SAKURA VOL. 3. No. 1 Februari 2021

DOI: https://doi.org/10.24843/JS.2021.v03.i01.p03

P-ISSN: 2623-1328

E-ISSN:2623-0151

Metode Penerjemahan Majas Pada Lagu Rohani Karya Lauren Kaori

Denny Charles Nari1*), I Nyoman Rauh Artana2) PS Sastra Jepang, FIB, Universitas Udayana

Denpasar-Bali 1[[email protected]], 2[[email protected]]

Abstrak

Penelitian ini berjudul “Metode Penerjemahan Majas pada Lagu Rohani Karya Lauren Kaori”. Tujuan penelitian untuk mengetahui jenis majas yang terdapat pada lagu rohani serta metode penerjemahan majas yang diterapkan dalam menerjemahkan majas pada lagu rohani karya Lauren Kaori. Penelitian ini dianalisis mengunakan metode deskriptif kualitatif. Teori yang diterapkan dalam penelitian ini yaitu, teori bahasa figuratif dari Seto, dan teori bahasa figuratif menurut Knickerbockers dan Reninger, teori metode penerjemahan Newmark. Sumber data penelitian ini diambil dari kanal Youtube Lauren Kaori, diantaranya “Reckless Love” karya Cory Asbury, “O Come To The Altar” karya Elevation Worship, “What A Beautiful Name” karya Hillsong Worship, “King Of My Heart” karya Bethel Worship, “10000 Reasons (Bless the Lord)” karya Matt Redman, “Oceans (Where Feet May Fail)” karya Hillsong United. Hasil penelitian ini menunjukan 1) majas hiperbola, metafora, personifikasi, tautologi, sinestesa, dan ditemukan juga tujuh data mengalami pergeseran hasil penerjemahan dalam menerjemahkan majas dari BSu ke dalam BSa, 2) Metode penerjemahan yang diterapkan yakni, metode bebas, metode semantik, metode komunikatif, metode harfiah.

Kata Kunci : majas, metode penerjemahan, lagu rohani.

Abstract

This research entitled "The Translation Method of Figurative Language in Spiritual Songs by Lauren Kaori" Aims of this research is to find out the types of figure of speech contained in Lauren Kaori's spiritual songs as well as figurative langugage of translation methods used in translating figure of speech on spiritual songs by Lauren Kaori. This research was analyzed using a qualitative descriptive method. The theory used in this research is figurative language theory according by Seto, and figurative language theory according to Knickerbockers and Reninger, Newmark's theory of translation methods. Sources of data for this research were taken from Lauren Kaori's YouTube channel, including Cory Asbury's “Reckless Love”, Elevation Worship's “O Come To The Altar”, Hillsong Worship's “What A Beautiful Name”, Bethel Worship's “King Of My Heart” , “10000 Reasons (Bless the Lord)” by Matt Redman, “Oceans (Where Feet May Fail)” by Hillsong United. The results of this study indicate 1). hyperbolic figures of speech, metaphor, personification, tautology, synesthesia, and seven data were also found to experience a shift in translation results in translating language from BSu into BSa. 2). The translation method used is the free method, the semantic method, the communicative method, word to word method, and the literal

method.

Keyword : language of figurative, method of translation, spiritual song

  • 1.    Pendahuluan

Setiap bahasa memiliki gaya bahasa, gaya bahasa adalah unsur yang diterapkan untuk membuat keindahan khususnya dalam suatu karya sastra. Sebuah karya sastra biasa mengandung beragam jenis gaya bahasa (majas) yang sering diterapkan untuk memperindah dan membuat karya sastra lebih hidup dan menarik. Salah satu contoh karya sastra yang kaya akan majas adalah lagu. Lagu adalah suatu karya sastra yang dihasilkan melalui pemikiran seseorang dan dituangkan ke dalam sebuah nyanyian dan musik yang indah. Penulis lagu biasa menuangkan ke dalam lirik lagu dengan pemilihan gaya bahasa yang indah agar lagu tersebut menjadi menarik dan lebih indah untuk dinikmati pendengar. Semakin sering diterapkan majas dalam penyampaian sebuah lagu akan meningkatkan estetika dalam lagu, bahkan memengaruhi pendengar untuk lebih memaknai dan memahami isi dari lagu tersebut. Hal tersebut semakin mendorong daya tarik bagi pendengarnya untuk mengaransemen maupun menyebarluaskan lagu tersebut. Salah satu bentuk aransemen tersebut adalah menerjemahakan lagu.

