Pengaruh Teknik Mnemonik terhadap Kemampuan Membaca Aksara Bali pada Siswa Kelas III Sekolah Dasar Negeri 1 Batubulan
on
Jurnal Psikologi Udayana
2018, Vol.5, No.2, 536-551
Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana
ISSN 2654-4024
Pengaruh Teknik Mnemonik terhadap Kemampuan Membaca Aksara Bali pada Siswa Kelas III Sekolah Dasar Negeri 1 Batubulan
Luh Putu Winda Yogantari dan Ni Made Ari Wilani Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana windayogantari@gmail.com
Abstrak
Pendidikan tingkat Sekolah Dasar mempunyai peranan penting bagi siswa untuk mengembangkan kemampuan yang dimiliki, salah satunya yaitu harus menguasai kemampuan membaca. Terdapat mata pelajaran yang mengajarkan cara membaca huruf lain selain abjad yaitu aksara Bali dengan kompetensi dasar yang harus dikuasi adalah mampu membaca permulaan aksara Bali. Adapun permasalahan yang dihadapi siswa kelas III SDN 1 Batubulan yaitu kesulitan dalam mengingat lambang aksara Bali. Kemampuan dalam mengingat bentuk dan bunyi huruf merupakan dasar untuk membaca. Teknik yang dapat digunakan untuk membantu permasalahan tersebut yaitu teknik mnemonik. Mnemonik merupakan teknik untuk meningkatkan penyimpanan dan pengambilan informasi dalam memori. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh teknik mnemonik terhadap kemampuan membaca aksara Bali pada siswa kelas III SDN 1 Batubulan. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen yang bersifat pre-experimental designs dengan One-Group Pretest-Posttest Design. Teknik pengambilan sampel menggunakan nonprobability sampling dengan teknik purposive sampling. Jumlah subjek yang diperoleh yaitu 18 siswa. Tahapan penelitian terdiri dari pretest, perlakuan dan post test. Alat ukur yang digunakan adalah tes kemampuan membaca aksara Bali yang terdiri dari 20 soal. Perlakuan diberikan selama tiga kali dalam seminggu selama 6 sesi. Analisis data menggunakan Wilcoxon Signed-Rank Test menunjukkan hasil dengan signifikansi (p = 0.000 ≤ 0.05) yang artinya Ho ditolak. Adapun nilai effect size (r = 0.5625) menunjukkan bahwa perlakuan memiliki efek yang besar. Dapat disimpulkan bahwa teknik mnemonik memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan membaca aksara Bali pada siswa kelas III SDN 1 Batubulan.
Kata kunci: mnemonik, kemampuan membaca aksara Bali, siswa kelas III SD
Abstract
Elementary school education had an important role for the students to developed skills, such as the ability to read. The subject of reading in Bahasa Bali tought student to read a letter by used aksara Bali. The basic competence that must be achieved is able to read aksara Bali. The problems experienced by the students at third grade of SDN 1 Batubulan it’s hard to remembered aksara Bali. The basic of reading must remembered the symbol and sound of letters. The technique used to solved the problem is mnemonic. Mnemonic technique used to improve storage and recall information in memory. The goal of research was to known the effect of mnemonic technique on ability of reading aksara Bali at third grade students in SDN 1 Batubulan. This research used experimental method pre-experimental design with One-Group Pretest-Posttest Design. Sampling technique used nonprobability sampling with purposive sampling that gotten 18 students. The step consists of pretest, treatment and post test. The ability of reading aksara Bali measured by test consisted of 20 questions. The treatment given by three times a week for 6 sessions. Data analysis used Wilcoxon Signed-Rank Test that showed significant result (p = 0.000 ≤ 0.05) thats mean H0 was rejected. The effect size score (r = 0.5625) indicated the treatment had large effect. Its mean mnemonic technique gave a significant effect on ability of reading aksara Bali at third grade students SDN 1 Batubulan.
Keywords: mnemonic, the ability of reading aksara Bali, third grade students in Elementary School
LATAR BELAKANG
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 menyebutkan bahwa pendidikan tingkat Sekolah Dasar (SD) merupakan pendidikan dasar yang wajib didapatkan oleh siswa. Terdapat beberapa pelajaran wajib yang harus diajarkan di Sekolah Dasar, salah satunya adalah muatan lokal. Pelajaran muatan lokal ini kemudian akan diserahkan dan diatur oleh daerah masing-masing. Contohnya di Bali terdapat pelajaran muatan lokal yang wajib diajarkan yaitu mata pelajaran Bahasa Bali. Peraturan Gubernur Bali Nomor 20 Tahun 2013 menyebutkan mengenai penyelenggaraan Bahasa, Aksara dan Sastra Bali diajarkan pada semua jenjang pendidikan dasar dan menengah sebagai mata pelajaran wajib di Provinsi Bali. Pembelajaran ini diwajibkan dilaksanakan minimal 2 jam pelajaran per minggu yaitu selama 70 menit per minggu. Berdasarkan kurikulum Bahasa Bali tahun 2009, pengenalan aksara Bali mulai diajarkan pada jenjang kelas III Sekolah Dasar dengan salah satu kompetensi dasar yang harus dikuasai yaitu mampu membaca permulaan dengan menyuarakan aksara Bali.
Aksara Bali merupakan suatu huruf tradisional masyarakat Bali dan telah berkembang di Bali. Menurut Wendra (2007) aksara Bali merupakan sarana yang vital untuk dapat lebih mengenal budaya Bali secara mendalam karena aksara Bali berfungsi sebagai sarana untuk menuliskan berbagai macam masalah keagamaan, adat istiadat, sastra dan sebagainya. Aksara Bali menganut sistem silabik yaitu sistem tulisan yang menggunakan satu tanda atau lambang untuk satu suku kata (Nala, 2006). Manfaat yang diperoleh dari pemahaman terhadap aksara Bali adalah dapat digunakan dalam proses belajar serta sebagai sarana untuk melestarikan budaya Bali. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada salah satu dosen Bahasa Bali, didapatkan informasi mengenai tahapan dalam membaca aksara Bali. Tahapan membaca aksara Bali menyerupai tahapan dalam membaca abjad pada umumnya yang diawali dengan belajar mengidentifikasi huruf, dilanjutkan dengan belajar membaca kata serta membaca kalimat (Yogantari, 2016).
Adapun permasalahan yang ditemukan yaitu kesulitan siswa dalam mengingat aksara Bali sehingga berdampak pada kesulitan siswa dalam membaca aksara Bali yang dialami oleh siswa kelas III SDN 1 Batubulan. Permasalahan ini diperoleh dari hasil wawancara secara langsung terhadap salah seorang guru yang mengajar mata pelajaran Bahasa Bali di Sekolah Dasar Negeri 1 Batubulan. Wawancara dilakukan bertepatan dengan pelaksanaan studi kasus mengenai permasalahan anak yang ditemukan di Sekolah Dasar tersebut. Menurut Guru yang mengajar Bahasa Bali di SDN 1 Batubulan, permasalahan tersebut memang benar terjadi. Beberapa alasan penyebab sulitnya siswa untuk mempelajari Bahasa Daerah Bali, antara lain yaitu rendahnya minat siswa untuk belajar karena sistem pembelajaran dan buku pedoman yang kurang menarik serta waktu yang disediakan relatif singkat sehingga cenderung lebih mengejar ketuntasan materi dan mengabaikan siswa yang belum paham terhadap pembelajaran pada hari tersebut. Permasalahan lainnya yaitu kurangnya kompetensi yang dimiliki oleh guru. Hal ini terkait dengan jumlah tenaga pendidik Bahasa Bali yang masih kurang, sehingga
mengakibatkan guru kelas atau guru agama yang mengambil alih tugas tersebut (Yogantari, 2016).
