Strategi Manajemen Lanskap yang Dikembangkan untuk Taman Kota di Kota Purwokerto
on
STRATEGI MANAJEMEN LANSKAP
RUANG
SPACE
YANG DIKEMBANGKAN PADA TAMAN KOTA
DI KOTA PURWOKERTO
Landscape Management Strategies for City Parks
Across The Purwokerto City
Oleh: Annisaa Farah Fitriana1, Regan Leonardus Kaswanto2, Nurhayati Hadi Susilo Arifin³
Abstract
The Green Open Space (RTH) development program for 2021-2025 states that Dinas Lingkungan Hidup (DLH) of Banyumas Regency manages city parks in Purwokerto City. Despite the fact that developments and optimisations took place in both 2021 and 2022, landscape conditions still need attention. So, this study aims to evaluate the management of urban parks’ landscapes and to analyse perceptions of community members who visited the city parks across Purwokerto City regarding city park management. Study findings will be used to develop a sustainable landscape management strategy. This research implements a mixed method in data collection, a Chi-Square test, and a SWOT-based analysis. Results show landscape management works well when intensive maintenance is enforced despite labour shortages. Visitors’ perception is central in assessing the management of a city park, especially when analysis is done based on the most significant Chi-Square test results. Male respondents of Taman Satria Berkoh and male-female respondents to Purwokerto Square have a strong perception of the role of temperature comfort and performance of park managers in landscape management. Respondents aged between 26-34 years in Taman Mas Apung Kemambang, as well as respondents with status as residents of Purwokerto City and Banyumas Regency in Ahmad Yani Literacy Park, focused their perceptions on the importance of facilities provision in landscape management. Ultimately, this research proposes a landscape management strategy of "hold and maintain."
Keywords: city park; landscape manajement; Purwokerto city; visitor perseption
Abstrak
Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Banyumas mengelola taman kota di Kota Purwokerto dalam program pengembangan Ruang Terbuka Hijau (RTH) 2021-2025. Meskipun ada pengembangan dan optimalisasi di tahun 2021-2022, kondisi lanskap masih perlu diperhatikan. Sehingga penelitian ini bertujuan mengevaluasi manajemen lanskap taman kota dan menganalisis persepsi pengunjung taman kota di Kota Purwokerto. Hasilnya akan digunakan untuk menyusun strategi manajemen lanskap yang berkelanjutan. Metode penelitian menggunakan analisis mix method, uji Chi-Square, dan analisis SWOT. Hasil menunjukkan bahwa manajemen lanskap taman berjalan baik menggunakan pemeliharaan intensif, meskipun ada kekurangan tenaga kerja. Persepsi pengunjung menjadi sorotan utama penilaian taman, terutama berdasarkan hasil uji ChiSquare yang paling signifikan. Dari jenis kelamin, responden laki-laki di Taman Satria Berkoh dan responden laki-laki maupun perempuan di Alun-Alun Purwokerto, mempunyai persepsi yang kuat terhadap kenyamanan suhu, dan kinerja pengelola taman dalam pengelolaan lanskap. Responden yang berusia antara 26-34 tahun di Taman Mas Apung Kemambang, serta responden dengan status sebagai warga Kota Purwokerto dan Kabupaten Banyumas di Taman Literasi Ahmad Yani, memfokuskan persepsinya akan pentingnya penyediaan fasilitas dalam pengelolaan lanskap. Hasil strategi manajemen lanskap yang dikembangkan dan diusulkan adalah "hold and maintain”.
Kata kunci: taman kota; manajemen lanskap; Kota Purwokerto; persepsi pengunjung
Pendahuluan
Kota Purwokerto merupakan ibukota dan daerah non-otonom yang menjadi pusat pemerintahan di wilayah Kabupaten Banyumas serta menjadi pusat kegiatan ekonomi utama. Menurut data BPS tahun 2022, Purwokerto memiliki luas wilayah sekitar 38,58 km². Disamping itu, jumlah penduduk kedepannya dapat terus meningkat diiringi dengan pembangunan infrastruktur, baik dari sarana, prasarana, dan tempat tinggal. Pembangunan infrastruktur tersebut pun tidak jarang mengorbankan Ruang Terbuka Hijau (RTH) (Humam, et al., 2020). RTH adalah area terbuka di mana tanaman bisa tumbuh alami atau ditanam secara sengaja. Terdapat persyaratan RTH sebanyak 30%, dengan pembagian 20% untuk RTH Publik dan 10% untuk RTH Privat (Permen ATRKBPN No.14/2022). Berdasarkan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Banyumas (2021), yang mengacu pada Renstra Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Banyumas Tahun 2018-2023, dalam 1 tahun terakhir yakni di tahun 2022 target yang harus dicapai sebesar 7,99% atau sudah tercapai sekitar 10,26 % atau 349,31 Ha RTH publik.
Jenis RTH publik oleh DLH Kabupaten Banyumas yang dikembangkan di Kota Purwokerto sebagai pusat pemerintahan salah satunya adalah taman kota. Keberadaan taman kota sebagai tempat yang penting untuk masyarakat karena dapat dimanfaatkan untuk berkumpul dan rekreasi. Selain itu taman kota juga berfungsi sebagai sarana untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan mental dan fisik pengunjung/masyarakat sekitar (Gómez-Baggethun dan Barton, 2013). Berdasarkan program pengembangan RTH DLH Kabupaten Banyumas tahun 2021-2025, di tahun 2021-2022 selain adanya upaya pembangunan taman kota di Taman Mas Apung Kemambang, juga terdapat optimalisasi kondisi taman kota yang sudah ada diantaranya di Taman Satria Berkoh, Taman Literasi Ahmad Yani, dan Alun-Alun Purwokerto. Akan tetapi, pengembangan taman kota tersebut belum dapat menjamin kualitas taman kota yang baik. Evaluasi ini menjadi esensial untuk mengidentifikasi hambatan dan potensi perbaikan yang diperlukan guna memastikan lanskap taman kota yang fungsional dan berkelanjutan.
Meninjau dari permasalahan yang terkait dengan pengembangan taman kota yang ada, penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi manajemen lanskap taman kota, menganalisis persepsi pengunjung taman kota. Kemudian menyusun strategi manajemen lanskap yang dikembangkan pada taman kota di Kota Purwokerto. Evaluasi manajemen lanskap ditunjukan kepada pemeliharaan dari organisasi, kebutuhan tenaga kerja, skedul pengelolaan, alat dan bahan. Analisis persepsi pengunjung taman kota didasarkan pada penilaian pengunjung sebagai pihak yang merasakan kualitas pengelolaan kondisi lanskap taman kota. Kemudian diolah dengan metode Strenght, Weakness, Opportunities, Threat (SWOT) sehingga didapatkan rekomendasi untuk manajemen lanskap RTH publik terkait pengelolaan berkelanjutan pada taman kota.
Review Literatur
a. Taman Kota bagian dari RTH publik
Taman kota dapat diartikan sebagai suatu tempat dengan lingkungan alam yang dikelilingi oleh suasana perkotaan (Razak, et al., 2016). Taman kota dapat dijadikan sebagai tempat
untuk meditasi dan bersantai di tengah kesibukan. Suasana sejuk taman kota seringkali menciptakan kenyamanan bagi para pengunjung (Ellis & Schwartz, 2016). Taman kota memainkan peran penting dalam meningkatkan kualitas udara dengan menyerap gas polutan melalui daun serta menyaring partikel debu yang terbawa oleh udara (Fantozzi, et al., 2013). Menurut Peraturan Menteri Nomor 5 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan, taman dapat berfungsi sebagai RTH yang dilengkapi dengan fasilitas olahraga dan rekreasi, serta kompleks olahraga dengan persyaratan minimal 30% luasannya sebagai RTH. Semua fasilitas tersebut harus terbuka untuk umum. Adanya manfaat ruang terbuka publik mengakomodasi masyarakat dapat menikmati dan datang secara nyaman dan bebas (Pratama et al., 2020).
Menurut Ismail (2012), pengelolaan atau manajemen merupakan suatu rangkaian yang terdiri dari kegiatan merencanakan, mengorganisasi, melaksanakan, mengawasi, mengevaluasi dan mengendalikan pada seluruh sumber daya organisasi supaya mencapai tujuan organisasi yang sudah ditetapkan. Pengelolaan lanskap adalah upaya yang terpadu dalam pemeliharaan, melestarikan, dan mendayagunakan lanskap supaya mendapatkan manfaat maksimal dengan mengupayakan kontinuitas kelestariannya (Arifin & Arifin, 2005). Tujuan dari pengelolaan lanskap adalah mempertahankan lanskap yang telah ada, melindungi sumber daya alam, mengembangkan lanskap yang berkelanjutan, mencapai efisiensi dalam penggunaan lanskap, serta mengurangi dampak negatif penurunan kualitas lingkungan (Benson & Roe, 2000). Selain itu, tercapainya manajemen lanskap yang berkelanjutan, diperlukan integrasi dari berbagai pihak (swasta, masyarakat, pemerintah, dan media) dari berbagai aspek (ekonomi, ekologi, sosial, dan budaya) (Prastiyo et al., 2018).
