PUSTAKA

JURNAL ILMU-ILMU BUDAYA

VOL. XX NO. 2 • AGUSTUS 2020

Peningkatan Kualitas SDM Melalui Pelatihan Bahasa Inggris Sebagai Penggiat Literasi Bagi Anak-Anak Jalanan di Yayasan Lentera Anak Bali (YLAB)

Sri Widiastutik, Komang Trisnadewi, I Ketut Setiawan  73

Beda Bahasa dan Berbahasa : Kajian Kepustakaan

Made Henra Dwikarmawan Sudipa  80

Bentuk Tabu Bahasa Korea

Anak Agung Gede Suhita Wirakusuma  84

Desa dan Banjar Sebagai Kesatuan Struktural dan Fungsional Ketut Kaler  93

Standardisasi Pengajaran BIPA: Revaluasi Metode Menuju Kompetensi Komunikatif

I Ketut Darma Laksana  99

Gianyar Dalam Perspektif Arkeologi

I Ketut Setiawan  107

Pengembangan Industri Kreatif di Desa Wisata Bona, Belega dan Keramas Perspektif Gender

Ida Ayu Putu Mahyuni  114

Perkembangan Seni Patung Garuda di Dusun Pakudui Gianyar

Anak Agung Inten Asmariati  120

Alih Bahasa Figuratif Pada Terjemahan Karya Sastra Puisi

Sang Ayu Isnu Maharani, I Nyoman Tri Ediwan  124

Makna Sapaan Pada Penggunaan Negirai Kotoba: Cerminan Ragam Bahasa Jepang

Ni Made Andry Anita Dewi, Silvia Damayanti  130

Pedoman Penulisan Naskah dalam Jurnal Pustaka

PUSTAKA

JURNAL ILMU-ILMU BUDAYA

P-ISSN: 2528-7508 E-ISSN: 2528-7516

VOL. XX NO. 2 • AGUSTUS 2020

Susunan Redaktur PUSTAKA :

Penanggung Jawab Dr. Made Sri Satyawati, S.S., M.Hum.

Pemimpin Redaksi

Ngurah Indra Pradhana, S.S., M.Hum.

Wakil Ketua

I Gusti Ngurah Parthama, S.S., M.Hum.

Sekretaris

Dr. Bambang Dharwiyanto Putro, S.S., M.Hum.

Staf Redaksi

I Nyoman Aryawibawa, S.S., M.A., Ph.D.

Dr. Dra. Ni Made Suryati, M.Hum.

Dr. Dra. Ni Ketut Ratna Erawati, M.Hum. Zuraidah, S.S., M.Si.

Drs. I Wayan Teguh, M.Hum Fransiska Dewi Setiowati Sunarya, S.S., M.Hum

Mitra Bestari

Prof. Dr. I Wayan Ardika, M.A (Unud)

Prof Dr. I Nyoman Darma Putra, M.Litt (Unud)

Prof. Dr. Made Budiarsa, M.A (Unud)

Prof. Thomas Reuter (Melbourne University) Prof. Dr. Nengah Bawa Atmadja, M.A. (Undiksha) Prof. Dr. Susantu Zuhdi (UI)

Prof. Dr. Irwan Abdulah (UGM)

Pelaksana Tata Usaha :

I Gede Nyoman Konsumajaya

Naskah dikirim ke alamat : jurnalpustaka@unud.ac.id

Foto sampul oleh I Gede Gita Purnama & I Putu Widhi Kurniawan

Alih Bahasa Figuratif Pada Terjemahan Karya Sastra Puisi

Sang Ayu Isnu Maharani, I Nyoman Tri Ediwan

Prodi Sastra Inggris

isnu_maharani@unud.ac.id, tri_ediwan@unud.ac.id

Abstrak

Penerjemahan puisi memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi dibanding teks terjemahan pada umumnya. Penerjemah biasanya menghadapi masalah dalam menerjemahkan bahasa kiasan oleh karena penting untuk menghasilkan kesepadanan dari bahasa sumber (BSu) ke bahasa sasaran (BSa) terutama dari aspek sosio budaya. Penelitian ini berusaha mengidentifikasi bahasa figuratif serta pergeseran pada terjemahan karya sastra puisi.

