Jurnal Psikologi Udayana

2022, Vol.9, No.2, 103-139


Program Studi Sarjana Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana e-ISSN: 2654 4024; p-ISSN: 2354 5607

DOI: 10.24843/JPU/2022.v09.i02.p03

Peran tujuan berprestasi dalam memprediksi kemunculan perilaku meminta bantuan akademik terhadap teman sebaya pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

I Gusti Agung Ananda Giri Nugraha dan Adijanti Marheni Program Studi Sarjana Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana [email protected]

ABSTRAK

Meminta bantuan akademik terhadap teman sebaya adalah salah satu cara regulasi belajar yang efektif untuk meningkatkan prestasi karena pelajar di Indonesia secara umum memiliki sifat pemalu dan pendiam di kelas dan enggan bertanya kepada pengajar namun banyak alasan selain tujuan berprestasi yang menyebabkan individu ingin mendapatkan nilai yang memuaskan. Penelitian ini bertujuan untuk mencaritahu peran tujuan berprestasi dalam memprediksi kemunculan perilaku mencari bantuan akademik terhadap teman sebaya. Penelitian ini dilakukan terhadap 163 mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang didapatkan melalui teknik convenience sampling. Data dari penelitian ini didapatkan melalui skala terjemahan Pattern of Adaptive Learning Survey dan Help Seeking From Peer Measure. Data yang didapatkan dianalisis dengan regresi linear berganda. Hasil analisis data menunjukkan bahwa tujuan berprestasi merupakan prediktor positif signifikan dari meminta bantuan instrumental pada teman sebaya namun bukan merupakan prediktor dari meminta bantuan eksekutif pada teman sebaya. Penelitian ini berimplikasi bahwa perilaku meminta bantuan instrumental pada teman sebaya yang dilakukan muncul karena mahasiswa memiliki tujuan yang ingin dicapai ketika pelajar, namun hal yang sama tidak berlaku pada meminta bantuan eksekutif yang mana disebabkan oleh faktor lainnya.

Kata kunci: academic help-seeking; achievement goal; mahasiswa; regulasi belajar

ABSTRACT

Asking for academic help from peers is one way of effective study regulation to improve achievement because students in Indonesia in general are shy and quiet in class and are reluctant to ask the teacher but there are many reasons other than achievement goals that cause individuals to want to get satisfactory grades. This study aims to find out the role of achievement goals in predicting the emergence of academic help seeking behavior towards peers. This research was conducted on 163 college students of the Faculty of Medicine, University of Udayana obtained through convenience sampling technique. The data from this study were obtained through the translated scale of the Pattern of Adaptive Learning Survey and Help Seeking From Peer Measure. The data obtained were analyzed using multiple linear regression. The results of data analysis showed that achievement goals were a significant positive predictor of peer instrumental help-seeking but not a predictor of executive help-seeking. This study implies that the peer instrumental help-seeking behavior occurs because students have goals to be achieved when studying, but the same thing does not apply to executive help-seeking behavior, which is caused by other factors.

Keywords: academic help-seeking; achievement goal; college student; learning regulation

LATAR BELAKANG

Meminta bantuan ketika menghadapi kesulitan dalam belajar awalnya dianggap sebagai bentuk ketergantungan pasif terhadap orang lain namun kini merupakan strategi yang penting dalam belajar dan meraih prestasi (Nelson-Le Gall, 1981). Meminta bantuan ketika menghadapi kesulitan dalam belajar, atau disebut sebagai academic help-seeking, mengacu pada upaya untuk mengubah cara belajar sebagai bentuk adaptasi terhadap ketidakmampuan dan kesulitan yang dihadapi dalam mengerjakan tugas yang didasari oleh kebutuhan untuk mendapatkan bantuan (Karabenick & Knapp, 1988; Rohrkemper et al., 1988). Perilaku academic help-seeking membantu individu agar dapat memudahkan pekerjaan yang ia hadapi, baik itu dengan cara meminta bantuan terkait cara-cara atau tips dalam menghadapi pekerjaannya maupun meminta bantuan kepada orang lain agar mengerjakan pekerjaannya. Academic help-seeking dapat mempertahankan keterlibatan tugas individu, mencegah kemungkinan kegagalan yang ada, dan dalam jangka panjang dapat mengoptimalkan penguasaan dan otonomi (Newman, 2000).

Kemunculan perilaku belajar individu tidak terlepas dari budaya di sekitarnya. Secara umum di Asia, pelajar memiliki karakteristik cenderung pasif, pemalu, dan juga pendiam di ruang kelas (Cao, 2011). Studi yang dilakukan oleh Deveney et al. (Deveney, 2005) menemukan bahwa meskipun pelajar di Thailand secara sosial ramah, mampu secara akademik, dan memiliki karakteristik yang positif, namun mereka tetap cenderung pasif, jarang aktif dalam diskusi, dan memberikan respon kepada pengajar hanya ketika diminta. Begitu juga di Indonesia, pelajar di Indonesia juga memiliki karakteristik yang serupa yaitu cenderung pasif dan pemalu di kelas (Suryanto, 2014; Suryaratri, 2015). Karakteristik ini dapat memunculkan kemungkinan pola interaksi pasif di ruang kelas seperti murid tidak berani bertanya atau kurang memberi respons terhadap apa yang dikatakan pengajar. Hal ini merupakan bagian dari budaya kolektivis dimana tetap diam ketika orang lain mengucapkan sesuatu di depan mereka berarti mereka paham atau setuju, dan lebih mengedepankan tujuan kelompok dibanding tujuan pribadi (Dimmock, 2000; Jalaluddin & Jazadi, 2020). Adanya budaya yang membuat ruang kelas menjadi kurang interaktif dikarenakan sikap pasif dan pendiam pelajar terhadap pengajar memungkinkan untuk menghambat kemunculan perilaku mencari bantuan kepada pengajar sehingga individu akan lebih menekankan pada meminta bantuan dari sumber lain salah satunya adalah teman sebaya.

