Jurnal Psikologi Udayana

Edisi Khusus Psikologi Positif, 1-7

Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

ISSN: 2354 5607

GAMBARAN HARGA DIRI PADA REMAJA PUTRI YANG MELAKUKAN SEKS PRANIKAH

Ni Luh Putu Devita Maharani dan Ni Made Swasti Wulanyani

Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

[email protected]


Abstrak


Perilaku seks pranikah dikalangan remaja pada saat ini menunjukkan angka yang tinggi. Pada remaja putri, perilaku seksual pranikah yang dilakukan dapat berakibat negatif salah satunya yaitu rendahnya harga diri. Harga diri adalah pandangan keseluruhan dari individu tentang dirinya sendiri. Bagaimana seseorang memaknai dirinya dan seberapa jauh dia merasa puas terhadap gambaran dirinya. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat gambaran harga diri pada remaja putri yang melakukan seks pranikah. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan desain penelitian fenomenologi. Responden dalam penelitian ini yaitu remaja putri yang berjumlah tiga orang. Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa dua dari tiga responden mengalami dampak yang negatif setelah melakukan hubungan seks pranikah dan berada pada tahap harga diri rendah. Responden yang ketiga berada pada tahap harga diri tinggi karena hubungan seks pranikah tidak mempengaruhi harga diri responden.

Kata Kunci: seks pranikah, remaja putri, harga diri.


Abstract


Premarital sexual behavior among teenagers at the current time still indicates a high rate of tendency. For teenage girls, premarital sexual behavior may have negative consequences, one of which is low self-esteem. Self-esteem is an overall view of the individual about herself. How someone gives meaning to herself and how far she is satisfied with the description of herself. This research was conducted with the aim to see the overview of self-esteem in young women who have premarital sex. This study used qualitative method by phenomenological research design. Respondents in this study were three teenage girls. The results showed that two of three respondents had a negative impact after having premarital sex and were at the stage of low self-esteem and the third respondent was at the stage of high self-esteem because of premarital sex did not affect her self-esteem.

Keywords: premarital sex, teenage girls, self-esteem


LATAR BELAKANG

Masa remaja merupakan suatu fase tumbuh kembang yang dinamis dalam kehidupan seorang individu. Masa remaja adalah periode transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Kata remaja berasal dari istilah adolescence yang artinya tumbuh untuk mencapai kematangan, baik itu dari segi emosional, sosial, fisik, psikis, dan juga dari segi mental (Hurlock, 2012). Batasan usia remaja menurut WHO (Negara, 2007), adalah 12 sampai 24 tahun.

Masa remaja menurut Sarwono (2013) ada tiga tahap yaitu remaja awal, remaja madya, dan remaja akhir. Pada masa remaja awal individu identik dengan pubertas. Pubertas adalah masa dimana alat-alat reproduksi pada seorang remaja mengalami kematangan dan ditandai dengan menstruasi pada remaja perempuan serta mimpi basah pada remaja laki-laki. Individu yang berada pada fase remaja dan sudah mengalami pubertas secara seksual bisa dikatakan sudah matang. Disamping itu pada masa remaja keingintahuan terhadap masalah seputar seks tinggi dan memiliki keinginan untuk memikat lawan jenis. Hal inilah yang mendorong remaja untuk membentuk atau menjalin yang khusus dengan lawan jenis. Hubungan khusus ini secara umum disebut pacaran. Berpacaran merupakan suatu hubungan yang diharapkan dari remaja karena berpacaran merupakan bentuk hubungan yang tidak asing dikalangan remaja. Akan tetapi, selain konsep pacaran hal penting untuk diketahui yaitu perilaku pacaran pada remaja. Cara berpacaran remaja sekarang tidak cukup hanya bergandengan tangan, tetapi sudah jauh dari itu, berpelukan, berciuman bahkan sampai berhubungan seksual (Arida, Widiana, Wulanyani, Wijaya, Meydianawati, 2005).

