Hubungan konformitas teman sebaya dan konsep diri terhadap perilaku seksual pranikah remaja madya di Kabupaten Bangli
on
Jurnal Psikologi Udayana
Edisi Khusus Kesehatan Mental dan Budaya 1, 77-87
Program Studi Sarjana Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana e-ISSN: 26544024; p-ISSN: 2354 5607
Hubungan konformitas teman sebaya dan konsep diri terhadap perilaku seksual pranikah remaja madya di Kabupaten Bangli
Putu Sanistya Dewi dan Made Diah Lestari
Program Studi Sarjana Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana
Abstrak
Perilaku seksual pranikah merupakan tingkah laku yang berhubungan dengan dorongan seksual dengan lawan jenis maupun sesama jenis yang dilakukan sebelum adanya ikatan perkawinan yang sah baik secara hukum maupun agama. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) pada tahun 2010 di Provinsi Bali. Bangli menduduki posisi pertama angka Total Fertility Rate (TFR) yakni 2,97, dengan kisaran Age Specific Fertility pada umur 1519 tahun. Angka ini menandakan perilaku seksual remaja yang ada di Kabupaten Bangli tergolong tinggi sehingga hal ini membuat penelitian terkait perilaku seksual pranikah masih relevan dilakukan di Kabupaten Bangli. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dari konformitas teman sebaya dan konsep diri terhadap perilaku seksual pranikah remaja madya di Kabupaten Bangli. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan subjek sejumlah 417 remaja pada rentang usia remaja madya 15-18 tahun dan sedang menempuh pendidikan di Sekolah Menengah Atas atau Sekolah Menengah Kejuruan di Kabupaten Bangli yang dipilih dengan menggunakan teknik cluster random sampling. Instrumen penelitian dalam penelitian ini adalah skala konformitas teman sebaya, skala konsep diri dan skala perilaku seksual pranikah. Metode analisis data digunakan dengan teknik multiple regression, hasil menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara konformitas teman sebaya dan konsep diri terhadap perilaku seksual remaja madya di Kabupaten Bangli.
Kata Kunci: Konformitas teman sebaya, konsep diri, perilaku seksual pranikah, remaja madya.
Abstract
Premarital sexual behavior is defined as the behavior associated with sexual drives with the opposite sex or same sex before the legitimate marriage of law and religion. This research is motivated by the data of National Social Economy Survey in Bali in 2010, the highest Total Fertility Rate (TFR), located in Bangli at 2,97 and the highest Age Specific Fertility Rate (ASFR) ranged from the age 15 to 19 years old. This number showed that the sexual behavior of middle adolescent is relatively high, therefore the research about premarital sexual behavior is relevant to conduct in Bangli. The research was aimed to discover the correlation between peer-conformity and self-concept toward pre-marital sexual behavior in Bangli. This research utilized quantitative method with 417 respondents within the age range of 15 to 18 years old and currently studying in senior high school and vocational high school the respondents were selected through cluster random sampling method. The instruments used in this research are peer-conformity scale, self-concept scale and pre-marital sexual behavior scale. The data was analyzed by multiple regression technique, the results showed that there is no correlation between peerconformity and self-concept toward sexual behavior of middle adolescent in Bangli.
Keywords: middle-adolescent, peer-conformity, premarital sexual behavior, self-concept.
LATAR BELAKANG
Perilaku seksual merupakan perilaku yang didorong oleh adanya suatu hasrat seksual, baik itu dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2016). Bentuk dari tingkah laku seksual ada berbagai macam, seperti perasaan tertarik sampai tingkah laku berkencan, bercumbu ataupun bersenggama (Sarwono, 2016). Perubahan hormonal yang umumnya terjadi pada manusia menyebabkan munculnya hasrat seksual, hal ini juga terjadi pada remaja. Saat memasuki usia remaja, dorongan seksual individu akan mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan karena remaja sedang mengalami fase perubahan dalam hal seksualitas, yaitu matangnya kelenjar hipofise yang merupakan pusat dari seluruh sistem kelenjar penghasil hormon tubuh sehingga akan merangsang pengeluaran hormon seksual baik itu pada laki-laki atau perempuan (Monks, Knoers & Haditono, 2014). Peningkatan hasrat seksual tersebut membutuhkan penyaluran dalam bentuk perilaku seksual (Sarwono, 2007).
Perilaku seksual pada remaja dimulai saat memasuki masa pubertas. Selama masa pubertas ini remaja akan mengalami pertumbuhan fisik yang sangat cepat. Perkembangan emosional juga mengalami perubahan yang kompleks dan dramatis. Perubahan pada masa ini menyebabkan remaja perlu melakukan penyesuaian diri dan juga sosial. Remaja yang sedang dalam masa pubertas akan mencari pergaulan baru di luar lingkungan keluarga, dalam artian remaja akan keluar dari zona aman mereka. Bersamaan dengan itu, remaja juga secara tidak langsung mencoba melepaskan diri dari ikatan keluarga, sehingga remaja akan mencari ikatan lain di luar keluarga, ikatan inilah yang nantinya akan memengaruhi atau berperan dalam pembentukan perilaku pada remaja.
Rasa ingin tahu yang tinggi pada remaja mendorong remaja untuk mencari cara agar dapat mengetahui hal yang membuat mereka tertarik, begitu juga pada hal yang berkaitan dengan seksualitas. Salah satu cara yang dilakukan untuk rasa ingin tahu adalah menjangkau berbagai media yang ada, baik itu elektronik ataupun cetak. Remaja tidak hanya mencari informasi, namun tidak jarang juga remaja bereksperimen langsung dengan hal-hal tersebut untuk memenuhi rasa ingin tahu tersebut. Eksperimen terkait dengan perilaku seksual dapat berpotensi memunculkan suatu kesenangan pada dirinya (Santrock, 2003). Hurlock (1990) mengungkapkan bahwa remaja mulai peduli dengan daya tarik seksual dan mulai merasakan campuran cinta dan nafsu birahi, hal ini akan mengakibatkan remaja mulai sensitif dengan hal-hal yang berkaitan dengan seksualitas. Dorongan seksual pada remaja sangat tinggi, bahkan lebih tinggi dari dorongan seksual orang dewasa, dorongan tersebut akhirnya menimbulkan ketegangan fisik dan psikis pada diri remaja (Hidayatullah, 2014). Remaja mencoba untuk melepaskan diri dari ketegangan tersebut,
dorongan seksual tersebut diekspresikan dengan melakukan berbagai bentuk tingkah laku seksual mulai dari berpacaran, berkencan, bercumbu, sampai melakukan kontak seksual (Hidayatullah, 2014)
Berdasarkan data hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) pada tahun 2010 di Provinsi Bali terlihat bahwa tingkat kelahiran menurut umur atau Age Specific Fertility Rate (ASFR) dan Total Fertility Rate (TFR), angka TFR tertinggi berada pada Kabupaten Bangli yakni 2,97. ASFR Kabupaten Bangli terletak pada rentang usia 15-19 tahun. Hasil survei menunjukkan pada usia 19 tahun sebanyak 86 per 1.000 wanita sudah masuk ke jenjang pernikahan, di urutan kedua adalah Karangasem dengan 57 kasus dari 1.000 kelahiran dan peringkat ketiga adalah Buleleng dengan 53 kasus dari 1.000 kelahiran (Badan Pusat Statistik, 2012). Hal ini menjadikan dasar bahwa penelitian terkait dengan perilaku seksual remaja masih relevan untuk diteliti terlebih di Kabupaten Bangli.
