SAKURA VOL. 3. No. 2 Agustus 2021

DOI: https://doi.org/10.24843/JS.2021.v03.i02.p09

P-ISSN: 2623-1328

E-ISSN:2623-0151

Analisis Modalitas Pada Cerpen Isshunboushi

Femiga Salsa Nabila1, Santi Wahyuni2, Tania Luksiana Putri3, Tiara Desi Kintansari4 1234Jurusan Bahasa dan Kebudayaan Jepang, Universitas Diponegoro, Semarang-Jawa Tengah

fsn.femiga@gmail. com1 , [email protected]2, luksianatania@gmail. com3, [email protected]4

Abstrak

Linguistik mengkaji bahasa sebagai alat komunikasi. Komunikasi yang dimaksud tidak hanya lisan tapi juga tertuls, misalnya percakapan pada cerpen. Maka, bisa diteliti modalitas-modalitas yang ada pada suatu cerpen. Modalitas adalah pemarkah yang menunjukkan sikap pembicara baik terhadap proposisi maupun lawan bicaranya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui modalitas-modalitas yang terdapat dalam cerpen Issunboushi. Data yang dihimpun menggunakan teknik penelitian pustaka, sedangkan metode yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan metode analisis simak teknik catat. Sebagai hasil dari penelitian, ditemukan 7 jenis modalitas dalam cerita, yaitu irai, ishi, setsumei, meirei, ganbou, hikyou, dan gaigen. Penggunaan modalitas-modalitas ini berkaitan dengan konteks maupun latar cerita yang disuguhkan.

Kata kunci: Linguistik, modalitas, cerpen, Issunboushi

Abstract

Linguistics studies language as a means of communication. Communication is not limited to verbal speech but also written ones, such as remarks available in short stories. This means that modalities in a short story can be a valid object to be researched. Modality is a marker that expresses a speaker's attitude towards a proposition as well as towards an interlocutor. This research aims to determine modalities used in the short story of Issunboushi. Data is gathered by library research technique, meanwhile analysis method used is qualitative descriptive by observation and note-taking technique. As a result, there are 7 types of modality that can be found, such as irai, ishi, setsumei, meirei, ganbou, hikyou, and gaigen. These modalities' usage are related to context and settings presented in the story.

Keywords : Linguistics, modality, short story, Issunboushi

  • 1.    Pendahuluan

Linguistik adalah ilmu yang mempelajari seluk-beluk bahasa atau ilmu bahasa. Bahasa dikatakan mempunyai makna sebab mempunyai fungsi yaitu menyampaikan pesan, konsep, ide atau pikiran (Siminto, 2013:15). Jadi, bahasa merupakan suatu lambang suara atau bunyi yang digunakan setiap manusia untuk menyampaikan apa yang ingin disampaikan kepada lawan bicara. Lalu terjadi suatu interaksi antar manusia lain, sehingga apa yang pembicara pikirkan tersampaikan kepada lawan bicara (berkomunikasi). Melalui komunikasi, seseorang dapat mengubah perkataan ataupun

tindakan diri sendiri maupun orang lain, sehingga terdapat timbal balik yang diharapkan dari kedua belah pihak.

Pada artikel ini digunakan bacaan cerita rakyat Jepang yang berjudul "Issu nboushi", yang dipublikasikan pada website NHK for School. Di dalam cerita ini, banyak terdapat percakapan-percakapan antar tokoh, sehingga terdapat beberapa modalitas. Karena modalitas terdapat berbagai macam jenisnya, sehingga penulis tertarik untuk membahas dan menganalisis beberapa modalitas yang terdapat pada bacaan tersebut. Dalam bukunya, Sutedi menyebut bahwa Masuoka menjabarkan modalitas sebagai kategori gramatikal yang digunakan pembicara dalam menciptakan suatu sikap terhadap sesuatu kepada lawan bicaranya seperti dengan menginformasikan, menyuruh, melarang, meminta, dan mengatakan keharusan atau saran kepada seseorang (Sutedi, 2019: 97).

Contoh salah satu modalitas dalam bahasa Jepang yang digunakan untuk menyatakan permohonan kepada orang lain, agar melakukan atau tidak melakukan sesuatu digunakan verba bentuk Te + kudasai dan sebagainya.

Contoh:

Mado o shimete kudasai.

Tolong tutup jendela’.

(Sutedi, 2019: 98)

Dengan melihat contoh modalitas bahasa Jepang diatas, penggunaan kata tolong tersebut menggunakan struktur pola kalimat verba bentuk Te + Kudasai.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk merumuskan masalah sebagai berikut :

Bagaimana modalitas bahasa Jepang yang terdapat di dalam bacaan cerita rakyat Jepang yang berjudul "Issunboushi" ?

