Jurnal Psikologi Udayana

Edisi Khusus Kesehatan Mental dan Budaya I, 196-206


Program Studi Sarjana Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana e-ISSN: 26544024; p-ISSN: 2354 5607

Hubungan internal locus of control dan kecerdasan emosional terhadap perilaku prososial remaja di Kota Denpasar

Putu Maha Putri Sarasdewi dan Putu Nugrahaeni Widiasavitri

Program Studi Sarjana Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana putunugrahaeni.w@gmail.com

Abstrak

Perilaku prososial merupakan suatu bentuk perilaku yang memberikan keuntungan bagi individu lain baik dari segi materi, fisik dan psikologis, yang dilakukan berdasarkan inisiatif sendiri tanpa ada motif tertentu. Penelitian ini didasari oleh fenomena-fenomena di Kota Denpasar terkait menurunnya perilaku prososial, terdapat kasus-kasus yang menunjukkan rendahnya perilaku prososial pada remaja di Kota Denpasar sehingga penelitian ini relevan untuk dilakukan. Perilaku prososial dapat berkembang karena adanya faktor personal salah satunya adalah internal locus of control di samping faktor personal perilaku prososial juga dipengaruhi oleh kemampuan individu untuk mengenali, memotivasi, dan mengelola emosi pada diri sendiri maupun orang lain. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan internal locus of control dan kecerdasan emosional terhadap perilaku prososial pada remaja. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan subjek remaja berusia 12-21 tahun yang sedang menempuh pendidikan di Kota Denpasar berjumlah 123 orang, yang dipilih dengan menggunakan cluster random sampling. Instrumen dalam penelitian ini terdiri dari skala internal locus of control, skala kecerdasan emosional, dan skala perilaku prososial. Metode analisis data menggunakan teknik multiple regression, dengan hasil menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara internal locus of control dan kecerdasan emosional terhadap perilaku prososial remaja di Kota Denpasar, yang berarti semakin tinggi tingkat internal locus of control dan kecerdasan emosional maka semakin tinggi tingkat prososial.

Kata kunci : Internal locus of control, kecerdasan emosional, perilaku prososial, remaja.

Abstract

Prosocial behaviour is the form of behaviour that benefit others in the sense of material, physical and psychological, which is done on its own initiative without any specific motives. This study based by phenomena in Denpasar related to decline of prosocial behaviour, there are cases that show the low prosocial behaviour in adoloscent in Denpasar so that this research is relevant to do. Prosocial behaviour grows due to personal factors, that is internal locus of control, other than personal factors, prosocial behaviour is impacted by the ability to recognize, motivate and regulate emotions in oneself and others. The aim of this research is to discover the correlation between internal locus of control and emotional intelligence toward prosocial behaviour in adolescent. Subjects of the research are 123 adolescents within age range of 12-21 years old, currently studing in Denpasar. Denpasar is chosen based on cluster random sampling method. The instruments utilized in the research are internal locus of control scale, emotional intelligence scale and prosocial behaviour scale. The data was analyzed by multiple regression technique, the results showed that there is a positive correlation between internal locus of control and emotional intelligence toward prosocial behaviour of adolescent in Denpasar, which means that the higher the level internal locus of control and emotional intelligence, the higher the prosocial behaviour level.

Keyword : Adolescent, emotional intelligence, internal locus of control, prosocial behaviour.

LATAR BELAKANG

Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak terlepas dari kehidupan berkelompok, individu dalam kehidupannya selalu berinteraksi dengan individu lainnya. Individu juga tidak terlepas dari bantuan individu lain, individu dalam memberikan bantuan perlu menumbuhkan rasa tulus ikhlas tanpa mengharapkan imbalan, hal tersebut disebut sebagai perilaku prososial. Perilaku prososial merupakan tindakan menolong yang memberi manfaat kepada orang lain tanpa harus memberikan timbal balik atau keuntungan untuk orang yang menolong (Baron & Byrne, 2003).

Eisenberg dan Mussen (dalam Dayakisni & Hudaniah, 2009) menyebutkan perilaku prososial adalah segala bentuk perilaku yang memberikan konsekuensi positif bagi penerima, baik dalam bentuk materi, fisik ataupun psikologis tetapi tidak memiliki keuntungan yang jelas bagi orang yang memberi pertolongan, perilaku prososial mencakup berbagi, kerjasama, menyumbang, menolong, kejujuran, berderma dan mempertimbangkan hak dan kesejahteraan orang lain.

Saat ini modernisasi dan globalisasi yang muncul memberikan pengaruh besar dalam kehidupan individu, salah satu dampak dari modernisasi dan globalisasi adalah pergeseran pola interaksi antar individu dan perununan nilai-nilai dalam kehidupan rmasyarakat. Beberapa fakta yang ditemukan menunjukkan bahwa semakin lunturnya perilaku prososial dalam kehidupan masyarakat seperti tolong menolong, solidaritas sosial, kesejahteraan, kepedulian terhadap individu lain dan interaksi antar individu menjadi bertambah longgar dan kontak sosial yang terjadi semakin rendah kualitas dan kuantitasnya.