Dewasa ini, cukup banyak lagu rohani yang dialihbahasakan ke dalam bahasa asing. Salah satunya oleh musisi asal Jepang yang juga merupakan seorang penerjemah lagu serta penulis lagu yakni Lauren Kaori. Lauren Kaori telah menerjemahkan lagu -lagu rohani berbahasa Inggris ke dalam bahasa Jepang, karyanya pun sangat digandrungi dapat dibuktikan dari pendengar lagu rohani tersebut yang rata-rata berjumlah 494,427.83 dari total enam video lagu rohani yang diupload di kanal youtube Lauren Kaori diantaranya “Reckless Love” karya Cory Asbury, “O Come To The Altar” karya Elevation Worship, “What A Beautiful Name” karya Hillsong Worship, “King Of My Heart” karya Bethel Worship, “10000 Reasons (Bless the Lord)” karya Matt Redman, “Oceans (Where Feet May Fail)” karya Hillsong United. Beberapa karya tersebut merupakan beberapa hasil penerjemahan yang baik dan telah mendapat reaksi positif di Jepang.

Dalam menerjemahkan sebuah lirik lagu bukanlah proses yang mudah diperlukan pemahaman yang baik dalam bidang penerjemahan guna menghasilkan penerjemahan yang dapat dipahami dengan baik oleh pendengar, khususnya dalam

menerjemahkan majas pada lirik lagu.Hal tersebut dikarenakan terdapat perbedaan budaya dan struktur kalimat di dalam setiap bahasa, khususnya dalam penerjemahan majas diperlukan beberapa aspek untuk menghasilkan penerjemahan yang baik. Salah satunya adalah metode penerjemahan yang dapat mengarahkan hasil terjemahan sesuai tujuan penerjemahan.

Hasil penerjemahan majas dalam sebuah lirik lagu kadangkala tidak saja dialihbahasakan menjadi sebuah majas maupun majas yang serupa dalam bahasa sasaran.. Hal itu dilatarbelakangi oleh metode penerjemahan yang diterapkan oleh penerjemah dalam menerjemahkan majas yang ada, sehingga mempengaruhi hasil padanan terjemahan tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, penulis mengambil metode penerjemahan majas sebagai tema penelitian pada lagu rohani berbahasa Inggris ke dalam bahasa Jepang Hal yang mendasari topik penelitian ini dipilih, dikarenakan penelitian mengenai majas pada lagu belum banyak dilakukan khususnya dalam lagu rohani yang dialihbahasakan dari Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Jepang. Berdasarkan hal tersebut, penulis memilih topik ini sebagai bahan penelitian.

  • 2.    Metode

Penelitian ini menggunakan sumber data berupa lirik lagu rohani karya Lauren Kaori. Data dianalisis dengan metode padan translasional dan teknik glosing dan untuk memecahkan rumusan masalah yang ada pada penelitian ini, penulis menggunakan rujukan kajian yang dilakukan oleh Aryani (2018) berkaitan dengan metode penerjemahan pada cerita rakyat Jepang kemudian data yang telah dianalisis kemudian diuraikan dengan metode penyajian formal dan informal.

  • 3.    Kerangka Teori

Penelitian ini menggunakan teori bahasa figurative yang dikemukan oleh Seto (2002), dan teori bahasa figuratif Knickerbockers dan Reninger (1963), untuk menganalisis jenis majas yang terdapat pada TSu dan Tsa, dan untuk menganalisis metode penerjemahan yang digunakan dalam menerjemahkan majas, diterapkan Teori metode penerjemahan yang dikemukan oleh Newmark (1998).

