Tindak Tutur Asertif dalam Drama 5 Ji Kara 9 Ji Made Karya Shin Hirano
on
SAKURA VOL. 3. No. 1 Februari 2021
DOI: https://doi.org/10.24843/JS.2021.v03.i01.p06
P-ISSN: 2623-1328
E-ISSN:2623-0151
Tindak Tutur Asertif dalam Drama 5 Ji Kara 9 Ji Made Karya Shin Hirano
Ni Made Ary Puspita Chandrayani1*), Ni Made Andry Anita Dewi2) PS Sastra Jepang, FIB, Universitas Udayana
Denpasar-Bali 1[[email protected]] 2[[email protected]]
Abstrak
Judul dari penelitian ialah “Tindak Tutur Asertif dalam Drama 5 ji kara 9 ji made karya Shin Hirano. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui fungsi tindak tutur asertif dan efek perlokusi yang timbul dalam drama 5 ji kara 9 ji made karya Shin Hirano. Penelitian ini menggunakan teori tindak tutur Searle. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 19 data yang merupakan tuturan asertif. Data berupa tuturan asertif tersebut terdiri dari 4 data tuturan asertif yang berfungsi untuk menyarankan, 4 data tuturan asertif dengan fungsi mengeluh, 5 data tuturan asertif dengan fungsi memberitahukan, 3 data dengan fungsi membanggakan, dan 3 data dengan fungsi melaporkan. Efek perlokusi yang ditemukan terhadap bentuk tuturan asertif tersebut yaitu meyakinkan, membujuk, menghasut, meminta maaf, mengucapkan terimakasih, membuat marah, menolak permintaan, mengejek, dan rasa tidak percaya.
Kata kunci : tindak tutur, tuturan asertif, perlokusi
Abstract
This study entitled Tindak tutur asertif dalam drama 5 ji kara 9 ji made karya Shin Hirano. In addition, this study is to find out the perlocutionary effect that was inflicted by the speaker towards the interlocutors through the assertive illocutionary act. The result, that there were 19 data which were assertive utterances. The data in the form consists of 4 assertive speech data that serves to suggest, 4 assertive speech data with complaining function, 5 assertive speech data with notification function, 3 data with proud function, and 3 data with reporting function. The form of the perlocutionary effect found in interpersonal conversations is convincing, persuading, inciting, apologizing, expressing thanks, making anger, rejecting requests, mocking, and distrust.
Keywords : Speech act, Assertive illocutionary act, perlocutionary,
Ketika berinteraksi dengan lingkungan, manusia pasti melakukan komunikasi. Komunikasi merupakan penyampaian gagasan, pikiran, perasaan maupun emosi. Bagi penutur dan lawan tutur penting untuk saling memahami kisi tuturan ketika berkomunikasi. (Prativi, dkk. 2016: 193). Saat berkomunikasi, hal yang terkandung dari tuturan penutur dapat tersampaikan dengan baik apabila memahami konteks kalimat. Bentuk komunikasi ini secara pragmatik disebut tindak tutur. Tindak tutur ialah tuturan yang diucapkan penutur dimana didalamnya terdapat tindakan (Sucita, dkk. 2017: 108).
Tindak tutur yang dilihat dari kebenaran ucapannya ialah tindak tutur asertif. Tindak tutur asertif memiliki beberapa fungsi antara lain memberitahukan, menyarankan, menuntut, melaporkan, membanggakan, dan mengeluh. Fungsi-fungsi tersebut dapat terlihat apabila memperhatikan konteks/ situasi. Selain memiliki fungsi yang bervariasi, tindak tutur asertif juga memberikan efek perlokusi terhadap mitra tuturnya. Efek perlokusi merupakan perubahan pada mitra tutur setelah mendengar tuturan dari penutur.
Berdasarkan uraian tersebut, memahami fungsi tindak tutur asertif beserta efek dari tuturan tersebut penting untuk menambah pengetahuan dalam bidang linguistik. Sebelumnya, penelitian tentang tindak tutur asertif pernah dilakukan oleh Dena (2018), Purnamasari (2015) serta Arianto (2013) .
