Penyusunan Tes Psikologi Form A Online untuk Surat Izin Mengemudi (SIM)
on
Jurnal Psikologi Udayana 2022, Vol.9, No.1, 63-70
Program Studi Sarjana Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana e-ISSN: 2654 4024; p-ISSN: 2354 5607
DOI: 10.24843/JPU/2022.v09.i01.p07
Penyusunan Tes Psikologi Form A Online untuk Surat Izin Mengemudi (SIM)
Yashinta Levy Septiarly1, I Gde Dhika Widarnandana2, Nyoman Wiraadi Tria Ariani3, I Dewa Gede
Udayana Putra4, Komang Sinta Maharani5, I Putu Brian Obie Putra6
1,2Program Studi Psikologi, Universitas Dhyana Pura, 3UHN I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar, 4,5,6AGET Development
yashinta.levy@undhirabali.ac.id
Abstrak
Perilaku mengemudi merupakan salah satu aktivitas rutin yang dilakukan oleh individu dalam sehari-hari baik itu dengan kendaraan roda dua maupun roda empat. Seorang pengemudi yang mengendarai kendaraannya dapat melihat aktivitas mengemudi merupakan salah satu kegiatan yang kompleks. Sehingga untuk dapat mengemudi yang aman, bertanggung jawab serta memiliki etika dan perilaku mengemudi yang baik, harus juga memiliki aspek Psikologi tertentu sebagai penunjang soft skill yang terdiri dari aspek kognitif, afektif dan kepribadian. Berdasarkan hal tersebut peneliti mencoba menyusun Tes Psikologi Form A untuk memeroleh Surat Izin Mengemudi. Tes Psikologi Form A diadministrasikan secara online maupun offline. Konstruksi tes dilakukan berdasarkan tiga aspek dari Peraturan Kapolri No. 5 Tahun 2021. Aitem-aitem Tes Psikologi Form A telah melalui field testing dengan jumlah 41 partisipan yang telah memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM). Aitem yang digunakan dalam penelitian ini dipilih berdasarkan hasil evaluasi validitas isi dengan expert judgement, tingkat kesukaran dan daya diskriminasi aitem, serta reliabilitas tiap-tiap sub aspeknya. Tes Psikologi Form A terdiri dari tiga aspek dan sembilan sub-aspek dengan total 57 aitem, yang memiliki koefisien reliabilitas masing-masing bergerak antara 0,639 sampai
0,936.
Kata kunci: Tes psikologi mengemudi, penyusunan alat ukur, SIM
Abstract
Driving behavior is one of the routine activities carried out by individuals on a daily basis, both with two wheeled and four wheeled vehicles. A driver who drives his vehicle can see driving activity is a complex activity. So to be able to drive safely, responsibly and have good driving ethics and behavior, one must also have certain psychological aspects to support soft skills consisting of cognitive, affective and personality. Based on this, the researcher tried to arrange a Form A Psychological Test to obtain a Driver’s License. Psychological Test Form A is administered both online and offline. The construction of the test was carried out based on three aspects of the National Police Chief Regulation No. 5 Year 2021. The items of the psychological test form A have gone through field testing with 41 participants who already have a driving license (SIM) and were selected based on the results of the content validity evaluation with expert judgment, the level of diffilcuty and discriminatory power of the item, and the reliability of each sub aspect. Psychological test form A consist of three aspect and nine sub aspects with a total of 57 items, which has a reliability coefficient of each moving between 0.639 to 0.936.
