PUSTAKA VOL. 23, NO. 2 • 84 – 96

p-ISSN: 2528-7508

e-ISSN: 2528-7516


Terakreditasi Sinta-5, SK No: 105/E/KPT/2022

Budaya dan Heritage Kota Cirebon: Identitas, Komersialisasi dan Pariwisata

Dian Lestari, Paryanto

Faculty of Education, Cokroaminoto University, Yogyakarta, Indonesia Jl. Perintis Kemerdekaan Jl. Gambiran, Pandeyan, Kec. Umbulharjo, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55161 [email protected]

Abstrak

Artikel ini menggambarkan keunikan budaya dan warisan sejarah yang dimiliki oleh Kota Cirebon, sebuah kota yang kaya akan identitas dan tradisi adat. Fokus utama artikel ini adalah pada peran komersialisasi dan industri pariwisata dalam melestarikan dan mempromosikan budaya dan warisan Kota Cirebon kepada wisatawan. Artikel ini juga menyoroti hubungan antara seni, arsitektur, tradisi adat, dan kuliner dengan identitas Kota Cirebon, serta bagaimana elemen-elemen ini menjadi daya tarik utama bagi para wisatawan. Melalui penelusuran yang mendalam, artikel ini memberikan wawasan tentang upaya yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat setempat untuk menjaga dan mengembangkan kekayaan budaya dan warisan sejarah Kota Cirebon, sambil tetap mempertimbangkan dampak komersialisasi terhadap autentisitas dan keberlanjutan budaya. Penelitian ini penting untuk memahami pentingnya kelestarian budaya dan membangun strategi yang tepat untuk mengembangkan pariwisata berkelanjutan yang dapat memberikan manfaat ekonomi dan sosial bagi masyarakat Kota Cirebon tanpa mengorbankan identitas dan integritas budaya mereka.

Kata kunci: Kota Cirebon, keunikan budaya, warisan sejarah, identitas, wisatawan, seni, arsitektur, tradisi adat, kuliner.

Abstract

This article describes the unique culture and historical heritage that is owned by the City of Cirebon, a city that is rich in identity and traditional traditions. The main focus of this article is on the role of commercialization and the tourism industry in preserving and promoting the culture and heritage of Cirebon City to tourists. This article also examines the relationship between art, architecture, traditional traditions and culinary arts and the identity of the city of Cirebon, and how these elements become the main attraction for tourists. Through an in-depth search, this article provides insight into the efforts made by the government and local communities to maintain and develop the cultural wealth and historical heritage of Cirebon City, while still considering the impact of commercialization on cultural authenticity and sustainability. This research is important for understanding the importance of cultural preservation and developing appropriate strategies for developing sustainable tourism that can provide economic and social benefits for the people of Cirebon City without compromising their identity and cultural integrity.

Keywords: Cirebon City, cultural uniqueness, historical heritage, identity, tourists, art, architecture, traditional traditions, culinary.

PENDAHULUAN

Kota Cirebon, yang terletak di Jawa Barat, Indonesia, merupakan sebuah kota yang kaya akan budaya dan warisan sejarah. Kota ini memiliki sejarah yang panjang sebagai pusat perdagangan dan budaya di pulau Jawa (Erwantoro, 2012; Machdalena et al., 2023; Suparman, Sulasman, & Firdaus, 2017). Sebagai salah satu kota pelabuhan, pusat perdagangan dan kebudayaan yang penting dalam sejarah Nusantara, Cirebon telah menjadi pusat pertemuan budaya dari berbagai suku dan agama (Fahira, 2023). Kota ini dikenal dengan keragaman adat istiadat, seni tradisional, arsitektur,

tarian, musik, dan kuliner yang unik. Identitas uniknya terbentuk dari perpaduan berbagai pengaruh budaya, seperti Jawa, Sunda, Cina, dan Arab. Budaya dan warisan Kota Cirebon menjadi sumber identitas yang penting bagi penduduknya dan menarik perhatian wisatawan dari dalam dan luar negeri (Hariyanto, 2016).

Budaya Cirebon terrefleksikan dalam beragam aspek kehidupan sehari-hari penduduk, termasuk seni, tarian, musik, dan kebiasaan tradisional. Identitas Kota Cirebon juga tercermin dalam berbagai aspek budaya yang ada di wilayah ini (Wahidin & Sarmini, 2016). Seni tradisional

seperti tari topeng Cirebon, wayang kulit, dan tarian-tarian khas lainnya merupakan bagian penting dari budaya Cirebon (Masunah, Mariah, & Heriyawati, 2020). Selain itu, arsitektur bangunan-bangunan bersejarah seperti Keraton Kasepuhan dan Keraton Kanoman menunjukkan pengaruh kuat dari gaya arsitektur Jawa dan Sunda. Identitas ini memainkan peran krusial dalam membentuk citra dan daya tarik Kota Cirebon bagi wisatawan (Lestari, 2020).

Sejumlah studi menunjukkan bahwa beberapa tahun terakhir, komersialisasi budaya dan warisan Kota Cirebon telah menjadi perhatian utama. Peningkatan kegiatan ekonomi dan pariwisata telah menyebabkan adanya pengaruh yang signifikan terhadap budaya dan tradisi lokal. Beberapa warisan budaya dan seni tradisional telah mengalami penyederhanaan atau bahkan terabaikan sebagai akibat dari komersialisasi yang berlebihan. Proses ini juga dapat mengarah pada hilangnya keaslian budaya dan warisan Kota Cirebon, yang merupakan bagian integral dari identitas kota ini (Jaelani, Setyawan, & Hasyim, 2016).

Selain itu, sektor pariwisata juga memiliki peran penting dalam mengangkat budaya dan warisan Kota Cirebon. Wisatawan lokal maupun internasional datang ke Cirebon untuk mengalami keindahan budaya dan arsitektur yang ada di sana. Namun, perkembangan pariwisata yang tidak terkendali dapat menyebabkan dampak negatif, seperti peningkatan keramaian, degradasi lingkungan, dan hilangnya keaslian budaya. Oleh karena itu, penting untuk menjaga keseimbangan antara pembangunan pariwisata yang berkelanjutan dan pelestarian budaya (Luturlean & Se, 2019).

Komersialisasi, sebagai hasil dari pertumbuhan ekonomi dan peningkatan pariwisata, dapat memiliki dampak signifikan terhadap budaya dan warisan Kota Cirebon. Meskipun pembangunan ekonomi dapat memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat setempat, hal ini juga dapat mengubah karakter budaya dan warisan yang ada. Misalnya, dengan munculnya industri pariwisata, ada risiko bahwa aspek-aspek budaya yang berharga dapat direduksi menjadi produk komersial yang seragam (Kudiya & Atik, 2020). Oleh karena itu, penting untuk mempertimbangkan bagaimana komersialisasi memengaruhi identitas budaya Kota Cirebon dan upaya apa yang telah dilakukan untuk melindunginya. Keindahan arsitektur kuno, seperti Keraton Kasepuhan dan Keraton Kanoman, serta situs-situs bersejarah

lainnya menarik wisatawan dari dalam dan luar negeri. Namun, sementara pariwisata dapat memberikan manfaat ekonomi yang signifikan, ada juga tantangan dalam memastikan kelestarian budaya dan warisan kota ini dalam industri pariwisata yang terus berkembang (Sholihah, 2016).

Studi lain mengemukakan bahwa budaya dan warisan Kota Cirebon menghadapi tantangan yang kompleks, terutama terkait dengan komersialisasi dan pariwisata. Sejalan dengan kemajuan zaman dan perubahan sosial-ekonomi, tantangan yang dihadapi oleh budaya dan warisan Kota Cirebon semakin meningkat (Yana, Dienaputra, Suryadimulya, & Sunarya, 2020). Dalam beberapa dekade terakhir, ada peningkatan yang signifikan dalam upaya komersialisasi budaya dan warisan di Kota Cirebon. Sebagai respons terhadap permintaan pasar dan tujuan pariwisata, beberapa elemen budaya tradisional mengalami transformasi untuk memenuhi kebutuhan komersial dan permintaan wisatawan.

