PUSTAKA VOL. 24, NO.1 • 104 – 114

p-ISSN: 2528-7508

e-ISSN: 2528-7516


Terakreditasi Sinta-5, SK No: 105/E/KPT/2022

Analisis Perilaku Mahasiswa dalam Menemukan Literatur Rujukan Materi Diskusi Tutorial Online

Hascaryo Pramudibyanto

Semarang, Jawa Tengah, Indonesia [email protected]

Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Sains Informasi FHISIP Universitas Terbuka

ABSTRACT

This research analyzes students’ behavior in searching for reference literature in online tutorial discussions, highlighting various approaches used in deepening understanding of learning materials. The results indicate that students actively utilize online tutorials as their primary source to enhance understanding and skills related to the courses they are taking, as well as actively participate in online discussions. However, some students exhibit less active participation, indicating variations in student engagement in online learning. Some factors influencing low participation include differences in learning preferences and time constraints. Therefore, it is recommended to develop clear participation guidelines, provide incentives to active students, and develop more interactive learning methods in online tutorials. Additionally, educational institutions should provide strong technical support to students to ensure active participation. These efforts are expected to enhance the quality of learning and interaction among members of the academic community in online learning.

Keywords: online tutorial, reference, textbook, attitude, behavior, discussion

ABSTRAK

Penelitian ini menganalisis perilaku mahasiswa dalam mencari literatur rujukan dalam diskusi tutorial online, menyoroti beragam pendekatan yang digunakan dalam memperdalam pemahaman materi pembelajaran. Hasilnya menunjukkan bahwa mahasiswa secara aktif menggunakan tutorial online sebagai sumber utama untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan terkait mata kuliah yang diikuti, serta berpartisipasi aktif dalam diskusi online. Namun, sebagian mahasiswa menunjukkan partisipasi yang kurang aktif, menunjukkan variasi dalam keterlibatan mahasiswa dalam pembelajaran daring. Beberapa faktor yang mempengaruhi partisipasi yang rendah termasuk perbedaan preferensi belajar dan keterbatasan waktu. Oleh karena itu, disarankan untuk menyusun panduan partisipasi yang jelas, memberikan insentif kepada mahasiswa yang aktif, dan mengembangkan metode pembelajaran yang lebih interaktif dalam tutorial online. Selain itu, lembaga pendidikan harus memberikan dukungan teknis yang kuat kepada mahasiswa untuk memastikan partisipasi yang aktif. Upaya-upaya ini diharapkan meningkatkan kualitas pembelajaran dan interaksi antar anggota komunitas akademik dalam pembelajaran online.

Kata Kunci: tutorial online, referensi, buku materi pokok, sikap, diskusi

PENDAHULUAN

Mahasiswa Universitas Terbuka (UT) merupakan peserta tutorial online pada tiap semester, minimal satu mata kuliah. Keikutsertaan mereka dalam aktivitas tutorial online selalu diikuti oleh adanya forum diskusi yang diberikan oleh tutor pada tiap minggu pertemuan online. Materi diskusi yang diberikan bersumber dari bahan ajar yang sudah disediakan oleh tutor dan dimiliki oleh mahasiswa.

Kemampuan mahasiswa dalam memberikan respons, jawaban, atau sanggahan – yang selanjutnya disebut dengan tanggapan – dalam diskusi tidak selalu sesuai dengan harapan

tutor. Ditinjau dari sisi substansi, mahasiswa belum semuanya memberikan tanggapan yang relevan dengan materi diskusi. Salah satu penyebabnya adalah perilaku mahasiswa tersebut dalam menelusuri literatur berupa bahan ajar.

Kajian mengenai perilaku penelusuran literatur pernah dilakukan oleh Eldermire (et al., 2019) yang memberikan tugas penyusunan karya ilmiah bagi mahasiswanya di bidang ilmu kedokteran. Eldemira mewajibkan mahasiswanya di Amerika Utara tersebut untuk melakukan penelusuran literatur informasi dalam mengerjakan tugas. Sebanyak 226 mahasiswa mengikuti perintah Eldemire dan menunjukkan bukti bahwa bagian

abstrak, pengantar, dan simpulan saja yang dibaca dan dijadikan rujukan.

Bukti lainnya, ia mendapati bahwa mahasiswanya merasa lebih percaya diri jika sumber rujukannya memiliki bobot informasi akurat dan terakreditasi secara internasional. Namun, perilaku mahasiswa menjadi berubah ketika harus menerapkan hasil penelusuran informasinya ke dalam praktik ilmu kedokteran. Dari temuan ini, penulis dapat menarik simpulan bahwa perilaku mahasiswa akan berubah antara implementasi hasil literasi informasi ke dalam kertas kerja atau karya ilmiah, dengan praktik yang sebenarnya.

Begitu juga dengan aktivitas tutorial online yang diikuti oleh mahasiswa UT. Melalui kajian ini, penulis akan mendeskripsikan wujud perubahan perilaku mahasiswa ketika memberikan respons berupa tanggapan diskusi dan menjawab tugas dalam tutorial online.

KAJIAN PUSTAKA

Kajian mengenai aktivitas pembelajaran secara online pernah dilakukan oleh Suek (2022). Dalam kajiannya dinyatakan bahwa penilaian secara online selama masa pandemi menjadi sebuah tantangan tersendiri bagi pengajar dan peserta didik. Melalui ujian, proyek, kuis, tugas tulis, diskusi online, dan presentasi, para pengajar dituntut harusb mampu melakukan evaluasi kemampuan studi bahasa para peserta didik secara baik.

Namun, secara khusus Suek justru menemukan bukti bahwa para dosen mengalami beberapa masalah dalam menilai produk kerja mahasiswanya khususnya ketika mengerjakan tugas berbahasa asing secara online. Kendala yang dihadapi dosen dalam konteksi ini adalah ketidakefektifan penilaian online yang tidak mampu menyediakan fitur penilaian secara komprehensif dalam hal kemampuan berbahasa mahasiswa.

Berbagai alasan juga diterima oleh dosen dari mahasiswa yang pada umumnya menyatakan kendala dalam hal manajemen waktu, koneksi internet, dan kesalahan komunikasi. Para dosen pun telah beragumentasi dengan memanfaatkan beragam teknik untuk mengatasi kesulitan tersebut, termasuk memodifikasi sistem penilaian, menurunkan skor, memberikan lebih banyak waktu kepada mahasiswa untuk menyelesaikan tugas, menggunakan platform penilaian online untuk menilai dan menyimpan tugas, serta upaya

menggunakan video konferensi untuk menginstruksikan tugas guna mencegah kesalahan komunikasi.

