Jurnal Psikologi Udayana

Edisi Khusus Psikologi Pendidikan, 145-155


Program Studi Sarjana Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana e-ISSN: 26544024; p-ISSN: 2354 5607

Perbedaan motivasi belajar siswa ditinjau dari jenis kelamin dan urutan kelahiran di SMAN 1 Tabanan dengan sistem full day school

Gusti Ayu Nyoman Dyah Malini dan I Gusti Ayu Diah Fridari

Program Studi Sarjana Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

[email protected]

Abstrak

Motivasi adalah suatu dorongan yang menyebabkan individu bergerak untuk mencapai suatu hal yang diinginkan. Pendidikan SMA saat ini menggunakan sistem full day school dengan durasi waktu yang lebih lama menekankan pentingnya motivasi belajar siswa. Motivasi setiap individu berbeda-beda dilihat dari tingkat prestasi yang dimiliki masing-masing siswa, baik laki-laki dan perempuan. Pengalaman pada awal tahun kehidupan dan adanya harapan dari orangtua merupakan faktor yang memengaruhi motivasi siswa. Urutan kelahiran yang dianggap sebagai sistem sosial pertama bagi anak dalam lingkungan keluarga menyebabkan adanya perbedaan masing-masing karakter yang dimiliki oleh anak dan memengaruhi motivasi belajarnya sesuai dengan bagaimana perbedaan harapan yang diberikan oleh orangtua kepada anaknya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perbedaan dan pengaruh jenis kelamin dan urutan kelahiran terhadap motivasi belajar siswa dengan sistem full day school. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan subjek sejumlah 240 remaja pada rentang usia 15– 18 tahun dan tengah menempuh pendidikan di SMAN 1 Tabanan yang dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling. Instrumen penelitian ini adalah skala motivasi belajar yang telah diuji validitasnya, dengan reliabilitas 0,917. Metode analisis data menggunakan analisis two way anova menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,032 (p<0,05) artinya terdapat perbedaan motivasi ditinjau dari jenis kelamin dan urutan kelahiran.

Kata kunci: Full day school, jenis kelamin, motivasi belajar, urutan kelahiran.

Abstract

Motivation is a kind of encouragement that leads individuals to reach their desires. Currently, education applies a system of full day school in which it takes more time at school. Therefore, the motivation of the students is very required. Every individual has different motivations that can be seen through their own achievement which is male and female. An experience at the beginning of the year life and parents’ expectancy are kinds of factors that influence students’ motivation. Birth order which is considered as the first social system for children in their family can cause the different characters of the children and it will influence to their learning motivation in accordance with how their parents’ expectation is to them. This study aims at finding out the difference and influence of gender and birth order on students learning motivation with a full day school system. This study applied quantitative method with 240 subjects in the age of 15-18 years old. The subjects are still studying at SMAN 1 Tabanan which is chosen by used a purposive sampling technique. The instrument of this study is a learning motivation scale that has been tested for validity, with reliability of 0.917.Two way anova method is applied to analyze the data in which it shows that significance is 0,032 (p<0,05). The result of this study shows that differences of students learning motivation based on gender and birth order.

Keywords: Birth order, full day school, gender, learning motivation.

LATAR BELAKANG

Motivasi menjadi hal yang sangat penting untuk diperhatikan dalam dunia pendidikan. Motivasi adalah stimulasi atau rangsangan agar perilaku terjadi sesuai dengan arah yang dikehendaki (Azwar, 1990). Motivasi menjadi kunci keberhasilan siswa bila dalam dirinya terdapat suatu kemauan yang dominan untuk mencapai keberhasilan belajar dan tentu akan berpengaruh pula pada perilakunya yang sesuai dengan tujuan pendidikan, motivasi juga dapat digunakan untuk menjadi tolak ukur keberhasilan siswa dalam meraih prestasi dalam dunia pendidikan. Kemampuan intelektual yang bersifat umum (inteligensi) dan kemampuan yang bersifat khusus (bakat) merupakan modal dasar utama dalam usaha mencapai prestasi pendidikan, namun keduanya tidak akan banyak berarti apabila siswa sebagai individu tidak memiliki motivasi untuk berprestasi sebaik-baiknya. Kemampuan intelektual yang tinggi hanya akan terbuang sia-sia apabila individu yang memilikinya tidak mempunyai keinginan untuk berbuat dan memanfaatkan keunggulannya itu. Terlebih lagi bila individu yang bersangkutan memang memiliki kemampuan yang tidak begitu menggembirakan, maka tanpa adanya motivasi sulitlah rasanya untuk mengharapkan sesuatu prestasi (Azwar, 1990).

Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami perubahan baik emosi, tubuh, minat, pola perilaku dan juga penuh dengan masalah-masalah (Hurlock, 1998). Guru memiliki peranan penting untuk melihat serta membantu memberikan siswa motivasi dan menentukan bagaimana cara mengajar yang lebih tepat sehingga mampu untuk meningkatkan minat dan ketertarikan siswanya agar mampu menghargai suatu mata pelajaran. Tingginya motivasi siswa terhadap satu mata pelajaran tentu akan lebih dipahami oleh siswa serta dapat digunakan di dalam kehidupannya sehari-hari dan mampu diingat dalam jangka waktu yang lebih panjang.

Penelitian ini diawali dengan adanya suatu fakta yang diperoleh dari suatu sekolah menengah atas yakni SMA Negeri 1 Tabanan. SMA Negeri 1 Tabanan merupakan satu satunya sekolah di Kabupaten Tabanan yang memperoleh nominasi sebagai 503 besar sekolah berintegritas tinggi dan berprestasi tinggi di Indonesia versi Kemendikbud. Sekolah tersebut mampu mempertahankan nilai yang tinggi dengan integritas yang tinggi pula. Sekolah ini merupakan satu satunya sekolah yang saat ini sudah menerapkan sistem full day school khususnya di Kabupaten Tabanan-Bali. Full day school berasal dari bahasa Inggris, yaitu full artinya penuh, day artinya hari, sedangkan school artinya sekolah (Echols dan Shadily, 1996). Jadi pengertian full day school adalah sekolah sepanjang hari atau proses belajar mengajar yang diberlakukan dari pagi hari sampai sore hari, mulai pukul 06.45-15.30 WIB, dengan durasi istirahat setiap dua jam sekali. Sejalan dengan hal tersebut, sekolah dapat mengatur jadwal pelajaran dengan leluasa, disesuaikan dengan bobot mata pelajaran dan ditambah dengan pendalaman materi. Hal yang diutamakan dalam full day

school adalah pengaturan jadwal mata pelajaran dan pendalaman (Bahruddin, 2010). Karakteristik yang paling mendasar dalam model pembelajaran full day school yaitu proses integrated curriculum dan integrated activity yang merupakan bentuk pembelajaran yang diharapkan dapat membentuk anak (siswa) yang berintelektual tinggi yang dapat memadukan aspek keterampilan dan pengetahuan dengan sikap yang baik.