Meminta bantuan akademik kepada teman sebaya merupakan sesuatu yang umum dilakukan oleh pelajar ketika menghadapi kendala akademik, baik itu dari teman yang berprestasi, teman yang akrab, atau teman yang banyak disukai orang (Altermatt et al., 2002). Remaja juga umumnya memilih untuk meminta bantuan dari teman dengan anggapan bahwa teman sebaya merupakan sumber bantuan yang sama atau bahkan lebih penting dibandingkan pengajar (Lempers & Clark-Lempers, 1992; Nelson-Le Gall, 1985). Bentuk perilaku yang dimunculkan dalam proses ini pun bermacam,

bisa itu dengan meminta penjelasan atau disebut dengan instrumental help-seeking (meminta bantuan instrumental), meminta agar tugas diselesaikan dengan tidak adanya ketertarikan pada belajar atau disebut executive help-seeking (meminta bantuan eksekutif), atau bahkan memilih untuk tidak meminta bantuan meskipun hal tersebut memang dibutuhkan, atau avoidance of help-seeking (Kiefer & Shim, 2016). Terlepas dari alasan mengapa pelajar memilih untuk meminta bantuan kepada teman dibandingkan pengajar serta seperti apa bentuk meminta bantuan yang dilakukan, perilaku ini mampu untuk membantu pelajar dalam memperoleh hal-hal yang diperlukan untuk menunjang pembelajaran dan performa di lingkungan belajar (Nelson-Le Gall, 1981, 1985).

Mencari bantuan akademik ketika sedang menghadapi kesulitan untuk dapat melewati hal tersebut merupakan sesuatu yang dianggap penting, namun dalam beberapa situasi individu justru tidak melakukan hal tersebut (Butler, 2006; Newman, 2000). Pelajar di Indonesia umumnya dicerminkan sebagai pelajar yang pasif oleh para guru, dan kepasifan ini membuat mereka untuk tidak meminta bantuan akademik (Suryaratri, 2015), terlebih kepada pengajar. Adapun ketika pelajar bertanya sesuatu di kelas, bukan dikarenakan mereka memerlukan hal tersebut melainkan karena mereka merasa kompeten di kelas (Suryaratri, 2005). Beberapa hal yang mungkin menjadi penyebab dari kepasifan dan sifat diam dari pelajar di Indonesia adalah terkait budaya meliputi pembelajaran yang berpusat pada guru, norma usia, pemikiran “supaya tidak ada masalah”, dan terkait akademik adalah rendahnya motivasi dari pelajar itu sendiri (Jalaluddin & Jazadi, 2020; Suryanto, 2014). Dari hal ini kemudian menjadi pertanyaan bagaimana dan dalam situasi seperti apa pelajar akan meminta bantuan akademik ketika menghadapi kesulitan dalam belajar. Salah satu hal yang berpengaruh terhadap perilaku yang dimunculkan individu ketika menghadapi kesulitan adalah motivasi yang mendasari tujuan apa yang ingin diraih setelah melewati suatu kesulitan tersebut.

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana merupakan salah satu dari sekian lingkungan dimana proses belajar terjadi. Sebagai bagian dari budaya Indonesia mahasiswa dari Fakultas Kedokteran Universitas Udayana tentunya juga memiliki karakteristik yang serupa secara umum yaitu pemalu dan pendiam di ruang kelas. Berdasarkan penelitian oleh Suputra dan Susilawati (2019), mahasiswa di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana memiliki tingkat regulasi belajar diri yang tinggi. Hal ini berarti bahwa meskipun mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana bisa saja mengalami kendala di ruang kelas karena tidak berani bertanya kepada pengajar, mereka akan tetap mencari jalan keluar seperti salah satunya dengan bertanya kepada teman sebaya, sebagaimana meminta bantuan juga merupakan salah satu bentuk regulasi belajar (Finney et al., 2018; Karabenick & Newman, 2010). Hal ini didukung oleh temuan konsisten dari penelitian oleh Pratama dan Wulanyani (2018) serta Narotama dan Rustika (2019) yang menyebutkan bahwa social loafing pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana berada pada tingkat yang rendah. Social loafing atau kecenderungan penurunan performa ketika

bekerja dalam kelompok menurut Grier (2006) merupakan indikasi dari meminta bantuan yang disfungsional, yang berarti meminta bantuan tidak dijadikan cara untuk meregulasi belajar. Kemungkinan ini semakin didukung oleh penelitian yang dilakukan Sukasih dan Astiti (2019) yang menyebutkan bahwa mahasiswa memiliki tingkat kohesivitas kelompok yang tinggi, yang semakin meningkatkan kemungkinan interaksi dengan teman sebaya sebagai cara untuk meregulasi belajar untuk mencapai nilai yang memuaskan.

Mencari bantuan akademik merupakan salah satu bentuk dari regulasi dalam belajar. Regulasi belajar terimplementasi melalui mencari bantuan akademik berdasarkan salah satu prinsip di dalamnya yaitu mengorganisasi materi (Azmi, 2016). Sebagai contoh, ketika dalam melakukan organisasi materi kemudian individu menemukan sesuatu yang seharusnya diperlukan tetapi tidak memiliki, akan memungkinkan bagi dia untuk meminta bantuan. Mencari bantuan yang merupakan salah satu bentuk regulasi belajar ini berasal dari pemikiran dan perilaku oleh individu yang berorientasi secara sistematis terhadap tujuan yang ingin dicapai dalam belajar (Schunk & Zimmerman, 2013).

Tujuan yang ingin dicapai dalam belajar atau achievement goal merupakan topik terkait motivasi yang telah menjadi teori paling menonjol (Anderman et al., 2003). Achievement goal, atau yang kemudian disebut tujuan berprestasi, menjadi alasan dibalik perilaku-perilaku yang dimunculkan individu untuk mencapai sebuah prestasi. Menurut kajian yang dilakukan oleh Morisano (2013), terdapat dua jenis umum dari tujuan berprestasi ini yaitu mastery goal atau tujuan penguasaan dan performance goal atau tujuan kinerja. Pembagian ini dibuat berdasarkan perspektif tujuan yang ingin dicapai oleh individu yaitu apakah ingin memiliki penguasaan akan materi atau pembuktian terkait kompetensi yang dimiliki terkait materi. Dari jenis umum ini kemudian dikembangkan menjadi model lainnya dengan memasukkan elemen approach dan avoidance yaitu apakah individu menentukan tujuannya mencapai sebuah prestasi menggunakan pendekatan atau penghindaran (Elliot, 1999; Elliot & Covington, 2001; Elliot & Harackiewicz, 1996; Elliot & Hulleman, 2017).