Pemeliharaan lanskap terdiri dari dua kategori, yakni pemeliharaan ideal dan pemeliharaan fisik (Arifin & Arifin, 2005). Pemeliharaan ideal merujuk pada pemeliharaan yang mengikuti desain dan tujuan awal dengan tujuan mempertahankan kondisi desain tersebut. Dalam pemeliharaan ideal, terdapat jadwal yang dibuat untuk memelihara elemen lunak dan keras, serta penggunaan tanaman lokal yang memudahkan penggantian atau penyulaman. Di sisi lain, pemeliharaan fisik melibatkan upaya menjaga keindahan, keasrian, kenyamanan, dan keamanan taman. Tindakan yang dilakukan dalam pemeliharaan fisik meliputi membersihkan taman, mengganti elemen yang rusak atau tidak berfungsi, menyiram tanaman, mencabuti gulma, memangkas tanaman, memberi pupuk, mengendalikan hama dan penyakit, serta melakukan penyulaman. Efektivitas dalam pemeliharaan lanskap, terdapat beberapa prinsip yang perlu diperhatikan (Arifin & Arifin, 2005):
-
1. Tujuan dan standar pemeliharaan harus ditetapkan dengan jelas untuk mencapai hasil yang diinginkan.
-
2. Pemeliharaan harus dilakukan secara efisien, memperhitungkan faktor waktu, tenaga kerja, peralatan, dan bahan yang tersedia.
-
3. Pemeliharaan harus dilakukan berdasarkan rencana yang logis untuk memastikan operasional yang teratur.
-
4. Jadwal pekerjaan pemeliharaan harus disusun dengan bijaksana dan memperhatikan prioritas yang benar.
-
5. Pencegahan dalam pemeliharaan harus menjadi fokus utama untuk mencegah kerusakan atau masalah yang lebih serius.
-
6. Pengelola pemeliharaan harus memiliki organisasi yang terstruktur dan terkoordinasi dengan baik.
-
7. Sumber dana yang memadai harus tersedia untuk mendukung program pemeliharaan yang telah ditetapkan.
-
8. Tenaga kerja yang cukup harus tersedia untuk melaksanakan fungsi-fungsi pemeliharaan.
-
9. Program pemeliharaan harus dirancang dengan memperhatikan perlindungan terhadap lingkungan alami.
-
10. Pengelola pemeliharaan taman harus bertanggung jawab terhadap keamanan masyarakat dan operator pemeliharaan.
-
11. Pemeliharaan harus menjadi pertimbangan utama dalam perancangan dan
pembangunan.
-
12. Operator pemeliharaan harus memiliki tanggung jawab dalam pengelolaan pemeliharaan yang efektif.
Proses persepsi berada didalam diri seseorang untuk memberikan penilaian suatu obyek yang bisa bersifat suka atau tidak suka, positif atau negatif dan sebagainya. Persepsi adalah suatu proses mengelola informasi pada lingkungan yang diterima oleh setiap individu yang dapat menghasilkan pengalaman sebelumnya (Sahbana, 2017). Disisi lain, persepsi di suatu tempat seringkali berhubungan pada visual yang dipengaruhi dari kesan pada indra penglihatan (Dhini el al., 2018).
Penilaian pengunjung taman kota merupakan hal yang penting diperhatikan, dikarenakan persepsi pengunjung merupakan faktor yang menentukan penilaian baik atau buruk suatu lanskap (Savitri, 2019). Persepsi individu tidak muncul dengan sendirinya, tetapi adanya proses dan faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang. Penilaian persepsi di taman dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti, jenis kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan, tempat tinggal (Mariski, 2017).
Lokasi, Bahan dan Alat Penelitian
Lokasi penelitian berada di Kota Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah (Gambar 1). Penelitian dilaksanakan mulai dari November 2022 sampai April 2023. Dalam pelaksanaannya, alat dan bahan dalam penelitian yang digunakan adalah perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software). Perangkat keras (hardware) seperti laptop, HVS kuesioner dan handphone. Sedangkan perangkat lunak (software) seperti MS.Word 2010, MS.Excel 2010, IBM SPSS 20, Google Earth Pro, Canva, dan ArcGis.
Gambar 1. Lokasi penelitian di Kota Purwokerto Sumber: Diolah dari ArcGis dan Google Earth, 2022
Metoda Analisis Data
a. Evaluasi Pengelolaan Lanskap
Data yang didapatkan melalui proses pengambilan data primer (observasi lapang, wawancara oleh pengelola taman maupun pekerja lapang disetiap taman) dan sekunder (studi literatur). Kemudian dievaluasi dengan analisis mix method (kualitatif maupun kuantitatif). Jenis data untuk sistem pengelolaan lanskap terdiri dari organisasi, kebutuhan tenaga kerja, skedul pengelolaan, alat dan bahan. Sedangkan jumlah kebutuhan tenaga kerja (KTK) diperoleh melalui perhitungan hari orang kerja (HOK) menggunakan penilaian Arifin & Arifin (2005) yang dimodifikasi sesuai hasil kondisi di lapang. Pendekatan ini juga sudah dilakukan oleh Savitri (2019).
Berikut perhitungan dengan rumus:
Kebutuhan waktu (jam)
Luas area (m2)
1
Kebutuhan waktu (jam)
Ketentuan kerja per hari (jam)
2
HOK setahun = HOK X Frekuensi kerja per tahun………………………………………...3
Jam kerja perminggu
HOK (Hari orang kerja) 1 tahun x 8 orang/jam/hari Jumlah minggu dalam 1 tahun (52 minggu)
4
KTK
Jam kerja/minggu
Jam kerja produktif/minggu
X
efektivitas kerja optimum efektivitas kerja dilapang
5
Pengunjung taman kota diberikan kuesioner terkait penilaian persepsi kualitas pengelolaan taman kota di Kota Purwokerto dengan opsi jawaban skala Likert 1-5 (1 = sangat tidak
setuju, 2 = tidak setuju, 3 = kurang setuju, 4 = setuju, 5 = sangat setuju), menggunakan teknik accidental sampling. Sampel pengunjung berjumlah 120 orang yang diambil dari empat taman kota, dimana pertaman kota terdiri dari 30 responden. Analisis ini menggunakan uji Chi-Square.
X2 = ∑ij +
(Oij-Eij)2 Eij
Keterangan :
X2 : Chi-Square
Oij : jumlah pilihan jawaban pada kolom i sampai baris j
Ej7- : nilai harapan pada kolom i dan baris j
Metode SWOT (Tabel 1) diantaranya adalah kekuatan (strenght), kelemahan (weakness), peluang (opportunities), dan ancaman (threat). Hasil analisis evaluasi manajemen lanskap dan persepsi pengunjung taman kota di Kota Purwokerto yang dijadikan unsur penyusun dalam analisis SWOT untuk mendapatkan alternatif-alternatif strategi manajemen lanskap RTH Publik yang sesuai dengan pengelolaan lanskap yang berkelanjutan dan hasilnya dapat menjadi strategi manajemen yang dikembangkan pada taman kota di Kota Purwokerto.
Tabel 1. Analisis SWOT
Internal |
Eksternal Kekuatan (S) 1)…. 2)…. |
Kelemahan (W) 1)…. 2)…. |
Peluang (O) |
STRATEGI S-O |
STRATEGI W-O |
1) …. |
Menggunakan kekuatan untuk |
Mengatasi kelemahan dengan |
2) …. |
memanfaatkan peluang |
memanfaatkan peluang |
Ancaman (T) |
STRATEGI S-T |
STRATEGI W-T |
1) ….. |
Menggunakan kekuatan untuk |
Meminimalkan kelemahan dan |
2) ….. |
menghindari ancaman |
menghindari ancaman |
Sumber: David, 2012
Hasil dan Pembahasan
-
a. Evaluasi Manajemen Lanskap Taman Kota di Kota Purwokerto
a.1 Struktur Organisasi
Berdasarkan program pengembangan DLH bidang RTH Kabupaten Banyumas tahun 20212025, di tahun 2021-2022 selain adanya upaya pembangunan taman kota yaitu penambahan luasan di Taman Mas Apung Kemambang, juga terdapat optimalisasi taman kota yang sudah ada seperti di tahun 2021 terdapat penataan Alun-alun Purwokerto dan di tahun 2022 terdapat pengembangan fasilitas Taman Literasi Ahmad Yani dan Taman Satria Berkoh.
Berdasarkan Gambar 2., kegiatan memelihara RTH khusus di Taman Mas Apung Kemambang yang mulai dibuka tahun 2022 dibangun oleh DLH Kabupaten Banyumas dari dana Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dan diserahkan kepada Dinas Pemuda Olahraga
Budaya dan Pariwisata (Dinporabudpar) Kabupaten Banyumas yang kemudian dikelola Badan Usaha Layanan Usaha Daerah (BLUD) yang merupakan lembaga dibawah naungan Dinporabudpar. Semua Pengelola Taman Mas Apung Kemambang bertanggung jawab langsung ke koordinator pengelola. Pengadaan alat, bahan dan upah serta biaya-biaya lain yang berhubungan pada pelaksanaan pekerjaan termasuk pemeliharaan menggunakan RAB (Rencana Belanja Anggaran) yang dimanajemen oleh BLUD dan sudah berjalan dengan baik karena antar pihak-pihak terkait yang mengelola bersinergi dengan baik.