  • 4.    Hasil dan Pembahasan

Dalam bab ini penulis akan membahas mengenai jenis – jenis majas yang ditemukan dalam lagu-lagu rohani karya Lauren Kaori baik dalam bahasa Jepang maupun bahasa Inggris serta metode penerjemahan yang diterapkan oleh Lauren Kaori dalam menerjemahkan majas tersebut.

  • 4.1    Majas Hiperbola

Majas Hiperbola merupakan salah satu jenis bahasa kiasan yang menggunakan pernyataan berlebihan dengan membesar-besarkan sesuatu hal/topik daripada keadaan sebenarnya dalam suatu ungkapan ( Knickerbocker dan Reninger 1963; Seto, 2002). Pada lagu rohani yang dialihbahasakan oleh Lauren Kaori ke dalam Bahasa Jepang terdapat data yang merupakan majas hiperbola. Berikut adalah data yang mengandung majas hiperbola.

Data (1)

TSu : What a beautiful Name it is

Nama yang begitu indah

Nothing compares to this

tak tertandingi oleh apapun

TSa : その 麗しい 名  に

Sono utsukushii na ni

Itu indah    nama (DAT)

勝るもの  は ない

masarumono wa nai melampaui (TOP) tidak ada

(My Beautiful Name it is)

Berdasarkan TSu pada data (1) menunjukan data yang mengandung majas hiperbola dibuktikan dengan frasa “What a beautiful” yang dalam konteks ini ditujukan untuk menyatakan betapa mulianya nama Tuhan. Kemudian pada frasa “Nothing compares” yang dalam konteks ini dipergunakan juga untuk menyatakan besarnya kemulian nama Tuhan. Adapun majas yang dikandung TSa adalah majas sinestesa yang dapat dibuktikan pada lirik yang mengungkapkan penginderaan dari panca indera yakni indera penglihatan yang dikenakan pada indra lain, yang dinyatakan melalui frasa ‘Sono uruwashii naʼ yang bermakna ‘namaNya yang indah’ yang diterapkan untuk menyatakan objek ‘na’ yang bermakna ‘namaNya’. Berdasarkan analisis tersebut ditemukan bahwa, BSa pada data (1) termasuk ke dalam majas sinestesa.

Dalam penerjemahan data (1) terlihat penerjemah menerjemahkan data (1) mendekati konstruksi gramatika maupun struktur BSa, dapat dibuktikan dalam lirik “What a beautiful Name it is” yang dialihbahasakan menjadi ‘Sono utsukushii naʼ yang berarti ‘namanya Indah’ dari hasil penerjemahan tersebut terlihat hasil TSa yang mengikuti susunan kata dalam BSa kemudian lirik “Nothing compares to this” yang bermakna‘tak tertandingi oleh apapun’ dialihbahasakan menjadi ʻmasarumono wa naiʼ yang bermakna secara harfiah ‘tiada yang dapat melampaui’ dari pemamparan tersebut terlihat hasil penerjemahan yang mendekati struktrur BSa. Oleh karena itu, berdasarkan pemaparan tersebut ditemukan bahwa metode yang diterapkan pada data (1) merupakan metode penerjemahan harfiah.

Data (2)

TSu : There’s no wall You won’t kick down

Tiada dinding yang tak Kau runtuhkan

TSa : 壁    も 蹴り倒して

Kabe    mo keri taoshite

Dinding (PAR) merobohkan TSu : Lie You Won’t tear down

Tak ada kebohongan yang tak Kau hancurkan

TSa : 嘘      も 消し去って

Uso         mo keshisatte

Kebohongan (PAR) menghapus

(Reckless Love)

Berdasarkan TSu pada data (2) merupakan majas hiperbola. Hal tersebut ditunjukan dari lirik “There’s no wall You won’t kick down” yang mengandung gaya bahasa berlebihan, begitu juga dalam lirik “Lie You Won’t tear down” yang bermakna yang terkesan melebih – lebihkan. Hal tersebut diterapkan untuk menekankan atas besarnya kuasa Tuhan. Kemudian dalam proses penerjemahannya data (2) mengalami pergeseran penerjemahan dalam Bsa menjadi kalimat biasa.