Peneliti melakukan studi pendahuluan dengan melakukan wawancara, pertama peneliti melakukan wawancara dengan pembina Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK-R) yang bergerak sebagai organisasi yang sudah menekuni bidang perilaku seksual yang sekaligus juga merupakan guru bimbingan konseling sekolah yang ada di Kabupaten Bangli dan juga dua siswa yang masih pada usia remaja. Berdasarkan hasil wawancara dari studi pendahuluan dapat disimpulkan bahwa saat ini terjadi suatu fenomena yang dikatakan darurat perilaku seksual, hal ini dikarenakan banyak remaja yang melakukan perilaku seksual pranikah, salah satunya masih berusia 11 tahun sudah pernah melakukan hubungan seksual dan terdapat remaja yang masih berusia 14 tahun menikah karena kehamilan yang tidak diinginkan, di salah satu Sekolah Menengah Atas (SMA) juga ditemui beberapa kasus terkait dengan kehamilan pada remaja, menurut hasil wawancara terdapat satu orang remaja perempuan yang sebentar lagi akan menempuh Ujian Nasional (UN) tahun 2018, namun pada bulan April 2018 sedang dalam kondisi hamil 8 bulan (Dewi, 2018).
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan perilaku seksual dibagi menjadi dua yakni faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang merupakan penyebab dari perilaku seksual seperti contohnya hormonal, dorongan seksual, persepsi, pendidikan, pemahaman agama dan konsep diri (Pustpitadesi, Yuliadi & Nugroho, 2013). Faktor eksternal seperti status tempat tinggal, paparan pornografi dan pengaruh teman sebaya (Lestari, Fibriana & Prameswari, 2014). Faktor eksternal lain yang berpengaruh adalah pengaruh sosial. Pengaruh sosial yang dapat mengakibatkan seorang individu akan mengubah sikap dan juga tingkah lakunya agar dapat
sesuai dengan norma sosial yang diterapkan di dalam suatu kelompok hal ini disebut dengan konformitas (Baron, Byrne & Branscombe, 2008).
Konformitas teman sebaya secara operasional didefinisikan sebagai suatu keinginan yang dimiliki oleh individu untuk mengikuti aktivitas dan kecenderungan teman sebaya mereka (Santor, Messervey & Kusumaker, 2000). Monks (2004) menyatakan konformitas pada remaja terhadap kelompok teman sebaya terjadi karena dalam perkembangan sosialnya, remaja mulai memisahkan diri dari orangtua dan memilih bersama teman-teman sebaya. Teman sebaya berfungsi sebagai penyedia informasi mengenai dunia di luar keluarga. Sarwono (2012) menjelaskan apabila ikatan emosi dan konformitas kelompok pada remaja kuat, maka hal ini bisa dijadikan sebagai faktor yang menyebabkan munculnya tingkah laku remaja yang buruk.
Lingkungan yang mendukung adanya perilaku seksual terlebih perilaku seksual berisiko maka remaja akan lebih berpeluang untuk melakukan perilaku seksual berisiko. Hal ini juga didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Hidayatullah (2014) terkait dengan hubungan konformitas teman sebaya dengan perilaku seksual pada pelajar di kota Bukittinggi memperoleh hasil bahwa terdapat korelasi yang positif dan signifikan antara konformitas teman sebaya dengan perilaku seksual, hal ini memperlihatkan bahwa semakin tinggi konformitas teman sebaya yang dimiliki oleh pelajar maka hal ini menunjukkan semakin tinggi juga perilaku seksualnya. Hal lain yang dapat menyebabkan perilaku seksual remaja adalah faktor internal yang berasal dari individu yaitu konsep diri.
Keputusan yang diambil remaja merupakan cerminan dari konsep diri pada remaja. Konsep diri menurut Hurlock (2004) merupakan inti dari konsep kepribadian atau gambaran yang dimiliki oleh orang terkait dengan dirinya. Terdapat banyak kondisi yang ada dalam kehidupan remaja dan membentuk pola kepribadian sehingga hal ini juga berpengaruh pada konsep diri seperti perubahan psikologis ataupun fisik yang dialami oleh remaja itu sendiri. Fitts (dalam Agustiani, 2009) meyakini bahwa konsep diri adalah aspek yang penting dalam diri individu, hal ini dikarenakan konsep diri individu merupakan kerangka acuan dalam berinteraksi dengan lingkungan. Konsep diri berpengaruh kuat terhadap tingkah laku individu, dengan mengetahui konsep diri individu, maka akan lebih mudah meramalkan dan memahami tingkah laku orang tersebut. Tingkah laku individu umumnya berkaitan dengan gagasan-gagasan tentang dirinya sendiri.
Konsep diri yang positif ataupun negatif akan membimbing individu dalam berperilaku baik itu perilaku positif ataupun negatif. Shavelson dan Roger (2002) menyatakan konsep diri
individu yang negatif cenderung mengarahkan individu ke perilaku negatif, pengetahuan yang tidak tepat tentang diri, pengharapan yang tidak realistis sehingga emosi menjadi jauh tidak stabil. Konsep diri akan memengaruhi setiap aktivitas manusia termasuk aktivitas seksual yang dilakukan (Hurlock, 1980). Apabila lingkungan atau pihak-pihak pendidikan formal memberikan respon atau pandangan positif terhadap individu, maka individu cenderung termotivasi untuk tidak melakukan perilaku seksual dan mengikuti aturan atau norma yang ada di masyarakat, sebaliknya apabila lingkungan memberikan respon atau pandangan negatif dalam diri individu, maka orang tersebut akan berkembang dan membentuk konsep diri negatif sehingga memengaruhi perilaku seksual yang dilakukan oleh remaja yang bersangkutan (Hurlock, 1980).