Permasalahan yang dipaparkan pada penelitian ini yaitu.
-
a. Bagaimanakah fungsi tuturan asertif pada drama 5 Ji Kara 9 Ji Made karya Shin Hirano?
-
b. Bagaimanakah efek perlokusi yang ditimbulkan dalam drama 5 Ji Kara 9 Ji Made karya Shin Hirano?
Secara umum penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang tuturan asertif dan perlokusinya. Serta dapat memamahami fungsi tuturan asertif dan
efek perlokusi yang ditimbulkan penutur dalam drama karya Shin Hirano ini secara khusus.
Teori tindak tutur oleh Searle (1985) digunakan untuk menganalisis masalah dalam penelitian ini. Metode padan yang dicetuskan oleh Sudaryanto pada tahun 1993 digunakan pada tahapan analisis. Selanjutnya, digunakan metode informal untuk menyajikan hasil data.
Pada hasil analisis terdapat 19 data yang merupakan tuturan asertif. 19 data tersebut menunjukkan fungsi tuturan asertif yang berbeda-beda yaitu menyarankan, memberitahukan,mengeluh,membanggakan serta melaporkan.
Sementara itu terdapat pula efek perlokusi yang ditemukan dalam percakapan antar tokoh yaitu meyakinkan, membujuk, menghasut, meminta maaf, mengucapkan terimakasih, membuat marah, menolak permintaan, mengejek, dan rasa tidak percaya.
-
5.1 Fungsi Menyarankan
潤子 : 三島と? ノーワイ。あいつの 元カノ学生代から全員知って
いま し。それに教師と生徒が付き合ってるのバレたら首です よ。
A-sa : Wa-a. Sasuga wa Nyu-yo-kutsu. Nyu-yo-ku e ikitainara, shoushaman
no misuta- Mishima to kekkon sureba ii noni.
Junko : Mishima to? No-wai. Aitsuno motokano gakusei jidai kara zenin shitteimasushi. Sore nikyoushi to seito ga tsukiatteru no baretara kubi desuyo.
(5時から9時まで, Ep 01, 00:06:52)
Arthur : Wah.. Benar-benar pecinta New York. Jika kamu memang ingin pergi ke New York, kenapa tidak menikah saja dengan Mishima?
Junko : Dengan Mishima? Tidak mungkin. Saya mengenal semua mantan pacarnya dari saat sekolah dulu. Dan jika ada yang mengetahui siswa dan guru berkencan, kita akan dipecat.
Tuturan dalam data (01) diujarkan Arthur dan Junko di kantor tempat mereka bekerja. Arthur adalah rekan kerja Junko di ELA (English Language Academy). Arthur dan Junko sudah berteman dekat semenjak mereka mulai bekerja. Arthur dan Junko
sudah memahami satu sama lain sehingga Arthur mengetahui bahwa Junko sangat menyukai hal-hal yang berkaitan tentang New York. Tuturan pada data (1) terjadi saat Arthur memberikan oleh-oleh yang ia beli ketika melakukan perjalanan bisnis ke New York. Arthur merasa takjub akan pengetahuan yang dimiliki Junko tentang New York. Hal itu karena Junko mengetahui oleh-oleh itu berupa cokelat yang terkenal di New York hanya dengan melihat pembungkusnya saja.