Dalam Penerjemahan data (2) dapat dilihat kata “tear down” yang bermakna ‘menghancurkan’ dialihbahasakan menjadi ‘keshisatte’ sehingga lebih mudah dipahami dalam konteks Tsa pada data (2). Berdasarkan hal ini terlihat adanya penerjemahan yang menghasilkan padanan dalam BSa yang bersifat lebih komunikatif sehingga lebih mudah dipahami dalam konteks lirik lagu tersebut. Berdasarkan hal tersebut ditemukan bahwa metode penerjemahan yang diterapkan pada data (2) adalah metode komunikatif.

  • 4.2    Majas Metafora

Metafora merupakan gaya bahasa atau kiasan berupa perbandingan dua hal secara langsung, yang dinyatakan dalam bentuk ringkas. Metafora sebagai perbandingan langsung menghilangkan kata seperti, bagai, bagaikan, bak, dan sebagainya, sehingga pokok pertama langsung digabungkan dengan pokok kedua (Knickerbocker dan Reninger 1963; Seto, 2002). Pada lagu rohani yang dialihbahasakan oleh Lauren Kaori ke dalam bahasa sasaran yakni, Bahasa Jepang terdapat data berupa majas metafora. Berikut adalah data yang mengandung majas metafora.

Data (3)

TSu :Bear your cross as you wait for the crown

Menanggung salibmu ketika engkau menunggu mahkota

TSa : 十字架 を 背負って

Juujika o    seotte

Salib (AKU) membawa

(What a Beautiful Name)

Berdasarkan TSu pada data (3) terlihat adanya penggunaan gaya bahasa yang berupa perbandingan secara langsung yang tanpa pembanding yaitu antara klausa “Bear your cross” yang secara harfiah berarti ‘menanggung salibmu’. Dalam konteks ini salib merupakan lambang metode penderitaan dan hukuman dalam Encyclopedia Britannica (1911). Penderitaan yang dimaksud dalam lirik lagu ini adalah menanggung penderitaan selama hidup di dunia, sedangkan klausa “wait for the crown” yang secara harfiah berarti ‘menunggu mahkota’ dalam konteks ini memiliki makna menanti upah setelah kehidupan yaitu, kehidupan kekal (surga). Berdasarkan analisis tersebut ditemukan adanya adanya metafora yang bersifat implisit tanpa pembanding secara langsung, sehingga TSu pada data (3) dikategorikan sebagai majas metafora.

Berdasarkan TSa pada data (3) terlihat bahwa, terdapat gaya bahasa berupa perbandingan secara langsung yang bersifat implist tanpa adanya pembanding ‘juujika wo seotteʼ yang bermakna ‘membawa salib’ salib dalam konteks ini adalah lambang penderitaan yang dijalani selama di dunia. Encyclopedia Britannica (1911). Berdasarkan hal tersebut TSa pada data (3) dikategorikan juga sebagai majas metafora.

Berdasarkan hasil penerjemahan data (3) terlihat lirik yang mengandung majas metafora “Bear your cross” yang bermakna ‘menanggung salibmu’ dialihbahasakan begitu saja ke dalam BSa, dan tanpa adanya perubahan kosakata menjadi ‘juujika o

seotte’ yang bermakna ‘membawa salib’ Berdasarkan pemamaparan tersebut metode yang diterapkan dalam menerjemahkan majas tersebut adalah metode kata demi kata. Data (4)

TSu : Let the king of my heart be

Biarkan Raja hatiku menjadi

The wind inside my sails

Hembusan angin dalam layarku

TSa : もしも  私  が 船ならば

Moshimo watashi ga  fune naraba

Jikalau aku (NOM) kapal jika menjadi あなた が  私   の 風

Anata ga watashi no kaze Kamu (NOM) saya (GEN) angin

(10,000 Reasons)

