Pengaruh Religiusitas terhadap Kecerdasan Emosi pada Siswa Perempuan SMA Muhammadyah 1 Denpasar
on
Jurnal Psikologi Udayana
Edisi Khusus Kesehatan Mental, 165-175
Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana e-ISSN: 2654 4024; p-ISSN: 2354 5607
Nuzhatul Imani Shata dan Ni Made Ari Wilani
Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana [email protected]
Kecerdasan emosi merupakan aspek penting yang perlu dimiliki siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) Muhammadiyah 1 Denpasar. Salah satu faktor yang dapat memengaruhi kecerdasan emosi adalah religiusitas. Religiusitas merupakan keyakinan dimana seseorang merasakan dan mengakui adanya kekuatan tertinggi, yang menaungi kehidupan dan hanya kepada-Nya bergantung dan berserah hati yang kemudian diwujudkan dengan ketaatan menjalankan agama. Pada masa remaja perkembangan keagamaan ditandai dengan adanya keragu-raguan terhadap ketentuan-ketentuan agama. Namun pada dasarnya sebagai manusia, remaja tetap membutuhkan agama sebagai pegangan dalam kehidupan, terutama pada saat menghadapi kesulitan. Praktik agama juga dapat mempengaruhi kecerdasan emosi remaja. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif untuk mengetahui pengaruh religiusitas terhadap kecerdasan emosi pada siswa SMA Muhammadiyah 1 Denpasar. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 57 orang siswa SMA Muhammadiyah 1 Denpasar dengan menggunakan teknik cluster sampling. Alat ukur dalam penelitian ini menggunakan skala religiusitas dan kecerdasan emosi yang dibuat sendiri oleh peneliti. Reliabilitas skala religiusitas sebesar 0,951 dan skala kecerdasan emosi dengan reliabilitas sebesar 0,937. Hasil uji regresi linier sederhana menunjukkan R= 0,460 dan R square sebesar 0,211. Hal tersebut menjelaskan bahwa religiusitas memiliki peran sebesar 21,10% terhadap kecerdasan emosi. Koefisien beta terstandarisasi religiusitas sebesar 0,460 dan signifikansi 0,000 (p<0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa religiusitas berpengaruh terhadap kecerdasan emosi pada siswa perempuan SMA Muhammadiyah 1 Denpasar.
Kata kunci: Kecedasan Emosi, Religiusitas, Siswa perempuan SMA Muhammadiyah 1 Denpasar.
Emotional intelligence is an important aspect that high school students of Muhammadiyah 1 Denpasar need. One of the factors that can affect emotional intelligence is religiosity. Religiosity is a belief in which a person perceives and acknowledges the ultimate power, which overshadows life and only to Him is dependent and surrendered which is then manifested by obedience to practice religion. In adolescence religious development is characterized by doubts about religious provisions. But basically as a human being, adolescents still need religion as a grip in life, especially in times of difficulty. Religious practice can also affect the emotional intelligence of adolescents. This study is a quantitative research to determine the influence of religiosity on emotional intelligence in SMA Muhammadiyah 1 Denpasar students. Subjects in this study amounted to 57 students SMA Muhammadiyah 1 Denpasar by using cluster sampling technique. Measuring tool in this study using the scale of religiosity and emotional intelligence made by the researchers. Reliability of the scale of religiosity of 0.951 and the scale of emotional intelligence with reliability of 0.937. The result of simple linear regression test showed R = 0,460 and R square equal to 0,211. This explains that religiosity has a role of 21.10% of emotional intelligence. Standardized beta coefficient of religiosity of 0.460 and significance 0.000 (p <0.05), so it can be concluded that religiosity affects the emotional intelligence in female students SMA Muhammadiyah 1 Denpasar.
Keywords:Emotional Intelligence, Religiusity, Female students of SMA Muhammadiyah 1 Denpasar
LATAR BELAKANG
Keberhasilan seseorang di masa depannya tidak terlepas dari cara orangtua dalam membina, mendidik, mengelola kehidupan dan perilaku anak. Kesuksesan anak dalam hidupnya tidak semudah membalikkan telapak tangan. Bagi orangtua segala hal yang diberikan dan diajarkan kepada anak terkadang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Salah satu upaya untuk menjadikan seorang anak menjadi sukses ialah membekali anak-anak dengan ilmu dan keterampilan.
Goleman (1999) membuktikan bahwa kelebihan seseorang hanya 20% ditentukan oleh Intelligence Quotient (IQ), sisanya 80% ditentukan oleh kekuatan-kekuatan lain. Menurut Goleman, orang mulai sadar bahwa tidak hanya keunggulan intelektual yang dibutuhkan untuk berhasil tetapi dibutuhkan keterampilan lain untuk menghadapi kehidupan. Keterampilan ini berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengenali emosi diri (kesadaran diri), mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, dan membina hubungan dengan orang lain yang disebut dengan kecerdasan emosi atau Emotional Intelligence (EI).
Kecerdasan emosi menurut Salovey dan Mayer (dalam Shapiro 1998) adalah himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan memantau perasaan dan emosi baik pada diri sendiri maupun pada orang lain, memilih dan memilah semuanya dan menggunakan informasi untuk membimbing pikiran dan tindakan. Menurut Hurlock (1999) faktor yang efektif dalam mengatur dan mengekspresikan emosi dengan perilaku yang tepat salah satunya dengan konsep moral.
Konsep moral pada masa remaja berfungsi sebagai pedoman dalam berperilaku. Konsep moral dapat diperoleh dari pendidikan agama dan ditentukan oleh penghayatan nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan sehari-hari. Penghayatan nilai-nilai keagamaan menurut Dister (1989) diwujudkan dalam perilaku beragama yang disebut sebagai religiusitas.Religiusitas merupakan dasar atau tumpuan akhlak dan perangkat undang-undang yang dianggap sakral karena berdasarkan nilai-nilai agama yang mampu mengarahkan manusia pada moralitas (Nisya dan Sofiah, 2012).
Genacher (1998) mengatakan bahwa semakin sering orang beribadah dan aktif dalam lingkungan keagamaan maka akan memiliki moral yang tinggi sehingga akan meningkatkan kecerdasan emosi. Seseorang yang memiliki religiuistas yang baik akan menunjukkan ketaatan dalam melaksanakan ajaran agamanya (Mangunwijaya, 1991). Fagan (dalam Genacher, 1998) mengatakan bahwa praktik religius dan moral mempunyai banyak manfaat dan membangun kecerdasan emosi. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Chrinawati (2008) terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara religiusitas dengan kecerdasan emosi. Hasil penelitian ini dapat diterima. Semakin tinggi religiusitas maka semakin tinggi kecerdasan emosi yang dimiliki, begitu pun sebaliknya.
