PENANDA FUNGSI DAN MEDIA PROMOSI DI KORIDOR JALAN HAYAM WURUK, DENPASAR
on
RUANG
SPACE
PENANDA FUNGSI DAN MEDIA PROMOSI DI KORIDOR JALAN HAYAM WURUK, DENPASAR
Oleh: Anak Agung Ngurah Aritama1
Abstract
The installation of signage serves numerous functions and is now an integral part of commercial development, transport and other urban uses. In addition it is frequently located to promote information driven by political, economic, social and directional purposes. The phenomenon raised within this article is the uncontrolled presence of urban signage to a level that ruins the image of a town, as is observed when one walks along the Hayam Wuruk Corridor of Denpasar Kota. The article focuses on the comprehension of factors leading to the overall lack of control that generates such chaotic effects. In achieving this objective, the following article is organized into four sub sections. First, the abstract briefly explains the structure and organization of the presentation. Second, the introduction outlines the overall context of the problem and the choice of the Hayam Wuruk Corridor as the selected case study. The third section contains an explanation of the meaning, function and type of signage found along the Corridor. The fourth section demonstrates in a great detail, the underlying factors in the organization of urban signage and the criteria that allow functional requirements to be met without ruining environmental considerations. Thus the urban image the Denpasar Kota is keen to maintain can be respected. The last section synthesizes key elements in the paper and suggests potential outcomes.
Keywords: urban signage; urban image; type, meaning and function of the urban signage.
Abstrak
Seiring perkembangan waktu, keberadaan penanda fungsi dan media promosi pada koridor kawasan menimbulkan berbagai permasalahan terkait visual dan wajah kota. Begitu pula yang terjadi pada koridor Jalan Hayam Wuruk di Kota Denpasar. Koridor jalan ini merupakan salah satu koridor dengan aktivitas komersial dan perdagangan yang cukup sibuk. Berdasarkan hasil pengamatan, kondisi penanda fungsi dan media promosi pada koridor tersebut tidak tertata dengan baik. Studi ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menemukan faktor-faktor yang menyebabkan sejumlah permasalahan tersebut. Pendekatan yang dilakukan melalui metode kualitatif dengan didukung oleh studi kepustakaan yang relevan dengan topik penelitian. Artikel ini terdiri atas empat sub pokok bahasan. Bagian abstrak memuat poin-poin penting mengenai artikel ini. Bagian kedua memaparkan pokok-pokok permasalahan serta gambaran umum mengenai tiga segmen dari koridor yang diteliti. Bagian ketiga berisikan penjelasan mengenai pengertian, fungsi dan jenis penanda fungsi dan media promosi; dan faktor-faktor yang menyebabkan permasalahan pada penanda fungsi dan media promosi tersebut. Bagian keempat memuat kesimpulan hasil studi.
Kata kunci: penanda fungsi; citra kota; tipe, makna, dan fungsi penanda kota
Pendahuluan
Perkembangan aktivitas perdagangan dan jasa di sepanjang koridor dalam suatu wilayah kota akan memunculkan jenis dan fungsi bangunan dan toko-toko baru. Tumbuh dan berkembangnya berbagai macam bentuk bangunan yang mewadahi aktivitas tersebut berdampak pada kemunculan penanda fungsi dan media promosi yang menunjukkan ciri khas masing-masing toko. Berdasarkan karakteristik fungsionalnya penempatan media
1
promosi dan penanda fungsi yang baik diharapkan berperan dalam menunjang eksistensi sebuah lokasi (Danisworo 1968). Selain mencirikan eksistensi suatu lokasi, penanda fungsi dan media promosi juga berperan sebagai pemberi informasi, penarik perhatian, sekaligus sebagai media iklan untuk produk-produk komersial (Shirvani 1985).
Koridor Jalan Hayam Wuruk di Denpasar merupakan suatu kawasan dengan kepadatan dan aktivitas yang cukup tinggi, baik aktivitas perdagangan, jasa maupun dalam bidang-bidang lainnya. Kondisi tersebut berimplikasi pada munculnya berbagai fasilitas komersial yang tersebar dan dapat ditemui di sepanjang koridor ini. Akibat dari banyaknya fasilitas komersial yang muncul pada koridor ini, tidak dapat dipungkiri bahwa di sepanjang koridor sisi kanan dan kiri jalan bertebaran penanda fungsi dan media promosi yang memiliki bentuk dan jenis yang beraneka ragam. Beragam bentuk serta jenis penanda fungsi dan media promosi terkadang menimbulkan tumpang tindih/overlapping antar media promosi, dan bahkan dengan rambu lalu lintas dan bangunan yang ada di sekitarnya. Kondisi itu memunculkan permasalahan yang sering diistilahkan dengan kerusakan visual di sepanjang koridor kota (Danisworo 1965). Beberapa permasalahan yang diutarakan tersebut memunculkan kesan suasana yang semrawut, jauh dari suasana lingkungan perkotaan yang nyaman.
Permasalahan penanda fungsi dan media promosi/reklame pada sebuah koridor perkotaan dengan aktivitas perdagangan merupakan permasalahan yang sering terjadi diberbagai kota. Salah satu permasalahannya adalah perletakan posisi media promosi/reklame yang kerap kali menghalangi rambu-rambu lalu lintas yang berada di sebelahnya, ataupun posisi tiang/pole dari media promosi yang mengganggu jalur pedestrian. Jika tidak serius ditangani, permasalahan ini berakibat pada hilangnya identitas dan jati diri dari sebuah kota. Komponen pembentuk karakter sebuah kota tidak hanya dilihat dari aspek masyarakat, infrastruktur dan arsitektur bangunannya. Hal-hal kecil seperti media promosi dan penanda fungsi juga memiliki peranan dalam memperkuat konsep dan karakter tersebut.