Penelitian ini mengambil data secara acak dari antalogi puisi yang berjudul ‘Serpihan Sajak Dari Australia’. Sumber data adalah puisi berbahasa Inggris (BSu) dengan terjemahannya dalam bahasa Indonesia (BSa). Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menggunakan metode dokumentasi. Adapun teknik yang digunakan adalah teknik simak dan catat. Puisi dari BSu dicatatkan baris per baris demikian halnya dengan puisi dari BSa untuk kemudian dianalisa dengan cara membandingkan isi puisi tersebut. Analisa mencakup bahasa figuratif dan juga strategi terjemahan yang digunakan pada terjemahan karya sastra puisi tersebut. Adapun pendekatan atau teori yang diaplikasikan untuk penelitian ini adalah teori terjemahan (Larson), teori pergeseran penerjemahan (Catford dan Simatupang).

Kata kunci: alih bahasa, bahasa figuratif, pergeseran, strategi, karya sastra puisi

PENDAHULUAN

Alih Bahasa atau yang lebih dikenal dengan istilah terjemahan merupakan bagian ilmu linguistik terapan yang kebermanfaatannya diperlukan pada berbagai ranah; dalam berbagai disiplin ilmu untuk menjembatani informasi yang belum ditransfer pada bahasa sasaran atau bahasa target. Terjemahan pada era global merupakan keniscayaan sebagai salah satu bentuk komunikasi dunia. Terjemahan bisa mengacu pada ‘Proses’ dan juga bisa juga dimaknai sebagai ‘Produk’. Acuan ‘Proses’ adalah kegiatan berlangsungnya penerjemahan dari bahasa sumber (BSu) menjadi bahasa sasaran (BSa) oleh seorang penerjemah. Sedangkan ‘Produk’ mengacu pada hasil karya terjemahan seorang penerjemah. Secara etimologi terjemahan didefinisikan sebagai perubahan bentuk dari satu ke bentuk yang lainnya, dari bahasa yang satu atau ke bahasa lainnya (Kamus Merriam Webster, 1974). Terjemahan juga dimaknai sebagai kegiatan mempelajari leksikon, struktur gramatika, situasi komunikasi dan konteks budaya dari teks bahasa sumber, menganalisanya untuk kemudian menentukan maknanya, lalu merekonstruksinya pada makna yang sama dengan menggunakan leksikon dan struktur gramatika yang sesuai pada bahasa

sasaran dan juga konteks budayanya (Larson, 1984:3) Berangkat dari uraian sederhana mengenai terjemahan di atas maka menerjemahkan buku atau karya tulis baik fiksi ataupun nonfiksi dari satu bahasa ke bahasa lainnya adalah suatu pekerjaan yang tidak hanya sekedar mengalihbahasakan suatu karya saja. Namun, lebih dari itu, penerjemah juga dituntut untuk menyalurkan gagasan penulis ke pembaca dalam bahasa sasaran. (Pustaloka Kompas, Mei 2003).

Jenis karya terjemahan beragam, disampaikan dari linguis yang berbeda. Menurut Larson (1984:15) terjemahan dibagi atas dua jenis yaitu terjemahan berbasis bentuk (form based translation) dan terjemahan berbasis makna (meaning based translation). Sedangkan Catford (1978:21) menyebutkan pembagian terjemahan berdasarkan eksten yaitu terjemahan penuh (full translation) dan terjemahan yang tidak penuh (partial translation). Dalam tataran level, jenis terjemahan terdiri atas terjemahan total (total translation) dan restricted translation. Dalam tataran ranking, terjemahan dibagi atas rankbound translation dan unbounded translation. Lain halnya dengah Jacobson (2000) yang membagi jenis terjemahan menjadi terjemahan intralingual, interlingual dan intersemiotik.