Keywords: Psychological driving test license, psychological test construction, driver license
LATAR BELAKANG
Mengemudi kendaraan merupakan salah satu aktivitas yang rutin dilakukan oleh individu dalam penunjang kegiatan sehari-hari. Adapun mayoritas kendaraaan yang digunakan oleh masyarakat Indonesia juga beragam mulai dari kendaraan roda dua dan roda empat. Data Statistik Transportasi Darat menunjukkan bahwa jumlah kendaraan bermotor yang ada di Indonesia pada tahun 2019 terdiri dari 15.592.419 untuk mobil penumpang dan sebanyak 112.771.136 untuk kendaraan sepeda motor (BPS RI, 2019). Komposisi ini didominasi oleh kendaraan roda dua yaitu sepeda motor yang mencapai hingga 81,78%. Pulau dengan jumlah kendaraan tertinggi di Indonesia pada tahun 2019 yaitu Sumatera, Jawa, Bali-Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi dan Papua-Kepulauan Maluku.
Semua pengemudi di Indonesia diwajibkan untuk memiliki Surat Izin Mengemudi atau yang biasa disebut SIM. Peraturan ini tertuang di Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan pada pasal 81 yang menjelaskan untuk mendapatkan SIM harus memenuhi persyaratan usia, administratif, dan lulus ujian (Republik Indonesia, 2009). Peraturan Undang-Undang ini juga dijelaskan kembali dengan Peraturan Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2021 Tentang Penertiban dan Penandaan Surat Izin Mengemudi, dimana pada pasal 8 menjelaskan untuk mendapatkan SIM memenuhi usia paling rendah 17 (tujuh belas) tahun untuk SIM A, SIM C, SIM D dan SIM D1. Selain itu pada pasal 10 juga menjelaskan syarat kesehatan penerbitan SIM meliputi kesehatan jasmani dan kesehatan rohani. Kesehatan rohani ditunjukkan melalui pemeriksaan Psikologi yang meliputi aspek 3 aspek yaitu kemampuan kognitif, kemampuan psikomotor dan kepribadian (Indonesia, 2021).
Pembuatan SIM mensyaratkan usia minimal 17 tahun. Pada usia ini individu diharapkan telah berkembang, baik secara fisik, perilaku maupun mental. dalam pembuatan SIM ini yang mensyaratkan usia paling rendah 17 tahun diharapkan individu telah cukup berkembang baik secara fisik, perilaku dan mental. Di samping itu, keterampilan teknis mengemudi yang memadai perlu didukung dari aspek psikologis, hal ini diharapkan agar individu di dalam mengemudi mampu menunjukkan sikap yang baik serta taat peraturan. Data Statistik Transportasi Darat pada tahun 2019 melaporkan sebanyak 116.411 Jumlah kasus kecelakaan (BPS RI, 2019), sehingga diperlukan untuk selalu berperilaku mengemudi yang baik.
Pelayanan tes SIM memerlukan suatu standar prosedur operasional sehingga bisa memberikan layanan yang maksimal pada masyarakat. Penelitian yang disampaikan oleh Lembang (2017), menyatakan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mewujudkan pelayanan publik yang optimal seperti tidak disiplin yang berkaitan pengawasan pada saat prosedur perpanjang dilakukan, tingkat kesadaran dalam pengurusan
sim, serta sarana dan prasarana pendukung dalam penunjang dalam pelaksanaan tes SIM.
Pada saat ini, masyarakat dapat membuat SIM baru atau melakukan perpanjangan masa berlaku SIM. Keduanya memiliki beberapa persyaratan, salah satunya adalah melakukan tes psikologi. Tantangan dalam melakukan pelayanan SIM khususnya tes Psikologi juga berkaitan dengan perkembangan teknologi saat ini. Terutama di saat pandemi Covid-19, dibutuhkan suatu cara yang bisa dilakukan dalam membuat baru ataupun perpanjang SIM yang menekankan pada protokol kesehatan serta sesuai dengan Kode Etik Psikologi, sehingga pelayanan bisa tetap dilakukan dengan melakukan pelayanan tatap muka secara langsung dengan protokol kesehatan yang berlaku melalui luring ataupun dengan menggunakan media teknologi dengan tetap mematuhi kode etik Psikologi yang berlaku dengan sistem daring,
Berdasarkan hal tersebut, peneliti mencoba untuk menyusun alat Tes Psikologi yang disesuaikan dengan Perpol No 5 Tahun 2021 yang terdiri dari aspek kognitif, psikomotor dan kepribadian. Aspek kognitif mencakup aspek mengamati, melihat, memperhatikan, memberikan, menyangka, membayangkan, memperkirakan, berpikir, mempertimbangkan, menduga dan menilai (Chaplin, 2011). Aspek psikomotor berkaitan dengan kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Aspek kepribadian merupakan pola sifat dan karakteristik tertentu yang konsisten pada perilaku seseorang (Feist & Feist, 2014).