Kebebasan pergaulan antarjenis kelamin dengan mudah bisa disaksikan dalam kehidupan sehari-hari, termasuk di Bali. Bali sebagai daerah tujuan pariwisata terbesar di Indonesia dan menjadi tujuan pariwisata dunia telah terseret dalam arus perputaran globalisasi dunia. Globalisasi yang masuk secara intensif melalui pariwisata telah membawa pengaruh besar pada tatanan kehidupan masyarakat di Bali seperti pergaulan bebas, permisivitas dan kehidupan seks pranikah. Pengaruh yang paling terlihat yaitu seks pranikah dikalangan remaja yang saat ini semakin hari menjadi sorotan masyarakat luas. Perilaku seks pranikah pada remaja umumnya belum bisa diterima oleh masyarakat karena ada norma yang berlaku bahwa hubungan seks boleh dilakukan oleh orang-orang yang sudah resmi menikah (Arida dkk.,2005). Perilaku seks pranikah merupakan perilaku seks yang dilakukan tanpa melalui proses pernikahan resmi menurut hukum maupun menurut agama dan kepercayaan masing-masing individu.

Perilaku seks pranikah yang dilakukan oleh remaja biasanya diawali dari hal yang sederhana seperti berteman dengan teman lawan jenis, sering berkumpul bersama, menjalin hubungan pacaran hingga melakukan hubungan seks.

Menurut Subandriyo (dalam sari, 2008) perilaku seksual pranikah yang dilakukan kalangan remaja terutama pada remaja putri dapat berakibat negatif pada individu yang bersangkutan seperti merasa rendahnya harga diri, merasa kotor, merasa hina, rasa bersalah, merasa takut karena telah melanggar norma agama, tertular penyakit, hingga terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan.hasil penelitian yang menunjukkan perilaku seks pranikah memberikan dampak hilangnya harga diri seorang wanita yaitu penderitaan kehilangan keperawanan (82%), rasa bersalah (51%), merasa dirinya kotor (63%), tidak percaya diri (41%), rasa takut tidak diterima (59%) hingga terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan guna mendapatkan gambaran mengenai responden yang sudah melakukan hubungan seks pranikah, didapatkan hasil bahwa hubungan seks pranikah hingga mengalami kehamilan yang dilakukan oleh responden Melati dan Anggrek membawa dampak yang negatif bagi responden hingga mengalami kehamilan. Namun hal sebaliknya dirasakan oleh responden Mawar. Mawar menuturkan setelah melakukan hubungan seks dengan pacar, Mawar merasa sangat senang, merasa puas terhadap diri sendiri dan ada kebanggaan tersendiri. Melihat hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada responden Melati, Anggrek dan Mawar dalam penelitian ini, terlihat jelas bahwa berhubungan seks pranikah membawa dampak yang berbeda pada masing-masing responden dan tentu juga memiliki gambaran harga diri yang berbeda.

Harga diri merupakan sebuah konstruk yang dianggap penting terhadap penilaian diri seorang individu. Seks pranikah yang dilakukan oleh remaja terutama pada remaja putri dapat menimbulkan efek negatif salah satunya yaitu rendahnya harga diri. Menurut Conger (dalam Sari, 2008) hubungan seks pranikah tidak saja menyebabkan gangguan fisik tetapi juga gangguan psikis seperti munculnya perasaan terhina, rendahnya harga diri bahkan depresi.

Berbicara mengenai masalah kegadisan (perawan) ataupun perjaka, di Indonesia masih sangat kental aturan yang mengharuskan wanita mempertahankan kehormatannya hingga menikah nanti begitu juga dengan pria, tidak boleh menodai wanita yang bukan pasangan sah. Masyarakat masih menganggap bahwa keperawanan sebagai suatu hal yang teramat penting, bahkan dihubungkan dengan kerangka normatif dan moralitas. Oleh karena itu, setiap wanita dituntut untuk dapat menjaga kegadisannya hingga menikah. Tuntutan inilah yang membuat wanita yang kehilangan kegadisannya diwaktu yang belum tepat menjadi merasa bersalah karena sudah melanggar norma yang berlaku. Sedangkan pada remaja pria, tidak ada nilai khusus yang harus mereka jaga seperti remaja putri. Oleh karena itu, dibandingkan remaja putri, remaja putra memiliki sifat yang lebih permisif terhadap hubungan seksual (Sarwono, 2013).