Selanjutnya, jenis terjemahan yang disampaikan menurut Brislin di Choliludin (2007:26-30) adalah berdasarkan tujuan terjemahannya yaitu Terjemahan Pragmatis, terjemahan Estetik Puitis, terjemahan Etnografi, dan terjemahan Lingustik. Terjemahan Pragmatis mengacu pada terjemahan dari pesan yang berkepentingan dengan keakuratan informasi yang dimaksudkan untuk disampaikan dalam bentuk dalam aspek-aspek lain dari versi bahasa aslinya. Terjemahan Estetik memperhitungkan pengaruh, emosi dan perasaan versi asli serta informasi dalam pesan. Terjemahan Etnografi tujuannya adalah untuk menjelaskan konteks budaya bahasa sumber dan versi bahasa target. Sedangkan terjemahan Linguistik berfokus pada kesetaraan makna dengan morfem konstituen dari bahasa sumber dan bentuk gramatikal.

Tulisan ini membahas lebih detail mengenai jenis terjemahan yang disampaikan oleh Brislin yaitu terjemahan Estetik Puitis. Jenis terjemahan ini merupakan bagian dari jenis terjemahan karya sastra. Terjemahan karya sastra terdiri atas dua yaitu terjemahan karya sastra kreatif seperti novel, cerpen, puisi dan drama. Terjemahan karya sastra deskriptif, seperti essay, karya sastra ilmiah, teori sastra dan kritik sastra. (Arin Purwo dkk, 2012). Terjemahan Estetik Puitis merupakan terjemahan dengan tingkat kesulitan yang tinggi; berbeda dengan jenis terjemahan lainnya. Menerjemahkan karya sastra khususnya puisi membutuhkan strategi ataupun ketrampilan khusus; penerjemah harus mahir dengan bahasa sumber dan sasaran serta setidaknya memiliki pemahaman tentang stilistika, karya sastra dan budaya. Tingkat kesulitannya ada pada kemampuan penerjemah untuk bisa memahami serta mengapresiasikan suatu karya sastra melalui proses kreatifnya. Untuk menghasilkan terjemahan puisi yang berterima dalam BSa tentunya bisa terjadi pergeseran dalam proses menerjemahkan tersebut. Pergeseran yang terjadi bisa berupa pergeseran bentuk ataupun pergeseran makna oleh karena puisi mengandung banyak bahasa figuratif.

Berangkat dari uraian latar belakang di atas maka tulisan ini merumuskan dua masalah untuk di analisa, yaitu:

  • (1)    Apa saja bahasa figuratif yang ditemukan pada puisi ‘The Death of the

Bird’ dan juga terjemahannya ‘Ajal si Burung Betina’?

  • (2)    Bagaimana pergeseran yang terjadi pada puisi The Death of the Bird’ -‘Ajal si Burung Betina’?

II METODOLOGI

Sumber Data penelitian ini dipilih secara acak dari antologi puisi yang berjudul MENDORONG JACK KUNTIKUNTI Serpihan Sajak dari Australia. Edisi Bilingual Inggris-Indonesia. Buku ini diterbitkan oleh Yayasan Obor Indonesia di Jakarta tahun 1991. Buku ini dipilih oleh karena buku ini merangkum puisi-puisi dari penyair-penyair terbaik yang dimiliki oleh Australia. Sumber data dipilih secara acak dan merupakan puisi terjemahan dari Bahasa Inggris (BSu) ke Bahasa Indonesia (BSa). Puisi yang digunakan untuk penelitian ini berjudul ‘The Death of the Birth’ karya A.D Hope dengan versi terjemahannya ‘Ajal si Burung Betina’

Pengumpulan data dilakukan dengan metode simak, yaitu menyimak (membaca) secara teliti semua baris-baris dari bait-bait yang ada dalam puisi tersebut. Teknik yang digunakan untuk penelitian ini adalah teknik catat. Setiap baris dari sumber data dituliskan beserta terjemahannya. Hasil terjemahan kemudian dianalisa untuk mengidentifikasikan bahasa figuratifnya dan juga pergeseran terjemahan yang terjadi.