METODE PENELITIAN
Konstruksi alat ukur dilakukan dengan menentukan aspek, sub aspek dan indikator, menyusunnya ke dalam kisi-kisi, serta menentukan format butir dan respon. Perumusan aspek dan aitem dilakukan melalui diskusi panel yang mengkaji teori, sumber perundang-undangan, dan aturan lain yang mengatur terkait tes psikologi dalam memeroleh SIM. Perumusan ini memunculkan tiga aspek dan 9 sub aspek. Tes Psikologi Form A untuk Mengemudi pada format akhir terdiri dari 57 aitem Kisi-kisi Tes Psikologi Form A dapat dilihat pada Tabel 1 (terlampir).
Instrumen tes psikologi form A awal memuat 90 butir aitem soal yang dimaksudkan untuk dapat memenuhi kualitas psikometrik. Hal ini didasarkan pada pendapat Azwar (2017) yang menyatakan bahwa untuk mendapat jumlah butir yang diinginkan dan memiliki kualitas psikometrik yang baik, maka peneliti sebaiknya membuat butir sejumlah dua hingga tiga kali lipat dari jumlah butir yang direncanakan dalam kisi-kisi.
Peneliti melakukan bentuk-bentuk pengujian untuk mendapatkan aitem-aitem yang memiliki kualitas psikometri yang memuaskan. Estimasi validitas isi dilakukan dengan expert judgement (penilaian ahli). Panel ahli terdiri dari tim peneliti, dosen dan peneliti di bidang psikologi, serta praktisi psikologi. Panel ahli memastikan kesesuaian indikator dengan
aspek, kesesuaian bentuk butir dengan indikator, hingga penulisan aitem. Diskusi dengan panel ahli menghasilkan rumusan rumusan indikator final. Beberapa aitem butir bermasalah karena istilah yang digunakan tidak sesuai atau tidak biasa digunakan dalam konteks berkendara. Hal ini mengakibatkan aitem-aitem tersebut harus disesuaikan kembali. Perbaikan ini ditujukan terutama untuk aspek kepribadian. Aitem pada aspek kognitif dan psikomotor mengalami penyesuaian terkait ukuran angka dan gambar agar lebih mudah terlihat. Aitem-aitem ini kemudian digunakan dalam field test.
Estimasi daya diskriminasi butir dilakukan dengan koefisien korelasi butir-total yang dikoreksi (ri(x-i)). Penerimaan butir menggunakan kriteria yaitu ri(x-i) >0,20. Field testing dilakukan dengan cara daring melalui media Youtube dan Google Form. Partisipan field test yang diperoleh sebanyak 41 orang dengan karakteristik partisipan disyaratkan telah memiliki SIM. 95,1% partisipan memiliki SIM C, 48,8 % partisipan memiliki SIM A, dan 4,9% partisipan memiliki SIM B1. Usia partisipan berkisar antara 19-65 tahun. Berdasarkan jenis kelamin, 63% partisipan adalah perempuan dan 37% partisipan berjenis kelamin laki-laki. Adapun karakteristik partisipan jika dilihat dari jenjang pendidikan terakhir adalah 24,4% partisipan merupakan lulusan SMA, 14,6% lulusan Diploma, 41,5% lulusan S1 dan 19,5% partisipan lulusan S2.
