AKTIVITAS EKONOMI DAN KUALITAS RUANG TERBUKA HIJAU AKTIF DI KOTA DENPASAR
on
RUANG
SPACE
AKTIVITAS EKONOMI DAN KUALITAS RUANG TERBUKA HIJAU AKTIF DI KOTA DENPASAR
Oleh: I Dewa Made Dwipa Tanaya1
Abstract
Active green open space has an important role to play in urban environment. This study looks at functions accommodated by this spatial formation that exist in Kota Denpasar. Since these functions are not planned for in the first instance, informal economic activities act to the detriment of such spaces rather than reinforcing them with planned informal economic activities. Qualitative methods are used in the study. Physical and non- physical elements are identified. The former embrace scale of the park, the type of facilities it offers, the quality of design and other physical conditions. Non-physical elements cover an understanding of the park as a responsive, democratic, meaningful and accessible spatial form within our urban environment. Thorough planning is required if economic activities are to be managed and their impacts anticipated. At the same time, any plan must include public education to raise awareness that the quality of the environment is not the responsibility of others but the duty of everybody. The study concludes that economic activities currently bring negative impacts on the quality of the green open space due to a greater consideration by government in the planning stages.
Keywords: Open green space, economic activities, impact, open green space quality
Abstrak
Ruang terbuka hijau aktif memiliki peran penting dalam lingkungan perkotaan. Studi ini bertujuan untuk melihat aktivitas ekonomi yang diwadahi oleh RTH di Kota Denpasar serta menganalisis dan mengkaji bagaimana pemanfaatan ruang untuk aktivitas ekonomi yang ada berdampak terhadap kualitas RTH aktif di Kota Denpasar. Kualitas RTH ditentukan oleh aspek fisik dan non fisik. Aspek fisik mengkaji skala, kelengkapan sarana elemen pendukung, desain, dan kondisi fisik. Aspek non fisik mengkaji masing-masing yang mendemonstrasikan hal responsif, demokratis, memberikan arti dan aksesibilitas. Aktivitas ekonomi memberi pengaruh negatif terhadap kualitas ruang terbuka hijau aktif. Penataan ruang terhadap aktivitas ekonomi bisa dijadikan alternatif untuk mengurangi dampak negatif terhadap kualitas kawasan. Pembelajaran terhadap masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan juga sangat penting untuk dilakukan.
Kata kunci: ruang terbuka hijau, aktivitas ekonomi, dampak, kualitas ruang terbuka hijau
Pendahuluan
Fungsi-fungsi yang dimiliki oleh ruang terbuka hijau aktif memberi dampak bagi pelaku ekonomi yang memanfaatkannya. Terdapat beberapa titik ruang terbuka hijau aktif di Kota Denpasar, diantaranya Taman Kota Lumintang, Lapangan Puputan Badung I Gusti Ngurah Made Agung, dan Lapangan Niti Mandala Denpasar. Ruang terbuka hijau aktif yang ada di Kota Denpasar ini merupakan ruang terbuka yang digunakan oleh masyarakat umum dari berbagai latar belakang sosial, ekonomi dan budaya. Aktivitas yang dilakukan
1
oleh masyarakat penggunaan ruang terbuka hijau ini merupakan situasi yang mengundang pelaku ekonomi.
Situasi yang mengundang perilaku ekonomi ini merupakan perilaku pedagang yang mencoba mengais keuntungan di daerah RTH. Perilaku pedagang dalam beraktivitas terbagi dalam beberapa tipologi pemanfaatan ruang yang berbeda. Berdasarkan pengamatan awal, tipologi aktivitas ekonomi yang muncul pada lokasi penelitian memberi dampak negatif bagi kualitas RTH yang terdiri atas aspek kualitas fisik dan nonfisik. Dari aspek fisik, kualitas RTH yang aktif di Kota Denpasar terdiri atas variabel ukuran, kelengkapan sarana elemen pendukung, desain, dan kondisi, sedangkan dari aspek nonfisik, diketahui bahwa kualitas RTH aktif di Kota Denpasar terdiri atas variabel responsif, demokratis, memberikan arti dan accesible.
Berdasarkan fenomena yang timbul, kajian dalam penelitian ini akan difokuskan pada analisis dampak aktivitas ekonomi teradap kualitas ruang terbuka hijau aktif di Kota Denpasar. Hasil penelitian ini akan menjadi bahan pertimbangan bagi pengelola ruang terbuka hijau aktif di Kota Denpasar dalam usahanya untuk membangun kualitas yang mendukung pewadahan fungsi ruang terbuka hijau. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian adalah metode observasi. Dalam kajian ini dilakukan pendalaman observasi terhadap aktivitas ekonomi di lokasi penelitian dilakukan sehingga dapat diketahui tipologi pemanfaatan ruang yang muncul akibat pewadahan aktivitas ekonomi. Tipologi pemanfaatan ruang yang muncul dianalisis dampaknya terhadap kualitas RTH secara fisik dan nonfisik. Agar data yang diperoleh valid, pengambilan data dilakukan juga dengan penyebaran kuesioner, wawancara, dan kepustakaan. Data yang telah terkumpul melalui observasi, wawancara, kuesioner, dan kepustakaan di analisis secara kualitatif deskriptif. Pengumpulan data melalui kuesioner bertujuan untuk memperkuat hasil kajian dan diperlukan pengujian validitas dan reliabilitas data. Data hasil pengukuran dideskripsikan dalam hasil analisis.