Meskipun beberapa studi telah dilakukan tentang budaya dan warisan Kota Cirebon, masih ada celah penelitian yang perlu dijelajahi lebih lanjut. Salah satu celah penelitian yang relevan adalah pemahaman yang lebih mendalam tentang persepsi masyarakat lokal terhadap komersialisasi dan dampaknya terhadap identitas budaya. Studi tentang upaya apa yang telah dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat setempat dalam mempertahankan budaya dan warisan di tengah perkembangan pariwisata juga dapat menjadi area penelitian yang menarik. Selain itu, analisis dampak ekonomi pariwisata terhadap keberlanjutan budaya dan warisan Kota Cirebon juga dapat menjadi topik penelitian yang bernilai (Putro, 2022).

Melalui artikel ilmiah ini, kami bertujuan untuk menyelidiki identitas, komersialisasi, dan pariwisata di Kota Cirebon dengan merujuk pada literatur yang relevan (Muliawati, 2016). Kami akan mengisi celah penelitian yang ada dengan memperdalam pemahaman kita tentang bagaimana identitas budaya dipertahankan dalam era komersialisasi dan bagaimana pariwisata memengaruhi keberlanjutan budaya dan warisan Kota Cirebon. Kajian artikel ini akan mengacu pada literatur, dokumen, dan berita yang relevan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana komersialisasi mempengaruhi identitas budaya dan warisan serta dampaknya terhadap pariwisata di Kota Cirebon.

Dalam kajian ini, kami menyajikan analisis komprehensif tentang keunikan budaya dan peninggalan sejarah kota Cirebon serta dampaknya terhadap identitas kota dan pariwisata. Kami berharap melalui studi lapangan, wawancara dengan pemangku kepentingan lokal dan analisis literatur dan sumber daya yang relevan, artikel ini dapat memberikan kontribusi untuk pemahaman yang lebih baik tentang pentingnya melestarikan dan mempromosikan warisan budaya dan sejarah kota Cirebon yang unik. Kota Cirebon, kota kecil di pesisir utara Jawa Barat, berperan penting dalam melestarikan warisan budaya dan sejarah Indonesia. Kota ini telah menjadi pusat perdagangan dan budaya sejak abad ke-15 dan merupakan rumah bagi banyak peninggalan sejarah, arsitektur, dan aktivitas tradisional yang masih bertahan hingga saat ini.

METODE

Dalam artikel ini, kami menggunakan metode pembacaan artikel dan studi literatur yang tersedia di internet untuk mendapatkan pemahaman yang komprehensif tentang keunikan budaya dan warisan sejarah Kota Cirebon. Metode studi literatur adalah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat, serta mengelolah bahan penelitian. Metode ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: pertama melakukan pencarian melalui basis data akademik, perpustakaan digital, jurnal, dan situs web terpercaya yang berhubungan dengan topik keunikan budaya dan warisan sejarah Kota Cirebon. Kami memprioritaskan sumber-sumber yang memiliki relevansi langsung dengan bidang studi ini. Setelah mengidentifikasi sumber yang relevan, kami melakukan seleksi berdasarkan kualitas, kredibilitas, dan kebaruan informasi yang disajikan. Kami menganalisis secara menyeluruh setiap sumber yang dipilih, mencatat temuan yang relevan dengan keunikan budaya dan warisan sejarah Kota Cirebon. Dalam melakukan metode ini, kami memperhatikan pentingnya menggunakan sumber-sumber terpercaya dan valid dalam memastikan keakuratan dan keandalan informasi yang disajikan. Selain itu, kami juga mencatat referensi dari setiap sumber yang digunakan untuk memastikan integritas akademik dalam penggunaan informasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kota Cirebon adalah sebuah kota yang terletak di pantai utara Jawa Barat, Indonesia. Kota ini memiliki warisan sejarah dan budaya yang kaya yang membedakannya dari kota atau kabupaten lain di provinsi Jawa Barat. Cirebon memiliki sejarah yang panjang dan kaya. Kota Cirebon memiliki sejarah yang panjang yang bermula pada abad ke-15 ketika kota ini menjadi ibu kota Kesultanan Cirebon. Kota ini memainkan peran penting sebagai pelabuhan perdagangan utama dan pusat kebudayaan Islam di Jawa. Asal usul Kota Cirebon dapat ditelusuri hingga abad ke-15 Masehi (Wiranti, 2019). Pada masa itu, daerah ini dikenal sebagai Kerajaan Pakungwati yang merupakan bagian dari Kesultanan Demak. Pada awal abad ke-16 Masehi, Cirebon menjadi pusat kekuasaan yang mandiri dengan berdirinya Kesultanan Cirebon. Kesultanan Cirebon didirikan oleh seorang pangeran dari Kerajaan Pajajaran yang bernama Pangeran Cakrabuana yang memisahkan diri dari Kesultanan Demak dan mendirikan kesultanan baru di wilayah Cirebon (Saladin, Purnomo, & Tundono, 2018). Seiring berjalannya waktu, Kesultanan Cirebon mengalami perkembangan dan memainkan peran penting dalam sejarah Jawa Barat. Kesultanan ini menjadi pusat perdagangan dan kebudayaan di pulau Jawa (Erwantoro, 2012).

Pada abad ke-17 Masehi, sejarah menjadi saksi ketika terjadi pertempuran antara Kesultanan Cirebon dengan Belanda yang ingin menguasai wilayah ini (Jayanti, 2017). Pada tahun 1667, melalui Perjanjian Breda, Cirebon secara de facto menjadi wilayah koloni Hindia Belanda. Meskipun demikian, Kesultanan tersebut tetap eksis dan berperan sebagai pemerintahan lokal. Selama masa penjajahan Belanda dan setelah kemerdekaan Indonesia, Cirebon terus berkembang sebagai pusat ekonomi dan kultural di Jawa Barat. Kota Cirebon memiliki sejarah yang panjang yang bermula pada abad ke-15 ketika kota ini menjadi ibu kota Kesultanan Cirebon. Kota ini memainkan peran penting sebagai pelabuhan perdagangan utama dan pusat kebudayaan Islam di Jawa. Cirebon terkenal karena keberagaman pengaruh budayanya, yang muncul dari interaksi antara budaya Jawa, Sunda, Tionghoa, dan Arab. Keberagaman budaya ini tercermin dalam berbagai aspek seni, tradisi, arsitektur, dan kelezatan kuliner khas Cirebon (Indrayana, 2020). Kota ini juga menjadi tempat tumbuh dan berkembangnya seni, budaya, dan

tradisi Cirebon yang khas (Muffid, Supriyadi, & Rukayah, 2014).

Sejarah Cirebon yang panjang dan peranannya dalam kebudayaan Indonesia, khususnya Jawa Barat menjadikan kota ini memiliki kekayaan warisan sejarah dan budaya yang unik. Terletak di provinsi Jawa Barat Indonesia, kota Cirebon kaya akan budaya unik dan warisan sejarah. Meskipun tidak sebesar kota-kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Yogyakarta, Semarang atau Surabaya, Kota Cirebon menawarkan beberapa keunikan budaya yang berbeda seperti seni, arsitektur, kerajinan tradisional dan masakan yang sangat berbeda dengan daerah lain di Indonesia (Wain, 2017). Sebagai salah satu kota bersejarah di Indonesia, Kota Cirebon memiliki pesona tersendiri yang menarik wisatawan baik dari dalam negeri maupun mancanegara.