Hal ini juga terjadi pada remaja. Remaja merupakan kelompok yang sedang menuju proses pematangan, salah satunya adalah proses dalam kehidupan sosial. Monk (2014) membagi masa remaja menjadi remaja awal, remaja pertengahan dan remaja akhir. Pada remaja awal usianya berkisar dari 12-15 tahun, remaja pertengahan usia 15-18 tahun dan pada remaja akhir usianya rentang 18-21 tahun.

Agustiani (2009) menyatakan bahwa pada masa remaja dituntut untuk menampilkan tingkah laku

yang dianggap sesuai dalam lingkup masyarakat. Hamidah (2002) mengungkapkan bahwa saat ini remaja cenderung egois dan bertindak untuk memperoleh imbalan, sikap individualitas akan berpengaruh terhadap perilaku prososial. Contohnya dapat dilihat di kota-kota besar remaja menjadi acuh tak acuh pada lingkungan sekitar sehingga nilai kesetiakawanan dan tolong-menolong mengalami penurunan dan sikap individualis pada remaja menjadi meningkat (Sarwono & Meinarno, 2009).

Peneliti memilih Kota Denpasar sebagai tempat penelitian karena melihat fenomena terkait dengan perubahan gaya hidup remaja yang lebih mementingkan kepentingan pribadi dibanding kepentingan individu lain. Gaya hidup remaja dipengaruhi oleh perkembangan teknologi dan perkembangan trend sehingga gaya hidup remaja cenderung mengarah ke perilaku konsumtif dan hedonis.

Peneliti menemukan berita bahwa terdapat remaja di Kota Denpasar yang melakukan perundungan kepada teman satu sekolah yang berakhir pembunuhan (Sindonews, 2015). Hal ini didukung oleh fenomena rendahnya tat twam asi di Bali, tat twam asi merupakan ajaran moral agama Hindu yang berarti aku adalah kamu dan kamu adalah aku, saat ini tat twam asi di Bali sudah menipis hal tersebut dapat dilihat dari sikap acuh tak acuh individu pada lingkungan (Tribun Bali, 2018).

Peneliti melakukan studi pendahuluan dengan remaja yang di Kota Denpasar, peneliti melakukan wawancara dengan LN. LN menyatakan bahwa perilaku prososial penting, namun LN belum bisa menerapkannya dalam kehidupannya. LN pernah menolak ajakan teman untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan amal bagi tuna wisma karena LN merasa tidak terlalu peduli dengan kehidupan individu di luar (Sarasdewi, 2018)

Penelitian yang dilakukan oleh Hamidah (2002) di tujuh daerah di Jawa Timur yang menunjukkan adanya indikasi penurunan kepedulian sosial dan kepekaan terhadap individu lain banyak terjadi pada remaja yang nampak lebih mementingkan diri sendiri dan keberhasilan sendiri tanpa mempertimbangkan keadaan orang lain di sekitar. Hal ini menyebabkan remaja menjadi semakin individualis dan perilaku prososial semakin menurun (Agustiani, 2009).

Terdapat faktor yang memengaruhi perilaku prososial, salah satunya adalah internal locus of control (Zanden, 1988). Internal locus of control didefinisikan sebagai salah satu faktor kepribadian yang berpengaruh terhadap perilaku prososial. Internal locus of control berperan dalam menentukan individu mengambil keputusan. Tanggung jawab pribadi dan keberanian dalam mengambil keputusan memengaruhi individu untuk melakukan perilaku prososial (Sumijah,2015).

Phares (dalam Schunk, 2012) meyakini bahwa individu yang memiliki internal locus of control akan cenderung memiliki jiwa sosial yang tinggi sehingga individu akan mengembangkan berbagai perilaku yang berkaitan dengan perilaku prososial. Faktor lain yang berhubungan dengan perilaku prososial yaitu kecerdasan emosional.

Baron (dalam Sarwono, 2009) menyatakan bahwa emosi dapat memengaruhi individu dalam memberikan pertolongan. Emosi positif akan meningkatkan kecenderungan individu dalam memberikan pertolongan. Individu yang memiliki kecerdasan emosional akan mampu menglola dalam keadaan positif yang memungkinkan individu dalam menyediakan pertolongan sehingga individu yang memiliki kecerdasan emosional akan cenderung lebih menampilkan perilaku prososial.

Thorndike (dalam Goleman, 2001) menyatakan bahwa individu dengan kecerdasan emosional tinggi akan memiliki kemampuan untuk dapat memahami perasaan individu lain dan menjalani hubungan yang seimbang dengan individu lain di dalam kehidupan sosial.