Taman Mas Apung Kemambang
-
Dibangun oleh DLH Kabupaten Banyumas
Dikelola oleh BLUD dibawah
naungan
Dinporabudpar
-
Gambar 2. Arah pengembangan Taman Mas Apung Kemambang Sumber: Hasil pengamatan lapang, 2023
Sedangkan kegiatan memelihara lanskap khususnya taman kota yang bertanggung jawab adalah Divisi Bidang Ruang Terbuka Hijau (RTH) DLH Kabupaten Banyumas terdiri dari Seksi Pembangunan dan Pemeliharaan RTH Publik. Bidang RTH memiliki tugas merumuskan kebijakan teknis, pelaksana kebijakan, fasilitasi dan/atau pembinaan, supervisi dan/atau evaluasi, monitoring dan pelaporan dalam pelaksanaan kebijakan dan program kerja di bidang RTH. Pada tugas dan fungsi tersebut, kegiatan pengelolaan lanskap RTH khususnya taman kota Kabupaten Banyumas menjadi tanggung jawab team atau panitia Bidang RTH dan sudah berjalan dengan baik. Selengkapnya struktur organisasi DLH Kabupaten Banyumas disajikan pada Gambar 3.
Gambar 3. Struktur Organisasi DLH Kabupaten Banyumas Sumber: DLH Kabupaten Banyumas, 2021
a.2 Pemeliharaan Lanskap
Cakupan Taman Kota yang dikelola oleh DLH kabupaten Banyumas adalah Taman Satria Berkoh seluas 13.002 m², Taman Literasi Ahmad Yani seluas 1.828 m², dan Alun-Alun Purwokerto seluas 13.140 m². Sedangkan Taman Mas Apung Kemambang seluas 34.400 m² dikelola oleh BLUD Kabupaten Banyumas. Pemeliharaan keempat taman tersebut dilakukan secara intensif.
Jadwal pemeliharaan atau frekuensi pemeliharaan di bidang RTH oleh DLH Kabupaten Banyumas diantaranya yaitu harian pada kegiatan penyapuan dan penyiraman, mingguan pada kegiatan penyiangan gulma dan pemangkasan rumput, bulanan pada kegiatan pemangkasan semak dan pemupukan, dan insidentil pada kegiatan pemangkasan pohon, penyulaman tanaman pohon, grandcover, dan semak. Sedangkan di Taman Mas Apung Kemambang oleh BLUD Kabupaten Banyumas diantaranya yaitu harian pada kegiatan penyapuan, mingguan pada kegiatan penyiraman, penyiangan gulma, dan pemangkasan rumput, bulanan pada kegiatan pemangkasan semak dan pemupukan, dan insidentil pada kegiatan pemangkasan pohon, penyulaman pohon, groundcover, dan semak. Kegiatan pemeliharaan taman sudah berjalan dan dirawat dengan baik dan para pekerja biasanya datang sesuai dengan jadwal kegiatan pemeliharaan.
Kegiatan pemeliharaan oleh pekerja taman dari bidang RTH dilakukan secara rutin pada hari Senin-Jumat pukul 07.45-15.45 WIB dan hari Jumat pukul 7.45-15.15. Sedangkan di Taman Mas Apung Kemambang juga secara rutin pada hari Senin-Jumat pukul 07.45-15.45 WIB. Berdasarkan hasil pengamatan, pengawasan dan komunikasi oleh pengelola dan pekerja lapang masing-masing taman yang diamati sudah baik, namun di beberapa taman kota memiliki tenaga kerja yang kurang. Jumlah tenaga kerja secara keseluruhan dari bidang RTH pada DLH Kabupaten Banyumas dan Taman Mas Apung Kemambang oleh BLUD Kabupaten Banyumas. Bidang RTH pada DLH Kabupaten Banyumas di taman kota yang diamati berjumlah sepuluh orang pekerja tetap diantanya, di Taman Satria Berkoh lima orang, Taman Literasi Ahmad Yani dua orang, Alun-Alun Purwokerto sebanyak tiga orang, sedangkan di Taman Mas Apung dengan tenaga kerja pemeliharaan oleh vendor sebanyak tujuh orang dan 13 orang tenaga kebersihan. Rekomendasi KTK yang dapat dilihat pada Tabel 2., menunjukkan bahwa saat ini jumlah pekerja tidak telalu jauh bila dibandingkan dengan hasil rekomendasi. Penulis merekomendasikan di beberapa taman seperti Alun-Alun Purwokerto, Taman Mas Apung Kemambang, dan Taman Satria Berkoh memiliki tenaga pemelihara taman lebih banyak dari kondisi saat ini. Khusus untuk tenaga kerja penyapuan pedestrian di Alun-Alun Purwokerto dilakukan oleh DLH bidang kebersihan, pekerja dan pemangkasan pohon terdapat team pangkas pohon sendiri yang ditangani dari bidang RTH DLH Kabupaten Banyumas namun tidak rutin. Pekerja lapangan di taman kota mendapatkan upah sesuai UMK sekitar 1.900.000-2.000.000 per bulan.
-
1. Taman Satria Berkoh
2279,41 (HOK)x 8 orang/jam/hari
Jam kerja perminggu = = 350,679
52 (Jumlah minggu dalam 1 tahun)
KTK
351 (Jam kerja/minggu)
53 (Jam kerja produktif/minggu)
100 (efektivitas kerja optimum)
80 (efektivitas kerja dilapang)
= 8,27 (8 orang)
-
2. Taman Mas Apung Kemambang
- Tenaga kebersihan
662,515 (HOK)x 8 orang/jam/hari
52 (Jumlah minggu dalam 1 tahun)
Jam kerja perminggu
212 (Jam kerja/minggu) 100 (efektivitas kerja optimum)
KTK = X = 10,26 (10 orang)
25 (Jam kerja produktif/minggu) 80 (efektivitas kerja dilapang)
-
Vendor Pemeliharaan Taman
1534,81 (HOK)x 8 orang/jam/hari
Jam kerja perminggu = = 236,12
52 (Jumlah minggu dalam 1 tahun)
236,12 (Jam kerja/minggu) 100 (efektivitas kerja optimum)
= 17,45 (Jam kerja produktif/minggu) 80 (efektivitas kerja dilapang) = , ( orang)
-
3. Taman Literasi Ahmad Yani
595,66 (HOK)x 8 orang/jam/hari
Jam kerja perminggu = = 91,64
52 (Jumlah minggu dalam 1 tahun)
91,64 (Jam kerja/minggu) 100 (efektivitas kerja optimum)
KTK = X = 2,20 (2 orang)
52 (Jam kerja produktif/minggu) 80 (efektivitas kerja dilapang)
-
4. Alun-Alun Purwokerto
225,748 (HOK)x 8 orang/jam/hari
Jam kerja perminggu = = 34,73
52 (Jumlah minggu dalam 1 tahun)
34,73 (Jam kerja/minggu) 100 (efektivitas kerja optimum)
KTK = X = 3,78 (4 orang)
13,1 (Jam kerja produktif/minggu) 70 (efektivitas kerja dilapang)
Tabel 2. Kebutuhan HOK di Taman Kota Purwokerto
No. |
Parameter |
KK (m²) |
Luas/ Jumlah (m²) |
Kebutuhan Waktu (jam) |
HOK² |
Frekuens/ tahun² |
HOK setahun |
Rekomendasi Pekerja/ KTK (orang) |
Pekerja saat ini (orang) |
Taman Satria Berkoh | |||||||||
Pemeliharaan Taman | |||||||||
1. |
Penyapuan |
8 |
5 | ||||||
a. Rumput |
300 |
4718 |
16 |
1,965833 |
260 |
511,12 | |||
b. Pedestrian paving blok |
100 |
1600,8 |
16 |
2,001 |
260 |
520,26 | |||
2. |
Penyiangan gulma |
100 |
6318,8 |
63 |
7,8985 |
14 |
110,58 | ||
3. |
Penyiraman |
100 |
1990 |
20 |
2,4875 |
260 |
646,75 | ||
4. |
Pemangkasan | ||||||||
a. Rumput |
200 |
5718 |
29 |
3,57375 |
52 |
185,84 | |||
b. Semak |
45 |
1990 |
44 |
5,527777 |
52 |
287,44 | |||
5. |
Pemupukan | ||||||||
a. Tanaman dan tanaman |
550 |
5490 |
10 |
1,247727 |
13 |
16,22 | |||
penutup tanah | |||||||||
b. Semak |
350 |
1990 |
6 |
0,710714 |
1 |
0,71071 | |||
6. |
Pengendalian HPT |
500 |
1990 |
3,98 |
0,4975 |
1 |
0,4975 | ||
Total HOK: |
2279,41 | ||||||||
Taman Mas Apung Kemambang | |||||||||
Pemeliharaan taman | |||||||||
1. |
Penyapuan |
10 |
13 | ||||||
a. Rumput |
400 |
5500 |
14 |
1,71875 |
260 |
446,875 | |||
b. Pedestrian |
240 |
1592,42 |
7 |
0,829385 |
260 |
215,64 | |||
Total HOK: |
662,515 | ||||||||
1. |
Penyiangan gulma |
100 |
5500 |
55 |
6,875 |
144 |
990 |
17 |
7 |
2. |
Penyiraman | ||||||||
a. Rumput, tanaman penutup |
5000 |
9692 |
2 |
0,2423 |
146 |
35,3758 | |||
tanah, semak | |||||||||
3. |
Pemangkasan | ||||||||
a. Rumput |
400 |
5500 |
14 |
1,71875 |
24 |
41,25 | |||
b. Semak |
60 |
4192 |
70 |
8,733333 |
48 |
419,5 | |||
c. Pohon |
40 |
1000 |
25 |
3,125 |
4 |
