Peran konsep diri dan persepsi anak mengenai harapan orangtua terhadap kematangan pemilihan karir pada siswa sma di Kota Denpasar
on
Jurnal Psikologi Udayana
Edisi Khusus Psikologi Pendidikan, 174-182
Program Studi Sarjana Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana e-ISSN: 26544024; p-ISSN: 2354 5607
Peran konsep diri dan persepsi anak mengenai harapan orangtua terhadap kematangan pemilihan karir pada siswa sma di Kota Denpasar
Ni Kadek Sri Wahyuni Pradnyawati dan I Made Rustika Program Studi Sarjana Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana [email protected]
Abstrak
Keberhasilan yang diraih seseorang dalam kehidupan di masa depan sangat ditentukan oleh kemampuannya mempertimbangkan pilihan karir yang sesuai. Hal ini sangat berkaitan dengan kematangan pemilihan karir. Kematangan pemilihan karir dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Salah satu faktor internal yang sangat berperan yaitu pandangan tentang diri, sedangkan faktor eksternal adalah stimulus yang diberikan oleh lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran konsep diri dan persepsi anak mengenai harapan orangtua terhadap kematangan pemilihan karir. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitaif. Subjek dalam penelitian ini adalah 98 orang siswa SMA di Kota Denpasar yang dipilih dengan menggunakan teknik cluster random sampling. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala kematangan pemilihan karir, skala konsep diri, dan skala persepsi anak mengenai harapan orangtua. Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi berganda. Hasil uji regresi berganda menunjukkan nilai koefisien regresi sebesar 0,549, nilai koefisien determinasi sebesar 0,301 dan nilai signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05) dengan koefisien beta terstandarisasi pada variabel konsep diri sebesar 0,271 dan variabel persepsi anak mengenai harapan orangtua sebesar 0,357. Hasil tersebut menunjukkan bahwa konsep diri dan persepsi anak mengenai harapan orangtua secara bersama-sama berperan meningkatkan taraf kematangan pemilihan karir pada siswa SMA di Kota Denpasar.
Kata kunci: kematangan pemilihan karir, konsep diri, persepsi anak mengenai harapan orangtua, siswa SMA
Abstract
The success achieved by someone in the future is determined by their ability to consider appropriate career choices. This is closely related to career selection maturity. Career selection maturity is influenced by internal and external factors. One internal factor that plays a role is the view of self, while external factors are stimuli given by the environment. This study aims to determine the role of self-concept and perception of children about parents' expectations for career selection maturity. The research method used is a quantitative method. The subjects in this study were 98 teenagers of high school students in Denpasar City who were selected using the cluster random sampling technique. The measuring instruments used in this study are career selection maturity scale, self concept scale, and perception of children about parents' expectations scale. The data analysis technique used is multiple regression. The results of multiple regression tests show a regression coefficient of 0.549, a determination coefficient of 0.301 and a significance value of 0.000 (p <0.05) with a standardized beta coefficient on the self concept variable of 0.271 and parental expectations of 0.357. These results indicate that self-concept and perception of children about parents' expectations together play a role in increasing the level of career selection maturity for high school students in the city of Denpasar.
Keywords : career selection maturity, high school students, self-concept, perception of children about parents' expectations.
LATAR BELAKANG
Remaja mengalami proses perkembangan dalam beberapa aspek kehidupan seperti, perkembangan fisik, perkembangan kognitif, perkembangan kepribadian, dan sosial (Papalia & Olds, 2001). Perkembangan kepribadian yang terjadi pada masa remaja adalah pencarian identitas diri, sehingga konflik utama yang dialami remaja adalah pencarian identitas versus kebingungan identitas (Erikson dalam Papalia & Olds, 2001). Muncul berbagai pertanyaan pada diri remaja, salah satunya adalah pertanyaan mengenai ingin menjadi apa di masa depan. Saat duduk di bangku SMA terdapat tugas perkembangan yang mana seorang remaja dituntut untuk melakukan pemilihan jurusan dan perguruan tinggi yang diminati. Berawal dari sebuah cita-cita yang ingin dicapai, perlahan remaja mulai mewujudkannya dengan memilih jurusan sesuai karir yang diharapkannya kelak.
Menurut Ginzberg (dalam Winkel & Hastuti, 2013) perkembangan karir remaja pada usia 17 sampai dengan 18 tahun mulai beralih dari tahap tentatif ke tahap realistik. Sebelum memasuki tahap realistik remaja mempertimbangkan karir berdasarkan kesenangan, ketertarikan, dan minat saja tanpa pertimbangan lain. Selama fase ini remaja secara ekstensif mencoba karir yang memungkinkan, setelah itu mulai fokus pada suatu bidang, dan melakukan pemilihan karir. Secara umum, kematangan pemilihan karir merupakan suatu proses dari individu sebagai usaha mempersiapkan dirinya untuk memasuki tahapan yang berhubungan dengan pekerjaan (Setyawardani, 2009).
Menurut Erikson (dalam Muss, dkk, 2001) kesalahan dalam pemilihan karir dapat disebabkan oleh kebingungan identitas yang dialami remaja. Sebaliknya ketika remaja mampu melakukan pemilihan karir dengan matang maka remaja akan dapat membentuk identitasnya. Salah satu kondisi yang dimungkinkan berpengaruh dalam pengembangan karir adalah kesadaran mengenai tuntutan pendidikan yang diperlukan untuk menekuni karir. Ketika memasuki dunia kerja, karir akan berkembang apabila diawali dengan persiapan pendidikan yang lebih baik (Santrock, 2003).