Berdasarkan uraian diatas, terlihat bahwa internal locus of control dan kecerdasan emosional berhubungan terhadap perilaku prososial remaja. Berkaitan dengan hal tersebut, melalui penelitian ini peneliti ingin mengetahui dan mengkaji terkait dengan bagaimana hubungan antara faktor internal yang ada dalam diri terhadap perilaku prososial remaja di Kota Denpasar dengan penelitian berjudul “hubungan internal locus of control dan kecerdasan emosional terhadap perilaku prososial remaja di Kota Denpasar”.

METODE PENELITIAN

Variabel dan Definisi Operasional

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dari variabel bebas dan variabel terikat. Terdapat dua variabel bebas yaitu internal locus of control dan kecerdasan emosional sedangkan variabel terikat adalah perilaku prososial.

Internal locus of control

Internal locus of control adalah tingkat keyakinan individu bahwa segala hal yang terjadi karena diri sendiri, individu bertanggung jawab dan memiliki kontrol terhadap diri sendiri.

Kecerdasan emosional

Kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengenali perasaan sendiri dan perasaan orang lain, memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri maupun orang lain sehingga berguna untuk memberikan keputusan yang terbaik.

Perilaku prososial

Perilaku prososial merupakan suatu bentuk perilaku yang dilakukan berdasarkan inisiatif individu untuk dapat memberikan manfaat bagi orang yang lain baik dari segi materi, fisik dan psikologis, yang dilakukan secara tulus ikhlas tanpa adanya motif bagi penolong sehingga berdampak pada kesejahteraan individu.

Responden

Populasi dalam penelitian ini merupakan remaja yang sedang menempuh pendidikan di Kota Denpasar berusia 12-21 tahun.

Teknik yang digunakan dalam mengambil data penelitian adalah dengan menggunakan rumus Field (2002) sehingga didapatkan subjek sejumlah 123. Peneliti menyebarkan 130 skala penelitian namun 7 skala tidak terisi dengan lengkap sehingga didapatkan subjek penelitian sejumlah 123 subjek.

Tempat Penelitian

Penelitian dilaksakaan mulai tanggal 18 Januari 2019 sampai dengan 23 Januari 2019 bertempat di 3 sekolah di Kota Denpasar Barat.

Alat Ukur

Alat ukur penelitian menggunakan tiga skala yaitu skala perilaku prososial, skala internal locus of control dan skala kecerdasan emosional. Skala

perilaku prososial dibuat berdasarkan aspek yang disusun oleh Einsberg dan Mussen (1989) yang dikembangkan oleh Dayakisni dan Hudaniah (2009) yang dibuat oleh peneliti. Skala internal locus of control merupakan adaptasi skala dari Idelia (2018). Skala kecerdasan emosional merupakan modifikasi skala yang disusun oleh Rustika (2014). Skala perilaku prososial, skala internal locus of control dan skala kecerdasan emosional menggunakan skala likert yang menggunakan empat pilihan jawaban, yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS).

Validitas berasal dari kata validity yang berarti ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukuran dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu instrumen dikatakan mempunyai validitas tinggi apabila instrumen tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang tepat dan akurat sesuai dengan maksud dikenakannya instrument tersebut (Azwar, 2015). Pengukuran validitas terdiri dari dua hal yaitu validitas isi dan validitas kontruk. Validitas isi dalam penelitian ini menggunakan professional judgement. Uji validitas konstruk dilakukan dengan melihat koefisien korelasi aitem total (rix) sebesar 0,30 dan jika jumlah proporsi aitem tidak memenuhi setiap dimensi alat ukur, maka koefisien korelasi aitem total dapat diturunkan menjadi 0,25 (Azwar, 2012).

Reliabilitas diterjemahkan dari kata reliability. Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi adalah penelitian yang menghasilkan data reliabel. Reliabel berarti sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya (Azwar, 2015). Hasil pengujian reliabilitas dapat dilihat melalui angka koefisien alpha. Sugiyono (2016) menyebutkan bahwa alat ukur dikatakan reliabel apabila memiliki koefisien reliabilitas minimal 0,6. Hal ini berarti semakin besar koefisien reliabilitas alpha menunjukkan semakin kecil kesalahan pengukuran dan semakin reliabel alat ukur tersebut.

Uji coba alat ukur penelitian dilakukan pada tanggal 3 Januari 2019 sampai dengan 4 Januari 2019 yang bertempat di SMP N 1 Denpasar, SMA N 1 Denpasar dan Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Udayana. Skala internal locus of control tidak dilaksanakan uji coba karena skala yang akan digunakan adalah adaptasi skala internal locus of control dari penelitian sebelumnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Idelia pada tahun

2018. Angka validitas skala internal locus of control berkisar 0,316 sampai 0,678 dan reliabilitas 0,919 yang menunjukkan 91,9% variasi dari skor murni subjek.