9,375 | |||
4. |
Pemupukan semak |
200 |
4192 |
21 |
2,62 |
4 |
10,48 | ||
5. |
Pengendalian HPT |
18 |
4194 |
233 |
29,125 |
1 |
29,125 | ||
Total HOK: |
1643,97 |
No. |
Parameter |
KK (m²) |
Luas/ Jumlah (m²) |
Kebutuhan Waktu (jam) |
HOK² |
Frekuens/ tahun² |
HOK setahun |
Rekomendasi Pekerja/ KTK (orang) |
Pekerja saat ini (orang) |
Taman Literasi Ahmad Yani | |||||||||
Pemeliharaan taman | |||||||||
1. |
Penyapuan |
2 |
2 | ||||||
a. Rumput |
400 |
814 |
2,035 |
0,254375 |
260 |
66,14 | |||
b. Pedestrian |
140 |
288 |
2,057 |
0,257125 |
260 |
66,85 | |||
2. |
Penyiangan gulma |
15 |
1471 |
98,067 |
12,25833 |
24 |
294,2 | ||
3. |
Penyiraman | ||||||||
a. Rumput, tanaman penutup |
250 |
1628 |
2,608 |
0,326 |
260 |
84,76 | |||
tanah, semak, pohon | |||||||||
4. |
Pemangkasan | ||||||||
a. Rumput |
250 |
814 |
3,256 |
0,407 |
24 |
9,768 | |||
b. Semak |
220 |
657 |
2,986 |
0,37325 |
24 |
8,958 | |||
5. |
Pemupukan semak |
550 |
657 |
1,194 |
0,14925 |
12 |
1,791 | ||
6. |
Pengendalian HPT |
320 |
657 |
2,053 |
0,256625 |
3 |
0,77 | ||
Total HOK: |
595,66 | ||||||||
Alun-Alun Purwokerto | |||||||||
Pemeliharaan taman | |||||||||
1. |
Penyiangan gulma |
4 |
3 | ||||||
a. Rumput | |||||||||
2. |
Penyiraman | ||||||||
a. Tanaman lain (semak, |
298 |
500 |
1,678 |
0,21 |
260 |
54,6 | |||
seedling) | |||||||||
4. |
Pemangkasan | ||||||||
a. Rumput |
223 |
8,000 |
0,036 |
0,004 |
24 |
0,096 | |||
5. |
Pemupukan | ||||||||
a. Pohon |
228 |
313,54 |
1,375 |
0,172 |
12 |
2,064 | |||
b. Tanaman lain (semak, |
351 |
500 |
1,425 |
0,178 |
12 |
2,136 | |||
seedling) | |||||||||
6. |
Pengendalian HPT | ||||||||
a. Tanaman lain (semak, |
351 |
500 |
1,425 |
0,178 |
4 |
0,712 | |||
seedling) | |||||||||
Total HOK: |
225,748 |
Sumber: Analisis, 2023
a.3 Alat dan Bahan Pemeliharaan
Pengadaan peralatan dan bahan oleh DLH Kabupaten Banyumas yang dimanfaatkan dilakukan setiap satu tahun sekali dan pergantian peralatan bergantung pada kondisi peralatan itu sendiri. Peralatan pemeliharaan dibidang RTH DLH Kabupaten Banyumas pada taman kota yang diamati dan yang ada di lapangan semuanya dalam kondisi baik terdiri dari sapu lidi 22 barang, mesin potong rumput 4 barang, cungkir 22 barang, gunting taman 24 barang, cikrak 20 barang, cangkul 24 barang, linggis 22 barang, penyemprot pestisida 3 barang, sekop 16 barang, dan parang 4 barang. Sedangkan untuk bahan pemeliharaannya ada pupuk kandang, pupuk Za, pupuk TSP, pupuk kasgot, pupuk phospor, dan pestisida organik. DLH Kabupaten Banyumas dalam mengelola sampah diangkut ke tempat pembuangan akhir (TPA) berbasis lingkungan dan edukasi (BLE) untuk diolah kembali atau didaur ulang dengan tujuan mengurangi limbah plastik, serta dalam pemeliharaan taman saat ini banyak yang meminimalisir penggunaan bahan kimia baik pupuk maupun pestisida.
Pemeliharaan Taman Mas Apung Kemambang oleh BLUD Kabupaten Banyumas terdiri dari sapu lidi 51 barang, mesin potong rumput 2 barang, cangkul 4 barang, pancong 10 barang, gunting pangkas 4 barang, gergaji 4 barang, alat semprot gendong HPT 4 barang, linggis 4 barang, arid 6 barang, golok 7 barang, cikrak 7 barang, dan mesin siram tanaman 4 barang. Sedangkan bahan pemeliharaan yang dimanfaatkan terdiri dari pupuk urea, pupuk
Za, pupuk kandang, dan pestisida kimia. Kebutuhan peralatan semuanya memadai dan jika terjadi kendala/kerusakan pada alatnya segera diganti atau diperbaiki sendiri jika masih mudah ditangani oleh pekerja.
Hasil persepsi terhadap stimulus berbeda antar individu satu dengan yang lainnya. Analisis mengenai persepsi dilakukan untuk melihat sejauh mana tanggapan pengunjung terkait kualitas pengelolaan kondisi taman kota di Purwokerto. Jumlah pengunjung untuk mengisi kuesioner penelitian totalnya 120 orang dan diambil 30 orang per taman. Gambaran dari keempat taman yang menjadi lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 4., 5., 6., dan 7.
Gambar 4. Taman Satria Berkoh
Sumber: Dokumentasi, 2022
G ambar 5. Taman Mas Apung Kemambang S umber: Dokumentasi, 2022
Gambar 6. Taman Literasi Ahmad Yani
Sumber: Dokumentasi, 2022
Gambar 7. Alun-Alun Purwokerto
Sumber: Dokumentasi, 2022
Tabel 3., dan Tabel 4., menampilkan hasil analisi latar belakang yang berpengaruh terhadap persepsi kualitas pengelolaan lanskap. Tabel 3., menampilkan analisis latar belakang dari sisi jenis kelamin, umur dan pendidikan, sementara latar belakang pekerjaan dan tempat tinggal disajikan pada Tabel 4.
Tabel 3. Skor Latar Belakang yang Berpengaruh terhadap Persepsi Kualitas Pengelolaan Lanskap
Kualitas Pengelolaan Lanskap |
TSB |
Jenis Kelamin |
Umur |
Pendidikan | ||||||||
TMAK |
TLAY |
AAP |
TSB |
TMAK |
TLAY |
AAP |
TSB |
TMAK |
TLAY |
AAP | ||
Kelengkapan Fasilitas |
0,121 |
0,884 |
0,836 |
0,646 |
0,515 |
0,009* |
0,018* |
0,562 |
0,19 |
0,748 |
0,035* |
0,416 |
Ketersediaan Vegetasi |
0,360 |
0,298 |
0,256 |
0,134 |
0,351 |
0,123 |
0,275 |
0,230 |
0,082 |
0,709 |
0,415 |
0,13 |
Kinerja Pengelola Taman |
0,106 |
0,622 |
0,742 |
0,048* |
0,106 |
0,535 |
0,130 |
0,878 |
0,477 |
0,139 |
0,142 |
0,661 |
Kebersihan |
0,110 |
0,177 |
0,235 |
0,257 |
0,284 |
0,457 |
0,287 |
0,782 |
0,436 |
0,497 |
0,623 |
0,262 |
Keamanan |
0,111 |
0,492 |
0,121 |
0,317 |
0,483 |
0,265 |
0,013* |
0,810 |
0,13 |
0,18 |
0,125 |
0,628 |
Kenyamanan suhu |
0,009* |
0,173 |
0,110 |
0,384 |
0,129 |
0,202 |
0,813 |
0,649 |
0,701 |
0,466 |
0,77 |
0,021* |
Keindahan |
0,903 |
0,141 |
0,257 |
0,141 |
0,492 |
0,142 |
0,070 |
0,283 |
0,911 |
0,496 |
0,008* |
0,072 |
Sumber: Analisis, 2023
Keterangan:
-
- Nilai α = 0.05 jika nilai uji > 0.05, maka latar belakang yang diuji tidak saling terikat (bebas) dengan materi kuesioner yang ditanyakan. Jika nilai uji < 0.05, maka latar belakang yang diuji signifikan dengan materi kuesioner yang ditanyakan.
-
- Nilai yang disajikan bold/tebal (*), menunjukkan nilai-nilai uji α < 0.05.
-
- TSB = Taman Satria Berkoh, TMAK = Taman Mas Apung Kemambang, TLAY = Taman Literasi Ahmad Yani, AAP = Alun-Alun Purwokerto
b.1 Latar Belakang Jenis Kelamin
Berdasarkan Tabel 3., di Taman Satria Berkoh dan Alun-Alun Purwokerto latar belakang jenis kelamin mempengaruhi persepsi tentang kenyamanan suhu (0,009*) dan kinerja pengelola taman (0,048*). Di Taman Satria Berkoh, respon tertinggi oleh laki-laki 60% setuju, Hal ini diduga karena responden laki-laki lebih tertarik berada di taman dengan waktu cukup lama dan cenderung menilai suhu taman nyaman dan tidak ada polusi udara di dalam taman. Sehingga responden laki-laki memiliki kepekaan terhadap kenyamanan di taman, sehingga pentingnya taman yang dirancang dengan suasana yang nyaman. Menurut Faradila et al., (2018), taman bisa dirancang secara khusus untuk mengatur aliran permukaan air hujan dari berbagai asal, seperti atap bangunan, jalan raya, lapangan rumput dengan menciptakan
daerah resapan air dan menggunakan tanaman yang mampu menangani tingkat kelembaban yang tinggi.