Berdasarkan teori Tindak Tutur oleh Searle (1985) tuturan yang diucapkan oleh Arthur pada data (1) merupakan salah satu dari tuturan asertif yang berfungsi untuk menyarankan. Tuturan menyarankan ini dapat dilihat dari ujaran Arthur ‘Nyu-yo-ku e ikitainara, shoushaman no misuta- Mishima to kekkon sureba ii noni.’ ‘Kalau kamu memang ingin pergi ke New York, kenapa tidak menikah saja dengan Mishima?’. Arthur menyarankan Junko untuk menikah dengan Mishima, karena ia mengetahui bahwa pria itu akan pindah ke New York. Tuturan menyarankan tersebut diperkuat dengan adanya bentuk ~nara pada ujaran ikitainara yang merupakan bentuk yang digunakan untuk menyatakan bentuk pengandaian yaitu “jika ~” atau “kalau ~” (Sagawa, 1998: 402). Dan terdapat juga bentuk ~ba ii noni sebagai penguat maksud tuturan sebelumnya pada ujaran sureba ii noni yang memiliki fungsi untuk memberikan saran atau merekomendasikan sesuatu kepada lawan bicara. Dengan digunakannya pola ini pada ujarannya, Arthur menyarankan Junko agar melakukan sesuatu yang sebelumnya ia tidak lakukan yaitu menikah dengan Mishima.
Mendengar tuturan Arthur, Junko segera menolak saran tersebut dengan mengujarkan ‘Mishima to?’ No-wai’ ‘Dengan Mishima? Tidak mungkin’. Pada ujaran yang diucapkan Junko, ia memilih menggunakan bahasa Inggris dengan maksud untuk mempertegas penolakan tersebut. Alasan penolakan kemudian diperjelas oleh Junko bahwa dirinya mengenal semua mantan pacar Mishima semenjak sekolah sehingga membuat ia merasa tidak nyaman apabila berkencan dengan Mishima. Di ELA (English Language Academy) juga terdapat peraturan bahwa murid dengan guru tidak boleh berpacaran. Junko hanya menganggap Mishima sebagai teman, dan ia juga tidak menyukai sifat Mishima yang suka mengekang Junko.
潤子 :ただいま。ねえ?声外まで聞こえてるよ。
満 :あつ。あつ。ごめん
Nene : Okaeri.
Junko : Tadaima. Nee, koe soto made kikoeteruyo.
Mitsuru : Aa. Aa. Gomen.
(5時から9時まで, Ep 01, 00:10:05)
Nene : Selamat datang dirumah.
Junko : Saya pulang. Eh, suara kalian terdengar sampai di luar lho.
Mitsuru : Ah. Ah. Maaf
Tuturan dalam data (02) diujarkan oleh Junko dan Mitsuru. Mitsuru adalah ayah Junko, yang bekerja sebagai sopir taksi. Tuturan tersebut terjadi saat Junko baru saja tiba dirumah setelah pulang dari bekerja. Malam itu, Junko pulang dalam keadaan yang lelah. Ketika sampai di depan rumahnya, ia mendengar keributan yang ditimbulkan oleh keluarganya dari dalam rumah. Situasi tersebut membuat Junko merasa kesal karena merasa tidak enak dengan tetangganya.
Berdasarkan teori Tindak Tutur oleh Searle (1985) tuturan yang diucapkan oleh Junko pada data (2) merupakan salah satu jenis dari tuturan asertif dengan fungsi mengeluh. Tuturan yang berfungsi untuk mengeluh ini, dapat dilihat melalui tuturan Junko ‘Koe soto made kikoeteruyo’ ‘Suara kalian terdengar sampai di luar lho’. Pada tuturan kikoeteruyo yang diujarkan oleh Junko terdapat shuujoshi yo (akhiran yo). Dengan digunakannya akhiran tersebut dapat diartikan bahwa Junko ingin memperingatkan mitra tutur (keluarganya) agar tidak bicara dengan keras dan memperhatikan lingkungan sekitar. Melihat dari penanda bahasa yang terdapat pada tuturan Junko, maka dapat dikatakan bahwa Junko secara tidak langsung mengeluh dengan menyampaikan kepada keluarganya bahwa suara mereka terlalu keras dan mengganggu. Tuturan mengeluh yang diujarkan oleh Junko terjadi karena ia ingin keluarganya tidak ribut.