Berdasarkan hasil wawancara studi pendahuluan yang diperoleh dari salah satu siswa di SMA N 1 Tabanan, mengatakan bahwa adanya kecenderungan siswa perempuan yang lebih aktif di dalam kelas, serta adanya kecenderungan siswa laki-laki yang lebih dominan datang terlambat ke sekolah. Hal ini menunjukan bahwa adanya peranan jenis kelamin dalam motivasi belajar siswa (Malini, 2018) . Fakta ini juga didukung oleh beberapa ahli seperti Baron dan Byrne (dalam Hoang, 2008) yang mengatakan ada juga faktor lain yaitu gender yang secara tidak langsung berpengaruh terhadap pembentukan sikap dan motivasi belajar siswa. Gender adalah segala sesuatu yang diasosiasikan dengan jenis kelamin individu, termasuk juga peran, tingkah laku, preferensi, dan atribut lainnya yang menerangkan kelaki-lakian atau kewanitaan. Di sekolah menengah, perbedaan jenis kelamin mulai nampak di dalam sikap yang dapat diamati bahwa siswa perempuan lebih bersikap positif terhadap pelajaran dibandingkan siswa laki-laki (Hoang, 2008). Menurut Sausa (2012), anak laki-laki didorong oleh guru dan orangtua untuk mempelajari sains lebih banyak. Pengalaman mereka saat mempelajari kedua subjek tersebut ternyata cocok dengan kemahiran visual dan spasial yang dimilikinya, sehingga mendapatkan nilai yang tinggi. Kemampuan ini didapat oleh anak laki-laki dari pengalamannya bermain.

Umumnya, anak laki-laki lebih banyak menghabiskan waktu diluar ruangan. Lingkungan luar yang tidak terstruktur menyebabkan anak laki-laki lebih tergantung pada ruang (lokasi) daripada waktu. Anak laki-laki merancang permainan sendiri, selama bermain anak laki-laki lebih banyak menggunakan keterampilan visual daripada keterampilan verbal, dan penggunaan bahasa hanya terbatas untuk keperluan menyelesaikan pekerjaan. Perilaku ini meningkatkan perkembangan keterampilan visual dan spasial (Sausa, 2012).

Perbedaan ini akan memengaruhi keberadaan siswa perempuan dan siswa laki-laki di sekolah. Sekolah adalah lingkungan terstruktur yang berjalan berdasarkan jadwal waktu, fakta-fakta yang dipilih, peraturan-peraturan dengan pola tertentu, serta menyampaikan pengajaran sebagian besar menggunakan instruksi verbal. Hal ini berarti anak perempuan merasa lebih nyaman dalam lingkungan seperti ini, sebaliknya anak laki-laki tidak merasa nyaman dengan lingkungan seperti ini (Sausa, 2012).

Dalam menghadapi pembelajaran, setiap anak harus mengatasi tantangan-tantangan yang muncul dalam setiap tahapan pertumbuhannya dengan berbekal seperangkat keterampilan khusus, yang kelak di kemudian hari terbentuk menjadi karakteristik tertentu yang khas. Dalam tahapan perkembangan, setiap tahapan tersebut memiliki tugas-tugas perkembangan yang harus diselesaikan oleh setiap individu.

Setiap anak pasti selalu berusaha untuk mengatasi permasalahan atau kendala yang dihadapinya, hal ini tentu menyebabkan terjadinya suatu pola perilaku yang bertahan lama sehingga membentuk suatu karakter pada anak. Selain jenis kelamin, urutan kelahiran anak juga dikatakan memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Mulai dari anak pertama, anak tengah, anak terakhir, hingga anak tunggal.

Teori Adler (dalam Feist & Feist, 2013) tentang urutan kelahiran tersebut yang dikenal dengan istilah“Birth Order”, yaitu posisi seseorang dalam keluarga menurut urutan dia dilahirkan. Birth Order atau konsep urutan kelahiran bukan didasarkan semata-mata pada nomor urutan kelahiran menurut diagram keluarga, melainkan berdasarkan persepsi psikologis yang terbentuk dari pengalaman seseorang di masa kecilnya, terutama sejak individu berusia dua sampai lima tahun. Menurut Corey (1995) urutan kelahiran dan interpretasi terhadap posisi seseorang dalam keluarga berpengaruh terhadap cara seseorang berinteraksi akibat situasi psikologis yang berbeda pada urutan kelahiran tersebut. Melihat posisi/urutan kelahiran yang berbeda dalam keluarganya setiap anak mengembangkan gaya hidup yang berbeda pula. Gaya hidup tersebut membentuk kepribadian dan pola perilaku yang berbeda pada masa berikutnya baik pada masa remaja maupun masa dewasa. Adapun posisi menurut urutan kelahiran yang telah diidentifikasikan Alfred Adler adalah anak sulung, anak tengah, anak bungsu dan anak tunggal. Berdasarkan ciri ciri yang dikemukakan oleh Hurlock (1997), anak pertama atau anak sulung diasosiasikan sebagai anak yang berperilaku secara matang karena berhubungan dengan orang-orang dewasa dan karena diharapkan memikul tanggung jawab, berprestasi tinggi atau sangat tinggi karena tekanan dan harapan orangtua dan keinginan untuk memperoleh kembali perhatian orangtua, serta mengembangkan kemampuan memimpin sebagai akibat dari harus memikul tanggung jawab di rumah. Pendapat tersebut tidak terlepas dari pengaruh budaya yang ada. Anak pertama dipandang sebagai pewaris kebudayaan, kekuasaan dan kekayaan, selain itu anak pertama biasanya diharapkan untuk menjadi contoh bagi adik-adiknya.

Hal ini sesuai dengan apa yang biasanya diasosiasikan orangorang di lingkungan pada umumnya, begitu juga dengan adanya fakta yang mendukung dimana di SMA Negeri 1 Tabanan diperoleh data sebagian kelas memiliki ketua kelas yang merupakan anak pertama atau sulung, diantaranya kelas XI IPA 2, XI IPA 7, XII IPA 4, X1 IPS 2, XII IPS 2 , XII IPA 8, XII IPA 5, X IPA 2, X IPA 7, XI IPA 1 sedangkan dari 27 kelas lainnya ketua kelas berasal dari siswa yang merupakan

anak kedua, ketiga ataupun keempat dan dominan adalah pada anak sulung.

