PUSTAKA VOL. XXII, NO. 1 • 33 – 36

P-ISSN : 2528-7508

E-ISSN : 2528-7516

Kehidupan Sosial Budaya dan Sosial Ekonomi Masyarakat Tegalalang-Gianyar di Masa Pandemi

Anak Agung Inten Asmariati

Program Studi Ilmu Sejarah

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana Email: [email protected]

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Kehidupan sosial budaya dan sosial ekonomi masyarakat desa Tegalalang di masa pandemi dan juga untuk mengetahui tantangan dalam menghadapi situasi pandemi terutama bagi kehidupan sosial budaya dan ekonomi masyarakat desa, yang sebagian besar penduduk generasi muda, perekonomiannya telah beralih kesektor pariwisata. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif.

Hasil dari penelitian ini menyoroti kehidupan sosial budaya masyarakat desa yang sangat kental akan tradisi dan adat istiadat. Tradisi ngerebeg merupakan tradisi yang ada di Tegalalang dan hingga sekarang ini tradisi ini tetap dilaksanakan. Pelaksanaan ngerebeg bertepatan dengan piodalan di Pura Duur Bingin. Di masa pandemi masyarakat desa Tegalalang tradisi ngerebeg tetap dilaksanakan dengan mengikuti protocol kesehatan sesuai dengan anjuran pemerintah. Disektor ekonomi masyarakat desa Tegalalang terutama generasi muda banyak yang bekerja di sektor pariwisata. Adanya pandemi saat ini, berdampak pada aktivitas di sektor pariwisata dibatasi oleh pemerintah ditandai oleh ditutupnya penerbangan internasional sementara waktu. Hal ini berdampak pada tidak ada kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia khususnya ke Bali. Banyak tenaga kerja yang dirumahkan begitu pula dengan tenaga kerja yang ada di Tegalalang. Mengatasi hal tersebut banyak kemudian yang beralih ke sektor usaha dengan bergerak pada usaha UMKM. Ada pula yang kemudian kembali ke sektor pertanian dan perkebunan seperti adanya budi daya papaya dan budi daya kopi. Apalagi sekarang banyak dibukanya café khusus kopi.

Kondisi ini menjadi tantangan bagi generasi muda juga bagi masyarakat desa Tegalalang dalam menghadapi situasi pandemi ini. Kehidupan terus berlangsung dan kebutuhan masyarakat juga akan terus bertambah sehingga untuk mengatasi situasi pandemi ini membuat masyarakat desa segera adaptif dan kreatif dalam mengatasi perekonomian keluarga, maka dengan memulai usaha diharapkan mampu memenuhi kebutuhan ekonomi mereka.

Kata kunci: Adat, Pariwisata, Tradisi Ngerebeg.

Pendahuluan

Kehidupan masyarakat Bali sangat lekat dengan adat, tradisi dan budayanya. Dimulai dari upacara pitra yadnya, manuse yadnya begitu pula adanya piodalan di Pura atau di mrajan sendiri. Selain itu masing-masing wilayah ada yang memiliki tradisi yang diperoleh dari warisan leluhur. Segala hal tersebut merupakan adat istiadat yang ada. Begitu pula dengan halnya masyarakat desa Tegalalang yang sangat kental akan adat, budaya dan tradisinya.

Kegiatan yang merupakan warisan leluhur hingga kini masih dilaksanakan, karena memiliki nilai sakral yang diyakini melindungi wilayah Tegalalang dari segala wabah yaitu tradisi ngerebeg.

Namun di tahun 2020 terjadi suatu bencana yang menimpa hamper seluruh Negara di dunia termasuk juga di Indonesia. Bencana yang terjadi berupa penyebaran virus corona yang menyerang imun manusia. Kondisi ini memberi dampak yang luas pada kehidupan manusia, baik dari sosial ekonomi dengan menyasar terpuruknya pariwisata yang ada di Bali, serta dalam kehidupan sosial budaya masyarakatnya yang berimbas dalam tata cara pelaksanaan upacara keagamaan. Untuk menyikapi kondisi kebencanaan sebagai akibat darri serangan virus corona, masyarakat Tegalalang secara bijaksana selalu mematuhi himbauan-himbauan yang diintruksikan oleh pemerintah pusat propinsi melalui pemerintahan Kabupaten.