Tujuan berprestasi diposisikan sebagai prediktor yang positif terhadap kemunculan perilaku mencari bantuan akademik (Karabenick, 2003; Ryan & Pintrich, 1997). Ini berarti orang yang memiliki tujuan berprestasi diharapkan akan semakin mempertimbangkan untuk meminta bantuan ketika menghadapi kesulitan akademik. Roussel et al. (2011) dalam studinya menemukan beberapa hal terkait peran tujuan berprestasi terhadap kemunculan perilaku mencari bantuan, tujuan penguasaan baik mastery-approach maupun masteryavoidance merupakan prediktor positif dari instrumental help-seeking. Apabila individu ingin memiliki penguasaan terhadap materi yang dihadapi maka perilaku mencari bantuan yang dilakukan juga bertujuan untuk memfasilitasinya dalam memahami materi yang dia hadapi. Studi oleh Ryan dan Shim (2012) juga menemukan hasil yang sama terkait tujuan penguasaan sebagai prediktor positif

perilaku mencari bantuan. Tujuan performance-approach juga memiliki asosiasi yang positif terhadap instrumental help-seeking (Karabenick, 2003).

Terkait elemen avoidance dari tujuan berprestasi, masteryavoidance memiliki asosiasi positif terhadap perilaku mencari bantuan instrumental. Hal ini berbeda pada performance-avoidance dimana memiliki sedikit asosiasi positif terhadap instrumental help-seeking. Tujuan performance-avoidance yang menekankan pada tujuan agar tidak dipandang inkompeten oleh orang lain, cenderung membuat individu melakukan executive help-seeking dan avoidance of help-seeking (Karabenick, 2003) serta mengurangi kecenderungan perilaku instrumental helpseeking (Roussel et al., 2011). Berdasarkan hal ini maka dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan dalam bagaimana achievement goal mempengaruhi academic help-seeking.

Berdasarkan pemaparan yang telah disajikan sebelumnya, peneliti tertarik untuk menguji peran tujuan berprestasi terhadap kemunculan perilaku mencari bantuan akademik terhadap teman sebaya.

METODE PENELITIAN

Variabel dan Definisi Operasional

Penelitian ini meneliti perilaku mencari bantuan akademik terhadap teman sebaya sebagai variabel terikat dan tujuan berprestasi sebagai variabel bebas.

Perilaku mencari bantuan akademik terhadap teman sebaya Perilaku meminta bantuan akademik terhadap teman sebaya adalah kecenderungan perilaku yang dimunculkan oleh individu untuk mencari bantuan kepada teman sebaya ketika mengalami kesulitan dalam belajar. Digolongkan menjadi perilaku mencari bantuan eksekutif (executive help-seeking) dan perilaku mencari bantuan instrumental (instrumental help-seeking)

Tujuan berprestasi

Tujuan berprestasi adalah orientasi berupa tujuan yang mendasari individu untuk memunculkan perilaku yang berkaitan dengan mencapai prestasi. Digolongkan menjadi tujuan penguasaan (mastery goal), tujuan pendekatan kinerja (performance-approach goal), dan tujuan penghindaran kinerja (performance-avoidance goal).

Responden

Responden dari penelitian ini adalah 163 mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang didapatkan melalui teknik convenience sampling. Responden terdiri dari 23 mahasiswa laki-laki dan 140 mahasiswa perempuan. Adapun karakteristik dari responden adalah sebanyak 13 merupakan mahasiswa angkatan 2018 (semester 8), sebanyak 30 merupakan mahasiswa angkatan 2019 (semester 6), sebanyak 37 merupakan mahasiswa angkatan 2020 (semester 4), dan sebanyak 83 merupakan angkatan 2021 (semester 2).

Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di lingkungan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana pada bulan Mei-Juni 2022. Penelitian dilakukan dengan menyebarkan google form melalui

perwakilan masing-masing angkatan setiap program studi dan secara langsung di ruang kelas setelah perkuliahan selesai.

Alat Ukur

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala terjemahan Help-Seeking From Peer Measure atau HSFPM (Ryan & Shim, 2012) dan skala terjemahan Pattern of Adaptive Learning Survey atau PALS (Midgley et al., 2000). Penerjemahan dilakukan oleh dua orang peneliti melalui proses forward-backward translation.

Skala HSFPM terdiri dari 2 subskala yaitu peer instrumental help-seeking dan peer executive help-seeking yang masing-masing terdiri dari 4 aitem. Skala PALS terdiri dari 3 subskala yaitu mastery goal, performance-approach goal, dan performance-avoidance goal yang masing-masing terdiri dari 5,5, dan 4 aitem secara berurutan.

Validitas konstruk dari masing-masing skala mengacu pada versi asli dari masing-masing skala yang mana HSFPM diuji valid oleh Ryan dan Shim (2012) dan skala PALS oleh Midgley et al. (2000). Validitas isi dibuktikan melalui proses uji keterbacaan kepada sejumlah kecil populasi, yang mendapatkan hasil bahwa aitem dari skala terjemahan mudah dipahami.

Reliabilitas dari masing-masing skala diujikan menggunakan teknik cronbach-alpha pada setiap subskala, hanya pada aitem yang telah lolos seleksi berdasarkan daya diskriminasi aitem >0,25 (Azwar, 2009). Subskala dari HSFPM yaitu executive help-seeking dan instrumental help-seeking setelah menggugurkan masing-masing satu aitem memiliki nilai α sebesar 0,73 dan 0,75 secara berurutan. Subskala PALS tidak menggugurkan aitem dan memiliki nilai α sebesar 0,87 untuk mastery goal, 0,87 untuk performance-approach goal, dan 0,78 untuk performance-avoidance goal.

Teknik Analisis Data

Data yang didapatkan pada penelitian ini dianalisis inferensial. Uji inferensial dilakukan untuk mengambil keputusan berdasarkan analisis yang telah dilakukan. Analisis inferensial yang dilakukan pada penelitian ini adalah uji regersi linear berganda dan uji beda independent sample t-test. Uji regresi dilakukan setelah melakukan uji asumsi normalitas residual dan multikolinearitas, dan uji beda dilakukan setelah melakukan uji asumsi homogenitas.

HASIL PENELITIAN

Uji Asumsi

Berdasarkan uji asumsi yang dilakukan, didapatkan bahwa: 1) sebaran residual model regresi achievement goal terhadap konstruk executive help-seeking tidak normal (p=0,0054). Terlampir pada Tabel 1.

