Gambaran perilaku mencari pengobatan pada perempuan dengan kanker payudara
on
Jurnal Psikologi Udayana
Edisi Khusus Kesehatan Mental dan Budaya 1 , 1-11
Program Studi Sarjana Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana e-ISSN: 26544024; p-ISSN: 2354 5607
Gambaran perilaku mencari pengobatan pada perempuan dengan kanker payudara
I Gusti Ayu Agung Prami Yulianarista dan Luh Made Karisma Sukmayanti Suarya
Program Studi Sarjana Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana karismasukmayanti@unud.ac.id
Abstrak
Kanker payudara merupakan kanker yang paling sering terjadi pada perempuan. Kanker payudara dapat memberikan dampak fisik, psikologis, dan sosial. Adanya dampak yang diakibatkan kanker payudara mendorong timbulnya perilaku untuk mengobati kanker atau yang disebut dengan perilaku mencari pengobatan. Perilaku mencari pengobatan merupakan tindakan yang dilakukan individu ketika merasa mengalami masalah kesehatan untuk mencari pengobatan agar dapat memulihkan kesehatan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran perilaku mencari pengobatan yang dilakukan oleh perempuan dengan kanker payudara. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Pengambilan data dilakukan melalui wawancara mendalam dan observasi pada tiga responden penelitian. Data kemudian dianalisis dengan theoretical coding dari Strauss dan Corbin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku mencari pengobatan yang dilakukan oleh perempuan dengan kanker payudara dibagi menjadi empat kategori yaitu perilaku mencari pengobatan modern, pengobatan tradisional, pengobatan sendiri, dan tidak melakukan pengobatan. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat faktor-faktor yang memengaruhi perilaku mencari pengobatan perempuan dengan kanker payudara yaitu faktor psikologis (rasa takut, stres, motivasi, kepercayaan, dan persepsi), faktor karakteristik pengobatan (efek samping, ketersediaan, fasilitas, kualitas, kompleksitas, dan hasil pengobatan), faktor personal (usia, jenis kelamin, pengetahuan, waktu untuk berobat, serta pengelolaan stres dan emosional) dan faktor lingkungan (dukungan sosial, faktor ekonomi, kondisi keluarga, dan kebiasaan).
Kata kunci: Perempuan dengan kanker payudara, perilaku mencari pengobatan.
Abstract
Breast cancer is the most cancer in women. Breast cancer could cause physical, psychological, and social impact. The impact of breast cancer encouraged a seeking-behavior to treat breast cancer that called as health-seeking behavior. Health-seeking behavior is an act that individual was perform when experiencing health problem to seek a treatment. This research aims to investigate and understand the health-seeking behavior in women with breast cancer. The method of this research was qualitative with phenomenological approach. The data were collected from in depth interviews and observations on three women with breast cancer. The data were analyzed using theoretical coding by Strauss and Corbin. The result showed that health-seeking behavior of women with breast cancer divided into four categories such as seeking modern treatment, traditional treatment, self treatment, and no treatment. The result also showed that there were factors influenced health-seeking behavior of women with breast cancer such as psychological factors (fear, stress, motivation, belief, and perception), treatment characteristic factors (side effect, availability, facility, quality, complexity, and treatment result), personal factors (age, gender, knowledge, time for treatment, emotional and stres management), and environment factors (social support, economic factor, family condition, and habit).
Keywords: Health-seeking behavior, women with breast cancer
LATAR BELAKANG
Setiap individu pasti menginginkan kesehatan pada dirinya agar dapat menjalani kehidupan dengan maksimal namun pada kenyataannya, tidak semua orang dapat merasakan hal tersebut. Salah satu penyebab adalah adanya penyakit yang mengakibatkan fungsi tubuh seseorang terganggu sehingga berdampak terhadap aktivitas sehari-hari. Saat ini, masalah kesehatan menjadi suatu topik yang penting untuk dibahas dan diteliti karena erat hubungannya dengan kehidupan sehari-hari terutama pada penyakit kronis. Taylor (2009) menyatakan bahwa penyakit kronis merupakan penyakit yang berkembang secara perlahan selama bertahun-tahun, namun biasanya tidak dapat disembuhkan melainkan hanya diberikan penanganan kesehatan.
Kanker merupakan salah satu penyakit kronis yang memiliki angka kejadian tertinggi di dunia. Penyakit kanker ditandai dengan pertumbuhan sel yang tidak normal secara terus-menerus dan tidak terkendali dan dapat merusak jaringan sekitar serta dapat menjalar ke jaringan lain namun tidak menular (Depkes RI, 2009). Kanker payudara merupakan salah satu kanker yang memiliki prevalensi terbanyak kedua di dunia. Prevalensi kanker payudara dari seluruh kanker di dunia pada populasi adalah sebesar 19,2% dan pada perempuan sebesar 36,3% (GLOBOCAN, 2012). Kanker payudara dapat memberikan dampak fisik, emosional, dan sosial. Kanker payudara juga dapat menyebabkan stres sehingga memengaruhi kemampuan tumor untuk tumbuh dan menyebar.
Perempuan yang telah didiagnosis kanker payudara dapat mengalami berbagai respon terutama respon negatif berupa emosi negatif, seperti menarik diri dari lingkungan sekitar, mengonsumsi obat penenang dan tidak mau menjalankan aktivitas sebagaimana mestinya bahkan, ada yang sampai menolak untuk melakukan pengobatan sehingga dapat memperparah kanker payudara. Adanya berbagai macam dampak yang ditimbulkan oleh penyakit kanker payudara menyebabkan pentingnya pemilihan pengobatan yang tepat. Selain itu, keterlambatan dalam penanganan kanker payudara juga akan memperburuk kondisi dan prognosis kanker payudara. Oleh karena itu, maka penting dilakukan pemilihan perilaku mencari pengobatan terkait kanker payudara yang tepat dan sesuai dengan stadium kanker payudara. Perilaku mencari pengobatan yang dilakukan suatu individu dikatakan tepat jika perilaku tersebut memberikan dampak yang positif seperti berkurangnya rasa sakit dan stres yang dirasakan serta dapat melakukan kegiatan sehari-hari (Gibbs & Lurie, 2007).
Perilaku mencari pengobatan yang ditunjukkan oleh individu dengan kanker payudara dapat mengindikasikan adanya upaya pengobatan. Namun, perilaku menolak mengonsumsi obat atau tidak melakukan pengobatan juga merupakan salah satu bentuk perilaku mencari pengobatan (Julike & Endang, 2012). Kondisi ini dapat terjadi karena individu yang mendapat penyakit dan tidak merasakan sakit (disease but no illness), tidak akan bertindak apa-apa dan yakin bahwa penyakit atau masalah kesehatan yang dialami akan sembuh tanpa diobati
tetapi bila juga merasakan sakit, maka baru akan timbul berbagai macam perilaku dan usaha (Notoatmodjo, 2010).