Secara visual, bentuk, macam dan jenis penanda fungsi dan media promosi yang terdapat di koridor Jalan Hayam Wuruk, seyogyanya dapat membantu terciptanya suasana kota yang baik dan sense of place yang positif (Shirvani 1985). Ini berarti karakter bangunan yang divisualisasikan melalui fasad bangunan diharapkan memiliki keserasian dengan penanda fungsi, streetscape, dan lanskap kota. Selain itu, kelengkapan seperti shelter, billboard, kios-kios, tempat sampah, gardu telepon, papan informasi, bangku taman, rambu, maupun pola-pola paving serta patung pelengkap estetika harus dirancang terpadu dan konsisten untuk seluruh kawasan (Shirvani 1985). Penanda fungsi dan media promosi berfungsi sebagai sarana informasi dan komunikasi secara arsitektural (Rubenstein 1992).
Penanda fungsi dan media promosi memberikan informasi berupa simbol dan bentuk. Dalam ranah rancang bangun, cara berkomunikasi melalui simbol dan bentuk ini dikenal dengan istilah bahasa arsitektur (Murtomo 2007). Simbol dan bentuk dalam bahasa arsitektur memiliki lebih banyak makna dibandingkan dengan bahasa lisan atau tulisan. Dengan demikian, melalui hadirnya penanda fungsi dan media promosi ini dapat memudahkan pengguna jalan dalam berkomunikasi dengan lingkungan di sekelilingnya. Namun, dengan banyaknya penanda fungsi dan media promosi, seringkali menjadi penyebab terjadinya kekacauan visual (Spreiregen 1979), seperti halnya yang terjadi di koridor Jalan Hayam Wuruk.
Berdasarkan hasil pengamatan sekilas pada lokasi studi ditemukan berbagai jenis penanda fungsi dan media promosi. Keseluruhan jenis penanda fungsi dan media promosi tersebut tersebar di sepanjang Koridor Jalan Hayam Wuruk, baik yang menempel pada bangunan maupun yang berada di luar bangunan. Melihat kondisi tersebut, penulis mencoba untuk melakukan studi lebih lanjut untuk melihat dan mengidentifikasi penanda fungsi dan media promosi di koridor Jalan Hayam Wuruk, Denpasar.
Penelitian ini bertujuan untuk:
-
1. Mengkaji berbagai jenis penanda fungsi dan media promosi yang terdapat di koridor Jalan Hayam Wuruk.
-
2. Mengkaji permasalahan yang terjadi pada perletakan penanda fungsi dan media promosi di koridor jalan tersebut.
-
3. Mengkaji faktor-faktor pemicu terjadinya permasalahan pada perletakan penanda fungsi dan media promosi di koridor tersebut.
Melalui tulisan ini, pemikiran dan tindakan masyarakat, bahkan pengambil kebijakan kota, dapat digugah untuk lebih memperhatikan keberadaan kualitas koridor sebuah kota, terutama permasalahan yang terkait aspek-aspek penanda fungsi dan media promosi. Dengan demikian, kondisi visual ruang kota menjadi lebih tertata dan menunjukkan identitas kota. Lokasi studi yaitu pada segmen koridor Jalan Hayam Wuruk dari pertigaan Jalan Hayam Wuruk-Jalan Anyelir-Jalan Akasia hingga pada pertigaan Jalan Hayam Wuruk-Jalan Merdeka, dengan panjang koridor kurang lebih 800 meter.
Gambar 1. Peta Koridor Jalan Hayam Wuruk Sumber: RTRW Kota Denpasar Tahun 2014
Gambar 1 memperlihatkan peta koridor dan pembagian antar segmen. Segmen 1 dari pertigaan Jalan Hayam Wuruk-Jalan Anyelir-Jalan Akasia sampai pada pertigaan Jalan Hayam Wuruk-Jalan Terompong. Segmen 2 dimulai dari pertigaan Jalan Hayam Wuruk-Jalan Terompong sampai pertigaan Jalan Hayam Wuruk-Jalan Pakisaji. Terakhir, segmen 3 dimulai dari pertigaan Jalan Hayam Wuruk-Jalan Pakisaji sampai pertigaan Jalan Hayam Wuruk-Jalan Merdeka.
Pendekatan penelitian dilakukan melalui metode kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen penelitian berupa kamera, alat tulis, dan sketsa sebagai pendukung data penelitian. Studi kepustakaan dilakukan melalui penelusuran literatur-literatur, di antaranya berupa buku, jurnal maupun data internet, serta referensi-referensi terkait yang memiliki keterkaitan dengan objek penelitian.
Penanda fungsi merupakan sistem yang dapat memberikan panduan mengenai prasyarat teknis dari papan dan media lainnya yang berada di pinggir jalan. Prasyarat teknis dari sebuah penanda fungsi dapat berupa persyaratan visual dan persyaratan perletakan. Penanda fungsi digunakan sebagai alat komunikasi antara pengamat dan obyek, yang bertujuan untuk memudahkan pengamat untuk mengenal informasi yang disampaikan oleh penanda fungsi tersebut. Dalam sebuah penanda fungsi terdapat berbagai hal berupa tulisan (huruf, angka, dan kata), dan gambar (ilustrasi atau dekorasi). Keseluruhan bagian yang terdapat dalam penanda fungsi tersebut baik yang diletakkan pada bangunan ataupun di struktur lain digunakan sebagai pemberitahuan, penarik perhatian, dan dapat terlihat jelas dari jalan raya (Shirvani 1985).