Terkait materi kinerja pengelola taman di Alun-Alun Purwokerto dipengaruhi oleh latar belakang jenis kelamin (0,048*). Di Alun-Alun Purwokerto, baik pria maupun wanita memiliki respon tertinggi yang sama (33,5% baik) yang cenderung memberikan penilaian yang baik terhadap kinerja pengelola taman. Mereka menghabiskan waktu di taman untuk berbagai aktivitas, seperti duduk-duduk, berfoto, atau bersantai. Sedangkan sore menjelang malam mulai banyak PKL (Pedagang Kaki Lima) yang berjualan di sebelah Alun-Alun dan semakin banyak pengunjung laki-laki maupun perempuan yang membeli jajanan sembari duduk-duduk santai di Alun-Alun. Kondisi taman yang bersih dan terawat membuat mereka merasa puas. Sebaliknya penelitian Djunaid et al. (2020), di Taman Tiga Generasi Kota Balikpapan menunjukkan bahwa pengunjung, baik pria maupun wanita, merasa sangat tidak puas karena taman tersebut tidak terawat dan fasilitasnya rusak.
b.2 Latar Belakang Umur
Berdasarkan Tabel 3., di Taman Mas Apung Kemambang latar belakang umur berpengaruh pada persepsi terkait kelengkapan fasilitas (0,009*) dan di Taman Literasi Ahmad Yani latar belakang umur berpengaruh pada persepsi terkait kelengkapan fasilitas (0,018*) dan keamanan (0,013*). Menurut Mariski (2017), latar belakang umur berpengaruh terhadap ketidaklengkapan fasilitas dan mayoritas golongan dewasa memiliki harapan fasilitas yang memadai untuk menunjang aktivitas mereka terutama area bermain anak. Di Taman Mas Apung Kemambang, kelompok umur 26-34 tahun memberikan respon tertinggi, menunjukkan kepuasan terhadap fasilitas yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Fasilitas seperti bangku taman, fasilitas olahraga, gazebo, dan area bersantai sangat cocok bagi mereka. Sedangkan di Taman Literasi Ahmad Yani, kelompok usia 17-27 tahun memberikan respon tertinggi terkait kelengkapan fasilitas. Meskipun mereka memanfaatkan fasilitas taman, mereka kurang puas dengan fasilitas yang tersedia sehingga aktivitas dominan pengunjung adalah duduk-duduk santai dan menikmati kondisi yang ada. Sedangkan terkait keamanan di Taman Literasi Ahmad Yani, kelompok usia 17-27 tahun merasa taman ini aman karena ukurannya tidak terlalu besar, mudah terpantau, dan terdapat pedagang yang menambah keberadaan orang di sekitar taman sehingga lingkungan tidak terlalu sepi. Menurut Mayasari, et al., (2014), persepsi seseorang dipengaruhi oleh faktor eksternal yaitu berupa stimulus itu sendiri dan keadaan lingkungan dimana persepsi itu berlangsung.
b.3 Latar Belakang Pendidikan
Berdasarkan Tabel 3., di Taman Literasi Ahmad Yani latar belakang pendidikan berpengaruh pada persepsi terkait kelengkapan fasilitas (0,035*) dan dan keindahan (0,008*), di Alun-Alun Purwokerto latar belakang pendidikan berpengaruh pada kenyamanan suhu (0,021*). Di Taman Literasi Ahmad Yani, responden dengan latar belakang pendidikan SMA/sederajat memiliki respon tertinggi dengan 37% menyatakan bahwa fasilitas taman kurang lengkap. Hal tersebut mempengaruhi persepsinya terhadap suatu lanskap karena ditunjang pada pengetahuan akan elemen lanskap di area taman sehingga penilaiannya lebih baik. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan berpengaruh pada penilaian fasilitas taman, dengan responden yang memiliki pendidikan
lebih tinggi lebih kritis terhadap kelengkapan fasilitas (Mariski, 2017). Di Taman Literasi Ahmad Yani, lulusan SMA juga memberikan respon tertinggi dengan 57% setuju terkait keindahan taman. Hal tersebut menunjukkan bahwa responden memiliki pendidikan cukup baik karena banyak lulusan SMA. Banyak yang menilai kondisi visual atau keindahan taman tergolong indah karena adanya vegetasi seperti groundcover, semak perdu yang estetik dan penataan taman juga tertata rapi.
Di Alun-Alun Purwokerto, lulusan SMA memiliki respon tertinggi sebesar 37% kurang setuju terkait kenyamanan suhu. Mereka menganggap taman cenderung terik terutama di siang hari. Kondisi ini berkaitan dengan kurangnya vegetasi dan fasilitas perlindungan dari sinar matahari dan tidak adanya fasilitas seperti payung-payungan, gazebo atau semacamnya.
Tabel 4. Skor Latar Belakang yang Berpengaruh terhadap Persepsi Kualitas Pengelolaan Lanskap
Kualitas Pengelolaan Lanskap |
TSB |
Pekerjaan |
AAP |
TSB |
Tempat Tinggal | |||
TMAK |
TLAY |
TMAK |
TLAY |
AAP | ||||
Kelengkapan Fasilitas |
0,017* |
0,808 |
0,376 |
0,035* |
0,731 |
0,154 |
0,005* |
0,032* |
Ketersediaan Vegetasi |
0,040* |
0,232 |
0,745 |
0,625 |
0,089 |
0,912 |
0,185 |
0,139 |
Kinerja Pengelola Taman |
0,019* |
0,788 |
0,753 |
0,473 |
0,223 |
0,535 |
0,327 |
0,026 |
Kebersihan |
0,483 |
0,923 |
0,891 |
0,058 |
0,055 |
0,649 |
0,542 |
0,125 |
Keamanan |
0,59 |
0,127 |
0,026* |
0,071 |
0,384 |
0,447 |
0,75 |
0,282 |
Kenyamanan suhu |
0,073 |
0,72 |
0,458 |
0,153 |
0,13 |
0,087 |
0,526 |
0,647 |
Keindahan |
0,46 |
0,38 |
0,517 |
0,086 |
0,624 |
0,206 |
0,072 |
0,084 |
Sumber: Analisis, 2023
Keterangan:
- Nilai α = 0.05 jika nilai uji > 0.05, maka latar belakang yang diuji tidak saling terikat (bebas) dengan materi kuesioner yang ditanyakan. Jika nilai uji < 0.05, maka latar belakang yang diuji signifikan dengan materi kuesioner yang ditanyakan.
- Nilai yang disajikan bold/tebal (*), menunjukkan nilai-nilai uji α < 0.05.
- TSB = Taman Satria Berkoh, TMAK = Taman Mas Apung Kemambang, TLAY = Taman Literasi Ahmad Yani, AAP = Alun-Alun Purwokerto
b.4 Latar Belakang Pekerjaan
Berdasarkan Tabel 4., pekerjaan responden berpengaruh pada persepsi terkait taman. Di Taman Satria Berkoh latar belakang responden berpengaruh pada persepsi kelengkapan fasilitas (0,017), ketersediaan vegetasi (0,040*), dan kinerja pengelola taman (0,019*). Responden dengan pekerjaan lainnya seperti pedagang, buruh, dan kuli bangunan, beberapa cukup banyak bekerja di sekitar taman, memiliki respon tertinggi dengan 36% kurang setuju terkait kelengkapan fasilitas di taman. Hal ini tentunya membuat responden yang bersantai di taman kurang puas terhadap fasilitas yang ada dan biasanya responden hanya duduk santai di bangku taman, disamping itu tidak adanya toilet dan kondisi fasilitas bermain anak yang rusak. Mereka yang bekerja di sekitar taman dan menghabiskan waktu di sana cenderung lebih kritis terhadap fasilitas taman, termasuk kekurangan fasilitas yang ada. Sejalan dengan penelitian Mariski (2017), latar belakang pekerjaan berpengaruh terhadap ketidaknyamanan fasilitas yang kurang memadai di Taman Menteng dan cukup banyak terdapat responden yang bekerja menjadi karyawan swasta di sekitar taman, sehingga dapat mempengaruhi penilaian terhadap kondisi lanskap taman. Terkait ketersediaan vegetasi di taman, memiliki
respon tertinggi dengan 29% sangat setuju akan banyaknya vegetasi di taman dan terdapat responden yang dulunya pernah menjadi pengelola taman sehingga dapat menilai dengan baik. Sehingga kelengkapan elemen softscape di taman terpenuhi. Menurut Wulandari (2020), kenyamanan fisik pengunjung Taman Indonesia Kaya sebagai ruang terbuka publik terjamin melalui fasilitas pada elemen taman baik hardscape dan softscape.
Di Taman Literasi Ahmad Yani, pekerjaan lainnya seperti buruh maupun penjual memiliki respon tertinggi dengan 36% setuju terkait kinerja pengelolaan taman. Kondisi taman dikelola dengan baik yang mana rutin dibersihkan setiap hari Senin-Jumat dengan disiplin oleh pekerja lapang dan ketika semua responden berkunjung ke taman juga ikut menjaga kebersihan dan tidak merusak fasilitas taman. Terkait keamanan di Taman Literasi Ahmad Yani, karyawan swasta memiliki respon tertinggi dengan 33% setuju. Sebagian besar responden tersebut sering mengunjungi taman dan menyatakan kondisi taman aman.