Berdasarkan TSu data (4) gaya bahasa yang dikandung adalah majas metafora. Hal tersebut dapat dibuktikan dari frasa “the king of my heart” dalam frasa tersebut kata “heart” menurut Kamus Oxford kata “heart” bermakna tempat dalam diri seseorang di mana perasaan dan emosi dianggap, terutama yang berhubungan dengan Kamus Oxford (2005) . Maka dapat diartikan bahwa kiasan “the king of my heart” adalah seseorang yang bertahta dan mengatur aspek kehidupannya yang dalam konteks lirik lagu ini adalah Tuhan. Adapun majas yang dikandung dalam TSa adalah majas yang serupa yakni, majas metafora. Hal tersebut terlihat dari lirik ‘fune’ yang berarti ‘kapal’dan ‘kaze’ yang berarti ‘angin’ pada data (4), yang dapat diartikan sebagai sebuah perumpaan. Dalam hal ini kapal diibaratkan kehidupan manusia adalah yang dikendalikan oleh Tuhan sebagai angin.

Dari hasil penerjemahan data (4) terlihat hasil penerjemahan yang mengorbankan struktur BSu namun tetap mempertahankan isi pesan dari BSu yang dalam hal ini dinyatakan dalam ungkapan metaforis yakni angin, yang dalam kontekstual lagu ini angin bermakna Tuhan yang mengisi kehidupan. Berdasarkan analisis tersebut ditemukan bahwa, metode yang diterapkan oleh penerjemah dalam data (4) adalah penerjemahan bebas.

  • 4.3    Majas Tautologi

Tautologi adalah gaya bahasa yang mengkonfirmasikan dan mempertegas makna yang serupa secara positif bahkan tidak ada kejelasan terhadap reduplikasi

ungkapan yang sama. (Seto, 2002:201). Dalam lirik lagu rohani yang dialihbahasakan oleh Lauren Kaori ke dalam Bahasa Jepang terdapat data yang merupakan majas Tautologi. Berikut adalah data yang mengandung majas Tautologi

Data (5)

TSa : And on that day when my strength is failing

Dan pada hari ketika kekuatanku runtuh

Still, my soul will sing Your praise unending

Pujian untuk Mu tak pernah berakhir

TSu : 弱って   立てなく   なり

Yowatte nate naku      nari

Lemah tidak dapat berdiri menjadi

永遠 に 止まぬ 賛美 を

Eien ni yamanu sanbi     o

Selamanya (DAT) tiada henti memuji (SHU)

(10,000 Reasons)

Berdasarkan TSu pada data (5) yang merupakan majas hiperbola , ketika dialihbahasakan mengalamai pergeseran makna menjadi majas tautologi. Hal tersebut dapat dibuktikan dari kata ʻEienʼ dan ʻyamanuʼ yang secara harfiah bermakna ‘selama -lamanya’ dan ‘tiada henti’. Dapat dikatan kedua kata tersebut masih memiliki korelasi makna yang berdekatan , dimana dalam konteks lirik ini ditujukan untuk menegaskan pesan selalu memuji Tuhan.

Adapun metode penerjemahan yang diterapkan pada data (5) yaitu metode penerjemahan bebas. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil penerjemahan yang tidak memiliki kesepadanan baik dalam tataran kosakata maupun frasa, akan tetapi tetap terdapat korelasi pesan yang disampaikan antara lirik TSu dan TSa. Adapun pesan yang dikandung dari kedua majas tersebut adalah tetap menyembah Tuhan hingga akhir hayat. Berdasarkan hal tersebut metode yang diterapkan dalam menerjemahkan data (5) adalah penerjemahan bebas.

  • 4.4    Majas Personifikasi

Personifikasi merupakan gaya bahasa yang memperlakukan objek mati, binatang ataupun abstrak yang dibuat untuk bertindak seperti sebagai benda yang memiliki nyawa atau jiwa yang dapat berekspresi dan bergerak maupun karakteristik seperti memiliki sifat- sifat kemanusiaan atau layaknya manusia (Knickerbocker dan Reninger 1963; Seto, 2002).

