Sense of Place Kawasan Komersial Jalan Senopati, Kebayoran Baru Jakarta Selatan Berdasarkan Persepsi Masyarakat
on
RUANG
SPACE
SENSE OF PLACE KAWASAN KOMERSIAL JALAN SENOPATI, KEBAYORAN BARU JAKARTA SELATAN BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT
Sense of Place in the Commercial Area of Jalan Senopati, Kebayoran Baru Jakarta Selatan based on Community Perception
Oleh: Nikita Elizabeth Cristine1, Elsa Martini2, Dayu Ariesta Kirana Sari3,
Darmawan Listya Cahya4
Abstract
A sense of place represents an individual's perception of belonging to a place, both emotionally and socially. A commercial area such as Senopati Street of Kebayoran Baru in South Jakarta has its own character and vibe. It is known as the most popular commercial neighborhood that has been well-visited by surrounding communities of Jakarta and far beyond. This study aims to identify the public's perspectives regarding the sense of place they feel when they visit Senopati streets. It implements a qualitative descriptive method aided by using a Likert scale computation. Study results reveal that the social and physical natures of Senopati Street have their own uniqueness, composed by the nature of its physical structures/buildings, environments, and social interactions amongst members of the surrounding communities. This research will be a reference to other studies that take commercial areas as case studies and discusses a sense of place in an urban context as their research focus. The latter is one of many pivotal issues in the study of urban planning and development.
Keywords: sense of place; Senopati; commercial area; Kebayoran Baru
Abstract
Sense of place mencerminkan pengalaman individu berkenaan rasa memiliki akan sebuah tempat, baik secara emosional dan sosial. Kawasan komersial misalnya juga memiliki suasana atau rasa tersendiri jika kita berkunjung ke tempatnya. Seperti halnya kawasan komersial Jalan Senopati, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan memiliki karakternya sendiri. Kawasan ini dikenal sebagai lingkungan komersial paling popular yang dikunjungi oleh masyarakat yang tinggal di dalam dan luar Jakarta. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengidentifikasi sense of place di Jalan Senopati menurut persepsi masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif yang dibantu oleh perhitungan skala Likert. Hasil studi menunjukan bahwa kondisi sosial dan alam dari Kawasan Jalan Senopati memiliki keunikan tersendiri, yang dibangun oleh eksistensi struktur fisik/bangunan, dan interaksi sosial antar komunitas yang tinggal di sekitarnya. Penelitian ini akan menjadi acuan bagi studi lainnya yang menjadikan kawasan komersial sebagai studi kasus dan mengambil sense of place pada konteks kehidupan perkotaan sebagai fokus diskusi. Manfaat yang terakhir ini merupakan salah satu isu penting dalam studi perencanaan kota serta pembangunannya.
Kata kunci: sense of place; Senopati; kawasan komersial; Kebayoran Baru
Pendahuluan
Sense of place mengarah dari perasaan atau hubungan yang dimiliki oleh setiap individu atau kelompok pada suatu tempat, seperti tempat singgah, tempat tinggal atau tempat yang kerap dikunjungi oleh individu. sense of place juga dapat membantu individu untuk mengetahui lanskap sosial dan budaya serta identitas dari suatu tempat. Sense of place juga dapat memberi pemahaman bagaimana individu memandang dan memahami perubahan sosial dan lingkungan. (Rajala et al., 2020). Begitupun pada kawasan komersial yang juga memiliki rasa atau suasana tersendiri jika kita berkunjung pada suatu tempat, maka rasa tersebut akan menumbuhkan identitas pada kawasan itu sendiri. Identitas kawasan hadir ketika individu maupun kelompok mampu mengenali serta mengingat suatu tempat dengan karakter maupun keunikan (Harahap, 2021; Lynch, 1960). Karakter antar tempat tersebut dapat dikaitkan maupun dirasakan oleh penduduk yang tinggal di dalam maupun di luar tempat tersebut (Peng et al., 2020), sehingga identitas kawasan pada kawasan komersial dapat menumbuhkan rasa tersendiri bagi pengunjung yang singgah. Faktor utama pembentuk sense of place tidak hanya berasal dari perasaan setiap individu namun juga berasal dari karakteristik spasial, penataan fisik lingkungan, serta kehidupan sosial sekitar yang menjadikan hal penting dalam pembentukan sense of place (Pramudito et al., 2020). Seperti sense of place pada kota Las Vegas, Nevada Amerika Serikat, sebagaimana kita ketahui bahwasanya kota Las Vegas terkenal dengan tempat hiburannya, sehingga kota tersebut mendapatkan julukan sebagai “Sin City” (Exodus, 2021). Hal ini disebabkan oleh kegiatan hiburan pada wilayah tersbut menghasilkan sense of place melalui pengalaman setiap individu maupun kelompok yang hendak berkunjung atau menjelajahi berbagai tempat hiburan malam maupun hotel di sekitar, sehingga masyarakat memiliki ingatan dan rasa tersendiri ketika berkunjung ke Las Vegas (Song et al., 2021). Penelitian sense of place sebelumnya sudah pernah dilakukan di Indonesia seperti pada penelitian sense of place pada Pasar Tomok yang dapat diketahui melalui bentuk bangunan - bangunan adat dan kegiatan – kegiatan traditional yang menjadi image dari kawasan tersebut pada kajian sense of place pada Koridor Pasar Tomok Kabupaten Samosir (Mirsa et al., 2020).