Anak tengah juga memiliki karakteristik yang berbeda yakni anak tengah lebih suka mencari persahabatan dengan teman-teman sebaya di luar rumah yang menyebabkan penyesuaian sosial lebih baik dari pada anak pertama. Anak tengah juga cenderung kurang mampu untuk mengembangkan potensi serta meraih prestasi yang tinggi dikarenakan kurangnya tekanan dan harapan dari orangtuanya. Anak bungsu dalam lingkungan sehari-hari biasanya diasosiasikan sebagai anak yang lebih dimanjakan oleh kedua orantua sehingga menjadikannya kurang mandiri (Utami, 2014). Anak terakhir atau bungsu biasanya memiliki hubungan baik diluar rumah serta menjadi anak yang popular, namun anak bungsu biasanya jarang menjadi seorang pemimpin dikarenakan kurangnya rasa kemauan untuk memikul tanggung jawab dari akibat perilaku orangtua yang terlalu memanjakan anak bungsu (Hurlock, 1997). Anak bungsu dikatakan sebagai “bayi dalam keluarga”, karena anak bungsu selalu mendapatkan bantuan dari orang lain, anak bungsu menjadi individu yang cepat putus asa apabila mengalami suatu tantangan tanpa bantuan orang-orang di sekitarnya. Anak bungsu tidak mampu memotivasi dirinya untuk melakukan sesuatu sendiri dan mencoba berbuat sebaik mungkin. Simanjuntak dan Pasaribu (1984) mengatakan, anak tunggal merupakan anak yang hidup dalam satu keluarga dengan penuh keleluasaan dan tidak berjuang keras untuk memperoleh kasih sayang orangtua. Perlakuan orangtua berbeda terhadap anak dengan urutan kelahiran yang berbeda (Bigner dalam Utami, 2014).

Sikap, perlakuan dan peran yang diberikan orangtua sesuai dengan tempat dan urutan anak dalam keluarga mempunyai pengaruh terhadap kepribadian dan pembentukan sikap anak, baik terhadap dirinya maupun terhadap orang lain, serta dianggap menjadi salah satu faktor yang memengaruhi dalam perkembangan pola perilaku tertentu (Hurlock, 1997). Perbedaan ini juga memengaruhi perbedaan tingkat motivasi belajar antar anak dengan masing-masing urutan kelahiran. Anggapan yang berkembang di masyarakat bahwa anak bungsu selalu dimanja oleh orangtua sehingga menjadi anak yang kurang mandiri. Hal berbeda pada anak sulung cenderung lebih mandiri karena dianggap sebagai panutan bagi adiknya (Utami, 2014).

METODE PENELITIAN

Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Dalam penelitian ini yang menjadi varibel terikat adalah motivasi belajar dan variabel bebas adalah jenis kelamin dan urutan kelahiran.

Motivasi Belajar

Motivasi belajar merupakan dorongan atau energi yang menimbulkan sebuah kemauan yang dimiliki oleh seseorang baik secara intrinsik maupun ekstrinsik yang perilaku seseorang dalam bertindak dan meraih sebuah prestasi serta kinerja sesuai dengan yang dikehendakinya. Pada penelitian ini

motivasi belajar siswa diukur dengan skala motivasi belajar. Semakin tinggi skor total yang diperoleh maka semakin tinggi taraf motivasi belajarnya.

Urutan Kelahiran

Urutan kelahiran merupakan sebuah konsep yang digunakan oleh Adler, urutan kelahiran merupakan posisi atau kedudukan anak dalam keluarga dengan saudaranya yang dapat dilihat berdasarkan perbedaan umur atau usia. Konsep urutan kelahiran adalah sistem sosial pertama bagi anak dalam lingkungan keluarga yang dapat memengaruhi kepribadian anak tersebut.

Jenis Kelamin

Jenis Kelamin merupakan hal yang mampu membedakan secara fisiologis dan anatomi anatara perempuan dan laki-laki. Jenis kelamin adalah perbedaan antara laki-laki dan perempuan ditinjau dari tiga aspek yaitu, kognitif, konatif dan afektif yang dapat membentuk ciri khas dalam berperilaku.

Responden

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X, XI, dan XII yang sedang mengikuti proses pembelajaran di SMA Negeri 1 Tabanan. Karakteristik subjek dalam penelitian ini yaitu siswa kelas X, XI, XII IPA, dan IPS serta berusia 15-18 tahun. Jumlah anggota populasi dalam penelitian ini tidak diketahui, sehingga peneliti mengacu pada pendapat Green (dalam Field, 2009) yang menyatakan bahwa terdapat dua rumus yang dapat digunakan dalam menentukan jumlah sampel minimum berdasarkan jumlah prediktor (k)/variabel bebasnya: a) 50 + 8k, diperoleh jumlah minimum sampel sebanyak 66. b) 104 + k, diperoleh jumlah minimum sampel sebanyak 106. Dari kedua rumus tersebut, akan lebih baik menggunakan nilai minimum jumlah sampel yang lebih besar dengan alasan semakin besar jumlah sampel yang digunakan akan semakin baik. Maka dari itu, peneliti memilih untuk menggunakan lebih besar dari minimum sampel sejumlah 240 subjek yang terdiri dari kelas X, XI, XII yang sedang mengikuti proses pembelajaran di SMA Negeri 1 Tabanan.

Alat Ukur

Instrumen pengukuran pengumpulan data yang digunakan untuk mengukur pengaruh jenis kelamin dan urutan kelahiran terhadap motivasi belajar dengan menggunakan skala Likert. Angket atau kuesioner merupakan suatu teknik pengumpulan data di mana subjek penelitian diminta untuk menjawab pertanyaan atau penyataan yang diberikan. Skala Likert merupakan skala yang terdiri dari pertanyaan atau pernyataan yang memiliki tingkatan skor dari yang paling positif hingga paling negatif. Skala Likert terdiri dari aitem favorable dan aitem unfavorable. Aitem favorable adalah aitem yang mendukung atribut yang akan diukur sedangkan item unfavorable adalah aitem yang tidak mendukung atribut yang akan diukur (Azwar, 2014). Semakin besar skor yang diberikan pada aitem favorable, maka akan semakin tinggi skor yang akan didapatkan, sedangkan semakin besar skor yang diberikan pada aitem unfavorable, maka akan semakin rendah skor yang akan didapatkan. Terdapat empat pilihan

jawaban dalam skala Likert yang diberikan, yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS).

Teknik Analisis Data

Uji hipotesis bertujuan untuk menentukan apakah hipotesis statistik yang telah dibuat dalam penelitian ini diterima atau ditolak. Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis two way anova. Metode analisis two way anova digunakan untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang signifikan (perbedaan yang bermakna) antara dua faktor pada nilai rata-rata dari beberapa kelompok data. Hipotesis pada penelitian ini menggunakan bantuan software SPSS versi 24.0 dalam melakukan pengolahan data (Yudiaatmaja, 2013). Pengambilan keputusan didasarkan pada nilai signifikansi, jika p <0,05 maka terdapat perbedaan motivasi belajar siswa Jika nilai p>0,05 maka tidak terdapat perbedaan motivasi belajar siswa secara signifikan (Santoso, 2014). Uji hipotesis pada penelitian ini menggunakan program SPSS (Statistical Package for Social Service) 22.0 for Windows.