Sebagai sebuah tinjauan eksploratif, Suek akhirnya mampu memberikan gambaran mengenai area kekhawatiran yang dimiliki para dosen saat beralih ke penilaian online, beserta beberapa teknik yang mereka temukan sehingga berguna dalam mengatasi kesulitan yang dihadapi oleh dosen.

Begitu juga upaya Kaur (et al., 2017) yang berusaha mengungkap kendala yang dialami oleh peserta didik agar dapat memberikan hasil maksimal. Melalui kajiannya, Kaur mengetahui alasan tersebut, yang ia tunjukkan sebagai sebuah upaya promotif kepada peserta didik agar selalu memanfaatkan sumber belajar dengan selalu berorientasi pada perpustakaan sebagai lembaga penyedianya.

Dengan jumlah sebaran sampel 500 mahasiswa yang terdiri dari 38,6% laki-laki dan 61,4% perempuan, diketahui bahwa sebagian besar mahasiswa Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi (Librarian and Information Science – LIS pada 7 perguruan tinggi di India Utara) diketahui bahwa kesadaran terhadap literasi informasi sudah baik, yaitu sebesar 74,4% atau 186 mahasiswa LIS yang memanfaatkan perpustakaan sebagai sumber belajar. Adapun mahasiswa non-LIS hanya sebanyak 51 orang atau 20,4% yang menyadari pentingnya literasi informasi dalam pengerjaan tugas kuliah.

Namun kenyataannya, apabila dijumlah secara keseluruhan, maka jumlah mahasiswa yang memanfaatkan perpustakaan sebagai sumber belajar hanya 237 orang atau 47,4%. Hal ini tentu sangat disayangkan, mengingat bahwa untuk memberikan tanggapan diskusi atau menjawab tugas, mahasiswa seharusnya mengacu pada sumber yang sesuai.

Bukti yang ditemukan oleh Brar (et al., 2019) menunjukkan hal yang mengherankan sebab mayoritas peserta didiknya justru mengalami kebingungan untuk membedakan antara literasi informasi dengan keterampilan mencari informasi, literasi komputer, literasi digital, literasi jaringan, dan literasi budaya. Kenyataan ini semakin menegaskan fenomena bahwa literasi informasi belum sepenuhnya diterapkan dalam lingkungan akademik karena tidak diintegrasikan dalam kurikulum pada sebagian besar mata kuliah yang dipelajari oleh mahasiswa.

Sementara itu, ada pula kajian yang menemukan bukti bahwa tingkat literasi informasi

mahasiswa cukup rendah, termasuk mahasiswa yang sudah belajar di institusi pendidikan selama tiga tahun, walaupun sebenarnya para dosen memiliki kesan yang sangat positif terhadap kemampuan mahasiswa dalamn hal literasi informasi (Krubu et al., 2017). Akibatnya, para dosen pun merasa kecewa terhadap kenyataan ini dan merekomendasikan penggunaan strategi Quality Education in Developing Countries (QEDC) beserta teori perubahan QEDC untuk digunakan sebagai titik evaluasi dan intervensi dalam hal pengajaran dan pembelajaran. Atas dasar temuan itu, Krubu (et al., 2017) memberikan rekomendasi mengenai pemanfaatan dan pengenalan program pendidikan literasi informasi secara berkala baik bagi dosen maupun mahasiswa untuk membantu meningkatkan kapasitas pengajaran dan pembelajaran.

persepsi dosen mengenai kemampuan literasi informasi mahasiswa dibandingkan dengan tingkat literasi informasi yang sebenarnya. Sebelas dosen dari berbagai departemen di kedua Fakultas Sains dan Teknologi, termasuk dua guru perpustakaan, diwawancarai dengan menggunakan 12 protokol wawancara terbuka untuk menyelidiki tingkat literasi informasi mahasiswa, terutama bagaimana mereka mencari dan menggunakan informasi. Hasilnya menunjukkan bahwa produk tugas individu yang dikerjakan oleh 50 mahasiswa pada tahun ketiga di Departemen Teknik Elektro dan Elektronika telah diperiksa dengan pandangan terhadap kemampuan mahasiswa dalam mengelola informasi.

Naskah tugas tersebut dianalisis menggunakan rubrik yang didasarkan pada standar literasi informasi ACRL (ACRL, 2012) yang disiapkan oleh para peneliti. Temuan ini mendasari Asosiasi Perpustakaan Nigeria (NLA) untuk bekerja lebih keras lagi dalam mengembangkan kebijakan pendidikan literasi informasi untuk lingkungan perguruan tinggi di wilayah Nigeria (Krubu et al., 2017) .

Sementara itu, Nkamnebe (2018) menyebutkan bahwa angka buta huruf di Nigeria masih mengkhawatirkan walaupun telah dilakukan upaya dan investasi besar-besaran di dunia pendidikan. Fenomena ini ditegaskan oleh pernyataan Menteri Pendidikan Federal, Adamu, pada tahun 2017 yang mengaku menyesal bahwa di Nigeria masih terdapat memiliki sekitar 65 hingga 75 juta warga yang buta huruf.

Dengan mengadopsi layanan perpustakaan dan informasi inklusif dalam promosi literasi

diberikan kesempatan untuk memperoleh kesempatan yang sama dalam hal literasi dasar dan pemanfaatan unit kerja perpustakaan di Nigeria untuk membantu mengurangi angka buta huruf secara drastis. Pemerintah Nigeria memberikan layanan ini tanpa memandang aspek gender, etnisitas, status sosial dan ekonomi, tingkat pendidikan, latar belakang agama, dan tempat tinggal.

Insurgensi dan tantangan keamanan Nigeria menjadi manifestasi nyata dari rendahnya tingkat literasi negara. Salah satu penyebabnya adalah masyarakat rentan digunakan sebagai ‘alat’ untuk kehancuran dan destabilisasi sosial-ekonomi. Mengingat banyaknya orang Nigeria yang dilaporkan buta huruf, akhirnya pemerintah Nigeria memutuskan untuk menggunaan unit perpustakaan sebagai unit layana publik yang siap menghadapi perkembangan dengan melakukan layanan perpustakaan dan informasi secara inklusif dalam hal promosi literasi.

Selama beberapa dekade terakhir, perkembangan dan aplikasi komputer dan teknologi terkait lainnya terbukti telah mengubah masyarakat dan lingkungan kerja seluruh negara. Teknologi komunikasi informasi memiliki peran penting dalam menciptakan dan menyebarkan pengetahuan di era informasi saat ini (Nisha & Varghese, 2021). Agar dapat bertahan di lingkungan masyarakat yang berbasis pengetahuan, maka aktivitas literasi komputer dan informasi pun menjadi bagian yang sangat penting. Untuk itu, literasi informasi dinilai sebagi sebuah keterampilan penting di era ledakan informasi.