Pada penelitian sense of place yang berada pada kawasan Jakarta Selatan merupakan salah satu wilayah dari ibukota yang terkenal dengan kawasan pemukiman, perkantoran dan kawasan komersialnya, kawasan ini berlokasi pada kecamatan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Menurut Peraturan Penataan Ruang Kawasan Kebayoran Baru tahun 2016 kawasan Kebayoran Baru didominasi zona pemukiman, namun seiring berjalannya waktu dengan pertumbuhan ekonomi serta perluasan kawasan CBD (Central Bussines District) membuat kawasan ini menjadi bagian dari pusat kegiatan ekonomi Kota Jakarta. Salah satu dari wilayah yang menjadi kawasan perluasan kegiatan perekonomian kawasan Kebayoran Baru adalah Jalan Senopati yang memiliki kawasan komersial paling terkenal di Jakarta pada masa kini seperti tempat hiburan, cafe, restoran, lounge, bar/club, dan tempat perdagangan jasa lainnya. Hal ini dapat menciptakan indentitas bagi kawasan komersial yang ada pada sepanjang Jalan Senopati di Jakarta Selatan. Maka dari itu tujuan dari penelitian ini antara lain adalah untuk mengidentifikasi sense of place yang ada pada Jalan Senopati menurut persepsi masyarakat.
Jika dilihat dari studi literatur sebelumnya, pada pembahasan mengenai sense of place kawasan komersial di Jalan Senopati, Jakarta Selatan menurut persepsi masyarakat masih terbatas. Kawasan studi yang dipilih juga menjadi salah satu perbedaan untuk penelitian sebelumnya di Indonesia karena Jalan Senopati telah didominasi oleh kawasan komersial berupa tempat hiburan. Maka dari itu pada penelitian ini diharapkan dapat membuka wawasan atau cara pandang masyarakat terhadap kawasan komersial terutama pada tempat hiburan malam, serta dapat mengidentifikasi penyebab perbedaan suasana saat pengunjung mengunjungi tempat – tempat komersial yang ada pada Jalan Senopati, Jakarta Selatan.
Review Literatur
Penambahan tinjauan pustaka pada penelitian sense of place di Jalan Senopati, Jakarta Selatan ini terbagi menjadi tiga yaitu pertama kawasan komersial merupakan bagian dari wilayah yang dianalisis yaitu kawasan komersial di sepanjang Jalan Senopati, Jakarta Selatan. Kedua adalah sense of place yang menjadi acuan teori untuk mengidentifikasi suasana pada kawasan komersial di sepanjang Jalan Senopati dan ketiga adalah persepsi masyarakat yang merupakan bagian dari sense of place, dimana pendapat serta pengetahuan masyarakat pada kawasan komersial di sepanjang jalan dapat menjadi salah satu tolak ukur untuk terciptanya Sense of place.
Kawasan komersial merupakan area kota yang secara khusus dibangun untuk kawasan perdagangan dan jasa atau kawasan bisnis komersial yang dapat menguntungkan bagi wilayah sekitarnya (Audioversity, 2019). Pada kawasan komersial terdapat bangunan yang dibangun untuk memberikan keuntungan melalui aktivitas komersial dari bangunan tersebut. Aktivitas komersial didefinisikan sebagai aktivitas apa pun yang terkait langsung dengan penjualan, pembelian, atau penyewaan (Arafuru, 2022). Seperti yang tertera pada kamus tata ruang, kawasan komersial adalah kawasan dengan bentuk kegiatan perdagangan pada suatu wilayah yang mencakup kegiatan perdagangan dan jasa skala lokal maupun regional seperti perbelanjaan dan wilayah hiburan, letaknya pun bisa dimana saja tidak selalu di pusat kota namun memiliki dampak besar terhadap aktivitas perekonomian wilayah (Koswara & Pamungkas, 2017). Maka dari itu aktivitas masyarakat yang ada pada kawasan komersial memiliki nilai sosial yang berpengaruh pada aktivitas area komersial (Wardhana et al., 2016). Selain itu pada kegiatan perdagangan dan jasa juga memiliki jangkauan pelayanan, jumlah pelaku, dan jumlah sarana (Arifia et al., 2017). Perkembangan kawasan komersial dapat dilihat melalui aksesibilitas, seperti bagaimana akses jalan raya yang tersedia, serta perkembangan kegiatan dan ketersediaan prasarana pada wilayah sekitar komersial (French & Mahayni, 2016).
Sense of place dapat didefinisikan sebagai experience atau pengalaman yang dirasakan oleh individu pada hal tertentu, sehingga seseorang dapat merasakan perasaan gembira, senang, serta ingin lebih tahu (Bramwell, 2014; Steele, 1981). Sense of place pada lingkungan perkotaan tidak akan memadai tanpa analisis lebih lanjut terhadap kota sebagai tempat yang dibangun secara sosial yang memiliki warisan serta kehidupan masyarakat
yang tinggal di sekitarnya (Carmona et al., 2003; Dameria et al., 2020; Montgomery, 1998). Kedatangan seseorang pada suatu tempat untuk pertama kalinya, akan menumbuhkan perasaan yang berbeda seperti perasaan gembira ataupun cemas pada setiap individu untuk pertama kalinya saat mengunjungi lingkungan baru (Jagannath, 2018). Sense of place bukan hanya membuat suatu kota atau wilayah terasa berbeda dengan wilayah lain, melainkan membuat lingkungan fisik juga layak untuk diperhatikan (Ed McMahon, 2015).
Pada dasarnya lokasi memiliki sifat fisik dan psikologis, dimana sense of place dapat terbentuk dari kombinasi fisik lingkungan, aktivitas, dan makna (BAZHER, 2017). Seperti pada konsep perencangan kota, untuk menumbuhkan sense of place, maka suatu tempat haruslah memadai atau baik (a good place) dengan adanya tiga elemen (Gambar 1) yaitu form, activity, dan image (Montgomery, 1998; Ramadhani et al., 2018).
Gambar 1. Elemen Sense of place
Sumber: (Montgomery, 1998; Ramadhani et al., 2018).
