Jurnal Psikologi Udayana

2020, Vol.7, No.2, 110-120


Program Studi Sarjana Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana e-ISSN: 26544024; p-ISSN: 2354 5607 doi: 10.24843/JPU.2020.v07.i02.p10

Peranan efikasi diri dan intelegensi terhadap prestasi belajar pada mahasiswa di Universitas XYZ

Krishervina Rani Lidiawati, Nurtaty Sinaga, dan Ivonne Rebecca

Universitas Pelita Harapan [email protected]

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan efikasi diri dan intelegensi terhadap prestasi belajar pada mahasiswa. Metode yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif. Partisipan dalam penelitian ini adalah 155 mahasiswa aktif di Universitas XYZ dengan rentang usia 18 – 21 tahun. Data efikasi diri diperoleh melalui kuesioner yang terdiri dari skala efikasi diri. Dalam konteks perguruan tinggi, prestasi belajar dalam penelitian ini menggunakan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK). Untuk mengukur intelegensi dalam penelitian ini menggunakan alat tes Intelegensi yang terstandart yaitu Culture Fair Intelligence Test (CFIT). Analisis data dan uji hipotesis dilakukan dengan analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya pengaruh efikasi diri dan intelegensi sebesar 12,4% terhadap prestasi belajar mahasiswa (R=.352, R2= .124).

Kanta kunci: Efikasi diri, intelegensi, prestasi belajar.

Abstract

This study aims to examine the effect of self-efficacy and intelligence on academic achievement of college student. This study used a quantitative approach. 155 college students of age 18 to 21 years old in XYZ university participated in this study. Self-efficacy data was collected using questionnaire, self-efficacy scale. In university context, one of the indicators for academic success is Grade Point Average (GPA). This research uses Culture Fair Intelligence Test (CFIT) to measure the intelligence of the college student. Data analysis and hypothesis testing were conducted through multiple linear regression analysis. The study demonstrated that there is self- efficacy and intelligence affect 12.4 percent on learning outcome in student (R=.352, R2= .124).

Keywords: Academic achievement, intelligence, self-efficacy.

LATAR BELAKANG

Pendidikan merupakan suatu hal yang penting bagi setiap individu untuk menambah ilmu pengetahuan dan memperbaiki perekonomian. Semakin tinggi pendidikan yang dimiliki, semakin seseorang mendapat pengakuan dan penghargaan dari orang lain. Hal ini dikarenakan pendidikan berperan penting dalam pembentukan pribadi individu tidak hanya proses berpikir peserta didik namun juga kemampuan anak dalam bersosialisasi dengan orang lain (King, 2014). Terlebih lagi, pendidikan sangat berpengaruh pada perkembangan anak baik secara fisik, kognitif maupun psikososial (Papalia & Martorell, 2015). Perkembangan anak tersebut tentunya akan memiliki dampak pada lingkungan atau dalam komunitas serta secara lebih luas berdampak pada kemajuan suatu negara (Santrock, 2018). Artinya pendidikan yang baik dan berkualitas sangat penting untuk diupayakan sehingga dapat menghasilkan pribadi yang berkualitas juga.

Pribadi yang berkualitas dalam dunia pendidikan tentunya tidak dapat dilepaskan dari prestasi akademik (Jensen, 2015). Usaha untuk meningkatkan prestasi pun dilakukan oleh para guru dengan melakukan remedial agar mendapatkan nilai yang baik dan bisa lulus dari nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) di sekolah (Lidiawati, 2016). Prestasi akademik menjadi salah satu tolak ukur hasil evaluasi pembelajaran mereka selama sekolah (Lee & Mao, 2016). Hal ini yang mendorong dan membuat semakin besar tekanan sosial maupun akhirnya menjadi keinginan pribadi untuk meraih keberhasilan yaitu mencapai prestasi akademik yang tinggi. Pada era ini, keberhasilan akademik dijadikan sebagai tujuan utama bagi berbagai kalangan; pendidik, pelajar, keluarga dan lingkungan masyarakat (Girli & Ozturk, 2017). Dengan demikian, banyak yang berusaha menempuh pendidikan hingga perguruan tinggi. Mahasiswa dalam menjalani pendidikan di perguruan tinggi tentu berbeda dengan jenjang pendidikan sebelumnya. Saat memasukki perguruan tinggi, mahasiswa diperhadapkan dengan hal-hal yang baru dan berbeda dibandingkan jenjang pendidikan sebelumnya. Banyak tantangan dan kesulitan yang harus mereka lalui serta jalani terkait tugas dan tanggungjawab sebagai mahasiswa. Sebagian mahasiswa yang mampu bertahan maka akan menyelesaikan studi mereka namun tidak sedikit dari mereka juga yang menyerah sebelum menyelesaikan studinya sehingga mereka tidak lulus dari perguruan tinggi (Filippou, 2019). Tantangan yang dihadapi mereka pun beraneka ragam seperti kesulitan dalam beradaptasi di lingkungan, sulit

untuk mengatur waktu dan ketidaksesuain jurusan yang diambil. Hal ini dapat berdampak pada kesehatan mental dan kepuasan hidup pada mahasiswa (Wilcox & Nordstokke, 2019). Hal ini menunjukkan bahwa berbagai kesulitan dan tantangan mengindikasikan bahwa menjalani kehidupan perguruan tinggi bukanlah hal yang mudah dan dapat memengaruhi aspek kehidupan lainnya (Abadikhah et al., 2018).