HASIL PENELITIAN

Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas sudah dilakukan pada skala motivasi yang terdiri dari 48 aitem, dan menghasilkan 29 aitem valid. Aitem-aitem yang valid memiliki koefisien korelasi aitem total berkisar antara 0,320 sampai 0,680. Hasil uji reliabilitas skala motivasi dengan menggunakan teknik Alpha Cronbach menunjukkan koefisien alpha adalah 0,917. Koefisien alpha sebesar 0,917 memiliki arti bahwa skala motivasi belajar mampu mencerminkan 91,7% variasi skor murni subjek. Hasil uji reliabilitas yang didapat menggambarkan skala motivasi dapat digunakan untuk mengukur taraf motivasi.

Karakteristik Responden

Hasil deskripsi subjek berdasarkan usia menunjukkan bahwa mayoritas subjek yang mengikuti penelitian ini berusia 17 tahun dengan persentase sebesar 36%. Hasil deskripsi subjek berdasarkan urutan kelahiran menunjukkan bahwa jumlah sama pada masing-masing kelompok subjek, anak sulung berjumlah 25%, anak tunggal berjumlah 25%, anak tengah berjumlah 25% dan anak bungsu berjumlah 25%.

Deskripsi Data Penelitian

Berdasarkan hasil deskripsi statistik data penelitian pada tabel 1 dapat dijelaskan nilai nilai tersebut memberikan makna yaitu variabel motivasi memiliki mean teoretis sebesar 72,5 dan mean empiris sebesar 88,32 dengan perbedaan sebesar 15,82. Hal ini menunjukkan bahwa subjek penelitian memiliki tingkat motivasi yang tinggi karena nilai mean empiris lebih besar dibandingkan nilai mean teoretis (88,32> 72,5). Berdasarkan penyebaran frekuensi, subjek dalam penelitian ini memiliki rentang skor antara 62 sampai dengan 115, serta 91,25% subjek memiliki skor di atas mean teoretis.

Berdasarkan hasil kategori skor motivasi pada tabel 2 menunjukkan bahwa tidak terdapat subjek yang memiliki taraf motivasi yang sangat rendah. Subjek dengan taraf motivasi rendah berjumlah 12 orang (5,00%), taraf motivasi sedang berjumlah 33 orang (13,75%), taraf motivasi tinggi berjumlah 123 orang (55,42%) dan taraf motivasi sangat tinggi berjumlah 62 orang (25,83%). Maka dapat disimpulkan mayoritas subjek dalam penelitian ini memiliki taraf motivasi yang tinggi.

Uji Asumsi Klasik

Pengujian normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov pada aplikasi SPSS versi 24.0. Data yang normal atau tidak memiliki perbedaan adalah data yang memiliki probabilitas lebih besar dari 0,05. Berdasarkan hasil uji normalitas menunjukkan bahwa data berdistribusi normal dengan probabilitas atau signifikansi 0,200 (p>0,05).

Uji linieritas pada analisis regresi digambarkan oleh suatu persamaan garis lurus.Uji linieritas menggunakan Compare Means dengan melihat Test of Linearity pada hasil olah data SPSS versi 24.0. Variabel-variabel dikatakan linier apabila menghasilkan probabilitas kurang dari 0,05. Berdasarkan hasil uji normalitas menunjukkan bahwa kedua data linier dengan probabilitas atau signifikansi 0,000 (p<0,05).

Uji homogenitas dalam penelitian ini menggunakan Levene’s Test of homogenity of variance. Berdasarkan hasil uji homogenitas data pada tabel 3, variabeljenis kelamin dan urutan kelahiran masing- masing memiliki signifikansi secara berturut-turut sebesar 0,090 dan 0,071 (p>0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan data homogen.

Uji Hipotesis

Uji hipotesis penelitian ini menggunakan teknik analisis dua jalur (two way anova). Anava dua jalur digunakan untuk menguji perbedaan kelompok-kelompok data yang berasal dari dua variabel bebas (variabel x) yaitu urutan kelahiran dan jenis kelamin, dengan variabel terikat (variabel y) yakni motivasi. Cara perhitungan analisis data ini dibantu dengan menggunakan program SPSS 24.0. Hasil uji analisis dua jalur data penelitian dapat dilihat pada tabel 4.

Berdasarkan uji anova yang ditunjukkan tabel 5 diperoleh beberapa hasil sebagai berikut: Corrected model: menunjukkan peran kedua variabel independen yaitu jenis kelamin“X1” dan urutan kelahiran “X2” secara bersama-sama terhadap variabel dependen yaitu motivasi. Tabel menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05) artinya model valid. Intercept: nilai perubahan pada variabel dependen tanpa adanya peran variabel independen, sehingga nilai variabel dependen dapat berubah. Karena tabel menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05) artinya nilai intercept menjadi signifikan. X1: meninjau perbedaan jenis kelamin terhadap motivasi. Berdasarkan tabel diperoleh hasil signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05) artinya ada perbedaan

motivasi bila ditinjau dari jenis kelamin. X2: meninjau perbedaan urutan kelahiran dengan motivasi. Berdasarkan tabel diperoleh hasil signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05) artinya terdapat perbedaan motivasi bila ditinjau dari urutan kelahiran. X1*X2: meninjau perbedaan variabel jenis kelamin dan urutan kelahiran secara bersama-sama terhadap motivasi. Berdasarkan tabel menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,032 (p<0,05) artinya terdapat perbedaan motivasi ditinjau dari jenis kelamin dan urutan kelahiran. Maka (Hipotesis Alternatif – Ha) dalam penelitian ini diterima.

Berdasarkan uji anova yang ditunjukkan tabel 5 diperoleh beberapa hasil yaitu terdapat perbedaan rata-rata antara siswa dengan urutan kelahiran bungsu dan urutan kelahiran tengah. Tabel menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,026 (p<0,05) artinya terdapat perbedaan. Terdapat perbedaan rata-rata antara siswa dengan urutan kelahiran bungsu dan urutan kelahiran tunggal. Tabel menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05) artinya terdapat perbedaan. Terdapat perbedaan rata-rata antara siswa dengan urutan kelahiran bungsu dan urutan kelahiran sulung. Tabel menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05) artinya terdapat perbedaan. Terdapat perbedaan rata-rata antara siswa dengan urutan kelahiran tengah dan urutan kelahiran tunggal. Tabel menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,001 (p<0,05) artinya terdapat perbedaan. Terdapat perbedaan rata-rata antara siswa dengan urutan kelahiran tengah dan urutan kelahiran sulung. Tabel menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05) artinya terdapat perbedaan. Terdapat perbedaan rata-rata antara siswa dengan urutan kelahiran tunggal dan urutan kelahiran sulung. Tabel menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,020 (p<0,05) artinya terdapat perbedaan.

PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

Motivasi didefinisikan sebagai kekuatan, dorongan, kebutuhan, semangat, tekanan, atau mekanisme psikologis yang mendorong seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai prestasi tertentu sesuai dengan apa yang dikehendakinya (Danim, 2002). Motivasi adalah suatu kondisi atau status internal kadang-kadang diartikan sebagai mengarahkan perilaku seseorang untuk aktif bertindak dalam rangka mencapai suatu tujuan. Winardi (2002) mengemukakan bahwa, motivasi merupakan sejumlah proses, yang bersifat internal atau eksternal bagi seorang individu, yang menyebabkan timbulnya sikap antusiasme dan persistensi, dalam hal melaksanakan kegiatan- kegiatan tertentu.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh hasil signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05) artinya ada perbedaan motivasi bila ditinjau dari jenis kelamin. Selain itu, ditinjau dari urutan kelahiran hasil penelitian memperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05) artinya ada perbedaan motivasi bila ditinjau dari urutan kelahiran. Melihat hal tersebut maka terdapat perbedaan motivasi belajar siswa ditinjau dari jenis kelamin dan urutan kelahiran di SMA N 1 Tabanan dengan sistem full day school.

Dengan adanya sistem full day school maka pihak sekolah akan memiliki waktu lebih dalam memberikan pendidikan terhadap siswa. Hal tersebut terjadi karena sistem full day school dilaksanakan selama sehari penuh yaitu dari pagi hari hingga sore hari. Sistem ini menyebabkan sekolah tak hanya dapat memberikan pembelajaran lebih namun juga dapat mengintensifkan pembinaan karakter siswa salah satunya adalah membangkitkan motivasi belajar siswa. Selain itu salah satu tujuan dari full day school adalah mengembangkan mutu pendidikan, yang paling utama full day school bertujuan sebagai salah satu upaya pembinaan akidah dan akhlak siswa dan menanamkan nilai-nilai positif. Full day school juga memberikan dasar yang kuat dalam belajar pada segala aspek yaitu perkembangan intelektual, fisik, sosial dan emosional yang memberikan andil dalam kualitas motivasi belajar siswa.

Berdasarkan pemaparan tersebut maka tingginya motivasi belajar siswa didukung oleh adanya penerapan sistem full day school. Dengan adanya sistem full day school siswa akan terbiasa mengikuti kegiatan pembelajaran sehari penuh sehingga konsentrasi siswa tidak menurun. Hal tersebut menunjukan sistem full day school memberikan implikasi terhadap tingginya kualitas motivasi belajar siswa.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05) artinya terdapat perbedaan motivasi bila ditinjau dari urutan kelahiran. Hal tersebut juga didukung oleh rata-rata hasil test yang menunjukan bahwa anak sulung memiliki motivasi tertinggi dengan rata-rata sebesar 95,23. Tingkat motivasi selanjutnya disusul dengan anak tunggal yang memiliki skor motivasi dengan rata-rata 91,23. Urutan ketiga yaitu anak tengah dengan rata-rata sebesar 85,32. Urutan terakhir yaitu anak bungsu dengan rata-rata skor motivasi yaitu 81,50. Pemaparan tersebut sesuai dengan pernyataan Heidenreich (dalam Khoirunnisa, 2016) yang menyebutkan bahwa hubungan urutan kelahiran dalam keluarga memiliki sangkut paut dengan personality dan social adjutsment pada individu. Posisi anak dalam urutan saudara-saudara memiliki pengaruh mendasar terhadap perkembangan selanjutnya. Hal ini dikarenakan orangtua pada umumnya memberikan sikap, perlakuan dan memberikan peran yang spesifik terhadap anak tunggal, anak sulung, anak tengah, atau anak bungsu. Perlakuan spesifik ini memberikan pengaruh terhadap persepsi anak dalam menghadapi suatu permasalahan. Dengan demikian persepsi tersebut akan membentuk kepribadian dan pembentukan sikap anak. Anak akan terus berkembang sesuai dengan perhatian yang diberikan oleh orangtuanya.

Anak tunggal mendapatkan kasih sayang dan perhatian orangtua tanpa terganggu dengan hadirnya saudara. Anak tunggal sering mengembangkan perasaan superioritas yang berlebihan dan suatu pemaknaan bahwa dunia adalah tempat yang berbahaya. Hal tersebut menyebabkan anak tunggal memiliki ciri lebih percaya diri, supel, memiliki imajinasi yang tinggi, berharap banyak dari orang lain, tidak senang dikritik,

tidak fleksibel dan perfeksionis. Rasa percaya diri yang dimiliki anak tunggal mampu meningkatkan motivasi.

Anak sulung menjadi fokus perhatian dan kasih sayang orang tua sampai kelahiran anak kedua, membuat anak sulung seolah-olah “dilengserkan” dari takhta, rasa kehilangan perhatian orang tua akibat kelahiran seorang adik sangat dirasakan oleh anak sulung. Dengan demikian anak sulung akan cenderung memiliki karakter cenderung lebih teliti, mempunyai ambisi, dan agresif dibanding dengan anak yang lain. Hal tersebut memberikan bukti bahwa anak sulung memiliki motivasi tertinggi dibanding anak lainya karena memiliki karakter yang ambisius serta agresif.

Anak tengah menjadi anak yang berambisi dan terus tertantang untuk berusaha menyamai bahkan melampaui kakaknya. Dengan demikian anak tengah memiliki karakter lebih mudah bergaul dan memiliki rasa setia kawan yang tinggi, anak tengah cenderung belajar, menjalin hubungan, dan mencari dukungan dari teman-teman seusianya. Anak tengah sering menjadi mediator dan pencinta damai. Dengan adanya ambisi dan usaha untuk melampaui kakaknya mengindikasikan anak tengah memiliki motivasi yang cukup besar.

Anak bungsu adalah anak yang paling gigih mencari identitas unik di dalam keluarga. Anak bungsu umumnya menjadi anak yang manja diantara saudara-saudaranya akibat dari perhatian yang diberikan oleh anggota keluarga yang lain seperti orang tua dan saudara yang lebih tua. Hal tersebut menyebabkan anak bungsu memiliki karakter selalu ingin memperoleh perlakuan yang sama seperti anggota keluarga yang lain. Selain itu anak bungsu memiliki sifat negatif gaya hidup yang manja serta bergantung dengan orang lain. Hal tersebut menyebabkan anak bungsu memiliki motivasi terendah diantara anak-anak lain.

Faktor yang dapat memengaruhi motivasi berprestasi menurut (Sukadi, 2006) adalah harapan orang tua. Bila pada umumnya orang tua memberikan sikap yang spesifik terhadap anak sulung, anak tengah, anak bungsu, dan anak tunggal, maka hal ini tentu memengaruhi tingkat harapan yang diberikan oleh masing-masing orang tua terhadap anaknya dalam urutan kelahiran yang berbeda. Sehingga kemungkinan perbedaan motivasi akan ditimbulkan pada masing-masing anak sesuai dengan urutan kelahirannya. Hadibroto (dalam Rahmawati, 2003) menyatakan bahwa hal tersebut disebabkan kepribadian yang terbentuk menurut urutan kelahiran tidak akan berubah lagi dan berdampak pada setiap bidang kehidupan anak.