Dalam mengidentifikasi sense of place pada suatu ruang perkotaan, dapat diawali dengan melakukan interview atau wawancara singkat terhadap masyarakat sekitar, serta menentukan ukuran yang menjadi dasar dari setiap individu yang tinggal di wilayah sekitar (Lynch, 1960; Ramadhani et al., 2018). Sense of place terletak pada kualitas visual yang terbentuk dari kota, sehingga mampu membuat kota tersebut terasa nyaman, aman, serta ideal untuk ditempati (Lazuardi et al., 2018; Lynch, 1960). Maka dari itu setidaknya terdapat lima elemen kota yang bisa memberikan kesan sense of place dengan kualitas visual pada kota yang baik yaitu path merupakan jalur pergerakan sirkulasi, dimana pengamat dapat melaluinya (Wahab Sy, Rondonuwu . M, 2018); edge dapat dijelaskan sebagai karakteristik perbatasan, sehingga dapat berguna untuk memberikan batasan terhadap suatu area perkotaan dalam menjaga identitas kawasan (Poetri et al., 2021); district adalah suatu wilayah yang memiliki kesamaan karakter (Mirsa et al., 2020); nodes merupakan spot atau titik strategis pada suatu wilayah atau kota (Wahab Sy, Rondonuwu. M, 2018); dan landmark yang merupakan suatu tanda yang menjadi ciri khas kawasan agar mudah untuk dikenali (Poetri et al., 2021).
Persepsi merupakan suatu proses pengelolahan informasi dari lingkungan yang dapat diterima setiap individu sehingga menghasilkan pengalaman sebelumnya (Sahbana, 2017).
Pada ruang perkotaan dapat dibentuk oleh design ruang antara bangunan dengan psikologis dari pengamat ruang tersebut (Mulyadi M, 2018). Pada bangunan dapat menimbulkan karakter tersendiri, dimana hal tersebut dapat ditangkap oleh setiap individu yang mengamati, sehingga dapat menciptakan pengalaman yang beragam dari setiap individu (Lang, 2009). Untuk mengetahui persepsi tersebut dibutuhkan hubungan antara lingkungan dan individu, dimana hubungan tersebut akan menjadi pengalaman masa lalu dan masa mendatang yang dapat menghasilkan image dari tempat tersebut (Lang, 2009; Mulyadi M, 2018). Penampilan karakter visual dari suatu tempat atau kawasan dapat menciptakan perasaan bangga bagi masyarakat karena persepsi pada setiap individu sebagai pengamat terhadapat kualitas visual yang memperkuat karakteristik atau image kuat terhadap kawasan tersebut (Junianingrum et al., 2021; Lynch, 1960).
Metode
Penelitian Sense of place ini dilakukan pada Jalan Senopati yang memiliki panjang jalan 1.450 meter, dimana jalan ini terletak di Kelurahan Senayan, Kecamatan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan (Gambar 2).
Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Jalan Senopati Kebayoran Baru, Jakarta Selatan Sumber: Google Earth
Batas penelitian terletak pada bangunan yang ada pada sepanjang Jalan Senopati. Peneliti menggunakan pendekatan metode kualitatif deskriptif yang digunakan untuk menggambarkan suatu fenomena dan ciri – cirinya. Sehingga penelitian akan lebih mementingkan apa, dari pada bagaimana atau mengapa sesuatu dapat terjadi (Nassaji, 2015). Pada penelitian sense of place ini membutuhkan beberapa data yang diperlukan antara lain adalah data sekunder berupa data instansi, serta data primer berupa data dari observasi lapangan, wawancara dan hasil kuesioner yang berfokus pada individu atau sekelompok penduduk sekitar maupun pengunjung yang sering berkunjung pada kawasan komersial di sepanjang Jalan Senopati Kecamatan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Pada penelitian ini hasil dari analisis akan dijelaskan secara deskriptif sehingga dapat menghasilkan sense of place pada kawasan komersial. Data yang ada dikelompokan
menjadi tiga variable sense of place yaitu form, activity, dan image dari data yang dikumpulkan melalui kuesioner dan survei, secara rinci disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Variable Sense of Place Kawasan Komersial
Variable |
Indikator |
Parameter |
Teori |
Form Activity |
Karakterisitik Fisik dan Lingkungan Daya Tarik Kawasan |
Bentuk bangunan dan ruang terbuka hijau (RTH) Kegiatan masyarakat pada kawasan komersial. |
(Montgomery, 1998; Paramitasari et al., 2018; Shirvani, 1985) (Montgomery, 1998; Paramitasari et al., 2018) |
Image |
Path Edges District Nodes Landmark |
Aksesibilitas Jalan Senopati. Pembatasan wilayah, seperti sign board, bangunan komersial dan lainnya Kawasan yang memiliki fungsi spesifik. Tempat yang mempertemukan aktifitas satu dengan aktifitas lainnya. Icon kawasan (bangunan komersial). |
(Lynch, 1960; Mirsa et al., 2020; Montgomery, 1998; Poetri et al., 2021) |
Sumber: Hasil analisis data 2022
Pada variabel form menggunakan karakteristik fisik dan lingkungan sebagai indikator pada penelitian ini dikarenakan (Montgomery, 1998) suatu bentuk atau form pada sense of place dapat diketahui melalui kualitas fisik dari suatu kawasan. Pembentukan fisik kota juga dapat dilihat dari delapan elemen (Mylajingga & Mauliani, 2019), namun penelitian ini peneliti hanya menggunakan dua dari delapan elemen antara lain adalah bentuk bangunan (building form) pada kawasan komersial yang terlihat melalui façade bangunan sepanjang Jalan Senopati dan elemen ruang terbuka (open space) di mana ruang terbuka yang ada di sepanjang Jalan Senopati berupa ruang terbuka hijau (RTH). Pada variabel activity peneliti menggunakan indikator berupa daya tarik kawasan, hal ini diangkat dari teori (Montgomery, 1998) mengenai suatu aktivitas yang ada pada suatu kawasan dapat dilihat melalui daya tarik kawasan (Dameria et al., 2020), sehingga untuk mengidentifikasi sense of place di sepanjang Jalan Senopati dapat dilihat melalui aktivitas sekitar. Dan pada variabel image untuk dapat mengidentifikasi sense of place peneliti menggunakan indikator berupa lima elemen citra kota yang memiliki kesan untuk dirasakan pada setiap individu, di mana pengalaman tersebut dapat dirasakan setiap individu untuk menghasilkan persepsi serta pengetahuan individu terhadap suatu tempat (Montgomery, 1998; Poetri et al., 2021). Karena citra pada kota dapat menghadirkan sense of place melalui kualitas visual yang dimiliki oleh tempat tersebut dan dapat diketahui melalui lima elemen pembentuk kota antara lain yaitu (path) sebagai jalur yang dapat digambarkan sebagai jalur pedestrian serta jalan, batas (edges), titik temu (nodes), penanda kawasan (landmark), dan kawasan (district) yang dapat dianalisis melalui bangunan komersial sekitar (Lynch, 1960; Wulanningrum, 2014).