  • 2)    sebaran residual model regresi achievement goal terhadap konstruk instrumental help-seeking bersifat normal (p=0,20). Terlampir pada Tabel 1.

  • 3)    tidak terjadi multikolinearitas (tolerance >0,1 dan VIF<10). Terlampir pada Tabel 2.

  • 4)    varians kelompok jenis kelamin pada konstruk instrumental help-seeking bersifat homogen (p=0,464). Terlampir pada Tabel 3.

  • 5)    varians kelompok jenis kelamin pada konstruk executive help-seeking bersifat tidak homogen (p=0,005). Terlampir pada tabel 3.

Berdasarkan hasil uji asumsi, peneliti memutuskan untuk melakukan uji regresi linear berganda dengan dua model dan independent sample t-test pada kelompok jenis kelamin untuk variabel terikat.

Model Prediksi Tujuan Berprestasi Terhadap Executive Help-Seeking

Analisis regresi berganda menunjukkan bahwa tujuan berprestasi tidak secara signifikan memprediksi executive help-seeking [F(159)=2,603, p=0,054, p>0,05)]. Hanya sebanyak 4,7% varians tujuan berprestasi mampu memprediksi executive help-seeking. Berdasarkan tabel 5 hasil analisis regresi didapatkan bahwa mastery goal (β=-0,105; SE= 0,061; p=0,186) dan performance-avoidance goal (β=-0,109; SE= 0,067; p=0,302) memprediksi penurunan kemunculan executive help-seeking secara tidak signifikan. Di sisi lain, performance-approach goal mampu secara signifikan memprediksi kemunculan executive help-seeking (β=0,267; SE= 0,050; p=0,013).

Model Prediksi Tujuan Berprestasi Terhadap Instrumental Help-Seeking

Analisis regresi berganda menunjukkan bahwa tujuan berprestasi secara signifikan memprediksi instrumental helpseeking pada mahasiswa [F(159)=15,052, p<0,005]. Sebanyak 22,1% varians tujuan berprestasi mampu memprediksi instrumental help-seeking. Berdasarkan tabel 5 analisis regresi didapatkan bahwa mastery goal (β=0,464; SE= 0,051; p=0,000) dapat memprediksi peningkatan kemunculan instrumental help-seeking. Performanceapproach goal (β=-0,047; SE= 0,042; p=0,630) tidak secara signifikan memprediksi peningkatan kemunculan instrumental help-seeking. Di lain sisi, performanceavoidance goal (β=-0,121; SE= 0,056; p=0,043) secara signifikan memprediksi penurunan kemunculan instrumental help-seeking.

Uji Beda

Berdasarkan hasil uji beda, didapatkan bahwa terdapat perbedaan signifikan t(25,573)=2,361; p<0,05 pada skor executive help-seeking yang mana laki-laki (M=7,17; SE=0,595) memiliki skor lebih tinggi dibanding perempuan (M=5,71; SE=0,167) yang berarti bahwa mahasiswa laki-laki lebih cenderung melakukan executive help-seeking (p=0,026). Pada konstruk instrumental help-seeking tidak terdapat perbedaan antara skor signifikan antara laki-laki dan perempuan, dengan t(161)=0,538, p=0,795. Hasil uji beda disajikan pada tabel 3 dan 4 (terlampir).

PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran konstruk-konstruk dari tujuan berprestasi yaitu tujuan penguasaan,

tujuan pendekatan kinerja, dan tujuan penghindaran kinerja terhadap kemunculan perilaku mencari bantuan akademik terhadap teman sebaya dengan cara instrumental dan juga eksekutif. Berdasarkan hasil uji hipotesis pertama, didapatkan bahwa tujuan penguasaan, tujuan pendekatan kinerja, dan tujuan penghindaran kinerja tidak berperan dalam memprediksi kemunculan perilaku mencari bantuan eksekutif namun berperan dalam memprediksi kemunculan perilaku mencari bantuan instrumental. Hal ini berarti tujuan yang ingin dicapai baik ingin menguasai materi, dipandang kompeten oleh orang lain, atau tidak dianggap inkompeten oleh orang lain membuat individu meminta bantuan akademik pada teman sebayanya dengan cara meminta penjelasan namun tidak dengan meminta jawaban langsung atau bahkan meminta untuk dikerjakan.

Perilaku belajar yang dimunculkan oleh individu tidak hanya dipengaruhi oleh motivasinya saja, melainkan juga oleh karakteristik dari kelas belajar itu sendiri atau yang disebut sebagai classroom goal structure (Miller & Murdock, 2007). Berbeda dengan tujuan berprestasi yang ditentukan oleh diri pribadi individu, classroom goal structure ditentukan arahnya oleh pengajar (Lam et al., 2015). Pada jenjang perguruan tinggi mungkin akan ada perbedaan antar dosen dalam cara memimpin pembelajaran yang mana beberapa dosen akan memfokuskan pada diskusi dan pemahaman materi pada mahasiswa, tetapi tidak sedikit dosen yang tidak mempedulikan hal tersebut dan berfokus pada luaran capaian akademik mahasiswa. Pernyataan tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Fitri dan Nurhidayah (2021) yang menemukan bahwa prestasi mahasiswa di kelas tidak hanya dipengaruhi oleh faktor individu itu sendiri melainkan juga oleh strategi mengajar dan cara komunikasi yang dilakukan oleh dosen. Meskipun terdapat perbedaan pada hal ini, perilaku belajar yang dimunculkan di perkuliahan memiliki akar yang sama yaitu luaran berupa Indeks Prestasi Kumulatif, yang merupakan penilaian objektif berdasarkan angka baik itu untuk melanjutkan ke semester berikutnya atau untuk lulus, sebagaimana yang tertera salah satunya dalam buku pedoman akademik Fakultas Kedokteran Universitas Udayana (2020). Dikarenakan hal ini, terlepas dari apakah dosen mengharuskan mahasiswa untuk menguasai materi ataupun mahasiswa memiliki tujuan untuk memiliki penguasaan materi, meminta bantuan dengan cara eksekutif tetap dapat menjadi salah satu cara yang digunakan untuk mengatasi kesulitan dalam belajar dikarenakan tujuan dari belajar di ruang kelas adalah untuk mendapatkan nilai.