Tidak hanya memberikan pemberitahuan dan penarik perhatian, penanda fungsi merupakan salah satu elemen pembentuk suatu kawasan kota. Empat peranan penting dari penanda fungsi antara lain sebagai simbol jati diri/identitas, rambu-rambu lalu lintas/traffic sign, jati diri komersial dan tanda-tanda informasi (Rubenstein 1992). Pentingnya peranan dari penanda fungsi ini juga diakui oleh Lynch (1960) bahwa penanda fungsi berperan sebagai alat orientasi bagi warga kota.
Beberapa fungsi dari penanda fungsi di antaranya adalah sebagai pengarah (directional) misalnya rute, pengenal (identification) baik bagi bangunan, taman, dan lapangan; kontrol lalu lintas (traffic control), seperti tanda lalu lintas dan parkir; informasi (information), baik sejarah, lokasi, maupun peristiwa; dan lambang (heraldry), seperti spanduk, bendera, lukisan dinding, lencana, dan logo (Shirvani 1985). Dengan demikian, dalam penempatannya diperlukan perancangan yang tepat. Penanda fungsi berperan sebagai pengatur sirkulasi dan dipergunakan untuk mengatur pergerakan lalu lintas sehingga kemacetan bisa dikurangi. Penanda fungsi juga memberikan instruksi yang ditunjukkan kepada masyarakat umum agar mereka mematuhi pesan yang disampaikan melalui tanda.
Penanda fungsi merupakan sistem informasi yang berorientasi visual, yang terdiri dari tanda-tanda, peta, panah, warna, sistem pengkodean, piktogram/penyampaian melalui media gambar dan elemen tipografi/bentuk tulisan. Penanda fungsi berbeda dari metode lainnya dalam menginformasikan sesuatu. Penanda fungsi digunakan untuk memandu perjalanan orang-orang melalui bentuk fisik, tanda jalan di jalan raya, tanda identifikasi stasiun dalam tanda kereta bawah tanah dan overhead di bandara. Keseluruhan contoh tersebut merupakan contoh umum dari penanda fungsi, sehingga dapat dikatakan bahwa penanda fungsi ini merupakan penerjemahan representasi visual.
Penggunaan representasi visual merupakan metode yang tepat untuk memudahkan kita dalam memahami maksud dari sebuah informasi. Ketika sedang berkendara, diperlukan bentuk informasi yang jelas, cepat, serta mudah dipahami. Untuk itulah penanda fungsi hadir sebagai sebuah solusi dalam bentuk desain yang dapat dipahami bersama. Selain sebagai bentuk representasi visual yang jelas, cepat dan mudah dipahami, penanda fungsi harus bersinergi dengan elemen perancangan bangunan. Elemen tersebut berupa langgam arsitektur, konsep pengembangan kawasan, dan kaidah estetika yang ada pada kawasan tersebut.
Sementara itu, media promosi merupakan alat komunikasi dan penyampaian pesan yang dilakukan, baik oleh institusi maupun perorangan dengan tujuan memberikan informasi tertentu. Informasi itu bersifat memberitahukan, membujuk, mengingatkan kembali
kepada konsumen, para perantara atau kombinasi keduanya. Informasi tersebut tidak hanya bertujuan secara komersial, tetapi juga politik, sosial dan bahkan budaya. Media promosi diawal kemunculannya yang hanya berupa tulisan tangan disertai dengan seruan-seruan dan himbauan kini telah berkembang dengan berbagai macam model, bentuk dan sistemnya disesuaikan dengan kreativitas pembuatnya (Murtomo 2007). Media promosi telah berperan besar dalam memperkenalkan suatu produk, barang dan jasa, sehingga dikenal secara luas oleh masyarakat.
Tujuan perancangan media promosi adalah mengatur bentuk, ukuran serta penempatannya agar teratur serta memastikan tingkat kejelasannya dari arah pergerakan kendaraan (Shirvani 1985). Salah satu bagian penting dari tingkat kejelasan sebuah media promosi adalah ukuran huruf, sehingga jumlah dan ukuran huruf harus ditentukan dengan tepat. Selain ukuran huruf terdapat berbagai faktor yang menunjang kejelasan dan kemudahan membaca makna dari sebuah media promosi, diantaranya ukuran dan dimensi papan, warna, tekstur, kontras dan tingkat pencahayaan/lighting. Penataan media promosi dalam bentuk papan reklame harus dapat membantu terciptanya sense of place (Shirvani 1985).
Agar dapat tercapai terciptanya sense of place yang positif pada koridor sebuah kota, penataan media promosi pada suatu koridor kota mutlak diperlukan untuk menciptakan keteraturan. Selain memberikan keteraturan, penataan media promosi dapat berperan sebagai elemen dekorasi dalam koridor. Keberadaan media promosi yang tepat dan memiliki estetika akan memperkuat karakter bangunan dan membuat streetscape menjadi lebih hidup, sehingga koridor sebagai elemen pembentukan kota dapat menciptakan street fixture yang berpengaruh pada kualitas kota.