Himbauan ini, berkaitan dengan penyebaran virus corona tidak meluas. Melalui pembatasan sosial diantaranya; pembatasan kerumunan massa, pelaksanaan kegiatan lebih banyak di rumah seperti work from home, study from home, dan juga dalam kegiatan upacara keagamaan. Adanya pembatasan kerumunan massa akan berimbas pada kegiatan keagamaan dan kehidupan sosial masyarakat desa Tegalalang yang identic kehidupan masyarakatnya membuat kerumunan setelah mereka selesai dari sawah sekedar duduk santai di warung kopi atau di banjar.

Begitu pula dalam hal sosial ekonomi masyarakat yang sebagian besar masyarakat desa tegalalang bergerak di sektor pariwisata dengan kondisi ditutupnya bandara Internasional sementara waktu sehingga tidak ada kunjungan wisatawan asing, maka sepinya pariwisata banyak tenaga yang dirumahkan. Hal ini berdampak pada kondisi perekonomian keluarga sedangkan kehidupan akan Terus berlangsung sedangkan kondisi ekonomi menjadi suatu masalah yang serius. Terutama yang kedua orang tua bekerja di sektor pariwisata.

Dengan adanya permasalahan diatas maka akan dikaji melalui penelitian yaitu, (1) Bagaimana kehidupan sosial budaya dan sosial ekonomi masyarakat desa Tegalalang di masa pandemi. (2) Apa tantangan dan upaya yang dilakukan masyarakat desa Tegalalang dalam mengatasi kondisi yang diakibatkan oleh pandemi virus corona.

Hasil dan Pembahasan

Perubahan merupakan suatu ciri yang sangat hakiki dalam masyarakat dan kebudayaan. Suatu fakta yang tak terbantahkan, bahwa perubahan merupakan suatu fenomena yang selalu diwarnai perjalanan sejarah setiap masyarakat dan kebudayaannya. Tidak ada suatu masyarakatpun yang statis dalam arti yang absolut. Setiap masyarakat selalu mengalami transformasi dalam fungsi waktu, sehingga tidak ada satu masyarakatpun yang mempunyai potret yang sama, kalau dicermati pada waktu yang berbeda baik masyarakat tradisional maupun masyarakat modern meskipun dengan laju perubahan yang bervariasi (Ayatrohadi, 1986:24).

Masyarakat dan kebudayaan Bali bukanlah suatu perkecualian dalam hal ini. Dengan kata lain bali selalu mengalami perubahan dari masa ke masa, bahkan dari hari ke hari. Dengan adanya

perubahan yang terus menerus tersebut banyak ahli yang mengkhawatirkan kelestarian kebudayaan Bali

Perubahan masyarakat dan kebudayaan Bali, sebagaimana juga halnya dengan daerah lain sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal, baik faktor sosial ekonomi budaya maupun faktor alam fisik dan non fisik juga faktor demografi (Soekanto, 2009:22).

Salah satu perubahan non-fisik yang dirasakan sekarang ini, dengan kehadiran pandemi coronavirus Disease (Covid-19) telah mengubah tatanan dunia dalam waktu singkat. Barangkali juga tidak ada yang pernah membayangkan bahwa pandemi ini akan menyebabkan derita kemanusiaan yang begitu mendalam. Bahkan dalam waktu yang tidak lama, pandemi ini telah menyebar secara cepat dalam skala luas dan menimbulkan banyak korban jiwa.

Menyikapi hal ini, maka terjadinya perubahan dalam kehidupan manusia saat ini merupakan perubahan yang tidak direncanakan, artinya perubahan sosial yang terjadi secara sporadic dan tidak dikehendaki kehadirannya oleh masyarakat. Akibatnya, ketidaksiapan masyarakat dalam menghadapi pandemi ini pada gilirannya telah menyebabkan disorganisasi sosial di segala aspek kehidupan masyarakat (diakses dari Lombok Post, Jumat 9 Juli 2021).

Harus diakui bahwa dampak pandemi covid-19 telah memaksa komunitas masyarakat harus adaptif terhadap berbagai bentuk perubahan sosial yang diakibatkannya. Ragam persoalan yang telah menghadirkan desakan transformasi sosial di masyarakat. Bahkan tidak mungkin peradaban dan tatanan kemanusiaan akan mengalami pergeseran kearah dan bentuk yang jauh berbeda dari kondisi sebelumnya.

Dengan demikian, segala bentuk aktivitas masyarakat yang dilakukan di masa pra-pandemi kini harus dipaksa untuk disesuaikan dengan standard protocol kesehatan. Tentu ini bukan persoalan yang sederhana sebab pandemi covid-19 telah menginfeksi seluruh aspek tatanan kehidupan masyarakat yang selama ini telah diinternalisasi secara terlembaga melalui rutinitas yang terpola dan berulang.