Wilayah penelitian adalah kawasan ruang terbuka hijau aktif yang ada di Kota Denpasar meliputi Lapangan Puputan Badung I Gusti Ngurah Made Agung, Lapangan Niti Mandala Denpasar, dan Taman Kota Denpasar (Gambar 1). Lapangan Puputan Badung I Gusti Ngurah Made Agung terletak di Jalan Surapati dengan luas ± 32.691 m2. Kawasan ini berada di jantung Kota Denpasar atau titik nol Kota Denpasar. Lapangan dikelilingi pusat perkantoran, perekonomian, dan pendidikan, sehingga keberadaannya sangat strategis dalam mendukung kebutuhan RTH bagi Kota Denpasar. Lapangan Niti Mandala Denpasar terletak di Denpasar Selatan Desa Renon, sebelah timur Kelurahan Panjer dan sebelah barat Kelurahan Sanur dengan luas kawasan ±138.830 m2. Lapangan Niti Mandala Denpasar merupakan ruang terbuka yang terletak di tengah-tengah kawasan civic center Pemerintah Provinsi Bali. Taman Kota Denpasar merupakan salah satu ruang terbuka hijau yang ada di Kota Denpasar. Taman kota ini terletak di wilayah Lumintang jalan Gatot Subroto Denpasar. Taman Kota Denpasar memiliki luas ± 21.038 m2 dengan area ruang terbuka yang dipisahkan oleh Jalan Gatot Subroto. Area sekitar Taman Kota Denpasar ada beberapa kantor pemerintahan yang berhubungan dengan pelayanan publik.
Peta Kota Denpasar
Lapangan Puputan Badung I
Lapangan Niti Mandala
Gusti Ngurah Made Agung
Denpasar
Taman Kota Denpasar
Gambar 1. Peta lokasi obyek penelitian
Aktivitas Ekonomi pada Kawasan
Aktivitas ekonomi yang dimaksud pada penelitian ini adalah aktivitas pelaku ekonomi yang berada di wilayah penelitian, yaitu pedagang eceran kecil. Perdagangan eceran kecil terdiri atas eceran kecil yang berpangkalan dan pedagang eceran kecil tidak berpangkalan. Data di lapangan memperlihatkan aktivitas ekonomi yang diwadahi di
Lapangan Puputan Badung I Gusti Ngurah Made Agung sangat beragam antara lain pedagang eceran kecil yang berpangkalan dan tidak berpangkalan (Gambar 2).
Pedagang Tidak Berpangkalan
Pedagang Berpangkalan
Gambar 2. Tipe pedagang di Lapangan Puputan Badung I Gusti Ngurah Made Agung
Pengamatan terhadap data penelitian dilakukan pada Bulan November. Berdasarkan pengamatan selama satu bulan, diketahui bahwa rata-rata jumlah pedagang tidak berpangkalan dan berpangkalan di Lapangan Puputan dapat dilihat pada Tabel 1 dan 2.
Tabel 1. Jumlah rata-rata pedagang tidak berpangkalan di Lapangan Puputan Badung
November 2014 | |||||||
Senin |
Selasa |
Rabu |
Kamis |
Jumat |
Sabtu |
Minggu | |
Pedagang makanan & minuman kemasan |
11 |
11 |
11 |
13 |
11 |
16 |
16 |
Pedagang Koran |
2 |
1 |
2 |
2 |
2 |
2 |
2 |
Pedagang mainan |
8 |
5 |
7 |
8 |
7 |
17 |
15 |
Pedagang gula kapas |
4 |
5 |
3 |
5 |
5 |
9 |
10 |
Pedagang telur puyuh |
3 |
4 |
3 |
5 |
5 |
6 |
8 |
Pedagang buah |
5 |
5 |
8 |
5 |
6 |
3 |
6 |
Pedagang lumpia |
3 |
5 |
4 |
4 |
6 |
4 |
8 |
Tabel 2. Jumlah rata-rata pedagang berpangkalan di Lapangan Puputan Badung
November 2014 | |||||||
Senin |
Selasa |
Rabu |
Kamis |
Jumat |
Sabtu |
Minggu | |
Es kelapa |
4 |
3 |
4 |
3 |
4 |
8 |
8 |
Es buah |
2 |
2 |
2 |
2 |
2 |
3 |
4 |
Pedagang sate |
4 |
4 |
4 |
3 |
5 |
7 |
7 |
Pedagang bakso |
2 |
3 |
3 |
2 |
3 |
6 |
6 |
Pedagang jagung bakar |
6 |
6 |
6 |
7 |
7 |
9 |
9 |
Pedagang siomay |
3 |
4 |
3 |
4 |
4 |
5 |
6 |
Karakteristik pelaku aktivitas ekonomi di kawasan ini cenderung semakin bertambah jumlahnya di akhir pekan. Sesuai dengan fenomena yang terjadi di kawasan penelitian diketahui bahwa jumlah pedagang yang muncul semakin banyak di akhir pekan. Hal ini dipengaruhi oleh faktor intensitas pengunjung. Jumlah pengunjung di akhir pekan atau hari libur lebih banyak jika dibandingkan dengan hari-hari lainnya. Dengan demikian, kondisi ini sejalan dengan kondisi pelaku ekonomi, yaitu dengan semakin banyaknya jumlah pengunjung, maka semakin banyak pula jumlah pelaku ekonomi yang ada di sebuah kawasan, demikian juga halnya lapangan di tempat penelitian dilakukan.