Penelitian ini difokuskan pada remaja putri karena norma-norma atau kepercayaan yang berlaku di Indonesia cenderung membuat perempuan menerima dampak yang lebih besar apabila melakukan hubungan seks diluar pernikahan. Di Indonesia secara umum juga berlaku aturan bahwa setiap perempuan harus bisa menjaga kegadisannya sampai menikah. Perempuan dituntut untuk menjaga keperawanannya hingga menikah kelak.

Budaya Indonesia beranggapan bahwa seks bebas dan aktivitas seksual dianggap tabu dan keperawanan dianggap sangat penting sebagai lambang kesucian bagi seorang perempuan. Begitu pentingnya keperawanan hingga harus dijaga sebaik mungkin. Banyak kalangan di masyarakat menyakini hilangnya keperawanan sebelum pernikahan merupakan hal yang memalukan. Kehilangan keperawanan yang melanda kaum wanita merupakan penyesalan dan perasaan bersalah yang terus menghimpit mereka, sehingga tidak jarang dari beberapa bentuk perilaku penyesalan tersebut timbul rasa kekhawatiran tidak akan mendapatkan jodoh karena sudah tidak suci lagi. Bahkan untuk memulai hubungan dengan laki-laki, perempuan seperti ini akan berfikir seribu kali karena ketakutannya akan penolakan, Fitriawati (dalam Fatimah, 2014).

Berdasarkan pemaparan yang telah dijelaskan, penelitian ini penting untuk dilakukan mengingat di Indonesia masih memegang erat norma-norma yang mengharuskan seorang perempuan harus bisa menjaga kehormatannya sampai menikah kelak. Norma-norma yang ada terkadang membuat perempuan terutama remaja putri merasa bersalah karena sudah melanggar norma yang berlaku. Berdasarkan penjelasan yang telah dijabarkan, maka penelitian ini penting untuk dilakukan agar mengetahui lebih dalam bagaimana gambaran harga diri pada remaja putri yang melakukan hubungan seks pranikah.

METODE PENELITIAN

Tipe Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan penelitian khusus objek yang tidak dapat diteliti secara statistik atau secara kuantifikasi (Ghony dan Almanshur, 2014). Metode penelitian kualitatif ini merupakan metode penelitian yang berusaha memahami masalah-masalah manusia atau sosial dengan menciptakan gambaran menyeluruh yang disajikan dengan kata-kata, melaporkan masalah terperinci dari sumber informasi, serta dilakukan dalam latar yang alamiah (Gunawan, 2013).

Unit Analisis

Unit analisis atau yang biasa disebut kajian analisis merupakan pengambilan sampel dengan merinci kekhususan

yang ada dalam sebuah kasus yang unik, bukan untuk sebuah generalisasi melainkan mengumpulkan sebanyak mungkin informasi (Moeloeng, 2013). Kajian analisis ini dapat dibedakan menjadi dua, kajian analisis bersifat perseorangan dan kajian analisis bersifat kelompok (Moleong, 2013). Unit analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis bersifat individu karena penelitian ini ingin mengetahui bagaimana gambaran harga diri pada masing-masing responden yang sudah melakukan hubungan seks pranikah.

Responden

Pada penelitian karakteristik responden ditetapkan sebagai berikut :

  • a.    Remaja dengan rentang usia 11 tahun hingga 19 tahun

  • b.    Remaja Putri  yang sudah pernah melakukan

hubungan seks pranikah

Prosedur Pengambilan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara dan observasi. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu wawancara semiterstruktur. Jenis wawancara ini termasuk dalam kategori wawancara mendalam, dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Wawancara tetap menggunakan pedoman wawancara yang berisi pertanyaan tetapi interviewer dapat mengajukan pertanyaan secara bebas atau tidak sesuai urutan pertanyaan yang telah dibuat (Satori dan Komariah, 2009).