Kesulitan dan tantangan yang dihadapi mahasiswa, menimbulkan kendala dalam menyelesaikan studinya tepat waktu dan menghasilkan prestasi yang kurang memuaskan, bahkan mengalami drop out sejak dini. Beberapa universitas memberlakukan aturan di tahun pertama seperti harus memiliki Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) minimal 2.00. Jika tidak memenuhi persyaratan, maka akan diberikan Surat Peringatan (SP) hingga surat yang menyatakan akan dikeluarkan dini dari universitas yang bersangkutan. Salah satu niversitas yang memberlakukan aturan tersebut adalah Universitas XYZ. Universitas XYZ memberlakukan semester akselerasi atau semester pendek sehingga dalam satu tahun terdapat tiga semester. Universitas XYZ memiliki peraturan bagi para mahasiswa tahun pertama harus memiliki IPK 2,0 atau lulus 40 SKS. Jika mahasiswa tetap memiliki IPK < 2.00 hingga semester tiga atau tahun pertama di universitas tersebut, maka akan mendapatkan Surat Peringatan (SP) yang pertama dan akan dikirimkan ke pihak orang tua. Setelah itu, mahasiswa masih diberikan kesempatan selama dua semester berikutnya atau semester lima (5). Jika pada semester lima (5) tidak memenuhi syarat yaitu IPK di bawah 2,00 atau tidak lulus 40 SKS maka tindakan tegas akan diterapkan, dan mahasiswa akan menerima surat Drop Out (DO) dini.

Sebesar apapun kendala dan hambatan dalam kehidupan perguruan tinggi, mahasiswa harus terus berupaya untuk meraih keberhasilan dalam bidang akademik. Keberhasilan akademik meliputi seluruh proses pendidikan, tidak hanya dapat dilihat dari prestasi akademik. Akan tetapi, pada kenyataannya, masyarakat menilai keberhasilan belajar berdasarkan nilai yang diperoleh atau prestasi akademik (Ormrod, 2008). Oleh karena itu, keberhasilan tersebut seringkali diukur dari prestasi akademik, yang salah satunya diindikasikan melalui IPK yaitu akumulasi nilai tiap semesternya. Untuk mencapai IPK yang tinggi pada mahasiswa tentunya harus didukung dengan kemampuan kognitif yang baik (Rohde & Thompson, 2007; Ruffing et al., 2015).

Kemampuan kognitif yang dimaksud adalah proses mental seseorang dalam menyelesaikan masalah dan menemukan solusi dari masalah yang dihadapi (Gottfredson, 1997 dalam Wright, 2015). Kemampuan ini membedakan tingkat kecerdasan individu (King, 2014), yang meliputi keterampilan pemecahan masalah dan kemampuan penyesuaian diri sebagai hasil dari pengalaman hidup (Sternberg, 1985 dalam Yekovich, 1994). Kecerdasan seseorang atau juga dikenal sebagai intelegensi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan individu dalam menyelesaikan pendidikannya (Wang, Haertel, & Welberg, 1993 dalam Rugutt & Chemosit, 2005). Salah satu pengukuran intelegensi dapat diukur dengan tes kecerdasan, baik tes individual maupun kelompok (Plotnik & Kouyoumdjian, 2014). Dalam penelitian ini skor kecerdasan—biasa dikenal dengan istilah IQ (Intelligence Quotient) akan digunakan sebagai salah satu bukti kecerdasan secara intelektual. Meskipun, skor IQ bukanlah satu-satunya penentu keberhasilan seseorang dalam pendidikan, namun dapat dijadikan salah satu pertimbangan kemampuan dasar seseorang dalam menyelesaikan tugas dan berperan dalam memberikan pemahaman akan perbedaan individu satu dengan yang lainnya (King, 2014).

Perbedaan kemampuan kognitif ini mempengaruhi hasil belajar mahasiswa. Menurut Rohde dan Thompson (2007), kemampuan kognitif merupakan salah satu prediktor dari pencapaian akademik. Seseorang dengan kemampuan kognitif yang baik cenderung dapat menyelesaikan tugas-tugas akademik lebih baik dibandingkan mahasiswa yang memiliki kemampuan kognitif dibawah rata-rata. Selain itu, seseorang dengan kemampuan menyelesaikan masalah atau berpikir dengan baik, cenderung memiliki keyakinan bahwa dirinya mampu mencapai tujuannya (Zimmerman, 2000). Berdasarkan Girli dan Qzturk (2017), anak-anak yang memiliki kesulitan belajar cenderung memiliki efikasi diri dalam bidang akademik yang rendah, dan mengarahkannya pada prestasi yang rendah juga.

Berdasarkan pemaparan di atas, keyakinan dalam diri mahasiswa diperlukan guna mencapai hasil yang diharapkan dan membangkitkan semangat dalam berjuang (Rogelberg, 2017). Suatu keyakinan dalam diri terhadap kemampuannya untuk merancang, melakukan, dan menghasilkan perilaku tertentu yang mempengaruhi kehidupan mereka disebut sebagai efikasi diri (Sagone & Caroli, 2013). Tingkat efikasi diri seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu level (tingkat kesulitan masalah yang dihadapi), generality (penguasaan terhadap beberapa bidang sekaligus), serta strength (hasil yang diharapkan oleh

individu dan kemampuan untuk bertahan ketika sedang menghadapi suatu masalah) (Zimmerman, 2000).

Terdapat dua faktor yang dapat memengaruhi efikasi diri yaitu dari internal dan eksternal. Menurut Bandura (1977) faktor yang mempengaruhi efikasi diri seseorang adalah, kemampuan untuk mengatur perilaku, menetapkan tujuan yang ingin dicapai, memotivasi diri sendiri, melakukan coping terhadap stres dan depresi yang timbul dari kesulitan, serta kepercayaan akan kemampuan dirinya sendiri. Santrock (2018) menambahkan bahwa penguasaan terhadap pengalaman yang dimiliki, modeling yang berasal dari lingkungan sosial, persuasi dari lingkungan, serta keadaan psikosomatis dan emosi yang menguji kapasitas individu juga dapat mempengaruhi efikasi diri seseorang.