Di Alun-Alun Purwokerto, respon tertinggi oleh pekerjaan lainnya seperti penjahit dan pedagang dengan 29% kurang setuju dan responden yang masih mahasiswa/pelajar 21% kurang setuju terkait kelengkapan fasilitas. Kondisi Alun-Alun saat ini menjadi salah satu tujuan rekreasi hemat untuk warga untuk beraktivitas seperti bersantai, kuliner maupun berolahraga, serta di malam hari biasanya ada air mancur yang menjadi daya tarik. Namun, fasilitas kurang lengkap dan bisa ditingkatkan lagi.
b.5 Latar Belakang Tempat Tinggal
Berdasarkan Tabel 4., latar belakang responden yang berpengaruh pada tempat tinggal yaitu di Taman Literasi Ahmad Yani (0,005*) dan Alun-Alun Purwokerto (0,032*). Menurut Mariski (2017), latar belakang berpengaruh terhadap persepsi responden di Taman Menteng, yang mana faktor jarak cukup dekat dapat mempengaruhi keinginan seseorang untuk bisa berkunjung ke sebuah taman, dikarenakan jika terlalu jauh dari tempat menetap seseorang akan memiliki rasa tidak puas ketika menikmati suasana taman. Di Taman Literasi Ahmad Yani dan Alun-Alun Purwokerto, masing-masing memiliki hasil respon persepsi yang sama yaitu 27% setuju akan ketidaklengkapan fasilitas taman dan mayoritas responden pada kedua taman tempat tinggalnya berada di Kota Purwokerto dan sekitar Kabupaten Banyumas seperti Sokaraja, Banyumas, Baturraden dan Cilongok menyatakan ketidakpuasan terhadap kelengkapan fasilitas taman. Mereka merasa fasilitas taman kurang memadai, dan merasa mengetahui keadaan taman dengan baik.
Penyusunan Strategi Pengelolaan Lanskap yang Dikembangkan pada Taman Kota di Kota Purwokerto
Pada analisis SWOT pada matriks Internal-Eksternal (IE) memiliki nilai Internal Factor Eksternal (IFE) yaitu 2,7 dan Eksternal Factor Eksternal (EFE) yaitu 2,1 dan berada pada kolom V yang berorientasi dengan strategi mempertahankan dan memelihara (hold and maintain) (Tabel 5). Berdasarkan hasil kombinasi faktor SWOT dihasilkan alternatif strategi dalam bentuk matriks SWOT (Tabel 6).
Tabel 5. Matriks Internal-Eksternal (IE)
Internal Factor Evaluation
Kuat Rata-rata Lemah
Tabel 6. Matriks SWOT
Opportunities
-
• Memiliki area yang strategis dan akses yang mudah
-
• Dukungan masyarakat dalam kegiatan atau event penanaman pohon
-
• Adanya community/relawan yang
berkontribusi dengan baik
-
• Otonomi daerah
-
• Adanya RTH meningkatkan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) masyarakat
-
• Adanya teknologi informasi yang dapat diakses dengan mudah
Threats
-
• RTH belum menjadi program prioritas pemerintah daerah (pemda)
-
• Pemanfaatan taman kota yang tidak
tepat
-
• Pembangunan dan pengembangan
ruang terbangun
-
• Gangguan hama dan penyakit
tanaman
-
• Perubahan iklim dan polusi
Strenghts
-
• Penataan lanskap yang cukup baik dengan landmark yang memunculkan
karakteristik lanskap Kota Purwokerto
-
• Adanya peraturan perundangan oleh pemerintah terkait pengelolaan RTH
-
• Adanya team yang menangani pengawasan dan pemeliharaan hardscape taman kota
-
• Pemeliharaan taman dan pengelolaan sampah yang semakin ramah lingkungan
-
• Kinerja pengelola taman yang baik
-
• Desain taman kota yang memiliki ciri khas
-
• Meningkatkan fungsi ekologis
-
• Taman kota semakin memiliki daya tarik untuk pariwisata
-
• Luasan minimal unit taman kota terhadap jumlah penduduk sudah terpenuhi
Weakness
S-O
-
• Mengoptimalkan RTH publik yang ada untuk mewadahi berbagai kegiatan dan kebutuhan masyarakat
-
• Pemanfaatan penggunaan
teknologi interaktif taman untuk pengunjung
W-O
S-W
-
• Sosialisasi akan pentingnya RTH publik
-
• Regulasi untuk meningkatkan pengawasan RTH publik
-
• Menambah tugas pekerja untuk mengontrol perkerasan
(hardscape) fasilitas taman kota
-
• Menghindari pemakaian bahan kimia dalam memelihara taman
W-T
-
• Keterbatasan anggaran
-
• Fasilitas taman yang tidak lengkap
-
• Adanya taman kota yang minim ketersediaan vegetasinya
-
• Kurangnya tenaga kerja taman
-
• Mengajak masyarakat
berpartisipasi lebih aktif untuk mengelola RTH serta memberikan wadah untuk masyarakat dalam menyampaikan saran, pendapat dalam penyelenggaraan RTH
-
• Penguatan sinergi dukungan aktor pengelola RTH
-
• Menambah ketersediaan vegetasi dan fasilitas taman yang kurang
-
• Menambah tenaga kerja taman
Sumber: Analisis, 2023
Prioritas yang utama adalah strategi meningkatkan sosialisasi akan pentingnya RTH publik untuk masyarakat dengan skor 1,91. Hal tersebut dikarenakan keterkaitan antara delapan faktor kekuatan dan ancaman. Sosialisasi atau penyuluhan RTH oleh DLH dapat menjadi
suatu program dalam meningkatkan pengetahuan terkait pengembangan dan pemeliharaan yang dilakukan untuk tingkat mahasiswa maupun pelajar, masyarakat, dan swasta. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nurmasari (2006), salah satu strategi peningkatan efektivitas RTH publik adalah mengadakan suatu penyuluhan akan arti pentingnya menjaga RTH publik. Penerapan secara langsung, hal ini mahasiswa dan pelajar dapat mengikuti pameran, seminar, kunjungan lapangan untuk mengamati dan mempelajari berbagai aspek RTH, dan lomba/kompetisi. Untuk masyarakat, sosialisasi dapat melibatkan pertemuan langsung di tingkat kelurahan, penanaman bersama dan pameran RTH. Bersama swasta, kerjasama dapat dilakukan melalui pertemuan langsung, kompetisi, dan layanan konsultasi RTH. Selain itu dapat juga melakukan penyuluhan tidak langsung seperti kampanye di sosial media, pembuatan brosur atau pamflet, dan webinar atau pelatihan online akan arti pentingnya RTH publik.
-
2. Mengopimalkan penggunaan taman kota yang ada untuk mewadahi berbagai kegiatan dan kebutuhan masyarakat
Mengoptimalkan penggunaan taman kota yang ada di Kota Purwokerto menjadi prioritas kedua dengan skor 1,42. Hal tersebut dikarenakan keterkaitan antara lima faktor kekuatan dan peluang. Sebagian masyarakat kurang tertarik untuk berkunjung karena kurangnya kesadaran akan potensinya, dan adanya alternatif rekreasi lainnya seperti mall dan pusat perbelanjaan lebih menarik. Namun, taman kota dan lapangan olahraga telah mendukung pertumbuhan UMKM di Kota Purwokerto, terutama makanan dan minuman. Untuk meningkatkan daya tarik, penting memperkaya variasi UMKM, termasuk kuliner dan produk seni daerah, sambil menjaga penataan RTH agar tetap baik, terutama untuk pariwisata. Namun pemanfaatan RTH harus memperhatikan penataan RTH yang ada supaya kondisinya tetap baik terutama dimanfaatkan untuk pariwisata. Seperti penelitian dari (Muliasari et al., 2021), di Kampung Batik Giriloyo di Yogyakarta terjadi perubahan dalam pemanfaatan RTH sebagai penunjang kawasan pariwisata memberikan tekanan terhadap lahan dan terjadi konversi RTH. Sehingga perlu adanya penataan yang berorientasi pada pelestarian tentang keberadaan RTH. Salah satu caranya adalah perlunya tatanan hukum yang jelas dalam penguatannya keberadaan ruang terbuka hijau.
Prioritas ketiga adalah menghindari pemakaian bahan kimia untuk pengelolaan taman dengan skor 1,01. Hal tersebut dikarenakan keterkaitan antara empat faktor kekuatan dan ancaman. DLH umumnya sudah meminimalisir penggunaan bahan kimia dalam pemeliharaan taman. Namun, di Taman Mas Apung Kemambang yang dikelola oleh BLUD, masih menggunakan pupuk dan pestisida kimia. Sehingga sebaiknya pemeliharaan tanaman organik atau menghindari penggunaan bahan kimia secara konsisten dan dapat dibuat menjadi standar pemeliharaan yang tegas dari pengelola.
Prioritas keempat adalah meningkatkan pengawasan RTH publik di kota dengan skor 0,95, menghubungkan enam faktor kekuatan dan ancaman. Ini dilakukan melalui regulasi yang mencakup: 1) Penegakan aturan dengan sanksi yang tegas terhadap pelanggaran seperti merusak fasilitas taman dan melarang aktivitas tertentu; 2) Pemanfaatan teknologi untuk
pemantauan jarak jauh dan penggunaan kamera pengawasan untuk mendeteksi pelanggaran, dikarenakan banyak RTH publik di Kota Purwokerto seperti taman kota belum adanya CCTV; 3) Melibatkan masyarakat dalam melaporkan pelanggaran untuk memperluas pengawasan dan mempercepat penanganan masalah. Ini menciptakan saluran komunikasi yang mudah diakses, terbuka dan edukatif.