Hasil wawancara juga mengungkapkan bahwa teknik pengajaran yang selama ini digunakan oleh guru tersebut dalam mengenalkan aksara Bali yaitu memperkenalkan aksara Bali secara perlahan, dengan tujuan untuk mempermudah siswa dalam menghafal aksara Bali (Yogantari, 2016). Penggunaan teknik ini diharapkan dapat mempermudah siswa dalam mengingat seluruh lambang aksara Bali. Pada kenyatannya dapat dikatakan hasilnya kurang maksimal karena siswa hanya mampu menyuarakan aksara Bali itu dengan benar apabila ditempatkan pada urutannya, sedangkan siswa akan kebingungan apabila aksara Bali tersebut ditempatkan dalam urutan acak (Yogantari, 2016).
Studi pendahuluan dilakukan dengan turun langsung ke kelas III SDN 1 Batubulan pada hari Sabtu tanggal 7 Oktober 2016 untuk melihat secara langsung mengenai permasalahan yang dihadapi oleh siswa. Studi awal secara spesifik dilakukan untuk melihat kemampuan siswa dalam membaca aksara Bali. Studi awal ini dilakukan dengan cara menyajikan beberapa aksara Bali serta kata-kata menggunakan aksara Bali yang diambil dari buku siswa kelas III Sekolah Dasar tersebut. Siswa kemudian diminta untuk membaca aksara tersebut secara bergantian untuk mengetahui kompetensi siswa dalam membaca aksara Bali. Hasil yang diperoleh yaitu setengah dari jumlah siswa kelas III SDN 1 Batubulan dapat dikatakan belum mampu membaca aksara Bali dengan baik.
Berdasarkan uraian masalah tersebut, dapat dikatakan bahwa permasalahan utama yang dihadapi oleh siswa kelas III Sekolah Dasar Negeri 1 Batubulan yaitu kesulitan dalam mengingat lambang aksara Bali. Siswa yang tidak mampu untuk mengingat suatu huruf atau lambang dengan baik, maka akan berdampak pada ketidakmampuan untuk membaca. Menurut Anuar (2013) apabila terdapat kekeliruan dalam mengenal bentuk dan bunyi huruf, maka dapat menyebabkan siswa tidak dapat membunyikan suku kata terlebih lagi mampu membaca kalimat. Semakin dipertegas oleh penelitian yang dilakukan oleh MacKeben (2000) mengungkapkan bahwa proses pengenalan huruf adalah elemen yang mendasar yang memungkinkan orang untuk belajar membaca dengan lancar.
Kurikulum standar kompetensi Bahasa Bali untuk kelas III Sekolah Dasar menyebutkan terdapat kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh siswa seperti mampu membaca aksara Bali dengan lafal yang benar dan mampu membaca permulaan serta membaca lanjut teks sederhana dalam bentuk aksara Bali (Tim Penyusun Bahasa Bali Sekolah Dasar, 2009). Siswa yang belum hafal mengenai aksara Bali apabila dituntut untuk mengikuti kurikulum yang berlaku, maka akan berdampak pada nilai yang kurang memuaskan. Siswa yang memperoleh nilai di bawah standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang diberlakukan di sekolah, maka diwajibkan untuk mengikuti remedi. Hasil wawancara langsung terhadap guru mata pelajaran Bahasa Bali di SDN 1 Batubulan, mengungkapkan bahwa remedi yang diadakan tidak mampu mengubah nilai siswa menjadi lebih baik, karena siswa-siswa tersebut belum hafal terhadap aksara Bali (Yogantari, 2016). Kemampuan dalam membaca aksara Bali tidak hanya dapat
digunakan pada kelas III Sekolah Dasar semata, namun dapat digunakan seterusnya pada kelas yang lebih tinggi. Pelajaran bahasa Bali khususnya membaca aksara Bali diajarkan hingga jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA). Siswa yang terlanjur tidak mampu membaca akan terus mengalami kesulitan hingga SMA serta akan cenderung memperoleh nilai yang kurang memuaskan. Diperlukan upaya untuk menangani permasalahan yang dihadapi oleh siswa kelas III SDN 1 Batubulan. Khususnya siswa yang belum mampu membaca aksara Bali dengan baik yang dilihat dari nilai yang diperoleh. Adapun nilai KKM untuk mata pelajaran Bahasa Bali di SDN 1 Batubulan yaitu 75, yang memiliki arti siswa yang memperoleh nilai di bawah 75 memiliki kemampuan membaca aksara Bali yang masih tergolong rendah. Diperoleh sebanyak 18 siswa yang menjadi subjek dalam penelitian, yang sebelumnya telah dilakukan screening terlebih dahulu untuk memperoleh siswa yang sesuai dengan kriteria subjek penelitian yang telah ditetapkan.
Hal yang dapat dilakukan untuk menangani permasalahan yang telah dipaparkan yaitu dengan menemukan suatu teknik baru untuk mengajarkan aksara Bali sehingga siswa dapat memenuhi standar kompetensi membaca seperti yang diharapkan. Langgeng (2012) menyebutkan apabila dalam proses belajar digunakan teknik pembelajaran yang tepat, maka otomatis akan mendukung pencapaian tujuan dari pembelajaran. Teknik yang diperlukan yaitu teknik yang dapat membantu siswa dalam hal mengingat aksara Bali, karena hasil studi lapangan awal menunjukkan bahwa permasalahan utama yang dihadapi oleh siswa kelas III SDN 1 Batubulan yaitu kesulitan dalam mengingat aksara Bali yang berdampak pada kesulitan dalam membaca aksara Bali. Ketika seseorang mengingat maka terjadi proses encoding yaitu bagaimana proses informasi yang diterima, storage yaitu bagaimana informasi disimpan serta dipertahankan seiring dengan berjalannya waktu dan retrieval yaitu bagaimana informasi yang telah disimpan dalam ingatan akan dikeluarkan dari penyimpanan. Dapat dikatakan bahwa proses mengingat merupakan dasar bagi seseorang untuk dapat membaca.
Salah satu teknik yang diduga dapat digunakan untuk membantu siswa dalam mengingat aksara Bali adalah teknik mnemonik. Bakken dan Simpson (2011) mengungkapkan bahwa teknik mnemonik telah terbukti untuk membantu individu dalam mengingat informasi dengan membuat lebih mudah untuk diingat dan lebih konkret. Siswa kelas III Sekolah Dasar berada pada tahapan operasional konkret yang berlangsung mulai dari sekitar 7 hingga 11 tahun. Dalam tahapan ini, anak dapat melakukan operasi dan penalaran logis menggantikan pikiran inisiatif selama penalaran dapat diterapkan pada contoh khusus dan konkret. Teknik mnemonik dapat diterapkan untuk mengatasi permasalahan pada siswa yang mengalami kesulitan dalam mengingat lambang aksara Bali. Mnemonik merupakan suatu teknik yang dapat meningkatkan penyimpanan dan pengambilan informasi dalam memori (Solso, Maclin, & Maclin, 2008).