Menurut data Kemenristekdikti (2017) mahasiswa Indonesia sebanyak 196.176 orang drop out pada tahun 2017. Selain itu, data Kemendikbud (2014) menyatakan bahwa presentase siswa SMA jurusan IPA yang diterima ke jurusan soshum pada SNMPTN di salah satu perguruan tinggi negeri mencapai 39,03% pada tahun 2014. Hasil Konferensi Pers Indonesia Resources Forum (HRF) 2017 menyatakan bahwa sebanyak 87% mahasiswa Indonesia salah mengambil jurusan (Makmun, 2017). Salah jurusan yang dimaksud adalah seseorang yang bekerja pada bidang yang tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan sebelumnya. Contohnya seseorang yang berkuliah di jurusan teknik, tetapi bekerja di perusahaan gas. Menurut Aji (dalam Makmun, 2017) ketika bekerja tidak sesuai minat akan memengaruhi kinerja yang ditunjukkan dalam bekerja sehingga kinerja yang ditampilkan cenderung kurang optimal. Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa beberapa remaja mengalami kesulitan dalam melakukan eksplorasi terkait dengan kematangan pemilihan karir mereka.
Namun menurut Super (Brown, 2002) siswa SMA berada pada rentang usia 16-18 tahun sesuai dengan tahapan perkembangan karirnya baru memulai mempersempit pilihan karir dan belum memiliki komitmen penuh atas pilihan karir.
Studi pendahuluan yang dilakukan pada 30 orang siswa SMA Negeri di Denpasar dengan menggunakan angket menunjukkan bahwa terdapat 10 orang siswa yang memiliki tingkat kematangan pemilihan karir yang tinggi, 18 orang siswa dengan tingkat kematangan pemilihan karir yang sedang, dan 2 orang siswa dengan tingkat kematangan pemilihan karir yang rendah. Adanya perbedaan tingkat kematangan pemilihan karir pada remaja menimbulkan pertanyaan mengapa ada remaja yang memiliki tingkat kematangan pemilihan karir yang rendah sementara yang lain tinggi.
Faktor-faktor yang memengaruhi tingkat kematangan pemilihan karir yang baik terdiri dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu pandangan tentang diri mengenai bakat, minat, dan kemampuan. Fottler dan Bain (dalam Akbar, 2011) mengatakan individu yang memiliki kematangan pemilihan karir merupakan individu yang memiliki pengetahuan, talenta, dan kemampuan untuk melangkah maju. Menurut Calhoun dan Accocella (1990) pandangan mengenai diri sendiri disebut dengan konsep diri. Super (dalam Winkel & Hastuti, 2013) menekankan bahwa konsep diri yang dimiliki individu merupakan penentu dari kematangan pemilihan karir. Menurut Super, bidang karir yang dipilih seseorang adalah gambaran dari konsep diri yang dimiliki seseorang tersebut. Ketika individu mengalami pertimbangan karir dalam hidupnya, konsep diri dapat menjadi petunjuk individu dalam mengambil keputusan atas pertimbangan tersebut.
Brooks dan Emmert (dalam Rahmat, 2000) menjelaskan lima ciri-ciri individu yang memiliki konsep diri yang positif yaitu merasa yakin akan kemampuannya, merasa setara dengan orang lain, menerima pujian tanpa rasa malu, menyadari bahwa setiap orang mempunyai perasaan, keinginan, dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui oleh masyarakat, serta mampu memperbaiki diri karena sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak disenangi dan berusaha mengubahnya. Menurut Susana (2006) individu yang memiliki konsep diri yang positif, akan membentuk penghargaan yang tinggi terhadap diri sendiri sehingga akan menentukan sejauh mana seseorang yakin akan kemampuan dan keberhasilan dirinya. Seorang siswa yang memiliki konsep diri yang positif akan berusaha dan berjuang yang dalam hal ini berkaitan dengan kematangan pemilihan karir yang tepat. Menurut Calhoun dan Acocella (1990) siswa yang memiliki konsep diri negatif cenderung benar-benar tidak tahu siapa dirinya, kekuatan, kelemahannya, serta hal-hal yang dihargai dalam kehidupannya atau bahkan menciptakan citra diri yang tidak mengizinkan adanya penyimpangan dari aturan-aturan yang menurutnya yang paling tepat sehingga cenderung memiliki kematangan pemilihan karir yang buruk.
Selain faktor internal terdapat faktor eksternal yang memengaruhi kematangan pemilihan karir remaja yaitu
stimulus dari lingkungan sekitar remaja. Menurut Roe (dalam Tarsidi, 2007) iklim hubungan antara anak dan orang tua merupakan kekuatan utama yang membangkitkan kebutuhan, minat, dan sikap yang kemudian tercermin dalam pemilihan karir. Menurut Santrock (2003) orangtua memiliki pengaruh yang sangat besar dalam kematangan pemilihan karir remaja. Pengambilan keputusan pada remaja tentang eksplorasi karir akan dipengaruhi oleh orang tua. Salah satu sikap tersebut adalah sikap orangtua yang menaruh harapan pada anaknya (Gunarsa, 2006). Harapan orangtua yang terbentuk dalam diri remaja memiliki hubungan dengan pengambilan keputusan mengenai kematangan pemilihan karir. Menurut Robbins (2009) setiap pembuatan keputusan memerlukan interpretasi dan informasi lingkungan terlebih dahulu.
Informasi dari orangtua terkandung dalam pola interaksi antara orangtua dengan anak. Jika interaksi antara orangtua dengan anak berlangsung kondusif tentu akan memberikan wawasan yang lebih luas pada anak terkait pilihan karir yang ada dan memengaruhi persepsi anak mengenai harapan orangtuanya. Persepsi anak mengenai harapan orangtua adalah proses penilaian terhadap harapan orangtua sebagai objek persepsinya (Hayati dan Gusniarti, 2007). Jika persepsi anak mengenai harapan orangtua adalah persepsi yang positif, maka remaja akan memikirkan harapan orangtua sebagai dukungan untuk mendapatkan pilihan karir. Sebaliknya jika persepsi anak mengenai harapan orangtua yang timbul adalah persepsi yang negatif, maka remaja akan menganggap bahwa harapan orangtua sebagai sebagai tekanan bagi dirinya. Hal tersebut akan membawa pengaruh yang buruk pada remaja karena semakin negatif persepsi remaja pada harapan orangtuanya, maka semakin memunculkan kebingungan dan kebimbangan dalam kematangan pemilihan karir remaja.