Selain itu, arsitektur tradisional kota Cirebon dengan istana-istana tua dan bangunan bersejarahnya mencerminkan keindahan dan keanggunan masa lalu (Muffid et al., 2014). Seni dan arsitektur, adat dan tradisi yang masih bertahan merupakan bagian penting dari budaya Kota Cirebon. Upacara adat, ritual keagamaan dan kegiatan adat seperti tarian dan musik daerah melestarikan nilai-nilai luhur dan merevitalisasi warisan leluhur (Kartika, Dienaputra, Machdalena, & Nugraha, 2022). Keunikan budaya dan peninggalan sejarah Kota Cirebon tidak hanya menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat setempat, tetapi juga memberikan dampak yang signifikan bagi industri pariwisata. Keindahan dan keunikannya menarik wisatawan untuk lebih mengenal kota ini. Oleh karena itu, melestarikan budaya dan peninggalan sejarah kota Cirebon juga berperan penting dalam mempromosikan budaya dan pariwisata berkelanjutan (Nas & Ilham, 2021).

Keunikan budaya dan peninggalan sejarah kota Cirebon menjadi faktor penting dalam menjaga identitas kota dan menarik wisatawan (Hariyanto, 2016). Kota Cirebon adalah sebuah tempat yang kaya akan budaya dan warisan sejarah yang unik. Keunikan budaya dan warisan sejarah Kota Cirebon menjadi daya tarik utama bagi wisatawan. Komersialisasi dan industri pariwisata memainkan peran penting dalam melestarikan dan mempromosikan identitas kota ini. Identitas Kota Cirebon yang kuat terletak pada seni, arsitektur, tradisi adat, dan kuliner yang unik.

Secara umum identitas dan keunikan Kota Cirebon tercerminkan dari keterpaduan seni tradisional dan arsitektur, tradisi klasik masyarakat, dan kuliner. Pertama, Keberadaan dan terus berkembangnya seni tradisional dan arsitektur megah telah menjadi perpaduan budaya yang apik yang kemudian membentuk identias kota Cirebon (Masunah et al., 2020). Cirebon terkenal dengan seni tradisionalnya, termasuk tarian, musik, dan pertunjukan boneka. Kota ini terkenal dengan Tari Topeng Cirebon yang anggun dan Wayang Kulit Cirebon yang memukau, yang memperlihatkan bakat artistik dan ekspresi budaya lokal. Kota Cirebon memiliki landmark arsitektur yang memukau. Keraton Kasepuhan Cirebon dan Keraton Kanoman Cirebon adalah dua istana kerajaan yang mewakili perpaduan gaya arsitektur Jawa, Tionghoa, dan Eropa. Istana-istana ini bukan hanya situs bersejarah, tetapi juga penjaga warisan budaya Cirebon. Cirebon adalah surga bagi para pecinta kuliner.

Kota Cirebon terkenal dengan beragam seni dan kesenian tradisionalnya. Tari Topeng Cirebon, Wayang Kulit Cirebon, dan Tari Serimpi merupakan seni pertunjukan yang khas dan menggambarkan keindahan dan keserasian gerak serta nuansa kebudayaan local (Hadiyatno, Jazuli, & Djatiprambudi, 2022; Sholihah, 2016). Wayang Kulit Cirebon adalah pertunjukan boneka bayangan yang dimainkan di belakang layar kulit dengan bantuan lampu dan alat musik tradisional seperti gamelan. Wayang Kulit Cirebon memiliki gaya yang khas dengan karakteristik tokoh-tokoh yang berbeda dan permainan musik yang unik. Pertunjukan ini menggabungkan cerita-cerita dari epik Mahabharata, Ramayana, dan cerita lokal dalam suasana yang magis. Pementasan Wayang Kulit Cirebon tidak hanya menghibur, tetapi juga berfungsi sebagai sarana moral dan pendidikan dalam memperkenalkan nilai-nilai kehidupan kepada penontonnya.

Tari Serimpi adalah tarian tradisional yang menonjolkan keanggunan gerakan serta keseimbangan antara gerak tubuh dan keselarasan musik. Tarian ini biasanya dilakukan oleh sekelompok penari perempuan yang memakai kostum indah dengan hiasan rambut dan aksesoris yang mengagumkan. Tari Serimpi mengandalkan gerakan yang lemah gemulai dan penuh makna, mencerminkan nilai-nilai kehalusan, kesopanan, dan keindahan dalam budaya Cirebon. Ketiga seni pertunjukan, Tari Topeng Cirebon, Wayang Kulit Cirebon, dan Tari Serimpi, tersebut menjadi bagian

penting dari identitas budaya Kota Cirebon. Ketiganya tidak hanya memperkaya kehidupan seni dan budaya masyarakat setempat, tetapi juga menjadi daya tarik bagi wisatawan yang tertarik untuk menikmati keindahan dan keunikannya. Pemerintah dan komunitas seniman setempat terus berupaya melestarikan dan mengembangkan seni-seni ini melalui pelatihan, pertunjukan, dan kegiatan budaya lainnya, sehingga dapat terus hidup dan dikenal oleh generasi muda serta dinikmati oleh pengunjung dari berbagai daerah.

Kota Cirebon memiliki dua keraton yang masih berdiri kokoh hingga saat ini, yaitu Keraton Kasepuhan dan Keraton Kanoman. Keberadaan kedua keraton ini tidak hanya menjadi bukti kejayaan masa lalu, tetapi juga menjadi peninggalan sejarah yang memperkaya warisan budaya dan arsitektur Kota Cirebon (Ahnaf, Rukmi, & Siregar, 2023). Keraton Kasepuhan merupakan keraton tertua di Kota Cirebon yang didirikan pada abad ke-16. Arsitektur keraton ini merupakan perpaduan gaya Jawa, Cina, dan Eropa yang menciptakan tampilan yang unik dan memikat. Bagian depan keraton menampilkan ornamen Cina dengan aksen warna-warni yang cerah, sementara bagian dalamnya menghadirkan detail ukiran Jawa yang halus dan elegan. Pada beberapa ruang di dalam keraton, terdapat pengaruh arsitektur Eropa seperti balustrade dan jendela kaca.

Keindahan dan kekayaan arsitektur Keraton Kasepuhan menjadi daya tarik bagi wisatawan yang tertarik untuk menjelajahi warisan sejarah Kota Cirebon. Keraton Kanoman merupakan keraton kedua yang terletak di Kota Cirebon. Arsitektur Keraton Kanoman juga menggabungkan gaya Jawa, Cina, dan Eropa, namun dengan ciri khas yang berbeda dari Keraton Kasepuhan. Keraton Kanoman memiliki bentuk yang lebih sederhana dengan warna yang lebih dominan, seperti warna merah dan emas yang kaya. Meskipun lebih kecil daripada Keraton Kasepuhan, Keraton Kanoman tetap memancarkan pesona dan keindahan dengan ornamen dan ukiran yang menghiasi setiap sudutnya. Pengunjung dapat menjelajahi halaman dalam keraton dan menikmati keindahan arsitektur serta pesona sejarah yang terpancar dari Keraton Kanoman.

Kedua keraton ini menjadi saksi sejarah penting dalam perjalanan Kesultanan Cirebon dan perpaduan budaya yang kaya di Kota Cirebon. Selain berfungsi sebagai tempat kediaman penguasa, keraton juga menjadi pusat kegiatan

kebudayaan dan keagamaan pada masa lalu. Kini, kedua keraton tersebut menjadi tempat wisata yang populer, di mana pengunjung dapat melihat dan menghargai keindahan arsitektur serta mempelajari sejarah dan budaya Cirebon melalui berbagai koleksi, gambar, dan artefak yang terdapat di dalamnya. Keraton Kanoman: Keraton Kanoman merupakan keraton kedua yang terletak di Kota Cirebon. Arsitektur Keraton Kanoman juga menggabungkan gaya Jawa, Cina, dan Eropa, namun dengan ciri khas yang berbeda dari Keraton Kasepuhan. Keraton Kanoman memiliki bentuk yang lebih sederhana dengan warna yang lebih dominan, seperti warna merah dan emas yang kaya.