Perilaku mencari pengobatan merupakan perilaku suatu individu yang sedang mengalami sakit atau masalah kesehatan dalam melakukan penanganan penyakit atau masalah kesehatan yang dialami. Terdapat empat macam bentuk perilaku mencari pengobatan, yaitu tidak melakukan apa-apa (no action), melakukan pengobatan sendiri (self treatment), mencari pengobatan modern, dan mencari pengobatan tradisional (Notoatmodjo, 2007). Perilaku mencari pengobatan yang dipilih seseorang juga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti faktor psikologis, karakteristik pengobatan, faktor personal, dan faktor lingkungan yang dapat dikelompokkan menjadi faktor internal dan eksternal.
Perilaku mencari pengobatan yang dipilih perempuan dengan kanker payudara juga dapat memengaruhi kondisi fisik dan psikologis menjadi lebih baik atau lebih buruk. Diperlukan adanya pemahaman yang memadai terhadap suatu pengobatan, agar dapat mencegah dampak negatif yang akan ditimbulkan. Selain itu, adanya berbagai faktor yang memengaruhi pemilihan perilaku mencari pengobatan juga perlu diperhatikan. Berdasarkan pemaparan tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menggali bagaimana gambaran perilaku mencari pengobatan pada perempuan dengan kanker payudara.
METODE PENELITIAN
Tipe Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Pendekatan fenomenologi berusaha untuk mencari arti secara psikologis dari suatu pengalaman individu terhadap suatu fenomena melalui penelitian yang mendalam dalam konteks kehidupan sehari-hari individu (Herdiansyah, 2010). Pemilihan pendekatan fenomenologi di dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana gambaran perilaku mencari pengobatan pada perempuan dengan kanker payudara. Penelitian ini menggunakan teknik sampel bertujuan, dengan kriteria responden yaitu perempuan berusia 40 tahun sampai 60 tahun, mengalami kanker payudara selama lebih dari satu tahun, dan berdomisili di Bali.
Teknik Penggalian Data
Wawancara
Penelitian ini menggunakan metode wawancara semi terstruktur dengan jenis wawancara yang termasuk ke dalam kategori in-depth interview. Isi dari wawancara dalam penelitian bertujuan untuk mengungkapkan aspek tingkah laku mengenai apa yang dilakukan atau biasa dilakukan oleh responden sebagai perempuan dengan kanker payudara dalam melakukan perilaku mencari pengobatan.
Observasi
Penelitian ini menggunakan teknik observasi tidak terstruktur. Dalam observasi yang tidak terstruktur, peneliti tidak menentukan dan merumuskan garis besar dari aspek-aspek yang akan diobservasi terlebih dahulu. Pada saat wawancara dimulai, peneliti mulai melakukan observasi dengan mengamati perilaku
dan ekspresi responden secara bebas, mencatat perilaku serta ekspresi yang ditampilkan responden, kemudian menghubungkan hasil observasi tersebut dengan pernyataan-pernyataan responden selama wawancara dilakukan.
Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di tempat yang telah disepakati antara responden dan peneliti. Penelitian dilakukan di wilayah Kota Denpasar dan Kabupaten Badung.
Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik analisis data theoretical coding yang terdiri dari open coding, axial coding, dan selective coding (Strauss & Corbin, 2017). Open coding adalah proses menguraikan, memeriksa, membandingkan, mengonsepkan, dan mengategorikan data. Tahap kedua adalah axial coding merupakan prosedur dimana data digabungkan kembali dengan cara baru setelah dilakukannya open coding dengan membuat hubungan antar kategori. Tahap terakhir adalah selective coding merupakan proses pemilihan kategori inti, pengaitan kategori inti terhadap kategori lainnya secara sistematis, pengabsahan hubungannya, mengganti kategori yang diperbaiki, dan dikembangkan lebih lanjut.
HASIL PENELITIAN
Paradigma model dapat dilihat pada gambar 1 (terlampir).
Hasil dari penelitian ini akan dipaparkan berdasarkan lima kategori antara lain dampak kanker payudara pada perempuan dengan kanker payudara, perilaku mencari pengobatan pada perempuan dengan kanker payudara, faktor-faktor yang memengaruhi perilaku mencari pengobatan pada perempuan dengan kanker payudara, dampak perilaku mencari pengobatan pada perempuan dengan kanker payudara dan kepuasan perempuan dengan kanker payudara terhadap perilaku mencari pengobatan.
Bagan dampak kanker payudara pada perempuan dengan kanker payudara dapat dilihat pada gambar 2 (terlampir).
-
a. Dampak fisik
Dampak fisik merupakan perubahan pada tubuh responden yang dialami dan dirasakan akibat kanker payudara. Berdasarkan hasil wawancara terdapat beberapa dampak fisik akibat kanker payudara yang dialami responden yaitu terdapat benjolan di payudara yang tidak terlihat jelas jika diperhatikan dari luar namun bisa dirasakan ketika responden meraba bagian payudara yang terdapat benjolan tersebut. Responden juga merasakan benjolan di ketiak yang memiliki ciri yang sama seperti benjolan di payudara dan waktu tidur responden mengalami perubahan menjadi lebih awal. Selain itu, responden juga mengalami rasa sakit pada bagian payudara yang terdapat benjolan, tubuh menjadi tidak sehat dan mudah lelah, serta responden mengalami penyebaran kanker pada ovarium.
-
b. Dampak psikologis
Dampak psikologis merupakan perubahan yang dialami dan dirasakan responden secara psikologis akibat kanker
payudara. Berdasarkan hasil wawancara terdapat beberapa dampak psikologis akibat kanker payudara yang dialami responden yaitu merasa takut akan penyakit kanker payudara yang sedang dialami, mengalami perasaan terkejut atau kaget pada saat didiagnosis mengalami kanker payudara, dan mengalami perasaan sedih ketika mengetahui mengalami kanker payudara. Selain itu, saat didiagnosis mengalami kanker payudara, responden merasa perasaan tidak menerima dengan membandingkan kondisi yang dialaminya dengan kondisi orang lain, responden juga menyalahkan Tuhan mengenai diagnosis kanker payudara yang didapatkan dan responden merasa jika pola hidupnya dahulu sebelum mengalami kanker payudara adalah pola hidup yang salah sehingga responden merasa bersalah atas pola hidup yang dijalaninya tersebut. Dampak psikologis lainnya, yaitu responden mencoba untuk bisa menerima keadaan diri sendiri dan bersikap pasrah sebagai bentuk spiritualitas responden terkait dengan kanker payudara yang dialaminya, responden juga mulai menunjukkan sikap bersyukur atas semua keadaan yang dijalaninya dan perubahan perilaku yang lebih positif.