Teknik pengumpulan data yang kedua yaitu observasi. Menurut Satori dan Komariah (2009) observasi adalah pengamatan terhadap satu objek yang diteliti baik secara langsung maupun tidak langsung untuk memperoleh data yang harus dikumpulkan dalam penelitian. Melalui observasi, penampilan fisik responden, ekspresi emosi, cara bicara, bahasa tubuh serta aspek non-verbal lainnya dapat terlihat selama proses pengambilan data berlangsung. Keseluruhan hasil observasi akan dicatat dalam bentuk fieldnote yang ditulis setelah proses wawancara selesai.

Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan teknik analisis dari Strauss dan Corbin (2003). Teknik analisis ini dibagi dalam tiga bagian, adalah sebagai berikut:

  • a. Open coding

Pada tahap ini dilakukan proses perincian, pengujian,     perbandingan,     mengkonsepkan,     dan

mengkategorikan data tertulis dari verbatim dan fieldnote untuk mencari segala kemungkinan makna yang muncul.

Adapun prosedur yang dilakukan peneliti pada proses pengkodean ini, yaitu:

  • 1)    Pelabelan fenomena

Pemberian kode dari setiap fenomena untuk mengkonsepkan data yang diperoleh melalui pengamatan dan wawancara.

  • 2)    Penemuan dan penamaan kategori

Kode-kode yang diperoleh di pisahkan ke dalam beberapa kelompok. Kode-kode yang memiliki keserupaan di kelompok dalam satu kategori, kemudian diberi nama yang lebih abstrak.

  • 3)    Penyusunan kategori berdasarkan ciri-ciri dan dimensi

Kategori disusun menurut karakteristik atau atribut suatu teori. Hal ini membuat, setiap kategori data dapat ditempatkan dimana saja yang membuat satu kategori memiliki makna yang berbeda dengan kategori yang memiliki keserupaan nama.

b.axial coding

Pada tahap axial coding, peneliti membuat kaitan antar kategori berdasarkan hasil temuan yang diperoleh pada tahap open coding.

c.selective coding

Pengelompokkan kategori ke dalam tema-tema besar yang mana di dalamnya berupa pengkaitan kategori inti dengan kategori lainnya. Dilakukan penyisihan terhadap kategori yang tidak menjawab ke dalam fokus penelitian.

Teknik Pemantapan Kredibilitas Data

Menurut Moeloeng (2014), dalam penelitian kualitatif temuan dapat dikatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara apa yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti.

Pada penelitian ini, uji kreadibilitas data dilakukan dengan metode:

  • 1)    Triangulasi

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Ada tiga jenis triangulasi, yaitu :

  • a. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber digunakan untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek data yang diperoleh melalui beberapa sumber. Triangulasi sumber dalam penelitian ini dilakukan dengan mengambil informasi dari significant others dari masing-masing responden penelitian. Pada penelitian ini triangulasi sumber dilakukan dengan wawancara terhadap sahabat dan pacar responden penelitian.

b.Triangulasi teknik

Triangulasi teknik digunakan untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara

mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Triangulasi teknik dalam penelitian ini dilakukan dengan melalui observasi dan wawancara. Pada penelitian ini triangulasi teknik dilakukan untuk melihat apakah ada kesamaan antara apa yang diucapkan oleh responden dengan ekspresi yang ditunjukkan oleh responden.

  • c.    Triangulasi Waktu

Triangulasi waktu dilakukan untuk menguji kredibilitas data yang dapat dilakukan dengan cara melakukan pengecekan yang dilakukan dalam waktu dan situasi yang berbeda. Pada penelitian ini triangulasi waktu dilakukan untuk melihat konsistensi responden dalam menyampaikan sesuatu dalam kurun waktu yang berbeda.