Penelitian Jurecska et al., (2011) mengungkapkan bahwa nilai akademik dan skor IQ yang tinggi memiliki asosiasi dengan tingkat efikasi diri yang tinggi pula. Namun, sampel yang diambil dari daerah berbeda menunjukkan bahwa keduanya, nilai akademik dan skor IQ, tidak berkorelasi dengan efikasi diri (McWilliams, 2015). Dalam penelitian ini prestasi belajar mahasiwa diukur dari IPK yang diperoleh. Jika mahasiswa memiliki efikasi diri yang tinggi makai ia cenderung memiliki daya juang sehingga dapat menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya. Hal tersebut dapat memengaruhi IPK yang diperoleh selama perkuliahan berlangsung (Lee & Mao, 2016). Selain itu, peneliti juga akan melihat keterkaitan IQ dengan prestasi belajar mahasiswa yang didukung beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa proses perolehan prestasi perlu adanya efikasi diri dan intellegensi yang dimiliki individu (Agustiani et al., 2016; Jurecska et al., 2011; Lee & Mao, 2016; McWilliams, 2015). Oleh karena itu, penelitian ini ingin mengetahui peran efikasi diri dan intelegensi terhadap prestasi belajar pada mahasiswa di Universitas XYZ.

METODE PENELITIAN

Variabel dan Definisi Operasional

Penelitian ini menggunakan dua variabel bebas, yaitu efikasi diri dan intelegensi, sedangkan variabel terikatnya adalah prestasi belajar. Definisi operasional dalam penelitian ini sebagai berikut: Prestasi Akademik

Prestasi akademik adalah hasil luaran dari peserta didik setelah menyelesaikan tugasnya. Dalam penelian ini menggunakan Indeks Prestasi (IP) yang diperoleh mahasiswa di akhir semester yang

kemudian dalam penelitian ini disebut Indek Prestasi Kumulatif (IPK).

Efikasi diri

Efikasi diri adalah rasa keyakinan dalam diri individu untuk mencapai tujuan tertentu dalam hal ini untuk menyelesaikan tugas perkuliahan atau bidang akademik. Efikasi diri memiliki tiga dimensi yaitu level, generality dan strength. Taraf efikasi diri di ukur dengan menggunakan skala efikasi diri, semakin tinggi skor yang diperoleh semakin tinggi efikasi diri seseorang.

Inteligensi

Intelegensi adalah kemampuan kognitif seseorang dan kemampuan untuk memecahkan masalah. Salah satu yang dapat mengukur intelegensi seseorang menggunakan skor IQ dan disesuaikan dengan norma yang telah ada.

Prestasi Akademik

Prestasi akademik adalah hasil luaran dari peserta didik setelah menyelesaikan tugasnya. Dalam penelian ini menggunakan Indeks Prestasi (IP) yang diperoleh mahasiswa di akhir semester yang kemudian dalam penelitian ini disebut Indek Prestasi Kumulatif (IPK)

Responden

Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa di Universitas XYZ. Partisipan dalam penelitian ini adalah 155 mahasiswa aktif minimal sudah melewati tiga semester atau tahun pertama di Universitas XYZ dengan rentang usia 18 – 21 tahun. Responden usia 18 tahun sebanyak 17,4%, usia 19 tahun sebanyak (49%), usia 20 tahun sebanyak 28 %, dan usia 21 tahun sebanyak 5,6%. Hal ini berkaitan dengan evaluasi prestasi akademik dan telah memiliki data IPK.

Tehnik sampling yang dipakai adalah purposive sampling yaitu mengumpulkan data sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.

Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan secara langsung di Universitas XYZ yang berada di Tangerang. Pengambilan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner sebelum kelas berlangsung pada mata kuliah tertentu yang telah disepakati dengan peneliti dan memberikan kuesioner sekaligus inform consent untuk menjadi partisipan dalam penelitian.

Alat Ukur

Alat ukur dalam penelitian ini menggunakan skala efikasi diri, alat tes CFIT dan arsip prestasi mahasiswa yaitu Indeks Prestasi Kumulati (IPK).

Skala efikasi diri merupakan disusun oleh peneliti berdasarkan dimensi-dimensi efikasi diri dari Bandura (dalam Zimmerman, 2000). Skala ini awalnya terdiri dari 15 item, namun ada 2 item yang gugur dikarenakan memiliki corrected item-total correlation dibawah dari .300 sehingga total item efikasi diri menjadi 13 item.

Hasil uji validitas skala efikasi diri menunjukkan nilai koefisien item bergerak dari dengan koefisien 397 sampai .692. Hasil uji reliabilitas skala efikasi diri menunjukkan koefiesien Alpha sebesar .860.

Hal ini menunjukkan bahwa kuesioner ini valid dan reliabel untuk mengukur efikasi diri pada mahasiswa. Skala yang digunakan adalah skala likert terdiri dari empat poin dari Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju (TS), Setuju (S), dan Sangat Setuju (ST).

Skala untuk mengukur intelegensi yaitu dengan menggunakan alat tes ter-standart yaitu Culture Fair Intellegence Test (CFIT). Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah CFIT Skala 3B yang dapat dipakai untuk usia diatas 14 tahun yang telah diadaptasi oleh Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi Universitas Indonesia (2008). CFIT terdiri dari empat subtest, dengan total soal berjumlah 50 item. Hasil uji validitas ini berdasarkan penelitian sebelumnya yaitu bergerak antara 0.84 - 0.94. Peneliti menggunakan alat ukur dikarenakan alat tes ini merupakan tes intelegensi yang dapat digunakan secara klasikal dan dianggap mengurangi bias atau bebas budaya (Kaplan & Saccuzzo, 2009).