Penelitian ini menemukan bahwa terdapat peran positif signifikan dari tujuan penguasaan, tujuan pendekatan kinerja, dan tujuan penghindaran kinerja terhadap kemunculan perilaku mencari bantuan terhadap teman sebaya secara instrumental. Hal ini berarti dengan adanya tujuan untuk mencapai sesuatu baik itu untuk menguasai materi yang dipelajari, ingin dianggap kompeten oleh orang lain, maupun tidak ingin dianggap inkompeten oleh orang lain, maka individu akan memunculkan perilaku mencari bantuan kepada teman sebayanya dengan cara diberi bantuan berupa pemahaman atau hal-hal yang harus dipelajari ketika menghadapi kesulitan belajar. Temuan ini sesuai dengan hasil

penelitian Roussel et al., (2011) bahwa orientasi tujuan berprestasi merupakan prediktor positif dari kemunculan perilaku mencari bantuan akademik 5terhadap teman sebaya. Dengan individu memiliki tujuan ingin mencapai sebuah prestasi, akan memunculkan perilaku mencari bantuan instrumental yang mana perilaku ini dapat menunjang proses pembelajaran (Nelson-Le Gall, 1981, 1985). Meskipun berperan positif signifikan secara bersama-sama, penelitian ini menemukan bahwa tidak ada peran signifikan dari tujuan pendekatan kinerja terhadap mencari bantuan instrumental, yang berarti perilaku mencari bantuan dengan bertanya hal yang harus dilakukan untuk memahami kesulitan yang dihadapi bukan muncul karena individu ingin agar dipandang kompeten oleh orang lain. Temuan ini berkaitan dengan konteks yang menyebutkan bahwa meminta bantuan berarti menunjukkan ketidakkompetenan (Butler, 2006; Shih, 2007). Individu tidak memikirkan bahwa meminta bantuan adalah sebuah bentuk ketidakkompetenan, sehingga meminta teman sebaya untuk mengajari sesuatu bukanlah suatu masalah.

Berbeda dengan temuan yang dibahas di paragraf sebelumnya, sebaliknya, secara signifikan tujuan penguasaan berperan positif dan tujuan penghindaran kinerja berperan negatif terhadap mencari bantuan terhadap teman sebaya secara instrumental. Menurut Karabenick dan Newman (2010), salah satu sumber yang diperlukan untuk meminta bantuan secara instrumental adalah kompetensi kognitif, yaitu memahami kapan harus meminta bantuan dan pertanyaan seperti apa yang harus ditanyakan. Individu yang memiliki tujuan ingin menguasai materi tentunya sudah berusaha untuk mempelajari materi-materi tersebut secara langsung. Adanya usaha serta pengalaman tersebut membuat individu yang mengalami kesulitan belajar sudah pasti mengetahui seperti apa kesulitan yang dia hadapi. Hal ini didukung oleh riset yang dilakukan Coutinho dan Neuman (2008) yang mana mengatakan bahwa tujuan penguasaan identik dengan gaya belajar deep-processing, yaitu berfokus pada komprehensi konten dari informasi yang diterima. Tujuan penghindaran kinerja merupakan prediktor negatif dari perilaku meminta bantuan instrumental, yang berarti jika individu belajar dengan tujuan agar tidak terlihat inkompeten maka individu tersebut tidak akan meminta teman sebayanya untuk menjelaskan. Temuan ini juga sejalan dengan konteks dimana meminta bantuan diidentikkan dengan inkompetensi sebelumnya.

Penelitian ini menemukan bahwa tujuan berprestasi memprediksi perilaku mencari bantuan eksekutif terhadap teman sebaya sebesar 4,7% dan perilaku mencari bantuan instrumental terhadap teman sebaya sebesar 22,1%. Hal ini berarti masih ada banyak variabel yang tidak diteliti yang menjelaskan mengapa perilaku mencari bantuan pada teman sebaya dapat dimunculkan. Beberapa yang memungkinkan diantara seperti yang sudah disebutkan sebelumnya adalah faktor budaya, classroom goal structure, dan sistem penilaian akademik yang ada di Indonesia. Menurut Aini (2013), sistem penilaian yang berkembang di Kurikulum 2013 sebagai Sistem Pendidikan Indonesia lebih ditekankan pada capaian kompetensi saja, tidak menilai sikap dan keterampilan selama proses pembelajaran. Hal ini bisa berpengaruh terhadap

kemunculan perilaku mencari bantuan eksekutif yang mana dapat menyelesaikan kesulitan akademik tanpa harus menguasai materi yang dipelajari. Keterkaitan antara tujuan berprestasi dengan perilaku mencari bantuan akademik terhadap teman sebaya secara umum juga bisa jadi disebabkan oleh problematika dasar mengenai minat baca masyarakat Indonesia (Tahmidaten & Krismanto, 2020). Minat baca yang rendah tentunya akan membuat individu lebih memilih meminta bantuan kepada orang lain untuk mendapatkan informasi, baik itu ketika sedang mengalami kesulitan maupun tidak. Meskipun minat baca masyarakat masih tergolong rendah, tentunya ada individu yang memiliki minat baca tinggi dan berusaha untuk meraih sesuatu. Topik-topik yang tidak dibahas ini sekiranya menarik untuk diteliti di lain kesempatan mengingat kondisi budaya belajar di Indonesia serta bagaimana meminta bantuan menjadi salah satu strategi yang penting untuk meregulasi belajar.