HASIL PENELITIAN

  • 1. Hubungan responden dengan orang tua

Terkait hubungan dengan orangtua, Melati mengatakan bahwa hubungan responden dengan orangtuanya terjalin dengan cukup baik. Di rumah, Melati sangat dekat dengan ibunya dan sering bertukar pikiran dengan sang ibu. Melati mengatakan bahwa ayahnya sangat sibuk dan jarang dirumah sehingga Melati menjadi sangat dekat dengan ibunya. Responden merupakan anak bungsu dari dua bersaudara.

“hmm lebih deket sama ibu. Bapakku sibuk soalnya jadi gak biasa gitu deh aku ngobrol sama dia. Bapak jarang dirmah juga soalnya” (OCWMelati01.L16)

Responden kedua yaitu Mawar, mengatakan bahwa hubungan responden dengan orang tua terutama dengan ayahnya cukup buruk. Mawar menjelaskan, pada awalnya hubungan responden dengan ayah terjalin cukup baik, namun setelah ayah responden berselingkuh dari ibu Mawar dan memiliki kekasih lain, sifat ayah Mawar menjadi berubah kasar dan sering memarahi Mawar.

“makin jelek hubungan kedua orang tua ku kak. Bapakku sering curhat ke aku tentang mamaku, mamaku sering curhat ke aku tentang bapakku, nah kalau mereka berantem aku dah yang jadi sasarannya. Aku pelampiasan mereka. Aku dimarah-marah gak jelas dahh haruuhhhh aku inguh tau kak kalau kayak gini” (OCWMawar03.L12)

Responden yang ketiga yaitu Anggrek, mengatakan bahwa hubungan Anggrek dengan kedua orang tua terjalin dengan cukup baik dan tidak ada masalah. Anggrek selalu mendapatkan kasih sayang dan perhatian dari kedua orang tua.

  • 2.    Alasan responden melakukan hubungan seks pranikah

Alasan Responden Melati melakukan hubungan seks dengan pacar yaitu karena dibujuk oleh pacar dan penasaran bagaimana rasanya melakukan hubungan seks karena sebelumnya responden Melati beberapa kali pernah menonton video porno.

“Awalnya aku menolak pas pacarku ngajak begituan karena aku keingat kata-kata mama, nanti hamil diluar nikah. Tapi pacarku kayak gimana yahh kak, kayak meyakini gitu loh aku gak akan sampai hamil.. Yasudah aku mau jadinya” (WMelati02.L46)

“waktu itu penasaran banget sama yang namanya berhubungan badan karena beberapa kali pernah lihat di video” (OCWMelati02.L44)

Responden kedua Mawar mengungkapkan alasan melakukan hubungan seks karena pada awalnya sudah direncanakan serta responden sudah merasa cukup dewasa untuk melakukan hal tersebut.

“ tanpa paksaan, kami melakukannya atas dasar suka sama suka. Mau sama mau. Kan sudah dewasa ini kak, jadi santai aja kalau mau melakukan itu. Dan udah aku rencanakan juga karena penasaran pengen tau gimana rasanya “ (OCWMawar.L40)

Responden ketiga yaitu Anggrek menjelaskan bahwa alasan melakukan hubungan seks dengan pacar karena Anggrek merasa sudah cukup umur untuk melakukan hal tersebut dan Anggrek sangat menyayangi pacar.

“aku juga bukan anak kecil lagi kan. Cowokku juga udah mapan, udah kerja. Kalaupun nanti aku hamil diluar nikah, setidaknya orang tua ku gak begitu cemas karena cowokku kan sudah mapan, sudah bisa cari uang sendiri” (OCWAnggrek.L91)

  • 3.    Perasaan responden setelah melakukan hubungan seks

Melati mengatakan sangat merasa bersalah sehingga dalam kurun waktu satu minggu, Melati menjadi tidak semangat untuk melakukan aktivitas apapun baik di rumah maupun di sekolah. Melati memilih untuk mengurung diri dikamar dan mengungkapkan apa saja yang Melati rasakan kepada sahabat terdekat. Melati menambahkan setelah melakukan hubungan seks disamping merasa tidak berharga dan merasa bersalah, Melati juga mengalami kehamilan diluar pernikahan hingga melakukan upaya bunuh diri.