-
5. Mengajak masyarakat berpartisipasi lebih aktif untuk mengelola RTH serta memberikan wadah untuk masyarakat dalam menyampaikan saran, pendapat dalam penyelenggaraan RTH
Prioritas kelima dalam pengelolaan RTH Kota adalah mendorong partisipasi aktif masyarakat dengan skor 0,95, menghubungkan empat faktor kelemahan dan peluang. Melibatkan masyarakat akan memungkinkan keputusan yang lebih sesuai dengan kebutuhan mereka dan memudahkan mereka untuk menyampaikan saran dan pendapat terkait RTH. Partisipasi aktif ini diantaranya: 1) Masyarakat dari berbagai latar belakang bisa mendapatkan pendidikan dan berbagi informasi melalui media sosial, pertemuan komunitas, dan program pendidikan untuk meningkatkan kesadaran tentang manfaat RTH; 2)
Pemerintah dapat mengajak masyarakat untuk berpartisipasi dalam pemeliharaan RTH, seperti penanaman pohon dan kebersihan lingkungan sekitar RTH; 3) Pemerintah sebaiknya melibatkan masyarakat dalam perencanaan RTH dengan diskusi publik dan pertemuan terbuka untuk mendengarkan masukan sebelum merancang atau memperbarui rencana pengelolaan RTH; 4) Membuat saluran komunikasi online yang efisien, seperti platform web dan aplikasi seluler, untuk memungkinkan masyarakat memberikan masukan dengan mudah.
Prioritas keenam adalah penguatan sinergi dukungan aktor pengelola RTH dengan skor 0,82. Hal tersebut dikarenakan keterkaitan antara tujuh faktor kelemahan dan ancaman. Pemerintah merupakan aktor utama dalam menyediakan fasilitas publik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan diharapkan RTH dapat menjadi program prioritas pemerintah daerah. Berdasarkan program prioritas pembangunan daerah Kabupaten Banyumas dengan mendasarkan di program unggulan bupati – wakil bupati pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) periode 2018-2023. Program dari DLH di bidang RTH seperti ‘Program Pengelolaan RTH’ dan ‘Program Sarana dan Prasarana RTH’ belum menjadi prioritas dalam pembangunan daerah. Memprioritaskan RTH bisa membantu mengurangi emisi karbon dalam lingkungan perkotaan, sesuai dengan penelitian yang menunjukkan lanskap rendah karbon mendukung ketahanan iklim (Kaswanto et al., 2023). Penting untuk melibatkan semua pihak, termasuk pemerintah, swasta, dan masyarakat dalam pengembangan RTH. Namun, peran swasta masih minim, dan mereka dapat membantu meningkatkan fasilitas dasar di ruang terbuka publik perkotaan seperti taman kota yang masih kurang lengkap.
Prioritas ketujuh adalah menambah tugas pekerja untuk mengontrol perkerasan (hardscape) fasilitas di taman kota dengan skor 0,76. Hal tersebut dikarenakan keterkaitan antara empat
faktor kekuatan dan ancaman. Dikarenakan adanya fasilitas bermain anak dan ornament di taman yang kondisinya sudah rusak dan kurang terawat sehingga menjadi kurang indah seperti di Taman Satria Berkoh. Maka perlu menambah tugas tim sarana prasarana untuk mengawasi semua RTH, memeriksa perkerasan secara rutin, dan melaporkan serta memperbaiki kerusakan dengan lebih baik. Ini membantu mengontrol kerusakan dan menjaga kualitas RTH.
Prioritas kedelapan adalah menambah ketersediaan vegetasi dan fasilitas taman yang kurang dengan skor 0,61. Hal tersebut dikarenakan keterkaitan antara empat faktor kelemahan dan ancaman. Prioritas kedelapan adalah meningkatkan fasilitas dan vegetasi dalam taman kota, sejalan dengan persepsi pengunjung dan kondisi taman. Rekomendasi strategi di Taman Satria Berkoh, Taman Literasi Ahmad Yani, dan Alun-Alun Purwokerto yaitu pentingnya memenuhi dan menyesuaikan standar minimal fasilitas taman dari penelitian Wibowo (2018), dan yang belum ada seperti papan informasi, fasilitas bermain anak, gazebo, toilet. Selain itu, di Alun-Alun Purwokerto dan Taman Literasi Ahmad Yani dapat mengurangi perkerasan untuk penanaman lebih banyak pohon peneduh, seperti ketapang dan beringin, pohon tersebut dapat membantu mengurangi sengatan matahari (Nugroho, 2015). Sedangkan di Taman Mas Apung Kemambang dan Alun-Alun Purwokerto dapat juga mengganti penggunaan material ramah lingkungan seperti paving block juga harus dipertimbangkan, mengingat kemampuannya dalam meresapkan air (Andini et al., 2016).
Prioritas kesembilan adalah menambah tenaga kerja pemeliharaan taman dengan skor 0,54. Hal tersebut dikarenakan keterkaitan antara lima faktor kelemahan dan ancaman. Sesuai perhitungan kebutuhan tenaga kerja (KTK) pada Tabel 2., menunjukkan bahwa rekomendasi tambahan tenaga kerja di Taman Satria Berkoh menjadi 8 orang, Taman Mas Apung Kemambang pada tenaga kebersihan menjadi 10 orang dan pemeliharaan oleh vendor 17 orang, dan di Alun-Alun Purwokerto menjadi 4 orang. Sedangkan di Taman Literasi Ahmad Yani tetap sesuai eksisting yang ada berjumlah 2 orang.
Prioritas kesepuluh adalah pemanfaatan penggunaan teknologi interaktif untuk pengunjung dengan skor 0,19. Hal tersebut dikarenakan keterkaitan antara tiga faktor kekuatan dan peluang. Pemanfaatan teknologi augmented reality (AR) di taman kota memberikan pengalaman menarik bagi pengunjung. Contohnya, pengunjung dapat menggunakan perangkat mereka untuk memperoleh informasi interaktif tentang tanaman dengan dapat mengarahkan kamera perangkat mereka ke tanaman tertentu. Di taman kota Purwokerto, pengembangan teknologi AR untuk memberikan edukasi lingkungan kepada pengunjung bisa menjadi langkah yang baik. Ini akan meningkatkan pemahaman mereka tentang flora dan keanekaragaman hayati. Dalam penelitian sebelumnya cukup banyak pemanfaatan teknologi AR, ada yang berupa pemanfaatan di Taman Abdurrahman Saleh Semarang yang mulai mengembangkan augmented reality (AR) dan virtual reality (VR) dengan fasilitas kacamata, pengenalan bunga di Kebun Raya Eka Karya di Bali, pengenalan fauna menggunakan AR di Semarang, dan lain-lain.
Kesimpulan dan Saran
Manajemen lanskap taman kota yang diamati di Kota Purwokerto menggunakan pemeliharaan intensif yang dilakukan secara teratur sesuai jadwal. Meskipun ada kekurangan tenaga kerja di beberapa taman, peralatan pemeliharaan tetap terjaga dengan baik. Berdasarkan persepsi pengunjung terhadap pengelolaan lanskap taman kota menjadi sorotan utama yang penting, terutama berdasarkan hasil uji Chi-Square yang paling signifikan untuk dapat menjadi perhatian di taman kota. Di Taman Satria Berkoh jenis kelamin laki-laki paling berpengaruh terhadap materi kenyamanan suhu dan menunjukkan bahwa responden sebagian besar sangat setuju kondisi taman yang sejuk dan tidak merasakan polusi udara di dalam taman. Taman Mas Apung Kemambang pada latar belakang umur 26-34 tahun paling berpengaruh terkait kelengkapan fasilitas dan menunjukkan bahwa golongan dewasa setuju fasilitas di taman lengkap dan merasa terlayani karena fasilitas sesuai dengan kebutuhan responden karena banyak tempat untuk bersantai seperti menikmati danau buatan, jogging track, serta kolam ikan berundak. Taman Literasi Ahmad Yani pada latar belakang tempat tinggal paling berpengaruh terkait kelengkapan fasilitas dan mayoritas responden berasal dari Kota Purwokerto dan daerah di sekitar Kabupaten Banyumas. Persepsi responden tersebut menunjukkan bahwa responden menikmati suasana taman dan cukup mengetahui kondisi taman dengan baik dan memberikan penilaian bahwa fasilitas yang ditawarkan kurang lengkap. Di Alun-Alun Purwokerto lulusan SMA/sederajat memiliki respon tertinggi dan latar belakang pendidikan paling berpengaruh terkait kenyaman suhu dan cenderung menyatakan bahwa kondisi taman suhunya kurang sejuk karena di siang hari cenderung terik sehingga membuat aktivitas di Alun-Alun menjadi tidak nyaman karena vegetasi di taman khususnya pepohonan sedikit dan fasilitas seperti payung-payungan, gazebo atau semacamnya tidak ada.