Peneliti juga mengestimasi tingkat kesukaran aitem-aitem pada aspek kognitif dan psikomotor dengan melihat proporsi jawaban benar partisipan field test. Pemilihan aitem terpakai pada Tes Psikologi Form A untuk mengemudi berdasarkan daya diskriminasi dan tingkat kesukaran. Estimasi reliabilitas hasil ukur masing-masing sub aspek dihitung dengan formula Alpha dengan bantuan software SPSS versi 17.
HASIL PENELITIAN
Penulisan aitem menghasilkan aitem sebanyak 90 buah yang tersebar dalam sembilan sub aspek. Aitem-aitem tersebut dipilih melalui diskusi dengan panel ahli untuk menjaga validitas isi. Data field testing digunakan untuk mengestimasi daya diskriminasi aitem. Daya diskriminasi menjadi salah satu kriteria penerimaan aitem agar sesuai dengan kebutuhan kisi-kisi Hasil pengujian daya diskriminasi menunjukkan 57 item memiliki daya diskriminasi antara 0,203 sampai dengan 0,941, Sedangkan 33 aitem lainnya memiliki daya diskriminasi yang lebih rendah dari batasan yang telah ditentukan. Sehingga pada akhirnya hanya 57 aitem yang digunakan. Daya diskriminasi aitem masing-masing sub aspek dapat dilihat pada Tabel 2 (terlampir).
Aitem-aitem pada aspek kognitif dan psikomotor juga dievaluasi berdasarkan tingkat kesukaran (p). Aitem terpilih merupakan aitem yang memiliki kesukaran sedang hingga mudah. Tiga puluh enam aitem memiliki tingkat kesukaran antara 0,415 sampai dengan 0,976. Tingkat kesukaran aitem
masing-masing sub aspek dapat dilihat pada Tabel 3 (lihat lampiran).
Estimasi reliabilitas dengan formula Alpha dilakukan terhadap hasil pengukuran masing-masing sub aspek. Dari sembilan sub aspek, koefisien reliabilitas masing-masing bergerak antara 0,639 sampai 0,936. Reliabilitas masing-masing sub aspek dapat dilihat pada Tabel 4 (lihat lampiran).
Tahap akhir dilakukan penyusunan norma untuk dijadikan pedoman menentukan kelulusan peserta tes untuk mendapatkan rekomendasi psikologi surat izin mengemudi (SIM). Norma dibuat berdasarkan data empirik menggunakan mean dan deviasi standar dan dapat dilihat pada Tabel 5 (lihat lampiran).
Berdasarkan Tabel 5, misalnya untuk sub aspek sintesis yang memiliki mean 5,37 dan deviasi standar 1,157, skor minimum kategori Kurang Sekali adalah 0, skor minimum kategori Kurang adalah 3, skor minimum kategori cukup adalah 5, skor minimum kategori Baik adalah 6, dan skor minimum kategori Baik Sekali adalah 7. Secara lebih detail, kategori skor untuk masing-masing aspek dapat dilihat pada Tabel 6, Tabel 7 dan Tabel 8 yang terdapat pada lampiran.
PEMBAHASAN
Tes Psikologi Form A sebagai sebuah tes diharapkan memiliki kualitas psikometri yang baik dimana melalui evaluasi validitas isi, tingkat kesukaran dan daya diskriminasi dan reliabilitas tiap sub aspek. Usaha menjaga validitas alat tes dilakukan dengan validitas isi yang menggunakan panel ahli. Selain itu peneliti juga melihat peraturan kapolri no 5 tahun 2021 yang berlaku untuk membantu terjaganya validitas alat tes. Sebelum digunakan, Tes Psikologi Form A dipresentasikan kepada POLDA Bali khususnya bagian psikologi. Tes Psikologi Form A dinilai kelayakannya berdasarkan pengembangan kisi-kisi, format aitem, kualitas psikometri dan waktu yang digunakan dalam menyelesaikan satu kali tes.