Berdasarkan uraian dari penjelasan di atas mengenai kematangan pemilihan karir yang terjadi pada remaja, maka dari itu penulis tertarik untuk melakukan studi penelitian lebih lanjut mengenai peran konsep diri dan persepsi anak mengenai harapan orangtua terhadap kematangan pemilihan karir pada siswa SMA di Kota Denpasar.
METODE PENELITIAN
Variabel dan Definisi Operasional
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Terdapat dua variabel bebas yaitu konsep diri dan persepsi anak mengenai harapan orangtua, sedangkan variabel terikat adalah kematangan pemilihan karir.
Kematangan pemilihan karir
Kematangan pemilihan karir adalah proses pembuatan keputusan untuk memilih bidang pekerjaan yang ingin ditekuni dengan kemampuan diri dalam menguasai tugas perkembangan karir.
Konsep diri
Konsep diri adalah gambaran tentang pengetahuan, pengharapan, dan penilaian terhadap diri sendiri yang memengaruhi tujuan hidup seseorang.
Persepsi anak mengenai harapan orangtua
Persepsi anak mengenai harapan orangtua adalah proses penilaian anak mengenai keinginan orangtua terhadap masa
depan anak yang disertai dengan kegiatan pendampingan dan pemberian dorongan.
Responden
Populasi dalam penelitian ini adalah remaja yang berada dalam tahap remaja madya yang memiliki rentang usia 16-18 tahun yang sedang menempuh pendidikan sekolah mengenah atas (SMA) di Kota Denpasar.
Tempat Penelitian
Teknik yang digunakan dalam mengambil data penelitian dengan menggunakan rumus Field yaitu 50 + 8 x Variabel Bebas, sehingga diperoleh jumlah sampel minimum sebanyak 66 orang. Maka, jumlah sampel minimum dalam penelitian sebanyak 66 orang. Peneliti menyebarkan 100 skala penelitian namun 2 skala tidak terisi dengan lengkap sehingga didapatkan subjek penelitian sejumlah 98 orang.
Alat Ukur
Alat yang penelitian menggunakan tiga skala yaitu skala kematangan pemilihan karir, skala konsep diri, dan skala persepsi anak mengenai harapan orangtua. Skala kematangan pemilihan karir dibuat sendiri oleh peneliti dengan menggunakan aspek berdasarkan Parsons (dalam Brown, 2002). Skala konsep diri dibuat sendiri oleh peneliti dengan menggunakan aspek berdasarkan Calhoun dan Acocella (1990). Skala persepsi anak mengenai harapan orangtua dibuat sendiri oleh peneliti dengan menggunakan aspek berdasarkan Steinberg (2002).
Model skala yang digunakan adalah skala likert yang disajikan dalam bentuk pernyataan yang favorable dan unfavorable dengan empat alternatif jawaban yang terdiri dari Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS).
Suatu alat ukur yang valid, tidak sekedar mampu mengungkapkan data yang tepat akan tetapi juga harus memberikan gambaran yang cermat mengenai data tersebut (Azwar, 2016). Penelitian ini menggunakan dua jenis pengukuran validitas, yaitu validitas isi dan validitas konstruk. Uji validitas berdasarkan pendapat professional (professional judgement), yaitu pembimbing (Suryabrata, 2006). Uji validitas konstruk dilakukan dengan melihat koefisien korelasi aitem total (rix) sebesar 0,30 dan jika jumlah proporsi aitem tidak memenuhi setiap dimensi alat ukur, maka koefisien korelasi aitem total dapat diturunkan menjadi 0,25 (Azwar, 2014). Uji validitas konstruk dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi Product Moment Pearson pada program SPSS (Statistical Package for Social Service) 22.0 for Windows.
Instrumen dikatakan reliabel jika terdapat konsistensi hasil pengukuran yang digunakan oleh orang atau kelompok orang yang sama dalam waktu berlainan (Suryabrata, 2006). Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas yang angkanya berada dalam rentang dari 0 sampai dengan 1,00. Semakin tinggi koefisien reliabilitas mendekati angka 1,00 berarti semakin tinggi reliabilitas. Sebaliknya koefisien yang semakin rendah mendekati angka 0, berarti semakin rendah reliabilitasnya (Azwar, 2016). Uji reliabilitas dalam
penelitian ini menggunakan menggunakan formula Alpha Cronbach. Guna mempermudah perhitungan digunakan program Statistical Product and Service Solution (SPSS).
Uji coba alat ukur dilakukan pada hari Jumat, 18 Januari 2019 bertempat di SMA Negeri 3 Denpasar. Uji validitas dilakukan pada skala kematangan pemilihan karir terdiri dari 48 aitem menghasilkan 42 aitem yang valid. Aitem-aitem yang valid memiliki koefisien aitem total berkisar antara 0,309 sampai 0,684. Hasil uji reliabilitas skala kematangan pemilihan karir dengan menggunakan teknik Alpha Cronbach menunjukkan nilai koefisien Alpha (α) sebesar 0,936. Angka tersebut menunjukkan bahwa skala kematangan pemilihan karir mampu mencerminkan 93,60% nilai skor murni subjek.