Berdasarkan uraian diatas, terlihat bahwa konformitas teman sebaya dan konsep diri dapat memengaruhi perilaku seksual pranikah pada remaja khususnya remaja madya. Berkaitan dengan hal tersebut, melalui penelitian ini peneliti ingin mengetahui dan mengkaji terkait dengan bagaimana hubungan antara faktor internal yang ada dalam diri terhadap perilaku seksual pranikah remaja madya di Kabupaten Bangli dengan judul penelitian “Hubungan Konformitas Teman Sebaya dan Konsep Diri terhadap Perilaku Seksual Pranikah Remaja Madya di Kabupaten Bangli”.
METODE PENELITIAN
Variabel dan Definisi Operasional
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dari variabel bebas dan variabel terikat. Terdapat dua variabel bebas yaitu konformitas teman sebaya dan konsep diri sedangkan variabel terikat adalah perilaku seksual pranikah.
Perilaku seksual pranikah
Perilaku seksual pranikah merupakan suatu tingkah laku yang berhubungan dengan dorongan seksual baik itu dengan sama jenis ataupun berbeda jenis kelamin yang dilakukan tanpa ada hubungan perkawinan yang sah sebelumnya baik itu secara hukum ataupun agama.
Konformitas teman sebaya
Konformitas teman sebaya sebagai suatu tindakan atau perilaku yang dilakukan oleh individu untuk dapat menyesuaikan diri dengan kelompok karena merasa ada kesamaan atau kekompakan, ketaatan dan kesepakatan terhadap nilai-nilai yang dianut kelompok teman sebaya baik yang bersifat positif maupun negatif, dengan kesadaran diri sendiri ataupun ancaman dari teman kelompok bertujuan untuk diterima didalam kelompok tersebut.
Konsep diri
Konsep diri merupakan suatu gambaran diri, pandangan, persepsi dan penilaian keseluruhan individu mengenai diri,
kemampuan, perilaku dan kepribadian yang digunakan untuk dapat berinteraksi dengan dunia
Responden
Populasi dalam penelitian ini merupakan remaja yang berada dalam tahapan remaja madya yang memiliki rentangan usia 15-18 tahun yang merupakan siswa SMA/SMK yang ada di Kabupaten Bangli.
Teknik yang digunakan dalam mengambil data penelitian adalah dengan menggunakan rumus slovin dengan jumlah populasi keseluruhan 8700 jiwa sehingga didapatkan subjek sejumlah 417. Peneliti menyebarkan 420 skala penelitian namun 3 skala tidak terisi dengan lengkap sehingga didapatkan subjek penelitian sejumlah 417 subjek.
Tempat Penelitian
Penelitian dilaksakaan mulai tanggal 3 Desember 2018 sampai dengan 12 Desember 2018 bertempat di 5 SMA/SMK yang tersebar di lingkungan Kecamatan Bangli dan Kecamatan Kintamani.
Alat Ukur
Alat ukur penelitian menggunakan tiga skala yaitu skala perilaku seksual pranikah, skala konformitas teman sebaya dan skala konsep diri. Skala perilaku seksual pranikah merupakan skala adaptasi dari Ginting (2018) yang mengambil aspek berdasarkan Fuhrmann (1990). Skala konformitas teman sebaya dibuat berdasarkan aspek yang dikemukakakan oleh Taylor, Peplau dan Sears (2009) yang dibuat oleh peneliti dan skala konsep diri mengacu pada aspek yang dikemukakakn oleh Fitts (dalam Agustiani, 2009) yang dibuat oleh peneliti.
Skala perilaku seksual untuk alternatif jawaban, peneliti menggunakan alat ukur berdasarkan skala likert yang terdiri Tidak Pernah (TP), Pernah (P), Sering (S), dan Sangat Sering (SS) sedangkan pada skala konformitas teman sebaya dan konsep diri disajikan dalam bentuk pernyataan yang favorable dan unfavorable dengan empat alternatif jawaban yang terdiri dari Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS).
Validitas berasal dari kata validity yang berarti ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukuran dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu instrumen dikatakan mempunyai validitas tinggi apabila instrumen tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang tepat dan akurat sesuai dengan maksud dikenakannya instrument tersebut (Azwar, 2015). Pengukuran validitas terdiri dari dua hal yaitu validitas isi dan validitas kontruk. Validitas isi dalam penelitian ini menggunakan professional judgement. Uji validitas konstruk dilakukan dengan melihat koefisien korelasi
aitem total (rix) sebesar 0,30 dan jika jumlah proporsi aitem tidak memenuhi setiap dimensi alat ukur, maka koefisien korelasi aitem total dapat diturunkan menjadi 0,25 (Azwar, 2012).
Reliabilitas diterjemahkan dari kata reliability. Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi adalah penelitian yang menghasilkan data reliabel. Reliabel berarti sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya (Azwar, 2015). Hasil pengujian dapat dilihat melalui angka koefisien reliabilitas alpha. Sugiyono (2016) menyebutkan bahwa suatu alat ukur dikatakan cukup reliabel apabila memiliki koefisien reliabilitas minimal 0,6. Hal ini menunjukkan semakin besar koefisien reliabilitas alpha menunjukkan semakin kecil kesalahan pengukuran dan semakin reliabel alat ukur tersebut.
Uji coba alat ukur dilakukan dua kali yaitu pada tanggal 15 Oktober 2018 sampai dengan 16 Oktober 2018 yang bertempat di SMAN 1 Bangli dan SMAN 2 Bangli. Skala perilaku seksual pranikah tidak dilaksanakan uji coba kembali karena skala yang akan digunakan adalah adaptasi skala dari penelitian sebelumnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Ginting pada tahun 2018. Angka validitas skala perilaku seksual berkisar 0,305 sampai 0,524 dan reliabilitas 0,918 yang menunjukkan 91,8% variasi dari skor murni subjek
Uji validitas dilakukan pada skala konformitas teman sebaya yang terdiri dari 47 aitem, dan menghasilkan 14 aitem valid. Aitem-aitem yang valid memiliki koefisien korelasi aitem total berkisar antara 0,312 sampai dengan 0,703. Hasil uji reliabilitas skala konformitas teman sebaya dengan menggunakan teknik Alpha Cronbach menunjukkan koefisien alpha adalah 0,840. Koefisien alpha 0,840 menjelaskan bahwa skala konformitas teman sebaya mampu mencerminkan 84% variasi skor murni subjek.