Uji validitas dilakukan pada skala perilaku prososial yang terdiri dari 59 aitem, dan menghasilkan 33 aitem valid. Aitem-aitem yang valid memiliki koefisien korelasi aitem total berkisar antara 0,324 sampai dengan 0,713. Hasil uji reliabilitas skala perilaku prososial dengan menggunakan teknik Alpha Cronbach menunjukkan koefisien alpha adalah 0,923. Koefisien alpha 0,923 menjelaskan bahwa skala perilaku prososial mampu mencerminkan 92,3% variasi skor murni subjek.

Uji validitas dilakukan pada skala kecerdasan emosional yang terdiri dari 33 aitem dan menghasilkan 22 aitem valid. Aitem-aitem yang valid memiliki koefisien korelasi aitem total berkisar antara 0,313 sampai dengan 0,599. Hasil uji reliabilitas skala kecerdasan emosional dengan menggunakan teknik Alpha Cronbach menunjukkan koefisien alpha adalah 0,869. Koefisien alpha 0,869 menjelaskan bahwa skala kecerdasan emosional mampu mencerminkan 93,7% variasi skor murni subjek.

Teknik Analisis Data

Uji asumsi dilaksanakan sebelum melakukan uji hipotesis. Uji asumsi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah uji normalitas, uji linieritas serta uji multikolinieritas. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov, uji linearitas dilakukan dengan menggunakan uji Compare Means, dan uji multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF) dan nilai Tolerance. Ketika uji asumsi telah terpenuhi dilanjutkan dengan uji hipotesis dengan menggunakan analisis regresi berganda dengan bantuan software SPSS versi 22.

HASIL PENELITIAN

Karakteristik Subjek

Berdasarkan data hasil penelitian, subjek berjumlah 123. Subjek berjenis kelamin perempuan sejumlah

60 dan berjenis kelamin laki-laki sejumlah 63. Mayoritas subjek berusia 17 tahun.

Deskripsi Data Penelitian

Hasil deskripsi penelitian variabel internal locus of control, kecerdasan emosional dan perilaku prososial dapat dilihat pada tabel 1 (terlampir).

Hasil deskripsi statistik pada tabel menunjukkan bahwa perilaku prososial memiliki mean teoritis sebesar 82,5 dan mean empiris sebesar 105,82. Perbedaan mean empiris dan mean teoritis variabel perilaku prososial sebesar 23,32 ,dengan nilai t sebesar 25, 786 (p=0,000). Hal ini menunjukkan perbedaan yang signifikan antara mean empiris dan mean teoritis. Mean empiris yang diperoleh lebih besar dari mean teoritis (mean empiris > mean teoritis) menghasilkan sebuah kesimpulan bahwa subjek memiliki taraf perilaku prososial yang tinggi. Berdasarkan penyebaran frekuensi menghasilkan rentang skor subjek penelitian berkisar antara 76 sampai 132.

Hasil deskripsi statistik pada tabel menunjukkan bahwa internal locus of control memiliki mean teoritis sebesar 85 dan mean empiris sebesar 101,13. Perbedaan mean empiris dan mean teoritis variabel perilaku internal locus of control sebesar 16,3 dengan nilai t sebesar 19,031 (p=0,000). Hal ini menunjukkan perbedaan yang signifikan antara mean empiris dan mean teoritis. Mean empiris yang diperoleh lebih besar dari mean teoritis (mean empiris > mean teoritis) menghasilkan sebuah kesimpulan bahwa subjek memiliki taraf internal locus of control yang tinggi. Berdasarkan penyebaran frekuensi menghasilkan rentang skor subjek penelitian berkisar antara 81 sampai 121.

Hasil deskripsi statistik pada tabel menunjukkan bahwa kecerdasan emosional memiliki mean teoritis sebesar 55 dan mean empiris sebesar 64,98. Perbedaan mean empiris dan mean teoritis variabel kecerdasan emosional sebesar 9,98 dengan nilai t sebesar 15,416 (p=0,000). Hal ini menunjukkan perbedaan yang signifikan antara mean empiris dan mean teoritis. Mean empiris yang diperoleh lebih besar dari mean teoritis (mean empiris > mean teoritis) menghasilkan sebuah kesimpulan bahwa subjek memiliki taraf kecerdasan emosional yang tinggi. Berdasarkan penyebaran frekuensi menghasilkan rentang skor subjek penelitian berkisar antara 50 sampai 81.

Uji Asumsi

Uji normalitas dilakukan dengan analisis Kolmogorov Smirnov suatu sebaran data dapat dikatakan normal jika hasil p>0.05 (Santoso, 2014). Tabel 2 menunjukkan bahwa data ketiga variabel dalam penelitian berdistribusi normal. Berdasarkan hasil dari uji normalitas, menunjukkan bahwa data pada variabel perilaku prososial berdistribusi normal dengan nilai Kolmogorov-Smirnof 0,078 dan signifikansi 0,064 (p>0,05). Data pada variabel internal locus of control berdistribusi normal dengan nilai Kolmogorov-Smirnov 0,078 dan signifikansi 0,061 (p>0,05) dan data pada variabel kecerdasan emosional berdistribusi normal dengan nilai Kolmogorov-Smirnov 0,076 dan signifikansi 0,076 (p>0,05).