Uji validitas sudah dilaksanakan pada skala konsep diri yang terdiri dari 48 aitem menghasilkan 36 aitem yang valid. Aitem-aitem yang valid memiliki koefisien korelasi aitem total berkisar antara 0,271 sampai 0,604. Hasil uji reliabilitas skala konsep diri dengan menggunakan teknik Alpha Cronbach menunjukkan nilai koefisien Alpha (α) sebesar 0,896. Angka tersebut menunjukkan bahwa skala konsep diri mampu mencerminkan 89,60% nilai skor murni subjek.
Uji validitas sudah dilaksanakan pada skala persepsi anak mengenai harapan orangtua yang terdiri dari 48 aitem. Uji validitas menghasilkan 41 aitem yang valid. Aitem-aitem yang valid memiliki koefisien korelasi aitem total berkisar antara 0,266 sampai 0,675. Hasil uji reliabilitas skala persepsi anak mengenai harapan orangtua dengan menggunakan teknik Alpha Cronbach menunjukkan nilai koefisien Alpha (α) sebesar 0,923. Angka tersebut menunjukkan bahwa skala persepsi anak mengenai harapan orangtua mampu mencerminkan 92,30% nilai skor murni subjek.
Teknik Analisis Data
Uji asumsi dilaksanakan sebelum melakukan uji hipotesis. Uji asumsi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah uji normalitas, uji linieritas serta uji multikolinieritas. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov, uji linearitas dilakukan dengan menggunakan uji Compare Means, dan uji multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF) dan nilai Tolerance. Ketika uji asumsi telah terpenuhi dilanjutkan dengan uji hipotesis dengan menggunakan analisis regresi berganda dengan bantuan software SPSS versi 22.
HASIL PENELITIAN
Karakteristik Subjek
Berdasarkan data hasil penelitian, subjek berjumlah 98 orang. Subjek berjenis kelamin perempuan sejumlah 57 orang dan berjenis kelamin laki-laki sejumlah 41 orang. Mayoritas subjek berusia 17 tahun. Mayoritas pendidikan terakhir orangtua subjek adalah SMA, diperingkat kedua adalah S1. Mayoritas pekerjaan ayah subjek adalah pegawai swasta, sedangkan mayoritas pekerjaan ibu subjek sebagai ibu rumah tangga.
Deskripsi Data Penelitian
Hasil deskripsi data dalam penelitian kematangan pemilihan karir, konsep diri, dan persepsi anak mengenai harapan orangtua dapat dilihat dalam tabel 1 (lampiran).
Hasil deskripsi statistik pada tabel 1 menunjukkan bahwa kematangan pemilhan karir memiliki nilai mean teoritis sebesar 105 dan nilai mean empiris sebesar 122,4. Perbedaan antara mean empiris dengan mean teoritis pada variabel kematangan pemilihan karir sebesar 17,4 dengan nilai t sebesar 9,761 (p=0,000). Nilai mean empiris yang diperoleh lebih besar daripada mean teoritis (mean empirirs > mean teoritis) mengindikasikan bahwa subjek memiliki taraf kematangan pemilihan karir yang tinggi.
Hasil deskripsi statistik pada tabel 1 menunjukkan bahwa konsep diri memiliki nilai mean teoritis sebesar 90 dan nilai mean empiris sebesar 111. Perbedaan antara mean empiris dengan mean teoritis pada variabel konsep diri sebesar 21 dengan nilai t sebesar 22,482 (p=0,000). Nilai mean empiris yang diperoleh lebih besar daripada mean teoritis (mean empirirs > mean teoritis) mengindikasikan bahwa subjek memiliki taraf konsep diri yang tinggi atau positif.
Hasil deskripsi statistik pada tabel 1 menunjukkan bahwa persepsi anak mengenai harapan orangtua memiliki nilai mean teoritis sebesar 102,5 dan nilai mean empiris sebesar 130. Perbedaan antara mean empiris dengan mean teoritis pada variabel persepsi anak mengenai harapan orangtua sebesar 27,5 dengan nilai t sebesar 15,541 (p=0,000). Nilai mean empiris yang diperoleh lebih besar daripada mean teoritis (mean empirirs > mean teoritis) mengindikasikan bahwa subjek memiliki taraf persepsi anak mengenai harapan orangtua yang sangat tinggi atau sangat positif.
Uji Asumsi
Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov. Bila probabilitas lebih besar daripada 0.05, berarti data berdistribusi secara normal (Azwar, 2016). Tabel 2 (terlampir) menunjukkan bahwa ketiga variabel berdistribusi normal. Hasil uji normalitas menunjukkan bahwa data pada variabel kematangan pemilihan karir berdistribusi normal dengan nilai Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,065 dan signifikansi sebesar 0,200 (p>0,05). Variabel konsep diri berdistribusi normal dengan nilai Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,086 dan signifikansi sebesar 0,068 (p>0,05). Variabel persepsi anak mengenai harapan orangtua berdistribusi normal dengan nilai Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,054 dan signifikansi sebesar 0,200 (p>0,05).
Hasil uji linearitas pada tabel 3 (terlampir) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang linear antara variabel kematangan pemilihan karir dengan variabel konsep diri dengan signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05) dan signifkansi deviation from linearity sebesar 0,269 (p>0,05). Hubungan antara variabel kematangan pemilihan karir dengan variabel persepsi anak mengenai harapan orangtua juga memiliki hubungan yang linear dengan signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05) dan signifkansi deviation from linearity sebesar 0,410 (p>0,05).
Hasil uji multikolinearitas pada tabel 4 (terlampir) menunjukkan bahwa variabel konsep diri dan variabel persepsi anak mengenai harapan orangtua memiliki nilai tolerance > 0,1 dan nilai VIF < 10, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas antar variabel bebas.