Peneliti juga melakukan uji beda dari tingkat perilaku mencari bantuan terhadap teman sebaya berdasarkan jenis kelamin. Hasil dari uji beda berdasarkan jenis kelamin menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan pada perilaku meminta bantuan instrumental namun ada perbedaan yang signifikan pada meminta bantuan eksekutif antara mahasiswa laki-laki dan perempuan. Hal ini berarti mahasiswa laki-laki lebih cenderung untuk meminta bantuan dengan cara meminta jawaban langsung, meminta hasil pekerjaan teman, atau meminta teman mengerjakan dibanding mahasiswa perempuan. Menurut Addis dan Mahalik (2003), gender atau sifat yang melekat pada jenis kelamin merupakan variabel yang cukup penting ketika membicarakan proses meminta bantuan baik secara kognitif maupun perilaku. Beberapa penelitian yang dilakukan sebelumnya (Astatke, 2019; Blondeau & Awad, 2017; Xie & Xie, 2019; Yang et al., 2016) tidak menemukan perbedaan antara laki-laki dan perempuan tentang pandangan terhadap proses kognitif dari meminta bantuan, namun menurut Wimer dan Levant (2011) mahasiswa laki-laki yang lebih melakukan perilaku mencari bantuan eksekutif cenderung berpegang pada norma maskulinitas dan ideologi maskulinitas tradisional. Hal ini bisa disebabkan melihat bagaimana kuatnya norma maskulinitas di Indonesia sebagai akibat dari budaya, membuat laki-laki merasa bebas namun juga enggan membicarakan tentang dirinya (Demartoto, 2010; Wandi, 2015). Adanya keengganan untuk menyampaikan bahwa sedang memiliki kesulitan dan merasa bebas untuk meminta orang lain mengerjakan tugasnya mengarahkan pada perilaku-perilaku mencari bantuan eksekutif seperti meminta teman untuk memberi jawaban secara langsung, meminta teman untuk memperlihatkan hasil pekerjaannya, atau dalam beberapa situasi bahkan meminta agar teman yang mengerjakan.

Terdapat beberapa keterbatasan dari pelaksanaan penelitian ini. Nilai daya diskriminasi salah satu aitem pada skala Help Seeking From Peer Measure kurang dari batas toleransi aman berdasarkan daya diskriminasi aitem untuk seleksi aitem skala, sehingga aitem harus tereliminasi. Hal ini berbeda dengan skala asli dimana tidak ada aitem yang tereleminasi ketika penelitian tersebut dilakukan. Kemudian adalah salah

satu model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas, sehingga parameter populasi tidak dapat ditentukan yang berarti terdapat kemungkinan hasil yang berbeda pada sampel lain di populasi yang sama. Keterbatasan-keterbatasan ini hendaknya dapat dipertimbangkan oleh peneliti lain kedepannya yang ingin melakukan replikasi atau penelitian dengan topik serupa lainnya.

Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan, kesimpulan dari dilaksanakannya penelitian ini adalah pertama, perilaku meminta bantuan akademik secara eksekutif yang diperlihatkan melalui permintaan kepada teman agar memberikan jawaban langsung, menunjukkan hasil pekerjaannya, atau bahkan tugas dikerjakan oleh teman tidak dimunculkan oleh tujuan berprestasi. Ada faktor lainnya yang berpengaruh terhadap kemunculan perilaku mencari bantuan tersebut seperti classroom goal structure dan sistem penilaian. Kedua adalah perilaku meminta bantuan akademik secara instrumental yang diperlihatkan melalui permintaan kepada teman agar memberi arahan atau informasi muncul dikarenakan adanya tujuan berprestasi yang dimiliki individu. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal seperti tuntutan mengenai capaian standar setelah lulus.

Saran bagi peneliti selanjutnya yang pertama apabila melakukan penelitian pada subjek yang serupa yaitu mahasiswa, hendaknya menambahkan karakteristik lain pada kuesioner seperti nilai IPK atau program studi untuk bisa mengantisipasi penyebab data yang tidak terdistribusi normal. Kedua, apabila ingin meneliti topik yang berkaitan dengan meminta bantuan akademik terhadap teman sebaya, hendaknya mempertimbangkan proses adaptasi alat ukur yang digunakan. Apabila alat ukur yang ingin diadaptasi berasal dari bahasa yang berbeda, hendaknya dilakukan penerjemahan yang baik dengan tujuan untuk mendapatkan hasil yang setara. Apabila alat ukur yang ingin digunakan berasal dari konteks yang berbeda dengan penelitian yang dilakukan, hendaknya menguji kembali validitas internal serta reliabilitas dari hasil adaptasi. Ketiga, apabila ingin meneliti topik yang berkaitan dengan meminta bantuan akademik terhadap teman sebaya, dapat mengaitkannya dengan faktor-faktor lain yang berpengaruh seperti classroom goal structure, sistem penilaian yang ada, atau strategi mengajar dan cara komunikasi dari pengajar.

DAFTAR PUSTAKA

Addis, M. E., & Mahalik, J. R. (2003). Men, masculinity, and the contexts of help seeking. American Psychologist, 58(1), 5–14. https://doi.org/10.1037/0003-066X.58.1.5

Aini, Y. (2013). Penilaian Autentik Dalam Kurikulum 2013. Seminar Nasional Implementasi Kurikulum 2013, November, 746–749.

Altermatt, E. R., Pomerantz, E. M., Ruble, D. N., Frey, K. S., & Greulich, F. K. (2002). Predicting changes in children’s self-perceptions of academic competence: a naturalistic examination of evaluative discourse among classmates. Developmental Psychology, 38(6), 903– 917. https://doi.org/10.1037/0012-1649.38.6.903

Anderman, E. M., Urdan, T., & Roeser, R. (2003). The Patterns of Adaptive Learning Survey: History, Development, and Pscyhometric Properties. Indicators of Positive Development Conference, 1–28.

Astatke, M. (2019). First-Year College Students’ Emotional Intelligence and Help-Seeking Behaviours as Correlates of their Academic Achievement. Journal of Student      Affairs       in       Africa,       6(2).

https://doi.org/10.24085/jsaa.v6i2.2515

Azmi, S. (2016). Self regulated learning salah satu modal kesuksesan belajar dan mengajar. Jurnal Pedagogi Dan Pembelajaran, 5(1), 19–20.

Azwar, S. (2009). Metode Penelitian. Pustaka Pelajar.

Blondeau, L., & Awad, G. H. (2017). Sex Differences in Career Guidance of Undergraduate Math Students and the Relation to Help-Seeking Behaviors. Journal of Career     Development,     44(2),      174–187.

https://doi.org/10.1177/0894845316642866

Butler, R. (2006). An achievement goal perspective on student help seeking and teacher help giving in the classroom:   Theory, research, and educational

implications. In Help seeking in academic settings: Goals, groups, and contexts (pp. 15–44). Taylor & Francis.

Cao, N. T. (2011). Challenges of learning English in Australia towards students coming from selected Southeast Asian countries:  Vietnam , Thailand and Indonesia.