Berdasarkan uji linieritas pada tabel 3 (terlampir) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang linier antara variabel perilaku prososial dan variabel internal locus of control dengan signifikansi linierity sebesar 0,000 (p<0,05) menyatakan bahwa terdapat hubungan linier antara perilaku prososial dengan internal locus of control begitu juga hubungan antara perilaku prososial dengan kecerdasan emosional dengan signifikansi linierity sebesar 0,000 (p<0,05). Kesimpulan yang dapat diambil bahwa terdapat hubungan linier antara perilaku prososial dengan internal locus of control serta kecerdasan emosional.

Berdasarkan uji multikolineritas yang ditunjukkan pada tabel 4 (terlampir) menunjukkan bahwa variabel internal locus of control dan kecerdasan emosional memiliki nilai tolerance yaitu 0,769 dan nilai VIF yaitu 1,301 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas. Berdasarkan uji asumsi yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa data pada penelitian ini berdistribusi normal, memiliki hubungan yang linear, dan tidak terjadi multikolinearitas.

Uji Hipotesis

Berdasarkan uji regresi berganda pada tabel 5 (terlampir) menunjukkan koefisien regresi R yaitu 0,394 dan koefisien determinasi (R Square) yaitu 0,155 maka dapat disimpulkan internal locus of control dan kecerdasan emosional secara bersama-sama menentukan 15,5% taraf perilaku prososial,

sedangkan 84,5% ditentukan oleh variabel lain yang tidak diteliti.

Berdasarkan uji regresi berganda pada tabel 6 (terlampir) menunjukkan F hitung yaitu 11,015 dan signifikansi 0,000 (p<0,05). Model regresi dalam penelitian ini dapat digunakan untuk memprediksi perilaku prososial. Kesimpulan yang didapatkan adalah bahwa internal locus of control dan kecerdasan emosional secara bersama-sama berhubungan terhadap perilaku prososial.

Berdasarkan hasil uji regresi berganda pada tabel 7 (terlampir) menunjukkan internal locus of control memiliki koefisien beta unstandardized yaitu 0,266 nilai t yaitu 2,607 dan signifikansi 0,010 (p<0,05), sehingga internal locus of control berhubungan secara signifikan terhadap perilaku prososial. Kecerdasan emosional memiliki koefisien beta unstandardized sebesar 0,290, nilai t yaitu 2,168 dan signifikansi 0,032   (p<0,05), sehingga

kecerdasan emosional berhubungan secara signifikan terhadap perilaku prososial. Nilai koefisien beta unstandardized internal locus of control lebih kecil daripada nilai koefisien beta unstandardized kecerdasan emosional. Hal tersebut menunjukkan bahwa kecerdasan emosional memiliki hubungan lebih besar terhadap perilaku prososial dibandingkan dengan internal locus of control terhadap perilaku prososial.

Hasil uji regresi berganda pada tabel dapat memprediksi taraf perilaku prososial dari masing-masing subjek dengan melihat persamaan garis regresi sebagai berikut:

Y = 60,069 + 0,266 X1 + 0,290 X2

Keterangan:

Y = Perilaku Prososial

X1 = Internal Locus of Control

X2 = Kecerdasan Emosional

PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan internal locus of control dan kecerdasan emosional terhadap perilaku prososial remaja di Kota Denpasar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara internal locus of control dan kecerdasan emosional terhadap perilaku prososial remaja di Kota Denpasar yang berarti semakin tinggi internal locus of control dan kecerdasan emosional maka semakin

tinggi pula perilaku prososial. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan dianalisis dengan menggunakan teknik regresi berganda dapat diketahui bahwa pada pengujian hipotesis mayor pada penelitian ini diterima artinya terdapat hubungan internal locus of control dan kecerdasan emosional terhadap perilaku prososial remaja di Kota Denpasar. Hal ini dapat dilihat dari koefisien regresi yaitu 0,394, nilai F yaitu 11,015 dengan signifikansi 0,000. Koefisien determinasi pada penelitian ini memiliki nilai yaitu 0,155 maka dapat dikatakan bahwa internal locus of control dan kecerdasan emosional secara bersama-sama menentukan 15,5% taraf perilaku prososial. Dengan demikian variabel lain yang tidak diteliti menentukan 84,5% taraf perilaku prososial.

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah perilaku prososial. Hasil deskripsi statistik data penelitian menunjukan taraf perilaku prososial tergolong tinggi yaitu 51,2%. Perilaku prososial merupakan merupakan suatu bentuk perilaku yang memberikan keuntungan bagi orang yang lain baik dari segi materi, fisik dan psikologis, yang dilakukan berdasarkan inisiatif sendiri tanpa adanya motif bagi penolong.