Jumlah aitem yang ditentukan dalam kisi-kisi berjumlah 57 aitem. Dengan jumlah ini koreksi terhadap spurious overlap effect sebenarnya tidak perlu dilakukan karena pada alat ukur dengan jumlah butir yang lebih dari 30 tidak perlu dilakukan koreksi (Azwar, 2012; Guilford, 1956). Pada penelitian ini, untuk menghasilkan estimasi yang lebih cermat dan menimbang perhitungan dilakukan pada tataran sub aspek yang terdiri dari enam sampai tujuh aitem, maka dilakukan pemilihan butir berdasarkan daya diskriminasi menggunakan korelasi butir-total yang telah dikoreksi (corrected item-total correlation) (Azwar, 2012).
Sebagai sebuah alat ukur, Tes Psikologi Form A diharapkan memiliki kemampuan untuk membedakan orang yang pantas dan tidak pantas menerima SIM. Hal ini dapat dilakukan dengan melihat daya diskriminasi aitem yang baik yang dimiliki. Lebih jauh, daya diskriminasi alat ukur menunjukkan tingkat yg lebih tinggi dari yang ditentukan. Hal ini
menunjukkan kemampuan alat ukur untuk membedakan individu yang memiliki karakteristik dengan cukup baik.
Estimasi reliabilitas hasil ukur Tes Psikologi Form A menunjukkan bahwa hasil ukur masing-masing sub aspek Tes Psikologi Form A memiliki reliabilitas yang dapat dikatakan memuaskan. Pada penggunaan alat ukur, umumnya reliabilitas dianggap memuaskan bergantung dengan tujuan alat ukur itu digunakan. Azwar (2012) menyatakan bahwa reliabilitas pada tes yang merupakan high-stakes standardized test dikatakan memuaskan jika memiliki reliabilitas 0,900. Wells dan Wollack menyampaikan bahwa tes yang tidak terlalu tinggi pertaruhannya tetap harus memiliki reliabilitas paling tidak 0,80 dan untuk digunakan di dalam kelas memiliki reliabilitas 0,70 (Wells & Wollack, 2003). Estimasi terhadap koefisien reliabilitas juga memberi informasi lain yaitu dalam pemaknaan hasil ukur dalam memaknai skor murninya.
Beberapa sub aspek Tes Psikologi Form A masih memiliki reliabilitas 0,60. Hal ini dapat terjadi karena dua hal yaitu sedikitnya jumlah aitem dan skor kelompok yang homogen. Azwar (2018) menyebutkan bahwa panjang tes atau jumlah aitem dan skor kelompok yang homogen dapat memengaruhi besarnya koefisien reliabilitas. Misalnya sub aspek berpikir analisis sintesis yang terdiri enam aitem saja. Selain itu dalam analisis statistik deskriptif sub aspek berpikir analisis sintesis memiliki variansi skor sebesar 1,338. Ini menunjukkan bahwa kelompok skor sub aspek ini homogen.
Tes Psikologi Form A juga dilengkapi dengan kategori yang digunakan sebagai norma yang menentukan lulus atau tidaknya peserta tes. Norma yang digunakan dibuat berdasarkan mean dan deviasi standar empirik. Hal ini menjadi catatan dan sekaligus bahan pertimbangan pengembangan Tes Psikologi Form A ini. Norma empirik sebaiknya digunakan jika memiliki data yang banyak untuk menentukan gambaran kondisi umum populasi. Namun, norma empirik juga dianggap sesuai digunakan dalam kondisi ini, terutama karena ketiadaan batasan yang pasti yang telah ditentukan untuk masing-masing aspek. Sehingga penting untuk menentukan kembali batasan seseorang diberikan SIM atau tidak, didasarkan pada partisipan field test yang memang telah memiliki SIM.