Unesco101, IFLA102, American Library Associations103, Society of Colleges, dan National and University Libraries104 telah merumuskan standar dan model Literasi Informasi untuk berbagai tingkat pengguna informasi. Standar dan model yang sesuai ini dapat diadopsi untuk menilai kompetensi literasi informasi dan memperkenalkan program literasi informasi untuk mengeliminasi kebutaan informasi dan berkembang sebagai masyarakat berbasis pengetahuan.

Nisha dan Rani pun merekomendasikan kegiatan pelatihan literasi harus dimulai sejak tingkat sekolah, bersama dengan kurikulum mereka, karena kinerja akademik dan literasi informasi yang sangat berkaitan, ada kebutuhan mendesak untuk mendesain ulang kurikulum, mengembangkan strategi pendidikan baru, dan sumber daya pembelajaran baru untuk

meningkatkan kompetensi literasi informasi siswa dan peneliti di negara dan di seluruh dunia.

Aspek penting pengajaran literasi informasi untuk mengatasi kecemasan perpustakaan perlu didasarkan pada tinjauan komprehensif atas literatur ilmiah yang digunakan dalam penulisan makalah. Meskipun unit perpustakaan belum sepenuhnya mampu memenuhi kebutuhan pengguna, namun upaya penyediaan kokeksi secara online tetap dapat diwujudkan (Gardijan, 2014).

Dalam hal ini, pustakawan dapat melakukan sejumlah tindakan berbeda untuk mengatasi kecemasan perpustakaan di kalangan pengguna. Misalnya dalam hal pengajaran literasi informasi melalui instruksi bibliografi individu dan kelompok merupakan cara yang paling efisien dan mudah. Pengembangan keterampilan literasi informasi memiliki dampak negatif untuk mengatasi kecemasan perpustakaan. Dengan kata lain, individu yang melakukan literasi informasi cenderung memiliki kecemasan perpustakaan yang lebih rendah daripada individu yang tidak literasi informasi. Peran yang sangat penting adalah melalui setiap prosedur yang dilakukan untuk mengatasi kecemasan perpustakaan di kalangan pengguna adalah peran pustakawan. Pustakawan yang mengakui keberadaan kecemasan perpustakaan sebagai masalah nyata dan pada saat yang sama bersikap ramah, komunikatif, dan terampil merupakan faktor kunci dalam mengatasi kecemasan perpustakaan pengguna.

Shazna M. Buksh dan Sara N. Amin melakukan sebuah kajian terhadap nilai tugas mahasiswa yang ikut dalam latihan penilaian oleh rekan sejawat, yang dala hal ini, sebelum menyerahkan tugas mereka jauh lebih tinggi daripada mahasiswa yang tidak ikut. Adapun mahasiswa yang ikut dalam latihan ini mendapatkan nilai sekitar 20,46 poin lebih tinggi, daripada mahasiswa yang tidak ikut. Perbedaan ini signifikan secara statistik dengan efek ukuran besar t(100) = 51,05, p < 0,0005, satu arah, d = 1,02.

Refleksi peserta tentang pembelajaran dari aktivitas peninjauan oleh rekan sejawat Menurut tanggapan mahasiswa, aktivitas ini berguna untuk belajar cara melakukan aspek tertentu dalam tugas untuk memperoleh keterampilan penelitian (misalnya, pentingnya memberikan bukti pendukung, memilih artikel yang relevan, kutipan), kemudian belajar cara menilai menggunakan rubrik, serta mengidentifikasi kesalahpahaman dan kesalahan sendiri tentang kriteria dan harapan tugas dan kinerja (Studies, 2020).

Dalam kajian ini dijelaskan pula pengakuan mahasiswa bahwa mereka memang belajar sebelum mengerjakan tugas, dan menilai pentingnya instruksi yang diberikan oleh pendidik atau tutor di UT. Kemudian, cara menjawab dan menyusun deskripsi jawaban harus dilakukan secara penulisan yang hati-hati, serta penting bagi mahasiswa untuk membaca perintah dan pertanyaan tugas secara teliti.

Aspek struktur kalimat dan tata bahasa juga wajib dipatuhi dalam menjawab pertanyaan, dan mahasiswa harusn memperhatikan isi jawaban secara utuh dengan cara menghubungkan dengan dokumen lain yang relevan sebagai panduan untuk mengerjakan soal. Di samping itu, mahasiswa juga harus memiliki keterampilan membaca, berliteratasi, serta memperhatikan temuan dan perkembangan terkini. Semua aspekj tersebut dideskripsikan oleh mahasiswa dengan alasanalasan berikut, yaitu keinginan mahasiswa untuk belajar menghargai waktu, saya belajar menghargai dosen atau tutor, dalam rangka memenuhi kebutuhan akademik, belajar mengenai perilaku mental saat mengejar gelar, serta mendorong diri sendiri untuk belajar secara efektif dan konsisten.

Pandangan lain disampaikan oleh Hosseini dan Ferguson (2022) yang mengembangkan sistem tugas online untuk Mata Kuliah Manufacturing and Production Processes sebagai kursus teknik tahun ketiga untuk mengevaluasi peran pendidik dalam pembelajaran dan serta menilai kinerja mahasiswa (Hosseini & Ferguson, 2022). Berbeda dengan sistem tugas berbasis kertas yang digunakan pada tahun-tahun sebelumnya, yaitu ketika satu set masalah identik diberikan kepada seluruh kelas, sebuah database pertanyaan dan masalah telah dikembangkan menggunakan Numbas, yaitu sistem evaluasi online gratis berbasis web, yang sangat kuat untuk masalah numerik.

Dengan menggunakan sistem ini, setiap siswa diberi satu set pertanyaan acak yang unik untuk diselesaikan. Setelah pengumpulan, tugas akan dinilai secara otomatis dan umpan balik diberikan kepada siswa secara langsung. Data yang disajikan dalam makalah ini menunjukkan dampak positif dari sistem tugas online pada pembelajaran dan kinerja mahasiswa pada komponen kegiatan belajar dari ujian akhir mereka. Untuk itu, kajian ini merekomendasikan proses pengerjaan tugas dengan cara yang lebih teliti untuk sistem tugas online mahasiswa.

Meskipun nilai yang diperoleh pada tugas online lebih rendah daripada tugas berbasis kertas

pada tahun-tahun sebelumnya, nilai tersebut tampaknya mencerminkan pemahaman siswa yang lebih realistis (Hosseini & Ferguson, 2022). Hal ini memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk memiliki representasi kemajuan yang lebih baik dan akurat. Sistem tugas online juga dianggap dapat memberikan kemampuan kepada instruktur dan asisten pengajar untuk memantau pembelajaran siswa dengan efisien dan efektif serta menyesuaikan gaya pengajaran dan kecepatannya sesuai kebutuhan siswa. Dengan cara ini akan dihasilkan konsistensi penilaian yang lebih tinggi dan mengurangi beban kerja instruktur dan asisten pengajar secara signifikan.