Internal locus of control dan kecerdasan emosional secara bersama-sama memiliki hubungan dengan perilaku prososial remaja di Kota Denpasar. Berdasarkan hasil kategorisasi bahwa responden memiliki internal locus of control tinggi dengan persentase yaitu 60,2%, yang menunjukkan bahwa remaja di Kota Denpasar memiliki internal locus of control tinggi.

Baron dan Byrne (2003) menyatakan bahwa individu yang memiliki internal locus of control yang tinggi akan menerapkan perilaku prososial karena individu merasa yakin mampu mengatur hidupnya dan mengimplementasikan tanggung jawab yang dimiliki dan individu dengan internal locus of control tinggi akan memiliki motivasi tinggi untuk melakukan perilaku prososial dibanding dengan individu yang memiliki internal locus of control yang rendah.

Internal locus of control menunjukkan nilai koefisien beta unstandardized sebesar 0,266, nilai t sebesar 2,607, dan signifikansi 0,010 (p<0,05), sehingga internal locus of control berhubungan secara signifikan terhadap perilaku prososial

remaja di Kota Denpasar. Berdasarkan hal tersebut maka internal locus of control berhubungan dengan perilaku prososial remaja di Kota Denpasar.

Phares (dalam Schunk, 2012) menyatakan bahwa individu yang memiliki internal locus of control akan cenderung memiliki jiwa sosial yang tinggi, individu akan mengembangkan berbagai perilaku yang berkaitan dengan kegiatan sosial. Hal tersebut juga diungkapkan oleh Kamashanti (2008) bahwa terdapat individu yang memiliki internal locus of control akan menampilkan sikap positif dilingkungan sehingga akan mendorong individu untuk melakukan perilaku prososial.

Hall (dalam Sarwono, 2011) mengungkapkan remaja merupakan masa topan dan badai, masa penuh emosi dan terkadang emosi yang meledak-ledak, yang muncul karena adanya pertentangan nilai-nilai. Remaja yang memiliki internal locus of control akan memiliki jiwa sosial yang tinggi sehingga mendorong remaja untuk melakukan kegiatan yang bermanfaat bagi individu lain.

Ervina (2010) mengungkap bahwa internal locus of control merupakan salah satu kepribadian yang berpengaruh terhadap perilaku prososial. Internal locus of control berpengaruh terhadap keputusan individu, proses dalam pengambilan keputusan memerlukan keberanian dan tanggung jawab. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Abzani dan Leonard (2017) yang mengungkapkan ketika individu memiliki kemampuan pemecahan masalah yang baik berarti individu tersebut memiliki pengendalian diri internal yang dominan atau dengan kata lain internal locus of control yang baik.

Faktor lain yang berhubungan dengan perilaku prososial remaja di Kota Denpasar adalah kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional menunjukkan nilai koefisien beta unstandardized 0,290, nilai t yaitu 2,168 dan signifikansi 0,032 (p<0,05). Baron (dalam Sarwono, 2009) menjelaskan bahwa kecerdasan emosional juga memiliki andil dalam individu melakukan perilaku prososial. Individu yang memiliki kecerdasan emosional akan mampu mengelola emosi yang ada dalam dirinya sehingga memunculkan emosi yang positif, individu dengan emosi positif memiliki kecenderungan untuk berperilaku prososial kepada orang lain. Sejalan dengan penelitian sebelumnya

yaitu Asih dan Pratiwi (2010) menyebutkan bahwa kecerdasan emosional memengaruhi perilaku prososial individu.

Taylor (2009) menyatakan bahwa salah satu aspek kecerdasan emosional yang berperan adalah empati sehingga tercermin pada perasaan iba dan mudah tersentuh, sehingga dapat merasakan penderitaan orang lain yang berdampak pada perilaku prososial. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Asih dan Margareta (2010) yang menyatakan bahwa empati dan kecerdasan emosional memengaruhi perilaku prososial. Individu dengan kecerdasan emosional yang tinggi akan dengan mampu untuk mengenali emosi orang lain.

Berdasarkan hasil kategorisasi bahwa responden memiliki kecerdasan emosional tinggi dengan persentase sebesar 58,5%, yang menunjukkan bahwa remaja di Kota Denpasar memiliki kecerdasan emosional yang tinggi. Tingginya kecerdasan emosional pada remaja di Denpasar disebabkan oleh adanya faktor lingkungan keluarga dan lingkungan non-keluarga (Goleman, 2001), jika dikaitkan dengan lingkungan non- keluarga bahwa remaja memiliki banyak kesempatan untuk berinteraksi dalam lingkungan. Kecerdasan emosional sangat dipengaruhi oleh lingkungan, tidak bersifat menetap, dapat berubah-ubah setiap saat. Peranan lingkungan terutama orangtua pada masa kanak-kanak sangat memengaruhi dalam pembentukan kecerdasan emosional (Shapiro, 1997).