-
c. Dampak sosial
Dampak sosial merupakan perubahan yang dialami dan dirasakan responden terkait dengan lingkungan sosial akibat kanker payudara. Berdasarkan hasil wawancara terdapat beberapa dampak sosial akibat kanker payudara yang dialami responden yaitu lingkungan pertemanan responden semakin bertambah, merasa tidak nyaman ketika menghadiri acara adat, responden gencar untuk memotivasi keluarganya agar menjalani pola hidup sehat, dan responden sering memberikan motivasi dan saran dalam pengobatan maupun berbagi pengalaman dalam menjalani hidup dengan kanker payudara kepada orang lain. Selain itu, responden juga merasa lebih diperhatikan oleh keluarganya, bersikap protektif terhadap anak, dan berusaha menjalani pola hidup sehat dan menerapkannya pada keluarga.
Bagan perilaku mencari pengobatan pada perempuan dengan kanker payudara dapat dilihat pada gambar 3 (terlampir).
-
a. Perilaku tidak melakukan pengobatan (no treatment) Perilaku tidak mencari pengobatan yang dilakukan responden dipengaruhi oleh adanya persepsi responden bahwa tidak sedang mengalami penyakit atau adanya kondisi keluarga yang memerlukan perhatian lebih. Perilaku tidak mencari pengobatan yang dilakukan responden yaitu responden membiarkan gejala awal kanker payudara dan menunda pengobatan.
-
b. Perilaku mencari pengobatan tradisional
Perilaku yang dilakukan responden setelah tidak melakukan pengobatan adalah perilaku mencari pengobatan tradisional. Perilaku mencari pengobatan tradisional yang dilakukan responden dipengaruhi oleh adanya kepercayaan terhadap pengobatan tradisional, adanya rasa takut akan dampak pengobatan modern, dan adanya dukungan keluarga untuk melakukan pengobatan tradisonal. Perilaku mencari pengobatan tradisional yang
dilakukan responden yaitu menjalani terapi akupuntur, mengonsumsi obat herbal dari akupuntur dan menjalani terapi ozon.
-
c. Perilaku pengobatan sendiri (self treatment)
Perilaku selanjutnya yang dilakukan responden adalah perilaku pengobatan sendiri. Perilaku pengobatan sendiri merupakan perilaku responden dalam merespon penyakit dengan melakukan pengobatan sendiri tanpa bantuan dari ahli pengobatan. Perilaku ini dipengaruhi oleh adanya kepercayaan responden bahwa dapat menyembuhkan penyakit tanpa bantuan orang lain dan adanya dukungan teman. Perilaku pengobatan sendiri yang dilakukan responden yaitu mengonsumsi makanan dan minuman dari bahan herbal, melakukan meditasi dan yoga, melakukan aktivitas spiritual, melakukan aktivitas olahraga, mengonsumsi sayur dan buah, menjalani terapi pijat, mengonsumsi suplemen, melakukan relaksasi dan rekreasi.
-
d. Perilaku mencari pengobatan modern
Perilaku terakhir yang dilakukan responden dalam mencari pengobatan adalah perilaku mencari pengobatan. Perilaku mencari pengobatan modern dilakukan responden dipengaruhi oleh adanya kepercayaan terhadap pengobatan modern, fasilitas dan kualitas pengobatan modern yang baik, hasil pengobatan tradisional yang tidak memberikan perubahan terhadap penyakit, dukungan keluarga untuk melakukan pengobatan modern, serta adanya tanggungan biaya untuk melakukan pengobatan modern. Perilaku mencari pengobatan yang dilakukan responden yaitu melakukan pemeriksaan ke rumah sakit, menjalani pemeriksaan ultrasonografi dam mammografi, menjalani pemeriksaan biopsi, menjalani kemoterapi dan radiasi, menjalani operasi, mengonsumsi obat hormonal dan melakukan konsultasi ke dokter.
-
3. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perilaku Mencari Pengobatan pada Perempuan dengan Kanker Payudara Bagan faktor-faktor yang memengaruhi perilaku mencari pengobatan pada perempuan dengan kanker payudara dapat dilihat pada gambar 4 (terlampir).
-
a. Faktor psikologis
Faktor psikologis merupakan faktor yang memengaruhi responden secara psikologis dalam melakukan perilaku mencari pengobatan. Berdasarkan hasil wawancara terdapat beberapa faktor psikologis yang memengaruhi responden yaitu adanya rasa takut terhadap kanker dan dampak pengobatan, stres, adanya motivasi untuk sembuh, kepercayaan terhadap pengobatan, serta persepsi terhadap penyakit dan pengobatan.
-
b. Faktor karakteristik pengobatan
Faktor karakteristik pengobatan merupakan faktor yang memengaruhi responden terkait dengan karakteristik dari pengobatan yang dilakukan responden dalam melakukan perilaku mencari pengobatan. Berdasarkan hasil wawancara terdapat beberapa faktor karakteristik pengobatan yang memengaruhi responden yaitu efek samping pengobatan, ketersediaan pengobatan, fasilitas dan kualitas layanan pengobatan, lama pengobatan, kemudahan akses pengobatan, prosedur pengobatan, dan hasil pengobatan.
-
c. Faktor personal
Faktor personal merupakan faktor yang memengaruhi responden secara personal dalam melakukan perilaku mencari pengobatan. Berdasarkan hasil wawancara terdapat beberapa faktor personal yang memengaruhi responden yaitu usia, jenis kelamin, pengetahuan terhadap pengobatan, waktu untuk berobat, pengelolaan stres dan emosional.
-
d. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan merupakan faktor yang memengaruhi responden terkait dengan lingkungan sekitar responden dalam melakukan perilaku mencari pengobatan. Berdasarkan hasil wawancara terdapat beberapa faktor lingkungan yang memengaruhi responden yaitu adanya dukungan dari keluarga, teman, dan orang lain yang dipercaya, tanggungan biaya pengobatan, kondisi keluarga, serta kebiasaan responden saat sakit.
Bagan dampak perilaku mencari pengobatan pada perempuan dengan kanker payudara dapat dilihat pada gambar 5 (terlampir).
-
a. Dampak perilaku tidak melakukan pengobatan (no
treatment)
Berdasarkan hasil wawancara terdapat beberapa dampak dari perilaku tidak melakukan pengobatan yang dilakukan responden yaitu ukuran benjolan pada payudara responden semakin bertambah menjadi dua kali lipat dari ukuran sebelumnya.
-
b. Dampak perilaku mencari pengobatan tradisional Berdasarkan hasil wawancara terdapat beberapa dampak dari perilaku mencari pengobatan tradisional yang dilakukan responden yaitu tidak memberikan perubahan pada penyakit kanker payudara yang dialami responden, responden masih merasakan sakit pada payudara yang terkena kanker, dan kerugian secara finansial.