Tehnik Analisis Data

Tehnik analisis data dalam penelitian ini menggunakan dua uji yaitu uji asumsi dan hipotesis. Uji asumsi yang dilakukan yaitu uji normalitas dengan uji Kolmogorov Smirnov test, uji linieritas dengan compare mean dan uji multikolinieritas. Setelah data penelitian melewati syarat uji asumsi yaitu data normal, linier dan tidak terjadi multikolinieritas maka dapat dilakukan uji hipotesis. Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan metode analisis regresi berganda untuk menguji hiptesis penelitian. Analisis data menggunakan SPSS 25.0 for Windows.

HASIL PENELITIAN

Karakteristik subjek

Subjek dalam penelitian ini berjumlah 155 mahasiswa di Universitas XYZ. Terdiri dari 35 mahasiswa berjenis kelamin laki-laki dan 120 berjenis kelamin perempuan. Mereka berusia 18-21

tahun yang telah melewati tahun pertama perkuliahan di universitas XYZ. Subyek penelitian berasal dari Fakultas Psikologi.

Deskripsi Data Penelitian

Hasil deskripsi penelitian variabel efikasi diri, intelegensi dan prestasi belajar dapat dilihat pada tabel 1 (terlampir).

Uji Asumsi

Uji Normalitas pada tabel 2 (terlampir) dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov test. Hasil Dilakukannya uji normalitas dengan signifikansi (p) pada uji kolmogorov-smirnov adalah 0.2 (p > 0.05), sehingga berdasarkan uji normalitas kolomogorov-smirnov data berdistribusi normal pada varibel efikasi diri, IQ dan prestasi belajar (IPK). Variabel efikasi diri berdistribusi normal dengan kolmogorov-smirnov sebesar 0. 240 (p>0,05), variabel Intelegensi berdistribusi normal dengan kolmogorov-smirnov sebesar 0.171 (p>0,05), variabel prestasi akademik (IPK) berdistribusi normal dengan kolmogorov-smirnov sebesar 0.245 (p>0,05).

Uji linieritas dilakukan untuk mengetahui hubungan liner antara variabel bebas dan variabel terikatnya. Tabel 3 (terlampir) menunjukkan hubungan yang linear antara efikasi diri dan IPK sebesar 0,256 (p>0,05). Hubungan yang linear juga di tunjukkan antara IQ dengan IPK 0,186 (P>0,05). Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa Terdapat hubungan linearitas antara efikasi diri dengan IPK, dan IQ dengan IPK.

Uji multikolinearitas dilakukan untuk menguji adanya korelasi antar variabel bebas dan model regresi diangap baik jika tidak memiliki korelasi tinggi dengan variabel bebas lainnya. Tabel 4 (terlampir) menunjukkan VIF 1,138 (<10) dan nilai Tolerance 0,879 (>0,1), yang berarti tidak Terdapat multikolinearitas antar variabel yang diteliti yaitu efikasi diri dan intelegensi (IQ).

Berdasarkan uji normalitas, uji multikolineritas dan uji linieritas yang telah dilakukan maka dapat dikatakan data dalam penelitian ini berdistribusi normal, linear dan tidak terdapat multikolineritas sehingga dapat dilanjutkan untuk dilakukan analisis regresi berganda.

Uji Hipotesis

Analisis berganda digunakan untuk menunjukkan arah hubungan antar variabel tergantung dan variabel bebas (Ghozali, 2016). Hasil uji regresi berganda dapat digunakan untuk melihat besar peran dari efikasi diri dan intelegensi terhadap prestasi belajar.

Besar peran dari kedua variabel dalam penelitian menunjukkan nilai R sebesar 0.352 dan nilai koefisien determinari (R Square) sebesar 0.124.

Hasil uji regresi berganda pada tabel 5 (terlampir) menunjukkan F hitung sebesar 10.759 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa efikasi diri dan intelegensi secara bersamasama berperan terhadap prestasi akademik pada mahasiswa di universitas XYZ.

Selain itu dapat dilihat nilai unstandardized coefficients B pada variabel efikasi diri lebih tinggi dibandingkan pada variabel intelegensi (IQ) yaitu (0,026>0,008). Hal ini menunjukkan bahwa efikasi diri lebih berperan besar dalam prestasi akademik dibandingkan intelegensi dalam penelitian ini dilihat dari skor IQ. Nilai t sebesar 3,263 dan nilai signifikansi sebesar 0.000 (p>0,05) pada variabel efikasi diri menunjukkan bahwa efikasi diri berperan terhadap prestasi belajar. Nilai t sebesar 2,373 dan nilai signifikansi sebesar 0,019 (p>0,05) pada variabel intelegensi menunjukkan bahwa intelegensi (skor IQ) tidak dapat berperan secara mandiri terhadap prestasi belajar.

Berikut ini merupakan persamaan regresi berganda yang diperoleh dalam penelitian ini,

Y =1.025 + 0.026 (X1) + 0.008 (X2) Keterangan:

  • Y= Prestasi belajar (IPK)

  • X1: Efikasi diri

X2: Intelegensi (IQ)

  • a.    Konstanta 1,025 menunjukkan jika tidak ada penambahan atau peningkatan pada efikasi diri dan IQ maka IPK yang dimiliki sebesar 1,025

  • b.    Koefisien regresi X1 sebesar 0,026 mengindikasikan bahwa setiap penambahan satuan nilai pada variabel efikasi diri maka akan meningkatkan IPK sebesar 0,026.