Uji validitas dilakukan pada skala konsep diri yang terdiri dari 61 aitem dan menghasilkan 48 aitem valid. Aitem-aitem yang valid memiliki koefisien korelasi aitem total berkisar antara 0,340 sampai dengan 0,638. Hasil uji reliabilitas skala konsep diri dengan menggunakan teknik Alpha Cronbach menunjukkan koefisien alpha adalah 0,937. Koefisien alpha 0,937 menjelaskan bahwa skala konsep diri mampu mencerminkan 93,7% variasi skor murni subjek.
Teknik Analisis Data
Uji asumsi dilaksanakan sebelum melakukan uji hipotesis. Uji asumsi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah uji normalitas, uji linieritas serta uji multikolinieritas. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov, uji linearitas dilakukan dengan menggunakan uji Compare Means, dan uji multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF) dan nilai Tolerance. Ketika uji asumsi telah terpenuhi dilanjutkan
dengan uji hipotesis dengan menggunakan analisis regresi berganda dengan bantuan software SPSS versi 22.
HASIL PENELITIAN
Karakteristik Subjek
Berdasarkan data hasil penelitian, subjek berjumlah 417. Subjek berjenis kelamin perempuan sejumlah 222 dan berjenis kelamin laki-laki sejumlah 195. Mayoritas subjek berusia 17 tahun. Subjek lebih banyak yang memiiki pacar lebih dari satu kali dan saat ini sedang memiliki pacar.
Deskripsi Data Penelitian
Hasil deskripsi penelitian variabel konformitas teman sebaya, konsep diri dan perilaku seksual pranikah dapat dilihat pada tabel 1 (terlampir).
Hasil deskripsi statistik pada tabel menunjukkan bahwa perilaku seksual pranikah memiliki mean empiris 69,97 dan mean teoretis sebesar 135. Perbedaan mean empiris dan mean teoretis variabel perilaku seksual pranikah sebesar 65,03. Dengan nilai t sebesar -166,957 (p=0,000). Hal ini menunjukkan perbedaan yang signifikan antara mean empiris dan mean teoretis. Mean empiris yang diperoleh lebih kecil daripada mean teoretis (mean empiris < mean teoretis). Hal ini dapat menghasilkan sebuah kesimpulan bahwa subjek memiliki taraf perilaku seksual pranikah yang rendah. Berdasarkan penyebaran frekuensi, dihasilkan rentang skor subjek penelitian berkisar antara 54-86.
Hasil deskripsi statistik pada tabel menunjukkan bahwa konformitas teman sebaya memiliki mean empiris 32,95 dan mean teoretis sebesar 35. Perbedaan mean empiris dan mean teoretis variabel perilaku seksual pranikah sebesar 2,05. Dengan nilai t sebesar -8,497 (p=0,000). Hal ini menunjukkan perbedaan antara mean empiris dan mean teoretis. Mean empiris yang diperoleh lebih kecil daripada mean teoretis (mean empiris < mean teoretis). Hal ini dapat menghasilkan sebuah kesimpulan bahwa subjek memiliki taraf konformitas teman sebaya tergolong rendah. Berdasarkan penyebaran frekuensi, dihasilkan rentang skor subjek penelitian berkisar antara 21-44.
Hasil deskripsi statistik pada tabel menunjukkan bahwa konsep diri memiliki mean empiris 156,33 dan mean teoretis sebesar 120. Perbedaan mean empiris dan mean teoretis konsep diri sebesar 36,33. Dengan nilai t sebesar 51,626 dengan signifikansi (p=0,000). Hal ini menunjukkan perbedaan yang signifikan antara mean empiris dan mean teoretis. Mean empiris yang diperoleh lebih besar daripada mean teoretis (mean empiris > mean teoretis). Hal ini dapat
menghasilkan sebuah kesimpulan bahwa subjek memiliki taraf konsep diri tergolong tinggi. Berdasarkan penyebaran frekuensi, dihasilkan rentang skor subjek penelitian berkisar antara 116-192.
Uji Asumsi
Uji normalitas dilakukan dengan analisis Kolmogorov Smirnov suatu sebaran data dapat dikatakan normal jika hasil p>0.05 (Santoso, 2014). Tabel 2 menunjukkan bahwa data ketiga variabel dalam penelitian berdistribusi normal. Berdasarkan hasil dari uji normalitas, menunjukkan bahwa data pada variabel perilaku seksual pranikah berdistribusi normal dengan nilai Kolmogorov-Smirnof 0,040 dan signifikansi 0,123 (p>0,05). Data pada variabel konformitas teman sebaya berdistribusi normal dengan nilai Kolmogorov-Smirnov 0,043 dan signifikansi 0,067 (p>0,05) dan data pada variabel konsep diri berdistribusi normal dengan nilai Kolmogorov-Smirnov 0,040 dan signifikansi 0,111 (p>0,05).
Berdasarkan uji linieritas data penelitian pada tabel 3 (terlampir) variabel perilaku seksual dengan konformitas teman sebaya memiliki hubungan yang linear karena menghasilkan signifikansi pada deviation from linearity sebesar 0,437 (p>0,05). Variabel perilaku seksual dengan memiliki hubungan yang linear karena menghasilkan signifikansi pada deviation from linearity sebesar 0,467 (p>0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang linier antara perilaku seksual pranikah dengan konformitas teman sebaya dan konsep diri.
Berdasakan hasil uji multikolinieritas data penelitian pada tabel 4 (terlampir), variabel bebas dalam penelitian ini dapat dikatakan bahwa tidak terjadi multikolinieritas. Hal ini ditunjukkan dengan nilai VIF sebesar 1,007 (dibawah 10) dan nilai tolerance sebesar 0,993 (diatas 0,1).
Uji Hipotesis
Pada tabel 5 (terlampir), dapat dilihat nilai signifikansi F yang dihasilkan dari hasil uji regresi berganda sebesar 0,965 (p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa model regresi pada penelitian ini tidak dapat digunakan untuk memprediksi perilaku seksual pranikah, sehingga dapat dijelaskan bahwa konformitas teman sebaya dan juga konsep diri secara bersama-sama tidak berhubungan dengan perilaku seksual pranikah.