“ada perasaan bersalah” (OCWMelati01.L57)

melakukan hal itu. Gak pantas aja deh kak kalau dilakukan cepat-cepat” (OCWMelati01.L59)

“Seingat aku saat itu aku minum obat batuk bapakku sekitar 5 pil, terus aku nemu lagi paracetamol di kamarku aku minum lagi sampai habis. Dalam satu hari itu ada 10 pil kali yang masuk ke badanku. Habis tu kan ya, aku nangis kak, aku duduk sendiri dikamar mikir kenapa hidupku sekotor ini, sebodoh ini” (OCWMelati03.L41)

Berbeda dengan Melati, responden kedua yaitu Mawar menceritakan setelah melakukan hubungan seks bersama pacar, responden merasa semakin sayang kepada pacar, ingin segera cepat menikah dengan pacar serta hubungan yang responden jalin semakin serius.

“setelah melakukan hubungan seks itu ya kak aku merasa gimana yaa ada perasaan senang dengan diri sendiri gitu. Aku merasa sudah dewasa. Sudah pantas melakukan hal itu. Aku puas gitu kak sama diriku” (OCWMawar02.L16)

Responden ketiga yaitu Anggrek, setelah melakukan hubungan seks pranikah dengan pacar, Anggrek merasa takut, senang dan merasa ada ikatan dengan pacar. Selanjutnya dalam wawancara Anggrek menjelaskan bahwa hubungan seks pranikah yang pernah dilakukan oleh Anggrek membawa dampak yang tidak baik bagi Anggrek karena Anggrek pada saat ini merasa sangat bersalah kepada diri sendiri, merasa sangat tidak dihargai oleh pacar, merasa tidak berharga dan merasa takut menghadapi masa yang akan datang. Anggrek takut apabila hubungan yang sedang dijalani dengan pacar saat ini berakhir, maka dimasa depan tidak ada lagi laki-laki yang mau menerima Anggrek apa adanya karena sudah tidak perawan lagi.

“ pertama itu senang kak. Rasanya aku terikat gitu sama dia dan saat itu aku pikir setelah aku kasih keperawanan ku dia gak akan macam-macam gitu” (OCWanggrek02.L94)

“aku gak bisa buang perasaan ini kak. Perasaan menyesal sudah ngasih keperawanan aku buat dia, aku kecewa sama diriku sendiri, aku takut kalau suamiku nanti kecewa pas dia tau bahwa aku udah gak perawan lagi. Aku merasa harga diriku sudah gak adalagi karena pacarku yang sekarang ini nyariin aku bukan karena dia pengen berdua sama aku, aku sakit hati aku merasa gak berharga dia nyariin aku hanya karena lagi pengen berehubungan seks. Hanya ingin dilayani walaupun aku udah nolak, aku bilang gak mau. Kadang

“Merasa belum pantas aja melakukan itu kak. Karena kan aku belum cukup umur, mamaku juga gak ngijinin aku


sampai    sakit tau kak”    (OCWAnggrek02.L54).

PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

  • 1.    Alasan responden melakukan hubungan seks pranikah

Menurut Hurlock (2014), pada masa remaja minat dan keingintahuan remaja pada seks sangat tinggi, hal ini terbukti pada ketiga responden yang memiliki jawaban yang sama didalam wawancara yaitu merasa ingin tahu bagaimana rasanya berhubungan seks dan merasa sangat menyayangi pasangan. Perilaku seks biasanya dimulai dari hal-hal yang sangat ringan, misalnya lewat kata-kata atau melalui perilaku sentuhan fisik misalnya berpelukan, menyenderkan badan atau yang lebih intens lagi yaitu ciuman baik ciuman di dahi, di pipi bahkan ciuman di bibir.