Komunikasi online asinkron dapat dimasukkan dan ditingkatkan setelah pandemi Covid-19. Sesi ini selama ODL telah meyakinkan bahwa mahasiswa mampu membentuk CoI dan menyelesaikan tugas berbasis masalah virtual secara kolaboratif. Komunikasi verbal sebaiknya didorong di masa depan ketika konektivitas internet stabil. Juga dapat diamati bahwa mahasiswa dapat dengan mudah mengambil informasi dari internet dan mampu mengaitkannya dengan pengetahuan teoritis yang diajarkan serta menerapkannya pada pertanyaan berbasis masalah saat ini melalui diskusi sinkron dan asinkron antara anggota di kelompok jigsaw. Informasi dari internet tidak memiliki batas dan fasilitator perlu berpengetahuan untuk menjelaskan, membimbing, dan merangsang pemikiran berpikir tingkat tinggi di antara mahasiswa dengan merancang tugas berbasis masalah berkualitas (Choo et al., 2022).

Secara keseluruhan, hasil penelitian tentang Pengembangan Model Pendidikan Jarak Jauh melalui Teknologi Seluler diarahkan pada dua tujuan penelitian: model pendidikan jarak jauh yang mencakup empat elemen yang saling terkait termasuk input, proses, output, dan umpan balik. Input mencakup (1) analisis peserta didik, (2) penentuan tujuan pembelajaran, (3) guru dan peserta didik jarak jauh, dan staf pendukung teknologi pendidikan, (4) penciptaan lingkungan pembelajaran yang mendukung untuk m-learning untuk meningkatkan otonomi belajar peserta didik, dan (5) berbagai media pembelajaran yang dikembangkan untuk pendidikan jarak jauh melalui teknologi seluler (Sakulwichitsintu, 2023).

Proses yang dilakukan mencakup persiapan guru dan peserta didik, kegiatan di dalam kelas, dan penilaian pembelajaran. (2) menilai efisiensi model pendidikan jarak jauh melalui teknologi seluler. Umpan balik bertujuan untuk meningkatkan aspek-

aspek yang relevan dalam pembelajaran dan pengajaran.

Proses model pendidikan jarak jauh melalui teknologi seluler terdiri dari 9 langkah, yaitu analisis peserta didik, penentuan tujuan pembelajaran, pendidik atau tutor jarak jauh, peserta didik jarak jauh, dan staf pendukung teknologi pendidikan. Kemudian ada juga penciptaan lingkungan pembelajaran yang mendukung dan teknologi terkait, materi pembelajaran yang dapat diterapkan pada pembelajaran jarak jauh melalui teknologi seluler, kegiatan pembelajaran dan pengajaran, pencapaian pembelajaran mahasiswa, efektivitas pembelajaran jarak jauh melalui teknologi seluler, serta umpan balik untuk peningkatan pengajaran dan pembelajaran dari para ahli dalam pendidikan jarak jauh, dalam teknologi seluler, dalam teknologi pendidikan, dalam penilaian, dan dalam konten (Sakulwichitsintu, 2023).

Penilaian model pendidikan jarak jauh melalui teknologi seluler menunjukkan bahwa model ini memiliki kualitas tertinggi. Mengenai tujuan kedua, kemajuan akademik peserta didik yang belajar dengan model pendidikan jarak jauh melalui teknologi seluler lebih besar dengan signifikansi statistik pada tingkat 0,05. Kepuasan peserta didik dengan model pendidikan jarak jauh melalui teknologi seluler secara umum berada pada tingkat kepuasan tinggi.

Berdasarkan temuan penelitian, kesimpulan dari studi ini menyajikan model pendidikan jarak jauh baru melalui teknologi seluler yang mencakup fitur-fitur utama seperti konten interaktif dan personal, umpan balik dan komunikasi real-time, dan kemampuan untuk melacak kemajuan dan kinerja, efektif dalam meningkatkan hasil pendidikan untuk (Sakulwichitsintu, 2023)

METODE

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif untuk menganalisis perilaku mahasiswa dalam menemukan rujukan atau referensi untuk menjawab forum diskusi tutorial online. Responden yang terlibat dalam penelitian ini adalah 75 mahasiswa dari berbagai wilayah di Indonesia. Pemilihan responden tidak dibatasi berdasarkan jenis kelamin, namun usia responden berkisar antara 19 hingga 45 tahun. Pemilihan responden dilakukan secara acak melalui penggunaan sampling purposif, di mana mahasiswa yang mengikuti kegiatan tutorial online

diidentifikasi dan diundang untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.

Alasan pemilihan responden sebanyak 75 mahasiswa dari seluruh wilayah Indonesia adalah untuk memperoleh keragaman dan representasi yang lebih luas tentang perilaku mahasiswa dalam menemukan rujukan atau referensi untuk diskusi tutorial online. Dengan melibatkan mahasiswa dari berbagai wilayah, diharapkan hasil penelitian akan mencerminkan beragam perspektif dan pengalaman yang mungkin memengaruhi cara mahasiswa memperdalam pemahaman mereka.

Untuk pengumpulan data, digunakan kuesioner berisi 15 pertanyaan yang dirancang untuk menggali cara-cara mahasiswa menemukan rujukan atau referensi dalam menjawab forum diskusi tutorial online. Pertanyaan-pertanyaan tersebut dirancang untuk menggali proses pencarian informasi, preferensi sumber referensi, serta pemahaman responden tentang kualitas dan validitas informasi yang mereka temukan. Jawaban kuesioner akan diisi oleh responden dan dikirimkan melalui link Google Form secara otomatis kepada penulis untuk dianalisis lebih lanjut.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam konteks pembahasan artikel ini, kami akan mendiskusikan partisipasi responden dalam tutorial online dan keterlibatan mereka dalam diskusi dalam lingkup tutorial tersebut. Informasi ini akan memberikan gambaran tentang sejauh mana mahasiswa yang menjadi responden penelitian terlibat dalam aktivitas tutorial online, khususnya dalam hal mengikuti tutorial dan berpartisipasi dalam diskusi yang ada di lingkungan tersebut.

Hasil penelitian mengungkapkan bahwa sebanyak 30 mahasiswa yang menjadi responden dalam kajian ini mengakui bahwa mereka aktif mengikuti tutorial online. Mereka secara aktif terlibat dalam kegiatan tutorial yang disajikan secara daring, menunjukkan keterlibatan mereka dalam memanfaatkan platform online untuk memperdalam pemahaman dan keterampilan terkait dengan mata kuliah yang mereka ikuti. Tutorial online merupakan salah satu bentuk pendekatan pembelajaran yang semakin diminati, terutama dalam era digital ini.