Meskipun lebih kecil daripada Keraton Kasepuhan, Keraton Kanoman tetap memancarkan pesona dan keindahan dengan ornamen dan ukiran yang menghiasi setiap sudutnya. Pengunjung dapat menjelajahi halaman dalam keraton dan menikmati keindahan arsitektur serta pesona sejarah yang terpancar dari Keraton Kanoman. Kedua keraton ini menjadi saksi sejarah penting dalam perjalanan Kesultanan Cirebon dan perpaduan budaya yang kaya di Kota Cirebon. Selain berfungsi sebagai tempat kediaman penguasa, keraton juga menjadi pusat kegiatan kebudayaan dan keagamaan pada masa lalu. Kini, kedua keraton tersebut menjadi tempat wisata yang populer, di mana pengunjung dapat melihat dan menghargai keindahan arsitektur serta mempelajari sejarah dan budaya Cirebon melalui berbagai koleksi, gambar, dan artefak yang terdapat di dalamnya.

Baik Keraton Kasepuhan maupun Keraton Kanoman menjadi pusat kegiatan budaya yang penting di Kota Cirebon. Di dalam kompleks keraton, sering kali diadakan berbagai pertunjukan seni tradisional, seperti tari, wayang kulit, dan musik gamelan. Selain itu, keraton juga menjadi tempat penyelenggaraan upacara adat dan ritual keagamaan yang melibatkan masyarakat setempat. Dengan demikian, keraton tidak hanya menjadi tempat wisata sejarah, tetapi juga sebagai wadah yang hidup untuk menjaga dan mempersembahkan kebudayaan Cirebon. Selain sebagai tempat tinggal raja dan keluarga kerajaan, keraton juga menjadi pusat pendidikan dan pembelajaran. Di dalamnya terdapat ruang-ruang khusus yang digunakan untuk memberikan pelajaran dan pengajaran kepada calon penguasa dan putra-putri kerajaan. Pendidikan yang diberikan di keraton mencakup berbagai aspek kehidupan, termasuk etika, seni, budaya, tata bahasa, dan lain-lain.

Dengan peran ini, keraton menjadi lembaga yang mendukung pengembangan intelektual dan moral para pemimpin masa depan. Keberadaan Keraton Kasepuhan dan Keraton Kanoman merupakan bagian dari warisan budaya dan identitas lokal Cirebon. Keduanya mencerminkan perpaduan budaya Jawa, Cina, dan Eropa yang menciptakan gaya arsitektur yang unik dan khas. Arsitektur dan ornamen yang terdapat di dalam keraton mencerminkan pengaruh dan adaptasi budaya yang terjadi pada masa lalu. Keraton juga menjadi simbol kebesaran dan kejayaan Kesultanan Cirebon, dan dengan demikian, menjadi penanda sejarah dan identitas masyarakat Cirebon yang tetap dijaga dan dipelihara. Kedua keraton ini menjadi daya tarik utama bagi wisatawan lokal maupun mancanegara yang tertarik untuk menjelajahi sejarah dan kebudayaan Cirebon.

Cirebon memiliki warisan keagamaan yang kuat, dengan banyak masjid dan pesantren tersebar di seluruh kota. Masjid Agung Sang Cipta Rasa merupakan trademark keagamaan yang menonjol yang menampilkan arsitektur Islam dan pentingnya budaya Cirebon. Masjid Agung Sang Cipta Rasa adalah salah satu peninggalan sejarah yang penting di Kota Cirebon. Masjid ini memiliki nilai budaya, arsitektur yang indah, dan berfungsi sebagai pusat kegiatan keagamaan serta menjadi daya tarik wisata religi bagi wisatawan. Lebih lanjut, Masjid Agung Sang Cipta Rasa memiliki sejarah yang kaya dan panjang. Masjid ini dibangun pada masa Kesultanan Cirebon pada abad ke-15 Masehi dan mengalami beberapa renovasi dan perluasan seiring berjalannya waktu. Keberadaan masjid ini menjadi saksi perjalanan sejarah dan keagamaan Kota Cirebon (Muffid et al., 2014).

Masjid Agung Sang Cipta Rasa memiliki arsitektur yang memukau dan khas. Bangunannya menggabungkan elemen-elemen budaya Islam dengan gaya arsitektur Cirebon tradisional. Masjid ini memiliki atap bertingkat dengan hiasan ukiran kayu yang indah, dinding-dinding yang menggambarkan keindahan seni Islam, dan kubah yang megah. Arsitektur masjid ini mencerminkan keindahan dan keunikan budaya Islam serta ciri khas arsitektur lokal Cirebon. Masjid Agung Sang Cipta Rasa berperan sebagai pusat kegiatan keagamaan bagi masyarakat Cirebon dan sekitarnya. Masjid ini menjadi tempat ibadah, khotbah Jumat, dan berbagai acara keagamaan lainnya. Kegiatan keagamaan yang dilakukan di masjid ini memberikan kontribusi penting dalam

memperkuat ikatan sosial dan kehidupan spiritual masyarakat setempat.

Masjid Agung Sang Cipta Rasa juga menjadi daya tarik wisata religi bagi wisatawan. Wisatawan yang datang ke Cirebon sering mengunjungi masjid ini untuk menikmati keindahan arsitektur, merasakan atmosfer keagamaan yang tenang, serta berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan yang diadakan di sana. Wisatawan juga dapat menambah pemahaman mereka tentang Islam dan budaya lokal Cirebon melalui kunjungan ke masjid ini. Dalam upaya pelestarian dan pengembangan, Pemerintah Kota Cirebon dan komunitas setempat sangat peduli dalam menjaga dan melestarikan Masjid Agung Sang Cipta Rasa sebagai warisan sejarah dan budaya yang berharga. Upaya pelestarian meliputi pemeliharaan fisik bangunan, pengembangan fasilitas pendukung, serta pengaturan dan pengawasan terhadap kegiatan di dalam masjid. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa masjid ini tetap berfungsi sebagai tempat ibadah yang aktif dan sebagai situs budaya yang dapat dinikmati oleh generasi masa kini dan mendatang.

Masjid Agung Sang Cipta Rasa merupakan salah satu tempat yang tidak hanya penting dalam konteks agama, tetapi juga dalam hal sejarah dan budaya Kota Cirebon. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa masjid ini tetap berfungsi sebagai tempat ibadah yang aktif dan sebagai situs budaya yang dapat dinikmati oleh generasi masa kini dan mendatang. Masjid Agung Sang Cipta Rasa merupakan salah satu tempat yang tidak hanya penting dalam konteks agama, tetapi juga dalam hal sejarah dan budaya Kota Cirebon. Masjid Agung Sang Cipta Rasa menjadi salah satu destinasi wisata yang wajib dikunjungi bagi wisatawan yang datang ke Kota Cirebon. Selain sebagai tempat beribadah, masjid ini juga menjadi saksi bisu sejarah perkembangan Islam di Kota Cirebon serta menjadi bagian penting dari warisan budaya dan sejarah Indonesia.

Kedua, Cirebon juga terkenal dengan kerajinan tradisionalnya, termasuk batik, ukiran kayu, dan keramik. Berbagai bentuk kerajinan tradisional masih terus tumbuh dan berkembang menjadi inti dan menggerakkan nadi kehidupan masyarakat. Pengrajin yang terampil menghasilkan kain batik yang indah dengan corak dan motif khas Cirebon, mencerminkan budaya dan estetika lokal. Salah satu daya tarik utama Kota Cirebon adalah melimpahnya kerajinan tradisional. Seni rupa, seni pertunjukan, dan kerajinan mencerminkan warisan

budaya yang kaya dan beragam (Hadiyatno et al., 2022). Cirebon terkenal dengan kerajinan kain batiknya yaitu Batik Trusmi, Batik Trusmi adalah salah satu jenis batik tradisional yang sangat terkenal dari Kota Cirebon. Batik ini memiliki ciri khas dalam memadukan motif dan warna yang mencerminkan keunikan budaya lokal.