Lapangan Niti Mandala Denpasar memperlihatkan kondisi yang sama dengan Lapangan Puputan Badung I Gusti Ngurah Made Agung. Berdasarkan pengamatan di lapangan, diketahui bahwa aktivitas ekonomi diwadahi di Lapangan Niti Mandala Denpasar dibedakan atas dua tipe yaitu pedagang eceran kecil yang berpangkalan dan tidak berpangkalan. Tipe ini sama dengan tipe yang ditemukan di Lapangan Puputan Badung. Agar lebih jelas, kedua tipe pedagang di kawasan tersebut dapat dilihat pada gambar 3.
Pedagang Tidak Berpangkalan
Pedagang Berpangkalan
Gambar 3. Tipe pedagang di Lapangan Niti Mandala Denpasar
Jumlah kunjungan pedagang beserta jenis dagangannya dalam satu minggu dilihat dari pengamatan yang dilakukan dalam satu bulan kalender dapat dilihat pada Tabel 3 dan 4.
Tabel 3. Jumlah rata-rata pedagang tidak berpangkalan di Lapangan Niti Mandala
November 2014 | |||||||
Senin |
Selasa |
Rabu |
Kamis |
Jumat |
Sabtu |
Minggu | |
Pedagang makanan & minuman kemasan |
3 |
4 |
5 |
6 |
7 |
10 |
12 |
Pedagang Koran |
2 |
2 |
2 |
2 |
2 |
2 |
3 |
Pedagang mainan |
2 |
2 |
3 |
3 |
4 |
5 |
5 |
Pedagang susu kedelai |
3 |
3 |
2 |
3 |
3 |
3 |
3 |
Pedagang jajanan basah |
1 |
1 |
2 |
3 |
2 |
3 |
4 |
Pedagang makanan ringan |
3 |
4 |
4 |
4 |
5 |
6 |
7 |
Pedagang nasi |
1 |
2 |
2 |
2 |
2 |
3 |
2 |
Pedagang lumpia |
3 |
2 |
2 |
3 |
4 |
4 |
7 |
Tabel 4. Jumlah rata-rata pedagang berpangkalan di Lapangan Niti Mandala
November 2014
Senin |
Selasa |
Rabu |
Kamis |
Jumat |
Sabtu |
Minggu | |
Pedagang es kelapa |
3 |
3 |
3 |
3 |
3 |
4 |
7 |
Pedagang es buah |
- |
- |
- |
- |
- |
2 |
4 |
Pedagang makanan & minuman kemasan |
2 |
2 |
2 |
2 |
3 |
6 |
10 |
Pedagang roti |
- |
- |
- |
- |
- |
2 |
1 |
Pedagang buah |
- |
- |
- |
- |
- |
1 |
4 |
Pedagang mainan |
1 |
1 |
1 |
2 |
1 |
4 |
4 |
Pedagang sate |
3 |
3 |
3 |
4 |
3 |
4 |
8 |
Pedagang bakso |
1 |
2 |
2 |
3 |
3 |
2 |
3 |
Pedagang jagung bakar |
3 |
4 |
4 |
3 |
3 |
5 |
6 |
Pedagang bubur |
1 |
1 |
2 |
2 |
2 |
2 |
3 |
Pedagang siomay |
2 |
2 |
2 |
2 |
3 |
4 |
4 |
Pedagang tipat pecel |
1 |
1 |
1 |
- |
- |
- |
1 |
Hasil observasi memperlihatkan bahwa intensitas pedagang eceran pada hari kerja di kawasan cenderung ramai saat sore. Pada hari libur, terutama di pagi dan sore hari, intensitas jumlah pedagang cenderung meningkat karena pada waktu itu intensitas aktivitas para pengunjung mengalami peningkatan. Pada hari minggu pagi, intensitas kunjungan ke kawasan Lapangan Niti Mandala Denpasar paling padat sehingga pada saat itu juga, intensitas aktivitas pedagang juga sangat padat, bahkan para pedagang sampai berjualan di jalanan. Apalagi pada saat itu, lapangan tersebut memiliki momen car free day.
Lokasi berikutnya adalah Taman Kota Denpasar. Hasil pengamatan terhadap data memperlihatkan bahwa aktivitas pelaku ekonomi serupa dengan dua lokasi penelitian lainnya, tetapi jenis dagangan yang disajikan berbeda. Jenis aktivitas ekonomi yang ditemukan pada kawasan berdasarkan klasifikasi pedagang eceran antara lain pedagang tidak berpangkalan/bergerak dan pedagang berpangkalan/diam di suatu tempat (Gambar 4).

Pedagang Tidak Berpangkalan

Pedagang Berpangkalan
Gambar 4. Tipe pedagang di Taman Kota Denpasar
Rata-rata pedagang tidak berpangkalan dan berpangkalan yang ada di kawasan taman kota Denpasar berdasarkan hasil pengamatan dapat dilihat pada Tabel 5 dan 6.