Hasil analisis SWOT menunjukkan bahwa strategi pengelolaan lanskap yang dikembangkan pada taman kota di Kota Purwokerto menggunakan strategi yang berfokus pada mempertahankan dan memelihara (hold and mantain). Hasil alternatif strategi dari analisis SWOT tersebut adalah meningkatkan sosialisasi akan pentingnya RTH publik untuk masyarakat dan swasta, mengoptimalkan penggunaan taman kota yang ada untuk mewadahi berbagai kegiatan dan kebutuhan masyarakat, regulasi untuk meningkatkan pengawasan RTH publik, menghindari pemakaian bahan kimia untuk pengelolaan taman, mengajak masyarakat berpartisipasi lebih aktif untuk mengelola RTH serta memberikan wadah untuk masyarakat dalam menyampaikan saran/pendapat RTH, penguatan sinergi dukungan aktor pengelola RTH publik, menambah tugas pekerja untuk mengontrol perkerasan (hardscape) taman, menambah ketersediaan vegetasi dan fasilitas taman kota yang kurang, menambah tenaga kerja pemeliharaan taman, dan pemanfaatan penggunaan teknologi interaktif taman untuk pengunjung.
Rekomendasi manajemen lanskap pada taman kota dalam penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan bagi pemerintah, swasta, masyarakat, maupun pemangku kepentingan lainnya dalam menerapkan pengelolaan RTH publik khususnya taman kota di perkotaan. Selain itu untuk menambah riset yang lebih menarik di taman kota di Kota Purwokerto dapat dilakukan penelitian untuk mengukur kualitas lingkungan di taman kota, termasuk parameter seperti kualitas udara, kualitas air, dan kebisingan. Hasil dari analisis ini dapat membantu
mengevaluasi dampak lingkungan dari pengelolaan taman dan menentukan tindakan perbaikan yang diperlukan.
Daftar Pustaka
Andini, F. E., Fitrianingsih, Y., & Ruliyansyah, A. (2016). Evaluasi Fungsi Ekologis Ruang Terbuka Hijau (RTH) Perkotaan sebagai Areal Resapan di Kota Pontianak (Studi Kasus: Taman Alun Kapuas). Jurnal Teknologi Lingkungan dan Lahan Basah 4(1) 1-10. Doi: http://dx.doi.org/10.26418/jtllb.v4i1.13553
Arifin, HS., & Arifin NHS. (2005). Pemeliharaan Taman. Jakarta: Penebar Swadaya.
Arifin, H.S., Nurhayati, H.SA., Kaswanto, R.L., Budiadi, Irwan, S.N.R., Faisal, B., Dahlan, M.Z., Nadhiroh, S.R., Wahyuni, T.S. dan Ali, M.S. 2021. Landscape Management Strategy of Pekarangan to Increase Community Immunity during the Covid-19 Pandemic in Java Indonesia–Inductive Research. In IOP Conference Series: Earth and Environmental Science 918 (1) 012029. IOP Publishing. doi: https://
10.1088/1755-1315/918/1/012029
Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyumas. (2022). Kabupaten Banyumas dalam Angka 2022. BPS Kabupaten Banyumas.
Benson, JF dan Roe, MH. (2000). Landscape and Sustainability. London: Spon Press.
David, F. (2012). Manajemen Strategis. Jakarta: Salemba Empat.
Dhini., D. R. F. D., Angela C. T., Rea, R. A. (2018). Persepsi Pengguna terhadap Kualitas Visual pada Ruang Perkuliahan. Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia, 7(1): 35-45. https://doi.org/10.32315/jlbi.7.1.38
Djunaid, B. A. H., Eddi, B. K., Surjoyo. (2020). Penilaian Kepuasan Menurut Persepsi Pengunjung Taman Tiga Generasi Kota Balikpapan. Planning for Urban Region and Environment Journal (PURE), 9(2): 119-130.
Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Banyumas. (2021). Perubahan Rencana Strategis 2018-2023 Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Banyumas (Issue 5). Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Banyumas.
Ellis, D. and Schwartz, R. (2016). The Roles of an Urban Parks System Urban Planning. (July), 1–10.
Fantozzi, F. et al. (2013). Ozone and Nitrogen Dioxide Concentrations in a Holmoak Urban Park and an Adjacent Open Area in Siena. WIT Transactions on Ecology and the Environment, 174(2), 103–110. doi: 10.2495/AIR130091
Faradilla, E., Kaswanto, R.L., Arifin, H. S. (2018). Analisis Kesesuaian Lahan untuk Ruang Terbuka Hijau dan Ruang Terbuka Biru di Sentul City, Bogor. Jurnal Lanskap Indonesia, 9(2), 101-109. doi: https://doi: 10.29244/jli.v9i2.17398
Gómez-Baggethun E, Barton D. N. (2013). Classifying and valuing ecosystem services for urban planning. Ecological Economics, 86, 235–245. Doi: https://doi.org/10.1016/j.ecolecon.2012.08.019
Humam Manshur, N., Arief, L, N., & Hana, S, F. (2020). Analisis dan Visualisasi Kesesuaian Ruang Terbuka Hijau Purwokerto menggunakan Webgis. Jurnal Geodesi Undip, Januari 9(1), 227-236.
doi: https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/geodesi/article/view/26167
Ismail Solihin. 2012. Manajemen Strategik. Bandung: Erlangga.
Kaswanto, R.L., Ilmi, M.R., Nurhayati, H.S.A. (2023). Waterfront City Management to Realize Low Carbon Landscape in Pekanbaru City, Indonesia. International Journal of Conservation Science, 14(3), 1151-1162.
doi: https://doi.org/10.36868/IJCS.2023.03.24
Mariski., Nasrullah, N., & Gunawan, A. (2017). Kajian Persepsi dan Preferensi Kenyamanan Klimatologis sebagai Indikator Kualitas Taman. Jurnal Lanskap Indonesia, 9(1), 2435. doi: https://doi.org/10.29244/jli.v9i1.14647
Muliasari, I. G. A. D., Suartika, G. A. M., & Saputra, K. E. (2021). Conversion of Public Green Open Spaces to Facilitate the Tourist Industry. In IOP Conference Series: Earth and Environmental Science, 903(1), 1-11.
doi:10.1088/1755-1315/903/1/012011
Nugroho, V. C. (2015). Evaluasi Ruang Terbuka Hijau di Kecamatan Sleman Kabupaten Sleman. Planta Tropika Journal of Agro Science 3(2), 114 – 121.
doi: https://doi.org/10.18196/pt.2015.048.114-121
Nurmasari, I.A. (2006). Studi Peran dan Efektifitas RTH Publik dI Kota Karanganyar. Surakarta: UNS Press.
Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang Kepala Badan Pertahanan Nasional. (2022) Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertahanan Nasional Republik Indonesia No. 14 tahun 2022 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum. (2008). Peraturan Menteri Pekerjaan Umum tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan No. 5 tahun 2008.
Pratama, I. P. A. J., Ngakan, K. A. D., Widiastuti. Kualitas Ruang Terbuka Publik di Kawasan Taman Kota Tabanan. (2020). RUANG: Jurnal Lingkungan Binaan (SPACE: Journal of the Built Environment), 7(2): 145-156.
https://doi.org/10.24843/JRS.2020.v07.i02.p03
Prastiyo, Y. B., Kaswanto, R.L., Hadi, S. A. 2017. Analisis Ekologi Lanskap Agroforestri pada Riparian Sungai Ciliwung di Kota Bogor. Jurnal Lanskap Indonesia, 9(2), 81– 90. https://doi.org/10.29244/jli.2017.9.2.81-90
Razak, M. A. W. A., Othman, N. and Nazir, N. N. M. (2016). Connecting People with Nature: Urban Park and Human Well-being. Procedia - Social and Behavioral Sciences 222, 476–484. doi: 10.1016/j.sbspro.2016.05.138.
Rochim, F. N., & Syahbana, J. A. (2013). Penetapan Fungsi dan Kesesuaian Vegetasi pada Taman Publik sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kota Pekalongan (Studi Kasus: Taman Monumen 45 Kota Pekalongan). Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota), 2(3), 314-327. https://doi.org/10.14710/tpwk.2013.2794
Sahbana, A. (2017). Persepsi Masyarakat terhadap Pembangunan di Desa Muara Botung Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2015. Jurnal Ilmiah Muqoddimah: Jurnal Ilmu Sosial, Politik dan Hummaniora, 2(1), 40–45.
https://doi.org/10.31604/JIM.V2I1.2018.40-45
Savitri, U. F. (2019). Evaluasi Pengelolaan Lanskap Perumahan Citra Gran, Kecamatan Jatisampurna, Kota Bekasi, Jawa Barat. Bogor: IPB Press.
Wulandari, A. (2020). Taman Indonesia Kaya sebagai Ruang Terbuka Publik di Semarang Berdasarkan Kebutuhan Pengguna. RUANG: Jurnal Lingkungan Binaan (SPACE: Journal of the Built Environment), 10(1): 31-44.
https://doi.org/10.24843/JRS.2020.v07.i02.p05
Wibowo, A. (2018). Kebutuhan Pengembangan Standar Nasional Indonesia Fasilitas Taman Kota. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.
Ucapan Terima Kasih
Penulis mengucapkan terima kasih dengan tulus kepada semua pihak yang telah mendukung penelitian ini, termasuk institusi, responden, dosen pembimbing, keluarga, teman-teman, dan pihak yang telah menerbitkan penelitian ini. Semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan masyarakat.
280
SPACE - VOLUME 10, NO. 2, OCTOBER 2023
Discussion and feedback