Glock dan Stark (dalam Ancok & Suroso, 2005) mengemukakan lima dimensi religiusitas yaitu dimensi ideologis, dimensi ritualistik, dimensi eksperiensial, dimensi konsekuensial, dan dimensi intelektual. Dalam dimensi ritualistik, seseorang yang terbiasa untuk melaksanakan ritual ibadahnya tentunya akan memiliki kerendahan hati yang pada akhirnya mampu untuk mengatur suasana hatinya agar tidak
dikuasai oleh emosi. Pada dimensi eksperiensial seseorang yang mengalami perasaan dan pengalaman religius akan merasa dekat dan dicintai oleh Tuhan sehingga akan menimbulkan perasaan bahagia yang berpengaruh pada tingkah lakunya. Pada dimensi konsekuensial seseorang yang suka menolong ataupun berderma pada sesama tentunya akan memiliki kepekaan hati yang kemudian menyebabkan orang itu mampu mengendalikan dorongan hati sehingga mampu untuk mengelola emosinya dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Pada dimensi intelektual seseorang yang paham dengan ajaran agama dan pengetahuan tentang kitab suci dalam kehidupannya tentu tidak akan melakukan perbuatan yang menyimpang dan belajar untuk menghargai perasaan dirinya dan orang lain serta menanggapinya secara tepat. Berdasarkan penjelasan mengenai dimensi-dimensi religiusitas dapat disimpulkan bahwa religiusitas erat kaitannya dengan perkembangan emosi atau kondisi emosi seseorang.
Setiap individu perlu memiliki kecerdasan emosi yang baik, begitu pun bagi siswa perempuan di SMA Muhammadiyah 1 Denpasar, sebab siswa berada dalam dua kondisi yang berbeda dan siswa harus mampu beradaptasi terhadap kedua lingkungan. Kecerdasan emosi dapat membantu siswa mengatasi dan mengendalikan emosi yang berkaitan dengan penanaman nilai-nilai yang berbeda, dan secara otomatis hal ini akan membuat individu mampu berperilaku sesuai dengan norma dan budaya yang ada, yang akan mendorong keberhasilan individu dalam menjalin interaksi sosial (Dewi, 1999). Goleman (dalam Satiadarma & Waruwu, 2003) juga menyatakan bahwa kecerdasan emosi membuat individu luwes dalam bergaul. Individu-individu ini memiliki kesadaran tinggi mengenai pentingnya sosialisasi sehingga mereka berusaha untuk menyesuaikan diri dengan bersikap dan berperilaku sesuai lingkungan sosialnya.
Pada wawancara dan observasi awal terhadap guru Bimbingan Konseling (BK) yang dilakukan oleh peneliti di SMA Muhammadiyah 1 Denpasar ditemukan bahwa perilaku yang menjadi masalah bagi siswa perempuan SMA Muhammadiyah 1 Denpasar ialah kesulitan untuk beradaptasi di sekolah. Latar belakang masalah keluarga atau kondisi lingkungan rumah yang tidak sejalan dengan kondisi yang ada di sekolah memicu terjadi kesenjangan antara harapan orangtua dan realita kondisi siswa perempuan di SMA Muhammadiyah 1 Denpasar. Rata-rata penyebab timbulnya masalah yang dialami siswa perempuan SMA Muhammadiyah 1 Denpasar ialah dari faktor lingkungan keluarga, misalnya orangtua yang sibuk mencukupi kebutuhan ekonomi keluarga, orangtua yang bercerai, orangtua yang acuh tak acuh dengan perkembangan anaknya, orangtua yang meninggalkan anak di rumah dan hidup dengan kakek nenek mereka atau asuhan keluarga lainnya. Sebenarnya di rumah anak ingin sekali mendapatkan perhatian dari orangtua, tetapi semua itu hanya dalam impian saja, sehingga anak mencari perhatian di luar rumah, tak peduli apakah yang mereka lakukan itu membawa resiko buruk pada mereka yang penting mereka bisa diakui dalam kelompoknya (Shata, 2017)
Berdasarkan hasil wawancara terhadap siswa perempuan, kenyataannya siswa perempuan merasa tertekan, stres dan depresi yang mengakibatkan emosi siswa terganggu karena nilai-nilai yang ditanamkan di rumah dan di sekolah berbeda. Dampak dari kurang komunikasi antara orangtua kepada anak
dan orangtua kepada guru ialah siswa perempuan mengakui bahwa siswa perempuan merasa dikekang, pergaulan dibatasi, dan siswa hanya terus-menerus dituntut untuk belajar tanpa didengar apa yang siswa perempuan inginkan, siswa didukung hanya ketika kegiatan akademisi di sekolah. Siswa merasa depresi, stres, dan frustasi. Siswa perempuan melampiaskan pada sikap dan tindakan yang negatif seperti membolos, pacaran, melakukan kekerasan secara fisik, bullying, tidak mengikuti perkumpulan Islami (pengajian), tidak ikut sholat berjamaah, membaca kitab suci Al-Qur’an apabila diinstruksikan saja, dan kurang sopan dengan guru (Shata, 2017).
Beberapa penelitian menemukan bahwa wanita lebih menyadari emosi mereka, menunjukkan empati dan lebih baik dalam hubungan interpersonal dibandingkan dengan pria. Penelitian yang dilakukan oleh King (1999), Sutarso (1999), Wing dan Love (2001) dan Singh (2002) (dalam Sarhad, 2009) juga menunjukkan bahwa wanita memiliki kecerdasan emosi yang lebih tinggi daripada pria. Goleman juga (1995) mengatakan wanita lebih beruntung pada lingkungan sosial yang lebih menekankan kepada emosi daripada pria. Contohnya, orang tua lebih menggunakan kata-kata yang mengandung emosi ketika bercerita tentang anak perempuan mereka daripada anak laki-laki, dan ibu juga lebih banyak memperlihatkan emosi yang bervariasi ketika berinteraksi dengan anak perempuan, sehingga anak perempuan menerima lebih banyak pelatihan pada emosi.