  • c.    Koefisien regresi X2 sebesar 0,008 mengindikasikan bahwa setiap penambahan satuan nilai pada variabel IQ, maka akan meningkatkan IPK sebesar 0,008

Analisis Lanjutan

Peneliti juga melakukan analisa tambahan yaitu melakukan uji korelasi efikasi diri dan IQ terhadap IPK setiap semester pada tabel 8 (terlampir). Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka didapatkan hasil penelitian sebagai berikut, bahwa efikasi diri memiliki hubungan yang signifikan dengan Indeks Prestasi Semester (IPS) mahasiswa setiap semester. Berikut ini adalah korelasi antara efikasi diri dengan Indeks Prestasi Semester Satu

(IPS1) sebesar r=.230; p =.000 (p<0.1), korelasi antara efikasi diri dengan Indeks Prestasi Semester Dua (IPS2) sebesar r=298; p =.000 (p<0.1). Korelasi antara efikasi diri dengan Indeks Prestasi Semester Tiga (IPS3) sebesar r=263; p =.000 (p<0.1), korelasi antara efikasi diri dengan Indeks Prestasi Semester Empat (IPS4) sebesar r=329; p =.000 (p<0.1), korelasi antara efikasi diri dengan Indeks Prestasi Semester Lima (IPS5) sebesar r=323; p =.000 (p<0.1). Begitu pula IQ memiliki korelasi yang signifikan dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) pada tahun pertama yaitu semester satu (r= .313; p =.000 (p<0.1), semester dua r=.280 ; p =.000 (p<0.1) dan semester tiga r=.186 ; p =.000 (p<0.1). Sedangkan pada semester empat, lima dan enam IQ memiliki korelasi yang lebih kecil dibandingkan tiga semester awal.

PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan, hasil analisis dengan menggunakan teknik regresi berganda menghasilkan adanya pengaruh efikasi diri dan intelegensi pada prestasi mahasiswa sebesar 12,9%. Hal ini dpat dilihat dari koefisien R sebesar 0, 352 serta nilai F hitung sebesar 10,759. Selain itu dilihat dari nilai koefisien beta unstandarisasi 0,026 dan nilai koefisien beta unstandarisasi intelegensi sebesar 0,008. Hal ini menunjukkan bahwa koefisien beta unstandarisasi efikasi diri lebih besar dibandingan intelegensi, sehingga dapat dinyatakan bahwa peran efikasi diri lebih besar dibandingkan dengan intelegensi (skor IQ). Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya bahwa adanya hubungan antara efikasi diri seseorang berkaitan dengan prestasi belajar seseorang, dimana efikasi diri dipengaruhi adanya pengalaman sebelumnya terkait kapasitas seseorang dalam menyelesaikan masalah (Majidifar, 2016). Kemampuan penyelesaian masalah ini didukung kemampuan kognitif dalam hal ini dapat di ukur dari hasil IQ seseorang (Rohde & Thompson, 2007; Jurecska et al., 2011; Ruffing, et al., 2015). Selaian itu, penting untuk memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam bidang akademik, seperti efikasi diri seseorang untuk dapat menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya (Wilcox & Nordstokke, 2019). Penelitian ini menunjukkan adanya peran IQ dan efikasi diri mendukung mahasiswa untuk memperoleh IPK setiap semesternya sebesar 12,9%, sedangkan 87.1% dipengaruhi faktor-faktor lainnya.

Meski sumbangsih keduanya relatif kecil dibandingkan faktor-faktor lainnya, berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan efikasi diri dan skor IQ dengan IPK

mahasiswa terutama pada awal-awal semester. Hal ini menunjukkan bahwa dibutuhkan kemampuan kognitif dan keyakinan diri dalam bidang akademis sehingga dapat memperoleh hasil belajar yang baik. Prestasi belajar dalam penelitian ini dilihat dari indeks prestasi mahasiswa setiap semester ataupun secara kumulatif, atau biasanya disebut IPK. Intelegensi dapat didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan adaptasi seseorang (Santrock, 2018). Sebagai mahasiswa tentu membutuhkan kemampuan kognitif untuk memecahkan masalah terutama pada awal-awal semester. Adanya kemampuan kognitif yang baik membantu mahasiswa untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas di perguruan tinggi.

Tingkat efikasi diri yang dimiliki oleh mahasiswa memiliki korelasi dengan perolehan IPK mahasiswa setiap semesternya. Semakin tinggi tingkat keyakinan mahasiswa dalam menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya di bidang akademik, maka semakin ia memandang tugas sebagai tantangan dan bukan ancaman, sehingga mereka akan berusaha menyelesaikannya (Filippou, 2019). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian ini, dimana semakin tinggi tingkat efikasi diri mahasiswa, semakin besar usaha yang dikeluarkan untuk menyelesaikan tugasnya. Adanya usaha dan tugas yang diselesaikan tentu akan berdampak pada hasil belajar dan dapat dilihat dari perolehan nilai yang cenderung meningkat. Penelitian ini juga mendapatkan hasil bahwa efikasi diri memiliki korelasi yang lebih kuat secara signifikan terhadap IPK dibandingkan Intelegensi, dimana hanya menunjukkan korelasi pada tahun pertama, yaitu semester satu, semester dua dan semester akselerasi (semester pendek).