Data (6)

TSu : You silenced the boast, of sin and grave

Kau tenangkan kesombongan, dari dosa dan liang kubur

TSa : 罪 も   死   も あなた

Tsumi mo shi     mo anata

Dosa (PAR) kematian (PAR) kamu の 前 で no    mae de

(GEN) depan (PAR) 静まって ひれ伏す 。

shizumatte hirefusu tenang tunduk.

(What a beautiful name)

Berdasarkan TSu pada data (6) majas yang dikandung pada lirik tersebut merupakan majas personifikasi. Hal ini dapat dibuktikan dari lirik “silenced the boast” yang secara harfiah bermakna ‘tenangkan kesombongan’. Dari lirik tersebut terlihat kata “boast” adalah benda mati yang diperlakukan layaknya benda hidup yang dinyatakan melalui kata ‘silenced’. Dalam proses penerjemahannya majas dalam Bsu dialihbahasakan ke dalam BSa menjadi majas personifikasi yang ditunjukan dari lirik ‘Tsumi mo shi mo anata shizumatte hirefusuʼ yang secara harfiah bermakna ‘baik dosa maupun kematian tunduk tenang di hadapanmu’. Dalam lirik tersebut kata ‘Tsumiʼ dan ‘shiʼ merupakan benda mati bertindak layaknya benda hidup yang ditunjukan melalui frasa ‘shizumatte hirefusu’.

Adapun metode penerjemahan yang diterapkan pada data (6) adalah metode semantis yang ditunjukan pada hasil penerjemahan kata “silenced” dialihbahasakan menjadi frasa ‘shizumatte hirefusuʼ yang masih memiliki korelasi makna yang berdekatan. Kemudian kata “grave” dialihbahasakan menjadi ʻshiʼ yang masih memiliki korelasi makna yakni maut atau kematian. Berdasarkan pemaparan tersebut metode yang diterapkan pada data (6) adalah semantis karena hasil terjemahan yang masih memiliki korelasi makna dan tetap mempertahankan unsur estetika dari BSu.

Data (7)

TSa : Where feet may fail and fear surrounds me

Ketika langkah tersesat dan ketakutan mengepungku

TSu : 恐れ

Osore rasa takut


ga (NOM)


襲う   とき

osou         toki

menyerang ketika


Oceans (Where Feet May Fail)

Berdasarkan TSu pada data (7) gaya bahasa yang dikandung adalah majas personifikasi yang dialihbahasakan kembali menjadi majas yang serupa yakni personfikasi.Hal tersebut dapat dilihat dari lirik TSu “fear surrounds me” yang bermakna ‘ketakutan megepungku’. Dalam hal ini terlihat kata “fear” yang bermakna ‘ketakutan’ adalah benda mati yang memiliki nuansa layaknya benda hidup yang dinyatakan melalui kata ‘mengepung’. Adapun majas personifikasi yang dikandung dalam TSa dapat dilihat dari lirik ʻOsore ga osouʼ yang bermakna ‘rasa takut meyerang’. Dalam hal ini kata ‘osore’ yang bermakna ‘rasa takut’ adalah benda mati yang memiliki nuansa layaknya benda hidup yang dinyatakan melalui kata menyerang.

Hasil penerjemahan data (7) terlihat lirik “fear surrounds me” yang bermakna ‘ketakutan mengepungku’ dialihbahasakan menjadi ʻosore ga osouʼ yang berarti ‘rasa takut menyerang’. Terdapat perubahan kosa kata atara BSu dan BSa yaitu kata kerja “surrounds” yang dialihbahasakan menjadi ‘osou’. Kata tersebut dari segi makna tidak terlalu berbeda konteks dengan TSu pada data (7). Hal tersebut dikarenakan rasa takut dalam lirik TSu maupun TSa tersebut masih mengacu kepada suatu perasaan yang datang sebagai sesuatu yang dapat merusak dan menyerang kondisi perasaan. Dari hal tersebut terlihat bahwa penerjemah menghasilkan penerjemahan yang masih berkaitan dengan konteks data (7) dan tetap mempertahankan esteika dalam BSu. Berdasarkan analisis tersebut ditemukan bahwa metode yang diterapkan dalam data (7) merupakan metode semantis.