Selain memiliki fungsi strategis seperti yang diungkapkan di atas, media promosi berperan penting dalam berbagai hal. Media promosi dapat berperan sebagai identifikasi primer yaitu simbolisasi yang hadir sebagai label atau identitas suatu gedung atau tempat yang menempel secara langsung pada objek. Selanjutnya media promosi juga berfungsi sebagai identifikasi sekunder yakni simbolisasi terhadap satu atau beberapa gedung atau tempat yang terletak secara terpisah dari objek tetapi masih dalam satu area. Terdapat kaitan antara identifikasi primer dan sekunder, terutama dalam memberikan informasi, sehingga penempatannya terkadang berdekatan (Shirvani 1985).
Dalam perancangan arsitektur, terdapat beberapa penanda fungsi dan media promosi yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari, antara lain: papan penunjuk arah, papan nama, spanduk, dan baliho. Keberadaan penanda fungsi dan media promosi dalam sebuah perancangan koridor bukan lagi menjadi sebagai pemisah (Follins dan Hammer 1979). Penanda fungsi dan media promosi justru merupakan bagian dari kesatuan lingkungan itu sendiri. Untuk itu, harus ada sinergi antara penanda fungsi dan media promosi tersebut agar terpadu dan mencapai keharmonisan, sehingga penanda fungsi dan media promosi tidak serta merta dituduh sebagai elemen perusak, tetapi justru memperkuat karakter bangunan serta membuat visual kota lebih hidup.
Penanda Fungsi dan Media Promosi di koridor Jalan Hayam Wuruk
Kemunculan berbagai macam jenis dan bentuk penanda fungsi dan media promosi di koridor Jalan Hayam Wuruk terjadi ketika berdirinya bangunan-bangunan fasilitas komersial pada koridor jalan tersebut. Pertumbuhan pembangunan fasilitas komersial yang begitu pesat menimbulkan kepadatan bangunan pada kawasan tersebut. Perkembangan tersebut juga berpengaruh pada penanda fungsi dan media promosi masing-masing bangunan dan toko dengan bentuk aktivitas komersialnya masing-masing.
Gambar 2. Peta Koridor Hayam Wuruk Segmen 1 dan Titik Penanda Fungsi Sumber: RTRW Kota Denpasar Tahun 2014
Gambar 2 memperlihatkan lokasi koridor Jalan Hayam Wuruk pada Segmen 1 dengan panjang sekitar 250 meter. Tabel 1 menunjukkan jenis-jenis penanda fungsi dan media promosi yang terdapat pada segmen tersebut.
Dari pengamatan di lapangan, terdapat kurang lebih tiga belas titik pemasangan penanda fungsi dan media promosi. Dari ketigabelas titik pemasangan tersebut ditemukan berbagai ragam peletakan pemasangan penanda fungsi dan media promosi tersebut. Berbagai jenis fungsi bangunan yang terletak pada Segmen 1 juga mempengaruhi pola peletakan penanda fungsi dan media promosi tersebut. Keberadaan bangunan dan fasilitas komersial, pemerintahan, dan fungsi lain yang cukup beragam pada Segmen 1, memerlukan penanda fungsi yang mampu merepresentasikan keberadaan kegiatan yang ada di dalam bangunan dan fasilitas-fasilitas tersebut. Maka, penanda fungsi dan media
promosi diperlukan untuk menarik perhatian pengguna jalan, baik pengendara kendaraan maupun pejalan kaki.
Tabel 1. Jenis penanda fungsi dan media promosi pada Segmen 1
No |
Lokasi |
Deskripsi |
2a |
Depan Bank BNI Hayam Wuruk |
Beberapa penanda fungsi berupa pole sign yang menunjukkan Bank, ATM, dan Foto studio. Tampak adanya tumpang tindih antar masing-masing penanda fungsi. |
2b |
Depan Kantor BPJS Ketenagakerjaan |
Penanda fungsi berupa rambu lalu lintas penyeberangan jalan. Namun kondisinya tampak miring akibat konstruksi yang tidak kokoh. |
2c |
Depan counter ATM bersama |
Penanda fungsi untuk ATM dan kantor surat kabar yang berupa pole sign. Terlihat tumpang tindih antar penanda fungsi. |
2d |
Depan gerbang masuk kantor BPJS Ketenagakerjaan |
Penanda fungsi yang berupa ground sign dan media promosi berupa spanduk dan standing banner. |
2e |
Depan Jalan Terompong, menuju Universitas Warmadewa |
Penanda fungsi menuju sebuah kampus universitas yang berupa pole sign, penanda fungsi fotokopi yang berada di sebelahnya. |
2f |
Depan Hotel Bali Rama |
Penanda fungsi sebuah hotel yang berupa pole sign. |
2g |
Depan rumah makan Ayam Presto |
Penanda fungsi sebuah rumah makan yang berupa pole sign dan media promosi dari sebuah kampus swasta yang berupa spanduk. |
2h |
Depan Lembaga Bimbingan Belajar Primagama |
Penanda fungsi dari sebuah bimbingan belajar yang berupa pole sign dan media promosi berupa banner. |
2i |
Depan usaha fotokopi dan rumah makan |
Penanda fungsi dan media promosi berupa pole sign dan spanduk dari rumah makan dan fotokopi. Terlihat adanya letak pemasangan penanda fungsi di atas trotoar. |
2j |
Depan toko bangunan Pancawati |
Penanda fungsi sekaligus sebagai media promosi sebuah toko bangunan yang menempel langsung pada tembok bangunan. |
2k |
Depan toko penjualan komputer dan distro |
Penanda fungsi dan media promosi berupa pole sign dari toko komputer dan sebuah distro. |
2l |
Depan Lembaga Pendidikan Alfa Prima |
Penanda fungsi berupa pole sign dari sebuah kampus swasta. |
2m |
Depan kafe Danes Art Veranda |
Penanda fungsi berupa pole sign dari sebuah kafe, posisi perletakannya berdekatan dengan pohon perindang. |
Gambar 3 menunjukkan lokasi Segmen 2 dengan wilayah delineasi dimulai dari pertigaan Hayam Wuruk-Jalan Terompong sampai pada pertigaan Jalan Hayam Wuruk-Jalan Pakisaji atau sepanjang 360 meter. Tabel 2 memperlihatkan penanda fungsi dan media promosi pada segmen tersebut.