Batik Trusmi menampilkan beragam motif tradisional Cirebon yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. Motif-motif ini menggambarkan elemen alam, flora, fauna, serta mitos dan legenda yang dianggap penting dalam kebudayaan Cirebon. Beberapa contoh motif yang sering ditemukan dalam Batik Trusmi adalah motif kawung, motif parang, motif tambal, motif lereng, motif buketan, dan masih banyak lagi. Setiap motif memiliki makna dan simbolik tersendiri yang memberikan nilai artistik dan keindahan pada kain batik. Batik Trusmi dikenal dengan penggunaan warna-warna cerah dan mencolok. Kombinasi warna yang digunakan dalam Batik Trusmi memberikan kesan yang hidup, ceria, dan enerjik. Warna-warna seperti merah, kuning, hijau, biru, dan oranye sering digunakan dalam kain batik ini.

Penggunaan warna yang cerah juga mencerminkan semangat dan kegembiraan dalam budaya Cirebon.Batik Trusmi dibuat dengan menggunakan teknik tradisional dalam pembatikan. Para pengrajin batik Trusmi melakukan proses pewarnaan dan pewaxan secara manual dengan tangan. Mereka menggunakan canting, alat khusus yang digunakan untuk menorehkan malam (lilin cair) pada kain untuk membentuk pola dan motif. Kemudian, kain batik direndam dalam pewarnaan yang telah dipersiapkan sebelumnya. Proses ini membutuhkan ketelatenan dan keahlian tinggi untuk menghasilkan kain batik yang berkualitas.

Batik Trusmi memiliki peran penting dalam melestarikan warisan budaya Cirebon. Para pengrajin batik dan komunitas di Trusmi, Cirebon, terus berusaha menjaga tradisi dan teknik pembuatan batik secara turun-temurun. Mereka mengadakan pelatihan dan workshop untuk generasi muda agar dapat mempelajari dan menguasai seni pembatikan ini. Upaya ini penting dalam menjaga keberlanjutan budaya batik Trusmi dan mendorong apresiasi terhadap karya seni batik tradisionalBatik Trusmi bukan hanya merupakan produk seni dan kerajinan, tetapi juga merupakan simbol identitas budaya Kota Cirebon. Keunikan motif dan warna yang ditampilkan dalam Batik Trusmi menjadi daya tarik bagi penggemar batik,

pecinta seni, maupun para wisatawan yang ingin mengenal dan memiliki pengalaman budaya yang kaya dari Kota Cirebon.

Cirebon memiliki motif batik yang cukup terkenal dan memiliki makna serta sejarah yang cukup menarik motif batik Megamendung Cirebon adalah salah satu keunikan yang khas dalam batik tradisional Cirebon. Motif ini memiliki pola geometris yang teratur dengan warna dominan biru dan putih, menciptakan kontras yang menarik dan elegan. Motif Megamendung melambangkan harapan akan berkah dan kelimpahan serta memiliki makna simbolik dalam budaya Cirebon, seperti kesuburan dan keberuntungan. Keunikan motif ini telah menjadi bagian penting dari warisan budaya Cirebon yang terus dilestarikan oleh pengrajin batik dan seniman lokal. Selain menjadi identitas budaya, motif batik Megamendung juga memiliki daya tarik wisata yang menarik bagi wisatawan yang ingin mengenal seni dan budaya lokal Kota Cirebon.

Dengan demikian, motif batik Megamendung Cirebon merupakan simbol keindahan dan nilai budaya yang terjaga dalam dunia batik Indonesia secara keseluruhan. Sejarah motif Megamendung dalam batik Cirebon memiliki akar yang cukup kaya dan berasal dari pengaruh budaya Tionghoa di Kota Cirebon. Berikut adalah sejarah singkat motif Megamendung: Motif Megamendung pertama kali diperkenalkan ke Cirebon pada abad ke-17 melalui hubungan dagang yang erat antara Kesultanan Cirebon dengan Dinasti Ming di Tiongkok. Para pedagang Tionghoa membawa serta kain-kain batik dengan motif awan mendung yang kemudian menjadi inspirasi untuk pengembangan motif Megamendung lokal. Pengembangan motif Megamendung dilakukan oleh para pengrajin dan seniman batik di Cirebon, yang mengadaptasi dan mengubah motif Tionghoa menjadi sesuai dengan citra dan selera seni tradisional Cirebon.

Dalam perkembangannya, motif Megamendung mengalami penyesuaian dan variasi agar lebih sesuai dengan keunikan budaya lokal. Motif Megamendung menjadi sangat populer dan dianggap sebagai simbol kebanggaan dan identitas kota Cirebon. Penggunaan motif ini tidak hanya terbatas pada batik, tetapi juga dapat ditemukan dalam seni ukir, seni kerajinan, dan desain interior tradisional di Cirebon. Motif Megamendung terus dilestarikan dan dikembangkan oleh para pengrajin batik dan seniman di Cirebon. Upaya pelestarian dilakukan melalui transfer pengetahuan dari

generasi ke generasi, pelatihan, dan pengenalan motif kepada generasi muda. Selain itu, motif Megamendung juga diperkenalkan kepada wisatawan sebagai salah satu daya tarik budaya khas dari Kota Cirebon. Dengan demikian, sejarah motif Megamendung menandakan perpaduan antara pengaruh budaya Tionghoa dan seni tradisional Cirebon yang menghasilkan motif yang unik dan khas. Motif ini tidak hanya mencerminkan keindahan estetika, tetapi juga menjadi simbol kebanggaan budaya dan warisan sejarah kota Cirebon.

Ketiga, kuliner khas kota Cirebon yang akan memanjakan lidah, namun keunikan warisan budaya dan sejarah kota Cirebon tidak hanya memiliki nilai estetika dan sejarah (Widyaningsih & Masitoh, 2022). Kota Cirebon memiliki kuliner khas yang memikat dan menggugah selera. Diantara kuliner yang cukup populer di Kota Cirebon adalah Empal Gentong. Empal Gentong adalah hidangan daging sapi yang dimasak dalam kuah kaldunya yang kaya rempah. Kuah kaldunya dibuat dari bahan-bahan seperti serai, lengkuas, daun salam, dan rempah-rempah lainnya. Proses pemasakan yang khas menggunakan gentong, yakni panci besar yang terbuat dari tanah liat, memberikan cita rasa yang kaya dan gurih pada hidangan ini. Empal Gentong merupakan hidangan yang cukup berat, tetapi sangat lezat dan cocok dinikmati dengan nasi. Hidangan ini telah menjadi ikon kuliner Cirebon dan menjadi daya tarik bagi para wisatawan, baik nusantara maupun mancanegara, yang datang ke Kota ini. Selain rasa yang lezat, Empal Gentong juga dikenal karena cara penyajiannya yang unik. Biasanya, Empal Gentong disantap dengan nasi putih dan pelengkap seperti emping atau kerupuk. Karena popularitasnya, banyak warung makan dan restoran di Cirebon yang menyajikan Empal Gentong sebagai menu andalan. Wisatawan dan penduduk lokal seringkali mencari dan menikmati Empal Gentong ketika berkunjung ke Cirebon sebagai salah satu kuliner yang wajib dicicipi. Keunikan dan kelezatannya telah membuat Empal Gentong menjadi salah satu daya tarik wisata kulinernya.

Kuliner lain adalah Nasi Jamblang. Nasi Jamblang adalah hidangan khas yang sangat populer dan menjadi ikon kuliner Kota Cirebon. Hidangan ini terdiri dari nasi putih yang disajikan dengan berbagai macam lauk-pauk dan sambal yang lezat. Uniknya, Nasi Jamblang disajikan dalam daun jati yang kering sebagai pengganti piring atau nasi biasa. Hal ini memberikan aroma

khas daun jati pada nasi dan memberikan sensasi yang berbeda dalam menikmati hidangan tersebut. Beberapa lauk-pauk yang biasa disajikan dengan Nasi Jamblang antara lain ayam goreng, tahu, tempe, ikan tongkol, jeroan sapi, dan berbagai jenis sayuran seperti lalapan atau karedok. Sambal yang disajikan juga beragam, mulai dari sambal terasi hingga sambal pecel. Rasa Nasi Jamblang kaya akan rempah-rempah dan bumbu tradisional. Hidangan ini memiliki cita rasa yang gurih, pedas, dan sedikit manis.