Selain itu, hasil penelitian juga mengindikasikan bahwa mahasiswa-mahasiswa tersebut juga aktif dalam diskusi yang dilakukan dalam tutorial online. Mereka tidak hanya sekadar mengikuti materi yang disajikan, namun juga

berpartisipasi dalam interaksi dan diskusi yang terjadi di dalam lingkungan tutorial online. Keterlibatan dalam diskusi ini menunjukkan adanya inisiatif dalam berinteraksi dengan teman sejawat dan dosen dalam membahas topik pembelajaran, bertukar informasi, serta memecahkan permasalahan yang muncul.

Melalui temuan ini, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa-mahasiswa yang menjadi responden dalam penelitian ini menunjukkan tingkat partisipasi yang baik dalam tutorial online dan dalam diskusi yang dilakukan di dalamnya. Ini menggambarkan adanya adaptasi mereka terhadap lingkungan pembelajaran daring, di mana tutorial online menjadi salah satu sarana penting dalam meningkatkan kualitas pembelajaran dan interaksi antaranggota komunitas akademik.

Dalam konteks analisis hasil penelitian ini, kami akan membahas fenomena yang diamati pada tujuh responden yang secara khusus mengikuti tutorial online namun tidak aktif dalam berpartisipasi dalam kegiatan diskusi yang dilakukan dalam lingkungan tutorial tersebut.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari total responden yang terlibat dalam tutorial online, terdapat sebanyak tujuh responden yang memilih untuk mengikuti tutorial tersebut namun kurang aktif dalam kegiatan diskusi yang terjadi dalam lingkungan tutorial online tersebut. Fenomena ini menarik untuk dicermati, mengingat tutorial online memberikan ruang bagi interaksi dan kolaborasi antara mahasiswa dengan dosen serta sesama mahasiswa dalam memperdalam pemahaman dan memecahkan permasalahan yang ada.

Terdapat beberapa faktor yang mungkin mempengaruhi tingkat partisipasi yang rendah dalam kegiatan diskusi tersebut. Salah satu faktor yang mungkin adalah perbedaan preferensi belajar antarindividu. Beberapa mahasiswa mungkin lebih nyaman dengan metode pembelajaran yang lebih mandiri dan lebih memilih untuk mendapatkan pemahaman melalui materi yang disajikan tanpa perlu terlibat dalam diskusi. Faktor lain mungkin berkaitan dengan keterbatasan waktu atau kesibukan yang membuat beberapa responden kesulitan untuk mengalokasikan waktu untuk berpartisipasi dalam diskusi.

Namun demikian, penting untuk dicatat bahwa keterlibatan dalam diskusi merupakan aspek penting dalam pembelajaran kolaboratif, di mana interaksi dan diskusi memungkinkan pertukaran ide, pemahaman yang lebih mendalam, dan pembangunan pengetahuan secara bersama-sama.

Oleh karena itu, penemuan ini mengajukan pertanyaan mengenai strategi yang dapat diterapkan untuk mendorong partisipasi yang lebih aktif dalam kegiatan diskusi pada tutorial online, seperti penyusunan panduan partisipasi, pemberian insentif, atau pendekatan pembelajaran yang lebih interaktif.

Dalam rangka meningkatkan efektivitas pembelajaran melalui tutorial online, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk memahami faktor-faktor yang berkontribusi terhadap keterlibatan yang rendah dalam diskusi, serta untuk merancang strategi yang sesuai untuk meningkatkan partisipasi aktif dalam interaksi dan kolaborasi di lingkungan tutorial online.

Dalam analisis hasil penelitian ini, ditemukan fakta bahwa dua responden dari sampel penelitian tidak hanya tidak mengikuti tutorial online, tetapi juga tidak aktif dalam kegiatan tutorial tersebut. Fenomena ini memberikan wawasan penting tentang variasi partisipasi dan keterlibatan dalam konteks pembelajaran online.

Dalam lingkungan pendidikan online, kehadiran dan partisipasi dalam tutorial memiliki peran yang krusial dalam memfasilitasi pemahaman konsep, interaksi antar mahasiswa dan dosen, serta pembelajaran kolaboratif secara virtual. Oleh karena itu, kehadiran dan partisipasi yang rendah dari dua responden ini menunjukkan adanya dinamika yang kompleks dalam adaptasi terhadap pembelajaran online.

Salah satu kemungkinan alasan dari ketidakpartisipasian ini mungkin berkaitan dengan tantangan teknis atau hambatan akses terhadap platform pembelajaran online. Dalam situasi seperti ini, beberapa mahasiswa mungkin mengalami kendala teknis yang menghalangi mereka untuk mengikuti dan berpartisipasi secara aktif dalam tutorial online.

Selain itu, perbedaan gaya belajar dan preferensi belajar individu juga dapat mempengaruhi partisipasi dalam pembelajaran online. Ada kemungkinan bahwa dua responden tersebut lebih nyaman dengan metode pembelajaran yang berbeda atau memilih sumber belajar yang lebih sesuai dengan preferensi mereka.

Namun, pembelajaran online telah menjadi pilihan yang diterima secara global, terutama dalam konteks pandemi. Oleh karena itu, mendukung partisipasi dan keterlibatan semua mahasiswa dalam tutorial online tetap menjadi tantangan yang relevan.

Dalam menghadapi tantangan ini, lembaga pendidikan dapat mengambil langkah-langkah seperti memberikan dukungan teknis yang lebih kuat, merancang tutorial yang lebih menarik, dan meningkatkan komunikasi yang terbuka dengan mahasiswa untuk mengatasi kendala dan hambatan yang mungkin mereka hadapi dalam mengikuti tutorial online.

Kemudian, sebanyak 33 responden menunjukkan bahwa mereka menerapkan pendekatan yang strategis dalam menemukan sumber literatur. Pendekatan ini melibatkan keyakinan terhadap kebenaran dan validitas sumber literatur yang digunakan. Dalam melakukan seleksi sumber literatur yang tepat menjadi sebuah langkah kritis dalam membangun argumen yang kuat dan mendukung dalam diskusi forum maupun tugas tutorial. Dengan memastikan bahwa sumber literatur yang digunakan memiliki kredibilitas dan relevansi yang tinggi, responden berusaha memastikan bahwa pendapat dan argumen yang mereka sampaikan didukung oleh informasi yang dapat dipertanggungjawabkan.

Pentingnya pendekatan strategis ini terutama di tengah era informasi digital yang kaya dan beragam. Saat ini informasi yang dapat diakses sangat melimpah, namun tidak semuanya memiliki kualitas yang baik atau relevan. Oleh karena itu, strategi memilih dan menilai sumber literatur yang digunakan menjadi keterampilan yang sangat penting bagi mahasiswa dalam lingkungan pembelajaran online.