Gambar 3. Peta Koridor Hayam Wuruk Segmen 2 dan Titik Penanda Fungsi Sumber: RTRW Kota Denpasar dan Dokumentasi Foto
Hasil pengamatan menunjukkan delapan belas titik pemasangan penanda fungsi dan media promosi. Kedelapanbelas titik pemasangan tersebut tersebar di luar bangunan maupun dipasang menyatu dengan bangunan. Hal ini berpengaruh pada penggunaan material bahan pembentuk penanda fungsi dan media promosi.
Berbagai jenis fasilitas dan bangunan yang terdapat pada Segmen 2 juga berdampak pada jenis media promosi dan penanda fungsi yang dipergunakan. Fungsi-fungsi tersebut adalah toko retail, kantor swasta, usaha penjualan kendaraan, museum, stasiun pengisian bahan bakar, hotel, usaha penjualan barang dan jasa. Melihat beragamnya fungsi bangunan tersebut juga tercermin dari penanda fungsi dan media promosi yang merepresentasikan keberadaannya.
Gambar 4 menunjukkan lokasi Segmen 3 dengan wilayah delineasi dari pertigaan Jalan Hayam Wuruk-Jalan Pakisaji sampai pada akhir koridor di pertigaan Hayam Wuruk-Jalan Merdeka. Panjang koridor pada segmen ini adalah 360 meter. Tabel 3 menjelaskan penanda fungsi dan media promosi pada segmen tersebut.
Tabel 2. Jenis penanda fungsi dan media promosi pada Segmen 2
No |
Lokasi |
Deskripsi |
3a |
Depan Bali Bakery |
Penanda fungsi toko kue, berupa pole sign. |
3b |
Depan minimarket Minimart |
Penanda fungsi dan media promosi minimarket dan toko elektronik. Kedua penanda fungsi tersebut berupa pole sign. |
3c |
Depan kantor BUMN Hutama Karya |
Media promosi nonkomersial dari kantor BUMN berupa pole sign. |
3d |
Depan kantor BUMN Hutama Karya |
Penanda fungsi dari kantor BUMN yang berupa ground sign. |
3e |
Depan kafe Mangsi Coffee |
Penanda fungsi sebuah kafe berupa pole sign. Selain itu terdapat media promosi berupa spanduk yang dipasang pada dinding bangunan. |
3f |
Depan Sekolah Kuncup Bunga |
Penanda fungsi berupa rambu lalu lintas penyeberangan jalan. |
3g |
Depan Museum Lukisan Sidik Jari |
Tiga penanda fungsi dari museum, sekolah, dan klinik kecantikan. Penanda fungsi museum berupa ground sign, sedangkan penanda fungsi klinik kecantikan dan sekolah berupa pole sign. |
3h |
Depan toko buku Toga Mas |
Penanda fungsi dari sebuah toko buku berupa pole sign. |
3i |
Depan dealer mobil Kharisma Sentosa |
Penanda fungsi sekaligus media promosi dealer kendaraan berupa pole sign. |
3j |
Depan toko handphone dan jasa reklame |
Penanda fungsi sekaligus sebagai media promosi dari sebuah toko bangunan yang menempel langsung pada tembok bangunan. |
3k |
Depan minimarket Circle K |
Penanda fungsi dari toko handphone dan toko bahan bangunan, seluruh penanda fungsi tersebut berupa pole sign. |
3l |
Depan pertokoan dan kampus Elizabeth |
Adanya ketumpangtindihan antara penanda fungsi dan media promosi. |
3m |
Depan minimarket Alfamart |
Penanda fungsi minimarket berupa pole sign. |
3n |
Depan kursus English First dan toko kue |
Penanda fungsi lembaga kursus bahasa, jasa cukur rambut, dan toko kue. Seluruh penanda fungsi berupa pole sign. |
3o |
Depan kantor media Nusa Bali |
Penanda fungsi kantor media cetak yang berupa pole sign. |
3p |
Depan Hotel Winotosastro |
Penanda fungsi hotel berbentuk pole sign. |
3q |
Depan SPBU Hayam Wuruk |
Penanda fungsi SPBU berupa ground sign. |
3r |
Depan toko pakaian Citra Kebaya |
Penanda fungsi sebuah toko pakaian berupa pole sign dan roof sign. |
Gambar 4. Peta Koridor Hayam Wuruk Segmen 3 dan Titik Penanda Fungsi Sumber: RTRW Kota Denpasar dan Dokumentasi Foto
Tabel 3. Jenis Penanda Fungsi dan Media Promosi pada Segmen 3
No |
Lokasi |
Deskripsi |
4a |
Depan Toko Roti Sari Bakery |
Beberapa penanda fungsi berupa pole sign yang menunjukkan toko kue, kafe dan game online. |
4b |
Depan Hotel Trio Bali |
Penanda fungsi dari sebuah hotel yang berupa pole sign. |
4c |
Depan Hotel Trio Bali |
Penanda fungsi rambu lalu lintas berupa penunjuk arah yang berbentuk pole sign. |
4d |
Depan Warung Wardani |
Penanda fungsi sekaligus media promosi dari sebuah warung berupa roof sign. |
4e |
Depan Klinik Padma Bahtera |
Penanda fungsi sebuah klinik umum berupa pole sign. |
4f |
Depan Klinik Padma Bahtera |
Penanda fungsi sebuah klinik umum yang sama pada gambar 4e dan berupa ground sign. |
4g |
Depan Kantor MSA Kargo |
Penanda fungsi sebuah kantor kargo berupa pole sign. |
4h |
Depan Toko handphone dan Jasa Reklame |
Penanda fungsi dari toko handphone dan jasa reklame yang berbentuk pole sign. |
Pengamatan di lapangan menemukan delapan titik pemasangan penanda fungsi dan media promosi. Kedelapan titik pemasangan tersebut memiliki pola peletakan yang berbeda. Perletakan media promosi umumnya menggunakan tiang/pole sign. Selain itu, ada pula penanda fungsi yang perletakannya langsung di tanah/ground sign. Dasar dari penanda fungsi ini terletak di tanah atau tertutup oleh tanah (Kelly dalam Aldy 2013). Sementara itu, pemasangan lainnya menyatu dengan bangunan dan tembok pembatas.