Di masa yang akan datang masyarakat justru akan dihadapkan pada situaasi perubahan yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Sejumlah tata nilai dan norma lama harus ditata ulang dan direproduksi kembali untuk

menghasilkan system sosial yang baru. Munculnya tata aturan yang baru tersebut kemudian salah satunya ditandai dengan adanya himbauan dari pemerintah untuk belajar, bekerja dan beribadah di rumah sejak awal kemunculan virus ini di Indonesia. Begitu pula dengan pola kebiasaan masyarakat yang senang berkumpul dan bersalaman, kini dituntut untuk terbiasa melakukan pembatasan sosial. Kondisi semacam ini juga berlaku dalam kehidupan masyarakat desa. Masyarakat desa yang kehidupannya sering berkelompok dan membuat kerumunan karena terkait dengan kegiata adat istiadat maka sesuai dengan himbauan pemerintah kegiatan tersebut dibatasi.

Dalam konteks saat ini, perilaku dan kebiasaan masyarakat secara konvensional di masa pra-pandemi kemudian diatur dan ditransformasikan melalui pola interaksi secara virtual. Kondisi ini sekaligus mempertegas bahwa fungsi teknologi menjadi sangat penting sebagai perantara interaksi sosial masyarakat di era pandemi saat ini.

Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di tengah merebaknya pandemi covid-19 juga telah mempengaruhi kebijakan-kebijakan Negara dalam mengatur perilaku dan kebiasaan masyarakat. Penerapan physical distancing telah mengubah ragam bentuk prilaku masyarakat yang kemudian mengharuskan adanya jarak fisik dalam proses interaksi sosial

Dalam hal ini, prilaku dan kebiasaan masyarakat secara konvensional di masa pra-pandemi kemudian diatur dan ditransformasikan melalui pola interaksi secara virtual. Kegiatan ini dilakukan oleh para siswa-siswi maupun tenaga pendidik dan kependidikan yaitu dari tingkat TK, SD, SMP, SMA hingga PT. Jika para siswa berasal dari kalangan keluarga menegah ke atas penggunaan teknologi sebagai media pembelajaran tentunya tidak menjadi beban. Namun bila dalam kondisi ekonomi menengah ke bawah tentunya menjadi suatu kendala bagi siswa-siswi dalam mengikuti pembelajaran, permasalahan semacam ini mesti bisa di kondisikan pula oleh pemerintah.

Lebih jauh, kondisi masyarakat yang belum siap menerima perubahan akibat pandemi covid-19 tentu dapat menggoyahkan nilai dan norma sosial yang telah berkembang dan dianut oleh masyarakat selama ini. Meskipun demikian, masyarakat pada dasarnya memang akan selalu mengalami perubahan. Masyarakat tidak bisa

dibayangkan sebagai keadaan yang tetap, melainkan sebagai proses yang senantiasa berubah dengan derajat kecepatan, intensitas, irama dan tempo yang berbeda (Soekanto, 2009:80).

Kehidupan masyarakat desa Tegalalang juga dituntut untuk adaptif terhadap kondisi yang ditimbulkan oleh pandemi. Aktivitas sosial yang dibatasi termasuk dalam pelaksanaan kegiatan agama juga kegiatan membuat kerumunan sepulang dari pekerjaan di sawah. Biasanya para petani istirahat siang di bale banjar di damping kopi dan ngobrol dengan sesame para petani. Aktivitas semacam ini sudah tidak ditemukan selama pandemi karena mereka lebih banyak tinggal di rumah sepulang bekerja.

Dalam sektor ekonomi juga menimbulkan suatu permasalah bagi keluarga yang perekonomiannya ditopang dari sektor pariwisata. Semenjak adanya pandemi covid-19, oleh pemerintah sementara kegiatan pariwisata dibatasi guna menekan terjadinya penyebaran virus ini. Mengantisipasi kondisi ini banyak para tenaga yang dirumahkan beralih melakukan kegiatan usaha UMKM da nada yang kembali ke sektor pertanian melihat kondisi geografis dari desa Tegalalang dekat dengan wilayah Kintamani sehingga wilayahnya memiliki hawa yang sejuk.

Salah satu yang dikembangkan pada sektor budi daya kopi, dengan penyalurannya di sekitar pulau Bali dan sudah merambah keluar pulau. Saat ini banyak ditemui adanya café khusus menjual coffe seperti Starbuck, Coffekoe, Kullo, TanPanama ini sebagai café yang dirintis oleh anak-anak muda pencinta kopi. Menggeliatnya perekonomian di masa pandemi memberi suatu harapan akan pertumbuhan ekonomi bagi tenaga-tenaga kerja yang dirumah sebagai dampak dari pandemi juga bagi masyarakat sekitarnya.