Setelah melakukan prosedur analisis data penelitian, karya tulis ini telah mencapai tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui hubungan internal locus of control dan kecerdasan emosional terhadap perilaku prososial remaja di Kota Denpasar. Tercapainya tujuan dalam penelitian ini tentunya tidak terlepas dari keterbatasan yang dimiliki peneliti diantaranya belum dilakukan uji analisis lanjutan terhadap usia dan jenis kelamin, sehingga belum diperoleh data empiris yang pasti mengenai variasi penerapan perilaku prososial berdasarkan tingkat usia dan jenis kelamin.

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis dan analisis data dari penelitian maka dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara internal locus of control dan kecerdasan

emosional terhadap perilaku prososial remaja di Kota Denpasar. Kedua, terdapat hubungan antara internal locus of terhadap perilaku prososial remaja di Kota Denpasar. Ketiga terdapat hubungan antara kecerdasan emosional terhadap perilaku prososial remaja di Kota Denpasar dan terakhir terdapat hubungan yang positif antara internal locus of control dan kecerdasan emosional terhadap perilaku prososial remaja di Kota Denpasar.

Berdasarkan kesimpulan dari penelitian ini terdapat hubungan antara internal locus of control dan kecerdasan emosional terhadap perilaku prososial remaja sehingga dapat disarankan untuk remaja agar lebih sadar terkait dengan hal lain yang berkaitan dengan lingkungan sekitar.

Peneliti dapat memberikan masukan untuk remaja agar ikut serta bertanggung jawab terhadap lingkungan sosial remaja dan mampu mempertahankan kecerdasan emosional yang tinggi sehingga dapat berperan dalam perilaku prososial. Hal ini dapat terwujud dengan cara meningkatkan rasa empati kepada lingkungan.

Peneliti dapat memberikan masukan untuk orangtua agar mengenalkan perilaku prososial sejak dini kepada anak mereka sehingga saat dewasa mereka mampu menerapkannya, selain itu disarankan orangtua untuk memberikan dukungan kepada remaja untuk dapat melakukan hal positif di lingkungannya.

Peneliti selanjutnya direkomendasikan untuk mampu menggunakan sampel yang lebih besar, agar data yang diperoleh dapat lebih baik, bervariasi dan lebih representatif. Penelitian ini juga hanya mengungkapkan perilaku prososial pada remaja di Kota Denpasar saja, diharapkan penelitian selanjutnya bisa mengungkapkan perilaku prososial pada remaja di daerah lainnya dengan cakupan yang lebih luas.

DAFTAR PUSTAKA

Abzani & Leonard. (2017). Pengaruh locus of control terhadap pemecahan masalah matematika. Jurnal Pendidikan. ISSN:   2581-0812. Tersedia:

https://jurnal.uns.ac.id/wacana /article/view/5174

Agustiani, H.   (2009).   Psikologi perkembangan

pendekatan ekologi dengan konsep diri dan penyesuaian diri pada remaja. Bandung: PT. Refika Aditama.

Asih, G.Y & Margaretha,M. (2010). Perilaku prososial ditinjau dari empati dan kematangan emosi. Jurnal Psikologi Muria Kudus. 1 (1) 33-40.

Tersedia: http://eprints.umk.ac.id/268/1/33eive

Asih & Pratiwi. (2010). Perilaku prososial ditinjau dari empati dan kematangan emosi. Jurnal Psikologi, I (1), 33-42. Kudus: Universitas Muria Kudus. Tersedia : http://eprints.umk.ac.id/268/1/33_-_42.PDF

Azwar, S. (2012). Penyusunan skala psikologi edisi 1. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azwar, S. (2015). Sikap manusia:   teori &

pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Baron, R. A & Byrne, D. (2003). Psikologi sosial (Terjemahan) edisi ke sepuluh. Jakarta : Erlangga.

Dayakisni, T & Hudaniah. (2009). Psikologi sosial. Malang: UMM Press.

Eisenberg, N & Paul. H, M.(1989). The roots of prosocial behaviour in children.

Ervina. (2010). Hubungan locus of control dengan perilaku prososial pada remaja panti asuhan. Jurnal psikologi. 1  (1)  20-27 Malang:

Universitas Muhammadiyah Malang. Tersedia: hppt/: UMM.ac.id.2088. hubungan locus of control dengan perilaku prososial pada remaja panti asuhan.

Field, A. (2009). Discovering statistic using SPSS 3rd Edition. SAGE Publication.

Goleman,D.(2001) Kecerdasan emosional. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Hamidah.(2002). Perbedaan kepekaan sosial ditinjau berdasarkan persepsi remaja terhadap pola asuh orang tua pada remaja di Jawa Timur. Insane. vol. 4   (3). Tersedia

http://journal.unair.ac.id/INSAN@perbedaan-kepekaan-sosialditinjau-berdasarkan-persepsi-remaja-article-2913-media-8-category-10.html

Idelia, P N. (2018). Peran pola asuh autoritatif dan internal locus of control terhadap kecerdasan emosional remaja madya di SMA N 2 Tabanan. Skripsi tidak dipublikasikan. Universitas Udayana : Denpasar

Kamashanti, T (2008). Hubungan locus of control dengan komitmen organisasi pada karyawan yang berumah tangga di PT. X. Jurnal Psikologi. 6 (2),63-69. Tersedia: http://digilib.esaunggul.ac.id/hubungan-locus-of-control-dengan-komitmen-organisasipada-karyawati-yang-berumah-tangga-di-ptx-tangerang-4992.html

Monks, F.J., K & Haditono, S.R. (2014). Psikologi perkembangan pengantar dalam berbagai bagiannya.   Yogyakarta:   Gadjah Mada

University Press.