Gore, Leuwerke dan Turley (dalam Filippou, 2019) menyoroti pentingnya efikasi diri di perguruan tinggi yang berkaitan dalam keterlibatan mahasiswa secara akademik yang meliputi partisipasi, interaksi, serta kehadiran mahasiswa di kelas. Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa siswa dengan efikasi diri yang tinggi membuat mereka bekerja lebih keras, mengejar tujuan yang lebih menantang, dan lebih gigih ketika mereka menghadapi kesulitan. Selain itu, mahasiswa yang memiliki efikasi diri yang tinggi dapat lebih baik dalam manajemen waktu dan regulasi diri dalam bidang akademik. Terlebih lagi, individu yang memiliki efikasi diri yang tinggi juga memandang kesulitan sebagai tantangan dibandingkan sebagai ancaman alhasil, mereka memiliki harapan yang tinggi dan mendapatkan hasil yang lebih baik (Wilcox & Nordstokke, 2019). Namun demikian, efikasi diri bukanlah faktor tunggal penentu keberhasilan seseorang dalam meraih

prestasi akademik. Hal ini terbukti dari penelitian lain yang menunjukkan adanya faktor lain yang berperan lebih signifikan dalam memprediksi hasil performa belajar, yaitu self-regulated learning (Fernandez-Rio et al., 2017).

Di sisi lain, kemampuan meregulasi diri membutuhkan kemampuan berpikir yang baik untuk masa depan individu, yang berarti kemampuan tersebut tidak terlepas dari peranan kemampuan kognitif yang harus dimiliki individu. Sejalan dengan penelitian Roth et al., (2015) yang menunjukkan adanya korelasi positif antara nilai IPK dengan IQ, hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa kemampuan intelegensi terbukti memiliki korelasi yang positif terhadap prestasi mahasiswa di tahun pertama mereka. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan kognitif seseorang diperlukan, namun bukan menjadi faktor tunggal keberhasilan mereka. Kemampuan kognitif mereka juga belum tentu digunakan untuk meregulasi diri mereka dalam belajar karena mereka harus juga memiliki kedisiplinan dalam mengatur waktu (Palos et al., 2019). Self-regulated learning dalam beberapa penelitian diprediksi memengaruhi hasil belajar dan dalam prosesnya pencapaiannya tergantung dari individu itu sendiri (Wilcox & Nordstokke, 2019). Al-Zoubi dan Younes (2015) juga mencatat bahwa IQ tidak termasuk penyebab prestasi belajar yang buruk, melainkan disebabkan oleh kurangnya perencanaan, alasan medis dan psikologis, kecemasan dan kurangnya motivasi untuk menggapai keberhasilan. Hal ini menandakan bahwa sikap pelajar memegang peranan yang lebih penting dibandingkan tingkat kecerdasan (Wilcox & Nordstokke, 2019).

Intelegensi ternyata juga memiliki hubungan dengan kepemimpinan. Hal ini didukung oleh cognitive source theory yang memiliki relevansi dengan inteligensi serta kepemimpinan (Judge, Colbert, & Ilies, 2004). Teori ini menyatakan bahwa pada umumnya, ketika pemimpin berada pada tekanan stres, kemampuan intelektual mereka akan teralihkan (Judge, Colbert, & Ilies, 2004). Dengan kata lain, mereka akan lebih fokus pada kekhawatiran akan terjadinya kegagalan, penurunan efikasi diri dan kecemasan (Fiedler, 1986 dalam Judge, Colbert, & Ilies, 2004). Hal ini mendukung hasil penelitian ini bahwa terdapat korelasi antara intelegensi dengan IPK tahun pertama secara signifikan namun tidak di semester-semester berikutnya. Hal ini dapat dipahami bahwa semakin bertambahnya semester, semakin sulit dan menantang mata kuliah yang mereka pelajari dan adanya berbagai tugas yang menuntut berbagai ketrampilan, seperti ketrampilan sosial agar

dapat bekerja dalam kelompok. Beberapa kesulitan dalam melakukan adaptasi di tahun pertama membuat kegagalan yang kemudian berpengaruh juga pada efikasi diri mahasiswa dalam menghadapi semester selanjutnya. Karena salah satu yang memengaruhi efikasi diri adalah pengalaman mereka sebelumnya sehingga mereka cenderung akan mengalihkan fokus pada kekhawatiran terjadinya kegagalan. Hal ini tentu dapat memengaruhi proses belajarnya menjadi kurang maksimal dan cenderung lebih realistis (Wilcox & Nordstokke, 2019). Setelah tahun pertama, mahasiswa tentu akan lebih realistis dan cenderung menetapkan tujuan berdasarkan hasil yang telah di peroleh sebelumnya (Fernandez-Rio et al., 2017).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, hasil menunjukkan bahwa efikasi diri dan IQ berperan memengaruhi IPK yang diperoleh mahasiswa, terutama pada tahun pertama. Adanya keyakinan dalam diri mendorong individu dalam mempersiapkan ujian atau mengerjakan tugas kuliah sebaik mungkin, sehingga menghasilkan nilai prestasi semester yang baik. Berdasarkan penelitian sebelumnya, adanya efikasi diri yang tinggi dapat menurunkan kecemasan pada saat mengerjakan ujian sehingga performa dapat lebih baik (McWilliams, 2015; Watson & Watson, 2016; Wilcox & Nordstokke, 2019). Berdasarkan penelitian, IQ mahasiswa memiliki korelasi signifikan dengan IPK mahasiswa tahun pertama. Hal ini menjelaskan bahwa kemampuan secara kognitif tetap dibutuhkan untuk menghadapi kesulitan-kesulitan akademis pada tahun pertama, sedangkan untuk semester-semester berikutnya, terdapat faktor-faktor lainnya yang berperan penting untuk meraih IPK yang tinggi. Semakin tinggi tingkat perkuliahan dimungkinkan sudah memiliki pengalaman-pengalaman sebelumnya yang akhirnya memengaruhi efikasi diri. Karena salah satu faktor yang memengaruhi tinggi rendahnya efikasi diri adalah pengalaman keberhasilan sebelumnya. Jika di semester awal memiliki efikasi diri yang baik namun mengalami kegagalan dalam menyelesaikan tugas, hal ini cenderung dapat menurunkan efikasi diri dalam menyelesaikan tugas yang lebih sulit atau di semester berikutnya (Wilcox & Nordstokke, 2019).