Langkah-langkah konkret seperti memeriksa kredibilitas penulis, sumber publikasi, dan tanggal publikasi merupakan contoh cara responden menjaga keakuratan informasi yang mereka gunakan. Dengan demikian, responden memastikan bahwa pendekatan mereka dalam mencari, memilih, dan menggunakan literatur dalam diskusi forum dan tugas tutorial online didasarkan pada prinsip validitas dan integritas akademis.

Hasil ini memberikan kontribusi pada pemahaman tentang cara mahasiswa berinteraksi dengan literatur dalam lingkungan pembelajaran online. Implikasinya adalah perlunya penguatan literasi informasi dan pengembangan keterampilan evaluasi literatur bagi mahasiswa. Lembaga pendidikan pun dapat mempertimbangkan menyediakan pedoman dan dukungan yang lebih spesifik mengenai evaluasi dan penggunaan sumber literatur dalam konteks pembelajaran online.

Di samping itu, sebanyak 20 responden mengakui bahwa mereka memiliki keyakinan terhadap kebenaran sumber literatur yang mereka temukan. Namun, mereka tetap merasa penting untuk mencari referensi tambahan sebagai bentuk verifikasi dan pengayaan informasi yang mereka gunakan.

Keyakinan responden terhadap kebenaran sumber literatur merupakan aspek yang menggambarkan tingkat kepercayaan terhadap informasi yang mereka peroleh. Faktor ini dapat dipengaruhi oleh kualitas dan kredibilitas sumber, metode penelitian, dan konteks penggunaan informasi. Namun, terlepas dari keyakinan awal, sebanyak 20 responden juga mengakui pentingnya tetap berupaya mencari referensi tambahan.

Langkah mencari referensi tambahan mencerminkan kesadaran responden akan kompleksitas informasi yang tersedia dan keragaman sudut pandang yang mungkin ada dalam topik tertentu. Dalam mencari referensi tambahan, responden berusaha menghindari kecenderungan selektif dalam memilih sumber literatur yang hanya mendukung pandangan yang sudah ada sebelumnya. Sebaliknya, mereka berupaya memastikan bahwa informasi yang mereka sampaikan dalam diskusi atau tugas tutorial didukung oleh sudut pandang yang beragam dan kredibel. Hal ini memiliki implikasi positif dalam konteks pembelajaran online. Sikap kritis terhadap informasi dan kesadaran akan pentingnya pluralitas pendapat dapat memperkaya diskusi dan interaksi antara mahasiswa.

Dalam perspektif pengajaran, hal ini menggarisbawahi pentingnya mengajarkan mahasiswa keterampilan evaluasi informasi dan seleksi sumber literatur yang kritis. Pemahaman bahwa informasi dapat berasal dari berbagai sumber dengan sudut pandang yang berbeda dapat membantu mahasiswa mengembangkan sikap terbuka dan penilaian kritis yang lebih baik terhadap isu-isu yang kompleks.

Dalam mengidentifikasi pola perilaku responden dalam mencari jawaban, ditemukan bukti bahwa sebanyak 14 responden cenderung menggunakan buku materi pokok atau modul sebagai sumber utama untuk menemukan jawaban atas pertanyaan atau tugas yang diberikan. Temuan ini mengindikasikan bahwa buku materi pokok yang disediakan oleh dosen atau institusi memiliki peran yang signifikan dalam membantu responden dalam memahami konsep-konsep yang diajarkan.

Pilihan untuk menggunakan buku materi pokok atau modul sebagai sumber utama menunjukkan adanya preferensi terhadap sumber yang lebih terstruktur dan sistematik. Hal ini mungkin karena buku materi pokok biasanya telah disusun secara komprehensif dan mengikuti struktur kurikulum yang telah ditetapkan. Dalam konteks pembelajaran, buku materi pokok dapat dianggap sebagai panduan yang dapat membantu responden dalam memahami materi pembelajaran dengan lebih terorganisir.

Ketika responden mengandalkan buku materi pokok atau modul, ini juga mencerminkan bahwa mereka telah mengenali nilai dan kualitas dari materi tersebut. Kemampuan buku materi pokok atau modul dalam menyajikan informasi yang relevan dan mendalam membuatnya menjadi pilihan yang nyaman bagi responden dalam mencari jawaban. Namun, hasil ini juga dapat menunjukkan bahwa beberapa responden mungkin mengandalkan sumber yang sudah tersedia tanpa melakukan eksplorasi lebih lanjut ke sumber-sumber lain yang mungkin juga relevan.

Oleh karena itu, perlu ada langkah khusus berupa proses penyusun kurikulum untuk memastikan buku materi pokok atau modul yang disediakan benar-benar mengakomodasi kebutuhan mahasiswa dalam pemahaman konsep-konsep pembelajaran. Namun, seiring dengan itu, juga perlu diingatkan kepada responden bahwa mencari sumber-sumber tambahan dan melibatkan diri dalam literatur yang lebih luas dapat memperkaya pemahaman mereka terhadap materi pembelajaran.

Dalam menginvestigasi strategi pencarian informasi yang digunakan oleh responden, terdapat satu responden yang secara khusus memilih untuk merujuk pada daftar pustaka sebagai langkah awal dalam menemukan jawaban atas pertanyaan atau topik yang sedang didiskusikan. Temuan ini menunjukkan adanya pemahaman mendalam terhadap peran penting daftar pustaka dalam memberikan sumber-sumber yang relevan dan terpercaya.

Dengan memilih untuk merujuk pada daftar pustaka terlebih dahulu, responden ini menunjukkan sikap kritis dalam mencari jawaban. Dengan mengacu pada sumber-sumber yang sudah dinyatakan oleh penulis sebagai rujukan, responden dapat memiliki keyakinan awal bahwa informasi yang ditemukan pada sumber-sumber tersebut dapat diandalkan. Dalam konteks akademik, menggunakan daftar pustaka sebagai titik awal dapat membantu mengarahkan responden ke

sumber-sumber yang berbasis penelitian dan teori. Meskipun demikian, penggunaan daftar pustaka sebagai langkah awal dalam pencarian informasi juga dapat dianggap sebagai strategi yang berharga dan menggali lebih dalam ke sumber-sumber primer,

Hasil ini memberikan wawasan yang menarik terkait dengan cara responden memanfaatkan sumber sebagai langkah awal dalam pencarian informasi yang menunjukkan kesadaran terhadap kualitas dan validitas informasi yang ditemukan dalam literatur ilmiah.