International Education Studies,   4(1),   13–20.

www.ccsenet.org/ies

Coutinho, S. A., & Neuman, G. (2008). A model of

metacognition, achievement goal orientation, learning style and self-efficacy. Learning Environments Research,              11(2),              131–151.

https://doi.org/10.1007/s10984-008-9042-7

Demartoto, A. (2010). Konsep maskulinitas dari jaman ke jaman dan citranya dalam media. Jurnal Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik UNS Surakarta, 1(1), 1–11.

Deveney, B. (2005). An investigation into aspects of Thai culture and its impact on Thai students in an international school in Thailand. Journal of Research in International   Education,   4(2),   153–171.

https://doi.org/10.1177/1475240905054388

Dimmock, C. (2000). Designing the learning centered school: A cross-cultural perspective. Routledge.

Elliot, A. J. (1999). Approach and avoidance motivation and achievement goals. Educational Psychologist, 34(3), 169–189. https://doi.org/10.1207/s15326985ep3403_3

Elliot, A. J., & Covington, M. v. (2001). Approach and Avoidance Motivation. Educational Psychology Review,                 13(2),                73–92.

https://doi.org/10.1023/A:1009009018235

Elliot, A. J., & Harackiewicz, J. M. (1996). Approach and Avoidance Achievement Goals and Intrinsic Motivation: A Mediational Analysis. Journal of Personality and Social Psychology, 70(3), 461–475. https://doi.org/10.1037/0022-3514.70.3.461

Elliot, A. J., & Hulleman, C. S. (2017). Achievement Goals. In A. J. Elliot, C. S. Dweck, & D. S. Yeager (Eds.),

Handbook of Competence and Motivation: Theory and Application. Guilford Press.

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. (2020). Buku Pedoman Akademik Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2020. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

Finney, S. J., Barry, C. L., Jeanne Horst, S., & Johnston, M. M. (2018). Exploring profiles of academic help seeking: A mixture modeling approach. Learning and Individual      Differences,      61,      158–171.

https://doi.org/10.1016/j.lindif.2017.11.011

Fitri, D. M., & Nurhidayah, N. (2021). Hubungan Metode Ceramah, Sikap Belajar, Strategi Mengajar Dosen Dan Status Ekonomi Dengan Indeks Prestasi Mahasiswa. Research and Development Journal of Education, 7(2), 373. https://doi.org/10.30998/rdje.v7i2.9165

Grier, T. L. (2006). Help Seeking: In the Eye of the Beholder. PsycCRITIQUES,                          51(37).

https://doi.org/10.1037/a0003647

Jalaluddin, J., & Jazadi, I. (2020). Indonesian Learner

Cultural Characteristics and Perception toward Western Culture.        Educatio,        15(1),        1–11.

https://doi.org/10.29408/edc.v15i1.2230

Karabenick, S. A. (2003). Seeking help in large college classes: A person-centered approach. Contemporary Educational     Psychology,     28(1),     37–58.

https://doi.org/10.1016/S0361-476X(02)00012-7

Karabenick, S. A., & Knapp, J. R. (1988). Help Seeking and the Need for Academic Assistance. Journal of Educational    Psychology,    80(3),    406–408.

https://doi.org/10.1037/0022-0663.80.3.406

Karabenick, S. A., & Newman, R. S. (2010). Seeking help as an adaptive response to learning difficulties: Person, situation, and developmental influences. In International Encyclopedia of Education (pp. 653– 659).      https://doi.org/10.1016/B978-0-08-044894-

7.00610-2

Kiefer, S. M., & Shim, S. S. (2016). Academic help seeking from peers during adolescence: The role of social goals. Journal of Applied Developmental Psychology, 42, 80– 88. https://doi.org/10.1016/j.appdev.2015.12.002

Lam, A. C., Ruzek, E. A., Schenke, K., Conley, A. M., & Karabenick, S. A. (2015). Student perceptions of classroom achievement goal structure: Is it appropriate to aggregate? Journal of Educational Psychology, 107(4),                                 1102–1115.

https://doi.org/10.1037/edu0000028

Lempers, J. D., & Clark-Lempers, D. S. (1992). Young, middle, and late adolescents’ comparisons of the functional importance of five significant relationships. Journal of Youth and Adolescence, 21(1), 53–96.

https://doi.org/10.1007/BF01536983

Midgley, C., Maehr, M. L., Hruda, L. Z., Anderman, E., Anderman, L., Freeman, K. E., Gheen, M., Kaplan, A., Kumar, R., Middleton, M. J., Nelson, J., & Roeser, R. (2000). Manual for the Patterns of Adaptive Learning Sciences (PALS). Pals, 734–763.

Miller, A. D., & Murdock, T. B. (2007). Modeling latent true scores to determine the utility of aggregate student perceptions as classroom indicators in HLM: The case

of classroom goal structures. Contemporary Educational    Psychology,     32(1),     83–104.

https://doi.org/10.1016/j.cedpsych.2006.10.006

Morisano, D. (2013). Goal setting in the academic arena. New Developments in Goal Setting and Task Performance, 3, 495–506. https://doi.org/10.4324/9780203082744

Narotama, I. B. I., & Rustika, I. M. (2019). Peran Harga Diri dan Efikasi Diri Terhadap Social Loafing pada Mahasiswa Preklinik Program Studi Sarjana Kedokteran dan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Jurnal Psikologi Udayana, 6(3), 1281–1292.

Nelson-Le Gall, S. (1981). Help-Seeking: An understudied skill in children. Developmental Review, 1(3), 224– 246.

Nelson-Le Gall, S. (1985). Help-Seeking Behavior in Learning. Review of Research in Education, 12(1), 55– 90. https://doi.org/10.3102/0091732X012001055

Newman, R. S. (2000). Social Influences on the Development of Children’s Adaptive Help Seeking: The Role of Parents, Teachers, and Peers. Developmental Review, 20(3),                                    350–404.

https://doi.org/10.1006/drev.1999.0502

Pratama, P. Y. S., & Wulanyani, N. M. S. (2018). Pengaruh Kuantitas, Kemampuan Komunikasi Interpersonal, Dan Perilaku Altruisme Anggota Kelompok Terhadap Social Loafing Dalam Proses Diskusi Kelompok Di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Jurnal Psikologi        Udayana,        5(01),        197.

https://doi.org/10.24843/jpu.2018.v05.i01.p18

Rohrkemper, M., College, B. M., & Corno, L. (1988). Success and Failure on Classroom Tasks: Adaptive Learning and Classroom Teaching. The Elementary School       Journal,       88(3),       296–312.