Uji Hipotesis
Hasil uji regresi pada tabel 5(terlampir) menunjukkan F hitung sebesar 20,492 dengan signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05). Maka dapat dinyatakan bahwa konsep diri dan persepsi anak mengenai harapan orangtua berperan terhadap kematangan pemilihan karir pada siswa SMA di Denpasar.
Tabel 6 (terlampir) menunjukkan nilai R sebesar 0,549 dengan nilai koefisien determinasi (R Square) sebesar 0,301. Hal tersebut menunjukkan konsep diri dan persepsi anak mengenai harapan orangtua memiliki peran sebesar 30,1% terhadap kematangan pemilihan karir, sedangkan 69,9% ditentukan oleh variabel yang tidak diteliti pada penelitian ini.
Tabel 7 (terlampir) menunjukkan variabel konsep diri memiliki nilai koefisien beta terstandarisasi sebesar 0,271 dan memiliki taraf signifikansi sebesar 0,008 (p<0,05), sehingga konsep diri berperan dalam meningkatkan taraf kematangan pemilihan karir. Variabel persepsi anak mengenai harapan orangtua memiliki nilai koefisien beta terstandarisasi sebesar 0,357 dan memiliki taraf signifikansi sebesar 0,001 (p<0,05), sehingga persepsi anak mengenai harapan orangtua berperan dalam meningkatkan taraf kematangan pemilihan karir.
PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN
Hasil analisis data menunjukkan R sebesar 0,549 dengan nilai koefisien determinasi sebesar 0,301 dengan demikian dapat disebutkan bahwa konsep diri dan persepsi anak mengenai harapan orangtua berperan terhadap kematangan pemilihan karir pada siswa SMA di Kota Denpasar. Variabel konsep diri dan variabel persepsi anak mengenai harapan orangtua memiliki peran sebesar 30,1% terhadap variabel kematangan pemilihan karir, sedangkan 69,9% ditentukan oleh variabel yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
Variabel konsep diri memiliki nilai koefisien beta terstandarisasi sebesar 0,271 dan memiliki taraf signifikansi sebesar 0,008 (p<0,05), sehingga konsep diri berperan dalam meningkatkan taraf kematangan pemilihan karir. Hal ini sejalan dengan penelitian Nofrita (2008) terhadap 116 siswa SMA Negeri 1 Padang Panjang menunjukkan bahwa terdapat kontribusi konsep diri yang signifikan terhadap perencanaan arah karir siswa sebesar 16,9%. Hal ini sesuai dengan pendapat Winkel dan Hastuti (2004) yang mengatakan bahwa variabel konsep diri merupakan garis dasar yang berhubungan dengan berbagai pilihan yang dibuat dan menjadi benang merah dalam menyusun rencana masa depan. Ketika konsep diri seseorang baik, maka dia juga bisa merencanakan pilihan karirnya dengan baik, begitupun sebaliknya. Individu yang memiliki konsep diri yang positif akan cenderung memiliki taraf kematangan pemilihan karir yang tinggi dibandingkan dengan individu yang memiliki konsep diri yang negatif.
Menurut Super (dalam Santrock, 2003) kematangan pemilihan karir sangat berkaitan dengan konsep diri. Demikian halnya, Atkinson, Atkinson, dan Hilgard (1983) yang mengungkapkan bahwa gambaran seseorang tentang dirinya berpengaruh terhadap pilihan pendidikan yang dibuat ke depannya. Pemahaman diri adalah gambaran kognitif remaja mengenai dirinya, dasar, dan isi dari konsep diri remaja (Santrock, 2003). Pemahaman diri mengenai kelebihan, kekurangan, bakat, minat, dan cita-cita yang sesuai dengan keadaan diri membuat seseorang dapat mengembangkan diri secara optimal sehingga mampu merencanakan dan memilih karirnya dengan tepat yang sesuai dengan konsep diri yang dimiliki.
Variabel persepsi anak mengenai harapan orangtua memiliki nilai koefisien beta terstandarisasi sebesar 0,357 dan memiliki taraf signifikansi sebesar 0,001 (p<0,05), sehingga persepsi anak mengenai harapan orangtua berperan dalam meningkatkan taraf kematangan pemilihan karir. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ermadani (2015) terhadap 69 siswa SMPN 2 Lembah Gumanti yang menemukan adanya peran orangtua dalam membantu arah pilihan karir anak. Harapan orangtua berfungsi sebagai sebuah bentuk komunikasi nilai yang dimiliki orangtua kepada anak mengenai kemampuan dan kompetensi anak. Harapan orangtua yang dikomunikasikan kepada anak akan meningkatkan keyakinan anak terhadap kemampuan dan kompetensi yang dimilikinya (Yamamoto & Holloway, 2010).
Hasil uji regresi berganda nilai koefisien beta terstandarisasi persepsi anak mengenai harapan orangtua lebih tinggi dari nilai koefisien beta terstandarisasi konsep diri sehingga dapat disebutkan bahwa persepsi anak mengenai harapan orangtua memiliki peran yang lebih besar terhadap kematangan pemilihan karir dibandingkan dengan konsep diri. Ketika anak memiliki prestasi akademik yang kurang baik tetapi disertai dengan dukungan dan harapan orangtua yang positif akan mampu memengaruhi motivasi anak dalam meningkatkan prestasi anaknya. Sama halnya dengan kematangan pemilihan karir anak yang memiliki pandangan diri positif tentang karir yang diharapkan namun tidak disertai dengan dukungan dan harapan orangtua yang suportif mengenai karir tersebut maka anak cenderung tidak percaya diri dan kurang termotivasi untuk mengaktualisasikan harapannya. Hal ini sesuai dengan teori self-fulfilling prophecy yang menyatakan bahwa kecendrungan ekspektasi atau perkiraan untuk terwujud (Taylor, Peplau, & Sears, 2009). Pengharapan tentang diri menyebabkan seseorang bertindak dengan cara membuat pengharapan-tersebut menjadi kenyataan, dampak dari teori ini menunjukkan potensi kekuatan stereotip dan sumber pengharapan lainnya berpengaruh pada perilaku manusia. Perlakuan orangtua merupakan bagian dari proses selffulfilling prophecy, sedangkan yang dirasakan anak adalah pembentukan konsep diri. Menurut Iswidharmanjaya (dalam Yulianti, 2007) penilaian yang diberikan oleh orangtua sebagian besar akan menjadi penilaian yang dipegang oleh anak, harapan orangtua akan menjadi masukan ke dalam cita-cita anak.