Sedangkan tujuan penelitian jurnal ini yaitu untuk mengetahui modalitas bahasa Jepang apa saja yang terdapat di dalam bacaan cerita rakyat Jepang yang berjudul “Issunboushi”. Berikut dua manfaat dari penelitian ini :

  • 1.    Manfaat Teoritis

Manfaat secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang linguistik bahasa Jepang terutama pada bidang sintaksis khususnya yang berkaitan dengan modalitas bahasa Jepang kepada pembelajar bahasa Jepang.

  • 2.    Manfaat Praktis

Manfaat secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan bagi penulis dan pembelajar bahasa Jepang, khususnya pengetahuan modalitas bahasa Jepang.

  • 2.    Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang ditekankan pada deskripsi objek yang diteliti, yang dapat dilakukan dengan beberapa model, seperti studi kasus, analisis teks, dan lain- lain (Muhammad, 2011 : 30). Metode deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan, menjabarkan suatu fenomena atau peristiwa yang terjadi sekarang ini dengan menggunakan prosedur alamiah untuk menjawab suatu masalah secara aktual (Sutedi, 2009: 58).

Data-data dalam penelitian ini diperoleh dengan penelitian pustaka atau library research. Penelitian kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan melakukan penelaahan terhadap buku, literatur, catatan, serta berbagai laporan yang berkaitan dengan masalah yang ingin dipecahkan (Nazir, 1988:111)

Sebagai metode analisis, penelitian ini menggunakan metode simak teknik catat untuk pengumpulan data, karena dapat memudahkan klasifikasi (Sudaryanto, 2015:205). Pencatatan dilakukan dengan melihat setiap bentuk kata yang berkaitan dengan modalitas bahasa Jepang dalam bacaan “Issunboushi” sebagai acuan utamanya, dengan berdasarkan pada teori Masuoka.

  • 3.    Kajian Pustaka

Modalitas merupakan kategori gramatikal yang digunakan pembicara dalam menyatakan suatu sikap terhadap sesuatu kepada lawan bicaranya, seperti dengan menginformasikan, menyuruh, melarang, meminta dan sebagainya dalam kegiatan berkomunikasi. Modalitas berkaitan dengan sintaksis karena modalitas erat kaitannya dengan verba dan kalimat. Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut dengan tougoron atau sintakusu. Sintaksis adalah cabang linguistik yang mengkaji tentang struktur dan unsur unsur pembentukan kalimat (Sutedi, 2019: 61)

Struktur yang dimaksud adalah struktur frasa, klausa dan kalimat itu sendiri. Penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan modalitas yaitu penelitian yang berjudul

Modalitas Bahasa Jepang pada Wacana Watashi no Nichiyoubi karya Taulia. Sebagai hasil penelitiannya, Taulia bisa mendeskripikan jenis-jenis modalitias beserta fungsi dan maknanya yang terdapat dalam wacana Watashi No Nichiyoubi. Menggunakan teori Masuoka, ia menemukan lima modalitas diantaranya setsumei, toui, kinshi kyouka, irai, dan ishi moushide kanyuu (Taulia, 2016: 250).

Adapun penelitian lainnya yang meneliti modalitas karya Henda Lutviani yang berjudul Modalitas Beki da dan Nakerebanaranai dalam kalimat Bahasa Jepang. Hasil yang didapat dari penelitiannya yaitu bahwa modalitas beki memiliki makna kewajiban, kewajaran, sedangkan modalitas nakerebanaranai memiliki makna keperluan dan kewajiban (Lutviani, 2017: 57–58).

  • 4.    Hasil dan Pembahasan

Bacaan yang sebagian besar merupakan percakapan antar tokoh, maka tidak sedikit ditemukan modalitas-modalitas berikut ini.

  • 4.1    Modalitas Permohonan (Ira i)

Penulis menemukan kalimat-kalimat yang mengandung modalitas permohonan sebagai berikut.

  • 1)    Ujigami-sama, douka kodomo o osazuke kudasai.

Wahai dewa pelindung, mohon berkahi kami dengan anak.

(NHK for School, 2017: 2)

  • 2)    Issunboushi “Ora o miyako ni ikasete kudasai.”

Issunboushi "Tolong biarkan aku pergi ke ibukota."

(NHK for School, 2017: 5)

  • 3)    Issunboushi “Daijoubu desu. Ora ni hari to owan o kudasai.”