Beragam jenis dan model penanda fungsi di koridor Jalan Hayam Wuruk perlu dikelompokkan agar memudahkan untuk mengkaji berbagai permasalahan terkait penanda fungsi. Menurut Shirvani (1985) terdapat empat jenis penanda fungsi dalam
koridor kota. Namun jika dilihat pada koridor Jalan Hayam Wuruk terdapat tiga jenis penanda fungsi sebagai berikut.
1. Pengarah (directional), misalnya papan penunjuk jalan
Gambar 5. Penanda fungsi berupa petunjuk arah (rute)
Penanda fungsi berupa petunjuk arah (directional) yang terletak pada Segmen 3, lihat Gambar 4 foto (c). Penanda ini menunjukkan arah menuju suatu lokasi yang berada di sekitar koridor. Gambar 5 memperlihatkan penanda fungsi berupa petunjuk arah menuju Sanur, Niti Mandala Renon, dan Nusa Dua. Terlihat pada foto kondisi petunjuk arah tertutup oleh ranting-ranting pohon, hal tersebut berpotensi mengganggu pengendara untuk mengetahui arah dengan jelas. Selain tertutup oleh ranting-ranting pohon, keberadaan media promosi lainnya yang tumpang tindih dapat menghalangi pandangan pengendara.
2. Pengenal (identification) bangunan, taman, dan lapangan
Gambar 6. Salah satu penanda fungsi berupa pengenal bangunan
Tanda pengenal (identification) untuk bangunan komersial ditunjukkan dengan bentuk geometris yang sangat kuat, seperti terdapat pada Segmen 2, lihat Gambar 3 foto (d). Begitupula pada foto di sebelahnya, bentuk dan model penanda fungsi yang memiliki ciri tersendiri pada stasiun pengisian bahan bakar pada Segmen 2, atau lihat Gambar 3 foto (m). Adanya ciri khas pada simbol dan lambang kantor swasta dan stasiun pengisian bahan bakar dapat memudahkan pengendara kendaraan untuk mengetahui keberadaannya dari jarak yang cukup jauh.
3. Kontrol lalu lintas (traffic control), seperti rambu lalu lintas dan parkir
Gambar 7. Penanda fungsi berupa traffic control tempat penyeberangan
Penanda fungsi berupa kontrol lalu lintas yang terdapat pada Segmen 1 yang ditunjukkan oleh Gambar 2 foto (b), sedangkan gambar di sebelahnya penanda kontrol lalu lintas ditunjukkan oleh Gambar 3 foto (f). Terlihat pada gambar, rambu tempat penyeberangan jalan terletak di sebelah trotoar pejalan kaki. Namun melihat kondisinya, kontrol lalu lintas tersebut tampak kurang baik dan tidak memiliki standar untuk grafis dan dimensi yang memadai.
Permasalahan yang Dimunculkan oleh Penanda Fungsi dan Media Promosi pada Koridor Jalan Hayam Wuruk
Pertumbuhan pembangunan fasilitas perdagangan dan jasa yang begitu pesat pada koridor Hayam Wuruk menimbulkan kepadatan aktivitas dan ruang. Pertumbuhan tersebut juga berimplikasi pada penanda fungsi dan media promosi. Munculnya berbagai macam fasilitas komersial dan bangunan pada koridor wilayah ini menyebabkan pihak pengelola berlomba-lomba membuat media promosi dan pengenal bangunan dengan karakter berbeda untuk menonjolkan tempat usahanya.
Akibatnya terdapat berbagai model, bentuk, serta ukuran penanda fungsi yang terlihat di sepanjang koridor Jalan Hayam Wuruk. Terkadang bermacam ragam bentuk penanda fungsi memunculkan kebingungan, sehingga fungsi awal dari penanda fungsi yakni sebagai pengarah dan identifikasi, justru menjadi tidak jelas. Ketidakjelasan tersebut akibat penempatan, bentuk dan ukuran dari penanda fungsi yang tidak semestinya. Selain itu, peletakan media promosi yang seringkali menyalahi ijin tentang ukuran dan bentuknya juga berperan menimbulkan ketidakjelasan tersebut. Beberapa permasalahan akibat adanya penanda fungsi dan media promosi pada lokasi studi antara lain:
-
a. Adanya ketumpangtindihan/overlapping dari penempatan dan titik-titik lokasi penanda fungsi dan media promosi, lihat Gambar 8. Masing-masing pemilik bangunan saling berlomba untuk menonjolkan penanda fungsi dan media promosinya. Kondisi tersebut berakibat pada penempatan dari titik penanda fungsi dan media promosi yang semakin mendekat pada jalur pedestrian di sepanjang jalan. Hal tersebut dapat mengganggu ruang pejalan kaki yang harusnya dapat steril dari gangguan apapun.