Dalam pengaplikasian Tes Psikologi Form A, dapat dilakukan secara offline atau online. Pelaksanaan dalam bentuk offline dengan menggunakan buku soal dan lembar jawaban yang telah disediakan selanjutnya dari tester akan memeriksa identitas peserta dilanjutkan dengan membacakan petunjuk pengerjaan soal, dan mengerjakan di lembar soal yang telah diberikan. Sedangkan pelaksanaan dalam bentuk online peserta diminta untuk hadir dengan menggunakan media virtual yang telah ditentukan, kemudian, tester akan memberikan instruksi sembari peserta mengerjakan soal yang diberikan melalui google form dengan tetap menampilkan video camera saat pengerjaan soalnya.
KESIMPULAN
Tes Psikologi Form A setelah melakukan uji coba secara statistik terdiri dari 57 aitem dimana aitem ini terdiri dari 3 aspek yaitu kognitif, psikomotor dan kepribadian serta terdiri dari 9 sub aspek. Tes Psikologi Form A ini masih membutuhkan pengembangan lebih lanjut, dimana diharapkan ke depan dapat dilakukan pengembangan Form B selanjutnya dengan jumlah subjek yang lebih diperbanyak, aitem soal yang lebih bervariasi, serta norma yang dapat digunakan untuk membedakan pengguna SIM A dan C.
Tes Psikologi Form A merupakan alat tes yang masih terus akan peneliti sempurnakan. Pengujian-pengujian lainnya untuk mendapatkan alat tes yang berkualitas baik akan dilakukan. Termasuk juga mendapatkan data lebih banyak untuk membuat norma yang lebih tepat bagi pengguna motor atau mobil. Peneliti juga akan melakukan pengembangan profil pengemudi yang layak mendapatkan SIM sehingga memudahkan dalam menentukan ambang batas nilai. Selain itu kami juga membuat bentuk paralel dari Tes Psikologi Form A untuk memastikan peserta tes tidak memiliki pengalaman belajar soal tes.
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, S. (2012). Reliabilitas dan Validitas (4th ed.).
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Azwar, S. (2017). Penyusunan Skala Psikologi. Pustaka Pelajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Azwar, S. (2018). Dasar-Dasar Psikometrika (3rd ed.). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
BPS RI. (2019). Statistik Trasnportasi Darat (Land Transportation): BPS RI
Chaplin, J. P. (2011). Kamus Lengkap Psikologi. Rajagrafindo Persada.
Feist, J., & Feist, G. J. (2014). Teori Kepribadian (7th ed.). Jakarta: Salemba Humanika.
Guilford, J. (1956). Fundamental statistics in psychology and education (3rd ed.). New York, NY, US: McGraww Hill.
Indonesia, K. N. R. Peraturan Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2021 Tentang Penerbitan dan Penandaan Surat Izin Mengemudi (2021). Republik Indonesia.
Lembang, C. S. K. (2017). Pelaksanaan Pelayanan Surat Izin Mengemudi (SIM) di Wilayah Hukum Polres Tana Toraja untuk Mewujudkan Pelayanan Publik yang Optimal. Universitas Hasanuddin. Retrieved from
https://core.ac.uk/download/pdf/83870981.pdf
Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Jakarta: Sekretaris Negara. Retrieved from
https://jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/uu/uu_no.22_tah un_2009.pdf
Wells, C. S., & Wollack, J. A. (2003). An instructor’s guide to understanding test reliability. Testing & Evaluation Services. Madison.