Teknik mnemonik dapat sangat efektif digunakan untuk sistem pembelajaran karena dapat membuat anak termotivasi dan membuat kelas lebih menarik (Pal, 2014). Hal tersebut
diperkuat oleh temuan beberapa penelitian, seperti penelitian yang dilakukan oleh Hardi (2010) menemukan bahwa teknik mnemonik dapat meningkatkan kemampuan mengingat lambang unsur-unsur kimia. Hasil penelitian dari Sholikhati (2012) menyatakan bahwa terdapat pengaruh teknik mnemonik-visual imagery untuk meningkatkan kemampuan mengingat ayat Al-Qur’an pada siswa Sekolah Dasar di Yogyakarta. Teknik mnemonik dapat pula meningkatkan kemampuan siswa kelas III Sekolah Dasar Mlatiharjo 2 Semarang dalam pembelajaran aksara Jawa (Asropah, Alfiah, Sulanjari, & Utami, 2014). Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada salah satu dosen Bahasa Bali, diperoleh hasil mengenai persamaan antara aksara Bali dan aksara Jawa terletak pada asal dari kedua aksara tersebut serta persamaan mengenai cara membaca aksara (Yogantari, 2016). Aksara Bali dan aksara Jawa sama-sama menggunakan sistem silabik yang berarti sistem tulisan yang menggunakan satu tanda atau lambang untuk satu suku kata. Adanya pernyataan tersebut memperkuat bahwa adanya kemiripan antara aksara Bali dan aksara Jawa sehingga teknik mnemonik relevan untuk digunakan. Dari hasil beberapa penelitian dapat dikatakan bahwa teknik mnemonik dapat meningkatkan kemampuan mengingat, sehingga diharapkan mampu untuk mengurangi permasalahan mengingat aksara Bali dan memudahkan siswa membaca aksara Bali sesuai dengan tuntutan kurikulum yang berlaku pada kelas III di Sekolah Dasar Negeri 1 Batubulan.
Teknik mnemonik terdiri dari beberapa jenis, diantaranya metode loci, peg word system, key word, acronym, dan acrostic (Solso, Maclin, & Maclin, 2008). Metode loci dilakukan dengan menggunakan tempat atau lokasi lingkungan yang familiar yang membuat individu lebih mudah untuk mengingat. Key word yaitu teknik yang sering digunakan dalam upaya mempelajari kosa kata bahasa asing. Teknik ini dilakukan dengan cara dengan mencari hal-hal yang penting kemudian dihubungkan dengan istilah asing yang akan dipelajari. Selanjutnya dalam teknik verbal terdapat akronim (acronym) yakni dilakukan dengan cara menciptakan kata dari huruf awal benda yang akan diingat serta akrostik (acrostik) yakni menciptakan sebuah frase atau kalimat yang di dalamnya terdiri huruf-huruf pertama yang diasosiasikan dengan kata-kata yang harus diingat. Thompson (dalam Amiryousefi, 2011) menambahkan dalam teknik mnemonik terdapat teknik visual yaitu menggunakan gambar.
Secara spesifik penelitian ini menggunakan teknik mnemonik yang diterapkan dengan jenis peg word. Mnemonik peg word dilakukan dengan cara menggunakan komponen-komponen yang sebelumnya telah dikuasai sebelumnya sebagai pasak (paku) yang menjadi pengait untuk memori baru. Pemilihan teknik peg word mengacu pada hasil beberapa penelitian terkait permasalahan yang dihadapi seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Ningrum, dkk (2015), menjelaskan bahwa teknik peg word dianggap paling sesuai untuk digunakan dalam pengenalan huruf pada anak. Pada penelitian ini teknik peg word dilakukan dengan membuat hubungan yang berupa gambar yang mirip dengan aksara Bali karena menurut Adni dan Hidayati (2014) anak pada usia 9-10 tahun akan lebih mudah mengenali dan mengingat apabila disajikan stimulus gambar dibandingkan dengan hanya stimulus kata.
Penerapan peg word juga didukung oleh hasil penelitian oleh Rasiban (2013) dimana siswa lebih mudah dalam menghafal makna kanji dasar apabila disajikan asosiasi gambar dari pembentukan kanji dasar tersebut. Hasil penelitian lain dari White (2009) menyebutkan bahwa teknik lain yang dapat digunakan yaitu menggunakan huruf depan yang sama dengan bunyi dari aksara Bali. Hasilnya menunjukkan siswa akan lebih banyak mengingat huruf apabila disajikan gambar yang mirip dengan huruf tersebut serta memiliki huruf depan dan bunyi yang sama dengan gambar yang dipasangkan.
Berdasarkan uraian tersebut, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh teknik mnemonik terhadap kemampuan membaca aksara Bali pada siswa kelas III Sekolah Dasar Negeri 1 Batubulan. Diharapkan dengan menggunakan teknik ini, proses encoding, storage dan retrieval dapat dilakukan secara maksimal, sehingga permasalahan mengenai siswa yang sulit untuk mengingat dan membaca aksara Bali dapat diatasi.
METODE PENELITIAN
Variabel dan Definisi Operasional
Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah kemampuan membaca aksara Bali serta variabel bebas dalam penelitian ini adalah teknik mnemonik. Definisi operasional dari masing-masing variabel penelitian adalah sebagai berikut: Kemampuan Membaca Aksara Bali
Kemampuan membaca aksara Bali merupakan kesanggupan siswa dalam menyampaikan aksara Bali secara lisan. Penelitian ini menekankan pada aspek kemampuan dalam mengidentifikasi huruf, kemampuan dalam mengucapkan kata-kata dengan lafal yang tepat serta kemampuan dalam membaca kalimat sederhana dengan lafal yang tepat. Hal ini diukur menggunakan tes kemampuan membaca aksara Bali yang disusun berdasarkan komponen membaca permulaan dari Heryadi (2014).
Teknik Mnemonik
Teknik mnemonik yaitu suatu teknik yang dapat digunakan untuk meningkatkan penyimpanan dan pengambilan informasi dalam memori. Penelitian ini menggunakan teknik mnemonik jenis peg word yaitu dengan cara menghubungkan komponen-komponen yang sebelumnya telah dikuasai sebagai pasak (paku) yang menjadi pengait untuk mempelajari memori baru yaitu aksara Bali. Materi yang diajarkan terlampir dalam modul penelitian.