Issunboushi "Tidak apa-apa. Tolong beri saya mangkuk dan sumpit."

(NHK for School, 2017: 5)

  • 4)    Issunboushi “Watashi o kerai ni shite kudasai.”

Issunboushi “Mohon jadikan saya pelayan Anda!”

(NHK for School, 2017: 8)

  • 5)    Ohimesama “Issunboushi, tenarai o suru kara sumi o sutte okure.”

Putri “Issunboushi, aku akan latihan menulis sekarang, maka tolong persiapkan tintanya.”

(NHK for School, 2017: 9)

  • 6)    Ohimesama “Issunboushi, kami o osaete okure.”

Putri “Issunboushi, tolong pegang rambutku.”

(NHK for School, 2017: 9)

Penggunaan modalitas ini cukup banyak terdapat dalam cerpen. Hal ini disebabkan karena pada cerpen banyak ditampilkan (1) hubungan antara orang tua dan anak, dan (2)

hubungan antara atasan dan bawahan. Hubungan antara orang tua dan anak, yaitu tokoh kakek-nenek dan Issunboushi, terdapat pada data 2 dan 3, sementara hubungan antara atasan dan bawahan terdapat pada data 4, 5 dan 6, yaitu antara Issunboushi dengan orangorang kota seperti Daijin dan Putri. Hal ini pulalah yang menyebabkan perbedaan penggunaan pemarkah antara Issunboushi dengan Putri.

Baik dalam kedua hubungan tersebut, posisi Issunboushi berada di bawah, sehingga ia berstatus inferior. Maka, ketika ia memohon pada tokoh lain, ia benyak menggunakan bentuk sopan atau kudasai seperti pada data 2, 3 dan 4. Sementara itu, Putri banyak menggunakan bentuk okure, dimana ia bisa disubstitusikan dengan kudasai karena samasama memiliki derajat kesopanan yang tinggi, namun lebih feminin dan arkais. Putri menggunakan bentuk ini untuk menunjukkan status sosialnya sebagai anak dari seorang Daijin.

Adapun kudasai pada data 1 digunakan untuk memohon kepada dewa. Ini diucapkan oleh pasangan nenek dan kakek pada awal cerita.

  • 4.2    Modalitas Kehendak (Ishi)

Penggunaan modalitas ini cukup produktif pada cerpen, terbukti dari ditemukannya data-data sebagai berikut.

  • 7)    Ojiisan “Ippai tabete ookiku narunda zo”

Ojiisan “Kalau banyak makan, kamu akan semakin besar loh.”

(NHK for School, 2017: 3)

  • 8)    Mura no kodomotachi “Hore, inu ni fumareruzo!”

Anak-anak desa “Lihat! Kamu bakal terinjak anjing loh!”

(NHK for School, 2017: 4)

  • 9)    Mura no kodomotachi “Sore, karasu ni kuwareru zo!”

Anak-anak desa “Tuh, kamu bakal dimakan gagak loh!”

(NHK for School, 2017: 4)

  • 10)    Oni “Uooo! Hime wa moratte ikuzo!”

Siluman “Uooh! Aku akan mendapatkan putri!”

(NHK for School, 2017: 10)

  • 11)    Issunboushi “Mate! Himesama ni yubi ippo furesasenai zo!”

Issunboushi “Tunggu! Aku tidak akan membiarkanmu menyentuh Putri seujung jaripun!”

(NHK for School, 2017: 10)

Keenam data diatas mengandung pemarkah zo, bila dipadankan dalam bahasa Indonesia akan setara dengan ‘lho’. Modalitas ini seperti yang dikemukakan Masuoka & Takubo, menyatakan maksud dari si pembicara. Hal ini selaras dengan penggunaan zo

pada data-data diatas. Misalnya pada data 4. Penggunaan zo memperkuat tekad si Siluman untuk menculik Putri. Sama halnya dengan data 5, dimana Issunboushi bertekad akan melindungi Putri dari Siluman.

  • 4.3    Modalitas Penjelasan (Setsum ei)

Penulis menemukan bahwa modalitas penjelasan merupakan urutan ketiga modalitas yang digunakan dalam cerpen ini. Data yang mengandung modalitas ini adalah sebagai berikut.

  • 12)    Futari no inori ga todoita no ka, toutou akanbou ga umareta no desu.

Entah karena doa mereka berdua terkabul atau bagaimana, pada akhirnya anak mereka terlahir.

(NHK for School, 2017: 3)

  • 13)    Uu, ora ga konnani chiisai kara.

Huhu, ini karena aku (berukuran) sekecil ini.