Penelitian ini menggunakan skala Likert yang dapat digunakan untuk mengukur pendapat, perasaan, serta persepsi masyarakat pada suatu objek atau fenomena (Sahbana, 2017). Skala Likert menjadi salah satu skala yang kerap digunakan dalam kuesioner, serta
menjadikan skala yang banyak digunakan dalam analisis berupa survei (Suwandi et al., 2018). Peneliti menggunakan skala Likert (Tabel 2) guna untuk menghitung hasil dari kuesioner yang disebarkan untuk kebutuhan penelitian. Dari hasil jawaban responden akan dihitung menggunakan rumus Likert yaitu:
T x Pn
Keterangan:
T: Total jumlah responden yang memiliki
Pn: Polihan angka skor likert
Tabel 2. Tabel skala perhitungan likert
Jawaban |
Skor |
Sangat Setuju |
5 |
Setuju |
4 |
Tidak Setuju |
2 |
Sangat Tidak Setuju |
1 |
Sumber: (Dani, 2022; Sullivan & Artino, 2013)
Pada penelitian ini peneliti menggunakan empat jawaban yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Penelitian ini juga menggunakan purposive sampling, sehingga pelaku responden telah diketahui yakni pengujung kawasan komersial di sepanjang Jalan Senopati. Penelitian ini juga menggunakan rumus slovin yang menghasilkan kebutuhan responden berjumlah 100, agar ketika melakukan survei dapat diketahui persepsi masyarakat mengenai suasana kawasan komersial pada sepanjang Jalan Senopati.
Analisis Sense of place
-
a. Form
Form atau bentuk memiliki konsep kualitas fisik serta kesesuaian tata letak yang berkaitan dengan lingkungan maupun lansekap (Dameria et al., 2020; Montgomery, 1998). Untuk menganalisis form dibutuhkan parameter berupa bentuk bangunan dengan tujuan dari bentuk fisik suatu lingkungan atau bangunan dapat mempengaruhi interaksi pada setiap individu pada tempat, sehingga menurut hasil observasi lapangan pada penelitian ini bahwa bentuk bangunan yang ada di sepanjang Jalan Senopati secara keseluruhan memiliki bentuk yang sama yakni berbentuk bangunan modern. Hal ini dapat diperjelas melalui penyajian pada Tabel 3.
Bentuk bangunan yang modern dan unik pada Jalan Senopati menjadi pengaruh interaksi bagi pengunjung yang datang, dapat dibuktikan dengan hasil perhitungan kuesioner terdapat 91% responden sangat setuju dengan keunik dari bentuk bangunan komersial pada Jalan Senopati. Menururt hasil wawancara tidak sedikit dari pengunjung yang tertarik dengan bangunan yang ada pada sepanjang Jalan Senopati ketika berkunjung maupun sekedar melewati jalan tersebut, maka pandangan pengunjung akan tertuju pada hiasan lampu yang terlihat saat malam hari, aksen tanaman vegetasi maupun pepohonan yang memberikan kesan asri menjadi daya tarik wilayah kepada setiap individu. Dapat
dibuktikan dengan hasil perhitungan kuesioner sebanyak 85% responden sangat setuju dengan keberadaan ruang terbuka hijau (RTH) seperti pepohonan, taman, dan tanaman vegetasi yang mudah dijumpai pada sepanjang jalan. Maka dari itu bangunan yang memiliki karakter tersendiri dengan lingkungan kontekstual mempermudah pengamat untuk memiliki pengalaman, dimana pengalaman tersebut dapat menciptakan sense of place.
Tabel 3. Karakteristik form Jalan Senopati
Deskripsi lingkungan dan bentuk bangunan
Pada dasarnya bangunan komersial pada Jalan Senopati sebelumnya adalah bangunan pemukiman yang telah diubah bentuk bangunannya sehingga menghasilkan façade yang lebih modern, seperti tema bangunan western (classic japannese dan american styles) dengan lampu yang mencolok ketika malam hari terutama pada bangunan yang menyediakan fasilitas hiburan malam, sehingga banyak bangunan di sepanjang jalan terlihat lebih menarik. Juga terdapat aksen tanaman vegetasi di depan bangunan yang menimbulkan kesan lingkungan yang asri.
Ketersediaan ruang terbuka hijau (RTH) pada Jalan Senopati menjadi daya tarik tersendiri, berbagai tanaman, pepohonan maupun taman dapat di terlihat ditepi Jalan Senopati, seperti terdapat taman yang terletak di pinggir jalan yang biasanya digunakan masyarakat sekitar atau pengguna jalan untuk bersantai.
Foto
Salah satu façade bangunan di Jalan Senopati.