Adanya wabah pandemi covid-19 tidak hanya memberikan dampak negative tetapi juga mengindikasikan dampak positif terhadap perubahan prilaku. Dalam jangka pendek untuk menghadapi ancaman Covid-19, protocol kesehatan dan kebijakan pemerintah menjadi pandusan untuk berprilaku. Sedangkan untuk jangka panjang justru banyak prilaku yang terbentuk secara kontruktif yang membuat kehidupan manusia ke depan akan lebih baik khususnya bagi masyarakat desa melalui edukasi pemahaman mereka akan bahayanya Covid-19 membuat pola prilaku masyarakat desa kearah hidup bersih.

Tidak hanya pada prilaku hidup bersih dan sehat juga pada penggunaan teknologi, diantaranya sebagai kebiasaan baru di sektor Pendidikan, prilaku dalam media sosial, prilaku kerja, prilaku konsumen dan prilaku sosial keagamaan akan berubah menjadi lebih baik dan efisien. Perubahan prilaku untuk kenormalan baru, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang perlu dipelihara, dikembangkan dan dimodifikasi. Ada nenerapan upaya untuk merancang dan mengevaluasi prilaku yang mestinya dicermati yaitu; edukasi, persuasi, insentif, penerapan aturan, pelatihan, pembatasan, restrukturasi lingkungan, modeling dan pemberdayaan (Miquel, Covvarubias:1976).

Simpulan

Kehidupan sosial masyarakat desa Tegalalang di masa pandemi dalam segala kegiatan keagamaan, pendidikan maupun dalam kegiatan sosial lainnya selama pandemi mengikuti arahan kebijakan pemerintah. Masyarakat desa menyadari akan bahayanya virus tersebut, maka segala himbauan yang diberikan oleh pemerintah memiliki tujuan yang positif guna menekan terjadinya penyebaran virus.

Dengan diterapkannya pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) akan berimbas pada pelaksanaan adat dan tradisi yaitu pelaksanaan tradisi ngerebeg. Dalam masa pandemi tradisi ngerebeg sebagai salah satu warisan budaya dari leluhur tetap dilaksanakan dengan mengikuti arahan pemerintah melalui penerapan protocol kesehatan.

Sikap adaptif juga dilakukan pada pengalihan pekerjaan masyarakat yang sebelumnya bekerja di sector pariwisata beralih ke sector usaha UMKM, usaha jasa GOJEK, GRAB dan juga ada yang kembali ke sector pertanian, seperti budi daya coffee, buah-buahan bahkan budi daya pohon kelor. Kondisi pandemi telah membawa perubahan dalam kehidupan masyarakat di desa Tegalalang. Hal terpenting yang mesti selalu diingat oleh masyarakat desa yaitu menerapkan pola hidup sehat dan bersih. Yang diharapkan oleh pemerintah bahwa pola

semacam ini bisa menjadi suatu kebiasaan yang dilaksanakan berdasarkan kesadaran dari masyarakatnya sendiri.

Daftar Pustaka

Adeney, Bernard.T. 1995. Etika Sosial Lintas Budaya. Yogyakarta: Kanisius.

Ayatrohaedi. 1986. Kepribadian Budaya Bangsa (Local Genius). Jakarta: Pustaka.

Balitbangsos-Depsos RO. Tinjauan Tentang Kearifan Lokal. Edisi kedua. Jakarta: Pusat Pengembangan Ketahanan Sosial Masyarakat.

Burke, Peter. 2011. Sejarah dan Teori Sosial. Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Covvarrubias, Miquel. 1976. Island of Bali, Oxford University Press.

Daliman, 2012. Metode Penelitian Sejarah. Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Kartidirdjo, sartona. 1970. Kebudayaan Indonesia. Yogyakarta. Yayasan Obor.

Kuntjara, Esther. 2006. Penelitian Kebudayaan: Sebuah Panduan Praktis. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Soekanto, Soejono. 2009. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press.

DAFTAR INFORMAN

No

Nama

Umur

Pekerjaan

Alamat

1

Made

Mustika

35 Tahun

Wirausaha

Br. Tegal Tegalalang

2

Komang Juniarti

48 Tahun

Wirausaha

Br. Tegalalang, Tegalalang

3

A.A Gede Putra

65 Tahun

Petani

Br.

Triwangsa Tegalalang

36