Metode dan teknik analisa data yaitu deskriptif kualitatif. Metode ini menerapkan teknik deskripsi pada saat dilakukan analisa mengenai bahasa figuratif, pergeseran terjemahan karya sastra puisi. Hasil analisa data diuraikan dengan kalimat-kalimat, untuk temuan bahasa figuratif dipresentasikan dalam bentuk tabel dan pergeseran terjemahan di uraikan secara representatif.

  • III PEMBAHASAN

Pada bagian ini diuraikan hasil identifikasi dari bahasa figuratif yang dapat ditemui pada sumber data penelitian ini. Bahasa figuratif yang ditemukan diuraikan secara berturut turut dalam bahasa Inggris-bahasa Indonesia Bahasa Figuratif yang ditemukan dalam puisi adalah sebagai berikut:

Jenis Bahasa Figuratif

‘The Death of The Birth’ Bahasa Inggris (BSu)

‘Si Ajal Burung Betina’ Bahasa Indonesia (BSa)

Metafora

For every bird there is this last migration

Bagi setiap burung ada perjalanan penghabisan

Love pricks the course in lights across the chart

Cinta menggariskan titik-titik cahaya melintas peta

..and the great earth, with neither grief not malice receives the tiny burder of her death

..dan bumi yang agung, tanpa dengki ataupun duka menerima beban ringan ajalnya

Imajeri

The sands are green with a mirage of valleys

Hamparan berwarna hijau dengan fatamorgana lembah

The palm-tree casts a shadow not its own

Pohon kelapa membuat bayangan yang bukan miliknya

Down the long architrave of temple or palace

Menyusuri sepanjang bangunan candi dan istana

Metonimi

With a warm passage to a summer station

Di jalur hangat menuju ke persinggahan musim panas

Hiperbola

By a whole hemisphere, summons her to come

Terpisah oleh belahan bumi, mengundangnya datang

Oximoron

Once more the cooling heart, heat its soul

Sekali lagi hati mendingin menyalakan jiwanya

The delicate voice, more urgent with despair

Suara lembut itu yang seperti mendesak oleh putus asa

Going away she is also coming home

Ia pun pergi dan sekaligus pulang

Simbolisme

The invisible thread is broken as she flies

Benang gaib itu putus ketika ia terbang

Lost in the unfriendliness blue sky

Tersesat di keasingan biru angkasa

Personifikasi

..And day by day the whisper of love grows stronger

..Hari demi hari semakin kuat bisikan cinta

Custom and fear constraining her no longer,……

Adat dan kecemasan tak mampu lagi menahannya….

and darkness rises from the eastern valleys

dan gelap bangkit dari timur sana

and the winds buffet her with their hungry breath

dan angin memukulnya dengan hembusan dahaga

Asosiasi

Vanishing point in a meaningless regions

Titik yang lenyap di antara daerah tak bermakna

Helplessly alone, uncertain of its place

Sendiri tanpa daya, tak pasti akan tempatnya

Didn’t give him the way, the disheveled light give him no sign

Tak memberinya jalan, cahaya kusut tak memberinya tanda

Melalui identifikasi bahasa figuratif yang ditemukan pada uraian di atas maka berikut dianalisa secara singkat mengenai pergeseran terjemahan yang terjadi pada bahasa figuratif terjemahan puisi tersebut. Adapun data yang dimunculkan merupakan representasi secara acak dari keseluruhan data yang ditemui pada puisi tersebut di atas.

Data 1

For every bird there is this last migration (BSu) Bagi setiap burung ada perjalanan penghabisan (Bsa)

Metafora merupakan salah satu bahasa figuratif yang mengungkapkan ungkapan secara

tidak langsung berupa perbandingan analogis. Makna yang terkandung dalam jenis bahasa ini adalah peletakan kedua dari makna asalnya, yaitu makna yang bukan menggunakan kata dalam arti sesungguhnya, melainkan sebagai kiasan yang berdasarkan persamaan atau perbandingan. Secara sederhana metafora berarti perbandingan yang implisit.