Pemaparan di atas juga didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Setyapramesti (2016) yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan konsep diri remaja antara anak tunggal dengan anak sulung, anak tunggal dengan anak tengah, anak tunggal dengan anak bungsu, anak sulung dengan anak tengah, anak sulung dengan anak bungsu, dan anak tengah dengan anak bungsu. Konsep diri memiliki pengaruh terhadap motivasi siswa. Selain itu, menurut penelitian yang dilakukan oleh Wulaningrum dan Irdawati (2011) menyatakan bahwa urutan

kelahiran memiliki hubungan terhadap kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional memiliki pengaruh terhadap motivasi siswa karena semakin baik kualitas kecerdasan emosional maka siswa akan memiliki motivasi intrinsik yang baik pula. Hal senada juga diungkapkan oleh Hurlock (1990) yang menyatakan bahwa kemandirian dipengaruhi oleh tiga faktor salah satunya adalah urutan kelahiran. Kemandirian dalam diri siswa tentu memengaruhi motivasi belajar yang dimiliki siswa. Semakin mandiri seorang anak maka motivasi dalam diri anak akan semakin tinggi. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa dengan adanya perbedaan konsep diri yang dimiliki anak maka akan berpengaruh juga terhadap motivasi anak ditinjau dari urutan kelahiran.

Berdasarkan pemaparan di atas dapat dinyatakan bahwa terdapat perbedaaan tingkat motivasi siswa terhadap urutan kelahiran. Siswa yang merupakan anak sulung memiliki motivasi tertinggi. Sedangkan siswa yang merupakan anak tunggal berada pada posisi kedua disusul oleh anak tengah dan anak bungsu. Perbedaan pada motivasi siswa tentu akan memengaruhi prestasi yang dicapai.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh hasil signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05) artinya ada perbedaan motivasi bila ditinjau dari jenis kelamin. Perbedaan tersebut juga ditunjukan oleh rerata dari hasil kuisioner yang menunjukan bahwa siswa laki-laki memiliki rata-rata skor motivasi sebesar 85,09 yaitu lebih kecil dibandingkan skor rata-rata siswa perempuan yaitu sebesar 91,55. Pencapaian tersebut didukung oleh Sausa (2012) yang menyatakan bahwa sekolah adalah lingkungan terstruktur yang berjalan berdasarkan jadwal waktu, fakta-fakta yang dipilih, peraturan-peraturan dengan pola tertentu, serta menyampaikan pengajaran sebagian besar mengggunakan instruksi verbal. Hal ini berarti anak perempuan merasa lebih nyaman dalam lingkungan seperti ini sebaliknya anak laki-laki tidak merasa nyaman dengan lingkungan seperti ini. Berdasarkan persepsi yang dimiliki maka siswa perempuan akan memiliki motivasi yang lebih besar dibandingkan siswa laki-laki karena anak laki-laki lebih suka menghabiskan waktu diluar yang tidak terstruktur, mereka lebih tergantung pada ruang daripada waktu. Anak laki-laki merancang permainan sendiri, selama bermain anak laki- laki lebih banyak menggunakan keterampilan visual daripada keterampilan verbal, penggunaan bahasa terbatas hanya untuk menyelesaikan pekerjaan. Di sisi lain anak perempuan lebih suka menghabiskan waktu dalam ruangan. Anak perempuan dalam ruangan terstruktur lebih terpapar pada bahasa yang diperoleh melalui beberapa alat elektronik seperti radio dan televisi dan mereka lebih sadar terhadap waktu karena terdapat jam dinding pada suatu ruangan yang terstruktur.

Hal tersebut juga didukung oleh Cahlil et al (dalam Sausa, 2012) yang mengungkapkan bahwa perempuan lebih baik dalam uji coba kecepatan pemahaman, kelancaran berbicara, menentukan penempatan subjek (mengurutkan)

mengidentifikasi ciri-ciri spesifik subjek, dan ketepatan tugas-tugas manual, sedangkan laki-laki lebih baik dalam tugas spasial (berkenaan dengan ruang) seperti membayangkan putaran subjek tiga dimensi, keterampilan motorik dengan target tertentu, menentukan bentuk yang tertata dalam diagram kompleks dan dalam memberikan alasan matematis. Selain itu, salah satu studi nasional tentang prestasi sains, anak laki-laki sedikit lebih baik dalam bidang sains dari pada anak perempuan di kelas 4 dan 8. Kurangnya kuantitas jumlah siswa laki-laki dibandingkan dengan siswa perempuan menunjukan bahwa motivasi perempuan dalam mencapai prestasi lebih tinggi dibandingkan motivasi yang dimiliki siwa laki-laki. Melihat adanya beberapa penelitian yang menemukan perbedaan laki-laki dan perempuan dalam prestasi belajar, terlihat bahwa adanya beberapa perbedaan yang memungkinkan memengaruhi motivasi yang mendasari perbedaan prestasi yang dicapai oleh siswa perempuan dan laki-laki dalam proses belajarnya.

Sejalan dengan hal tersebut dapat dinyatakan bahwa terdapat perbedaan motivasi ditinjau dari jenis kelamin siswa. Siswa perempuan memiliki motivasi yang lebih besar dibandingkan siswa laki-laki. Pernyataan di atas juga didukung oleh hasil penelitian oleh Khoirusnnisa (2016) yang menyatakan bahwa motivasi belajar siswa perempuan lebih tinggi dibanding siswa laki-laki. Adanya perbedaan tingkah laku, menjadi salah satu faktor yang mendukung siswa perempuan untuk memiliki motivasi belajar yang lebih tinggi dibanding siswa laki-laki.

Perbedaan motivasi belajar siswa ditinjau dari jenis kelamin dan urutan kelahiran dapat dilihat dari nilai signifikan yakni 0,032 kurang dari 0,05. Sehingga H0 ditolak dan H3 diterima. Terdapat perbedaan motivasi belajar ditinjau dari jenis kelamin dan urutan kelahiran siswa yang menerapkan sistem full day school di SMA N 1 Tabanan.

Hal tersebut terjadi karena konsep urutan kelahiran adalah konsep mengenai keadaan keluarga yang diusung dan dipakai oleh Adler. Posisi kelahiran individu berdasarkan umur atau usia antar saudara yang ditentukan pada saat pembuahan yang terbentuk dari pengalaman seseorang di masa kecilnya, terutama sejak ia berusia dua sampai lima tahun. Perbedaan anak dalam urutan kelahiran memberikan peran terhadap timbulnya perbedaan kepribadian pada diri anak dalam lingkungan keluarga. Urutan kelahiran dianggap sebagai sistem sosial pertama bagi anak dalam lingkungan keluarga berdasarkan peringkat usia individu antar saudara. Sistem sosial terbentuk sesuai dengan perlakuan orang tua. Hal tersebut mengakibatkan anak memiliki sikap yang sesuai dengan perlakuan orang tuanya. Perlakuan serta sikap orang tua pada anak cenderung berbeda sesuai dengan urutan kelahiran.