Responden
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas III Sekolah Dasar Negeri 1 Batubulan yang berjumlah 30 siswa. Karakteristik populasi dalam penelitian ini antara lain: (1) Terdaftar dalam Sekolah Dasar Negeri 1 Batubulan, (2)Sedang duduk di kelas III SD (3) Berjenis kelamin laki-laki dan perempuan, (4) Memiliki kemampuan dalam membaca aksara Bali tergolong rendah yaitu dengan nilai di bawah 75 yang dapat dilihat dari hasil pretest, (5) Bersedia berpartisipasi dalam penelitian dengan izin dari orangtua atau wali siswa
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah nonprobability sampling dengan purposive
sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2014). Pretest dilakukan kepada 30 siswa kelas III SDN 1 Batubulan, kemudian dilakukan screening untuk menentukan siswa yang memiliki kemampuan membaca aksara Bali yang tergolong rendah dengan nilai di bawah 75. Sebanyak 18 siswa diperoleh untuk menjadi subjek penelitian. (Bagan 1. Alur Penelitan. Terlampir).
Alat Ukur
Alat ukur penelitian ini menggunakan tes kemampuan membaca aksara Bali. Tes yang digunakan termasuk dalam tes yang mengukur performansi maksimal, yang dirancang untuk mengungkap apa yang mampu dilakukan oleh seseorang dan seberapa baik ia mampu melakukannya (Azwar, 2015). Tes kemampuan membaca aksara Bali disusun berdasarkan komponen kemampuan membaca dari Heryadi (2014) yang terdiri dari 20 pertanyaan. Penggunaan komponen kemampuan membaca ini telah disesuaikan sebelumnya sesuai dengan kurikulum dan standar kompetensi yang harus dikuasi oleh siswa kelas III Sekolah Dasar pada mata pelajaran Bahasa Bali. Penilaian dilakukan dengan cara tes secara individual yang diberi skor 1 apabila siswa menjawab dengan tepat serta mendapat skor 0 apabila siswa tidak mampu menjawab soal dengan tepat.
Menurut Azwar (2014), suatu alat tes dinyatakan memiliki validitas yang baik jika alat tersebut mampu memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran. Pengukuran validitas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu validitas isi yaitu sejauhmana kelayakan suatu tes sebagai sampel dari domain aitem yang hendak diukur. Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi melalui pengujian isi tes dengan analisis rasional atau dapat dikatakan melalui professional judgement (Azwar, 2013). Pada penelitian ini, peneliti melakukan professional judgement kepada 2 orang yang ahli di bidangnya.
Pengukuran kedua yaitu melihat indeks kesukaran aitem yaitu rasio antara penjawab aitem dengan benar dan banyaknya penjawab aitem dan daya diskriminasi aitem adalah kemampuan aitem dalam membedakan antara siswa yang mempunyai kemampuan tinggi (dalam hal ini diwakili oleh siswa yang termasuk dalam kelompok tinggi) dan siswa yang mempunyai kemampuan rendah (diwakili oleh siswa yang termasuk dalam kelompok rendah) (Azwar, 2015). Suatu aitem yang dikatakan mempunyai daya diskriminasi tinggi hendaknya dijawab dengan benar oleh semua atau sebagian besar subjek kelompok tinggi dan tidak dapat dijawab dengan benar oleh semua atau sebagian besar subjek kelompok rendah dengan nilai diatas 0.4.
Penyebaran uji coba alat ukur dilaksanakan sebanyak tiga kali yaitu pada tanggal 9 Februari 2017 di SD Negeri 3 Batubulan dengan jumlah 24 siswa, tanggal 11 Februari 2017 di SDN 5 Batubulan dengan jumlah 32 siswa dan di SDN 7 Batubulan yang berjumlah 24 orang. Pemilihan sekolah tersebut dilakukan karena memiliki kurikulum yang sama dengan SDN 1 Batubulan. Dari hasil uji coba alat ukur penelitian diperoleh aitem yang baik digunakan sebanyak 20 soal dengan nilai
indeks daya diskriminasi aitem berada di antara 0.4-0.625 yang berarti bawah aitem tersebut baik dan valid untuk digunakan karena mampu membedakan kemampuan siswa yang berada pada kelompok tinggi dan kelompok rendah.
Prosedur Pengambilan Data
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen yang bersifat pre-experimental designs. Desain penelitian yang digunakan adalah One-Group Pretest-Posttest Design. Desain ini menggunakan pretest untuk melihat kondisi awal subjek, kemudian dilanjutkan dengan melakukan post test untuk mengetahui hasil akhir dari perlakukan yang diberikan (Sugiyono, 2014). Adapun desain penelitian dapat digambarkan sebagai berikut (Tabel 1. Desain Eksperimen. Terlampir).
Penelitian diawali dengan adanya persiapan penelitian seperti mempersiapkan surat izin untuk melakukan percobaan alat ukur maupun pretest dan post test, membuat informed consent, mempersiapkan materi (modul) yang sesuai dengan teknik yang akan diberikan pada siswa tersebut dan mempersiapkan alat ukur yaitu tes kemampuan membaca aksara Bali.
Selanjutnya dilakukan pretest menggunakan tes kemampuan membaca aksara Bali yang berjumlah 20 soal. Tes dilakukan secara individual, kemudian diberi skor secara langsung pada lembar jawaban siswa. Waktu yang diberikan untuk menjawab tes sekitar 5 menit, namun kemudian dapat disesuaikan dengan kemampuan masing-masing siswa. Pertimbangan waktu ini disarankan oleh guru Bahasa Bali kelas III SDN 1 Batubulan.
Perlakuan dilakukan selama tiga kali seminggu selama dua minggu dengan setting pada kelas sesungguhnya. Durasi pelaksanaan pada satu pertemuan atau satu sesi adalah selama 70 menit. Pertimbangan waktu perlakuan ini disesuaikan dengan jumlah jam mata pelajaran Bahasa Bali pada siswa kelas III Sekolah Dasar yaitu 70 menit. Pertimbangan lain yaitu sesuai saran dari penelitian White (2009), dikatakan bahwa sebaiknya dalam pelaksanaan eksperimen disesuaikan dengan kurikulum serta jam mata pelajaran yang berlaku agar dapat diterapkan pada kondisi yang sesungguhnya. Pengenalan aksara Bali yang berjumlah 18 aksara akan dibagi menjadi 2 bagian, yaitu 9 aksara Bali dilakukan pada sesi I serta 9 aksara Bali lainnya akan dikenalkan pada sesi berikutnya. Hal ini dilakukan sesuai dengan penelitian White (2009) yang menghabiskan waktu sekitar 3-5 menit untuk mengenalkan satu huruf.
Terakhir dilakukan post test dengan menggunakan alat ukur yang sama dengan alat ukur pada pretest sebelumnya yaitu tes kemampuan membaca aksara Bali. (Bagan 2. Tata Laksana Penelitian. Terlampir).
Teknik Analisis Data
Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji statistik nonparametrik. Menurut Field (2009) syarat untuk melakukan uji statistik paramtetrik yaitu data yang diperoleh harus normal dengan jumlah minimal subjek sebanyak 30. Uji statistik nonparametrik digunakan karena jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini kurang dari 30 dan tidak
menggunakan random sampling. Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan Wilcoxon Signed-Rank Test yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan kondisi sebelum dan sesudah perlakukan pada kelompok berpasangan (Field & Hole, 2008). Analisis dilakukan dengan bantuan program SPSS 21.0 for Windows. Selanjutnya dilakukan penghitungan untuk mengetahui effect size yaitu penghitungan sederhana secara objektif dan standar yang penting dilakukan untuk mengetahui efek dari suatu perlakukan (Field & Hole, 2008).