Data di atas dapat dikategorikan sebagai metafora karena mengacu pada kata ‘last migration’ (Bsu) yang jika secara literal dapat diterjemahkan menjadi ‘migrasi terakhir’. Ketika pembaca membaca judul puisi yang bercerita tentang ‘burung’ maka secara otomatis pikiran pembaca akan dibawa pada asumsi tentang

‘migrasi’ yang sedianya dilakukan oleh kawanan burung. ‘last migration’ mengandung analogi hubungan antara sekawanan burung dan migrasi.

Kata ‘last migration’ yang diterjemahkan menjadi ‘perjalanan penghabisan’ mengalami pergeseran terjemahan pada tataran semantik, yaitu perbedaan sudut pandang budaya.

Last migration (Bsu) Perjalanan penghabisan (Bsa) For every bird there is this last migration (Bsu) Bagi setiap burung ada perjalanan

penghabisan (Bsa)

Jika ditinjau secara lebih spesifik dan literal maka dapat kita temui adanya penghilangan kata ‘this’ yang berarti ‘disini’ pada terjemahan bahasa sasaran. Selain itu pada bahasa figuratif Bsu kita bisa mengkategorikan kalimat tersebut menjadi metafora sedangkan pada bahasa figuratif Bsa kalimat tersebut dapat dikategorikan menjadi bahasa figuratif hiperbola. Hal ini bisa terjadi oleh karena kata ‘last migration’ diterjemahkan secara berlebihan menjadi ‘perjalanan penghabisan’. Kata ‘last’ berarti terakhir. Pada terjemahan Bsa kata ‘last’ diterjemahkan menjadi ‘penghabisan’, padahal yang kita pahami tidak ada penghabisan dari sebuah migrasi; itulah sebabnya hasil terjemahan Bsa pada data di atas menjadi bahasa figuratif hiperbola.

Data 2

By a whole hemisphere, summons her to come (Bsu)

Terpisah oleh belahan bumi, mengundangnya datang (Bsa)

Data BSu di atas dapat dikategorikan menjadi bahasa figuratif mengacu pada kata ‘by a whole hemisphere’ yang secara literal berarti ‘oleh seluruh lapisan bumi’. Secara lebih spesifik kata ‘whole’ yang berarti ‘seluruh’ memberikan kesan berlebihan pada kalimat yang dibentuknya. Akan tetapi sebaliknya, dalam Bsa kata ‘seluruh’ justru tidak muncul; digantikan oleh kata ‘terpisah’. Ini menunjukkan bahwa bahasa figuratif yang diciptakan pada Bsu belum tentu memiliki kesepadanan bahasa figuratif yang sama pada Bsa.

Pergeseran yang terjadi pada terjemahan data di atas adalah terjemahan pada tataran kategori yaitu pada tataran struktur dan kelas kata. Seperti diuraikan lebih detail berikut:

By a whole hemisphere (Bsu)

terpisah oleh belahan bumi (Bsa)

Kata hubung + pemarkah+kata benda kata kerja+kata hubung+kata benda

Secara struktur Bsu memulai kalimatnya dengan kata hubung ‘by’ sedangkan pada Bsa kata ‘oleh’ didahului dengan kata kerja intransitif ‘terpisah’. Pergeran dimaksud adalah untuk memberikan nilai bahasa puitis yang elok tanpa mengurangi makna yang ingin disampaikan. Demikian halnya dengan pergeseran kelas kata, baris puisi di atas memiliki kelas kata yang berbeda oleh karena terjemahan baris pada Bsa tidak diterjemahkan secara literal.