Tabel 5. Jumlah rata-rata pedagang tidak berpangkalan di Taman Kota Denpasar
November 2014 | |||||||
Senin |
Selasa |
Rabu |
Kamis |
Jumat |
Sabtu |
Minggu | |
Pedagang makanan & minuman kemasan |
4 |
3 |
4 |
3 |
5 |
5 |
6 |
Pedagang mainan |
2 |
2 |
1 |
2 |
3 |
3 |
4 |
Pedagang minuman jamu & susu |
2 |
2 |
2 |
2 |
2 |
2 |
3 |
Pedagang lumpia |
1 |
2 |
2 |
2 |
2 |
3 |
4 |
Pedagang jagung & gorengan |
2 |
4 |
4 |
3 |
4 |
4 |
5 |
Pedagang alat rumah tangga |
- |
- |
- |
- |
- |
1 |
1 |
Tabel 6. Jumlah rata-rata pedagang berpangkalan di Taman Kota Denpasar
November 2014 | |||||||
Senin |
Selasa |
Rabu |
Kamis |
Jumat |
Sabtu |
Minggu | |
Pedagang makanan & minuman kemasan |
2 |
2 |
2 |
2 |
1 |
4 |
3 |
Pedagang mainan |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
Pedagang es daluman |
1 |
1 |
- |
1 |
1 |
1 |
1 |
Pedagang es cendol |
1 |
- |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
Pedagang jajan bali |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
Pedagang gorengan |
- |
- |
- |
- |
- |
1 |
1 |
Pedagang tipat |
- |
- |
- |
- |
- |
1 |
1 |
Pedagang nasi |
- |
- |
- |
- |
- |
2 |
3 |
Pedagang bubur |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
Pedagang obat kesehatan |
- |
- |
- |
- |
- |
1 |
1 |
Aktivitas ekonomi pada kawasan Taman Kota Denpasar sebagian besar berada di area parkir kendaraan pada kawasan. Pada hari sabtu dan minggu banyak berdiri pangkalan dagangan berbagai macam jenis dagangan dan juga pedagang tidak berpangkalan di kawasan. Kemunculan pedagang pada area Taman Kota Denpasar sama dengan kecenderungan ruang terbuka hijau aktif lainnya, muncul disaat intensitas masyarakat ramai pada kawasan.
Pemanfaatan Ruang untuk Aktivitas Ekonomi di Kawasan RTH Aktif
Pemanfaatan ruang pelaku ekonomi yang diklasifikasikan menjadi pedagang berpangkalan dan tidak berpangkalan memiliki pemanfaatan ruang yang berbeda. Dari pemanfaatan ruang yang muncul di kawasan akan diklasifikasikan menjadi beberapa tipologi yang muncul di masing-masing kawasan penelitian. Berdasarkan dari pengamatan pergerakannya, pemanfaatan ruang dari aktivitas ekonomi dapat diklasifikasikan menjadi 6 (enam) tipologi.
Tipologi 1 merupakan pedagang yang berjualan di tepi luar pedestrian di kawasan penelitian (Gambar 5). Tipologi ini terlihat di semua lokasi penelitian yaitu Lapangan Puputan Badung I Gusti Ngurah Made Agung, Lapangan Niti Mandala Denpasar dan Taman Kota Denpasar. Para pedagang memanfaatkan area ini karena selain ramainya aktivitas pengunjung di area pedestrian, juga didukung oleh faktor desain kawasan yang terdapat pohon peneduh pada tepi pedestrian sehingga aktivitas ekonomi bisa nyaman. Tipologi pemanfaatan ruang aktivitas ekonomi ini memiliki perilaku menarik para pembeli untuk berkumpul di sekeliling pedagang. Para pembeli akan menikmati hasil dagangan dengan memanfaatkan area lapangan maupun duduk di tepian pedestrian yang lokasinya berdekatan dengan pedagang.

-
• Kondisi teduh dan ramainya aktivitas di pedestrian menarik pedagang berjualan pada area ini
-
• Pembeli berkumpul di
sekitar pedagang
-
• Para pembeli akan
menikmati hasil dagangan di sekitar area penjual
Gambar 5. Tipologi 1
Tipologi 2 merupakan pedagang yang berjualan di tepi dalam pedestrian (Gambar 6). Tipologi ini memiliki perilaku yang hampir sama dengan tipologi 1. Pemanfaatan ruang aktivitas ekonomi ini didominasi tipe pedagang bergerak. Para pedagang memanfaatkan ruang ini untuk menarik minat pembeli yang berada di area pedestrian dan lapangan. Sama dengan tipologi 1, perilaku tipologi 2 menjadi magnet pengunjung untuk berkumpul di sekeliling pedagang. Para pembeli akan menikmati hasil dagangan dengan memanfaatkan area lapangan ataupun duduk di tepian pedestrian di tempat yang lokasinya berdekatan dengan pedagang tersebut. Tipologi ini terlihat hanya di Lapangan Puputan Badung I Gusti Ngurah Made Agung dan Lapangan Niti Mandala Denpasar.
Tipologi 3 merupakan pedagang yang berjualan di area pedestrian (Gambar 7). Tipologi ini memiliki perilaku aktif para pedagang untuk mendatangi pengunjung kawasan yang sedang berada di area pedestrian untuk menawarkan dagangan yang dijual. Kawasan pedestrian yang ramai aktivitas pengunjung dimanfaatkan pedagang sebagai wadah berjualan. Tipologi ini terlihat di semua lokasi penelitian yaitu Lapangan Puputan Badung I Gusti Ngurah Made Agung, Lapangan Niti Mandala Denpasar serta Taman Kota Denpasar.