HASIL PENELITIAN
Karakteristik Subjek
Berdasarkan data karakteristik subjek, diperoleh bahwa total subjek berjumlah 18 siswa dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 11 siswa dan perempuan sebanyak 7 siswa. Mayoritas subjek penelitian adalah berusia 9 tahun yaitu sebanyak 11 siswa, berusia 8 tahun sebanyak 4 siswa dan berusia 10 tahun sebanyak 3 siswa.
Deskripsi Data Penelitian
Hasil deskripsi penelitian variabel teknik mnemonik dan kemampuan membaca aksara Bali dapat dilihat pada tabel 2. (Tabel 2. Deskripsi Data Penelitian. Terlampir).
Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa data nilai minimum berkisar antara 0 sampai 10, nilai maksimum berkisar antara 7 sampai 20, serta rata-rata nilai yang mengalami peningkatan dari pretest sebesar 1.72 hingga post test sebesar 17.11. Standar deviasi adalah nilai statistik yang digunakan untuk menentukan bagaimana sebaran data dalam sampel, dan seberapa dekat titik data individu ke mean. Dalam tabel terlihat standar deviasi menunjukkan perubahan dari pretest sebesar 2.164 hingga post test sebesar 3.234.
Peneliti selanjutnya melakukan kategorisasi data dalam penelitian yang memiliki tujuan untuk menempatkan subjek ke dalam kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasar atribut yang diukur. Pembandingan rata-rata teoretis dengan rata-rata empiris dibutuhkan sebelum melakukan pengkategorisasian data.
(Tabel 3. Hasil Kategorisasi Skor Pretes dan Post Test. Terlampir). Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa saat pretest, sebesar 94.4% subjek berada pada kategori rendah, yang berarti subjek memiliki kemampuan membaca aksara Bali yang rendah, kemudian sebesar 5.6% subjek berada pada kategori sedang, dan sebesar 0% subjek atau tidak ada sama sekali siswa yang berada pada kategori kemampuan membaca aksara Bali yang tinggi. Setelah perlakuan, hasil yang didapatkan adalah presentase subjek yang berada pada kategori rendah mengalami penurunan dari 94.4% menjadi 0%. Sebaliknya subjek yang berada pada kategori sedang, presentasenya mengalami peningkatan dari 5.6% menjadi 16.7%. Begitu pula presentase subjek yang berada pada kategori kemampuan membaca aksara Bali yang tinggi, mengalami peningkatan dari 0% menjadi 83.3%.
Uji Hipotesis
Hasil uji beda variabel teknik mnemonik terhadap kemampuan membaca aksara Bali sebagai berikut: (Tabel 4. Hasil Uji Wilcoxon Signed-Rank Test. Terlampir).
Berdasarkan data karakteristik subjek, diperoleh bahwa total subjek berjumlah 60 orang dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 45 orang dan laki-laki sebanyak 15 orang. Mayoritas subjek penelitian adalah berusia 20 tahun yaitu sebanyak 23 orang. mayoritas subjek memiliki IPK antara 3,00 sampai 3,50 yaitu sebanyak 42 orang atau sebesar 70%. Subjek penelitian berasal dari enam program studi di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana dan mayoritas subjek berasal dari program studi Pendidikan Dokter yaitu sebanyak 36 orang atau sebesar 60%.
Pengujian hipotesis mengenai parameter populasi menggunakan informasi dari sampel dan teori probabilitas untuk menentukan apakah hipotesis yang dibuat secara statistik mampu diterima atau ditolak. Hipotesis merupakan suatu jawaban yang bersifat sementara mengenai permasalahan penelitian yang dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2014). Hasil pada tabel Wilcoxon Signed-Rank Test menunjukkan angka signifikansi 0.000. Berdasarkan asumsi hipotesis, bahwa apabila Sig > 0.05 maka H0 diterima, sedangkan apabila Sig < 0.05 maka H0 ditolak. Nilai Signifikansi sebesar 0.000 < 0.05, artinya H0 ditolak. Maka dari itu, diketahui bahwa terdapat pengaruh teknik mnemonik terhadap kemampuan membaca aksara Bali pada siswa kelas III SDN 1 Batubulan.
Peneliti selanjutnya menghitung nilai effect size untuk mengetahui seberapa besar efek dari suatu perlakukan (Field & Hole, 2008). Adapun nilai yang ditunjukkan yaitu sebesar 0.5625 menunjukkan bahwa perlakukan teknik mnemonik yang diberikan memiliki efek yang besar terhadap kemampuan membaca aksara Bali siswa kelas III SDN 1 Batubulan.
PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hipotesis penelitian diterima dengan nilai signifikansi 0.000. Hal ini membuktikan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima, sehingga menunjukkan bahwa terdapat pengaruh teknik mnemonik pada kemampuan membaca siswa kelas III Sekolah Dasar. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian dari Sholikhati (2012) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh teknik mnemonik-visual imagery untuk meningkatkan kemampuan mengingat ayat Al-Qur’an pada siswa Sekolah Dasar di Yogyakarta. Hasil penelitian ini sesuai dengan Hardi (2010), mengungkapkan bahwa teknik mnemonik dapat meningkatkan kemampuan mengingat lambang unsur-unsur kimia. Temuan ini mendukung hasil penelitian dari Asropah, dkk (2014) yaitu teknik mnemonik dapat pula meningkatkan kemampuan siswa kelas III Sekolah Dasar Mlatiharjo 2 Semarang dalam pembelajaran aksara Jawa.
Terjadi peningkatan kemampuan membaca aksara Bali pada siswa kelas III SDN 1 Batubulan. Pada saat pretest terdapat 94.4% subjek yang memiliki kemampuan membaca aksara Bali yang rendah. Subjek yang memiliki kemampuan
membaca aksara Bali kategori sedang sebesar 5.6%. Setelah perlakuan teknik mnemonik yang diberikan, diperoleh hasil hasil adanya peningkatan kemampuan membaca aksara Bali yang berada pada kategori tinggi dari 0% menjadi 83.3% serta subjek yang berada pada kategori sedang, persentasenya mengalami peningkatan dari 5.6% menjadi 16.7%. Adanya pengaruh perlakuan teknik mnemonik yang diberikan menyebabkan peningkatan dalam kemampuan membaca aksara Bali pada siswa kelas III SDN 1 Batubulan.
Proses dalam membaca aksara Bali sama seperti membaca pada abjad yaitu diawali dengan kemampuan dalam mengenal huruf, kemampuan membaca kata dan kemampuan dalam membaca kalimat dengan tepat. Pada anak-anak usia Sekolah Dasar, kemampuan untuk mengingat instruksi-instruksi tugas adalah hal yang penting, karena berkaitan dengan proses penyerapan informasi saat belajar. Pada proses mengingat diperlukan memori yang berguna untuk menyimpan informasi. Menurut Atkinson (dalam Solso, dkk, 2008) memori adalah kemampuan individu dalam menyimpan informasi dan bagaimana informasi tersebut dapat dipanggil kembali untuk dapat dipergunakan beberapa waktu kemudian. Terdapat tiga proses pengolahan informasi yang dilakukan di dalam memori yaitu penyandian (encoding), penyimpanan (storage) dan pemanggilan kembali (retrieval). Pada tahap penyimpanan terjadi proses meletakkan informasi ke memori jangka pendek dan memori jangka panjang.