Diharapkan lewat kehidupan religiusitas yang baik, maka seseorang dapat memperoleh bantuan moral dalam mengembangkan kecerdasan emosi sehingga dapat menghadapi permasalahan dan menyelesaikan masalah dengan lebih tenang karena dapat membuat pertimbangan yang lebih matang, memilih cara yang lebih efektif dan konstruktif (Lestari, 2002).
Berdasarkan uraian di atas, maka muncul pertanyaan “ Apakah ada pengaruh kecerdasan emosi terhadap religiusitas pada siswa perempuan di SMA Muhammadiyah 1 Denpasar ?”.
METODE PENELITIAN
Variabel dan definisi operasional
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah religiusitas , sedangkan variabel tergantung dalam penelitian ini adalah kecerdasan emosi. Definisi operasional dari masing-masing variabel penelitian adalah sebagai berikut:
Religiusitas
Religiusitas adalah keyakinan dimana seseorang merasakan dan mengakui adanya kekuatan tertinggi, yang menaungi kehidupan dan hanya kepada-Nya bergantung dan berserah hati yang kemudian diwujudkan dengan ketaatan menjalankan agama. Religusitas sangat erat dengan tingkah laku beragama dan nilai-nilai di dalamnya, serta dapat dipakai sebagai pegangan dalam kehidupan seseorang.
Kecerdasan Emosi
Kecerdasan emosi merupakan suatu kemampuan dan keterampilan yang dimiliki seseorang dalam hubungannya dengan diri sendiri ataupun dengan orang lain dalam hal menilai dan mengelola emosi diri, sehingga mampu mengatasi kesulitan, tantangan dan hambatan hidup dalam menjalin hubungan dengan orang lain.
Responden
Populasi didefinisikan sebagai kelompok subjek yang akan dikenai generalisasi hasil penelitian, sehingga sebagai suatu populasi maka kelompok subjek harus memiliki ciri-ciri atau karakteristik-karakteristik yang membedakannya dari kelompok subjek lain (Azwar, 2013). Sampel merupakan bagian dari populasi yang memiliki karakteristik atau keadaan tertentu yang akan diteliti (Gunawan, 2013). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa di SMA Muhammadiyah 1 Denpasar. Sampel dalam penelitian ini siswa perempuan SMA Muhammadiyah 1 Denpasar. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik sampling probabilitas. Teknik sampling probabilitas adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi seluruh anggota populasi untuk terpilih menjadi anggota sampel (Azwar, 2013). Jenis teknik sampling probability yang dipakai dalam penelitian ini adalah teknik cluster sampling. Teknik ini dipilih karena populasi dalam penelitian ini adalah remaja yang merupakan siswa yang sedang menempuh pendidikan di SMA Muhammadiyah 1 Denpasar. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 57 siswa. Azwar (2004) berpendapat secara tradisional statistik menganggap jumlah sampel yang lebih dari 60 orang sudah cukup banyak. Jumlah sampel dari penelitian ini menggunakan acuan dari Roscoe (dalam Sugiyono, 2014) yang menyatakan bahwa jumlah sampel minimal yang dapat digunakan untuk penelitian adalah 30 orang sehingga jumlah sampel penelitian sebanyak 60 orang sudah cukup untuk memenuhi syarat minimum subjek.
Tempat penelitian
Lokasi penelitian adalah di Sekolah SMA Muhammadiyah 1 Denpasar.
Alat Ukur
Metode pengumpulan data dilakukan untuk mendapatkan data yang hanya diperlukan untuk menjawab masalah penelitian. Untuk itu prosedur pengumpulan data harus dilakukan dengan benar agar dapat dianalisis untuk mendapat kesimpulan yang tepat dalam menjawab masalah penelitian. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode skala psikologi. Pengumpulan data menggunakan metode skala psikologi karena atribut psikologi diungkap secara tidak langsung lewat indikator-indikator perilaku yang diterjemahkan lewat aitem-aitem (Azwar, 2012).
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan kuesioner yang berisi dua macam skala, yaitu skala religiusitas dan kecerdasan emosi yang disusun sendiri oleh peneliti. Metode skala yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah skala Likert. Menurut Sugiyono (2014) skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Pernyataan dalam skala dikelompokkan menjadi aitem-aitem favorable dan unfavorable. Pernyataan favorable adalah pernyataan yang mendukung atau menunjukkan atribut yang diukur, sedangkan pernyataan unfavorable adalah pernyataan yang tidak mendukung atau tidak menunjukkan atribut yang diukur. Skala likert dengan pilihan jawaban untuk aitem-aitemnya yaitu STS (sangat tidak sesuai), TS (tidak sesuai), S (sesuai), SS (sangat sesuai). Skala disajikan dalam bentuk
pernyataan favorable dan unfavorable dengan skor 1-4. Bobot penilaian untuk item favorable yaitu STS (sangat tidak sesuai) = 1, TS (tidak sesuai) = 2, S (sesuai) = 3, SS (sangat sesuai) =4. Sedangkan bobot penilaian untuk item unfavorable yaitu STS (sangat tidak sesuai) = 4, TS (tidak sesuai) = 3, S (sesuai) = 2, SS (sangat sesuai) = 1
Validitas isi menunjukkan sejauh mana suatu aitem-aitem pada alat ukur dapat mencerminkan keseluruhan kawasan isi yang hendak diukur secara komprehensif, relevan dan tidak keluar dari batasan tujuan pengukuran (Azwar, 2014). Validitas isi diestimasi melalui pengujian berdasarkan professional judgment untuk melihat apakah item dalam mencakup keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur. Uji validitas konstruk pada penelitian ini dilakukan dengan bantuan perangkat lunak Statistical Product and Service Solution (SPSS) 20.0 for Windows.
Pada skala religiusitas menghasilkan 43 aitem yang valid dan hasil uji validitas memiliki koefisien korelasi aitem-total berkisar antara 0,305 sampai 0,818 dengan koefisien Alpha (α) 0,951 yang memiliki arti bahwa skala religiusitas mampu mencerminkan 95,10% variasi skor murni subjek. Pada skala kecerdasan emosi menghasilkan 45 aitem valid dan hasil uji validitas memiliki koefisien korelasi aitem-total berkisar antara 0,307 sampai 0,613 dengan koefisien Alpha (α) 0,937 yang memiliki arti bahwa skala kecerdasan emosi mampu mencerminkan 93,7% variasi skor murni subjek.