-
• Faktor aktivitas di area lapangan dan pedestrian menarik pedagang untuk memanfaatkan tipologi ruang ini dalam berjualan
-
• Para pembeli akan menikmati hasil dagangan di sekitar area penjual
-
• Pembeli berkumpul di
Gambar 6. Tipologi 2
Pedagang aktif menawarkan produk yang dijual kepada pengunjung yang berada di area pedestrian
Aktivitas pedestrian yang ramai menjadi daya tarik pedagang untuk berjualan di area pedestrian
Gambar 7. Tipologi 3
Tipologi 4 merupakan pedagang yang berjualan di area dalam lapangan (Gambar 8). Tipologi 4 memiliki perilaku yang sama dengan tipologi 3 yaitu mendatangi pengunjung kawasan, hanya saja untuk tipologi ini yang ditawari adalah pengunjung yang sedang berada di area lapangan. Pelaku ekonomi akan mendatangi dan menawarkan produk dagangannya kepada pengunjung yang sedang duduk santai bersama keluarga. Tipologi ini terlihat di Lapangan Puputan Badung I Gusti Ngurah Made Agung dan Lapangan Niti Mandala Denpasar.
Tipologi 5 merupakan pedagang yang berjualan di sisi luar kawasan lapangan yang merupakan area parkir kendaraan (Gambar 9). Pelaku ekonomi didominasi oleh tipe berpangkalan karena cenderung menggunakan alat jualan yang tidak bisa memasuki kawasan. Pemanfaatan ruang menjadi magnet pengunjung untuk berkumpul di sekeliling pedagang. Para pembeli akan menikmati hasil dagangan dengan memanfaatkan area lapangan ataupun duduk di tepi pedestrian di tempat yang lokasinya berdekatan dengan pedagang tersebut. Tipologi ini terlihat di seluruh lokasi penelitian.

• Pedagang aktif menawarkan produk yang dijual kepada pengunjung yang sedang bersantai di dalam lapangan
Gambar 8. Tipologi 4

-
• Para pembeli akan berada di sekitar pedagang
-
• Para pembeli akan menikmati produk dagangan di sekitar area penjual produk dagangan
Gambar 9. Tipologi 5

Tipologi 6 merupakan pedagang yang berjualan di area tangga pintu masuk menuju lokasi penelitian. Tipologi ini hanya terlihat di Lapangan Niti Mandala Denpasar. Pedagang di area ini menarik minat pengunjung yang akan masuk maupun yang keluar dari kawasan. Tipologi ini memiliki kecenderungan para pembeli berkumpul mengelilingi pedagang di saat akan membeli produk yang dijual. Para pembeli akan menikmati hasil dagangan disekitar kawasan, baik di area tangga, pedestrian, lapangan maupun di bawa keluar kawasan.
Dampak Pemanfaatan Ruang Aktivitas Ekonomi terhadap
Kualitas Ruang Terbuka Hijau Aktif
Indikator yang harus dimiliki oleh sebuah ruang publik, agar dapat memenuhi persyaratan yang berkualitas dapat ditinjau dari dua aspek yaitu aspek fisik dan non fisik. Aspek fisik diantaranya ukuran, kelengkapan sarana elemen pendukung, desain, dan kondisi. Aspek non fisik diantaranya responsif, demokratis, meaningful dan accessible (Carr, 1992).
Aspek fisik diantaranya pertama, ukuran yang difokuskan pada fasilitas pedestrian sesuai dengan konsep penelitian. Secara umum, hasil tabulasi data berdasarkan jawaban responden dan hasil interval berdasarkan perhitungan di lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Interval hasil tabulasi variabel ukuran
Lokasi |
Jumlah Responden |
Jumlah Skor |
Posisi Interval |
Lap. Puputan Badung |
70 |
267 |
Kurang Memadai |
Lap. Niti Mandala |
72 |
253 |
Kurang Memadai |
Taman Kota Denpasar |
68 |
298 |
Kurang Memadai |
Dalam tabel, hasil interval menyatakan bahwa variabel ukuran dianggap kurang memadai oleh responden akibat dari adanya aktivitas ekonomi pada kawasan. Fasilitas pendukung seperti akses pedestrian memiliki lebar minimal 1,5 m sehingga pengunjung bisa berpapasan (Departemen Pekerjaan Umum, 1999 dalam Budiarsa, 2011). Berdasarkan pengamatan di kawasan penelitian, lebar jalur pedestrian telah memenuhi standar yang dikeluarkan Departemen Pekerjaan Umum. Akan tetapi, aktivitas ekonomi pada kawasan yang menyebabkan kurangnya/terganggunya space bagi pengguna area pedestrian. Para pedagang yang menjajakan dagangan menarik minat masyarakat sehingga para pembeli memenuhi area pedestrian dan menggangu para pengguna pedestrian yang lain (Gambar 11).
Kedua, sarana elemen pendukung pada lokasi penelitian berdasarkan hasil tabulasi yang didapat dari responden, secara umum hasil interval yang didapat di lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Interval hasil tabulasi variabel sarana elemen pendukung
Lokasi |
Jumlah Responden |
Jumlah Skor |
Posisi Interval |
Lap. Puputan Badung |
70 |
2020 |
Kurang Memadai/kurang memenuhi/kurang baik |
Lap. Niti Mandala |
72 |
2222 |
Netral |
Taman Kota Denpasar |
68 |
1897 |
Netral |
Gambar 11. Pembeli yang berada di area pedestrian kawasan
Hasil interval menyatakan bahwa variabel sarana elemen pendukung di Lapangan Puputan Badung dianggap kurang memadai oleh responden akibat dari adanya aktivitas ekonomi pada kawasan. Kawasan Lapangan Niti Mandala dan Taman Kota Denpasar tidak terpengaruh dengan adanya aktivitas ekonomi. Berdasarkan pengamatan di Lapangan Puputan Badung, kondisi aktivitas ekonomi yang memanfaatkan area parkir dalam berjualan dapat mengurangi kuantitas kantong parkir yang tersedia (Gambar 12). Pengunjung yang akan berkunjung ke kawasan penelitian kesulitan dalam mencari parkir karena ruang yang tersedia dimanfaatkan oleh fungsi yang lain.