Tuturan yang diujarkan Junko direspon oleh ayahnya dengan permintaan maaf. Permintaan maaf terhadap keluhan yang disampaikan Junko dapat dilihat melalui tuturan Mitsuru yang mengatakan ‘Aa. Aa. Gomen’ ‘Ah. Ah. Maaf’. Kemudian terjadi perubahan suasana yang semulanya ribut menjadi tenang dan keluarga Junko mengalihkan topik pembicaraan.
:ええ?由希ちゃんが?
:連絡取れなくなっちゃって。電話にも出てくれないの。
:えつ?
:お姉ちゃんさ仲いいんでしょ?お姉ちゃんだっら話してくれる かも。
: Yuki chan hikikomori ni nacchatta no shiteru?
: Ee? Yuki chan ga?
: Renraku torenakunacchatte. Denwa ni mo detekurenaino.
: Ee?
: Oneechansa naka iin desho? Oneechan dattara hanashitekureru kamo.
(5時から9時まで, Ep 04, 00:21:59)
Nene : Kakak tahu tidak kalau Yuki mengurung diri?
Junko : Eh? Yuki?
Nene : Aku tidak bisa menghubunginya. Ia juga tidak menjawab telepon. Junko : Eh?
Nene : Kakak akrab kan dengannya? Mungkin kakak bisa berbicara
dengannya.
Penutur dan mitra tuturan dalam data (03) adalah Junko dan Nene. Nene adalah adik dari Junko, ia juga berteman dengan Yuki yang merupakan anak didik Junko di tempat Junko mengajar bahasa Inggris. Tuturan pada data (3) terjadi saat Junko menelepon adiknya. Saat itu, Nene memberitahukan bahwa Yuki menarik diri dari lingkungannya. Hal itu dibuktikan dengan Yuko yang tidak bisa dihubungi dan tidak menjawab telepon.
Berdasarkan teori Tindak Tutur oleh Searle (1985) tuturan yang diucapkan oleh Nene pada data (3) merupakan salah satu jenis dari tuturan asertif dengan fungsi memberitahukan. Nene mengatakan ‘renrakutorenakunacchatte, denwa ni mo detekurenaino’ ‘Aku tidak bisa menghubunginya. Ia juga tidak menjawab telepon’. Pada tuturan Nene tersebut terdapat shuujoshi no pada tuturan detekurenaino. Shuujoshi no memiliki makna untuk menegaskan tuturan yang dikatakan oleh penutur (Iori, 2001: 278). Melihat dari penanda bahasa yaitu shujooshi no yang terdapat pada tuturan Nene bisa diketahui ia ingin menegaskan bahwa ia benar-benar tidak bisa menghubungi Yuki. Tuturan Nene tersebut berfungsi untuk memberitahukan Junko keadaan Yuki yang mengurung diri. Hal ini dilakukan Nene karena ia mengetahui bahwa Yuki merupakan salah satu murid yang dekat dengan Junko. Junko yang mendengar informasi tersebut
merasa terkejut dan khawatir, ia tidak pernah berfikir bahwa Yuki akan mengurung diri seperti itu karena yang ia tahu bahwa Yuki merupakan sosok murid yang sangat ceria.
Tuturan Nene memberikan efek yang timbul pada diri Junko setelah mendengar tuturan tersebut yaitu ia merasa khawatir dengan keadaan Yuki. Karena perasaan khawatir tersebut, Junko akhirnya datang ke apartemen Yuki untuk mengecek keadaan anak didiknya tersebut.
-
5.4 Fungsi Membanggakan
Nene : Koko de oneechan sensei shitenda.
Gakusei tachi : Hee, sugoi.
(5時から9時まで, Ep 02, 00:17:22)
Nene : Disini kakak Saya menjadi guru.
Para murid : Ehh, hebat ya.
Penutur dan mitra tuturan dalam data (04) adalah Nene dan teman-temannya di depan tempat kerja Junko setelah pulang sekolah. Saat melewati tempat kerja kakaknya, Nene menyuruh teman-temannya berhenti dan memberitahukan bahwa tempat les bahasa Inggris itu adalah tempat kakaknya bekerja sebagai seorang guru.