Pada tabel 6 (terlampir), dapat dilihat bahwa konformitas teman sebaya tidak berperan secara signifikan terhadap perilaku seksual pranikah karena menunjukkan koefisien beta terstandarisasi sebesar 0.9, nilai T sebesar 0,192 dan signifikansi sebesar 0,848 (p>0,05). Konsep diri juga tidak berperan secara signifikan terhadap perilaku seksual pranikah
karena menunjukkan koefesien beta terstandarisasi sebesar 0.10, nilai T sebesar 0,201 dan signifikansi sebesar 0,841 (p>0,05).
Uji Analisis Lanjutan
Berdasarkan tabel 7 (terlampir), dapat dilihat nilai signifikansi pada tabel Levene's test for equality of variances variabel perilaku seksual pranikah adalah 0,990 (p>0,05). Jika uji asumsi homogenitas terpenuhi, nilai t dan p yang dilaporkan adalah pada baris Equal variances assumed. Nilai t dalam equal variances assumed adalah -2,547 dan nilai p=0,011. Dikarenakan nilai p<0,05 maka dapat disimpulan terdapat perbedaan yang signifikan antara perilaku seksual pranikah remaja laki-lai dan remaja perempuan. Tanda negatif pada nilai t menunjukkan bahwa kelompok 2 memiliki rerata lebih besar dari kelompok 1. Berdasarkan hal tersebut bahwa perilaku seksual subjek laki-laki lebih besar dibandingkan dengan perilaku seksual perempuan.
PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan uji regresi berganda, dapat diketahui bahwa hipotesis mayor dalam penelitian ini yaitu terdapat hubungan konformitas teman sebaya dan konsep diri terhadap perilaku seksual pranikah pada remaja madya di Kabupaten Bangli ditolak. Hasil uji regresi berganda nilai F sebesar 0,36 dengan hasil yang tidak signifikan sebesar 0,965 (p>0.05). Berdasarkan hal ini dapat disimpulkan bahwa konformitas teman sebaya dan konsep diri secara bersama-sama tidak memiliki hubungan terhadap perilaku seksual pranikah remaja madya di Kabupaten Bangli.
Konformitas teman sebaya merupakan usaha dari individu untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial dalam hal ini lingkungan teman sebaya sedangkan konsep diri merupakan apa yang diyakini individu tentang diri. Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa konformitas teman sebaya memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku seksual pranikah, seperti contohnya penelitian yang dilakukan oleh Hidayatullah (2014) sedangkan, konsep diri diyakini memengaruhi perilaku individu dalam hubungan dengan orang lain (Chotimah, 2015). Hal ini berlawanan dengan fakta yang ditemukan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa konsep diri tidak memberikan pengaruh terhadap perilaku seksual individu tersebut.
Hasil analisis menunjukkan bahwa konformitas teman sebaya memiliki nilai koefisien terstandarisasi sebesar 0,09 dengan nilai t sebesar 0,192 dan hasil ini tidak signifikan dengan nilai 0,848. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa konformitas teman sebaya tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap perilaku seksual pranikah pada remaja
madya di Kabupaten Bangli. Konformitas teman sebaya dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan dimensi kekompakan, kesepakatan dan ketaatan.
Penelitian Anindani, Hasanah dan Cholilawati (2015) mengungkapkan bahwa penyesuaian diri dan perhatian terhadap kelompok tidak terlalu berhubungan dengan remaja, hal ini berkaitan dengan adanya suatu tekanan dan rasa ingin melakukan hubungan seksual yang diterima dari teman sebaya diabaikan karena, dirinya cenderung tidak ingin dikontrol oleh orang lain dalam hal yang berhubungan dengan seksualitas. Indikator kepercayaan, persamaan pendapat dan penyimpangan terhadap kelompok. Hal ini hanya berhubungan rendah dengan remaja yang memiliki pengakuan ataupun untuk meniru apa yang dilakukan teman-teman dengan pacarnya. Remaja akan cenderung menolak untuk meniru aktivitas yang sama dengan teman sebayanya (Anindani, Hasanah & Cholilawati, 2015). Dimensi ketiga adalah ketaatan, saat memasuki masa remaja, mereka akan cenderung mencari jati diri mereka dan seakan tidak mau mengikuti hal yang diharapkan orang lain.
Teman sebaya umumnya memiliki pengaruh terhadap pembentukan perilaku, begitu juga dengan perilaku seksual pranikah pada remaja (Rinta, 2015). Perilaku dari teman sebaya yang berada dalam suatu kelompok, menjadi acuan atau norma tingkah laku, yang diharapkan dalam kelompok tersebut. Ketika dalam satu kelompok ada teman sebaya yang berciuman, maka hal ini wajar diikuti oleh teman yang masih berada dalam kelompok tersebut, hal ini menunjukkan bahwa remaja cenderung mengembangkan norma sendiri yang bertentangan dengan norma sosial yang berlaku (Mesra & Fauziah, 2016). Pada era teknologi saat ini, kehidupan masyarakat mengalami perubahan begitu pesat yang berkaitan dengan munculnya sikap individualisme yang menimbulkan ketidakpedulian dikalangan masyarakat termasuk juga pada remaja (Wahyudi & Sukmasari, 2014). Remaja akan sibuk dengan teknologi yang dimiliki sehingga remaja cenderung masuk kedalam dunia yang dibuat dan dimiliki sendiri, meskipun teman sebaya masih memiliki peran dalam pembentukan perilaku namun tidak menutup kemungkinan hal ini mulai tergeserkan karena adanya teknologi. Hal ini menunjukkan bahwa dalam penelitian ini kelompok teman sebaya tidak memfasilitasi perilaku seksual pranikah anggotanya, sehingga menunjukkan bahwa tidak ada hubungan konformitas teman sebaya dengan perilaku seksual pranikah.
Variabel kedua dalam penelitian ini adalah konsep diri. Hasil analisis menunjukan bahwa konsep diri memiliki koefisien beta terstandarisasi sebesar 0,10 dan nilai t sebesar 0,201 dan hasil menunjukkan bahwa tidak signifikan, dengan
signifikansi sebesar 0,841. Hal ini menunjukkan bahwa konsep diri tidak memiliki hubungan perilaku seksual pranikah pada remaja madya di Kabupaten Bangli. Konsep diri merupakan suatu gambaran yang dimiliki oleh individu terkait dengan dirinya, hal ini mencakup banyak aspek dalam kehidupan remaja yang ikut membentuk pola kepribadian melalui pengaruhnya pada konsep diri seperti perubahan fisik dan psikologis pada masa remaja (Hurlock, 1999). Penelitian ini menunjukkan bahwa konsep diri tidak berhubungan dengan perilaku seksual pranikah, berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa ada faktor lain yang memengaruhi perilaku seksual pranikah selain konsep diri (Munawaroh, 2012).