Saran secara teoritis untuk penelitian selanjutnya, diharapkan peneliti mempertimbangkan alat ukur intelligensi yang juga mengukur kemampuan verbal karena dalam penelitian ini hanya menggunakan alat ukur CFIT yang berupa tes figural. Selain itu, sampel penelitian ini masih terbatas sehingga ke depan mungkin dapat lebih banyak.

Saran praktis, khususnya para pendidik di universitas penting untuk melakukan pelatihan efikasi diri pada mahasiswa tahun pertama sehingga mahasiswa dapat terus meningkatkan efikasi dirinya di semester selanjutnya. Selain itu, pihak universitas sebaiknya menyelenggarakan seleksi penerimaan mahasiswa jika menerapkan sistem semester akselerasi atau tiga semester dalam satu tahun. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan mahasiswa yang berkualitas dan mampu menjalani perkuliahan sesuai dengan sistem atau aturan yang berlaku tersebut. Dengan pertimbangan bahwa kemampuan kognitif seseorang membantu individu melakukan adaptasi pada tahun pertama dalam mengikuti perkuliahan dan juga memengaruhi hasil belajar mahasiswa tersebut. Adapun keterbatasan dalam penelitian ini yaitu bahwa efikasi diri merupakan keyakinan pada hal yang spesifik maka penting untuk penelitian selanjutnya perlu mempertimbangkan variasi fakultas, tempat penelitian dan asal subyek yang mungkin mempengaruhi tingkat keyakinan individu pada dirinya dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Hal ini juga dapat menjelaskan bahwa adanya perbedaan tempat penelitian artinya terdapat perbedaan sistem perkuliahan dan tuntutan lingkungan sosial sehingga dapat memengaruhi perbedaan tingkat efikasi diri seseorang dalam bidang akademik. Demikian pula, asal daerah dapat menyebabkan perbedaan antara pola belajar mahasiswa di sekolah dan di perkuliahan.

DAFTAR PUSTAKA

Abadikhah, S., Aliyan, Z., & Talebi, S. H. (2018). EFL students ’ attitudes towards self-regulated learning strategies in academic writing. 28(1), 1–17.

Agustiani, H., Cahyad, S., & Musa, M. (2016). Self

efficacy and self-regulated learning as predictors of students academic performance. The Open Psychology       Journal,       9(1),       1–6.

https://doi.org/10.2174/1874350101609010001

Al-Zoubi, S. M. & Younes, M. A. B. (2015). Low academic achievement: Causes and results. Theory and Practice in Language Studies, 5 (11), 22622268.

Bandura, A. (1977). Self-efficacy: Toward a unifying theory of behavioral change. Psychological Reviews, 84(2), 191-215.

Fernandez-Rio, J., Cecchini, J. A., Méndez-Gimenez, A., Mendez-Alonso, D., & Prieto, J. A. (2017). Selfregulation, cooperative learning, and academic selfefficacy: Interactions to prevent school failure. Frontiers     in     Psychology,     8,     1–10.

https://doi.org/10.3389/fpsyg.2017.00022

Filippou, K. (2019). Students ’ academic self-efficacy in International Master ’ s Degree Programs in Finnish Universities. 31(1), 86–95.

Girli, A & Qzturk, H. (2017). Metacognitive reading strategies in learning disability: Relations between usage level, academic self-efficacy and self-concept. International Electronic Journal of Elementary Education. 10. DOI: 10.26822/iejee.2017131890

Jensen, M. (2015). Personality traits, learning and academic achievements. Journal of Education and Learning, 4(4), 91. doi:10.5539/jel.v4n4p91

Judge, T. A., Colbert, A. E., & Ilies, R. (2004). Intelligence and leadership: A quantitative review and test of theoretical propositions. Journal of Applied Psychology, 89(3),  542-552.  doi:10.1037/0021-

9010.89.3.542

Jurecska, D. E. S., Lee, C. E., Chang, K. B. T., & Sequeira, E. (2011). I am smart, therefore i can: Examining the relationship between IQ and self-efficacy across cultures. International Journal of Adolescent Medicine and Health,    23(3),    209–216.

https://doi.org/10.1515/IJAMH.2011.046

Kaplan, R.M. & Saccuzzo, D.P. (2009) Psychological testing principles, applications, and issues (7th edition). Wadsworth.

Lee, P. C., & Mao, Z. (2016). The relation among selfefficacy, learning approaches, and academic performance: An exploratory study. Journal of Teaching in Travel and Tourism, 16(3), 178–194. https://doi.org/10.1080/15313220.2015.1136581

Lidiawati, K. . (2016). Peran pelatihan strategi “SMART” dalam meningkatkan Self-Regulated Learning (SRL) pada siswa SMP. Jurnal Ulayat, 3(2), 158–168.

https://doi.org/10.24854/jpu22016-69

King, L. A. (2014). The science of Psychology (3th edition). McGraw-Hill.