Pengambilan keputusan pada remaja tentang eksplorasi karir akan banyak dipengaruhi oleh orangtua. Hal ini terjadi karena hubungan antara remaja dan keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh besar terhadap berbagai aspek perkembangan remaja (Santrock, 2003). Taylor, Harris, dan Taylor (dalam Olaosebican, 2014) mengemukakan bahwa keluarga, orangtua, dan wali khususnya memainkan peran penting dalam aspirasi kerja dan pengembangan tujuan karir anak-anak mereka. Tanpa persetujuan atau dukungan orangtua, remaja sering kali kurang termotivasi untuk mencari infromasi yang berkaitan dengan berbagai pilihan karir yang ada.
Hasil kategorisasi subjek pada variabel persepsi anak mengenai harapan orangtua menunjukkan bahwa mayoritas subjek memiliki taraf persepsi anak mengenai harapan orangtua yang sangat positif. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas pendidikan terkahir ayah dan ibu adalah SMA dan di peringkat kedua pendidikan terakhir orangtua yaitu S1. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan terakhir orangtua memengaruhi harapan orangtua terhadap anaknya. Orangtua dengan pendidikan yang tinggi memiliki lebih banyak informasi mengenai beragam karir sehingga anak memiliki kesempatan untuk berdiskusi dengan orangtua. Menurut Lee dan Burkham (dalam Taylor & Yu, 2008) kemampuan kognitif anak dikaitkan dengan latar belakang pendidikan orangtua. Misalnya orangtua yang berpendidikan mampu memberikan dukungan langsung seperti bantuan pada pekerjaan rumah anak, berbeda halnya dengan orangtua yang tingkat pendidikan rendah. Ketika harapan orangtua sangat positif kepada anak maka anak akan memberikan penilaian yang sangat positif pula pada harapan orangtua tersebut..
Menurut Keller (dalam Olaosebican, 2014) ketika siswa merasa didukung dan dicintai oleh orangtua, mereka memiliki keterampilan lebih dalam berpikir tentang karir dan dunia kerja daripada mereka yang tidak merasa didukung dan tidak dicintai oleh orangtua. Hasil penelitian Keller juga menunjukkan bahwa ketika siswa merasa didukung dan dicintai oleh orangtua, mereka lebih percaya pada kemampuan mereka sendiri untuk menemukan informasi karir dan memilih karir yang sesuai bagi mereka.
Hasil kategorisasi subjek pada variabel konsep diri menunjukkan bahwa mayoritas subjek memiliki taraf konsep diri yang tinggi atau positif. Hasil penelitian menunjukkan subjek yang menempuh pendidikan di lingkungan yang kondusif akan memengaruhi pembentukkan konsep diri positif pada siswa. Menurut Kemendikbud (2017) SMA Negeri 5 Denpasar termasuk ke dalam lima besar sekolah favorit di Kota Denpasar. Siswa yang menempuh pendidikan di SMA favorit merasa masyarakat memberikan stereotip postif kepada mereka sehingga siswa pun akan mengembangkan perasaan bangga dan berusaha untuk membentuk konsep diri yang positif pula. Seseorang membentuk konsep dirinya dengan jalan mengambil perspektif orang lain dan melihat dirinya sendiri sebagai objek sesuai dengan teori looking glass-self oleh Cooley (dalam Rahmat, 2007). Menurut Cooely (dalam Djuarsa, 2004) dasar konseptual teori ini adalah evaluasi diri atau penilaian diri melalui pandangan orang lain, pemberian
stereotip positif dari orang lain akan mengubah perasaan dan membuat seseorang melihat diri sendiri juga dengan positif.. Hal ini termasuk ke dalam salah satu aspek konsep diri yaitu penilaian tentang diri.
Menurut Calhoun dan Acocella (1990) konsep diri positif menunjukkan adanya penerimaan diri, individu dengan konsep diri positif mengenal dirinya dengan baik sekali, bersifat stabil, dan bervariasi. Individu yang memiliki konsep diri positif dapat menerima sejumlah fakta tentang dirinya sehingga evaluasi terhadap dirinya sendiri menjadi positif dan dapat menerima dirinya apa adanya. Individu yang memiliki konsep diri positif akan merancang tujuan-tujuan yang sesuai dengan realitas yaitu tujuan yang memiliki kemungkinan besar untuk dapat dicapai.
Hasil kategorisasi subjek pada variabel kematangan pemilihan karir menunjukkan bahwa mayoritas subjek memiliki taraf kematangan pemilihan karir yang tinggi. Tingginya taraf kematangan pemilihan karir pada siswa SMA di Kota Denpasar dipengaruhi oleh positifnya taraf konsep diri dan positifnya taraf persepsi anak mengenai harapan orangtua yang dimiliki oleh siswa SMA di Kota Denpasar. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil uji regresi berganda yang menyatakan bahwa konsep diri dan persepsi anak mengenai harapan orangtua secara bersama-sama berperan terhadap kematangan pemilihan karir.
Penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu populasi hanya mencakup satu daerah sehingga diperoleh hasil yang hanya bisa digeneralisasikan pada wilayah yang tidak terlalu luas. Selain itu, peneliti belum mendapatkan informasi mendalam dari orangtua terkait harapannya kepada anak sebagai konfirmasi data persepsi anak mengenai harapan orangtua.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah konsep diri dan persepsi anak mengenai harapan orangtua berperan dalam meningkatkan taraf kematangan pemilihan karir pada siswa SMA di Kota Denpasar. Mayoritas siswa SMA di Kota Denpasar memiliki taraf konsep diri yang tergolong tinggi atau positif. Mayoritas siswa SMA di Kota Denpasar memiliki taraf persepsi anak mengenai harapan orangtua yang tergolong sangat tinggi atau sangat positif. Mayoritas siswa SMA di Kota Denpasar memiliki taraf kematangan pemilihan karir yang tergolong tinggi.
Siswa diharapkan mampu mempertahankan serta meningkatkan konsep diri positif agar dapat mengaktualisasikan potensi-potensinya secara optimal dengan cara mengenali dengan jelas kemampuan diri seperti minat, bakat, kelebihan, serta kekurangan yang dimiliki melalui berbagai kegiatan. Hal ini yang mampu memudahkan siswa dalam melakukan pemilihan karir yang sesuai dengan minat dan bakat tersebut. Selain itu, siswa diharapkan mempertahankan persepsinya mengenai harapan orangtua agar tetap positif dengan cara menjaga komunikasi dengan orangtua sehingga lebih memahami harapan yang dimiliki orangtua terhadap dirinya.
Orangtua diharapkan mampu membantu dalam mempertahankan konsep diri anak dengan cara penggalian potensi-potensi sejak dini melalui kegiatan yang beragam sehingga anak mampu menentukkan kegiatan yang disukainya. Selain itu, orangtua diharapkan berperan dalam mempertahankan persepsi anak mengenai harapan orangtua dengan cara menciptakan lingkungan keluarga yang kondusif. Ketika interaksi antara orangtua dengan anak terjalin dengan baik, anak akan mengembangkan persepsi yang positif kepada orangtua sehingga anak lebih termotivasi untuk meningkatkan prestasi dan potensi yang dimiliki.
Institusi pendidikan diharapkan mampu membuat programprogram yang dapat meningkatkan konsep diri dan persepsi anak mengenai harapan orangtua sehingga dapat mengurangi kesalahan-kesalahan yang muncul ketika melakukan pemilihan karir. Institusi pendidikan dapat meningkatkan konsep diri siswa dengan memaksimalkan ektrakurikuler dalam mengembangkan bakat dan minat yang dimiliki siswa. Selain itu, institusi pendidikan dapat meningkatkan persepsi anak mengenai harapan orangtua dengan menyelenggarakan ceramah bagi orangtua siswa yang membahas mengenai pola asuh yang efektif pada anak sehingga dapat menciptakan lingkungan keluarga yang harmonis.
Peneliti selanjutnya berdasarkan keterbatasan penelitian diharapkan melakukan beberapa hal. Pertama, penelitian selanjutnya diharapkan mampu mengembangkan penelitian ini dengan menggunakan mix-method untuk mendapatkan data tambahan dari orangtua mengenai harapannya kepada anak sehingga bisa mengkonfirmasi data yang telah didapat sebelumnya. Kedua, diharapkan mampu meneliti variabel bebas lain selain variabel yang telah diteliti dalam penelitian ini yang memengaruhi taraf kematangan pemilihan karir, seperti kecerdasan emosional, motivasi berprestasi, efikasi diri, harga diri, dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Akbar. (2011). Kecendrungan Pemilihan Karir berdasarkan Gaya Belajar pada Siswa SMA Kelas XII. Jurnal Psikologi Perkembangan. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Atkinson, R. L., Atkinson, R. C., & Hilgard, E. R. (1983).
Intoduction to Psychology. San Diego: Harcourt Brace Jovanovich, Publishers.
Azwar, S. (2014). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Azwar, S. (2016). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Brown, D., & Brooks, L. (2002). Career Choice and Development, Aplliying Contempory Theories to Practice. San Francisco. California: Jossey - Bass.
Calhoun, J.F.& Acocella.J.R. (1990). Psikologi tentang Penyesuaian dan Hubungan Kemanusiaan. Semarang: IKIP Semarang Press.
Djuarsa. (2004). Teori Komunikasi. Jakarta: Universitas Terbuka.
Ermadani. (2015). Peran Orang Tua dalam Membantu Arah Pilihan Karir Anak di Kelas IX SMP Negeri 2 Lembah Gumanti Kabupaten Solok. Jurnal Ilmiah Mahasiswa STKIP PGRI Sumbar. Sumatera Barat: STKIP PGRI .
Field, A. (2009). Discovering Statistic Using SPSS. SAGE Publication.
Gunarsa, S.D & Gunarsa, Y.S. (2006). Psikologi Praktis : Anak, Remaja dan Orang Tua. Jakarta: BPK. Gunung Mulia.
Hayati & Gusniarti, U. (2007). Hubungan antara Persepsi Siswa tentang Tuntutan dan Harapan dengan Stres Siswa di Sekolah Menengah Umum. Jurnal Psikologika.
Kemendikbud. (2014). Presentase Siswa Lintas Jurusan pada SNMPTN. Jakarta: Puspendik.
Kemendikbud. (2017). Daftar Peringkat SMA Terbaik Kota Denpasar 2017. Denpasar: Puspendik.
Kemenristekdikti. (2017). Statistik Pendidikan Tinggi 2017. Jakarta: Pusdatin IPTEK Dikti
Makmun. (2017). Psikologi Kependidikan Perangkat Pengajaran Modul. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Muss, R. E. , Olds, S. W. , & Fealdman. (2001). Human
Development. Boston: McGraw-Hill Companies.