Kelezatan dan keunikan Nasi Jamblang membuatnya menjadi salah satu kuliner yang wajib dicoba saat mengunjungi Kota Cirebon. Di Kota Cirebon, terdapat berbagai rumah makan dan warung yang mengkhususkan diri dalam menyajikan Nasi Jamblang. Beberapa tempat terkenal untuk menikmati hidangan ini antara lain Warung Nasi Jamblang Mang Dul, Nasi Jamblang Ibu Nur, dan Nasi Jamblang Cirebon Pak Gendut. Kehadiran Nasi Jamblang sebagai kuliner khas Kota Cirebon telah menjadi daya tarik bagi para wisatawan, baik lokal maupun mancanegara, yang ingin merasakan kelezatan hidangan tradisional Cirebon. Hidangan ini tidak hanya memberikan pengalaman gastronomi yang memuaskan, tetapi juga memberikan nuansa budaya dan sejarah dalam setiap suapan. Nasi Jamblang memiliki cita rasa yang khas, terutama dalam sambalnya yang pedas dan gurih. Hidangan ini merupakan warisan dari budaya Betawi yang banyak ditemukan di Kota Cirebon.

Selanjutnya kuliner yang menjadi ciri khas dari kota Cirebon adalah Tahu Gejrot memang merupakan hidangan yang terkenal di Kota Cirebon. Hidangan ini telah lama menjadi ikon kuliner khas Cirebon dan menjadi favorit di antara penduduk setempat maupun pengunjung. Tahu Gejrot memiliki rasa yang unik dan cita rasa yang khas, yang membuatnya begitu populer. Tahu Gejrot terdiri dari tahu goreng yang dihidangkan dengan saus pedas yang terbuat dari campuran petis, air asam, bawang putih, dan gula merah. Saus pedas ini memberikan rasa gurih, pedas, dan manis yang berpadu sempurna. Hidangan ini juga sering ditemani dengan irisan mentimun segar atau kerupuk sebagai pelengkap. Kelezatan Tahu Gejrot telah menarik minat banyak orang. Banyak pedagang kaki lima atau penjual makanan di Kota Cirebon yang menyajikan Tahu Gejrot sebagai menu andalannya. Wisatawan yang berkunjung ke Kota Cirebon sering mencari pengalaman kuliner

yang autentik dan mencoba Tahu Gejrot sebagai salah satu hidangan khas yang harus dicicipi.

Kehadiran Tahu Gejrot sebagai hidangan yang terkenal di Kota Cirebon tidak hanya memberikan kenikmatan kuliner, tetapi juga menjadi bagian dari kebudayaan dan tradisi makanan khas Cirebon. Hidangan ini menjadi salah satu contoh kekayaan kuliner yang memperkaya warisan budaya kota ini dan menjadi daya tarik kuliner yang menarik bagi wisatawan yang berkunjung ke Cirebon. Kuliner khas Kota Cirebon ini mencerminkan keunikan cita rasa dan pengaruh budaya dalam masakan tradisional. Rasa gurih, pedas, dan rempah-rempah yang khas menjadi ciri khas dari hidangan-hidangan ini. Pengaruh budaya Jawa dan Sunda dalam masakan Cirebon menciptakan perpaduan yang menarik, menjadikan hidangan-hidangan ini istimewa dan diakui sebagai warisan kuliner yang kaya. Kelezatan kuliner khas Cirebon telah menarik minat wisatawan dari dalam dan luar negeri untuk mencoba hidangan-hidangan tersebut. Banyak rumah makan dan warung makan tradisional di Kota Cirebon yang menyajikan kuliner khas ini dengan cita rasa otentik. Kuliner khas Cirebon tidak hanya memanjakan lidah, tetapi juga memberikan pengalaman gastronomi yang unik dan menarik (Putra, 2021).

Arsitektur, kuliner, seni tradisional seperti tari-tarian Cirebon, wayang kulit, dan batik Cirebon merupakan ekspresi budaya yang khas dan menggambarkan sejarah dan identitas masyarakat setempat. Keberadaan arsitektur bangunan-bangunan bersejarah seperti Keraton Kasepuhan dan Masjid Agung Sang Cipta Rasa menjadi saksi bisu dari masa lalu yang memperkaya keindahan kota ini. Dalam konteks pariwisata, keunikan budaya dan warisan sejarah Kota Cirebon telah menjadi daya tarik bagi wisatawan baik lokal maupun internasional. Wisatawan tertarik untuk menyaksikan pertunjukan seni tradisional, mengunjungi bangunan bersejarah, dan menikmati kuliner khas Cirebon (Kristiana, Suryadi, & Sunarya, 2018).

Sejumlah aspek ini berdampak signifikan terhadap identitas dan daya tarik wisata kota. Keunikan ini telah membantu kota Cirebon untuk melestarikan warisan budayanya dan terus menarik wisatawan dari dalam dan luar negeri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran yang komprehensif tentang keunikan budaya dan peninggalan sejarah kota Cirebon dan mengkaji dampaknya terhadap identitas perkotaan dan pariwisata. Kota ini terkenal dengan hidangan lezat

seperti Empal Gentong (sop daging pedas), Nasi Jamblang (nasi dengan berbagai lauk), dan Tahu Gejrot (tahu goreng dengan saus pedas). Kelezatan kuliner ini menawarkan perpaduan rasa yang unik dan mencerminkan tradisi kuliner lokal.

Identitas Kota Cirebon terkait erat dengan kekayaan budaya dan warisan sejarahnya. Aspek-aspek dari sejarah dan budaya Kota Cirebon ini membuatnya menjadi tujuan yang menarik bagi para wisatawan yang ingin menjelajahi warisan budaya Indonesia yang kaya dan beragam. Seni, arsitektur, tradisi adat, dan kuliner khas Cirebon menjadi elemen penting dalam membentuk identitas kota ini. Identitas budaya yang kuat ini memberikan daya tarik dan keunikan tersendiri bagi Kota Cirebon dalam konteks pariwisata. Komersialisasi dan industri pariwisata memiliki peran yang signifikan dalam mempromosikan dan mengembangkan budaya dan warisan Kota Cirebon (Luturlean & Se, 2019). Upaya kota ini untuk melestarikan warisan budayanya dan mempromosikan pariwisata telah berkontribusi pada popularitasnya yang semakin meningkat. Melalui pemasaran dan promosi yang tepat, keunikan budaya dan warisan sejarah Kota Cirebon dapat menarik minat wisatawan.

Namun, perlu diingat bahwa komersialisasi juga dapat memiliki dampak negatif terhadap autentisitas budaya dan keberlanjutan warisan sejarah. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan yang berkelanjutan dalam mengembangkan pariwisata yang menghormati dan menjaga integritas budaya Kota Cirebon. Keunikan budaya dan warisan sejarah Kota Cirebon menjadi daya tarik utama bagi wisatawan. Pertunjukan seni tradisional seperti tari-tarian, wayang kulit, dan batik Cirebon menjadi pengalaman yang menarik bagi pengunjung. Selain itu, bangunan bersejarah seperti Keraton Kasepuhan dan Masjid Agung Sang Cipta Rasa juga merupakan destinasi yang menarik. Selain seni dan arsitektur, kuliner khas Cirebon seperti empal gentong, nasi jamblang, dan tahu gejrot juga merupakan elemen budaya yang menonjol.

Di era globalisasi saat ini, pelestarian identitas budaya dan sejarah lokal menjadi semakin penting. Salah satu cara melestarikan identitas lokal adalah dengan mempromosikan warisan budaya dan sejarah kota yang unik melalui pariwisata. Melalui upaya pelestarian dan pengembangan budaya dan warisan sejarah, Kota Cirebon berhasil menjaga identitasnya yang khas. Pemerintah dan komunitas setempat berperan

penting dalam melestarikan seni pertunjukan tradisional, merawat peninggalan sejarah, serta mempromosikan kuliner khas sebagai bagian dari atraksi wisata. Dengan menjaga identitas budaya dan warisan sejarahnya, Kota Cirebon mampu menarik minat wisatawan. Wisatawan tidak hanya datang untuk menyaksikan keindahan alam atau objek wisata, tetapi juga untuk merasakan keunikan budaya dan sejarah yang dihadirkan oleh Kota Cirebon.