-
c. Dampak perilaku mencari pengobatan sendiri (self
treatment)
Berdasarkan hasil wawancara terdapat beberapa dampak dari perilaku mencari pengobatan sendiri yang dilakukan responden yaitu responden merasa tubuhnya lebih bugar, daya tahan tubuh responden menjadi meningkat, dan dapat mengurangi dampak dari kemoterapi.
-
d. Dampak perilaku mencari pengobatan modern
Berdasarkan hasil wawancara terdapat beberapa dampak dari perilaku mencari pengobatan modern yang dilakukan responden yaitu benjolan pada payudara menghilang, merasakan beberapa dampak seperti dampak fisik, psikologis dan sosial.
Ketiga responden menyatakan puas terhadap pengobatan pengobatan modern. Responden juga bersyukur tidak mengalami keluhan yang lebih berat dibandingkan penderita kanker payudara lainnya. Responden juga merasa puas ketika sudah mendapatkan pengobatan yang sesuai dengan standar prosedur pengobatan selama menjalani pengobatan modern.
Kanker payudara merupakan penyakit kanker yang umumnya dialami oleh perempuan. Kanker payudara dapat memberikan dampak berupa dampak fisik, psikologis, dan sosial pada perempuan dengan kanker payudara. Berbagai gejala yang dialami perempuan yang terdiagnosis kanker payudara memengaruhi respon yang dilakukan terhadap kanker payudara berupa perilaku mencari pengobatan. Perilaku mencari pengobatan yang dilakukan oleh perempuan dengan kanker payudara dibagi menjadi empat, yaitu perilaku mencari pengobatan modern, tradisional, pengobatan sendiri, dan tidak melakukan pengobatan.
Adapun proses perilaku mencari pengobatan yang dilakukan oleh responden yaitu pertama tidak melakukan pengobatan karena adanya persepsi bahwa tidak sedang mengalami penyakit dan adanya kondisi keluarga yang memerlukan perhatian lebih. Kedua, responden mencari pengobatan tradisional yang dipengaruhi oleh adanya kepercayaan terhadap pengobatan tradisional, rasa takut akan dampak pengobatan modern, dan dukungan keluarga untuk melakukan pengobatan tradisional. Ketiga, responden melakukan perilaku pengobatan sendiri yang dipengaruhi oleh adanya kepercayaan bahwa dapat menyembuhkan penyakit tanpa bantuan orang lain. Keempat, responden melakukan perilaku mencari pengobatan modern yang dipengaruhi oleh adanya kepercayaan terhadap pengobatan modern, fasilitas dan kualitas pengobatan modern yang baik, hasil pengobatan tradisional yang tidak memberikan perubahan terhadap penyakit, dukungan keluarga untuk melakukan pengobatan modern, serta adanya tanggungan biaya untuk melakukan pengobatan modern.
Perempuan dengan kanker payudara juga dihadapkan dengan berbagai faktor dalam menentukan perilaku mencari pengobatan. Faktor-faktor tersebut dikelompokan menjadi empat faktor, yaitu faktor psikologis, faktor karakteristik pengobatan, faktor personal dan faktor lingkungan. Meskipun merasakan beberapa dampak akibat perilaku mencari pengobatan, ketiga responden merasa puas setelah menjalani pengobatan yang telah dilakukan khususnya pengobatan modern.
PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN
Kanker merupakan salah satu penyakit kronis yang memiliki angka kejadian tertinggi di dunia. Data WHO tahun 2012 menunjukkan bahwa kanker payudara merupakan kanker yang paling sering terjadi pada perempuan (GLOBOCAN, 2012). Kanker payudara merupakan tumor ganas yang menyerang jaringan payudara. Kanker payudara disebabkan oleh adanya pertumbuhan sel epitel pada duktus atau lobulus payudara yang tidak terkontrol (Longo dkk., 2012). Kanker payudara menyebabkan sel dan jaringan payudara berubah bentuk dan bertambah banyak secara tidak terkendali (Mardiana, 2007). Perempuan dengan kanker payudara dapat
mengalami beberapa dampak akibat kanker payudara yang dialami. Dampak tersebut dapat berupa dampak fisik, psikologis, dan sosial.
Penelitian ini menunjukkan bahwa dampak fisik yang dialami perempuan dengan kanker payudara adalah adanya benjolan pada payudara dan ketiak, tidur menjadi lebih awal, merasa sakit pada payudara, merasa tidak sehat dan tubuh mudah lelah, serta penyebaran kanker ke ovarium. Hasil ini sesuai dengan teori Abraham, Gulley, & Allegra (2014) yang menyatakan bahwa dampak fisik kanker payudara dapat berupa adanya benjolan pada salah satu atau kedua payudara dan benjolan di ketiak. Penelitian Bardwell dan Ancoli-Israel (2008) tentang hubungan antara kanker payudara dan kelelahan menunjukkan hasil yang serupa yaitu kanker payudara dapat menyebabkan gejala berupa tubuh terasa lelah dan mudah mengantuk. Hasil yang serupa juga ditunjukkan oleh penelitian Falk, Bannister, dan Dickenson (2014) mengenai nyeri pada kanker menyatakan bahwa rasa nyeri merupakan gejala yang umum pada kanker payudara. Dampak fisik berupa adanya penyebaran kanker payudara ke ovarium juga ditunjukkan oleh penelitian yang dilakukan Markris, Marinelis, Battista, Chrelias, dan Papantoniou (2017) tentang massa ovarium setelah kanker payudara.
Penelitian ini menemukan bahwa dampak psikologis akibat kanker payudara yang dialami oleh perempuan dengan kanker payudara dapat berupa rasa takut, kaget, sedih, tidak terima dan menyalahkan Tuhan, merasa bersalah, menerima diri dan pasrah, bersyukur, serta perubahan perilaku yang positif. Adler dan Page (2008) juga menyatakan bahwa adanya dampak psikologis berupa timbulnya rasa takut akibat kanker payudara. Galgut (2010) juga menyatakan bahwa kanker payudara juga dapat menyebabkan timbulnya dampak psikologis berupa kesedihan, kecemasan, kemarahan, ketidakterimaan, dan kehilangan harapan. Hasil yang serupa ditunjukkan oleh penelitian Aziato dan Clegg-Lamptey (2015) tentang dampak diagnosis kanker payudara berupa adanya reaksi kaget atau shock dan perasaan sedih yang merupakan reaksi emosional akibat dari diagnosis kanker payudara.