Prosedur pengambilan data
Pengambilan data penelitian dilaksanakan pada tanggal 4 Desember 2017 di SMA Muhammadiyah 1 Denpasar. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa yang sedang menempuh pendidikan di SMA Muhammadiyah 1 Denpasar. Adapun langkah yang dilakukan peneliti dalam melaksanakan penelitian ini adalah: (1) Mengurus surat ijin penelitian ke sekolah-sekolah yaitu SMA Muhammadiyah 1 Denpasar. (2) Menghubungi Tata Usaha (TU) selaku koordinator sekolah dari masing-masing sekolah untuk meminta izin dalam rangka mengambil data penelitian. Peneliti pada tahap ini juga menetapkan jadwal pengambilan data berdasarkan konfirmasi dari koordinator angkatan. (3) Peneliti mengambil data ke masing-masing sekolah sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Pada saat proses pengambilan data, peneliti memberikan penjelasan dan pemahaman secara klasikal mengenai penelitian yang sedang dilakukan, serta memberikan penjelasan mengenai pengisian biodata dan tata cara pengisian kuesioner. Subjek juga diijinkan untuk mengajukan pertanyaan selama proses pengisian kuesioner penelitian. (4) Pada akhir sesi, peneliti memeriksa kembali kuesioner yang telah dibagikan untuk memastikan semua pernyataan dan biodata telah diisi oleh subjek dengan baik dan benar.
Peneliti menyebarkan kuesioner yang berisi dua skala kepada 57 siswa yang memenuhi kriteria subjek penelitian dalam proses pengambilan data penelitian. Sebanyak 57 kuesioner telah diisi dengan lengkap dan dapat dianalisis.
Teknik Analisis Data
Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan teknik regresi linier sederhana. Analisis regresi linier sederhana bertujuan untuk melihat apakah satu variabel bebas (independent) memengaruhi satu variabel terikat (dependent) (Siregar, 2014). Uji hipotesis dilakukan dengan bantuan perangkat lunak SPSS versi 16.0. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan taraf signifikansi (p > 0,05). Uji linieritas dilakukan dengan menggunakan uji compare mean dengan taraf signifikansi (p < 0,05). Analisis data dilakukan dengan menggunakan banttuan perangkat lunak pada program SPSS 20.0 for Windows.
HASIL PENELITIAN
Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian ini remaja perempuan di SMA Muhammadiyah 1 Denpasar yang berjumlah 57 responden. Mayoritas subjek yang mengikuti penelitian ini berusia 15 tahun sampai dengan 17 tahun dengan persentase sebesar 43,3%. Berdasarkan kelas menunjukkan bahwa mayoritas subjek yang mengikuti penelitian adalah siswa perempuan yang berada pada kelas sepuluh (X) SMA dengan persentase 43,3%. Berdasarkan konsentrasi kelas menunjukkan bahwa mayoritas konsentrasi kelas subjek yang mengikuti penelitian adalah kelas sepuluh (X) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dengan persentase 33,3%.
Deskripsi Data Penelitian
Hasil deskripsi statistik data penelitian yaitu religiusitas dan kecerdasan dirangkum dalam tabel 1 (terlampir).
Hasil deskripsi statistik data penelitian pada tabel 1 menunjukkan bahwa variabel religiusitas memiliki mean teoretis sebesar 107,5 dan mean empiris sebesar 148,75 dengan perbedaan sebesar 41,25. Hal ini menandakan subjek penelitian memiliki taraf religiusitas yang tinggi karena nilai mean empiris lebih besar daripada mean teoretis (148,75 > 107,5). Berdasarkan penyebaran frekuensi, subjek dalam penelitian ini menghasilkan rentang skor antara 121 sampai dengan 171. Adapaun kategorisasi skor religiusitas dapat dilihat pada tabel 2 (terlampir).
Kategorisasi Data Penelitian
Berdasarkan kategorisasi skor religiusitas pada tabel 9, dapat dilihat bahwa subjek yang memiliki taraf religiusitas yang sangat tinggi sebanyak 41 orang atau persentase sebesar 71,9%. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas subjek memiliki taraf religiusitas yang sangat tinggi.
Hasil deskripsi statistik data penelitian pada tabel 9 menunjukkan bahwa variabel kecerdasan emosional memiliki memiliki mean teoretis sebesar 147,5 dan mean empiris sebesar 176,26 dengan perbedaan sebesar 28,65. Hal ini menandakan subjek penelitian memiliki taraf kecerdasan emosional yang tinggi karena nilai mean empiris lebih besar daripada mean teoretis (176,26 > 147,5). Berdasarkan penyebaran frekuensi, subjek dalam penelitian ini menghasilkan rentang skor antara 148 sampai dengan 209.
Adapun kategorisasi skor kecerdasan emosional dapat dilihat pada tabel 3 (terlampir).
Berdasarkan kategorisasi skor kecerdasan emosional pada tabel 10, dapat dilihat bahwa subjek yang memiliki taraf kecerdasan emosional yang tinggi sebanyak 39 orang atau persentase sebesar 65,0%. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas subjek memiliki taraf kecerdasan emosional yang tinggi.
Uji Asumsi Penelitian
Sebelum melakukan uji hipotesis, dilakukan uji asumsi yang meliputi uji normalitas, dan uji linieritas, dengan bantuan program SPSS 20.0 for Windows. Hasil uji asumsi penelitian adalah sebagai berikut.
Uji Normalitas
Uji normalitas dalam penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah variabel religiusitas dan kecerdasan emosi memiliki distribusi yang normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov pada program SPSS 20.0 for Windows. Data dinyatakan berdistribusi normal jika p > 0,05. Hasil uji normalitas telah dirangkum dalam tabel 4 (terlampir).
Berdasarkan hasil uji normalitas data penelitian pada tabel 4, variabel religiusitas menunjukkan nilai Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,073 dengan signifikansi sebesar 0,200 (p > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa data variabel religiusitas berdistribusi normal.
Berdasarkan hasil uji normalitas data penelitian pada tabel 4, variabel kecerdasan emosional menunjukkan nilai Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,107 dengan signifikansi sebesar 0,200 (p > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa data variabel kecerdasan emosional berdistribusi normal.
Uji Linieritas
Uji Linieritas dilakukan untuk mengetahui apakah antara variabel bebas dan variabel tergantung memiliki hubungan yang linier atau tidak (Siregar, 2014). Menurut Priyatno (2012) data dikatakan linier apabila nilai signifikansi pada linearity lebih kecil dari 0,05 (p<0,05) dan nilai signifikansi pada deviation from linearity lebih besar dari 0,05 (p>0,05). Hasil uji linieritas telah dirangkum dalam tabel 5 (terlampir).
