Isao. 2000. Shokyuu o Oshieru Hito no tame no Nihon Go Bunpou Handobukku. Tokyo: 3A Corporation.

Kawashima, Sue. 1999. A Dictionary Of Japanese Particles. Jepang: Kodansha Internatinal.

Leech, Geofrey. 1993. Prinsip-Prinsip Pragmatik. Jakarta: Universitas Indonesia.

Lestari, Dwi Tiara. 2017. Kesantunan Tindak Tutur Direktif Larangan dan Izin Dalam Drama Jepang Kazoku Gemu. Skripsi. Program Studi Sastra Jepang. Fakultas Ilmu Budaya. Universitas Diponogoro.

Matsura, Kenji. 1994. Kamus Bahasa Jepang-Indonesia. Kyoto: Kyoto University Press

Nadar, F.X. 2008. Pragmatik & Penelitian Pragmatik. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada.

Namatame, Yasu. 1996. Nihongo Kyoushi no tame no Gendai Nihongo Hyougen Bunten. Jepang: Kabushiki Kaisha Honjinsha.

Rahardi, Kunjana. 2005. Kesantuanan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Rohmadi, Muhammad. 2004. Pragmatik Teori dan Analisis. Yogyakarta: Lingkar Media.

Searle, John R. 1979. Exspression and Meaning. New York: Cambridge University Press.

Syah, Nur Aini. 2017. "The Politeness of Directive Speech Acts in Satu Jam Lebih Dekat on TV One". Prasasti, Volume 2, Nomer 2 (hlm 300-315).

Tarigan, Henry Guntur. 1986. Pengajaran Pragmatik. Bandung: Angkasa.

Teza, Dwi Putri. 2019. "Tindak Tutur Direktif Pada Novel Bidadari-Bidadari Surga Karya Tere Liye". Jurnal Ilmiah Korpus, Volume 3, Nomer 1 (hlm 108-122).

Yule, George. 2006. Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

169