Berdasarkan teori Tindak Tutur oleh Searle (1985) tuturan yang diucapkan oleh Nene pada data (4) merupakan salah satu jenis tuturan asertif dengan fungsi membanggakan. Hal ini tercermin melalui tuturan Nene mengatakan ‘Koko de oneechan sensei shitenda’ ‘Disini kakak saya menjadi guru’. Pada tuturan tersebut terdapat ujaran shitenda yang merupakan bentuk biasa dari shiteiru no desu. Bentuk ~nda pada ujaran ~shitenda merupakan bentuk biasa dari ~no desu yang berfungsi untuk mengungkapkan keinginan pembicara untuk menekankan kalimat atau alasan yang ia ujarkan (Sagawa, 1998: 471). Tuturan membanggakan ini disebabkan oleh Nene yang ingin
membanggakan perkerjaan kakaknya sebagai guru bahasa Inggris di tempat les yang terkenal.
Tuturan Nene memberikan efek pada teman-temannya berupa perasaan terkejut sekaligus juga takjub, karena ternyata kakak Nene bekerja di tempat les bahasa Inggris yang terkenal. Hal tersebut dapat dibuktikan melalui tuturan teman-teman Junko yang mengatakan ‘Hee, sugoi’ ‘Ehh, hebat ya’. Dari tuturan tersebut dapat diketahui bahwa teman-teman Nene secara tidak langsung memberikan pujian kepada Junko.
5.5 Fungsi Melaporkan
付き合い始めたらしいですわ。おまけに棲までしとるとか ひばり :この寺に関係のない人間の話など何の興味もありません。天
音。 こそこそするのはやめ なさい。
Amane : Obaasama. Kikimashita? Niisan no koto. Niisan Junko san to tsuki ai hajimeta rashii desuwa. Omake ni dousei made shitoru toka.
Hibari : Kono tera ni kankei no nai ningen no hanashi nadonan no kyoumi mo arimasen. Amane. Kosokoso suru no wa yamenasai.
(5時から9時まで, Ep 08, 00:14:19-00:14:50)
Amane : Nenek. Apakah sudah mendengar? Tentang kakak. Tampaknya kakak sudah mulai berpacaran dengan Junko. Sebagai tambahan mereka juga tinggal bersama.
Hibari : Saya tidak ada minat dengan cerita yang tidak ada hubungan dengan kuil ini. Amane Berhentilah berbicara hal yang tidak penting.
Tuturan pada data (5) merupakan tuturan yang terjadi antara Amane dan Hibari. Tuturan tersebut terjadi ketika Amane berpapasan dengan neneknya di lorong kuil. Saat melihat neneknya, ia berpikir untuk kembali membuat neneknya marah dengan melaporkan kakaknya yang sudah mulai berpacaran dengan Junko dan tinggal bersama.
Berdasarkan teori Tindak Tutur oleh Searle (1985) tuturan yang diucapkan oleh Amane pada data (5) merupakan salah satu jenis dari tuturan asertif dengan fungsi melaporkan. Hal ini tercermin dari ujaran Amane ‘Niisan Junko san to tsuki ai hajimeta rashii desuwa. Omake ni Dousei made shitoru toka ’ ‘Tampaknya kakak sudah mulai berpacaran dengan Junko. Sebagai tambahan mereka juga tinggal bersama’. Pada tuturan tersebut terdapat bentuk ~rashii yang digunakan untuk menyampaikan informasi yang ia dengar sendiri dari kakaknya bahwa kakaknya memulai hubungan dengan Junko. Bentuk rashii sendiri merupakan bentuk yang digunakan untuk menekankan kesan yang terlihat sesuai dengan keadaan sesungguhnya (Sagawa, 1998: 631). Selain itu, pada ujaran ~desu wa terdapat shujooshi wa yang berfungsi untuk memberikan sebuah penekanan terhadap kejadian yang terjadi (Iori, 2001: 278). Amane ingin melaporkan keadaan kakaknya yang sekarang sudah berpacaran dan tinggal bersama dengan Junko. Ia berharap setelah melaporkan hal tersebut neneknya semakin marah dan kecewa terhadap Takane.