Berdasarkan hasil uji lineritas data pada tabel 5, variabel religiusitas dan kecerdasan emosional memiliki hubungan yang linier karena nilai signifikansi pada kolom linearity menunjukkan angka 0,001 (p < 0,05), dan nilai signifikansi pada kolom deviation from linearity menunjukkan angka 0,605 (> 0,05).
Uji Hipotesis
Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan teknik regresi linier sederhana. Analisis regresi linier sederhana bertujuan untuk melihat apakah satu variabel bebas (independent) memengaruhi satu variabel terikat (dependent) (Siregar, 2014). Uji hipotesis dilakukan dengan bantuan perangkat lunak SPSS versi 16.0. Hasil uji regresi linier sederhana yaitu variabel religiusitas terhadap kecerdasan emosi dapat dilihat pada tabel 6, 7, dan 8 (terlampir).
Berdasarkan hasil yang dapat dilihat pada tabel 6, hasil uji regresi linier sederhana menunjukkan koefisien regresi (R) adalah 0,462 dan koefisien determinasi (R square) adalah 0,214. Hal ini menunjukkan bahwa variabel religiusitas memberikan sumbangan efektif sebesar 21,4% terhadap kecerdasan emosi, sedangkan sisanya sebesar 78,6% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Dapat disimpulkan bahwa religiusitas memiliki pengaruh terhadap kecerdasan emosi.
Berdasarkan tabel 7, didapatkan F hitung yaitu 14,949 dengan nilai signifikansi 0,000 (p<0,05). Nilai signifikansi (0,000) lebih kecil dari 0,05 (p<0,05) maka model regresi dapat
digunakan untuk memprediksi religiusitas atau dapat dikatakan bahwa variabel religiusitas memiliki pengaruh terhadap kecerdasan emosi.
Berdasarkan hasil yang terlihat pada tabel 8, diketahui bahwa variabel religiusitas memiliki koefisien beta terstandarisasi 0,462 dengan nilai t sebesar 3,866 dan memiliki taraf signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05) yang berarti religiusitas berpengaruh secara signifikan terhadap kecerdasan emosi.
Persamaan regresi sederhana Y= a + bx
Nilai a = nilai (constant)
Nilai b = nilai religiusitas
a. Sehingga, persamaan yang diperoleh adalah Y = 100.100 + 0.526x
Nilai constant artinya nilai kecerdasan emosi murni subjek, tanpa ada pengaruh dari religiusitas nilainya sebesar 100.100. Nilai religiusitas 0.526 artinya setiap ada penambahan 1 satuan religiusitas maka akan meningkatkan nilai kecerdasan emosi sebesar 0.526. Rangkuman hasil uji hipotesis dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 9 (terlampir).
PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN
Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya dan menggunakan teknik uji regresi linier sederhana didapatkan hasil bahwa hipotesis dalam penelitian ini yaitu religiusitas berpengaruh terhadap kecerdasan emosi pada siswa SMA Muhammadiyah 1 Denpasar dapat diterima. Hipotesis dapat diterima dengan melihat nilai koefisien regresi yaitu 0,462 dengan F hitung sebesar 14,949dengan taraf signifikansi 0,000 (p<0,05), maka model regresi bisa dipakai untuk memprediksi bahwa religiusitas berpengaruh terhadap kecerdasan emosi pada siswa SMA Muhammadiyah 1 Denpasar. Koefisien determinasi sebesar 0,214menunjukkan bahwa variabel bebas yaitu religiusitas memiliki pengaruh sebesar 21,4% terhadap variabel tergantung yaitu kecerdasan emosi. Kesimpulan yang didapat adalah religiusitas dapat menentukan 21,4% dari kecerdasan emosi yang dimiliki siswa di SMA Muhammadiyah 1 Denpasar, sedangkan sisanya sebesar 78,6% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak dapat diteliti dalam penelitian ini. Faktor-faktor lain yang memengaruhi kecerdasan emosi adalah faktor internal dan eksternal (Goleman, 2007). Hasil koefisien beta terstandarisasi dari religusitas menunjukkan bahwa nilai sebesar 0,462 dan
nilai t sebesar 3,866 dengan taraf signifikansi 0,000 (p<0,05) menghasilkan kesimpulan bahwa religiusitas memiliki pengaruh terhadap kecerdasan emosi pada siswa perempuan SMA Muhammadiyah 1 Denpasar.
Pembahasan Pengaruh Religiusitas terhadap Kecerdasan Emosi pada Siswa SMA Muhammadiyah 1 Denpasar
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan dianalisis menggunakan teknik analisis regresi linier sederhana, diketahui bahwa religiusitas berpengaruh terhadap kecerdasan emosi pada siswa SMA Muhammadiyah 1 Denpasar. Artinya, semakin tinggi religiusitas yang dimiliki siswa Muhammadiyah 1 Denpasar, maka berpengaruh terhadap semakin tingginya kecerdasan emosi siswa Muhammadiyah 1 Denpasar.
Namun, pada kenyataannya kondisi siswa di SMA Muhammadiyah 1 Denpasar ditemukan bahwa siswa SMA Muhammadiyah 1 Denpasar mengalami kesulitan untuk beradaptasi di sekolah. Latar belakang masalah keluarga atau kondisi lingkungan rumah yang tidak sejalan dengan kondisi yang ada di sekolah memicu terjadi kesenjangan antara harapan orangtua dan realita kondisi siswa di SMA Muhammadiyah 1 Denpasar. Rata-rata penyebab timbulnya masalah yang dialami siswa SMA Muhammadiyah 1 Denpasar ialah dari faktor lingkungan keluarga, misalnya orangtua yang sibuk mencukupi kebutuhan ekonomi keluarga, orangtua yang bercerai, orangtua yang acuh tak acuh dengan perkembangan anaknya, orangtua yang meninggalkan anak dirumah dan hidup dengan kakek nenek mereka atau asuhan keluarga lainnya. Sebenarnya dirumah anak ingin sekali mendapatkan perhatian dari orangtua, tetapi semua itu hanya dalam impian saja, sehingga anak mencari perhatian di luar rumah, tak peduli apakah yang mereka lakukan itu membawa resiko buruk pada mereka yang penting mereka bisa diakui dalam kelompoknya (Shata, 2017)
Untuk mengatasi kemelut batin itu, maka seyogyanya siswa memerlukan bimbingan dan pengarahan.Nilai-nilai agama dapat diperankan sebagai bimbingan rohaniah. Religiusitas salah satu aspek penting bagi remaja. Nilai-nilai ajaran agama diharapkan dapat mengisi kekosongan batin remaja yang terkadang tidak sesuai dengan harapan. Remaja dengan religiusitas tinggi akan lebih percaya diri, memiliki kemampuan mengemukakan pendapat atau ide baru yang dapat memajukan dirinya, sekolah dan lingkungannya (Enny, 2016). Religiusitas yang cenderung rendah didasarkan pada motif yang bersifat emosional yang lebih kuat ketimbang aspek rasional. Remaja tumbuh dalam kesepian dan depresi, lebih mudah marah, sulit diatur, lebih gugup dan cemas,lebih impulisf dan agresif (Diester, 1989).