restoran Grain of Glory Senopati

Taman di belakang halte SD 04 Senopati
Sumber: Hasil observasi lapangan 2022
-
b. Activity
Suatu tempat dapat teranalisis dengan baik apabila diketahui perilaku ataupun aktivitas yang berkaitan dengan tempat tersebut (Asfarilla, 2020). Vitalitas pada suatu tempat dapat didukung dengan aktivitas di dalamnya (Montgomery, 1998). Menurut observasi lapangan aktivitas yang ada pada Jalan Senopati disebabkan oleh pengunjung yang singgah pada restoran, café, lounge, bar/club, tempat kebugaran dan perdagangan jasa lainnya, namun tempat yang sering dikunjungi dan diketahui masyarakat adalah restoran, café, lounge, dan bar/club terutama pada tempat hiburan malam yang ada di sepanjang Jalan Senopati. Hal ini dapat didukung dengan pendapat dari beberapa narasumber melalui wawancara, bahwasannya aktivitas pada sepanjang jalan disebabkan oleh pengunjung yang singgah untuk menghabiskan waktu di restoran, café, lounge, bar/club untuk makan siang maupun bersantai menunggu kemacetan kota Jakarta pada sore hingga malam hari, serta menurut pendapat narasumber berinisial “T” masyarakat yang sering berkunjung pada tempat – tempat komersial seperti restoran, café, lounge, dan bar/club sudah menjadi lifestyles tersendiri pada kehidupan masa kini, didukung dengan pendapat responden berinisial “R” beliau setuju dengan banyaknya pengunjung yang datang pada tempat hiburan malam di sepanjang Jalan Senopati menjadi lifestyles mulai dari kalangan remaja hingga dewasa,
sehingga kawasan tersebut memiliki julukan baru yakni “senoparty”. Sebagaimana kita ketahui Jalan Senopati sebelumnya merupakan kawasan pemukiman yang telah beralih fungsi menjadi kawasan komersial yang terkenal dengan hiburan malamnya, sehingga masyarakat yang tinggal maupun sering mengunjungi kawasan tersebut memiliki nilai sosial yang berpengaruh pada perkembangan aktivitas kawasan komersial. Pengunjung yang datang bukan hanya berasal dari wilayah Jakarta, namun juga dari luar Jakarta. Aktivitas di sepanjang Jalan Senopati dapat diperjelas melalui penyajian Tabel 3 berikut.
Tabel 3. Aktivitas kawasan komersial pada Jalan Senopati, Jakarta Selatan.
Deskripsi aktivitas
Foto
Salah satu aktivitas di sepanjang Jalan Senopati

Pada Jalan Senopati memiliki aktivitas utama yaitu kegiatan komersial seperti restoran, café, lounge, dan bar/club yang ada pada sepanjang jalan. Adapun aktivitas pendukung yaitu berupa aktivitas perkantoran, pendidikan, klinik , tempat kebugaran dan perdagangan jasa lainnya.
Sehingga intensitas keramaian pada Jalan Senopati cukup ramai.
Sumber: Hasil observasi dan dokumentasi lapangan 2022
Pada respon narasumber dapat dikaitkan dengan hasil perhitungan yang terdapat 83% responden sangat setuju dengan keberadaan kawasan komersial seperti restoran, café, lounge, dan bar/club menjadi tempat yang memiliki tingkat aktivitas yang tinggi di sepanjang jalan, dikarenakan popularitas yang ada pada tempat hiburan malam di sepanjang jalan yang menarik perhatian masyarakat ibukota. Meski banyaknya aktivitas perdagangan dan jasa yang berbeda, namun sesuai dengan informasi serta pengalaman masyarakat diketahui perdagangan komersial seperti restoran, café, lounge, dan bar/club lebih memiliki daya tarik sehingga dapat menimbulkan aktivitas yang ramai di sepanjang jalan.
-
c. Image
c.1 Path
Pergerakan yang ada pada elemen path atau jalur memiliki unsur visual yang penting pada lanskap kota (Lynch, 1960). Jalur yang dimaksud pada penelitian ini berupa jalur pejalan kaki (pedestrian), dimana pada kesesuaian bentuk fisik suatu tempat dapat dilihat melalui keamanan dan kenyamanan pengguna jalan untuk berjalan kaki tanpa adanya gangguan dari kendaraan yang melintas dan pola sirkulasi jalan yang dapat menjadi interaksi pada tempat tersebut (Pane & Harisdani, 2013). Pada kawasan komersial Jalan Senopati memiliki aksesibilitas yang baik dan memadai karena memiliki fasilitas jalan untuk pejalan kaki maupun kendaraan (Gambar 3).
Menurut observasi lapangan pada Jalan Senopati secara fisik memiliki kondisi yang sangat memadai dengan diberlakukannya dua arah dari pertigaan Jalan Senopati dan Jalan Gunawarman, dimana terdapat sign board sebagai titik temu dari kedua arah tersebut dan
jalur satu arah dari Jalan Senopati menuju Jalan Suryo yang dapat dilewati oleh kendaraan pribadi maupun transportasi umum, serta banyaknya akses jalan lokal yang diperuntukan menuju kawasan pemukiman warga. Sehingga pada hasil analisis kuesioner memiliki hasil 87% responden sangat setuju akan kemudahan akesesibilitas jalan menuju kawasan komersial di Jalan Senopati. Namun menururt respon dari narasumber berinisial “R” beliau berpendapat bahwa jika ingin berkunjung pada kawasan komersial di sepanjang jalan Senopati, pengunjung lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi atau kendaraan taxi dan ojek online dikarenakan pengunjung memiliki keterbatasan akses untuk menggunakan transportasi umum. Sedangkan pada pedestrian di sepanjang Jalan Senopati memiliki lebar sekitar 2,50 meter – 3,00 meter (Gambar 3), secara fisik sudah memadai dengan banyaknya tanaman vegetasi sekitar pedestrian dan terdapat bangku yang menambah fasilitas umum untuk pengguna jalan, namun saat observasi lapangan area pedestrian terlihat digunakan untuk lahan parkir liar terutama untuk kendaraan roda dua yang terlihat. Hal ini menyebabkan ketidaknyamanan bagi pengguna jalan sekitar.