  • 4.5    Majas Sinestesa

Sinestesia merupakan gaya bahasa yang menjabarkan salah satu dari lima panca indera yang terdiri dari indera pendengaran, indera pengecap, indera penglihatan, indera peraba, dan indera perasa (Seto, 2002:200).

Data (8)

Tsu : What a beautiful Name it is

Nama yang begitu indah

Nothing compares to this tak tertandingi oleh apapun

TSa : その 麗しい  名  に

Sono utsukushii na   ni

itu    indah nama (DAT)

勝るもの  は ない

masarumono wa nai melampaui (TOP) tidak ada (What A Beautiful Name)

Berdasarkan TSu pada data (8) yang merupakan majas hiperbola ketika dialihbahasakan mengalami perubahan menjadi majas sinestesa. Hal tersebut ditandai dengan frasa ‘Sono uruwashii naʼ yang bermakna ‘namaNya yang indah’. Nama adalah sebutan yang diterapkan untuk membedakan antara suatu hal dengan hal lain, yang seharusnya hanya dapat didengar, namun pada frasa kata ‘na’ digambarkan oleh indera penglihatan sehingga menjadi ‘utsukushii’.

Hasil penerjemahan data (8) terlihat lirik yang mengandung majas hiperbola “What a beautiful Name it is” dialihbahasakan menjadi ‘Sono utsukushii naʼ sesuai dengan konteks dari BSu, namun terdapat informasi yang dikurangi yaitu kata “What” dalam konteks lirik ini berguna untuk lebih mempertegas ungkapan hiperbola yang ada. Kemudian pada baris kedua lirik “Nothing compares to this” dialihbahasakan sesuai konteks ke dalam BSa menjadi‘Sono utsukushii na’. Dari kedua lirik tersebut terlihat kosa kata yang ada dalam BSu, dialihbahasakan begitu saja ke dalam BSa tanpa adanya perubahan kosakata Berdasarkan pemaparan maka metode penerjemahan yang diterapkan dalam data (8) adalah metode kata demi kata. Berdasarkan pemamaparan tersebut metode yang diterapkan dalam menerjemahkan majas tersebut adalah metode kata demi kata.

  • 5.    Simpulan

Berdasarkan analisis dari ke enam lirik lagu rohani berbahasa Inggris yang diterjemahkan ke dalam Bahasa Jepang, menunjukkan hasil penelitian berupa 22 data yang mengandung majas baik dalam Bahasa Jepang maupun Bahasa Inggris, ditemukan, dua puluh majas hiperbola, empat majas metafora, delapan majas personfikasi, satu majas sinestesa, dua majas tautologi. Berdasarkan data-data tersebut ditemukan majas hiperbola merupakan majas yang paling banyak digunakan dalam lagu rohani yang diterjemahkan oleh Lauren Kaori.

Adapun analisis dari metode penerjemahan yang telah dilakukan ditemukan, sebelas data menggunakan metode penerjemahan bebas, lima data menggunakan

metode kata demi kata, tiga data menggunakan metode komunikatif, dua data menggunakan metode semantis, dan satu data menggunakan metode harfiah.

  • 6.    Daftar Pustaka

Aryani, M. R. D. (2018). Techniques and Translation Methods of Issunboushi Tales Into Indonesian. 2nd Internasional Conference on Japanese Language Education, Literature, and Culture, 2 (9), 83-86

Knickerbocker, K.L and Williard Renigner.1963. Interpreting Literature. New York.Chicago. San Fransisco. Toronto : Holt, Rinehart and Winston.

Newmark, Peter. 1988. A Textbook of Translation.Oxford: Pergamon Press. Sanatha Duta Wacana University Press

Oxford Advanced Learner’s Dictionary. (2005).Oxford: Oxford University Press

Seto, Kenichi. 2002. 日本語のレトリック (Nihongo no Retorikku). Japan: Iwanami Junia Shinsho.

Sudaryanto. 2015. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa (Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan Secara Linguistis). Yogyakarta: Duta Wacana University Pres.

34