Hibari yang pada awalnya tidak menghiraukan perkataan Amane dengan mengatakan ‘Kono tera ni kankei no nai ningen no hanashi nado nan no kyoumi mo arimasen’ ‘Saya tidak ada minat dengan cerita yang tidak ada hubungan dengan kuil ini’, pada akhirnya terpengaruh untuk semakin marah dan kecewa terhadap Takane. Bahkan saat Takane datang kembali ke kuil pun, ia tidak ingin melihat Takane.
Berdasarkan hasil analisis, fungsi tuturan asertif berdasarkan teori tindak tutur yang dikemukan oleh Searle (1985) yang terdapat dalam data sebanyak 19 buah yaitu 4 buah data tuturan dengan fungsi menyarankan, 4 buah data dengan fungsi mengeluh, 5 buah data dengan fungsi memberitahukan, 3 buah data dengan fungsi membanggakan, dan 3 buah data dengan fungsi melaporkan. Tuturan asertif memberitahukan merupakan tuturan yang paling banyak ditemukan karena alur cerita dalam drama ini menggambarkan Junko belajar mengenai kehidupan di kuil tempat Takane tinggal sehingga ada beberapa tokoh lain yang memberitahukan kepadanya tentang bagaimana kehidupan di kuil tersebut.
Sementara itu efek perlokusi yang ditimbulkan kepada mitra tutur berbeda-beda tergantung dengan pemahaman mitra tutur terhadap tuturan tersebut. Efek perlokusi yang sesuai dengan harapan penutur meliputi membujuk, meminta maaf, mengucapkan terimakasih, menghasut, membuat marah sedangkan, efek perlokusi yang tidak sesuai dengan harapan penutur meliputi mengejek, membangkang, dan rasa tidak percaya. Cara berkomunikasi dalam masyarakat Jepang mempengaruhi perlokusi seperti cukup banyak ditemukan aizuchi (respon). Selain itu, pola komunikasi dalam interaksi masyarakat Jepang juga mempengaruhi efek perlokusi, salah satunya pola komunikasi yang didasari oleh prinsip honne tatemae.
Apriyanti, Linda. 2017. Tindak Tutur Asertif Penjual Dan Pembeli Di Pasar Tempel Rajabasa Bandar Lampung Dan Implikasinya Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Di SMA. Bandarlampung: Universitas Lampung.
Cahyani. 2015. Analisis Tindak Tutur Ilokusi Dalam Bahasa Jepang. Semarang: Universitas Negeri Semarang
Karuho, K. N. T. K. S., Prativi, N. M. B. D., Giri, N. L. K. Y., & Dewi, N. M. A. A. Makna Implikatur Akibat Pelanggaran Maksim Kerja Sama Dalam Komik.
Halliday, M.A.K. dan Ruqaiya Hasan. 1985. Bahasa, Konteks, dan Teks: Aspek-aspek Bahasa dalam Pandangan Semiotik Sosial. Terjemahan olehh Asrudin Barori Tou. 1992. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Isao, Iori. 2001. Nihongo Bunpoo Hando Bukku. Japan: 3A Corporation
Leech, Geoffrey. 1993. Prinsip-prinsip Pragmatik. Jakarta: Universitas Indonesia (UI Press).
Searle, J.R. 1985. Foundations of Illocutionary Logic. London: Cambridge University Press.
Sucita, N. M. D., Giri, N. L. K. Y., & Budiana, I. M. (2017). Tindak Tutur Tidak Langsung Literal dalam Drama ichi Rittoru No Namida. Lelaki yang Menggenggam BelatiJurnal Humanis, Fakultas Ilmu Budaya Unud, 20(1).
79
Discussion and feedback