Dampak psikologis yang ditimbulkan dari kanker payudara berupa rasa bersyukur, pasrah, berserah diri kepada Tuhan, perubahan persepsi dan perilaku menjadi lebih positif, serta mencari edukasi dan pengetahuan baru akibat dari kanker payudara juga ditunjukkan oleh penelitian yang dilakukan Mukwato, Mweemba, Makukula, dan Makoleka (2010) tentang mekanisme koping pada pasien kanker payudara. Penelitian yang dilakukan Mukwato dkk. (2010) menunjukkan bahwa setelah didiagnosis dengan kanker payudara, perempuan dengan kanker payudara akan mengalami adaptasi terhadap kanker payudara sehingga timbul beberapa dampak psikologis. Selain itu, penelitian Bahrami, Taleghani, Loripoor, dan Yousefy (2015) menunjukkan bahwa dampak psikologis berupa perubahan perilaku yang positif pada perempuan dengan kanker payudara berhubungan dengan meningkatnya ketahanan hidup, kemampuan beradaptasi terhadap penyakit, penurunan tingkat stres, kecemasan, dan depresi.
Seperti yang telah dijelaskan pada penelitian Mukwanto dkk. (2010) mengenai adanya perubahan perilaku keluarga, teman, dan orang terdekat (lebih perhatian dan perubahan pola hidup) akibat kanker payudara juga menguatkan hasil dari penelitian ini mengenai dampak sosial yang dialami oleh perempuan dengan kanker payudara. Dampak sosial akibat adanya kanker payudara yang dialami oleh perempuan adalah adanya teman baru, rasa tidak nyaman saat menghadiri acara adat, memotivasi dan memberikan saran untuk hidup sehat, lebih diperhatikan, lebih protektif terhadap anak, serta perubahan pola hidup keluarga.
Berbagai gejala yang dialami perempuan yang terdiagnosis kanker payudara memengaruhi bagaimana perempuan tersebut dalam merespon penyakit kanker payudara, yaitu perilaku mencari pengobatan. Perilaku mencari pengobatan adalah suatu tindakan atau perilaku yang dilakukan untuk menanggapi rangsangan yang diterima baik disadari maupun tidak disadari yang dipengaruhi oleh karakteristik dan lingkungan untuk mencari suatu pengobatan atau perawatan agar dapat memulihkan kesehatan (Gibbs & Lurie, 2007; Notoatmodjo, 2010).
Perilaku mencari pengobatan adalah tindakan atau perilaku yang dilakukan oleh suatu individu ketika merasa mengalami masalah kesehatan yang dipengaruhi oleh karakteristik individu tersebut dan lingkungan untuk mencari pengobatan atau perawatan agar dapat memulihkan kesehatan. Notoatmodjo (2007) memfokuskan perilaku mencari pengobatan ke dalam empat kategori yaitu perilaku mencari pengobatan modern, pengobatan tradisional, pengobatan sendiri termasuk membeli obat ke penjual obat, dan tidak melakukan pengobatan.
Perilaku mencari pengobatan perempuan dengan kanker payudara menurut teori Notoatmodjo (2007), yaitu :
-
a. Perilaku mencari pengobatan modern
Perilaku mencari pengobatan ke fasilitas pengobatan modern yang disediakan oleh pemerintah seperti balai pengobatan, puskesmas, dan rumah sakit serta swasta seperti klinik swasta. Penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku mencari pengobatan modern yang dilakukan oleh perempuan dengan kanker payudara, yaitu melakukan pemeriksaan ke rumah sakit, menjalani pemeriksaan ultrasonorafi, mammografi, dan biopsi, menjalani kemoterapi, radiasi, dan operasi, mengonsumsi obat hormonal, serta konsultasi ke dokter.
-
b. Perilaku mencari pengobatan tradisional
Perilaku mencari pengobatan tradisional dilakukan karena pengobatan tradisional lebih berorientasi dengan faktor sosial dan budaya yang dianut. Penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku mencari pengobatan tradisional yang dilakukan oleh perempuan dengan kanker payudara, yaitu menjalani
terapi akupuntur, mengonsumsi obat herbal dari akupuntur, dan menjalani terapi ozon.
-
c. Perilaku pengobatan sendiri (self treatment)
Perilaku pengobatan sendiri dilakukan karena rasa percaya dengan kemampuan atau pengalaman yang dimiliki untuk mengatasi penyakit. Perilaku membeli pengobatan ke toko obat atau penjual obat termasuk dalam perilaku pengobatan sendiri. Penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku pengobatan sendiri yang dilakukan perempuan dengan kanker payudara, yaitu mengonsumsi makanan, minuman, dan obat-obatan dari bahan herbal, mengonsumsi sayur, buah-buahan, suplemen, dan vitamin, melakukan terapi pijat, olahraga, aktivitas spiritual, meditasi, yoga, relaksasi, dan rekreasi.
-
d. Perilaku tidak melakukan pengobatan (no treatment) Tindakan ini dilakukan karena adanya anggapan bahwa penyakit akan sembuh sendiri tanpa bertindak, letak fasilitas kesehatan yang jauh, atau petugas kesehatan yang kurang mengayomi. Penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku tidak melakukan pengobatan yang dilakukan perempuan dengan kanker payudara, yaitu tidak melakukan pemeriksaan benjolan pada payudara, dan menunda pengobatan setelah mengalami gejala kanker.
-
2. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perilaku Mencari Pengobatan Perempuan dengan Kanker Payudara Perilaku mencari pengobatan yang dialakukan seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor. Brannon, Feist, dan Updegraff (2014) menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat memengaruhi perilaku seseorang dalam mencari pengobatan yang dibagi menjadi empat kategori. Penelitian ini menemukan beberapa faktor yang memengaruhi perilaku mencari pengobatan perempuan dengan kanker payudara yang dibagi menjadi empat kategori sesuai dengan teori Brannon dkk. (2014). Faktor-faktor tersebut, yaitu:
-
a. Faktor psikologis
Faktor psikologis yang memengaruhi perilaku mencari pengobatan meliputi rasa takut, stres, motivasi, kepercayaan, dan persepsi. Faktor psikologis yang dimiliki oleh suatu individu berperan besar dalam memengaruhi perilaku mencari pengobatan karena faktor psikologis bersifat subjektif yang sesuai dengan pola pemikiran sehingga akan menentukan pemikiran suatu individu terhadap penyakit, pemikiran mengenai pengobatan, dan berbagai respon yang diakibatkan oleh penyakit. Pemikiran tersebut akan memengaruhi tindakan dalam memilih pengobatan atau memilih untuk tidak melakukan pengobatan sehingga memengaruhi perilaku mencari pengobatan yang dilakukan (Brannon dkk. 2014).
Penelitian yag dilakukan oleh Atashbahar, Bahrami, Asqari, dan Fallahzadeh (2013) tentang faktor-faktor yang memengaruhi perilaku mencari pengobatan menunjukkan bahwa faktor psikologis yang memengaruhi perilaku mencari pengobatan adalah takut dengan kanker dan dampak pengobatan, takut
dengan dampak finansial, malu, depresi, stres, penolakan, pengalaman negatif, kecemasan, motivasi, persepsi terhadap penyakit dan pengobatan, harapan, keraguan, ketidakpuasan terhadap pengobatan, pertimbangan dan prasangka, kepercayaan terhadap pengobatan, serta perilaku terhadap pengobatan. Penelitian ini menunjukkan bahwa faktor psikologis yang memengaruhi perilaku mencari pengobatan perempuan dengan kanker payudara adalah rasa takut dengan kanker, takut dengan dampak pengobatan, stres, motivasi untuk sembuh, kepercayaan terhadap pengobatan, persepsi terhadap penyakit, dan persepsi terhadap pengobatan.