Gambar 8. Ketidakteraturan penempatan penanda fungsi dan media promosi
-
b. Terdapat penanda fungsi yang tidak layak pakai dan sudah perlu diperbaharui, misalnya penanda lalu lintas yang telah rusak dan sudah tidak berfungsi dengan optimal. Gambar 9 memperlihatkan penanda fungsi berupa rambu lalu lintas pejalan kaki yang posisinya sudah miring. Selain penanda fungsi, media promosi yang telah selesai dan habis masa pemakaiannya juga seringkali tidak dicabut oleh pemasangnya. Hal tersebut menimbulkan kesan kotor dan kumuh, terlebih jika media promosi tersebut telah rusak dan kusam.
Gambar 9. Penanda fungsi dan media promosi yang sudah tidak layak digunakan
-
c. Tidak adanya kesinambungan antara konsep pengembangan koridor dengan penanda fungsi dan media promosi yang ada. Setidaknya melalui konsep pengembangan koridor terjadi konsistensi bentuk, ukuran, serta penempatan penanda fungsi dan media promosi. Melalui konsep ini dapat ditetapkan pula rumusan desain yang dapat dijadikan pedoman pada masing-masing penanda fungsi dan media promosi. Gambar 10 memperlihatkan penanda fungsi dan media promosi yang terdapat pada koridor tidak memiliki konsistensi bentuk. Setiap penanda fungsi dan media promosi masing-masing berupaya untuk mendominasi, sehingga yang terjadi adalah kerusakan visual, melalui sajian-sajian media promosi, dan penanda fungsi yang tidak bertema tersebut.
Gambar 10. Bentuk penanda fungsi dan media promosi yang tidak konsisten
Faktor-Faktor Pemicu Terjadinya Permasalahan terkait Penanda Fungsi dan Media Promosi
Adanya berbagai permasalahan visual dan kenyamanan pandangan pada sebuah koridor kota tidak terlepas dari faktor yang menyebabkan permasalahan tersebut. Untuk dapat menemukan solusi atas permasalahan tersebut diperlukan pengamatan langsung di wilayah studi agar dapat menemukan berbagai persoalan yang mendasari timbulnya ketidakteraturan visual tersebut. Selain melalui observasi langsung, juga dilakukan penelusuran terhadap peraturan/legal terkait penyelenggaraan pemasangan penanda fungsi dan media promosi di Kota Denpasar. Beberapa faktor pemicu terjadinya permasalahan penanda fungsi dan media promosi pada koridor Jalan Hayam Wuruk, antara lain:
Di Kota Denpasar, khususnya pada koridor Jalan Hayam Wuruk, pengaturan ijin dan penyelenggaraan penanda fungsi dan media promosi diatur dalam Peraturan Walikota Nomor 15 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Reklame di Kota Denpasar. Dalam peraturan tersebut telah disebutkan secara jelas penyelenggaraan, mekanisme ijin, tata cara pengajuan permohonan/pemberian ijin, keanggotaan dan tugas tim penyelenggara reklame, penataan reklame serta pemberian sanksi pelanggaran, hingga pencabutan ijin penyelenggaraan reklame.
Keseluruhan perangkat hukum dalam penyelenggaraan penanda fungsi dan reklame tersebut belum cukup untuk mengatur permasalahan tersebut. Perlu adanya aturan tambahan yang mensyaratkan secara teknis bentuk, ukuran serta desain dari penanda fungsi dan media promosi tersebut yang dilengkapi dengan gambar-gambar teknis contoh dari bentuk dan ukuran media promosi tersebut. Adanya persyaratan teknis tersebut bertujuan untuk mengatur bentuk serta proporsi ukuran penanda fungsi dan media promosi agar sesuai dengan nuansa dan konsep visual koridor yang diharapkan.
Faktor ini merupakan faktor yang sangat penting dan berpengaruh pada jalannya suatu kebijakan atau program. Suatu peraturan yang di dalamnya terdapat sejumlah program harus diimplementasikan agar dapat terlihat dampak dari peraturan tersebut. Implementasi peraturan ini bertujuan agar terjadi ketaatan perilaku dan tindakan masyarakat terkait terhadap peraturan yang telah disahkan.
Implementasi peraturan haruslah disertai dengan penindakan terhadap pelanggaran peraturan di lapangan. Permasalahan pada lokasi studi tampak bahwa lemahnya penindakan terhadap pelanggaran menimbulkan anggapan bahwa masyarakat dapat dengan bebas mendirikan penanda fungsi dan media promosi karena masih berada pada lahan persil kepemilikan pribadi. Keberadaan penanda fungsi dan media promosi, walaupun dalam lahan kepemilikan pribadi, ada aturan yang harus ditaati.