Majidifar, S. (2016). The Relationship among test anxiety, self-efficacy, and writing performance among Iranian Intermediate EFL Learners. International Journal of Language and Linguistics, 3(6), 323. https://doi.org/10.11648/j.ijll.20150306.11

McWilliams, E. C. (2015). Self-efficacy, implicit theory of intelligence, goal orientation and the ninth grade experience. ProQuest Dissertations and Theses, 104. Retrieved                                  from

https://search.proquest.com/docview/1656489762?ac countid=29018%250Ahttp://pqdd.sinica.edu.tw/twda oapp/servlet/advanced?query=3682019%250Ahttp:// lbdiscover.ust.hk/uresolver?url_ver=Z39.88-2004&rft_val_fmt=info:ofi/fmt:kev:mtx:dissertation &genre=dissertations+%25

Ormrod, J.E. (2008). Educational psychology (6th edition). Pearson Prentice Hall

Papalia, D.E & Martorell, G. (2015). Experience human development. McGraw-Hill

Palos, R., Magurean, S., & Petrovici, M. C. (2019). Selfregulated learning and academic performance – the mediating role of students’ achievement goals. Revista de Cercetare Si Interventie Sociala, 67, 234– 249. https://doi.org/10.33788/rcis.67.15

Plotnik, R. & Kouyoumdjian, H. (2014). Introduction to psychology. Thomson.

Ruffing, S., Wach, F.-S., Spinath, F. M., Brünken, R., & Karbach, J. (2015). Learning strategies and general cognitive ability as predictors of gender- specific

academic achievement. Frontiers in Psychology, 6. doi:10.3389/fpsyg.2015.01238

Rugutt, J. K., & Chemosit, C. C. (2005). A study of factors that influence college academic achievement: A structural equation modeling approach. Journal of Educational Research & Policy Studies, 5(1), 6690.

Rohde, T. E., & Thompson, L. A. (2007). Predicting

academic achievement with cognitive ability. Intelligence,               35(1),               83–

92. doi:10.1016/j.intell.2006.05.004

Rogelberg, S. G. (2017). Self-efficacy. The SAGE Encyclopedia of Industrial and Organizational Psychology,     2nd    Edition,    4,    71–81.

https://doi.org/10.4135/9781483386874.n481

Roth, B., Becker, N., Romeyke, S., Schäfer, S., Domnick, F., & Spinath, F. M. (2015). Intelligence and school grades: A meta-analysis. Intelligence, 53,  118–

137. doi:10.1016/j.intell.2015.09.002

Sagone, E., & Caroli, M. E. D. (2013). Relationships between resilience, self-efficacy, and thinking styles in italian middle adolescents. Procedia Social and Behavioral Sciences, 838- 845

Santrock, John. W. (2018). Educational psychology (6th edition). McGraw-Hill.

Watson, J. C., & Watson, A. A. (2016). Coping selfefficacy and academic stress among Hispanic first-year college students: The moderating role of emotional intelligence. Journal of College Counseling,            19(3),            218–230.

https://doi.org/10.1002/jocc.12045

Wilcox, G., & Nordstokke, D. (2019). Predictors of

university student satisfaction with life, academic self-efficacy, and achievement in the first year. Canadian Journal of Higher Education, 49(1), 104– 124. https://doi.org/10.7202/1060826ar

Wright, J. D. (2015). International encyclopedia of the social & behavioral sciences (2nd edition). Elsevier.

Yekovich, F. R. (1994). Current issues in research on intelligence. Practical Assessment, Research and Evaluation, 4(4), 1-3.

Zimmerman, B. J. (2000). Self-efficacy: An essential motive to learn. Contemporary Educational Psychology, 25, 82 – 91.

LAMPIRAN

Tabel 1

Deskripsi pata penelitian

Variabel penelitian

N

Mean teoritis

Mean

Empiris

Standart

Deviasi Teoritis

Standart

Deviasi

Empiris

Sebaran

Teoritis

Sebaran

Empiris

t

Efikasi diri

155

26

36,89

6,5

5.12

13-65

25-51

3,263

Intelegensi (IQ)

155

90-100

117

45

12,531

90-100

81-149

2,373

Prestasi belajar (IPK)

155

2.00

2,89

0,85

0,524

0- 4

1,7-3,8

3,127

Tabel 2

Hasil uji normalitas

Variabel

Kolmogorov-Smirnov

Sig

Kesimpulan

Efikasi diri

0,240

0,200

Data Normal

Intelegensi (IQ)

0,171

0,200

Data Normal

Prestasi belajar (IPK)

0,245

0,200

Data Normal

Tabel 3

Hasil uji linieritas

Variabel

Linieritas

Deviation from linearity

Kesimpulan

Efikasi diri*prestasi akademik

0,001

0.256

Data linear

Intelegensi*prestasi akademik

0,019

0,186

Data linear

Tabel 4

Hasil uji multikolinearitas

Variabel

Tolerance

VIF

Kesimpulan

Efikasi diri

0,879

1,138

Tidak terjadi multikolinearitas

Intelegensi

0,879

1,138

Tidak terjadi multikolinearitas

Tabel 5

Hasil uji regresi berganda

Sum of squares

Df

Mean Square

F

Sig.

Regression

5,278

2

2,639

10,759

0,000

Residual

37,281

153

0,245

Tabel 6

Besaran sumbangan variabel bebas terhadap tergantung

R

R Square

Adjusted R Square

Std Error of the Estimate

0,352

0,124

0,112

0,495

Tabel 7

Hasil uji hipotesis minor dan garis regresi linear berganda

Variablel

Unstandardized cofficiensts        Standardized   T                 Sig.

coefficients

B                  Std.Error          Beta

(Constant) Total SE

IQ

1,025               0,424                              2.418            0,017

0,026               0,008              0,256          3.263            0,001

0,008               0,003              0,186          2,373            0,019

Tabel 8

Uji korelasi self-efficacy dengan indek prestasi setiap semester

IPS1

IPS2

IPS3

IPS4

IPS5

IPS6

IPK

IQ

self-efficacy

.230**

.298**

.263**

.329**

.323**

.250**

.325**

251**

IQ

.313**

.280**

.186**

.025

.003

-.107

.059

** significant (p<0,05)

120