Dr Thomas Achen, psikolog dari University of Vemont (dalam Genacher, 1998) melakukan studi bahwa tanda-tanda paling jelas mengenai dampak penurunan religiusitas pada remaja akan mengalami masalah-masalah seperti putus asa terhadap masa depan, keterkucilan, penyalahgunaan obat bius, kriminalitas dan kekerasan, depresi atau masalah makan, kehamilan tidak diinginkan, kenakalan dan putus sekolah. sehingga penting bagi remaja untuk paham norma hukum, norma agama dan norma yang dianut masyarakat.
Penghayatan nilai-nilai keagamaan menurut Diester (1989) diwujudkan dalam perilaku beragama yang disebut sebagai sikap keagamaan.
Genacher (1998) mengatakan bahwa semakin sering orang beribadah dan aktif dalam lingkungan keagamaan maka akan memiliki moral yang tinggi sehingga akan mempertinggi kecerdasan emosional. Hal ini sesuai dengan pendapat Lestari (2002) yang mengatakan bahwa diharapkan lewat kehidupan religiusitas yang baik, maka seseorang dapat memperoleh bantuan moral dalam menghadapi permasalahan yang memungkinkan individu untuk menyelesaikan masalah dengan lebih tenang karena dapat membuat pertimbangan yang lebih matang, memilih cara yang lebih efektif dan konstruktif. Seseorang yang memiliki religiuistas yang baik akan menunjukkan ketaatan dalam melaksanakan ajaran agamanya (Mangunwijaya,1991).
Diharapkan lewat kehidupan religiusitas yang baik, maka seseorang dapat memperoleh bantuan moral dalam mengembangkan kecerdasan emosi sehingga dapat menghadapi permasalahan dan menyelesaikan masalah dengan lebih tenang karena dapat membuat pertimbangan yang lebih matang, memilih cara yang lebih efektif dan konstruktif (Lestari, 2002).
Pembahasan Deskripsi Statistik dan Kategorisasi Data Variabel Religiusitas
Deskripsi statistik data penelitian menunjukkan bahwa mean teoritis dari variabel religiusitas sebesar 107,5 dan mean empiris sebesar 148,38. Mean empiris lebih besar dari mean teoritis (mean empiris>mean teoritis) yang artinya siswa Muhammadiyah 1 Denpasar memiliki religiusitas pada taraf yang tinggi. Hasil kategorisasi data variabel religiusitas menunjukkan bahwa siswa Muhammadiyah 1 Denpasar dengan religiusitas pada taraf yang tinggi memiliki persentase sebesar 73,3% atau sekitar 44 orang dan religiusitas pada taraf yang sangat rendah sebesar 2 orang atau sekitar 3,3%.
Hasil deskripsi responden menunjukkan bahwa mayoritas siswa Muhammadiyah 1 Denpasar berjenis kelamin perempuan sebanyak 57 orang atau sekitar 95,5% dan sisanya laki-laki sebanyak 3 orang atau sekitar 5% . hasil Penelitian yang dilakukan oleh Fox dan Dugan (2013) menunjukkan religiusitas perempuan memang lebih tinggi dari laki-laki.. Dari hasil penelitian menemukan fakta bahwa perempuan ternyata lebih sungguh-sunguh atau lebih religius dalam beragama ketimbang laki-laki. Di belahan dunia yang mayoritas beragama kristen perempuan cenderung lebih sering hadir ke gereja keimbang laki-laki. Sebaliknya di dunia muslim, laki-laki lebih sering berkunjung ke masjid ketimbang perempuan tetapi tidak hanya menggunankan indikator frekuensi mengunjungi rumah ibadah, menggunakan indikator-indikator seperti frekuensi dalam berdoa, keterkaitan dengan afiliasi kelompok agama, pertanyaan seputar seberapa penting agama bagi hidup dan sebagainya.
Pembahasan Deskripsi Statistik dan Kategorisasi Data Variabel Kecerdasan Emosi
Berdasarkan kategorisasi data variabel kecerdasan emosi menjelaskan bahwa mean teoritis dari variabel kecerdasan emosi sebesar 147,5 dan mean empiris sebesar 176,26. Mean
empiris lebih besar dari mean teoritis (mean empiris>mean teoritis) yang artinya siswa SMA Muhammadiyah 1 Denpasar memiliki kecerdasan emosi pada taraf yang tinggi. Hasil kategorisasi data kecerdasan emosi menunjukkan bahwa siswa SMA Muhamadiyah 1 Denpasar dengan kecerdasan emosi pada taraf yang sedang memiliki persentase sebesar 18,3%, siswa SMA Muhammadiyah 1 Denpasar dengan kecerdasan emosi pada taraf yang tinggi memiliki persentase sebesar 65,30% dan siswa SMA Muhammadiyah 1 Denpasar dengan kecerdasan emosi pada taraf yang sangat tinggi sebesar 16,7%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa mayoritas siwa SMA Muhammadiyah 1 Denpasar memiliki kecerdasan emosi pada taraf yang tinggi. Pemahaman siswa SMA Muhammadiyah 1 Denpasar bahwa agar mampu beradaptasi dalam lingkungan yang berbeda antara rumah dan sekolah sehingga menuntut siswa agar dapat menyesuaikan diri sehingga terhindar dari rasa depresi, stres, dan frustasi hal itulah yang dapat menjadi salah satu faktor tingginya kecerdasan emosi. Meningkatkan tingkat religiusitas juga dapat meningkatkan kecerdasan emosi. Genacher (1998) mengatakan bahwa semakin sering orang beribadah dan aktif dalam lingkungan keagamaan maka akan memiliki moral yang tinggi sehingga akan mempertinggi kecerdasan emosi. Menurut Goleman (2007), seseorang yang yang memiliki kecerdasan emosi yang baik, ialah seseorang yang melaksanakan ajaran agama, maka akan mampu mengendalikan amarah, sifat rakus, dorongan birahi, dan mengendalikan dorongan emosi dalam diri sedangkan seseorang yang memiliki kecerdasan emosi yang rendah maka sikap terhadap ajaran agama juga akan rendah sehingga sulit mengendalikan amarah, tidak berdaya mengendalikan sifat rakus, tidak mampu mengendalikan dorongan birahi, dan berbagai bentuk ketidakmampuan mengendalikan dorongan emosional.