Sikap orang tua tehadap anak juga berbeda sesuai dengan jenis kelamin anak. Menurut Sarwono (2007) dalam masyarakat tradisional atau yang hidup dalam lingkungan praindustri,

adanya kecenderungan perbedaan sifat laki-laki dan perempuan terlihat lebih besar. Anak laki-laki cenderung akan menumbuhkan sifat maskulinnya, sedangkan anak perempuan cenderung menjadi feminim. Perbedaan sifat ini tentu juga akan memengaruhi kemampuan psikologis, khususnya dalam area-area yang menyangkut kemampuan berpikir, persepsi, dan memori. Pada umumnya, kaum pria (sejak kecil hingga dewasa) memperlihatkan kemampuan spasial yang lebih baik, sedangkan kaum wanita (sejak kecil hingga dewasa) menunjukan kemampuan verbal yang lebih baik.

Perbedaan tersebut cenderung akan berpengaruh terhadap persepsi dan sikap anak baik berdasarkan urutan kelahiran maupun jenis kelamin. Melihat adanya perbedaan persepsi dan sikap maka tentu akan berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa. Pernyataan di atas juga didukung oleh hasil penelitian oleh Khoirusnnisa (2016) yang menyatakan bahwa motivasi belajar siswa perempuan lebih tinggi dibanding siswa laki-laki. Selain itu, hasil penelitian yang dilakukan oleh Setyapramesti (2016) yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan konsep diri remaja berdasarkan urutan kelahiran. Konsep diri memiliki pengaruh terhadap motivasi siswa. Sejalan dengan hal tersebut dapat dinyatakan bahwa dengan adanya perbedaan konsep diri yang dimiliki anak maka akan berpengaruh juga terhadap motivasi anak terhadap jenis kelamin.

Penelitian ini memiliki berbagai keterbatasan dalam proses pelaksanaannya. Terbatasnya jumlah subjek yang berjenis kelamin laki-laki pada sekolah terkait, serta minimnya jumlah siswa dengan urutan kelahiran kategori anak tunggal menyebabkan peneliti memilih untuk menetapkan keselurahan jumlah responden sebanyak 240, walaupun pada kategorisasi urutan kelahiran yang lainnya masih terdapat banyak subjek yang seharusnya dapat digunakan untuk memperkuat penelitian ini. Terjadinya pengisian kuisioner yang tidak lengkap juga menyebabkan sebagian dari kuisioner tersebut gugur dan berkurangnya jumlah responden yang sesuai dengan masing-masing kategorisasi urutan kelahiran dan jenis kelamin, dan sebelumnya peneliti telah memberikan instruksi untuk pengisian kuisioner secara lengkap namun peneliti tidak mampu menjangkau seluruh siswa saat pengisian kuisioner tersebut. Keterbatasan penelitian ini juga terletak pada waktu saat pengambilan data, yakni saat proses pengambilan data berlangsung para siswa sedang melaksanakan aktivitas bebas di sekolah beberapa hari setelah UAS dan menjelang penerimaan rapor dan dilaksanakan siang hari saat menjelang jam istirahat, sehingga keadaan kelas menjadi kurang kooperatif dalam pengisian kuisioner secara lengkap. Ketidakmampuan peneliti memprediksi pengisian kuisioner secara ganda juga mejadi keterbatasan dalam penelitian ini, pada tahap uji coba atau try out dilakukan siswa yang menjadi subjek diambil secara acak dan dikumpulkan menjadi 2 kelas oleh pihak guru di sekolah. Hingga hal ini memungkinkan saat tahap pelaksanaan penelitian siswa yang telah menjadi subjek try out memiliki kesempatan kembali untuk mengisi kuisioner tanpa sepengetahuan peneliti dan guru di sekolah.

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang diperoleh, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1) Terdapat perbedaan motivasi ditinjau dari jenis kelamin, sesuai dengan hasil analisis two way anova penelitian menunjukkan hasil signifikansi sebesar 0,000(p<0,05). 2) Terdapat perbedaan motivasi ditinjau dari urutan kelahiran, sesuai dengan hasil analisis two way anova penelitian menunjukkan hasil signifikansi sebesar 0,000(p<0,05). 3) Terdapat perbedaan motivasi belajar ditinjau dari jenis kelamin dan urutan kelahiran secara bersamaan. 4) Motivasi tergolong tinggi, dan remaja perempuan memiliki motivasi yang lebih tinggi dibandingkan remaja laki-laki dengan nilai rata-rata sebesar 91,55 pada remaja perempuan sedangkan sebesar 85,09 pada remaja laki-laki.

Berdasarkan hasil penelitian, remaja memiliki tingkat motivasi belajar yang berbeda ditinjau dari jenis kelamin dan urutan kelahiran yang dapat memengaruhi prestasi belajar siswa. Siswa diharapkan mampu meningkatkan motivasi belajarnya dengan memahami kelemahan dan kelebihan sifat dan karakter berdasarkan jenis kelamin dan urutan kelahiran. Khususnya bagi siswa yang merupakan anak bungsu dan atau anak laki-laki.

Bagi orangtua, keluarga sebagai lingkungan pertama di mana siswa memperoleh pendidikan maka hendaknya orang tua menerapkan perlakuan serta sikap yang efektif dalam mendidik anak. Dengan memberikan perlakuan yang efektif maka sikap anak yang terbentuk tentu akan semakin positif yang nantinya dapat memberikan andil dalam meningkatkan kualitas motivasi siswa.

Bagi institusi pendidikan, hendaknya dapat melakukan evaluasi pada kegiatan pembelajaran baik yang bersifat intrakurikuler serta ekstrakurikuler yang nantinya hasil evaluasi dapat digunakan sebagai bahan untuk merancang dan merencanakan program pembelajaran. Sehingga mampu meningkatkan motivasi belajar siswa. Guru hendaknya dapat mengetahui bagaimana masing-masing karakter anak sesuai dengan hasil penelitian ini sehingga mampu lebih memahami dan mencari strategi bagaimana untuk membangkitkan motivasi siswa dan berupaya menyelesaikan permasalahan yang dialami siswa sesuai dengan jenis kelamin dan urutan kelahirannya.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, peneliti selanjutnya diharapkan dapat memperkuat hasil penelitian salah satunya dengan cara menambah sampel yang digunakan. Saran selanjutnya karena dalam penelitian ini hanya menggunakan 1 lokasi sehingga akan lebih baik jika pada penelitian selanjutnya menambah lokasi penelitian sehingga hasil yang didapat lebih akurat. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai literasi atau bahan kajian untuk melakukan penelitan selanjutnya. Peneliti selanjutnya disarankan agar menggunakan metode penelitian lebih lanjut agar dapat mengetahui sejauh mana perbedaan serta peran jenis kelamin

serta urutan kelahiran terhadap motivasi. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menambah metode observasi dan wawancara yang lebih mendalam untuk memperoleh informasi yang lebih banyak dan detail. Harapan yang ditimbulkan data penelitian yang diperoleh memiliki akurasi serta reliabilitas yang sesuai dengan kenyataan di lapangan.