-
b. Faktor karakteristik pengobatan
Karakteristik pengobatan yang dapat memengaruhi perilaku mencari pengobatan adalah efek samping pengobatan dan kompleksitas pengobatan. Efek samping pengobatan sering menjadi alasan utama suatu pengobatan tidak dilanjutkan dan menjadi perhatian utama dalam memilih pengobatan. Kompleksitas pengobatan berupa kesulitan prosedur dalam menjalani suatu pengobatan, metode pengobatan yang rumit, pengobatan yang menggunakan terlalu banyak obat, aturan yang rumit dalam menjalani pengobatan, pengobatan yang sulit diakses, dan waktu pengobatan yang lama dapat menjadi faktor yang memengaruhi seseorang untuk menghindari suatu pengobatan (Brannon dkk. 2014).
Penelitian Atashbahar dkk. (2013) menunjukkan bahwa faktor karakteristik pengobatan yang memengaruhi perilaku mencari pengobatan berupa, kualitas layanan, akses pengobatan, durasi pengobatan, efek samping, metode pengobatan, dan dampak atau hasil pengobatan. Penelitian ini menunjukkan bahwa faktor karakteristik pengobatan yang memengaruhi perilaku mencari pengobatan perempuan dengan kanker payudara adalah efek samping pengobatan, ketersediaan, fasilitas pengobatan, kualitas layanan, kompleksitas pengobatan (lama pengobatan, kemudahan akses, prosedur pengobatan), dan hasil pengobatan.
-
c. Faktor personal
Faktor personal yang dapat memengaruhi perilaku mencari pengobatan adalah usia, jenis kelamin, personalitas, dan emosional. Individu dengan usia lanjut biasanya lebih sulit dalam mencari pengobatan karena adanya penurunan fungsi tubuh sehingga memerlukan bantuan orang lain seperti saat berjalan dan adanya masalah memori sehingga terganggu dalam menentukan pilihan terapi. Perempuan umumnya lebih memerhatikan diri dibandingkan laki-laki sehingga memengaruhi keputusan dalam menentukan pilihan pengobatan. Beberapa personalitas dan masalah emosional yang dimiliki seseorang dapat memengaruhi pengobatan yang dipilih. Individu dengan personalitas tertentu dan adanya masalah emosional cenderung melakukan suatu perilaku untuk mengatasi masalah tersebut
sehingga memengaruhi perilaku mencari pengobatan yang dilakukan (Brannon dkk. 2014).
Penelitian Atashbahar dkk. (2013) menunjukkan bahwa faktor personal yang memengaruhi perilaku mencari pengobatan adalah pengetahuan, usia, agama, ras, riwayat penyakit, status pernikahan, pekerjaan, jenis kelamin, kemandirian, disabilitas, status kesehatan, serta keparahan dan durasi mengalami masalah. Penelitian ini menunjukkan bahwa faktor personal yang memengaruhi perilaku mencari pengobatan perempuan dengan kanker payudara adalah usia, perempuan, pengetahuan, waktu untuk berobat, serta pengelolaan stres dan emosional.
-
d. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan yang memengaruhi perilaku mencari pengobatan dapat berupa dukungan sosial, faktor ekonomi, serta norma dan budaya. Dukungan sosial baik dari keluarga, kerabat, teman, rekan kerja, sahabat, maupun dari kelompok sosial berperan dalam menentukan perilaku mencari kesehatan yang dipilih seseorang. Adanya dukungan untuk melakukan suatu pengobatan akan cenderung meningkatkan keinginan suatu individu untuk melakukan pengobatan tersebut. Faktor ekonomi berupa biaya yang dikeluarkan untuk menjalani suatu terapi dapat memengaruhi perilaku mencari pengobatan. Semakin tinggi biaya yang diperlukan untuk melakukan suatu pengobatan, maka semakin rendah keinginan untuk melakukan pengobatan tersebut. Norma dan budaya yang dianut juga memengaruhi perilaku mencari pengobatan. Kebiasaan yang dilakukan ketika sakit atau aturan-aturan yang dianut seseorang dalam berobat dapat memengaruhi pilihan pengobatan yang akan dilakukan (Brannon dkk. 2014).
Penelitian Atashbahar dkk. (2013) menunjukkan bahwa faktor lingkungan yang memengaruhi perilaku mencari pengobatan adalah dukungan sosial (dukungan dan dorongan dari keluarga dan teman), pendapatan keluarga, tanggung jawab individu dalam keluarga dan sosial, kebiasaan membiarkan dan mentoleransi penyakit, adanya masalah dalam hubungan dengan penyedia layanan kesehatan, serta tradisi dan kepercayaan sosial. Penelitian ini menunjukkan bahwa faktor lingkungan yang memengaruhi perilaku mencari pengobatan perempuan dengan kanker payudara adalah dukungan sosial (dukungan anak, suami, teman, dan orang lain yang dipercaya), faktor ekonomi (adanya tanggungan biaya pengobatan), kondisi keluarga, dan kebiasaan saat sakit.
Perilaku mencari pengobatan yang dilakukan oleh suatu individu juga dapat memberikan dampak yang baik positif maupun negatif. Perilaku mencari pengobatan dapat meningkatkan atau memperburuk kondisi psikologis individu. Perilaku mencari pengobatan dikatakan yang tepat apabila dapat meningkatkan kondisi psikologis individu yang mengalami masalah kesehatan berupa berkurangnya rasa sakit dan stres yang dirasakan akibat penyakit yang sedang
dialami. Perilaku mencari pengobatan yang dipilih juga dapat meningkatkan kemampuan menghadapi penyakit yang sedang dialami sehingga dapat melakukan aktivitas sehari-hari (Gibbs & Lurie, 2007).
Penelitian yang dilakukan oleh Djatmiko, Octovianus, Fortunata, & Andaru (2013) menemukan bahwa tindakan pengobatan yang dipilih oleh suatu individu juga dapat memengaruhi kondisi dan progresivitas perkembangan penyakit yang dialami sehingga keadaan psikologis dari individu tersebut ikut terpengaruhi baik saat kondisi kesehatan membaik maupun memburuk. Perilaku mencari pengobatan dapat meningkatkan pengetahuan, kepuasan, dan pengobatan penyakit serta dapat menurunkan rasa tidak dapat diandalkan dan ketakutan akibat dari penyakit yang sedang dialami (Bahrami, Atashbahar, Shokohifar, & Montazeralfaraj, 2014).