Adapun keterbatasan penelitian ini adalah data deskriptif dalam penelitian ini hanya membahas mengenai kategori usia dan jenis kelamin. Saat melakukan pengambilan data, asumsi peneliti, subjek melakukan bias, karena kondisi saat itu siswa tidak kondusif diakibatkan, waktu pengambilan data tepat saat hari terkahir ujian sekolah sehingga siswa cukup mengalami kelelahan dan terburu-buru saat mengisi angket.
Kesimpulan
Religiusitas berpengaruh terhadap kecerdasan emosi pada siswa perempuan SMA Muhammadiyah 1 Denpasar dan hubungan tersebut diyakini sebagai hubungan yang fungsional. Kebanyakan siswa perempuan SMA Muhammadiyah 1 Denpasar memiliki kecerdasan emosi yang tinggi digambarkan dengan prilaku dapat mengontrol dan mengelola emosi. Kebanyakan siswa perempuan memiliki religiusitas yang tinggi digambarkan dengan prilaku taat dan rajin beribadah.
Saran
Saran bagi peneliti selanjutnya ketika melakukan pengambilan data yang melibatkan siswa dari sekolah tertentu, sebaiknya peneliti mencari tahu jadwal sekolah tersebut untuk mengetahui kegiatan siswa nya. Sehingga peneliti dapat menyesuaikan jadwal pengambilan data dengan kegiatan siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Ancok, D.dan Soeroso, F.N. (2005). Psikologi Islam : Solusi Islam atas Problem Psikologi.Yogyakarta : Pustaka Belajar
Ali, M. & Asrori, M. (2012). Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara.
Azwar, S. (2013). Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta : Pustaka Belajar
Chrisnawati (2008). Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kecerdasan Emosi Pada Mahasiswa Papua. Fakultas Psikologi Universitas Katolik Semarang
Crapps, R.dan Robert, W. (1994). Perkembangan Kepribadian dan Keagamaan. Alih bahasa: Agus M. Hardijana. Yogyakarta: Kanisius
Daradjat, Z. (1978). Ilmu jiwa Agama dalam Pembinaan Mental. Jakarta: Bulan Bintang
Dister, N.S.(1989). Psikologi Agama . Yogyakarta : Kanisius
Goleman, D. (1999). Kecerdasan Emosional untuk Mencapai Puncak Prestasi. Alih bahasa: Alex Tri Kantjono. Jakarta : PT Gramedia Pustaka utama
___________. (2007). Kecerdasan Emosional : Mengapa EI Lebih Tinggi Daripada I. Alih Bahasa: T. Hermaya, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
Granacher, R.P.(1998). Emotional intelligence and impact of Morality. Journal to the Family Class. http: //www.CFc-efc.ca/docs.00000451.htm
Gunawan W. (2012). Hubungan Kecerdasan Emosi Dengan Perilaku keagamaan Remaja Di Dusun Kintelan Lor Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang tahun 2012. Sekolah tingi agama islam Negeri (STAIN) Salatiga
Gottman. J. dan DeClaire. J. (2003): Kiat-kiat Membesarkan Anank Yang Memiliki Kecerdasan Emosional. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
Hurlock, E. B. (1980). Psikologi perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan, Edisi 5. Jakarta: Erlangga.
Jalaluddin (2015). Psikologi Agama.Jakarta: Raja Grafindo Persada
Lestari,R.P (2002). Hubungan antara Religiusitas dengan Tingkah Laku Koping. Indigenous. Vol 6. No.1. h. 52-58
Mangunwijaya, Y.B. (1999). Manusia Pasca Modern, Semesta dan Tuhan. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
Nisya dan Sofiah.(2012). Religiusitas, Kecerdasan Emosional Dan Kenakalan Remaja . Jurnal Psikologi Vol 7.No.2.h. 577579
Paplia D.E., Olds, S.W, & Feldman, R.D. (2009). Human Development (Perkembangan Manusia edisi 10 buku 2). (Penerj. Brian Marwensdy).Jakarta: Salemba Humanika
Palupi (2013). Pengaruh Religiusitas Terhadap Kenakalan Remaja Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi Kabupaten Tegal. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang
Rostiana (1997). Peranan Kecerdasan Emosi Dalam Proses Pembelajaran. Jurnal Ilmiah Arkhe. Th.2 No. 3 h. 42-48
Said, A. M., (2015). Mendidik Remaja Nakal. Jakarta: Semesta Hikmah.
Shata , N.I. (2017). Keluh-Kesah Siswa SMA Muhammadiyah 1 Denpasar
Shapiro, LE.(1998). Mengajarkan Emotional Intelligence pada Anak. Alih Bahasa: Alex Tri Kantjono. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Santrock, J. W. (2007). Child development (11th ed.) (M. Rachmawati & A. Kuswanti, Trans.). Jakarta : Erlangga.
Sugiyono. (2014). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan kombinasi (mixed methods). Bandung : Alfabeta.