Hasil deskripsi statistik data penelitian menunjukkan taraf konsep diri pada subjek tergolong tinggi sebesar 57,8%. Konsep diri yang tinggi menandakan bahwa subjek cenderung memiliki konsep diri yang positif. Hurlock (1999) menyatakan bahwa konsep diri positif merupakan pandangan positif terhadap keadaan diri dan kemampuan yang dimiliki, hal ini menimbulkan rasa percaya diri serta harga diri. Menurut Brooks dan Emmert (dalam Jahja, 2011) konsep diri positif menunjukkan adanya penerimaan diri sebagai individu, dengan konsep diri positif individu dapat mengenal dirinya dengan baik sekali. Konsep diri yang positif bersifat stabil dan bervariasi. Individu yang memiliki konsep diri positif dapat memahami dan menerima sejumlah fakta yang sangat bermacam-macam tentang dirinya sendiri sehingga evaluasi terhadap dirinya sendiri menjadi positif dan dapat menerima dirinya apa adanya. Individu yang memiliki konsep diri yang positif akan berusaha untuk merancang tujuan-tujuan yang sesuai dengan realitas.
Konsep diri yang positif dalam penelitian ini tidak dapat menggambarkan bagaimana perilaku seksual pranikah pada remaja madya. Mantik (2014) mengatakan bahwa perilaku seksual sudah semakin permisif hal ini secara tidak langsung memengaruhi konsep diri para remaja di Bali. Berkaitan dengan hal tersebut dapat diketahui bahwa tidak selamanya remaja dengan konsep diri tinggi memiliki pola pikir atau perilaku yang sesuai, dan juga sebaliknya, hal ini merupakan faktor penguat yang menjadikan konsep diri tidak berhubungan dengan perilaku seksual pranikah. Sama seperti konformitas teman sebaya, dalam penelitian ini konsep diri tidak dianalisis lebih lanjut sebagai variabel tunggal yang memengaruhi perilaku seksual pranikah sehingga direkomendasikan untuk peneliti selanjutnya meneliti variabel konsep diri sebagai variabel utama dalam penelitian.
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah perilaku seksual pranikah. Hasil deskripsi statistik data penelitian menunjukan taraf perilaku seksual pranikah tergolong sangat rendah. Hal ini terlihat dari jumlah subjek sejumlah 417, 100% berada
dalam kategori sangat rendah. Berbagai pernyataan terdapat dalam skala yang telah disebarkan. Perilaku seksual pranikah yang sering dilakukan oleh subjek adalah masturbasi, cium pipi dan cium bibir, terkait dengan melakukan hubungan seksual tahapan intercourse terdapat beberapa subjek yang menjawab pernah melakukan hal tersebut namun sangat kecil jumlahnya. Hal-hal yang berkaitan dengan faking good tidak dapat dihindarkan dalam penelitian ini, terlebih hal ini bersifat negatif dan dapat mengancam diri sehingga tidak menutup kemungkinann jawaban sangat rendah ini merupakan suatu wujud pertahanan diri yang dimiliki oleh remaja yang menjadi subjek dari penelitian ini.
Hasil penelitian ini menunjukkan perilaku seksual pranikah sangat rendah sedangkan hal ini sangat berbeda dengan survei yang dilakukan oleh lembaga-lembaga yang bergerak di bidang reproduksi remaja. Remaja madya yang menjadi subjek penelitian memiliki frekuensi berpacaran satu kali berjumlah 122 orang yang setara dengan 29,26% sedangkan yang saat ini masih memiliki pacar sejumlah 295 atau setara dengan 70,24%. Subjek penelitian ini berjenis kelamin laki-laki dan juga perempuan, 195 laki-laki dan juga 222 perempuan.
Peneliti melakukan uji asumsi lanjutan didapatkan hasil bahwa nilai p<0,05 maka dapat disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan antara perilaku seksual pranikah remaja laki-laki dan remaja perempuan. Berdasarkan hasil uji lanjutan dengan menggunakan independent-sample t test dapat disimpulkan bahwa perilaku seksual subjek laki-laki lebih besar dibandingkan dengan perilaku seksual perempuan. Remaja laki-laki memiliki keterpaparan yang tinggi terhadap hal yang berkaitan dengan seksual salah satunya adalah film porno, sikap yang setuju dan mendorong adanya perilaku seksual pranikah juga lebih cenderung mengarah ke laki-laki (Rahyani, Utarini, Wilopo & Hakimi, 2012). Hal ini berbeda dengan perempuan, perempuan lebih cenderung tabu dan tidak layak untuk dibicarakan, hal ini juga dapat memengaruhi perilaku seksual pranikah yang dilakukan oleh subjek.
Konformitas teman sebaya dan konsep diri secara bersama-sama tidak memiliki hubungan dengan perilaku seksual pranikah ini dipengaruhi oleh berbagai faktor. Penelitian yang dilakukan oleh Mariani dan Arsy (2017) mengatakan bahwa terdapat faktor-faktor yang memengaruhi perilaku seksual antara lain seperti pengetahuan terkait dengan kesehatan reproduksi, media informasi dan harga diri. Penelitian lain yang dilakukan oleh Mahmudah, Yaunin dan Lestari (2016) mengungkapkan bahwa jenis kelamin dan sikap akan memengaruhi perilaku seksual pranikah pada remaja. Terlihat bahwa, berbagai faktor lain yang dapat berhubungan dengan perilaku seksual pranikah, baik itu faktor internal ataupun
eksternal.
Peneliti menemukan ada berbagai faktor lain yang menyebabkan konformitas teman sebaya dan konsep diri secara bersama-sama tidak memiliki hubungan terhadap perilaku seksual remaja madya di Kabupaten Bangli, hal pertama yang menjadi kemungkinan berkaitan dengan partisipan yang menjadi subjek dalam penelitian. Indonesia pada umumnya, untuk usia remaja cenderung enggan diajak untuk berdiskusi terkait dengan perilaku seksual, hal ini mengakibatkan subjek dalam penelitian tidak mau untuk membagi pengalaman terkait dengan perilaku seksual yang dilakukan mengingat pengalaman ini bersifat pribadi (Sarwono, 2016). Hal kedua yang harus diperhatikan, meskipun konsep diri pada remaja madya tergolong tinggi namun hal ini tidak berarti memiliki hubungan dengan perilaku seksual pranikah pada remaja (Sarwono, 2016).