Gambar 11. Beberapa permasalahan yang diidentifikasi pada lokasi studi (sesuai arah jarum jam)
(1) Penanda media promosi yang tidak memiliki legalitas
(2) Media promosi yang sifatnya temporer
Perkembangan teknologi dalam pembuatan media promosi cukup berpengaruh pada menjamurnya keberadaan media promosi. Dengan munculnya teknologi digital cetak menyebabkan masyarakat dengan mudahnya membuat media promosi yang mereka inginkan. Seringkali bentuk dan desain dari media promosi yang dibuat masyarakat tersebut tidak sesuai dengan yang disyaratkan dalam peraturan. Keberadaan media promosi yang bersifat temporer itu cenderung tidak memiliki ijin dari pemerintah, sehingga perlu dilakukan penindakan sesuai dengan yang disebutkan dalam faktor kedua.
Selain itu keberadaannya yang bersifat temporer juga berpengaruh pada titik-titik penempatannya yang sembarangan. Terlihat pada lokasi studi terdapat media promosi yang dipaku pada tanaman perindang, ditempelkan pada dinding bahkan pada rambu-rambu lalu lintas. Media promosi dengan model seperti inilah yang seringkali menimbulkan kesan kumuh dan semrawut, karena setelah selesai penggunaannya seringkali media temporer ini dibiarkan tetap terpasang, sehingga harus dicabut oleh pemerintah.
Peranan masyarakat diperlukan untuk mendorong suatu lingkungan menjadi lebih tertib dan teratur. Masyarakat dengan tingkat kesadaran yang tinggi memiliki pemahaman akan hak dan tanggung jawabnya sebagai warga kota untuk menjaga dan memelihara ketertiban lingkungannya. Dengan demikian, peranan masyarakat dalam pengendalian dan penataan media promosi sangat diharapkan.
Masyarakat yang memiliki kesadaran tinggi senantiasa berkoordinasi dengan pemerintah kota dalam penyelenggaraan pemasangan penanda fungsi dan media promosi, sehingga ketertiban dalam penyelenggaraan pemasangan media promosi dapat terwujud. Untuk
membentuk masyarakat yang berkesadaran tinggi tersebut tidaklah mudah. Kembali pada faktor pertama dan kedua, diperlukan implementasi peraturan penyelenggaraan ijin yang efisien dan cepat serta penegakan hukum secara tegas kepada setiap pelanggaran yang terjadi dalam penyelenggaraan media promosi.
Kesimpulan
Terdapat beberapa titik pemasangan penanda fungsi dan media promosi pada tiga segmen di koridor Jalan Hayam Wuruk. Pada Segmen 1 terdapat tigabelas titik pemasangan penanda fungsi dan media promosi. Pada Segmen 2 terdapat delapan belas titik pemasangan penanda fungsi dan media promosi, sedangkan pada Segmen 3 terdapat delapan titik pemasangan penanda fungsi dan media promosi. Selain itu, terdapat tiga jenis penanda fungsi, yaitu pengarah (directional), pengenal (identification), dan kontrol lalu lintas (traffic control).
Berdasarkan pengamatan terdapat tiga macam permasalahan yang dimunculkan oleh penanda fungsi dan media promosi pada koridor Jalan Hayam Wuruk, antara lain: (a) penempatan titik-titik penanda fungsi dan media promosi yang tumpang tindih; (b) terdapat penanda fungsi dan media promosi yang sudah tidak layak dipakai dan perlu diperbaharui; dan (c) tidak adanya kesinambungan antara konsep pengembangan koridor dengan penanda fungsi dan media promosi yang ada. Sementara itu, faktor-faktor pemicu terjadinya permasalahan terkait penanda fungsi dan media promosi, antara lain: (a) faktor peraturan/legal: (b) faktor implementasi peraturan: (c) faktor produksi media promosi; dan (d) faktor kesadaran masyarakat.
Daftar Pustaka
Aldy, P (2013) ‘Identifikasi Penataan Reklame di Kota Medan’ Jurnal Arsitektur Universitas Bandar Lampung.
Departemen Perhubungan Undang-Undang No.14 tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
Anonim (2008) ‘Facilities Signage and Graphics Standards’ A Design Criteria University of Minnesota, Minneapolis, revised February 21, 2008.
Pemerintah Kota Denpasar Peraturan Walikota No.15 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Reklame di Kota Denpasar.
Burgess, R dkk (1994) Contemporary Urban Strategies and Urban Design in Developing Countries Rotterdam: Faculty of Architecture/Delft University of Technology.
Danisworo, M (1968) Konseptualisasi Gagasan dan Upaya Penanganan Proyek Peremajaan Kota; Pembangunan Kembali sebagai Kasus Bandung: Jurusan Arsitektur ITB.
Hamid, F (2011) Semiotika, Tanda dan Makna Semiotika Periklanan Universitas Mercubuana: Pusat Pengembangan Bahan Ajar UMB Jakarta.
Lynch, K (1960) the Image of City Cambridge Mass: MIT.
Murtomo, A (2007) ‘Penataan Papan Reklame pada Penggal Jalan Hayam Wuruk Semarang’ Jurnal Ilmiah Perancangan Kota dan Permukiman).
Rubenstein, H M (1992) Pedestrian Malls, Streetscapes, and Urban Spaces USA: John Willey and Sons.
Shirvani, H (1985) Urban Design Process New York: Van Nostrand Rheinhold.
Sobur, A (2003) Semiotika Komunikasi Bandung: Remaja Rosdakarya.
Spreiregen, P D (1979) Design Competitions Newyork: McGraw-Hill Book Company.
Tinarbuko, S (2009) Iklan Politik Dalam Realitas Media Yogyakarta: Jalasutra.
290 SPACE - VOLUME 3, NO. 3, OCTOBER 2016
Discussion and feedback