Pada awalnya responden diajak untuk melakukan hubungan seks dengan pacar melalui kata-kata merayu, melakukan pendekatan fisik hingga melakukan hubungan seks. Seks pranikah yang dilakukan oleh ketiga responden penelitian bukan tanpa alasan. Terdapat beberapa alasan yang diungkapkan oleh ketiga responden mengapa ketiga responden mau melakukan hubungan seks pranikah dengan pacar. Menurut Yuniarti (2007) terdapat beberapa alasan yang menyebabkan remaja pada akhirnya melakukan seks pranikah. Diantaranya adalah sebagai bukti cinta dan sangat mencintai pacar, rasa ingin tahu yang sangat tinggi tentang seksualitas serta kurangnya pengetahuan tentang seksualitas yang didapat keluarga ataupun sekolah. Hal ini sejalan pada ketiga responden pada penelitian ini, yang mengatakan bahwa responden mau melakukan hubungan seks dengan pacar karena mencintai pacar.

  • 2.    Gambaran harga diri pada remaja putri yang melakukan hubungan seks pranikah

Dua responden dalam penelitian ini mengatakan bahwa hubungan seks pranikah yang dilakukan membawa dampak negatif seperti merasa bersalah, merasa menyesal, merasa rendah diri, tidak berguna, kotor dan pesimis dalam menghadapi masa depan. Salah satu responden bahkan melakukan upaya bunuh diri karena merasa sudah tidak pantas dan merasa rendah diri. Berdasarkan data yang ditemukan mengenai apa saja yang yang dirasakan responden dan bagaimana dampak dari hubungan seks pranikah yang dilakukan maka dua dari tiga responden dalam penelitian ini memiliki kecenderungan harga diri yang rendah karena seseorang yang memiliki harga diri rendah memiliki sifat pasif, pesimis, rendah diri pesimis dalam menghadapi masa depan dan mengingat masa lalu secara negatif. Harga diri adalah pandangan atau penilaian individu terhadap dirinya sendiri dan seberapa jauh individu tersebut merasa puas terhadap dirinya. Coopersmith (dalam Mruk, 2006) menjelaskan karakteristik individu dalam tingkatan harga diri rendah yaitu memiliki rasa percaya diri yang rendah, memiliki sifat pasif, rendah diri dan mengingat masa lalu secara negatif. Hal ini sejalan dengan data yang ditemukan dilapangan, bahwa dua responden berada pada tingkatan harga diri rendah. Menurut Coopersmith (dalam Sari 2008) individu dengan harga diri yang rendah adalah individu yang merasa dirinya tidak berharga lagi dan tidak disukai. Karena itulah individu yang berada pada tingkatan harga diri rendah merasa tidak puas dan meremehkan diri sendiri. Hal ini dapat dilihat setelah kedua responden melakukan hubungan seks pranikah dan kedua responden merasa bahwa tidak ada yang bisa dibanggakan dari diri responden dan merasa tidak berharga.

Pada responden yang terakhir responden memiliki kecenderungan harga diri yang tinggi karena hubungan seks pranikah yang dilakukan tidak mengubah penilaian responden terhadap dirinya. Seseorang yang memiliki harga diri tinggi menunjukkan sikap aktif, optimis, percaya diri dan efektif dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam wawancara, responden mengatakan merasa sangat puas dan senang setelah melakukan hubungan seks pranikah karena merasa sudah pantas untuk melakukan hal tersebut. Responden menuturkan merasa sangat puas terhadap hubungan yang sedang dijalin, merasa sangat puas terhadap diri sendiri dan tidak merasakan perbedaan yang berarti dalam diri setelah melakukan hubungan seks pranikah serta responden menjelaskan apa saja usaha yang akan dilakukan untuk mewujudkan impian bersama pacar yaitu bekerja, menikah, memiliki rumah serta membeli mobil baru.

Menurut teori Coopersmith (dalam Mruk 2006) mengenai tingkatan harga diri, Mawar dapat digolongkan kedalam tingkatan harga diri tinggi. Individu dengan harga diri tinggi akan menunjukkan sikap yang aktif, mandiri, kreatif, yakin akan gagasan dan pendapatnya, memiliki kepribadian

yang stabil, rasa percaya diri yang tinggi dan lebih efektif dalam kehidupan sehari-hari.