Penelitian ini memiliki berbagai keterbatasan dalam proses pembuatannya. Skala dalam penelitian ini ada yang tidak lengkap diisi oleh subjek dalam penelitian, ada beberapa lembar yang terlewatkan sehingga jumlah dari subjek berkurang. Kesungguhan subjek dalam mengisi skala penelitian juga diluar jangkauan dari peneliti meskipun peneliti sudah memberikan intruksi dengan sebaik-baiknya, sehingga hal-hal yang berkaitan dengan faking good bisa saja terjadi dalam penelitian ini. Variabel dalam penelitian ini tidak memiliki hubungan dengan perilaku seksual pranikah, sehingga dapat diketahui bahwa terdapat faktor lain yang berhubungan dengan variabel terikat dalam penelitian ini sehingga faktor-faktor lain perlu untuk diteliti oleh peneliti
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis dan analisis data dari penelitian maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak terdapat hubungan antara konformitas teman sebaya terhadap perilaku seksual pranikah remaja madya di Kabupaten Bangli. Kedua, tidak terdapat hubungan antara konsep diri terhadap perilaku seksual pranikah remaja madya di Kabupaten Bangli dan terakhir konformitas teman sebaya dan konsep diri secara bersama-sama tidak memiliki hubungan terhadap perilaku seksual pranikah remaja madya di Kabupaten Bangli.
Berdasarkan kesimpulan dari penelitian ini, tidak terdapat hubungan konformitas teman sebaya dan konsep diri terhadap perilaku seksual pranikah remaja madya sehingga dapat disarankan untuk remaja agar lebih sadar terkait dengan hal lain yang berkaitan dengan perilaku seksual seperti contohnya teknologi dan pengetahuan.
Peneliti dapat memberikan masukan pada orangtua agar lebih bijaksana, dalam artian tidak hanya fokus dengan bagaimana
anak mencari teman dalam pergaulannya namun juga hal-hal lain seperti teknologi dan juga pengetahuan remaja terkait perilaku seksual pranikah, selain itu orangtua tidak hanya memfasilitasi remaja untuk memperhatikan terkait dengan konsep diri yang positif, orangtua juga harus mulai paham teknologi sehingga mengetahui media apa saja yang digunakan oleh remaja sehingga dapat mencegah sesuatu yang negatif dan juga mulai membuka diskusi terkait dengan perilaku seksual dengan remaja.
Pihak sekolah direkomendasikan agar tidak hanya mengembangkan program yang digunakan untuk dapat membentuk konsep diri remaja yang positif, namun diharapkan pihak sekolah dapat memfasilitasi dengan membuat program yang menunjang pengetahuan yang berhubungan dengan perilaku seksual pranikah seperti dampak yang ditimbulkan akibat perilaku seksual pranikah, hal ini bisa diterapkan melalui kurikulum atau diskusi ilmiah terkait topik tersebut dan juga mengenalkan teknologi beserta kegunaannya yang baik dan benar.
Bagi peneliti selanjutnya pada saat proses pembuatan alat ukur, dapat mengembangkan aitem-aitem yang mampu menurunkan social desirability. Jawaban yang terkesan ekstrim dapat dilakukan kombinasi pengambilan data selain alat ukur yang sudah dibuat berupa skala dapat dilakukan dengan wawancara untuk mengetahui data lebih mendalam. Peneliti juga dapat menggunakan alat ukur dengan jenis yang berbeda untuk pengukuran kuantitatif seperti contohnya skala guttman sehingga dapat menggambarkan perilaku seksual lebih terbuka dibandingkan dengan skala likert. Peneliti selanjutnya juga dapat melakukan penelitian dengan menggunakan faktor lain yang mungkin memengaruhi perilaku seksual seperti contohnya teknologi, pengetahuan dan sikap.
DAFTAR PUSTAKA
Agustiani, H. (2009). Psikologi perkembangan pendekatan ekologi k dengan konsep diri dan penyesuaian diri pada remaja. Bandung: PT. Refika Aditama.
Anindani, Dwinda, G., Hasanah, U., & Cholilawati. (2015).
Hubungan konformitas peer group dengan perilaku berpacaran pada remaja. Jurnal Kesejahteraan Keluarga dan Pendidikan. 2 (1), 58-67. Retreived from: http-
://journal.unj.ac.id/-unj/index.php/jkkp/article/view/1141.
Azwar, S. (2012). Penyusunan skala psikologi edisi 1. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Azwar, S. (2015). Sikap manusia: teori & pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Badan Pusat Statistik. (2012). Survei demografi dan kesehatan Indonesia 2012. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
Baron, R. A., Branscombe, N. R & Byrne, D. (2008). Social
psycology (12thed). Boston Pearson.
Chotimah, C. (2015). Hubungan religiusitas, konsep diri dan keintiman keluarga dengan perilaku seksual pranikah pada mahasiswa program studi DIII Kebidanan Poltekes Bhakti Mulia Sukoharjo. Indonesian Journal on Medical Science. 2(1), 39-45. Retreive from: http://ejournal.ijmsbm.org/-
index.php/ijms/article/view/17
Dewi, P, S. (2018). Faktor-faktor penyebab perilaku seksual remaja di Kabupaten Bangli. Artikel tidak dipublikasikan.
Universitas Udayana: Denpasar
Fuhrmann, B.S. (1990). Adolescence, adolescent. London: Foresman and Company.
Ginting. (2018). Peran kontrol diri dan intensitas mengakses pornomedia terhadap perilaku seksual pranikah remaja madya di SMKN 1 Denpasar. Skripsi Tidak Publikasi
Hidayatullah, R. (2014). Hubungan konformitas teman sebaya dengan perilaku seksual pada pelajar di kota Bukittinggi . Jurnal RAP UNP, 5(1), 82-91.Retreive from:
http://ejournal.unp.ac.id/index.php/psikologi/article/view/6 643
Hurlock, E. B. (1980). Psikologi perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Jakarta: Erlangga.
Hurlock, E. B. (1990). Psikologi perkembangan: suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Jakarta: Erlangga.
Hurlock, E. B. (1999). Psikologi perkembangan: suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Jakarta: Erlangga.
Hurlock, E. B. (2004). Psikologi perkembangan: suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Jakarta: Erlangga.
Lestari, I. K., Fibriana, R.I., & Prameswari, G. N. (2014). Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seks pada mahasiswa UNNES. Journal of Public Health, 3(4), 27-38. doi.org/10.15294/ujphv3i4.3903.