Gambar 12. Aktivitas ekonomi di area parkir kendaraan
Para pedagang yang menjajakan dagangan kepada para pengunjung yang berada di area rumput/tengah lapangan berdampak bagi kondisi kawasan. Para pengunjung merasa diuntungkan dengan adanya pedagang eceran yang menawarkan dagangan di fasilitas rumput kawasan, tetapi hal tersebut menimbulkan dampak negatif. Dampak negatif yang diperoleh adalah adanya sampah plastik yang cukup banyak berserakan di kawasan tersebut (Gambar 13). Dengan melihat fakta seperti itu, yang perlu dilakukan adalah meningkatkan perilaku masyarakat pengguna, khususnya kesadaran membuang sampah
pada tempat yang telah disediakan. Perilaku pengunjung pada umumnya adalah setelah membeli sesuatu, baik makanan maupun hal lain, seperti mainan, membiarkan sampah begitu saja terutama di area fasilitas lapangan rumput, tanpa ada keinginan untuk membawa dan membuang di tempat yang disediakan.
Gambar 13. Dampak sampah plastik terhadap sarana pada kawasan
Ketiga adalah desain, penelitian ini juga mengamati dampak aktivitas ekonomi terhadap desain elemen hard scape dan soft scape. Berdasarkan perhitungan, secara umum interval hasil tabulasi variabel desain berdasarkan jawaban responden dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Interval hasil tabulasi variabel desain
Lokasi |
Jumlah Responden |
Jumlah Skor |
Posisi Interval |
Lap. Puputan Badung |
70 |
538 |
Tidak Baik |
Lap. Niti Mandala |
72 |
517 |
Tidak Baik |
Taman Kota Denpasar |
68 |
544 |
Tidak Baik |
Berdasarkan hasil yang didapat di tiga lokasi penelitian menyatakan dampak aktivitas ekonomi pada kawasan memberi pengaruh yang tidak baik bagi desain dilihat dari elemen hard scape dan soft scape. Sampah yang timbul akibat dari aktivitas ekonomi memberi dampak negatif terhadap desain pada kawasan. Pengaturan elemen soft scape dan hard scape yang didesain baik menjadi tidak terlihat akibat tertutupi oleh kondisi kebersihan kawasan yang kurang terjaga (Gambar 14). Hasil pengamatan di Taman Kota Denpasar, terdapat beberapa pedagang yang memanfaatkan area yang seharusnya menjadi ruang untuk desain tanaman. Aktiivtas pedagang tersebut menyebabkan keindahan kawasan menjadi tidak terlihat, bahkan dapat merusak tanaman. Dengan dimikian, keindahan sebuah desain pada kawasan sangat dipengaruhi oleh aktivitas ekonomi di kawasan tersebut.
Keempat adalah kondisi, dimana kondisi suatu sarana lingkungan sangat menentukan kualitas lingkungan tersebut. Perhitungan terhadap data secara umum memperoleh interval hasil tabulasi variabel kondisi dapat dilihat pada Tabel 10.
Gambar 14. Dampak sampah plastik terhadap sarana pada kawasan
Tabel 10. Interval hasil tabulasi variabel kondisi
Lokasi |
Jumlah Responden |
Jumlah Skor |
Posisi Interval |
Lap. Puputan Badung |
70 |
232 |
Netral |
Lap. Niti Mandala |
72 |
258 |
Kurang Kondusif |
Taman Kota Denpasar |
68 |
268 |
Kurang Kondusif |
Hasil interval menyatakan bahwa variabel kondisi di kawasan Lapangan Puputan Badung tidak terpengaruh dengan adanya aktivitas ekonomi. Berbeda dengan Lapangan Niti Mandala dan Taman Kota Denpasar dianggap kurang kondusif oleh responden akibat adanya aktivitas ekonomi pada kawasan. Berdasarkan pengamatan di Lapangan Puputan, ruang gerak pengguna kawasan yang ingin menggunakan fasilitas kawasan menjadi sedikit terganggu dan tidak dapat menggunakan fasilitas pada kawasan dengan nyaman. Namun ada beberapa pengunjung yang merasa diuntungkan karena dapat membeli hasil dagangan tanpa perlu susah mencari pedagang eceran pada lokasi penelitian. Melihat pengamatan di Lapangan Niti Mandala Denpasar, adanya pelaku ekonomi yang memanfaatkan ruang pada kawasan cenderung menjadi area yang padat aktivitas. Contohnya adalah pada area pintu masuk kawasan dan pedestrian. Pengguna sarana tersebut akan kesulitan dalam beraktivitas karena kondisi yang kurang kondusif akibat ramainya aktivitas ekonomi (Gambar 15).
Kondisi yang sama terlihat di Taman Kota Denpasar. Para pedagang di Taman Kota Denpasar memanfaatkan area yang merupakan tempat aktivitas pengguna seperti area parkir dan pedestrian untuk berdagang sehingga aktivitas pengguna menjadi terganggu.
Aspek non fisik diantaranya, pertama ruang publik harus bersifat responsif (responsif spaces), yang menunjukkan bahwa ruang publik harus mampu melayani kebutuhan dan keinginan masyarakat penggunanya. Kriteria ini terbagi atas beberapa kriteria detail, yaitu bahwa ruang publik harus dapat memberikan kenyamanan (comfortable), relaksasi, pertemuan aktif, serta inspiratif. Hasil tabulasi yang didapat berdasarkan jawaban dari
responden, secara umum hasil interval berdasarkan perhitungan dapat dilihat pada Tabel
11.