Kemudian sebanyak 33 mahasiswa menemukan dan meyakini kebenaran jawaban yang disampaikan dalan forum diskusi dan tugas tutorial online. Jumlah sebanyak 33 mahasiswa ini menunjukkan kecenderungan positif terhadap metode pembelajaran daring. Hal ini terlihat dari kemampuan mereka untuk menemukan dan meyakini kebenaran jawaban melalui forum diskusi dan tugas tutorial online. Dengan demikian, metode pembelajaran ini memberikan kontribusi positif terhadap pemahaman mahasiswa, memungkinkan mereka untuk berpartisipasi aktif dalam diskusi dan menyelesaikan tugas secara efektif melalui platform daring.

Dalam bagian pembahasan artikel jurnal, dapat diungkapkan bahwa ada 20 mahasiswa yang menunjukkan kecenderungan untuk memperdalam pemahaman mereka dengan melakukan pencarian sumber jawaban dari referensi atau sumber lain. Hal ini menandakan adanya sikap aktif mahasiswa dalam mengembangkan pengetahuan mereka dengan melibatkan berbagai referensi yang relevan. Pendekatan ini dapat dianggap sebagai strategi efektif untuk meningkatkan pemahaman dan meyakini kebenaran jawaban yang mereka berikan dalam konteks pembelajaran.

Dalam analisis respons yang diperoleh dari partisipan penelitian, terdapat satu temuan menarik yang melibatkan 27 responden. Respons ini menggambarkan tanggapan para partisipan terhadap nilai yang diperoleh dari kegiatan diskusi dalam konteks pembelajaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa apabila nilai diskusi yang diperoleh oleh responden berada di bawah ambang nilai 84, mereka cenderung mengambil langkah konkret untuk meningkatkan kemampuan belajar mereka.

Selain itu, mereka juga berusaha memperbaiki elemen-elemen yang dianggap kurang efektif dalam sistem pembelajaran, serta berkomitmen untuk menghindari praktik

plagiarisme. Tindakan ini mencerminkan sebuah pola respon yang proaktif dan bertanggung jawab dalam merespons hasil pembelajaran. Para responden menunjukkan kesediaan untuk mengidentifikasi kelemahan-kelemahan dalam pemahaman dan penerapan materi pembelajaran. Mereka tidak hanya mempersepsi nilai sebagai akhir dari suatu proses, melainkan sebagai langkah awal untuk melakukan refleksi dan perbaikan diri.

Upaya yang dilakukan oleh responden ini juga mencerminkan komitmen mereka dalam mencapai hasil pembelajaran yang optimal. Mereka mengartikulasikan sikap positif terhadap pengembangan diri, yang tercermin dalam usaha untuk meningkatkan kemampuan belajar mereka sendiri. Selain itu, kesadaran mereka untuk menghindari plagiarisme menegaskan pentingnya integritas akademik dalam konteks pembelajaran. Dalam upaya menghasilkan tugas dan jawaban yang orisinal, responden menunjukkan tanggung jawab terhadap integritas penulisan dan etika akademik.

Temuan ini dapat diinterpretasikan sebagai sebuah gambaran tentang sikap adaptif dan sikap belajar yang aktif yang dimiliki oleh responden. Respons positif mereka terhadap hasil diskusi dan tindakan untuk memperbaiki diri memiliki dampak penting dalam meningkatkan kualitas pembelajaran dan juga mendukung budaya akademik yang berintegritas tinggi.

Selanjutnya, dari 11 responden yang memiliki respons khusus terhadap nilai yang diperoleh dari aktivitas diskusi dalam proses pembelajaran, diketahui bahwa temuan ini menggambarkan strategi adaptif yang diterapkan oleh responden ketika nilai diskusi mereka tidak mencapai ambang nilai 84. Respons tersebut mengungkapkan bahwa para responden cenderung melakukan revisi dan pemahaman ulang terhadap pertanyaan diskusi yang diberikan. Dengan demikian, mereka berupaya mencari alternatif jawaban yang lebih tepat dan sesuai dengan konteks diskusi.

Reaksi ini mencerminkan tanggapan yang bijaksana dan analitis terhadap proses pembelajaran. Para responden tidak sekadar menerima nilai diskusi sebagai hasil akhir, melainkan mereka berusaha untuk memahami secara mendalam pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam diskusi. Tindakan ini menunjukkan adanya upaya mahasiswa untuk merumuskan respons yang lebih mendalam dan terperinci, yang

mencerminkan pemahaman yang lebih komprehensif terhadap materi yang dibahas.

Strategi yang diterapkan oleh responden ini mencerminkan fleksibilitas dan komitmen dalam mengembangkan kemampuan analisis dan pemecahan masalah mereka. Mereka mengakui bahwa terdapat berbagai cara untuk mengartikan dan menjawab pertanyaan diskusi, serta memiliki kemauan untuk melibatkan sudut pandang yang beragam untuk memperoleh jawaban yang paling akurat dan relevan.

Reaksi dan strategi yang diterapkan oleh responden dalam merespons nilai diskusi yang rendah menggambarkan sikap responsif, analitis, dan adaptif dalam menghadapi tantangan pembelajaran. Tindakan mereka untuk memahami kembali pertanyaan diskusi dan mencari jawaban alternatif yang lebih sesuai mewakili upaya untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam dan respons yang lebih tepat terhadap materi yang dibahas.

Dalam konteks ini pula, terdapat temuan yang mengungkapkan sikap dan reaksi dari 5 responden terhadap nilai yang diperoleh dari aktivitas diskusi dalam proses pembelajaran. Hasil temuan ini memberikan gambaran mengenai tanggapan individu terhadap pencapaian nilai yang dianggap kurang memuaskan, yaitu nilai diskusi yang kurang dari 84. Respons ini mencerminkan perasaan ketidakpuasan dan dorongan untuk meningkatkan kualitas belajar.

Dalam hal ini, para responden menyatakan bahwa mereka merasa tidak sepenuhnya puas dengan nilai diskusi yang diperoleh di bawah ambang batas nilai tertentu. Perasaan ini mencerminkan kesadaran akan pentingnya pencapaian yang lebih baik dalam proses pembelajaran. Respons ini juga mengindikasikan bahwa para responden memiliki standar yang tinggi terhadap pencapaian akademik mereka, dan mereka merasa perlu melakukan langkah-langkah konkret untuk meningkatkan performa belajar mereka.

Tanggapan ini mencerminkan semangat untuk melakukan usaha tambahan dalam mengasimilasi dan menggali materi pembelajaran dengan lebih mendalam. Para responden menyatakan bahwa mereka akan mengambil langkah-langkah spesifik untuk meningkatkan kualitas belajar, baik melalui pembelajaran yang lebih intensif, penelitian tambahan, maupun kolaborasi dengan teman sekelas atau dosen.