Solihah (2016). Hubungan Religiusitas dan Kecerdasan Emosi Dengan Tingkat Kejenuhan Belajar Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 11 Yogyakarta. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yoyakarta
Salim. P.(1990). The Contemporary The English Dictionary. Jakarta : Modern English Pers
Syamsu Yusuf (2007). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
LAMPIRAN
Tabel 1
Deskripsi Data Penelitian Variabel Penelitian
Variabel |
N |
Mean Teoretis |
Mean Einpiris |
Std. Deviasi Teoretis |
Std. Deviasi Empiris |
Sebaran Teoretis |
Sebaran Einpiris |
Nilai t |
Work-Life |
115 |
75 |
81.82 |
15 |
3.939 |
30-120 |
69-98 |
18.558 |
Bolatice |
(P=OOOO) | |||||||
Komitmen |
115 |
75 |
93.90 |
15 |
8.360 |
30-120 |
80-116 |
24.239 |
Orgaiusasi |
(p=0.000) |
Tabel 2
Kategorisasi Skor Work-Life Balance
Rentang Nilai |
Kategori Jumlah Persentase |
X ≤ 52,5 52,5 < X ≤ 67.5 67.5 <:X ≤ 82.5 82,5 <X≤ 97,5 97.5 < X |
Sangat Rendah 0 0% Rendah 0 0% Sedang 71 61.7% Tuiggi 43 37.4% SaiisatTiiiggi 1 0.9% |
Tabel 3
Kategorisasi Skor Komitmen Organisasi
Rentang Nilai |
Kategori Jumlah Persentase |
X ≤ 52.5 52,5 <X≤ 67,5 67.5 <X≤ 82,5 82.5<X≤97.5 97.5 < X |
Sangat Rendah 0 0% Rendah 0 0% Sedang 5 4.3% Tmggi 74 64.3% SaiigatTmggi 36 31.3% |
Tabel 4
Hasil Uji Normalitas Variabel Penelitian
Variabel |
Kolniogorov-SiiiinKn' |
Asyinp. Sig (2-tailed) |
Work-Life Balance & Komitmen Organisasi |
1.086 |
0.189 |
Tabel 5
Hasil Uji Linieritas Variabel Penelitian
F |
Sig. | |||
Work-Life BalanceAKoiuitmea |
BeBveen Group |
Liiiearitv |
9.634 |
0.003 |
Organisasi |
Deviation from Linearity |
1,638 |
0.063 |
Tabel 6
Koefisien Determinasi
R |
R Square |
Adjusted R Square |
Std. Error of the Estimate | ||
.267* |
.071 |
.063 |
8.091 | ||
Tabel 7 Hasil Signifikansi Uji Model Regresi | |||||
Sum OfSquare |
df |
Mean Square |
F |
Sig. | |
Regression |
569.552 |
1 |
569.552 |
8.701 |
.004b |
Residual |
7397.196 |
113 |
65.462 | ||
Total |
7966.748 |
114 |
Tabel 8
Koefisien Regresi
Model |
Unstandavdized Coefficients |
Standardized Coefficients |
T |
Sig- | |
B |
Sid. Er>∙or | ||||
(Constant) |
47.473 |
15.756 |
3.013 |
.003 | |
WLB |
.567 |
.192 |
.267 |
2.950 |
.004 |
Tabel 9 | |||||
Kategori Skor Komitmen Organisasi Berdasarkan Status Suami | |||||
Reutaug Nilai |
Kategori |
Bekerja |
Tidak Bekerja | ||
Jnmlah Persen |
Jnmlali |
Perseu | |||
X ≤ 52.5 |
Sangat Rendah |
0 |
0 |
0 |
0 |
52.5 <X≤67.5 |
Rendah |
0 |
0 |
0 |
0 |
67.5<X≤82,5 |
Sedang |
5 |
4.8% |
0 |
0 |
82.5<X≤97.5 |
Tinggi |
67 |
64.4% |
7 |
63.6% |
97,5 < X |
Sangat Tinggi |
32 |
30.8% |
4 |
36.4% |
Tabel 10
Kategori Skor Komitmen Organisasi Berdasarkan Jumlah Anak
Reutaug Nilai |
Kategori |
Satu Auak |
Dua Anak |
Tiga Anak |
Empat Anak | ||||
Jml |
Pers |
Jml |
Pers |
Jml |
Pers |
Jml |
Per | ||
X ≤ 52.5 |
Sangat Rendah |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
52.5<X≤67.5 |
Rendah |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
67,5 <X≤ 82.5 |
Sedang |
0 |
0 |
5 |
7.6% |
0 |
0 |
0 |
0 |
82.5<X≤97.5 |
Tinggi |
17 |
85.0% |
40 |
60.6% |
13 |
56.5% |
4 |
66.7% |
97,5 < X |
Sangat Tinggi |
3 |
15.0% |
21 |
31.8% |
10 |
43.5% |
2 |
33.3% |
Tabel 11
Kategori Skor Komitmen Organisasi Berdasarkan Jabatan Pada Organisasi Sosial | |||||
Reutaug Nilai |
Kategori |
Pengurus |
Anggota | ||
Jumlah |
Perseu |
Jumlah |
Perseu | ||
X ≤ 52,5 |
Sangat Rendah |
0 |
0 |
0 |
0 |
52.5 <X≤ 67.5 |
Rendah |
0 |
0 |
0 |
0 |
67.5 <X≤ 82.5 |
Sedang |
0 |
0 |
5 |
4.8% |
82.5 < X ≤ 97.5 |
Tinggi |
8 |
72.7% |
66 |
63.5% |
97,5 < X |
Sangat Tinggi |
3 |
27.3% |
33 |
31.7% |
Tabel 12
Kategori Skor Komitmen Organisasi Berdasarkan Area Kerja
Rentaug Nilai |
Kategori |
BLMD |
Koperasi |
Kediuasan | |||
Jumlah |
Perseu |
Jninlah |
Perseu |
Jumlah |
Persen | ||
X ≤ 52.5 |
Sangat Rendah |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
52.5<X≤67.5 |
Rendah |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
67,5<X≤82.5 |
Sedang |
4 |
8.7% |
0 |
0 |
1 |
3.4% |
82.5<X≤97.5 |
Tinggi |
32 |
69.6% |
29 |
72.5% |
13 |
44.8% |
97.5 < X |
Sangat Tinggi |
10 |
21.7% |
11 |
27.5% |
15 |
51.7% |
No |
Hipotesis |
Hasil |
1 |
Hipotesis Mayor Ada perbedaan keterikan kerja berdasarkan generasi keija karyawan pada perusahaan berkonsep THK ditinjau dari etos kerja. |
Diterima |
2 |
Hipotesis Minor a. Ada perbedaan keterikatan keija berdasarkan generasi kerja karyawan pada perusahaan berkonsep THK. |
Ditolak |
b. Ada perbedaan etos kerja berdasarkan generasi keija karyawan pada perusahaan berkonsep THK |
Diterima | |
c. Ada hubungan yang fungsional antara keterikatan keija dan etos keija. |
Diterima |
175
Discussion and feedback