Gambar 15. Kondisi kawasan kurang kondusif
Tabel 11. Interval hasil tabulasi variabel responsif
Lokasi |
Jumlah Responden |
Jumlah Skor |
Posisi Interval |
Lap. Puputan Badung |
70 |
1118 |
KurangNyaman/Rileks/ Terganggu/Kurang Baik |
Lap. Niti Mandala |
72 |
993 |
Netral |
Taman Kota Denpasar |
68 |
1119 |
Kurang Nyaman/Rileks/ Terganggu/Kurang Baik |
Hasil tabulasi data memperlihatkan bahwa fungsi kawasan sebagai tempat berinteraksi dan sebagai tempat mencari inspirasi untuk menemukan hal-hal baru masih kurang baik. Berdasarkan penelitian, sebagian besar jawaban responden adalah kondisi di Lapangan Niti Mandala Denpasar kurang nyaman. Hal itu disebabkan oleh adanya aktivitas ekonomi pada kawasan tersebut. Selain kurangnya kenyamanan, kondisi itu juga menyebabkan tidak terbangunnya perasaan rileks ketika berada di kawasan tersebut.
Dalam berinteraksi, sebagian besar pengunjung merasa tidak terganggu dengan adanya aktivitas ekonomi. Sebaliknya mereka merasa diuntungkan karena berdasarkan pengamatan di lapangan diketahui beberapa pengunjung terlihat berinteraksi sambil menikmati hasil dagangan yang ada di kawasan tersebut. Akan tetapi hal itu sangat tidak sejalan dengan fungsi kawasan untuk mencari inspirasi. Dengan kondisi yang demikian, kawasan tersebut membuat sebagian besar responden menyatakan kawasan kurang mampu memberi inspirasi. Hasil yang diperoleh dari responden pada variabel responsif di Taman Kota Denpasar adalah sebagian besar responden menyatakan kurang nyaman dengan adanya aktivitas ekonomi pada kawasan. Berdasarkan pengamatan di lapangan, para pedagang eceran banyak terlihat di kawasan dan pemanfaatan ruangnya kurang teratur sehingga membuat para pengunjung tidak nyaman dalam beraktivitas. Sebuah kawasan RTH harus mampu responsif dalam arti mampu melayani kebutuhan dan keinginan masyarakat pengguna.
Gambar 16. Pemanfaatan ruang tidak teratur
Kedua, ruang publik harus bersifat demokratis (democratic spaces). Ruang publik yang demikian adalah ruang publik yang harus dapat melindungi hak individu dan kelompok masyarakat penggunanya. Perhitungan terhadap jawaban responden secara umum diperoleh interval hasil tabulasi variabel demokratis dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Interval hasil tabulasi variabel demokratis
Lokasi |
Jumlah Responden |
Jumlah Skor |
Posisi Interval |
Lap. Puputan Badung |
70 |
529 |
Terganggu |
Lap. Niti Mandala |
72 |
527 |
Terganggu |
Taman Kota Denpasar |
68 |
596 |
Terganggu |
Sifat demokratis dapat ditunjukkan dengan mentaati aturan yang biasanya terdapat pada ruang publik tersebut. Berdasarkan aturan yang dibuat oleh Pemerintah Kota Denpasar bahwa pedagang eceran dilarang berjualan pada kawasan untuk menjaga kawasan agar tetap terjaga estetikanya. Aturan ini terpampang jelas di Lapangan Puputan Badung I Gusti Ngurah Made Agung. Aturan dilarang berjualan juga ada di Lapangan Niti Mandala Denpasar dan Taman Kota denpasar. Kenyataan di lapangan masih banyak para pedagang eceran yang menjajakan hasil dagangan di kawasan. Hal ini memberi dampak yang kurang baik dari aspek estetika karena selain menyebabkan kawasan yang terlihat kurang tertata, juga dari banyakmya sampah yang timbul di area lapangan.
Ketiga, ruang publik harus dapat memberikan arti (meaningful spaces) kepada penggunanya yang menunjukkan bahwa ruang publik harus dapat menciptakan kenangan dan arti tersendiri bagi penggunanya. Hasil tabulasi yang didapat berdasarkan jawaban dari responden, secara umum hasil interval berdasarkan perhitungan dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Interval hasil tabulasi variabel memberikan arti
Lokasi |
Jumlah Responden |
Jumlah Skor |
Posisi Interval |
Lap. Puputan Badung |
70 |
265 |
Kurang Baik |
Lap. Niti Mandala |
72 |
284 |
Kurang Baik |
Taman Kota Denpasar |
68 |
269 |
Kurang Baik |
Kawasan yang memiliki latar belakang sejarah Kota Denpasar sangat penting dalam pemberian makna ruang yang dapat menunjang kegiatan yang berlangsung di dalamnya. Lapangan Puputan Badung I Gusti Ngurah Made Agung memiliki nilai-nilai peninggalan sejarah (perang puputan) yang sangat penting dalam pemberian makna,selain juga sebagai pelengkap Catus Patha, dan fungsinya sebagai tempat Tawur Kesanga. Lapangan Niti Mandala Denpasar juga terdapat simbol nilai sejarah yang di tampilkan pada monumen Bajra Sandhi yang terletak di tengah-tengah kawasan (Gambar 17).