Hal ini memberikan dampak positif bagi perkembangan pariwisata, membuka peluang ekonomi, serta memperkenalkan kekayaan budaya Cirebon kepada masyarakat luas. Melalui upaya yang gigih dalam pelestarian dan pengembangan budaya serta warisan sejarah, Kota Cirebon berhasil mempertahankan identitasnya yang unik dan khas (Jaelani et al., 2016). Pemerintah setempat, bersama dengan komunitas budaya dan masyarakat, memainkan peran penting dalam menjaga kelestarian seni pertunjukan tradisional, merawat peninggalan sejarah yang berharga, serta mempromosikan kuliner khas sebagai bagian integral dari daya tarik wisata. Pemerintah Kota Cirebon telah melaksanakan berbagai program dan kegiatan untuk memastikan keberlanjutan seni pertunjukan tradisional seperti Tari Topeng Cirebon, Wayang Kulit Cirebon, dan Tari Serimpi. Hal ini dilakukan melalui penyelenggaraan pertunjukan seni, lokakarya, dan pelatihan bagi generasi muda agar seni-seni tradisional tersebut dapat terus hidup dan berkembang. Selain itu, kerjasama dengan lembaga budaya dan seni juga dilakukan untuk mempromosikan seni pertunjukan Cirebon di tingkat nasional maupun internasional.

Keanekaragaman budaya, seni, arsitektur khas dan tradisi tradisional yang bertahan lama merupakan bagian integral dari identitas kota. Hingga saat ini, warisan sejarah dan keunikan budaya Cirebon terus dilestarikan dan menjadi daya tarik bagi wisatawan yang ingin mengetahui lebih dalam tentang sejarah dan budaya Jawa Barat (Adriyani, Erna, & Indrianto, 2023). Upaya pelestarian peninggalan sejarah juga menjadi fokus utama. Keraton Kasepuhan, sebagai salah satu peninggalan sejarah yang paling penting, telah dikelola dengan baik untuk memastikan keberlanjutannya. Pemeliharaan rutin dan konservasi bangunan serta koleksi seni yang berharga dilakukan untuk menjaga keaslian dan keindahannya (Ahnaf et al., 2023).

Selain itu, pengembangan museum dan ruang pameran telah dilakukan untuk

memperkenalkan peninggalan sejarah Kota Cirebon kepada pengunjung dan generasi muda (Jaelani, 2016). Selain seni pertunjukan dan peninggalan sejarah, kuliner khas Cirebon juga menjadi daya tarik yang signifikan. Pemerintah dan masyarakat telah bekerja sama dalam mempromosikan kuliner khas, seperti Empal Gentong, Nasi Jamblang, dan Tahu Gejrot, sebagai warisan budaya yang harus dicicipi oleh wisatawan. Pelatihan dan pengembangan usaha kuliner juga didorong untuk meningkatkan kualitas dan pemasaran kuliner khas Cirebon (Widyaningsih & Masitoh, 2022).

Keberhasilan Kota Cirebon dalam menjaga identitas budaya dan warisan sejarahnya telah memberikan dampak positif bagi pariwisata. Wisatawan tidak hanya tertarik dengan keindahan alam atau objek wisata semata, tetapi juga terpikat oleh keunikan budaya dan sejarah yang dihidupkan kembali di Kota Cirebon. Minat wisatawan yang meningkat membuka peluang ekonomi bagi masyarakat lokal, termasuk pelaku seni, pedagang kuliner, dan pengusaha pariwisata. Selain itu, promosi budaya dan warisan sejarah Kota Cirebon secara luas juga berperan dalam memperkenalkan kekayaan budaya Cirebon kepada masyarakat dalam dan luar negeri. Dalam kesimpulannya, upaya pelestarian dan pengembangan budaya serta warisan sejarah Kota Cirebon telah berhasil menjaga identitas kota yang khas dan menarik minat wisatawan (Yana et al., 2020).

Pemerintah dan masyarakat Kota Cirebon telah berperan aktif dalam melestarikan budaya dan warisan sejarah. Upaya ini meliputi pengembangan industri kreatif lokal, pendidikan dan pelatihan seni tradisional, serta keterlibatan komunitas dalam menjaga dan mempromosikan tradisi adat (Guntoro, Kurniawan, & Rosalina, 2022). Pengembangan pariwisata berkelanjutan menjadi fokus penting dalam menjaga keberlanjutan budaya dan warisan Kota Cirebon. Pendekatan ini mencakup perlindungan terhadap alam dan lingkungan, serta melibatkan masyarakat lokal dalam manfaat ekonomi dan sosial dari pariwisata (Ahnaf et al., 2023).

Pentingnya menjaga keseimbangan antara komersialisasi dan kelestarian budaya. Sementara komersialisasi dapat memberikan manfaat ekonomi, perlu dilakukan dengan mempertimbangkan dampaknya terhadap autentisitas dan integritas budaya Kota Cirebon. Tindakan yang berkelanjutan dan bertanggung jawab diperlukan untuk menjaga keaslian budaya

dan keberlanjutan warisan sejarah. Identitas budaya yang kuat menjadi kekuatan utama dalam mempromosikan Kota Cirebon sebagai tujuan wisata yang menarik.

SIMPULAN

Berdasarkan analisis yang sudah dilakukan, studi ini mengeksplorasi aspek-aspek kunci budaya dan warisan kota Cirebon, serta dampak dari komersialisasi dan sektor pariwisata terhadap identitas kota.

Pertama, dapat disimpulkan bahwa kota Cirebon memiliki warisan budaya yang kaya dan beragam. Warisan ini terlihat dalam seni, arsitektur, adat istiadat, dan tradisi yang unik bagi kota ini. Budaya Cirebon mencerminkan campuran pengaruh Jawa, Sunda, Islam, dan Tionghoa, yang menciptakan identitas budaya yang khas. Penelitian ini juga mengungkapkan bahwa budaya dan warisan Kota Cirebon telah menghadapi tantangan serius akibat komersialisasi. Proses komersialisasi telah menyebabkan pergeseran nilai-nilai budaya dan eksploitasi komersial terhadap warisan kota. Beberapa situs bersejarah dan tradisi budaya telah dirusak atau diubah secara radikal untuk memenuhi kebutuhan industri pariwisata yang berkembang pesat.

Dampak dari komersialisasi ini juga terlihat dalam sektor pariwisata. Kota Cirebon telah menjadi tujuan wisata cukup populer, dengan meningkatnya jumlah wisatawan setiap tahunnya. Namun, peningkatan pariwisata juga membawa konsekuensi negatif seperti peningkatan lalu lintas, kebisingan, polusi, dan kerusakan lingkungan. Studi ini juga menunjukkan adanya upaya pelestarian dan pengelolaan warisan budaya yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat setempat. Beberapa langkah telah diambil untuk mempromosikan kesadaran akan pentingnya warisan budaya, seperti program pelestarian situs bersejarah, festival budaya, dan pendidikan budaya di sekolah-sekolah.

Dalam rangka memanfaatkan potensi pariwisata Kota Cirebon dengan tetap menjaga keaslian budaya dan warisannya, disarankan agar pemerintah dan pemangku kepentingan terkait bekerja sama untuk merancang kebijakan yang berkelanjutan. Selain itu, upaya promosi yang intensif baik secara lokal maupun internasional dapat dilakukan untuk menarik minat wisatawan yang lebih luas ke Kota Cirebon. Diperlukan kerja sama antara pemerintah, komunitas lokal, sektor

swasta, dan pihak terkait lainnya untuk mengelola budaya dan warisan Kota Cirebon secara efektif. Kolaborasi ini dapat mencakup pengembangan kebijakan yang mendukung pelestarian budaya, pelatihan dan pendidikan bagi warga setempat, investasi dalam infrastruktur pariwisata, promosi yang tepat, dan peningkatan aksesibilitas. Dengan langkah-langkah yang tepat, Kota Cirebon dapat menjadi tujuan wisata budaya yang menarik, sambil tetap mempertahankan identitas dan keunikan budayanya.