Ketiga responden menyatakan bahwa perilaku mencari pengobatan modern memberikan dampak berupa hilangnya benjolan pada payudara menghilang, dampak fisik, psikologis, dan sosial. Dampak perilaku pengobatan tradisional yang dirasakan berupa masih merasakan sakit dan tidak memberikan perubahan. Dampak pengobatan sendiri yang dirasakan berupa tubuh terasa lebih segar dan berkurangnya dampak kemoterapi. Dampak tidak melakukan pengobatan berupa meningkatnya ukuran benjolan pada payudara. Walaupun merasakan beberapa dampak akibat perilaku mencari pengobatan, adanya kepuasan menjalani pengobatan modern menyebabkan keinginan untuk melanjutkan pengobatan yang sedang dijalani dan menganggap perilaku mencari pengobatan yang dijalani adalah perilaku yang tepat.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah kanker payudara dapat menyebabkan beberapa dampak bagi perempuan, yaitu dampak fisik, psikologis, dan sosial. Adanya dampak tersebut mendorong timbulnya perilaku mencari pengobatan untuk mengatasi kanker payudara. Perilaku mencari pengobatan yang dilakukan oleh perempuan dengan kanker payudara dapat dibagi menjadi empat perilaku, yaitu perilaku mencari pengobatan modern, perilaku mencari pengobatan tradisional, perilaku mencari pengobatan sendiri, dan perilaku tidak melakukan pengobatan. Faktor-faktor yang memengaruhi perilaku mencari pengobatan pada perempuan dengan kanker payudara dapat dibagi menjadi empat faktor, yaitu faktor psikologis, faktor karakteristik pengobatan, faktor personal, dan faktor lingkungan. Perilaku mencari pengobatan dapat menyebabkan beberapa dampak bagi perempuan dengan kanker payudara. Adanya dampak yang ditimbulkan dari perilaku mencari pengobatan dapat memengaruhi keadaan penyakit kanker payudara dan kelanjutan dari perilaku mencari pengobatan yang dilakukan perempuan dengan kanker payudara.
Saran yang dapat diberikan kepada perempuan dengan kanker payudara adalah penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan dalam melaksanakan perilaku mencari pengobatan, khususnya bagi perempuan dengan kanker payudara yang mengalami
kesulitan dalam proses pengambilan keputusan dalam pemilihan pengobatan. Selain itu, tindakan mengabaikan atau menunda pengobatan dapat mengakibatkan penyebaran penyakit kanker payudara ke organ lain serta penurunan kondisi kesehatan fisik dan psikologis sehingga perempuan dengan kanker payudara diharapkan dapat menunjukkan perilaku yang lebih mengarah pada perilaku mencari pengobatan. Stres yang diakibatkan kanker payudara memengaruhi kemampuan tumor untuk tumbuh dan menyebar sehingga perempuan dengan kanker payudara diharapkan untuk terus menumbuhkan emosi positif guna meningkatkan kesejahteraan emosional dan psikologis perempuan dengan kanker payudara.
Kepada pihak keluarga, diharapkan untuk membantu memberikan penjelasan dan informasi terkait perilaku mencari pengobatan kepada perempuan dengan kanker payudara sehingga memudahkan proses untuk mengambil keputusan dalam melaksanakan perilaku mencari pengobatan. Keluarga juga disarankan untuk selalu menjadi sumber dukungan utama bagi perempuan dengan kanker payudara. Bentuk dukungan yang bisa diberikan oleh keluarga dapat berupa dukungan secara psikologis, dukungan dalam pengasuhan anak, dukungan sosial, dan dukunan ekonomi. Dukungan dari keluarga dibutuhkan oleh perempuan dengan kanker payudara khususnya pada penentuan perilaku mencari pengobatan sehingga dapat melakukan perilaku mencari pengobatan yang tepat.
Kepada praktisi kesehatan, disarankan untuk membuat program intervensi berupa penyuluhan yang dapat meningkatkan pengetahuan perempuan dengan kanker payudara dalam memilih perilaku mencari pengobatan sehingga dapat mengurangi tingkat keparahan dari penyakit kanker payudara, mengurangi kondisi stres, rasa ketakutan, maupun dampak lain secara psikologis dan sosial. Praktisi kesehatan juga diharapkan dapat meningkatkan pelayanan dengan memberikan semangat dan motivasi kepada perempuan dengan kanker payudara, sehingga perempuan dengan kanker payudara dapat menerima kondisi yang dialaminya serta termotivasi menjalani pengobatan untuk mencapai kesembuhan.
Kepada pemerintah maupun organisasi, disarankan untuk membuat suatu kebijakan atau program layanan kesehatan yang dapat meningkatkan pemahaman masyarakat khususnya kaum perempuan mengenai kanker payudara serta ikut berperan dalam menunjang perilaku mencari pengobatan pada perempuan dengan kanker payudara. Kepada masyarakat, diharapkan dapat menciptakan lingkungan yang kondusif bagi perempuan dengan kanker payudara dengan berbagai cara terutama dengan cara memaklumi keterbatasan waktu dan tenaga yang dimiliki oleh perempuan dengan kanker payudara.
Kepada peneliti selanjutnya, diharapkan dapat melakukan penggalian data lebih mendalam, terutama terkait dengan keterbatasan penelitian ini, yaitu penggunaan koding dalam analisis data sehingga kurang mengungkapkan aspek penelitian dan responden yang kurang heterogen dalam
melakukan perilaku mencari pengobatan. Selain itu, peneliti selanjutnya diharapkan dapat membahas secara mendalam mengenai kanker payudara khususnya penyebab psikologis sehingga dapat mengetahui peranan aspek psikologis dalam kanker payudara. Peneliti selanjutnya juga diharapkan dapat menggali secara mendalam mengenai gambaran perilaku mencari pengobatan dan faktor-faktor yang memengaruhi perilaku mencari pengobatan sehingga dapat menjelaskan adanya hubungan antara faktor-faktor yang memengaruhi perilaku mencari pengobatan dengan perilaku mencari pengobatan yang dilakukan pada penelitian dengan jumlah responden yang lebih banyak.
DAFTAR PUSTAKA
Abraham, J., Gulley, J.L, Allegra, C.J. (2014). The Bethesda handbook of clinical oncology: Fourth Edition. Wolters Kluwer Health Adis (ESP).
Adler, N.E., Page, A.E.K. (2008). Cancer care for the whole patient. Washington (DC): National Academies Press (US). Diunduh dari www.ncbi.nlm.nih.gov/books/ NBK4015 tanggal 27 Desember 2017.
Atashbahar, O., Bahrami, M.A., Asqari, R., Fallahzadeh, H. (2013). An examination of treatment seeking behavior affecting factors: A qualitative study in Iran. World Applied Sciences Journal, 25(5), 774-781.