Mahmudah, M., Yaunin, Y., Lestari. (2016). Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual remaja di Kota Padang. Jurnal Kesehatan Andalas. 5 (2), 448-455.
http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/view/538/4 43.
Mantik, M. C. (2014). Hubungan antara Konsep Diri dengan perilaku seksual pranikah pada remaja di Kuta-Bali. Naskah Publikasi. Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana.
Mariani, N.N & Murtadho, S.F. (2018). Hubungan antara peran orang tua, pengaruh teman sebaya dan sikap terhadap perilaku seksual pranikah pada siswa-siswi SMA Negeri 1 Jamblang Kabupaten Cirebon tahun 2017. Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan. 6 (2), 116-130. Retrieved from: https://jurnal-.unitri.ac.id/index.php/care/article/view/904.
Mesra, E., & Fauziah. (2016). Pengaruh teman sebaya terhadap perilaku seksual remaja. Jurnal Ilmiah Bidan, 1 (2), 34-41. Retrieved from: https://media.neliti.com/ media/pub-
lications-/227205-pengaruh-teman-sebaya-terhadap-perilaku-8ff40727.pdf
Monks, F.J., Knoers, A. M. P. & Haditono, S.R (2004). Psikologi perkembangan pengantar dalam berbagai bagiannya.
Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.
Monks, F.J., Knoers, A. M. P. & Haditono, S.R. (2014). Psikologi perkembangan; pengantar dalam berbagai bagiannya, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Munawaroh, F. (2012). Konsep diri, intensitas komunikasi orang tua-anak, dan kecenderungan perilaku seks pranikah. Jurnal Psikologi Indonesia. 1 (2), 105 – 113. Retrieved from:
http://jurnal.untagsby.ac.id/index.php/persona/article/view/ 35.
Rinta, L. (2015). Pendidikan seksual dalam membentuk perilaku seksual positif pada remaja dan implikasinya terhadap ketahanan psikologi remaja. Jurnal ketahanan nasional, 21 (3), 163-174. https://doi.org/10.22146/jkn.15587.
Santor, D., Messevery, D., Kusumakar, V. (2000). Measuring peer pressure, popularity, and conformity in adolescenceHu boys and girls: predicting school performance, sexual attitudes, and subtance abuse. Journal of Youth and Adolescence, 29(2), 163-182.
Santoso, S. (2014). Panduan lengkap SPSS versi 23. Jakarta: PT Gramedia Direct.
Santrock, J. W. (2003). Adolescence. perkembangan remaja. edisi keenam. Jakarta: Erlangga.
Sarwono, S.W. (2007). Psikologi remaja. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sarwono, S.W. (2012). Psikologi remaja edisi revisi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sarwono, S. W. (2016). Psikologi remaja. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Shavelson, R. J & Roger W. (2002). On the Structure of self concept: self related cognitionin naxiety and motivation. New Jersey: Lawrence Er lbaum.
Sugiyono. (2016). Metode penelitian pendidikan (pendekatan kuantitatif, kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Taylor, S. E., Peplau, L.A & Sears. (2009). Psikologi sosial edisi kedua belas. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Wahyudi, S.H & Sukmasari, M.P. (2014). Teknologi dan kehidupan masyarakat. Jurnal Analisa Sosiologi, 3(1), 13-24.
http://dx.doi.org/10.20961/jas.v3i1.17
LAMPIRAN
Tabel 1.
Deskripsi Data Penelitian | ||||||||
Variabel |
N t |
Mean eoretis |
Mean Empiris |
Std Deviasi Teoretis |
Std Deviasi Empiris |
Sebaran Teorietis |
Sebaran Empiris |
T |
Perilaku Seksual Pranikah |
417 |
135 |
69,97 |
27 |
7,954 |
54-216 |
54-86 |
-166,957 (p=0,000) |
Konformitas Teman Sebaya |
417 |
35 |
32,95 |
7 |
4,916 |
14-56 |
21-44 |
-8.497 (p=0,000) |
Konsep Diri |
417 |
120 |
156,33 |
24 |
14,369 |
48-192 |
116-192 |
51,626 (p=0,000) |
Tabel 2.
Hasil Uji Normalitas Data Penelitian
Variabel |
Kolmogorov-Smirnof |
Asymp.Sig (2-tailed) |
Perilaku Seksual Pranikah |
0,040 |
0,123 |
Konformitas Teman Sebaya |
0,043 |
0,067 |
Konsep Diri |
0,040 |
0,111 |
Tabel 3.
Hasil Uji Linieritas Data Penelitian
F Sig. | |
Perilaku Seksual Pranikah*Konformitas Teman Sebaya Perilaku Seksual Pranikah*Konsep Diri |
Between Deviation from Linierity 1,021 0,437 Group Between Deviation from Linierity 1,007 0,467 Group |
Tabel 4.
Hasil Uji Multikolinieritas Data Penelitian
Variabel |
Tolerance |
Variance Inflation Factor (VIF) |
Keterangan |
Konformitas Teman |
0,993 |
1,007 |
Tidak terjadi |
Sebaya |
multikolinieritas | ||
Konsep Diri |
0,993 |
1,007 |
Tidak terjadi multikolinieritas |
Dependent Variable: Perilaku Seksual Pranikah
Tabel 5. Hasil Uji Regresi Berganda Signifikansi Nilai F | |||||
Sum of Square |
df |
Mean Square |
F |
Sig. | |
Regression |
4.525 |
2 |
2.253 |
0.36 |
0.965 |
Residual |
26314.069 |
414 |
63.561 | ||
Total |
26318.595 |
416 |
Dependent Variabel: Perilaku Seksual Pranikah
Tabel 6.
Hasil Uji Regresi Berganda Nilai Koefisien Beta dan Nilai T
Model |
Unstandardized Unstandardized Standardized T Sig. Coefficient Coefficient Coefficients B Std. Error Beta |
(Constant) |
68.607 |
5.212 |
13.164 |
0.000 | |
Konformitas |
0.015 |
0.080 |
0.09 |
0.192 |
0.848 |
teman sebaya Konsep Diri |
0.005 |
0.027 |
0.10 |
0.201 |
0.841 |
Tabel 7.
Hasil Uji Independent Sample t-Test berdasarkan perbedaan jenis kelamin
Levene's Test for Equality of t-test for Equality of Means
Variances
F |
Sig. |
t |
Df |
Sig (2-tailed) | ||
PSP |
Equal |
0,000 |
0,990 |
-2,547 |
415 |
0,011 |
variances assumed Equal |
-2,549 |
408,970 |
0,011 |
variances not assumed
87
Discussion and feedback