Higbee (1996) menyatakan bahwa kemampuan untuk mengingat sesungguhnya tergantung pada teknik yang digunakan serta latihan yang dilakukan dengan teknik mengingat tersebut. Wade dan Travis (2007) menyebutkan bahwa mnemonik merupakan suatu strategi dalam penyandian informasi agar informasi tersebut dapat disimpan dengan baik dan mudah untuk diingat kembali. Adanya penerapan teknik mnemonik dalam proses belajar mengajar dapat membuat siswa lebih antusias karena mampu membuat siswa mempunyai lebih banyak kesempatan untuk berimajinasi. Mengingat dengan menggunakan teknik mnemonik akan membuat informasi tersimpan lebih lama dan mudah untuk dipanggil kembali karena tersimpan dalam memori jangka panjang.
Mnemonik peg word merupakan teknik yang dapat dilakukan dengan cara membuat suatu asosiasi suatu informasi yang telah diketahui sebelumnya dengan informasi lain yang akan diingat. Teknik mnemonik peg word ini dilakukan dengan empat tahapan. Tahapan yang dilakukan sesuai dengan Schumaker, dkk (dalam Kleinheksel & Summy, 2003). Adapun tahapan tersebut yaitu:
Tahap pertama dilakukan dengan menyiapkan materi, dalam hal ini mempersiapkan seluruh aksara Bali yang akan dipelajari yang berjumlah 18 aksara. Tahapan kedua dilakukan dengan membuat hubungan gambar dan penggunaan huruf depan. Penggunaan gambar yang memiliki bentuk serupa akan mempermudah siswa dalam mengingat huruf. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian dari Rasiban (2013) dimana siswa lebih mudah dalam menghafal makna kanji dasar apabila disajikan asosiasi gambar dari pembentukan kanji dasar
tersebut. Teknik lain yang digunakan yaitu menggunakan huruf depan dengan bunyi yang sama antara huruf dengan nama gambar yang memiliki bentuk asosiasi gambar yang menyerupai. Hasil penelitian White (2009) menyebutkan siswa akan lebih banyak dapat mengingat huruf apabila disajikan gambar yang mirip dengan huruf tersebut serta akan lebih efektif apabila memiliki huruf depan dengan bunyi yang sama dengan gambar yang dipasangkan. Hal ini diperkuat oleh penelitian McNamara (2012) yang menyatakan bahwa kemampuan mengingat siswa akan lebih baik apabila disajikan menggunakan kartu huruf mnemonik yang memuat bentuk gambar yang memiliki hubungan dengan bentuk huruf.
Tahapan ketiga dalam penelitian ini yaitu menyajikan aksara yang telah dihubungkan dengan gambar tersebut kepada subjek secara satu per satu. Waktu yang diperlukan untuk mengenalkan satu aksara sekitar 3 sampai 5 menit. Sesuai dengan hasil penelitian White (2009), proses pengenalan satu huruf menghabiskan waktu rata-rata 3 hingga 5 menit dalam sekali pertemuan. Pada tahapan ketiga ini terjadi proses encoding dan storage yang melibatkan memori jangka pendek kemudian akan menuju ke memori jangka panjang. Asosiasi gambar yang disusun menggunakan teknik mnemonik dapat membantu siswa lebih mudah untuk mengingat materi yang diberikan.
Tahapan keempat dilakukan pengulangan kegiatan tersebut agar seluruh subjek paham dan benar-benar mengingat seluruh aksara yang telah dipelajari. Sternberg (2007) mengungkapkan bahwa pengulangan dilakukan untuk menjaga informasi tetap aktif dalam memori. Sesuai dengan teori pemrosesan informasi, bahwa kegiatan pengulangan dapat mempertahankan informasi lebih lama dan merupakan transisi dari memori jangka pendek menuju memori jangka panjang (Atkinson & Shiffrin, dalam King, 2010). Hal tersebut menunjukkan bahwa informasi yang diulang-ulang membuat informasi tersebut lebih mudah untuk diingat.
Teknik penyampaian materi yang dilakukan yaitu dengan menggunakan kartu huruf dan media LCD proyektor. Kartu yang digunakan menggunakan kertas A4 yang memuat satu gambar dan satu huruf dalam sebuah kertas. Penggunaan media kartu huruf dalam penyampaian materi dengan teknik mnemonik disesuiakan dengan penelitian sebelumnya dari White (2009) yang menggunakan teknik serupa untuk menyampaikan materi kepada subjek penelitian. Alasan lain didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Andriani (2014) yang menyatakan bahwa penggunaan media kartu huruf dapat meningkatkan kemampuan membaca teknis aksara Bali pada siswa kelas III Sekolah Dasar. Dalam pelaksaan penelitian ini, kartu huruf digabungkan dengan media LCD proyektor. Hal ini dilakukan karena dalam setting kelas yang sesungguhnya, penyampaian materi dengan menggunakan media kartu huruf cukup menghabiskan waktu karena peneliti perlu berkeliling kelas untuk memperlihatkannya kepada seluruh subjek penelitian. Penggunaan media LCD proyektor ini dilakukan agar dapat menghemat waktu dalam proses penelitian. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian dari Nurhabibi (2017) yaitu pembelajaran menggunakan media LCD proyektor mampu meningkatkan minat belajar pada siswa kelas III Sekolah
Dasar.
Asosiasi antara aksara Bali dengan gambar yang menyerupai bentuk aksara tersebut, dapat membuat siswa akan menjadi lebih mudah dalam mengingat. Menurut Adni dan Hidayati (2014) anak pada usia 9 hingga 10 tahun akan lebih mudah mengenali dan mengingat apabila disajikan stimulus berupa gambar dibandingkan dengan hanya menyajikan stimulus kata. Informasi yang hanya memuat kata-kata akan disimpan pada otak kiri sehingga hanya melibatkan memori jangka pendek. Sebaliknya informasi akan masuk ke memori jangka panjang apabila dalam informasi tersebut memuat gambar. Dapat dikatakan dengan adanya penyajian gambar dapat membantu siswa dalam hal mengingat aksara, serta dapat membantu siswa dalam membaca.
Tahap perkembangan kognitif siswa kelas III Sekolah Dasar berada pada tahapan operasional konkret yang berusia antara 7 sampai dengan 11 tahun (Piaget dalam Santrock, 2007). Pada tahapan ini, anak dapat melakukan penalaran secara logis yang dapat diterapkan pada contoh khusus dan konkret. Pada penelitian ini siswa disajikan materi berupa penggunaan gambar secara konkret yang ditayangkan melalui LCD proyektor dan kartu huruf. Adanya gambar yang konkret akan memudahkan siswa dalam hal menerima materi sehingga hasilnya dapat efektif.
Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat ditarik kesimpulan penggunaan teknik mnemonik dapat meningkatkan kemampuan membaca aksara Bali pada siswa kelas III Sekolah Dasar Negeri 1 Batubulan. Hal ini dikarenakan dengan menggunakan teknik mnemonik maka dapat membuat informasi tersimpan lebih lama dan mudah untuk dipanggil kembali karena tersimpan dalam memori jangka panjang.