LAMPIRAN
Tabel 1. Kisi-kisi Tes Psikologi Form A
No |
Aspek |
Sub Aspek |
Indikator |
Jumlah Soal | |
1 |
Kognitif |
Berpikir Analisis |
1. |
Mampu menganalisis persamaan bentuk suatu |
6 |
Sintesis |
2. |
objek | |||
Mampu menganalisis ciri-ciri yang berlainan dari objek yang serupa | |||||
Berpikir Logis |
1. |
Mampu memecahkan masalah dengan menggunakan prinsip logika |
6 | ||
2. |
Memiliki kemampuan berpikir kritis | ||||
Berpikir Abstrak |
1. |
Mampu menggunakan ide-ide abstrak dalam menanggapi situasi baru |
6 | ||
2. |
Mampu memahami simbol atau ruang | ||||
2 |
Psikomotor |
Kecermatan |
1. |
Berhati-hati dalam memilih respon untuk bereaksi dalam situasi dan kondisi yang dihadapi (stimulus) |
6 |
2. |
Mempertimbangkan resiko yang akan berdampak pada diri dan lingkungan sebelum merespon suatu stimulus | ||||
3. |
Dapat dengan tepat menyusun langkah-langkah pemecahan masalah | ||||
Konsentrasi |
1. |
Dapat merespon dengan cepat |
6 | ||
2. |
Dapat merespon dengan tepat pada satu stimulus yang dihadapi | ||||
3. |
Mampu memilih alternatif dengan benar terhadap stimulus yang dihadapi | ||||
Ketahanan Kerja |
1. |
Tetap sigap dapat menunjukkan performa yang maksimal dalam waktu yang relatif lama |
6 | ||
2. |
Mampu melakukan coping dari stimulus yang dihadapi | ||||
3. |
Mampu tetap fokus meskipun dalam kondisi yang menekan | ||||
3 |
Kepribadian |
Stabilitas Emosi |
1. |
Memahami perasaan dan pendapat orang lain |
7 |
2. |
Mampu mengatur emosi sesuai dengan situasi dan kondisi | ||||
3. |
Mampu mengatur emosi sesuai dengan situasi dan kondisi | ||||
Penyesuaian Diri |
1. |
Mampu menempatkan diri secara tepat sesuai dengan situasi dan kondisi |
7 | ||
2. |
Mampu melakukan kompromi untuk penyelesaian masalahnya | ||||
3. |
Mampu memanfaatkan pengalaman masa lalu | ||||
Pengendalian Diri |
1. |
Siap atau mampu memodifikasi keadaan yang tidak menyenangkan |
7 | ||
2. |
Mampu mengelola (menolak atau menerima) informasi yang diterima | ||||
3. |
Mampu bertindak berdasarkan aturan dan norma-norma yang berlaku | ||||
Total |
57 |
Tabel 2. Daya Diskriminasi Aitem (ri(x-i))
Sub Aspek |
No |
ri(x-i) |
Sub Aspek |
No |
ri(x-i) |
Sub Aspek |
No |
ri(x-i) |
1 |
0.510 |
19 |
0.417 |
37 |
0.207 | |||
2 |
0.504 |
20 |
0.205 |
38 |
0.386 | |||
Berpikir Analisis Sintesis |
3 |
0.397 |
Kecermatan |
21 |
0.413 |
Stabilitas Emosi |
39 |
0.389 |
4 |
0.541 |
22 |
0.613 |
40 |
0.271 | |||
5 |
0.246 |
23 |
0.427 |
41 |
0.465 | |||
6 |
0.541 |
24 |
0.473 |
42 |
0.634 | |||
7 |
0.912 |
25 |
0.941 |
43 |
0.250 | |||
8 |
0.912 |
26 |
0.796 |
44 |
0.346 | |||
9 |
0.665 |
27 |
0.765 |
45 |