Kesimpulan

Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa :

  • 1 .) Seks pranikah dilakukan dengan alasan yang sama yaitu karena sayang kepada pacar, terbujuk oleh rayuan pacar, merasa sudah dewasa dan merasa sudah pantas untuk melakukan hubungan seks pranikah

  • 2 .) Seks pranikah yang dilakukan memberikan dampak dan perasaan yang berbeda-beda

  • 3 .) Seks pranikah yang dilakukan mempengaruhi harga diri

Saran

  • 1.    Saran bagi remaja putri

  • a)    Saran bagi remaja putri yang belum melakukan hubungan seks pranikah

Bagi remaja putri yang belum melakukan hubungan seks pranikah diharapkan untuk berani mengatakan tidak jika pasangan meminta untuk melakukan hubungan seks pranikah dan mempertimbangkan efek-efek negatif yang akan dialami setelah melakukan hubungan seks pranikah.

  • b)    Saran bagi remaja putri yang sudah melakukan hubungan seks pranikah

Bagi remaja putri yang sudah melakukan hubungan seks pranikah disarankan dapat menghargai diri sendiri dan tidak mengulangi melakukan hubungan seks diluar pernikahan.

  • 2.    Saran bagi orang tua

  • a)    Orang tua diharapkan bersikap lebih terbuka kepada anak mengenai pendidikan seks dan memberikan informasi yang tepat kepada anak mengenai seks

  • b)    Orang tua disarankan mampu menjadi pendengar yang baik dan mampu mengontrol pergaulan anak agar anak mampu membuat batasan yang baik dengan lawan jenis

  • 3.    Saran bagi peneliti selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya, yang tertarik untuk meneliti dengan topik yang sama disarankan untuk meneliti dengan memperluas karakteristik subjek sehingga mendapatkan data yang lebih variatif.

DAFTAR PUSTAKA

Arida, I. N., Widiana, I. G., Wulanyani, N. M., Wijaya, N. K., & Meydianawati, L. G. (2005).seks dan kehamilan pranikah remaja Bali di dua dunia. Yogyakarta.

Djam'an Satori, M., & Komariah, M. D. (2009). Metode penelitian kualitatif. Bandung: Alfabeta Bandung.

Fatimah, S. N. (2014). Konsep diri wanita yang tidak perawan dan kepuasan perkawinan. eJurnal Psikologi, vol 2, nomor 2: 195-205. Fisip Unmul

Ghony, M. D., & Almanshur, F. (2014). Metodologi penelitian kualitatif. Yogyakarta: AR-RUZZ Media.

Gunawan, I. (2013). Metode penelitian kualitatif. Teori dan praktik. Jakarta: Bumi Aksara.

Hurlock, E. B. (2006). Psikologi perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Mruk, C. J. (2006). Self esteem, research, theory and practice. New york: Springer publishing company.

Negara, O. (2007). sexuality.reproductive health.youth.life. Retrieved juni 12, 2014, from http://www.okanegara.com/ artikel-lengkap-yang-pernah-ditulis/permasalahan-kesehatan-reproduksi-seksual-remaja-bali.html

Moeleong, L.J. 2013. Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Moeloeng, L. J. (2014). Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sari, C. P. (2008). Harga diri pada remaja putri yang telah melakukan hubungan seks pranikah. Jurnal psikologi. Diakses dari

www.gunadarma.ac.id/library/articles/graduate/industrial-technology/2009/Artikel_10504036.pdf

Sarwono, S. W. (2013). Psikologi remaja. Jakarta: Rajawali Pers.

Strauss, A., & Corbin, J. (2003). Dasar-dasar penelitian kualitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Yuniarti, D. (2007). pengaruh pendidikan seks terhadap sikap mengenai seks pranikah pada remaja. Jurnal psikologi. Diakses dari www.gunadarma.ac.id /library/articles/graduate/ psychology/2007/Artikel_10503040.pdf.

7