http://www.journals.uchicago.edu/t-and-c

Roussel, P., Elliot, A. J., & Feltman, R. (2011). The influence of achievement goals and social goals on help-seeking from peers in an academic context. Learning and Instruction,             21(3),             394–402.

https://doi.org/10.1016/j.learninstruc.2010.05.003

Ryan, A. M., & Pintrich, P. R. (1997). “Should I Ask for Help?” The Role of Motivation and Attitudes in Adolescents’ Help Seeking in Math Class. Journal of Educational    Psychology,    89(2),    329–341.

https://doi.org/10.1037/0022-0663.89.2.329

Ryan, A. M., & Shim, S. S. (2012). Changes in help seeking from peers during early adolescence: Associations with changes in achievement and perceptions of teachers. Journal of Educational Psychology, 104(4), 1122–

1134. https://doi.org/10.1037/a0027696

Schunk, D. H., & Zimmerman, B. J. (2013). Self-regulation and learning. In W. M. Reynolds, G. E. Miller, & I. B. Weiner (Eds.), Handbook of Psychology: Educational Psychology (pp. 45–68). John Wiley & Sons.

Shih, S. S. (2007). The role of motivational characteristics in Taiwanese sixth graders’ avoidance of help seeking in the classroom. Elementary School Journal, 107(5), 473–496. https://doi.org/10.1086/518624

Sukasih, L. G. R., & Astiti, D. P. (2019). Peran motivasi berprestasi dalam organisasi dan kohesivitas kelompok terhadap komitmen organisasi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Jurnal Psikologi Udayana,       Edisi       Khus,        111–122.

https://ocs.unud.ac.id/index.php/psikologi/article/view /52509

Suputra, I. G. D., & Susilawati, L. K. P. A. (2019). Peran efikasi diri dan kecemasan akademis terhadap SelfRegulated Learning pada Mahasiswa Program Studi Sarjana Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Jurnal Psikologi Udayana, 000, 68–78.

Suryanto, S. (2014). Issues in teaching English in a cultural context: A case of Indonesia. The Journal of English Literacy Education: The Teaching and Learning of English as a Foreign Language,  1(2),  75–82.

https://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jenglish/article/v iew/2075

Suryaratri, R. D. (2005). Hubungan persepsi kompetensi siswa dan persepsi struktur tujuan kelas dengan perilaku mencari bantuan akademik: Penelitian dalam pembelajaran matematika pada siswa SMP di Jakarta. Universitas Indonesia.

Suryaratri, R. D. (2015). Why Don’t I Ask For Help? Charles Darwin University.

Tahmidaten, L., & Krismanto, W. (2020). Permasalahan Budaya Membaca di Indonesia (Studi Pustaka Tentang Problematika &amp; Solusinya). Scholaria: Jurnal Pendidikan Dan  Kebudayaan,   10(1),  22–33.

https://doi.org/10.24246/j.js.2020.v10.i1.p22-33

Wandi, G. (2015). Rekonstruksi maskulinitas: Menguak peran laki-laki dalam perjuangan kesetaraan gender. Kafa’ah : Jurnal Ilmiah Kajian Gender, 2, 239-255.

Wimer, D. J., & Levant, R. F. (2011). The Relation of Masculinity and Help-Seeking Style with the Academic Help-Seeking Behavior of College Men. The Journal of Men’s       Studies,        19(3),       256–274.

https://doi.org/10.3149/jms.1903.256

Xie, D., & Xie, Z. (2019). Effects of Undergraduates’ Academic Self-Efficacy on Their Academic HelpSeeking Behaviors:  The Mediating Effect of

Professional Commitment and the Moderating Effect of Gender. Journal of College Student Development, 60(3), 365–371. https://doi.org/10.1353/csd.2019.0035

Yang, Y., Taylor, J., & Cao, L. (2016). The 3 x 2

Achievement Goal Model in Predicting Online Student Test Anxiety and Help-Seeking. International Journal of E-Learning and Distance Education, 32(1), 2292– 8588. https://files.eric.ed.gov/fulltext/EJ1109273.pdf

LAMPIRAN

Tabel 1

Uji Normalitas

Hipotesis Nol

Total N

Signifikansi

Keputusan

Distribusi residual model regresi terhadap konstruk EHS bersifat normal dengan mean 0,00 dan

163

0,013

Hipotesis nol ditolak

standar deviasi 2,12015

Distribusi residual model regresi terhadap konstruk IHS bersifat normal dengan mean 0,00 dan

163

0,200

Hipotesis nol diterima

standar deviasi 1,77778

Tabel 2

Uji Multikolinearitas

Variabel Bebas

Tolerance

VIF

Mastery Goal

0,966

1,035

Performance-Approach Goal

0,525

1,905

Performance-Avoidance Goal

0,537

1,861

Tabel 3

Uji Independent Sample t-Test

Levene’s Test

t-test for Equality Means

Konstruk

F

p

t

df

p

Mean Dif.

Std. Error Dif.

Effect Size

Executive HelpSeeking Instrumental Help-Seeking

8,050

0,005

2,361

25.573

0,026

1,460

0,618

0,17

0,538

0,464

0,260

161

0,795

0,118

0,455

0,0004

Tabel 4

Deskripsi Data Uji Beda Variabel Terikat Kelompok Jenis Kelamin

Statistik

Executive Help-Seeking

Instrumental Help-Seeking

Laki-Laki

Perempuan

Laki-Laki

Perempuan

Mean

7,17

5,71

12,78

12,33

Std. Deviasi

2,855

1,976

2,131

2,002

Std. Error

0,595

0,167

0,44

0,169

Tabel 5

Tabel Analisis Regresi

b

SE B

β

p

Model 1a

Constant

6,904

1,424

,000

Mastery Goal

-,082

,061

-,105

,186

Performance-Approach Goal

,125

,050

,267

,013

Performance-Avoidance Goal

,069

,067

-,109

,302

Model 2b

Constant

6,040

1,194

,000

Mastery Goal

,335

,051

,464

,000

Performance-Approach Goal

,020

,042

,047

,630

Performance-Avoidance Goal

-,071

,056

-,121

-,043

EHS. R=0,216; R2=0,047; Adjusted R2=0,029; p=0,054 IHS. R=0,470; R2=0,221; Adjusted R2=0,206; p=0,000

139