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, S. (1999). Dasar-dasar psikometri. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azwar, S. (2002). Tes Prestasi: Fungsi dan pengembangan pengukuran tes prestasi belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Danim, S. (2002). Motivasi kepemimpinan dan efektifitas kelompok. PT Remaja Rosdakarya: Bandung.

Echols, JM., & Shadily, H. (1976). Kamus Inggris-Indonesia, cet.XXVI. Jakarta, PT Gramedia Pustaka.

Feist, J., & Feist, GJ. (2013). Teori kepribadian, edisi ketujuh jilid 1. Jakarta: Salemba Humanika.

Field, A. (2009). Discovering statistics using SPSS third edition. London : Sage Publications

Hadibroto, I, Syamsi, A, Eric, S, & Femi, O. (2002). Misteri perilaku anak sulung, tengah, bungsu, dan tunggal. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Hoang, T N. (2008).The Effect of grade Level, Gender, dan Ethnicity on Attitute and Learning Environment in Accounting in High School. International Electronic Journal of Accounting Education. 3(1), 47-59. Dikutip dari    http://www.iejme.com/download/the-effects-of-

grade-level-gender-and-ethnicity-on-attitude-and-learning-environment-in-mathematics.pdf

Hurlock, E.B. (1997). Perkembangan anak jilid I. PT. Erlangga. Jakarta.

Hurlock, EB. (1990). Psikologi perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan, Edisi Ke-v, Alih Bahasa:Istiwidayanti dan Soedjarwo, Jakarta: Erlangga

Khoirunnisa, N. (2016). Pengaruh urutan kelahiran dan jenis kelamin terhadap motivasi belajar siswa di SMP AN-NUR    Bulalawang.    Malang. Dikutip dari

http://etheses.uin-malang.ac.id/4940/1/12410043.pdf

Rahmawati, H. S. (2003). Perbedaan kemandirian antara anak sulung dengan anak bungsu pada siswa kelas II SMA Negeri 11 Semarang.  (Skripsi). Universitas Negeri

Semarang. Dikutip dari https://lib.unnes.ac.id/3442/

Santoso, S. (2014). Statistik multivariat, edisi revisi, konsep dan aplikasi dengan SPSS. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Sarwono, S, W. (2012). Psikologi remaja. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Setyapramesti, D. (2016). Perbedaan konsep diri ditinjau dari urutan kelahiran anak pada siswa kelas X SMK negeri 7 Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016. Yogyakarta. Dikutip                                            dari

http://journal.student.uny.ac.id/ojs/index.php/fipbk/artic le/view/4651

Sausa, A. D. (2012). Psychiatric issues in renal failure and dialysis. Indian J Nephrol 18(2):47-50. Dikutip dari http://www.indianjnephrol.org/showstats.asp?issn=0971 -4065;year=2008;volume=18;issue=2;month=April-June

Sukadi. (2006). Guru powerful guru masa depan. Bandung: Kolbu

Utami, O., & Tribakti. (2014). Kemandirian ditinjau dari

urutan kelahiran dan jenis kelamin. Surakarta. Dikutip dari

http://eprints.ums.ac.id/29591/22/02._Naskah_Publikasi .pdf

Vinayastri, A. Perbedaan kemandirian anak sulung dan anak bungsu di TK Aisyiyah Bustanul Atfhal 86 Cipayung Jakarta   Timur.   Jakarta Timur. Dikutip dari

https://journal.uhamka.ac.id/index.php/index/login?sour ce=%2Findex.php%2Fkonselor%2Farticle%2Fview%2 F209%2F162

Wade, C., & Tavris, C. (2007). Psychology ninth edition. Jakarta: Erlangga.

Winardi. (2012). Pengaruh budaya organisasi dan motivasi terhadap kinerja karyawan dengan komitmen organisasional sebagai variabel intervening. Jurnal Ilmu Manajemen Universitas Syiah Kuala, 1(1). Dikutip dari http://www.jim.unsyiah.ac.id/EKM

Winarni, M. (2006). Motivasi belajar ditinjau dari dukungan sosial orangtua pada siswa SMA. Yogyakarta. Dikutip dari https://ejournal.up45.ac.id/index.php/psikologi/article/d onwload/48/47

Wulaningrum, DN., & Irdawati. (2011). Hubungan antara urutan kelahiran dalam keluarga dengan kecerdasan emosional pada remaja di SMA muhammadiyah 1 Klaten. Jurnal Kesehatan. 4(2),    184-194.

LAMPIRAN

Tabel 1.

Kategorisasi Skor Motivasi

Rentang Nilai

Kategori

Jumlah

Persentase

X ≤ 50,75

Sangat Rendah

0

0,00%

50,75< X ≤ 65,25

Rendah

12

5,00%

65,25< X ≤ 79,75

Sedang

33

13,75%

79,75< X ≤ 94,25

Tinggi

133

55,42%

94,25< X

Sangat Tinggi

62

25,83%

Total

240

100%

Tabel 2.

Hasil Uji Normalitas Variabel Penelitian

Variabel                    Kolmogorov – Smirnov

Asymp. Sig (2-tailed)

Motivasi                               0,051

0,200

Keterangan :Asymp. Sig (2-tailed)= nilai probabilitas.

Tabel 3.

Hasil Uji Linieritas Variabel Penelitian

Variabel

Probability Between Groups

Motivasi*Jenis Kelamin

0,000

Motivasi*Urutan Kelahiran

0,000

Keterangan :Between Groups (combined)= nilai probabilitas.

Tabel 4.

Hasil Uji Homogenitas Variabel Penelitian

Variabel

Sig.

Simpulan

Jenis Kelamin

0,090

Data Homogen

Urutan Kelahiran

0,071

Data Homogen

Keterangan :Sig.= nilai probabilitas.

Tabel 5.

Hasil Uji Two way anova

Source             Type III Sum of Squares

Df

Mean Square

F

Sig.

Corrected Model                9989.262

7

1427.038

16.382

.000

Intercept                   1872136.704

1

1872136.704

21492.157

.000

X1                     2502.604

1

2502.604

28.730

.000

X2                     6708.846

3

2236.282

25.673

.000

X1*X2                   777.813

3

259.271

2.976

.032

Keterangan :

d              = derajat kebebasan

Mean square    = kuadrat dari rata-rata

F             = uji F

Sig.               = nilai probabilitas

X1              = jenis kelamin

X2             = urutan kelahiran

X1*X2          = jenis kelamin dan urutan kelahiran

155