Gambar 3. Peta path pada lokasi penelitian Jalan Senopati, Jakarta Selatan Sumber: Dokumentasi observasi lapangan dan google street view 2022
c.2 Edges
Edges merupakan batasan dari suatu wilayah (Lynch, 1960). Pada peneilitan ini batasan wilayah yang ada pada Jalan Senopati terdapat pada pertigaan Jalan Senopati dan Jalan Gunawarman (Gambar 4), dimana saat observasi lapangan titik perbatasan yang menjadi batasan wilayah Jalan Senopati berupa sign board yang terletak diantara pertigaan Jalan Senopati dan Jalan Gunawarman letaknya di depan bangunan Apotik Senopati. Hal ini diketahui oleh masyarakat serta pengunjung dikarenakan 89% hasil responden penelitian sangat setuju dengan keberadaan Apotik Senopati menjadi bangunan yang menjadi perbatasan antara Jalan Senopati dan Jalan Gunawarman. Menurut narasumber “T” beliau berpendapat bahwa masyarakat mengetahui perbatasan wilayah Jalan Senopati dan Jalan Gunawarman melalui bangunan Apotik Senopati, karena bangunan tersebut merupakan bangunan yang cukup terkenal di Jalan Senopati serta menjadi jangkauan pelayanan masyarakat wilayah Jalan Senopati.
RETA BlOK
Gambar 4. Peta edges pada lokasi penelitian Jalan Senopati, Jakarta Selatan Sumber: Dokumentasi observasi lapangan dan google street view 2022
c.3 District
Elemen yang paling terlihat pada suatu kota maupun wilayah memiliki karakter sebagai penanda kawasan tersebut (Lynch, 1960). Menurut observasi lapangan, Jalan Senopati memiliki banyak aktivitas komersial di sepanjang jalannya. Berdasarkan aktivitas utama pada Jalan Senopati yakni aktivitas komersial menjadikan Jalan Senopati memiliki image tersendiri bagi setiap individu. Menurut hasil kuesioner terdapat 87% responden sangat setuju akan keberadaan tempat komersial seperti restoran, café, lounge dan bar/club di sepanjang jalan menjadi image district atau yang paling dilihat dari Jalan Senopati (Gambar 5).
Gambar 5. Peta district pada lokasi penelitian Jalan Senopati, Jakarta Selatan Sumber: Dokumentasi observasi lapangan dan google street view 2022
Menurut observasi lapangan terdapat beberapa tempat komersial yang dapat dijadikan district untuk Jalan Senopati yakni coffee shop dan restoran Kopi Kenangan, dikarenakan tempat tersebut menjadi tempat paling ramai pada pagi sampai malam hari, namun secara keseluruhan tempat komersial di sepanjang Jalan Senopati banyak dikenal dan dikunjungi oleh masyarakat. Sehingga pengetahuan masyarakat terkait kawasan komersial di Jalan Senopati menjadi pemicu tumbuhnya image pada kawasan, sehingga Jalan Senopati menjadi kawasan district komersial baru bagi wilayah Jakarta Selatan, dimana kawasan komersial pada suatu kota maupun wilayah memiliki aktivitas maupun karakter khusus yang mudah untuk dikenali oleh individu.
c.4 Nodes
Nodes merupakan spot atau titik strategis pada suatu wilayah dimana dapat menjadi fokus pengamat dan individu (Lazuardi et al., 2018; Lynch, 1960). Berdasarkan hasil observasi lapangan pada Jalan Senopati kawasan komersial yang ada pada sepanjang jalan memiliki titik strategis untuk dapat mempertemukan aktivitas. Pada Jalan Senopati terdapat titik strategis yang bisa dijadikan pertemuan dari tempat komersial yang ada, yaitu berupa restoran cepat saji Taco Bell yang terletak dipersimpangan Jalan Senopati dan Jalan Suryo, juga berada di sebelah jalan Kartanegara (Gambar 6). Didukung dengan hasil kuesioner terdapat 91% responden sangat setuju dengan keberadaan taco bell menjadi titik pertemuan aktivitas dengan lokasi yang strategis terletak pada persimpangan jalan yang mudah untuk dilihat serta popularitas dari restoran ini menjadi pengetahuan masyarakat mengenai restoran Mexico cepat saji tersebut cukup baik sehingga memudahkan masyarakat untuk menjadikannya lokasi strategis.
Gambar 6. Peta nodes pada lokasi penelitian Jalan Senopati, Jakarta Selatan Sumber: Dokumentasi observasi lapangan dan google street view 2022
c.5 Landmark
Landmark merupakan ciri dari suatu wilayah yang dapat diketahui pengamat dan dapat berfungsi sebagai penanda suatu kawasan (Lynch, 1960; Mirsa et al., 2020). Pada sepanjang Jalan Senopati terdapat banyak kawasan komersial yang cukup terkenal di sekitar Jakarta Selatan, hal ini menyebabkan kawasan komersial di sepanjang jalan tersebut
memiliki tanda pengenal dari bangunan komersial. Didukung dengan pendapat narasumber berinisial “K” beliau berpendapat bahwa pada Jalan Senopati memilki satu tempat yang merupakan image dari kawasan komesial hiburan malam di Jalan Senopati yaitu zodiac space and bar yang merupakan tempat hiburan malam yang menyediakan live music pada sore hari hingga larut malam (Gambar 7). Tempat ini terletak pada bagian bawah bangunan yang biasa dijadikan lahan parkir basement pada salah satu café, namun dialihfungsikan menjadi mini bar yang terletak di bawah bangunan café. Hal ini menjadi daya tarik tersendiri untuk bar yang memiliki luas tempat yang tidak besar dan terletak di bawah bangunan café, membuat rasa ingin tahu masyarakat dari kalangan remaja hingga dewasa. Dapat diperkuat dengan hasil kuesioner 80% responden sangat setuju dengan lokasi zodiac space and bar menjadi landmark atau tempat yang banyak diketahui dan menjadi penanda dari wilayah Jalan Senopati yang terkenal akan tempat hiburan malamnya membuat aktivitas pada wilayah sekitar menjadi komponen penting pada identitas kawasan.