DAFTAR PUSTAKA

Adriyani, R., Erna, & Indrianto, R. (2023). Pengembangan Cagar Budaya dan Pariwisata Berbasis Digital Heritage. Jurnal Exchall, 5(1), 12–24.

Ahnaf, M., Rukmi, W. I., & Siregar, J. P. (2023). Bentuk Kawasan Keraton Kasepuhan Cirebon sebagai Kawasan Cagar Budaya. Planning for Urban Region and Environment, 12(2), 189–198.

Erwantoro, H. (2012). A Brief History of The Kingdom of Cirebon. Patanjala, 4(1), 170– 183.

Fahira, E. N. (2023). Perkembangan Pelabuhan Cirebon Pada Masa Hindia Belanda Tahun (1927-1942). repository.syekhnurjati.ac.id.

Guntoro, M., Kurniawan, Z., & Rosalina, M. (2022). Warisan Budaya dan Pengembangan Seni Kreatif. Barakuda 45, 4(2), 274–280.

Hadiyatno, H., Jazuli, M., & Djatiprambudi, D.

(2022). Komodifikasi Topeng Cirebon: Analisis Praktek Sosial Bourdieu. Prosiding Seminar Nasional Pascasarjana, 433–440. Semarang: UNNES.

Hariyanto, O. I. B. (2016). Destinasi Wisata Budaya dan Religi di Cirebon. Jurnal Ecodemica: Jurnal Ekonomi, Manajemen, Dan Bisnis, 4(2), 214–222.

Indrayana, Y. (2020). ‘Koridor Karangwangi’ Sebagai Strategi Pengembangan Wisata Kekinian Yang Berbasis Budaya Kota Cirebon. Barista: Jurnal Kajian Bahasa Dan     Pariwisata,     7(1),     48–55.

https://doi.org/10.34013/barista.v7i1.187

Jaelani, A. (2016). Islamic Tourism Development in Cirebon: The Study Heritage Tourism in

Islamic Economic Perspective. Journal of Economics Bibliography, 3(2), 1–22.

Jaelani, A., Setyawan, E., & Hasyim, N. (2016). Religious Heritage Tourism and Creative Economy in Cirebon: The Diversity of Religious, Cultures and Culinary. Journal Social and Administrative Sciences, 3(1), 63–76.

https://doi.org/10.1353/cat.2018.0020

Jayanti, T. B. (2017). Strategi Pengembangan Urban Heritage Tourism Kota Cirebon, Jawa Barat. Jurnal Koridor, 8(2), 195–205. https://doi.org/10.32734/koridor.v8i2.1347

Kartika, N., Dienaputra, R. D., Machdalena, S., & Nugraha, A. (2022). Cultural-Based Tourism in Cirebon: a Study of Commodification in Cultural Tourism. Sosiohumaniora, 24(3), 362–370.

https://doi.org/10.24198/sosiohumaniora.v2 4i3.33432

Kristiana, Y., Suryadi, M. T., & Sunarya, S. R. (2018). Eksplorasi Potensi Wisata Kuliner Untuk Pengembangan Pariwisata Di Kota Tangerang. Khasanah Ilmu - Jurnal Pariwisata Dan Budaya, 9(1), 22–31.

Kudiya, K., & Atik, S. K. (2020). Kekuatan Desain Motif Batik Cirebon sebagai Ruang Identitas Indikasi Geografis Indonesia. Waca Cipta Ruang: Jurnal Ilmiah Desain Interior, 6(1), 1–12.

Lestari, N. Y. (2020). Penerapan konsep Baluwarti pada arsitektur Keraton Kasepuhan Kanoman dan Kacirebonan di Cirebon. Universitas Katolik Parahyangan.

Luturlean, B. S., & Se, M. M. (2019). Strategi Bisnis Pariwisata. Humaniora.

Machdalena, S., Dienaputra, R. D., Suryadimulya, A. S., Nugraha, A., Kartika, N., & Yuliawati, S. (2023). Motif Batik Ciwaringin sebagai Identitas Budaya Lokal Cirebon. Panggung, 33(03), 72–87.

Masunah, J., Mariah, Y. S., & Heriyawati, Y. (2020). Pemanfaatan Potensi Budaya Lokal melalui Sanggar Seni Pertunjukan untuk Event Pariwisata di Cirebon. Sosiohumanika, 13(1), 25–44.

Muffid, M., Supriyadi, B., & Rukayah, R. S. (2014). Konsep Arsitektur Jawa dan Sunda

pada Masjid Agung Sang Cipta Rasa Cirebon. Modul, 14(2), 65–70.

Muliawati, H. (2016). Peran Bahasa Indonesia Sebagai Identitas Bangsa untuk Meningkatkan Pariwisata di kota Cirebon Guna Menyambut Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Repository FKIP Unswagati.

Nas, C., & Ilham, W. (2021). Pemetaan Object Wisata Kebudayaan Lokal Unggulan Kota Cirebon Menggunakan SIG Berbasis Android. Syntax: Jurnal Informatika, 10(01), 1–11.

Putra, M. K. (2021). Gastronomy Tourism: Local Food and Sustainable Tourism Experience -Case Study Cirebon. Proceedings Ofthe 1st NHI Tourism Forum (NTF2019)  -

Enhancing Innovation in Gastronomic for Millennials,                          19–29.

https://doi.org/10.5220/0009196500190029

Putro, F. K. (2022). Perancangan Ulang Identitas VIsual Toko Daud, Oleh-Oleh Khas Cirebon. Universitas Multimedia Nusantara.

Saladin, A., Purnomo, A. B., & Tundono, S. (2018). Implementasi Kearifan Lokal Pada Atap Bangunan Komersial Hotel Di Kota Cirebon. Prosiding Seminar Nasional Pakar,           pp.           179–184.

trijurnal.lemlit.trisakti.ac.id.

Sholihah, G. A. (2016). Ritus Penari Topeng Cirebon dalam Membangun Identitas Sosial. digilib.uin-suka.ac.id.

Suparman, Sulasman, & Firdaus, D. (2017). Political Dynamics In Cirebon From The 17th To 19th Century. Tawarikh, 9(1), 49– 58.            Retrieved            from

http://journals.mindamas.com/index.php/ta warikh/article/view/893

Vesya, T. (2022). Perancangan Ulang Identitas Visual UMKM Nong Cakery di Cirebon. repository.stsrdvisi.ac.id.

Wahidin, D., & Sarmini. (2016). Transformasi Makna Batik Cirebon: Dalam Perspektif Politik Negara dan Simbol Identitas. Kajian Moral Dan Kewarganegaraan, 02(04), 663– 677.

Wain, A. (2017). The two Kronik Tionghua of Semarang and Cirebon: A Note on

Provenance and Reliability. Journal of Southeast Asian Studies, 48(2), 179–195. https://doi.org/10.1017/S002246341700003 0

Widyaningsih, W., & Masitoh, S. (2022). Kuliner Sebagai Eksistensi Budaya Pangan Lokal Dan Promosi Wisata Cirebon Jawa Barat. Mediakom: Jurnal Ilmu Komunikasi, 6(1), 20–28.

https://doi.org/10.35760/mkm.2022.v6i1.60 66

Wiranti, D. C. (2019). Perkembangan Identitas Minoritas Pada Kampung Arab Di Cirebon Jawa Barat (Periode 2018-2019). eprints.mercubuana-yogya.ac.id.

Yana, D., Dienaputra, R. D., Suryadimulya, A. S., & Sunarya, Y. Y. (2020). Budaya Tradisi sebagai Identitas dan Basis Pengembangan Keramik Sitiwinangun di Kabupaten Cirebon. Panggung, 30(06), 2014–2220.

96