(NHK for School, 2017: 4)

Modalitas penjelasan berfungsi menjelaskan sesuatu, baik kondisi maupun alasan (iiwake). Pada data 7, no desu berfungsi menjelaskan lahirnya Issunboushi setelah kakek dan nenek berdoa kepada dewa. Adapun pada data 8, terdapat modalitas kara yang berfungsi menjelaskan alas an, dalam hal ini memberikan alas an mengapa Issunboushi merasa sedih. Ia merasa sedih karena tubuhnya yang terlalu kecil.

  • 4.4    Modalitas Perintah (Meirei)

Adapun data yang penulis temukan sebagai berikut.

  • 14)    Uchi de kozuchi yo, Isshun Boushi no sei wo ookiku shitamae.

Wahai kozuchi, buatlah badan Isshun Boushi membesar.

(NHK for School, 2017: 13)

Modalitas shitamae yang digunakan mengandung makna perintah, namun memiliki nuansa yang sopan. Ini diucapkan Putri ketika hendak mengubah ukuran Issunboushi menjadi sebesar manusia pada umumnya.

  • 4.5    Modalitas Keinginan (Ganbou)

Ditemukan satu kalimat yang mengandung modalitas ini.

  • 15)    Issunboushi “Hiroi yo no naka o mitai no desu.”

Issunboushi "Saya ingin melihat dunia yang luas."

(NHK for School, 2017: 5)

Kalimat ini diucapkan Issunboushi ketika ia hendak pergi ke ibukota. Mitai menunjukkan keinginannya, yaitu untuk melihat dunia yang luas. Maka dari itu, ia akan memulai perjalanannya.

  • 4.6    Modalitas Perumpamaan (Hikyo u)

Ditemukan satu kalimat yang mengandung modalitas ini.

  • 16)    Ooki na kawa wa oou na bara no you deshita.

Sungai besar itu seperti belut besar.

(NHK for School, 2017: 6)

No you memberikan perumpamaan antara sungai dengan belut. Perumpamaan ini muncul karena kondisi sungai yang alirannya sangat deras.

  • 4.7    Modalitas Kemungkinan (Gaigen)

Ditemukan satu kalimat yang mengandung modalitas ini.

  • 17)    Kore wo fureba donna negai mo kanau to iimasu.

Dikatakan bahwa jika digoyangkan, maka segala keinginan akan terkabul.

(NHK for School, 2017: 13)

To iimasu mengindikasikan kabar yang berasal dari pendengaran orang semata, sehingga masih belum jelas kepastiannya. Maka dari itu, data 17 termasuk ke dalam modalitas kemungkinan.

  • 5.    Simpulan

Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam cerpen Issunboushi ini setidaknya terdapat 7 jenis modalitas berdasarkan teori Masuoka & Takubo, diantaranya modalitas permohonan (irai), melakukan (ishi), penjelasan (setsumei), perintah (meirei), keinginan (ganbou), perumpamaan (hikyou), dan kemungkinan (gaigen). Modalitas Permohonan merupakan yang paling produktif sebab melibatkan banyak hubungan antara meue no hito dengan meshita no hito. Modalitas Melakukan merupakan terbanyak kedua, dan banyak ditampakkan ketika para tokoh bertekad untuk melakukan sesuatu. Adapun modalitas untuk menjelaskan sesuatu hal, biasanya beserta alasannya, dan ini juga cukup banyak digunakan. Selain ketiga modalitas ini, tidak banyak muncul di dalam cerpen.

  • 6.    Daftar Pustaka

Lutviani, H. 2017. "Modalitas Beki da dan Nakerbanaranai dalam Kalimat Bahasa Jepang" (skripsi). Semarang: Universitas Diponegoro.

Muhammad. 2011. Metode Penelitian Bahasa. Yogyakarta: Ar-ruzz Media.

Nazir, M. 1988. Metodologi Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Siminto. 2013. Pengantar Linguistik. Semarang: Cipta Prima Nusantara.

Sudaryanto. 2015. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Sanata

Dharma University Press.

Sutedi, D. 2009. Penelitian Pendidikan Bahasa Jepang. Bandung: Humaniora Utama Press.

Sutedi, D. 2019. Dasar-dasar Linguistik Bahasa Jepang. Bandung: Humaniora Utama Press.

Taulia. (2016). “Modalitas Bahasa Jepang pada Wacana Watashi no Nichiyoubi”. BAHASA, 27(2), 244–245.

Tim NHK for School. 2017. いっすんぼうし. NHK for School

https://www.nhk.or.jp/school/kokugo/ohanashi/kyouzai/000656.pdf

193