Gambar 7. Peta Landmark pada lokasi penelitian Jalan Senopati, Jakarta Selatan Sumber: Dokumentasi observasi lapangan dan google street view 2022
Kesimpulan
Jalan Senopati memiliki sense of place yang cukup kuat dengan adanya ketiga komponen form, activity, dan image (Montgomery, 1998). Sense of place pada Jalan Senopati hadir dalam bentuk atau form yang dapat kita lihat melalui bangunan yang memiliki facade modern dengan hiasan lampu yang unik saat malam hari serta aksen vegetasi pada bangunan mampu memberikan kesan serta pengalaman yang berbeda bagi setiap individu sehingga dapat memberikan ingatan sebagai pengamat karakter visual pada kawasan komersial di sepanjang Jalan Senopati. Kehadiran kawasan komersial di sepanjang Jalan Senopati menjadi aktivitas utama sebagai hiburan untuk setiap individu yang berkunjung sehingga rasa terhibur bagi setiap individu menumbuhkan sense of place pada Jalan Senopati. Maka ketertarikan dari individu pada tempat komersial dapat menciptakan image atau citra (Lynch, 1960) pada Jalan Senopati dengan elemen path yang memilki
aksesibilitas jalan yang baik dan memadai, edges sebagai pembatas yang ada pada Jalan Senopati berupa bangunan Apotik Senopati dan sign board, district yang berupa seluruh kawasan komersial yang dapat mencerminkan kawasan Senopati sebagai kawasan komersial, nodes berupa restoran cepat saji taco bell dan landmark berupa tempat hiburan malam yaitu zodiac space and bar.
Daftar Pustaka
Arafuru. (2022). Pengertian Bangunan Komersial dan Standar Perancangan yang Baik & Benar - Arafuru. Arafuru. com. https://arafuru.com/sipil/pengertian-definisi-bangunan-komersial-dan-contohnya.html
Arifia, D., Soedwiwahjono, & Utomo, P. R. (2017). Pengaruh Perkembangan Kegiatan Perdagangan dan Jasa terhadap Perubahan Penggunaan Lahan di Kawasan Solo Baru. Arsitektura, 15(1), April 2017:1-9.
https://jurnal.uns.ac.id/Arsitektura/article/view/11378/10148
Asfarilla, V. (2020). Kajian Sense of Place pada Kawasan Bersejarah Kota Tepian Sungai Studi Kasus: Senapelan, Pekanbaru.
https://dspace.uii.ac.id/handle/123456789/29200
Audioversity. (2019). What is Commercial area? Explain Commercial area, Define Commercial area, Meaning of Commercial area - YouTube. Youtube.
https://www.youtube.com/watch?v=eRYVXYgTYSo
Bazher, N. M. (2017). Penerapan Sense of Place sebagai Upaya Konservasi Kawasan: Studi Kasus pada Kampung Arab Pasar Kliwon. Arsitektura, 15(2), 467.
https://doi.org/10.20961/arst.v15i2.15204
Bramwell, C. K. (2014). Sense of Place Kawasan Komersial. Gay Men at Midlife: Age Before Beauty, 109–118.
Carmona, M., Heath, T., Oc, T., & Tiesdell, S. (2003). Public Space–Urban Space, The Dimention of Urban Design. In Edisi (Vol. 2).
Dameria, C., Akbar, R., Indradjati, P. N., & Tjokropandojo, D. S. (2020). Tinjauan Ulang Potensi Sense of Place dalam Pelestarian Kawasan Pusaka Perkotaan. Tataloka, 22(3), 379–392.
https://doi.org/10.14710/tataloka.22.3.379-392
Dani, A. (2022). Skala Likert: Pengertian dan Contoh Analisis Pengolahan Data. Wiki Elektronika. com.
https://wikielektronika.com/skala-likert/?page=all
Ed McMahon. (2015). Where am I? The power of uniqueness. TEDxJacksonville, Youtub.
https://www.youtube.com/watch?v=qB5tH4rt-x8
Exodus. (2021). Why Vegas is Known as Sin City Exodus Festival Las Vegas. Exoduslasvegas. com.
https://exoduslasvegas.com/blog/why-vegas-known-as-sin-city/
French, S. P., & Mahayni, R. G. (2016). Reviews : Urban Land Use Planning, 4th edition Edward J. Kaiser, David R. Godschalk and F. Stuart Chapin, Jr. University of Illinois Press, Urbana, Illinois, 1995. 491 pages. $35.00 (HC:
Http://Dx.Doi.Org/10.1177/0739456X9501500107, 15(1), 66–71.
https://doi.org/10.1177/0739456X9501500107
Harahap, A. P. (2021). Peran Masjid sebagai Pembentuk Identitas Tempat. Agora:Jurnal Penelitian dan Karya Ilmiah Arsitektur Usakti, 17(1), 53–63.
https://doi.org/10.25105/AGORA.V17I01.7521
Jagannath, T. (2018). What is Sense of place?. https://medium.com/interviews-and-articles-on-art-public-spaces/what-is-sense-of-place-cd749f924712
Junianingrum, D., Nyoman, I., Wijaya, S., Agus, D., Jurusan, S., Wilayah, P., & Kota, D.
(2021). Kualitas Visual Elemen Citra Kawasan Kayutangan di Kota Malang. 10(4). Koswara, A. Y., & Pamungkas, A. (2017). Strategi Penyediaan Kawasan Komersial di
Lingkungan Kampus ITS Surabaya. 10.
http://digilib.mercubuana.ac.id/manager/t!@file_artikel_abstrak/Isi_Artikel_23315 1136978.pdf
Lang, J. (2009). Urban Design Urban Design. In Urban Design (Issue Il).