Secara semantik, baris puisi di atas juga mengalami pergeseran secara semantik. Seperti halnya data sebelumnya, data 2 mengalami pergeseran semantik; dapat ditemui pada kata ‘by a whole’ yang diterjemahkan menjadi ‘terpisah’

By a whole……(Bsu)

terpisah……(Bsa)

Kata keterangan

Kata kerja

Data 3

And the winds buffet her with their hungry breath (Bsu)

Dan angin memukulnya dengan hembusan dahaga (Bsa)

Data 3 menunjukkan bahasa figuratif personifikasi dapat dilihat dari kata ‘buffet’ yang diterjemahan menjadi ‘memukulnya’ pada Bsa. Personifikasi lebih detail mendeskripsikan angin yang memukul burung dengan hembusan dahaganya. Angin berlaku layaknya manusia yang memukul si burung. Pergeseran yang terjadi pada data di atas dapat dikategorikan pergeseran semantik oleh karena kata ‘hungry breath’ yang secara literal berarti ‘nafas lapar’ diterjemahkan menjadi ‘hembusan dahaga’. Kata ‘hungry’ yang berarti ‘lapar’ diterjemahkan menjadi ‘dahaga’ pada BSa. Boleh jadi ini dilakukan untuk memberikan nilai estetis bahasa; terjemahan yang literal atau mengabaikan unsur estetis tentunya akan kurang enak didengar jika diterjemahkan menjadi ‘nafas lapar’ atau ‘hembusan lapar’. Peran rasa dalam terjemahan estetis puitis tentunya menjadi hal utama untuk menghasilkan hasil terjemahan yang memiliki nilai estetis pada Bsa.

Data 4

Once more the cooling heart light its soul Sekali lagi tahun mendingin menyalakan jiwanya

Data di atas merupakan bagian yang dikagorikan sebagai oxymoron. Jenis bahasa figuratif ini menunjukkan kata-kata yang sama dan perbedaaan yang memiliki makna yang berlawanan. Apabila ditampilkan secara bersama-sama menjadi satu kalimat akan menghasilkan efek verbal yang membingungkan dan, namun menarik. Adapun dua kata yang berlawanan yang ditemui dalam Bsu adala ‘cooling’ dan ‘light’

yang diterjemahkan dalam Bsa menjadi ‘mendingin’ dan ‘menyalakan’. Kedua kata yang berlawanan tersebut di munculkan dalam satu kalimat yang menghasilkan efek verbal yang menarik. Bahwa hati yang dingin menyalakan jiwanya

Apabila ditinjau dari aspek pergeseran maka tidak terlihatnya adanya pergeseran kategori seperti yang diuraikan berikut.

Bsu

Once more the cooling heart light its soul

Adverb.time Subject Verb Obj.

Bsa

Sekali lagi hati mendingin menyalakan jiwanya Ket waktu Subyek   Kt.kerja       Obyek

Namun demikian terjemahan di atas memiliki pergeseran semantik seperti yang terlihat pada kata ‘light its soul’ menjadi ‘menyalakkan jiwanya’. Kata ‘light’ secara literal berarti menerangi. Namun, dalam konteks kalimat di atas kata ‘light’ diterjemahkan menjadi ‘menyalakan’. Hati yang dingin dipanaskan (dinyalakan). Dua hal yang berlawanan namun ditampilkan secara bersama sama.

Data 5

The sands are green with the mirage of valleys Hamparan berwarna hijau dengan fatamorgana lembah

Pada data 5 dapat kita temui salah satu contoh dari bahasa figuratif imajeri. Jenis bahasa ini adalah bahasa yang melukiskan perihal keindahan alam. Pada Bsu termuat ‘the sands are green’ yang dalam terjemahannya pada Bsa menjadi ‘hamparan pasir berwarna hijau’. Dilanjutkan dengan frase ‘with the mirage of valleys’ yang diterjemahkan menjadi ‘dengan fatamorgana lembah’. Pembaca diajak untuk membayangkan hamparan yang hijau dan juga lembah. Pada situasi biasa tentunya jarang kita temui pasir yang berwarna hijau, karena pada umumnya pasir berwarna hitam atau putih. Oleh karena itu kata ‘sands’ disini mengalami pergeseran semantik, yaitu pergeseran makna. Kata ‘sands’ sendiri bisa diartikan sebagai hamparan rumput hijau. Pada terjemahan dapat kita lihat bahwa kata ‘sands’ hanya diterjemahkan menjadi ‘hamparan’