Rustika, I M. (2014). Faktor-faktor yang memengaruhi prstasi akademik pada remaja. (Disertasi tidak dipublikasikan). Program Doktor Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Sarafino, E.P., & Smith, T.W.(2012). Health psychology: Biopsychosocial interactions.

Sarasdewi, M,P. (2018). Faktor-faktor yang memengaruhi perilaku prososial remaja di kota Denpasar. Artikel tidak dipublikasikan. Universitas Udayana : Denpasar.

Sarwono. S.W. (2009). Psikologi remaja. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sarwono. S.W. (2011). Psikologi remaja. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Sarwono. S,W & Meinarno, A. (2009). Psikologi sosial. Jakarta: Penerbit Salemba Humanika

Schunk, D. H. (2012). Learning theories: an educational perspectives 6th Edition. New York: Pearson Education Inc.

Shapiro. L, E. (1997) . Mengajarkan kecerdasan emosional pada anak. Jakarta : Gramedia Utama.

Sindownews. (2015). Remaja di bali nekat bunuh temannya karena sering dibully. Tersedia: https://daerah.sindonews.com/read/1058287/17 4/remaja-di-bali-nekat-bunuh-temannya-karena-sering-dibully-1446470519.

Sugiyono. (2016). Metode penelitian pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Sumijah. (2015). Locus of control pada masa dewasa. Seminar Psikologi dan Kemanusiaan. Psychology Forum UMM 384-391.

Taylor, S, E., Letitia A. P & Sears. D, O (2009). Psikologi sosial edisi kedua belas. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Tribun Bali. (2018). Apa yang membuat tat twam asi seolah tak berlaku lagi di bali.

Tersedia:http://bali.tribunnews.com/2018/03/2 6/apa-sesungguhnya-yang-membuat-tat-twam-asi-seolah-tak-berlaku-lagi-di-bali.

Zanden, J,W. (1988). The Social Experience: An Introduction to Sociology. New York: Random House.

LAMPIRAN

Tabel 1

Deskripsi Statistik Data Penelitian

Variabel      N     Mean

Teoritis

Std       Std     Sebaran    Sebaran        T

Mean     Deviasi   Deviasi    Teoritis     Empiris

Empiris     Teoritis    Empiris

PP         123    82,5

105,82    16,5      10,030    33-132     76-132     25,786

ILOC      123   85

p=(0,000)

101,13    17        9,400     34-136     81-121     19,031

KE        123   55

p=(0,000)

64,98     11         7,183     22-88       50-81       15,416

p=(0,000)

Tabel 2

Hasil Uji Normalitas

Variabel

Kolmogorov Smirnov

Asymp.SIg (2-tailed)(P)

Internal locus of control

0,078

0,061

Kecerdasan Emosional

0,076

0,076

Perilaku Prososial

0,078

0,064

Tabel 3

Hasil Uji Liniearitas

Between group

Linierity                F                        Sig.

Perilaku

prososial*Internal

locus of control

Perilaku                  Between group

prososial*Kecerdasan

Emosional

Deviation from

21.335                0,000

Linierity                1.879                  0,009

Linierity                14.891                 0,000

Deviation from

Linierity                1.098                  0,358

Tabel 4

Hasil Uji Multikolinieritas

Variabel

Tolerance         Variance Inflation (VIP)             Keterangan

Internal locus of control

Kecerdasan emosional

0,769              1,301                                Tidak terjadi

multikolineritas

0,769              1,301                                Tidak terjadi

multikolineritas

Tabel 5

Hasil Uji Regresi Berganda Internal Locus Of Control dan Kecerdasan Emosional

R

R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

0,394

0,155

0,141

9,296

Tabel 6

Hasil Uji Regresi Berganda Signifikansi Nilai F

Sum of Square

Df

Mean Square

F

Sig.

Regression

1903,751

2

951,876

11,015

0,000

Residual

10370,314

120

86,419

Total

12274,065

122

Tabel 7

Hasil Uji Berganda Nilai Koefisien Beta dan Nilai t Variabel Internal Locus of Control dan Kecerdasan Emosional

Model

Unstandardized        Std. Error        Standardized          T          Sig.

Coefficient B                          Coefficient Beta

(Constant) Internal Locus of Control Kecerdasan Emosional

60,069                9,824                                6,115        0,000

0,266                 0,102           0,249                2,607        0,010

0,290                 0,134           0,208                2,168        0,032

206