Lazuardi, M. J., Astuti, W., & Rini, E. F. (2018). Analisis Citra Kawasan Mangkunegaran berdasarkan Penilaian Stakeholder dengan Konsep Legibility. Region: Jurnal Pembangunan Wilayah dan Perencanaan Partisipatif, 13(1), 95.
https://doi.org/10.20961/region.v13i1.17344
Lynch, K. (1960). The Image of the City. Lynch K, 11, 194.
http://www.academia.edu/download/36841750/kevin_lynch_the_image_of_the_cit y.pdf%0Ahttps://books.google.com/books?hl=en&lr=&id=_phRPWsSpAgC&oi=f nd&pg=PA1&dq=kevin+lynch+image+of+the+city&ots=jHD46g4ylj&sig=EmklP RW0l8o5h5hbLbL11LOEc9U#v=onepage&q=kevin lync
Mirsa, R., Yati, Z. F., & Kunci, K. (2020). Kajian Sense of Place pada Koridor Pasar Tomok Kabupaten Samosir. Januari, 3(1), 314–323.
https://jurnal.ft.uns.ac.id/index.php/senthong/index
Montgomery, J. (1998). Making a city: Urbanity, vitality and urban design. Journal of
Urban Design, 3(1), 93–116. https://doi.org/10.1080/13574809808724418
Mulyadi M, L. (2018). Persepsi Masyarakat terhadap Arsitektur Kota Kediri Jawa Timur.
Dreamlitera, December, 1–6.
Mylajingga, N., & Mauliani, L. (2019). Kajian Elemen Perancangan Hamid Shirvani pada Kawasan Kota Satelit.
Nassaji, H. (2015). Qualitative and Descriptive Research: Data Type versus Data Analysis.
Language Teaching Research, 19(2), 129–132.
https://doi.org/10.1177/1362168815572747
Pane, I. F., & Harisdani, D. D. (2013). Kajian Sense of Place Terhadap Usaha Peningkatan Pariwisata Kota Medan. September 2014, 1–64.
Paramitasari, A. U., Utami, W. N., & Adrian, A. (2018). Identifikasi Kriteria Perancangan “Eks Palaguna” Di Cbd Kota Bandung Berdasarkan Identitas Kota Melalui Sense of Place. RUANG: Jurnal Lingkungan Binaan (SPACE: Journal of the Built Environment), 5(1)., 65-76.
Peng, J., Strijker, D., & Wu, Q. (2020). Place Identity: How Far Have We Come in
Exploring Its Meanings? Frontiers in Psychology, 11, 294.
https://doi.org/10.3389/FPSYG.2020.00294/BIBTEX
Poetri, A., Julia, B., I, P. N., Fahik, F., & Warnata, N. I. (2021). View of 5 Elemen Pembentuk Citra Kota di Kawasan Kota Lama Kupang. Jurnal Ilmiah Arsitektur Universitas Warmadewa, 8.
https://www.ejournal.warmadewa.ac.id/index.php/undagi/article/view/4299/2982
Pramudito, S., Kristiawan, Y. B., Wismarani, Y. B., & Analisa, F. C. K. (2020). Identifikasi Aspek Sense of Place Kawasan Bersejarah Berdasarkan Preferensi Pengunjung (Studi Kasus: Kawasan Sagan, Yogyakarta). Jurnal Arsitektur ARCADE, 4(3), 206.
https://doi.org/10.31848/ARCADE.V4I3.526
Rajala, K., Sorice, M. G., & Thomas, V. A. (2020). The Meaning(s) of Place: Identifying the Structure of Sense of Place Across a Social–Ecological Landscape. People and Nature, 2(3), 718–733.
https://doi.org/10.1002/pan3.10112
Ramadhani, A. N., Faqih, M., & Hayati, A. (2018). Inhabitant’S Sense of Place in the Context of Tourism Kampung. Journal of Architecture & ENVIRONMENT, 17(2), 151.
https://doi.org/10.12962/j2355262x.v17i2.a3894
Sahbana, A. (2017). Persepsi Masyarakat terhadap Pembangunan di Desa Muara Botung Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2015. Jurnal Ilmiah Muqoddimah: Jurnal Ilmu Sosial, Politik dan Hummaniora, 2(1), 40–45.
https://doi.org/10.31604/JIM.V2I1.2018.40-45
Shirvani, H. (1985). The Urban Design Process: Shirvani, Hamid: Free Download, Borrow, and Streaming: Internet Archive. 1985.
https://archive.org/details/urbandesignproce0000shir/page/n7/mode/2up
Song, Y., Wang, R., Fernandez, J., & Li, D. (2021). Investigating Sense of Place of the Las Vegas Strip using Online Reviews and Machine Learning Approaches. Landscape and Urban Planning, 205, 103956.
https://doi.org/10.1016/J.LANDURBPLAN.2020.103956
Steele, F. 1938-. (1981). The Sense of Place. CBI Pub. Co.
Sullivan, G. M., & Artino, A. R. (2013). Analyzing and Interpreting Data from Likert-Type Scales. Journal of Graduate Medical Education, 5(4), 541–542.
https://doi.org/10.4300/JGME-5-4-18
Suwandi, E., Imansyah, F. H., & Dasril, H. (2018). Analisis Tingkat Kepuasan
Menggunakan Skala Likert pada Layanan Speedy yang Bermigrasi ke Indihome. Jurnal Teknik Elektro, 11.
Wahab Sy, Rondonuwu . M, P. J. . (2018). The City Image and Its Elements by Kevin Lynch – All About My Architectural Education.
https://semanurcan.wordpress.com/2019/10/27/the-city-image-and-its-elements-by-kevin-lynch/
Wardhana, I., Wardhana, I. W., & Haryanto, R. (2016). Kajian Pemanfaatan Ruang Kegiatan Komersial Koridor Jalan Taman Siswa Kota Semarang. Jurnal Pengembangan Kota, 4(1), 49–57.
https://doi.org/10.14710/jpk.4.1.49-57
Wulanningrum, S. D. (2014). Elemen-elemen Pembentuk Kota yang Berpengaruh terhadap Citra Kota (Studi Kasus: Kota Lama Semarang). Jurnal Pembangunan Wilayah & Kota, 10(2), 197.
https://doi.org/10.14710/PWK.V10I2.7650
16
SPACE - VOLUME 10, NO. 1, APRIL 2023
Discussion and feedback