Data 6

Lost in the unfriendliness blue sky Tersesat di keasingan biru angkasa

Data 6 merupakan representasi bahasa figuratif simbolisme. Pada kalimat Bsu dan Bsa disebutkan bahwa ada yang tersesat di keasingan biru angkasa. Pencantuman kata ‘keasingan’ pada kalimat Bsa memberikan penekanan pada kata ‘tersesat’. Bahwa yang dimaksud dalam kalimat tersebut adalah si burung betina yang terlepas dari kawananannya. Ia melakukan perjalanan sendiri, dan dalam kesendiriannya ia seperti tersesat di luasnya langit biru. Secara simbolis, kalimat tersebut juga bisa diperuntukkan bagi manusia yang juga mengkin mengalami perasaan tersesat, dan terasing pada suatu tempat yang tidak biasa, pada saat dihampiri perasaan kesendirian. Data tersebut tidak memperlihatkan adanya pergeseran secara kategori namun bisa dikategorikan pada tataran semantik. Makna yang ditunjukkan pada kata ‘unfriendliness’ dalam terjemahan puisi di atas adalah ‘keasingan’. Pada makna literal ‘unfriendly’ berarti ‘tidak ramah’. Pada konteks lirik puisi diatas ‘unfriendliness’ diterjemahkan menjadi ‘keasingan’ oleh karena pilihan kata ‘keasingan’ terdengar lebih puitis secara verbal dibandingkan kata ‘ketidakramahan’.

Kesimpulan

Alih Bahasa yang lebih dikenal dengan istilah terjemahan merupakan sebuah aktifitas bahasa yang dilakukan oleh berbagai kalangan masyarakat sebagai wujud aktualisasi dunia global. Terdapat berbagai jenis terjemahan yang dapat ditemui dalam berbagai jenis teks atau genre. Salah satu jenis terjemahan yang dapat ditemukan pada karya sastra adalah terjemahan estetik puitis; terjemahan ini adalah terjemahan

yang memperhitungkan pengaruh, emosi dan perasaan versi asli serta informasi dalam pesan.

Terjemahan Estetik Puitis pada puisi ‘The Death of The Bird_Ajal Si Burung Betina’ menemukan berbagai jenis bahasa figuratif; diantaranya adalah metafora, personifikasi, hiperbola, simbolisme, oxymoron serta asosiasi. Pergeseran terjemahan yang dapat ditemukan pada data puisi di atas, diantaranya adalah pergeseran kategori dalam tataran struktur dan kelas kata, juga pergeseran pada tataran semantik yang memiliki perbedaan sudut pandang.

DAFTAR PUSTAKA

Baker, Mona (ed). 2000. Routledge Encyclopedia of Translation Studies. London: Routledge

Basnett, S. 2002. Translation Studies. 3rd.ed. New York: Routledge

Chiaro, Delia. 1992. The Language of Jokes: Analyzing verbal play. London: Routledge

Delabatista, D. 1993. There’s a Double Tongue: An Investigation into the translation of Shakespeare’s wordplay with special reference to Hamlet. Amsterdam: Rodopi

Firmin, M. 2008. Data Collection. In L.M Given (eds). The Sage Encyclopedia of Qualitative Reasearch Methods. California: Sage

Hatim, B & Munday, J.2004. Translation : An Advanced Resource Book. New York: Routledge

Larson, M. 1998. Meaning-Based Translation: A Guide to Cross-Language Equivalence. 2nd.ed. New York: University Press of America

Nida. E.A. 1975. Language Structure and Translation. Standford: Standford Univ Press

129