Nofrita. (2008). Kontribusi Konsep Diri terhadap Perencanaan Arah Karir Siswa (Studi pada Siswa Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Padang Panjang). Skripsi (belum dipublikasikan). Padang: STKIP PGRI Padang Sumbar.
Olaosebican. (2014). Effect of Parental Influence On Adolesencents Career Choice In Badagri Local Goverment Area of Lagos State Nigeria. Journal of Research and Method in Education.
Papalia, D E., Olds, S. W., & Feldman, Ruth D. (2001). Human Development. Boston: McGraw-Hill.
Rahmat. (2000). Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Rahmat. (2007). Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Robbins, S. P & Judge, T. A. (2009). Perilaku Organisasi. Jakarta: Salemba Empat.
Santrock, Jhon W. (2003). Adolescence : Perkembangan Remaja. Jakarta :Erlangga.
Setyawardani. (2009). Faktor-faktor yang memengaruhi Mahasiswa Akuntasi dalam Pemilihan Karir menjadi Akuntan Publik. Jurnal Stiesia. Semarang: Universitas Diponegoro.
Silitonga. (2017). Hubungan Konsep Diri dengan Rencana Pilihan Karier pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 3 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2016/2017. Jurnal FKIP Unila. Bandar Lampung: Universitas Lampung.
Steinberg. (2002). Adolescence. New York: McGraw Haill Inc.
Suryabrata, S. (2006). Metode Penelitian. Jakarta: Rajawali Pers.
Susana, T. (2006). Konsep Diri: Apakah Itu?. Konsep Diri Positif, Menentukan Prestasi Anak. Yogyakarta: Kanisius
Tarsidi, Didi. (2007). Teori Perkembangan Karir. Jurnal Universitas Pendidikan Indonesia.
Taylor, S. E., Peplau L. A., & Sears D. O. (2009). Psikologi Sosial, edisi kedua belas. Jakarta: Prenadamedia Group.
Taylor, S. & Yu, D. (2008). The Importance of Socio-economic Status in Determining Educational Achievement in South Africa. South Africa: Developmnet Policy Research Unit University of Capetown..
Winkel & Hastuti. (2004). Bimbingan dan Konseling di Institusi
Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi.
Winkel & Hastuti. (2013). Bimbingan dan Konseling di Institusi
Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi.
Yamamoto, Y., dan Holloway, S.D. (2010). Parental Expectations and Childerns Academic Performance in Sociocultural Contex. International Journal.
Yulianti, D. (2007). Profil Pembelajaran Sains. Laporan penelitian. Semarang: Unnes.
LAMPIRAN
Tabel 1.
Deskripsi Data Penelitian
Variabel Penelitian |
Mean Teoritis |
Mean Empiris |
Standar Deviasi Teoritis |
Standar Deviasi Empiris |
Xmin |
Xmax |
Sebaran Teoritis |
Sebaran Empiris |
t (sig) |
Kematangan Pemilihan Karir |
105 |
122,4 |
21 |
17,6 |
42 |
168 |
42-168 |
84-168 |
9,761 (0,000) |
Konsep Diri |
90 |
111 |
18 |
9,3 |
36 |
144 |
36-144 |
90-141 |
22,482 (0,000) |
Persepsi anak mengenai Harapan Orangtua |
102,5 |
130 |
20,5 |
17,5 |
41 |
164 |
41-164 |
73-164 |
15,541 (0,000) |
Tabel 2.
Hasil Uji Normalitas Data Penelitian
Variabel |
Kolmogorv-Smirnov |
Sig. |
Kesimpulan |
Kematangan Pemilihan Karir |
0,065 |
0,200 |
Data Normal |
Konsep Diri |
0,086 |
0,068 |
Data Normal |
Persepsi Anak mengenai Harapan Orangtua |
0,054 |
0,200 |
Data Normal |
Tabel 3.
Hasil Uji Linieritas Data Penelitian
Variabel |
Linearity |
Deviation from Linearity |
Kesimpulan |
Kematangan Pemilihan Karir* Konsep Diri |
0,000 |
0,269 |
Data Linear |
Kematangan Pemilihan Karir* Persepsi Anak mengenai Harapan Orangtua |
0,000 |
0,410 |
Data Linear |
Tabel 4.
Hasil Uji Multikolinieritas Data Penelitian
Variabel |
Tolerance |
VIF |
Kesimpulan |
Konsep Diri |
0,730 |
1,370 |
Tidak terjadi multikolinearitas |
Persepsi Anak mengenai Harapan Orangtua |
0,730 |
1,370 |
Tidak terjadi multikolinearitas |
Tabel 5.
Hasil Uji Regresi Berganda
Sum of Squares |
df |
Mean Square |
F |
Sig. | |
Regression |
9091,008 |
2 |
4545,504 |
20,492 |
0,000 |
Residual |
21072,258 |
95 |
221,813 | ||
Total |
30163,265 |
97 |
Tabel 6.
Besaran Sumbangan Variabel Bebas terhadap Variabel Tergantung
R |
R Square |
Adjusted R Square |
Std. Error of the Estimate |
0,549 |
0,301 |
0,287 |
14,893 |
Tabel 7.
Hasil Uji Hipotesis Minor dan Garis Regresi Linear Berganda
Variabel |
Unstandardized Coefficients |
Standardized Coefficients |
T |
Sig. | |
B |
Sts. Error |
Beta | |||
(Constant) |
18,375 |
18,321 |
1,0003 |
0,318 | |
Konsep Diri |
0,516 |
0,191 |
0,271 |
2,701 |
0,008 |
Persepsi Anak mengenai Harapan |
0,359 |
0,101 |
0,357 |
3,555 |
0,001 |
Orangtua
182
Discussion and feedback