Aziato, L., Clegg-Lamptey, J.N.A. (2015). Breast cancer diagnosis and factors influencing treatment decisions in Ghana. Health Care for Women International, 36(5), 543-557.
Bahrami, M.A., Atashbahar, O., Shokohifar, M., Montazeralfaraj, R.
(2014). Developing a valid tool of treatment seeking behavior survey for Iran. Journal of Novel Applied Sciences, 3(6), 651660.
Bahrami, M.A., Taleghani, F., Loripoor, M., Yousefy, A. (2015). Positive changes after breast cancer: A qualitative study. Journal of Education and Heatlh Promotion, 4, 55.
Bardwell, W.A., Ancoli-Israel, S. (2008). Breast cancer and fatigue. Sleep Med Clin, 3(1), 61-71.
Brannon, L., Feist, J., Updegraff, J.A. (2014). Health psychology an introduction to behavior and health: Eighth Edition. California: Wadsworth. Diunduh dari www.kligg.org/DOC-ID/health-psychology-an-introduction-to-behavior-and-health-psy-255-health-psychology tanggal 20 September 2017.
Depkes RI. (2009). Buku saku pencegahan kanker leher rahim dan kanker payudara. Jakarta: Ditjen PP & PL.
Djatmiko, A., Octovianus, J., Fortunata, N., Andaru, I. (2013). Profil cancer delay pada kasus kanker payudara di RS Onkologi Surabaya. Indonesian Journal of Cancer, 7(2), 47-52.
Falk, S., Bannister, K., Dickenson, A.H. (2014). Cancer pain physiology. British Journal of Pain, 8(4), 154-162.Taylor, E.S.
(2009). Health psychology: Seventh Edition. New York: McGraw-Hill.
Galgut, C. (2010). The psychological impact of breast cancer: A psychologist's insight as a patient. London: CRC Press. Diunduh dari macmillan.soutron.net/library/Catalogues/ Controls/Download.aspx?id=8543 tanggal 27 Desember 2017.
Gibbs, T., Lurie, S.G. (2007). Health-seeking behavior in ethnic populations: First Edition. Texas (US): Edwin Mellen Pr. Diunduh dari www.unthsc.edu/newsroom/wp-
content/uploads/sites/16/Synergy2008.pdf tanggal 27 Desember 2017.
GLOBOCAN. (2012). Estimated incidence, mortality and prevalence worldwide in 2012. Int. Agency Res. Cancer World Heal. Organ. Diunduh dari
http://globocan.iarc.fr/Pages/fact_sheets_cancer.aspx# tanggal 27 Desember 2017.
Herdiansyah, H. (2010). Metodologi penelitian kualitatif untuk ilmu psikologi. Jakarta: Salemba Humanika.
Julike, F., Endang, S. (2012). Hubungan Antara Efikasi Diri dengan Perilaku Mencari Pengobatan pada Penderita Kanker Payudara di RSUD Ibnu Sina Gresik. Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental, 1(2), 138-144.
Longo, D.L., Kasper, D.L., Jameson, J.L., Fauci, A.S., Hauser, S.L., Loscalzo, J. (2012). Harrison's Principles of Internal Medicine: Eighteenth Edition. New York: McGraw-Hill. Diunduh dari http://dl4a.org/uploads/pdf/Principles%20of%20Internal%20 Medicine%20Board%20Review%20(good%20book).pdf tanggal 27 Desember 2017.
Mardiana, L. (2007). Kanker pada Wanita: Pencegahan dan Pengobatan dengan Tanaman Obat. Jakarta: Penebar Swadaya.
Markris, G., Marinelis, A., Battista, M., Chrelias, C., Papantoniou, N. (2017). An ovarian mass after breast cancer: Metachronous carcinoma or metastasis? A case report. Int J Surg Case Rep, 31, 106-108.
Mukwato, K.P., Mweemba, P., Makukula, M.K., Makoleka, M.M. (2010). Stress and Coping Mechanisms Among Breast Cancer Patients and Family Caregivers. Medical Journal of Zambia, 37(1), 40-45.
Notoatmodjo, S. (2007). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Strauss, A., & Corbin, J. (2017). Dasar-dasar penelitian kualitatif kombinasi (mixed methods). Bandung: Alfabeta.
Taylor, E.S. (2009). Health psychology: Seventh Edition. New York: McGraw-Hill.
LAMPIRAN
Gambar 1.
Paradigma Model
Dampak Kanker Payudara pada Perempuan dengan Kanker Payudara | ||||
Dampak Fisik |
Dampak Psikologis |
Dampak Sosial | ||
|
|
|
Perempuan dengan Kanker Payudara | |
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perilaku Mencari Pengobatan pada Perempuan dengan Kanker Payudara |
—► | ||||||||||||
Faktor Psikologis |
Faktor Karakteristik Pengobatan |
Faktor Personal |
Faktor Lingkungan | ||||||||||
|
|
|
| ||||||||||
Perilaku Mencari Pengobatan pada Perempuan dengan Kanker Payudara | |||||||||||||
t | |||||||||||||
Tidak Melakukan Pengobatan |
Pengobatan Tradisional |
Pengobatan Sendiri |
Pengobatan Modern | ||||||||||
|
|
|
| ||||||||||
i | |||||||||||||
Dampak Perilaku Mencari Pengobatan pada Perempuan dengan Kanker Payudara | |||||||||||||
Tidak Melakukan Pengobatan |
Pengobatan Tradisional |
Pengobatan Sendiri |
Pengobatan Modern | ||||||||||
1) Ukuran benjolan pada payudara semakin besar |
|
|
| ||||||||||
⅛ |
⅛ |
⅛ | |||||||||||
Kepuasan Perempuan dengan Kanker Payudara terhadap Perilaku Mencari Pengobatan |
Gambar 2.
Dampak Kanker Payudara pada Perempuan dengan Kanker Payudara
Gambar 3.
Perilaku Mencari Pengobatan pada Perempuan dengan Kanker Payudara
Gambar 4.
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perilaku Mencari Pengobatan pada Perempuan dengan Kanker Payudara
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perilaku Mencari Pengobatan pada Perempuan dengan Kanker Payudara
Faktor Psikologis |
Faktor Karakteristik Pengobatan |
Faktor Personal |
Faktor Lingkungan |
Gambar 5.
Dampak Perilaku Mencari Pengobatan pada Perempuan dengan Kanker Payudara
Dampak Perilaku Mencari Pengobatan pada Perempuan dengan Kanker Payudara
_______i_______ |
I |
_______i_______ | |
Dampak Tidak |
Dampak |
Dampak |
Dampak |
Melakukan |
Pengobatan |
Pengobatan |
Pengobatan |
Penogbatan |
Tradisional |
Sendiri |
Modern |
11
Discussion and feedback