0.208 | |||
Berpikir Logis |
10 |
0.808 |
Konsentrasi |
28 |
0.941 |
46 |
0.397 | |
11 |
0.912 |
29 |
0.698 |
Penyesuaian Diri |
47 |
0.209 | ||
12 |
0.912 |
30 |
0.689 |
48 |
0.556 | |||
13 |
0.456 |
31 |
0.306 |
49 |
0.415 | |||
14 |
0.545 |
32 |
0.697 |
50 |
0.486 | |||
15 |
0.462 |
33 |
0.485 |
51 |
0.489 | |||
Berpikir Abstrak |
16 |
0.435 |
Ketahanan Kerja |
34 |
0.409 |
52 |
0.294 | |
17 |
0.464 |
35 |
0.520 |
53 |
0.382 | |||
18 |
0.407 |
36 |
0.497 |
Pengendalian Diri |
54 |
0.424 | ||
55 |
0.555 | |||||||
56 |
0.475 | |||||||
57 |
0.277 |
Tabel 3. Tingkat Kesukaran Aitem Aspek Kognitif dan Psikomotor
Sub Aspek |
Nomor |
p |
Sub Aspek |
Nomor |
p |
Berpikir Analisis Sintesis |
1 |
0.88 |
Kecermatan |
19 |
0.56 |
2 |
0.93 |
20 |
0.42 | ||
3 |
0.83 |
21 |
0.59 | ||
4 |
0.95 |
22 |
0.66 | ||
5 |
0.83 |
23 |
0.42 | ||
6 |
0.95 |
24 |
0.71 | ||
Berpikir Logis |
7 |
0.98 |
Konsentrasi |
25 |
0.93 |
8 |
0.98 |
26 |
0.90 | ||
9 |
0.93 |
27 |
0.88 | ||
10 |
0.95 |
28 |
0.93 | ||
11 |
0.98 |
29 |
0.88 | ||
12 |
0.98 |
30 |
0.85 | ||
Berpikir Abstrak |
13 |
0.78 |
Ketahanan Kerja |
31 |
0.63 |
14 |
0.29 |
32 |
0.51 | ||
15 |
0.44 |
33 |
0.51 | ||
16 |
0.63 |
34 |
0.44 | ||
17 |
0.76 |
35 |
0.59 | ||
18 |
0.47 |
36 |
0.46 | ||
Tabel 4. Reliabilitas Masing-Masing Sub Aspek | |||||
Sub Aspek |
Reliabilitas | ||||
Berpikir Analisis Sintesis |
0.694 | ||||
Berpikir Logis |
0.936 | ||||
Berpikir Abstrak |
0.726 | ||||
Kecermatan |
0.681 | ||||
Konsentrasi |
0.927 | ||||
Ketahanan Kerja |
0.746 | ||||
Stabilitas Emosi |
0.648 | ||||
Penyesuaian Diri |
0.639 | ||||
Pengendalian Diri |
0.680 |
Tabel 5. Dasar Kategorisasi Skor
Kategori |
Skor |
Baik Sekali Baik Cukup Kurang Kurang Sekali |
Mean + (1,2 SD) Mean + (0,6 SD) Mean Mean - (0,6 SD) Mean - (1,2 SD) |
Tabel 6. Kategorisasi Skor Kognitif | |||
Kategori Skor |
Sintesis Min |
Logis Min |
Figural Min |
Baik Sekali |
7 |
7 |
6 |
Baik |
6 |
6 |
4 |
Cukup |
5 |
5 |
3 |
Kurang |
3 |
4 |
1 |
Kurang Sekali |
0 |
0 |
0 |
Tabel 7. Kategorisasi Skor Psikomotor | |||
Kategori Skor |
Ketahanan Kerja |
Kecermatan |
Konsentrasi |
Min |
Min |
Min | |
Baik Sekali |
6 |
5 |
7 |
Baik |
4 |
4 |
6 |
Cukup |
3 |
3 |
5 |
Kurang |
1 |
1 |
3 |
Kurang Sekali |
0 |
0 |
0 |
Tabel 8. Kategorisasi Skor Kepribadian
Kategori Skor |
Penyesua |
ian Diri |
Pengendalian Diri |
Stabilitas |
Emosi | |
Min |
Max |
Min |
Max |
Min |
Max | |
Baik Sekali |
33 |
35 |
32 |
35 |
33 |
35 |
Baik |
29 |
32 |
29 |
31 |
31 |
32 |
Cukup |
24 |
28 |
22 |
28 |
25 |
30 |
Kurang |
21 |
23 |
19 |
21 |
22 |
24 |
Kurang Sekali |
0 |
20 |
0 |
18 |
0 |
21 |
70
Discussion and feedback