Tanggapan ini mengindikasikan komitmen para responden terhadap upaya perbaikan dan

peningkatan diri. Mereka tidak hanya menerima hasil yang kurang memuaskan, tetapi juga berupaya untuk memahami penyebabnya dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk meraih hasil yang lebih baik di waktu yang akan mendatang. Terdapat pula temuan yang menggambarkan respons dari 6 responden terhadap situasi di mana nilai yang diperoleh dari aktivitas diskusi berada di bawah ambang batas nilai tertentu, yaitu kurang dari 84. Respons ini mencerminkan pandangan yang berbeda dan menarik mengenai pencapaian akademik.

Para responden menyatakan bahwa mereka merasa bersyukur atas hasil yang diperoleh, walaupun nilai diskusi yang diperoleh di bawah standar yang telah ditetapkan. Mereka mengartikan nilai tersebut sebagai hasil dari usaha intelektual dan pemikiran mereka sendiri dalam memahami materi diskusi. Respons ini mencerminkan pemahaman bahwa nilai adalah hasil yang mencerminkan komitmen dan dedikasi dalam mengembangkan pemahaman pribadi.

SIMPULAN

Berdasarkan analisis perilaku mahasiswa dalam menemukan literatur rujukan materi diskusi tutorial online, dapat disimpulkan bahwa terdapat beragam pendekatan yang digunakan oleh mahasiswa dalam memperdalam pemahaman mereka terhadap materi pembelajaran. Temuan menunjukkan bahwa mahasiswa secara aktif menggunakan tutorial online sebagai sumber utama untuk memperdalam pemahaman dan keterampilan terkait dengan mata kuliah yang mereka ikuti. Selain itu, mereka juga berpartisipasi aktif dalam diskusi yang dilakukan dalam lingkungan tutorial online, menunjukkan inisiatif dalam berinteraksi dengan teman sejawat dan dosen dalam mendiskusikan topik pembelajaran.

Namun, terdapat juga sejumlah mahasiswa yang kurang aktif dalam kegiatan diskusi tutorial online. Fenomena ini menunjukkan variasi partisipasi dan keterlibatan mahasiswa dalam pembelajaran daring. Beberapa faktor yang mungkin mempengaruhi tingkat partisipasi yang rendah antara lain perbedaan preferensi belajar antarindividu dan keterbatasan waktu atau kesibukan. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya untuk mendorong partisipasi yang lebih aktif dalam kegiatan diskusi, seperti penyusunan panduan partisipasi, pemberian insentif, atau pendekatan pembelajaran yang lebih interaktif.

Berdasarkan temuan ini, ada beberapa saran yang dapat diajukan untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran melalui tutorial online. Pertama, lembaga pendidikan perlu menyediakan panduan partisipasi yang jelas bagi mahasiswa, sehingga mereka memiliki pemahaman yang lebih baik tentang ekspektasi dalam diskusi tutorial online. Kedua, pemberian insentif kepada mahasiswa yang aktif berpartisipasi dalam diskusi dapat menjadi stimulus positif untuk meningkatkan partisipasi. Ketiga, diperlukan pengembangan metode pembelajaran yang lebih interaktif dan kolaboratif dalam lingkungan tutorial online, sehingga mahasiswa merasa lebih termotivasi untuk berpartisipasi.

Selain itu, penting juga bagi lembaga pendidikan untuk memberikan dukungan teknis yang lebih kuat kepada mahasiswa, terutama yang mengalami kendala teknis dalam mengakses platform pembelajaran online. Hal ini akan membantu memastikan bahwa semua mahasiswa dapat mengikuti dan berpartisipasi secara aktif dalam tutorial online. Dengan demikian, upaya-upaya ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan interaksi antaranggota komunitas akademik dalam konteks pembelajaran online.

DAFTAR PUSTAKA

Brar, K. S., Singh, B., & Kaur, A. (2019). Library and information science courses in India: Issues and suggestions. Library Philosophy and Practice, 2019.

Choo, C. Y., Fahrni, M. L., & Ming, L. C. (2022). Analysis of Students’ Cognitive Presence and Perception in a Custom-Designed Virtual Problem Based Learning Assignment. International Journal of Emerging Technologies in Learning, 17(22), 132–143.

https://doi.org/10.3991/ijet.v17i22.32777

Eldermire, E. R. B., Fricke, S., Alpi, K. M., Davies, E., Kepsel, A. C., & Norton, H. F. (2019). Information seeking and evaluation: A multi-institutional survey of veterinary students. Journal of the Medical Library Association, 107(4),                           515–526.

https://doi.org/10.5195/jmla.2019.674

Gardijan, N. (2014). ALLEVIATION OF LIBRARY ANXIETY THROUGH.

Hosseini, A., & Ferguson, C. (2022). Benefits of

Transitioning from Paper-Based to Online Assignments in Problem Solving Courses. Proceedings of the Canadian Engineering Education Association (CEEA),   1–6.

https://doi.org/10.24908/pceea.vi.15871

Krubu, D. E., Idhalama, O. O. U., & Omigie, C. (2017). Lecturers’ perception of students’ information literacy skills versus students’ actual information literacy levels. Information Impact: Journal of Information and Knowledge Management, 8(2), 99. https://doi.org/10.4314/iijikm.v8i2.9

Mutual, I., The, F. I.-, Ahead, R., Varanasi, P. A., Kaur, A., & Brar, K. S. (n.d.). Sandhya Kumari Singh Shuchi Bharti Subodh Kumar Sharma Dr. Aparna Tandon Dr. Shrish Tandon Dr. Alok Gardia Dr . Suman Tiwari Sandeep Kumar, Amit Gautam, Prof . Arun Kumar Rai.

Nisha, N. B., & Varghese, R. R. (2021). Literature on information literacy: A review. DESIDOC Journal of Library and Information Technology, 41(4), 308–315. https://doi.org/10.14429/DJLIT.41.4.16405

Nkamnebe, E. C., & Nkamnebe, C. B. (2018). Leaving No One Behind: Promoting Literacy in Nigeria through Inclusive Library and Information Services. Covenant Journal of Library and Information Science, 1(1), 74–86.

https://www.researchgate.net/profile/Emenik e-

Nkamnebe/publication/340816182_Leaving _No_One_Behind_Promoting_Literacy_in_ Nigeria_through_Inclusive_Library_and_Inf ormation_Services/links/5e9f1145299bf1307 9afce45/Leaving-No-One-Behind-

Promoting-Literacy-in-N

Sakulwichitsintu, S. (2023). Mobile Technology – An Innovative Instructional Design Model in Distance Education. International Journal of Interactive Mobile Technologies, 17(7), 4– 31.

https://doi.org/10.3991/ijim.v17i07.36457

Studies, E. (2020). Directions: 34(1).

Suek, L. A. (2022). Assessing Foreign Language Learners in Online Learning: Methods , Challenges and Strategies. 2(1), 135–142.

114