Adapun dalam pelaksaan penelitian ini terdapat beberapa kelemahan diantaranya yaitu pada teknik membuat asosiasi gambar dengan memasangkannya agar memiliki bunyi yang sama. Hal ini terjadi karena ada perbedaan antara huruf latin dan aksara Bali. Perbedaannya terletak pada bunyi, dimana apabila satu buah aksara Bali dibaca dengan dua huruf latin. Contohnya aksara dibaca ‘na’. Hal ini membuat siswa mengalami kebingungan saat proses belajar mengajar. Adapun alasan kebingungan siswa tersebut terjadi karena beberapa aksara yang hanya memiliki huruf depan yang sama namun memiliki bunyi yang berbeda. Contohnya yaitu aksara dibaca ‘da’ namun menggunakan asosiasi gambar dengan nama ‘domba’. Penyebab lain yaitu tidak konsistennya penggunaan asosiasi nama gambar yang menggunakan 2 bahasa yakni bahasa Indonesia dan bahasa Bali serta penggunaan kata benda dan kata kerja. Kebingungan ini terjadi pada siswa yang berasal dari daerah Jawa karena mereka kurang paham mengenai arti dari kata yang menggunakan bahasa Bali.
Kelemahan lainnya terletak pada setting tempat yang digunakan. Hal ini terjadi karena keterbatasan ruangan kelas pada sekolah tersebut, sehingga tidak memungkinkan untuk memisahkan ruang kelas antara subjek penelitian dan non subjek penelitian. Kelemahan lainnya yaitu tidak dilakukan randomisasi dalam penentuan subjek penelitian sehingga
memungkinkan adanya bias dalam penelitian serta tidak adanya kelompok kontrol yang menyebabkan adanya kemungkinan tidak pasti diketahui bahwa perubahan nilai post test pada subjek disebabkan oleh adanya perlakuan yang diberikan (Field & Hole, 2008).
Setelah melakukan prosedur analisis data penelitian, karya ini telah mencapai tujuan penelitian yaitu mengetahui pengaruh teknik mnemonik untuk meningkatkan kemampuan membaca aksara Bali pada siswa kelas III SDN 1 Batubulan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat pengaruh teknik mnemonik untuk meningkatkan kemampuan membaca aksara Bali pada siswa kelas III SDN 1 Batubulan. Teknik mnemonik mampu menyebabkan terjadinya peningkatan kemampuan membaca aksara Bali pada siswa kelas III Sekolah Dasar Negeri 1 Batubulan. Nilai effect size yang diperoleh menunjukkan bahwa perlakuan teknik mnemonik yang diberikan memiliki efek yang besar terhadap kemampuan membaca aksara Bali pada siswa kelas III Sekolah Dasar Negeri 1 Batubulan.
Berdasarkan kesimpulan yang telah dipaparkan, maka peneliti memberikan saran kepada praktisi pendidikan dan guru yang mengajar aksara Bali pada jenjang kelas III Sekolah Dasar, khususnya di SDN 1 Batubulan dapat menerapkan teknik mnemonik sebagai salah satu alternatif dalam mengajarkan aksara Bali yang efektif untuk meningkatkan kemampuan membaca aksara Bali pada siswa kelas III Sekolah Dasar. Bagi instansi pendidikan dapat menginformasikan kepada Kepala Sekolah serta guru agar dapat menerapkan teknik mnemonik ini sebagai salah satu teknik dalam mengajarkan aksara Bali dalam proses belajar mengajar di sekolah. Bagi orangtua dapat menerapkan teknik mnemonik ini sebagai salah satu cara dalam mengajarkan aksara Bali kepada anak di rumah, sehingga membuat anak lebih mudah untuk mengingat aksara Bali dan berpengaruh terhadap kemampuan membaca aksara Bali.
Peneliti selanjutnya dapat membuat replikasi mengenai penelitian ini dengan memperbaiki beberapa asosiasi gambar yang menyerupai aksara Bali pada modul karena beberapa aksara menimbulkan kebingungan pada siswa. Modul ini dapat diperbaiki dengan cara mencari asosiasi gambar yang mirip dengan aksara Bali, namun memiliki bunyi yang sama. Konsistensi sebaiknya dilakukan dalam penggunaan kata benda dan kata kerja serta penggunaan bahasa Indonesia dan bahasa Bali. Penelitian selanjutnya, disarankan melakukan randomisasi dalam pemilihan sampel penelitian dan menggunakan kelompok kontrol.
Saran lain bagi peneliti selanjutnya, yaitu lebih mengontrol variabel-variabel pengganggu (extraneous variable) dalam pelaksanaan penelitian. Variabel yang mengganggu pada penelitian ini yaitu kondisi kelas yang kurang kondusif karena terdapat siswa yang bukan termasuk dalam kelompok eksperimen juga ada di dalam kelas. Hal ini terjadi karena tidak memungkinkan untuk memisahkan siswa yang menjadi subjek penelitian dan non subjek penelitian, terkait dengan tidak tersedianya ruangan kelas lain pada sekolah tersebut. Variabel lain yaitu lebih mempertimbangkan penggunaan
dalam media penyampaian materi yang diberikan karena berbeda dari media pembelajaran yang biasanya diajarkan oleh guru sebelumnya. Hal ini dapat membuat variabel teknik mnemonik dapat dipengaruhi oleh media penyampaian yang digunakan. Peneliti selanjutnya juga dapat menambah referensi teori terkait dengan proses berpikir dan belajar siswa kelas III Sekolah Dasar, sehingga diperoleh gambaran tentang proses berpikir anak dengan menggunakan teknik mnemonik dari perspektif kognitif.
DAFTAR PUSTAKA
Adni, A., & Hidayati, D. S. (2014). Perbedaan recognition memory kata dan gambar pada media narasi bergambar. Jurnal Psikologi, 10 (1), 1-10.
Amiryousefi, M. (2011). Mnemonic instruction: A way to boost vocabulary learning and recall. Journal of Language Teaching and Research, 2 (1), 178-182.
Andriani, N. E. (2014). Penggunaan media kartu huruf untuk meningkatkan kemampuan membaca teknis aksara Bali siswa kelas III SD Negeri 3 Singapadu Tengah. (Skripsi tidak dipublikasikan). Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia dan Daerah Bidang Ilmu Pendidikan Bahasa dan Sastra Bali IKIP PGRI Denpasar.
Anuar, M. (2013). Keberkesanan teknik Al-Baghdadi dalam pembelajaran Al-Quran di Malaysia. (Thesis tidak dipublikasikan). Faculty of Language and Linguistic University of Malaya, Malaysia.
Asropah, Alfiah, Sulanjari, B., & Utami, H. R. (2014). Penerapan strategi mnemonics devices dalam pembelajaran aksara Jawa pada siswa kelas III di sekolah dasar Mlatiharjo 2 Semarang. Seminar Nasional Hasil-Hasil Penelitian (SNHP-IV) , 122-129.
Azwar, S. (2003). Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Azwar, S. (2013). Dasar-dasar psikometri. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Azwar, S. (2014). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Azwar, S. (2015). Tes prestasi: fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar edisi II. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Bakken, J. P., & Simpson, C. G. (2011). Mnemonic strategies: Success for the young-adult learner. The Journal of Human Resource and Adult Learning, 7 (2), 79-85.
Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta.
Field, A. (2009). Discovering statistics using SPSS. London: Sage.
Field, A., & Hole, G. (2008). How to design and report experiments. London: Sage.
Gubernur Bali. (2013). Peraturan Gubernur Bali Nomor 20 Tahun 2013 tentang Bahasa, Aksara dan Sastra Daerah Bali pada Pendidikan Dasar dan Menengah. Denpasar: Pemprov Bali.
Hardi. (2008). Efektivitas metode mnemonics untuk meningkatkan kemampuan mengingat lambang unsur-unsur kimia. (Skripsi tidak dipublikasikan). Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, Medan.
Heryadi, Y. (2014). Penggunaan pendekatan learning by doing untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak tunagrahita ringan. (Tesis tidak dipublikasikan). Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khhusus Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
Higbee, K. L. (1996). Your memory: How it work & how to improve it, Second edition. New York: Marlowe & Company.
King, L. A. (2010). Psikologi Umum. Jakarta: Salemba Humanika.
Kleinheksel, K. A., & Summy, S. E. (2003). Enhancing student learning and social behavior through mnemonic strategies. Teaching Exceptional Children, 36 (2), 30-35.
Langgeng, A. R. (2012). Pengaruh penerapan metode pembelajaran student facilitator and explaining terhadap minat belajar siswa pada mata pelajaran TIK di SMA N 1 Mertoyudan tahun ajaran 2011/2012. (Skripsi tidak dipublikasikan). Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.
MacKeben, M. (2000). Enhancement of peripheral letter recognition by typographic features. 1-13.
McNamara, G. (2012). The effectiveness of embedded picture mnemonic alphabet cards on letter recognition and letter sound knowledge. (Tesis tidak dipublikasikan). Department of Language, Literacy and Special Education, Rowan University.
Nala, N. (2006). Aksara Bali dalam usadha. Surabaya: Paramita.
Ningrum, H. P., Syamsuddin, M. M., & Rahmawati, A. (2015). Efektivitas teknik mnemonic terhadap pengenalan huruf pada anak kelompok A TK Aisyah Trangsan 1 Gatak Sukoharjo. Jurnal Pendidikan Guru, 3(2), 1-8.
Pal, S. R. (2014). Teaching language through mnemonics programme in pre-school children with hearing impairment. American International Journal of Research in Humanities, Arts and Social Sciences, (6) 2, 196-199.
Rasiban, L. M. (2013). Penerapan student centered learning (SCL) melalui metode mnemonik dengan teknik asosiasi pada mata kuliah kanji dasar. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra, 13(2), 180-189.
Santrock, J. W. (2007). Perkembangan anak. Jakarta: Erlangga.
Sholikhati. (2012). pengaruh metode mnemonik-visual imagery untuk meningkatkan kemampuan mengingat ayat Al-Qur’an pada siswa sekolah dasar di Yogyakarta. (Tesis tidak dipublikasikan). Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Solso, R. L., Maclin, O. H., & Maclin, M. K. (2008). Psikologi kognitif. Jakarta: Erlangga.
Sternberg, R. J. (2008). Psikologi kognitif. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Sugiyono. (2014). Metode penelitian kombinasi (mixed methods). Bandung: Alfabeta.
Tim Penyusun Bahasa Bali Sekolah Dasar. (2009). Bahasa Bali: Kusumasari 3. Denpasar: Dwi Jaya Mandiri.
Wade, C. & Travis, C. (2007). Psikologi edisi kesembilan. Jakarta: Erlangga.
Wendra, I. W. (2007). Strategi guru dalam pembelajaran membaca teks bahasa bali berhuruf bali di sekolah dasar laboratorium IKIP negeri Singaraja. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA No. 4.
White, T. (2009). The effects of mnemonics on letter recognition and letter sound acquisition of at-risk kindergarten students. (Desertasi tidak dipublikasikan). Texas A&M University.
Yogantari, L. P. W. (2016). Hasil wawancara terhadap dosen Bahasa Bali. Tidak dipublikasikan.
Yogantari, L. P. W. (2016). Hasil wawancara terhadap guru bahasa Bali mengenai permasalahan yang dihadapi siswa kelas III SDN 1 Batubulan. Preliminary study, Tidak dipublikasikan.
LAMPIRAN
Bagan 1.
Alur penelitian

Bagan 2.
Tata Laksana Penelitian
Persiapa |
u Penelitian |
| |
Prefest |
Tes kemampuan membaca aksara Bali yang berjumlah 20 soal. | ||
Pemberia Pemberia |
— | ||
n Perlaknan |
— |
Perlakuan diberikan selama tiga kali seminggu selama dua minggu dengan durasi pelaksanaan pada satu pertemuan selama 70 menit. | |
n Perlaknan |
— |
Tes kemampuan membaca aksara Bali yang berjumlah 20 soal. |
Tabel 1.
Desain Eksperimen
Kelompok |
Pretest |
Perlakuan |
Post test |
Ekspeiinien |
Oi |
X |
O2 |
Keterangan:
O1 = Pengukuran kemampuan membaca aksara Bali sebeliun perlakuan
X = Perlakuan Iiienggiuiakan teknik Iiuienionik peg word
O2 = Pengukuran kemampuan membaca aksara Bali setelah perlakuan
Tabel 2.
Deskri
psi
N |
Miu |
Max |
Meau Einpiris |
Std. Deviation Einpiris |
Mean Teoretis |
Std. Deviation Teoretis |
Data Penelit ian | |
Pretest |
18 |
O |
1.72 |
2.164 |
10 |
3.33 | ||
Post test |
18 |
IO |
20 |
17.11 |
3.234 |
10 |
3.33 |
Tabel 3.
Hasil Kategorisasi Skor Pretest dan Post test
Skor Kemampuan Membaca Aksara Bali |
Pretest Post test Frekuensi Presentase Frekuensi Presentase |
Rendah (X < 6.67) Sedang (6.67 < X < 13.33) Tinggi (13.33 < X) |
17 94.4% O 0% 1 5.6% 3 16.7% O 0% 15 83.3% |
Total |
18 100% 18 100% |
Tabel 4.
Hasil Uji Wilcoxon Signed-Rank Test
Sum of Squares |
df |
Mean Square |
F |
Sig | |
Regression |
873,745 |
2 |
436.873 |
4.954 |
0.01 Ob |
Residual |
5 02 7.002 |
57 |
88.193 | ||
Total |
5900.747 |
59 |
Tabel 7
Hasil uji regresi berganda nilai koefisien beta dan nilai T variabel self-regulated learning dan konsep diri terhadap prestasi akademik
Model |
Unstandarized Coefficients |
Standaiized Coefficient |
t |
Sig | |
B |
Std. Enor |
Beta | |||
(C onstant) |
12.475 |
13.885 |
0.898 |
0.373 | |
Self Regulated Learning |
0,495 |
0.191 |
0,405 |
2.59^ |
0.012 |
Konsep Diri |
-0.040 |
0.182 |
-0,034 |
-0,220 |
0,827 |
551
Discussion and feedback