Gambar 17. Monumen perjuangan pada salah satu kawasan
Kesan arti pada ruang publik sangat penting karena sebagai bagian image dari ruang publik itu sendiri. Berdasarkan hasil dari responden, pengaruh aktivitas ekonomi pada kawasan memberi dampak kurang baik bagi kawasan dalam menciptakan kenangan dan arti tersendiri bagi pengguna. Keempat, ruang publik harus mudah dikunjungi (accessible spaces) yang menunjukkan bahwa ruang publik tersebut mudah dan aman dicapai masyarakat yang akan menggunakannya. Hasil tabulasi yang didapat berdasarkan jawaban dari responden, secara umum hasil interval berdasarkan perhitungan dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Interval hasil tabulasi variabel accessible
Lokasi |
Jumlah Responden |
Jumlah Skor |
Posisi Interval |
Lap. Puputan Badung |
70 |
261 |
Terganggu |
Lap. Niti Mandala |
72 |
257 |
Terganggu |
Taman Kota Denpasar |
68 |
303 |
Terganggu |
Pengunjung kawasan terganggu karena akses menuju kawasan dipenuhi oleh aktivitas ekonomi. Area pedestrian yang menjadi akses menuju kawasan akan kurang nyaman digunakan beraktivitas karena ruang gerak terganggu oleh aktivitas ekonomi. Berdasarkan pengamatan di Lapangan Niti Mandala Denpasar, para pedagang eceran terlihat memanfaatkan pintu masuk kawasan untuk tempat berjualan (Gambar 18). Kondisi ini menyebabkan penuh sesaknya kawasan pintu masuk dengan aktivitas ekonomi. Berdasarkan pengamatan di Taman Kota Denpasar, sama dengan lokasi penelitian lainnya, para pedagang eceran terlihat memanfaatkan pintu masuk kawasan dan area parkir untuk tempat berjualan. Hal ini menyebabkan akses menuju kawasan sedikit penuh sesak oleh aktivitas ekonomi. Dampak dari pemanfaatan ruang ini juga menyebabkan berkurangnya kawasan parkir.
Gambar 18. Pemanfaatan pintu masuk kawasan oleh pedagang
Kesimpulan
Dari pembahasan diatas telah dipresentasikan bahwa aktivitas ekonomi yang berada pada kawasan ruang terbuka hijau aktif di Kota Denpasar berdampak tidak baik bagi kualitas ruang terbuka itu sendiri. Aktivitas ekonomi berdampak baik secara fisik maupun non fisik dilihat dari hasil pengamatan di lapangan dan juga hasil responden dari pengunjung kawasan. Perlu dilakukan evaluasi terhadap kondisi pedagang yang berada di kawasan. Penataan ruang terhadap aktivitas ekonomi bisa dijadikan alternatif untuk mengurangi dampak negatif aktivitas ekonomi terhadap kualitas kawasan. Penataan perlu dilakukan terhadap pemanfaatan ruang aktivitas ekonomi karena sebagian pengunjung juga diuntungkan dengan adanya pedagang yang berjualan pada kawasan. Pedagang eceran juga mampu menumbuhkan ekonomi masayarakat kecil sehingga sebaiknya aktivitas ekonomi lebih ditata pengelolaanya sehingga bukan memberi dampak negatif, namun mampu memberi dampak positif bagi kawasan. Aktifitas ekonomi pada Lapangan Puputan Badung I Gusti Ngurah Made Agung telah dilarang, namun masih tampak pada kawasan. Sebaiknya lebih tegas dalam pemberian sanksi karena kawasan yang merupakan kawasan bernilai sejarah sebaiknya memang bersih dari aktifitas ekonomi. Pelaku aktivitas ekonomi sebaiknya disediakan tempat di sisi barat luar kawasan. Begitu pula dengan Lapangan Niti Mandala Denpasar dan Taman kota Denpasar yang sebaiknya ditata di area parkir kawasan sehingga area lapangan tetap terjaga dari aktivitas ekonomi. Pembelajaran terhadap masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan juga penting dilakukan. Hal ini didasari dengan sampah yang berserakan pada kawasan cenderung karena masyarakat yang kurang peduli sehingga sampah plastik yang timbul dari produk pedagang eceran dibiarkan begitu saja berserakan di kawasan tanpa dibuang pada tempatnya. Walaupun telah banyak disediakan tempat sampah oleh pemerintah pada kawasan penelitian. Perlunya ada kerjasama antara pemerintah dan masyarakat dalam memelihara kawasan agar terjadi peningkatan kualitas bagi kawasan baik dari aspek fisik maupun non fisik.
Daftar Pustaka
Anshori, M. (2009) Metodologi Penelitian Kuantitatif Surabaya: Airlangga University Press.
Bungin, B. (2008) Analisis Data Penelitian Kualitatif Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Carmona, M. (2010) Public Place Urban Space: The Dimention Of Urban Design New York: Elsevier.
Carr, S. (1992) Public Space Australia: Press Syndicate University of Cambridge.
Djojodipuro, M. (1992) Teori Lokasi Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Kotler, P. (2004) Manajemen Pemasaran Jakarta: Indeks.
Moleong, L.J. (1988) Metodologi Penelitian Kualitatif Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Nurmandi, A. (2006) Manajemen Perkotaan Yogyakarta: Sinergi Publishing.
Purnomohadi, N. (2006) Ruang Terbuka Hijau Sebagai Unsur Utama Tata Ruang Kota Jakarta.
Soemarwoto, O. (2001) Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan Jakarta: Djembatan.
118
SPACE - VOLUME 3, NO. 1, APRIL 2016
Discussion and feedback