Peran dukungan sosial dan motivasi berprestasi terhadap kesejahteraan psikologis pada siswa sekolah menengah atas (SMA) di Bali
on
Jurnal Psikologi Udayana
2023, Vol.10, No.2, 374-384
Program Studi Sarjana Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana e-ISSN: 2654 4024; p-ISSN: 2354 5607
DOI: 10.24843/JPU/2023.v10.i02.p06
Peran dukungan sosial dan motivasi berprestasi terhadap kesejahteraan psikologis pada siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) di Bali
Ni Made Adi Gayatri1, Luh Made Karisma Sukmayanti Suarya2
Program Studi Sarjana Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana
Abstrak
Tuntutan akademis, berada pada tahap perkembangan remaja akhir, serta pembelajaran yang berfokus pada teori dapat memengaruhi taraf kesejahteraan psikologis siswa SMA. Beberapa insiden pada siswa SMA yang terjadi di Bali mengindikasikan taraf kesejahteraan psikologis yang rendah. Berdasarkan hal tersebut, maka kesejahteraan psikologis pada siswa SMA perlu diperhatikan untuk mencegah terjadinya dampak negatif yang tidak diinginkan. Kesejahteraan psikologis dapat dipengaruhi faktor internal dan faktor eksternal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran dukungan sosial dan motivasi berprestasi terhadap kesejahteraan psikologis pada siswa SMA di Bali. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan teknik analisis data regresi berganda. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah two stage cluster sampling. Subjek penelitian dalam penelitian ini merupakan 254 siswa SMA di Provinsi Bali. Alat ukur penelitian yang digunakan adalah skala kesejahteraan psikologis (α=0,945), skala dukungan sosial (α=0,898), dan skala motivasi berprestasi (α=0,918). Hasil dari uji regresi berganda menunjukkan bahwa dukungan sosial dan motivasi berprestasi berperan secara simultan dalam meningkatkan kesejahteraan psikologis pada siswa SMA (R=0,662; R2=0,438; p=0,000<0,05). Dukungan sosial dan motivasi berprestasi juga berperan secara parsial dalam meningkatkan kesejahteraan psikologis pada siswa SMA (dukungan sosial: β=0,302, p=0,000; motivasi berprestasi: β=0,440, p=0,000). Implikasi penelitian ini yaitu dapat memberikan gambaran tentang peran dukungan sosial dn motivasi berprestasi terhadap kesejahteraan psikologis siswa SMA di Bali. Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan salah satu rujukan dalam rangka meningkatkan dan menjaga kesejahteraan psikologis siswa SMA selama menempuh pendidikan.
Kata Kunci: Dukungan sosial, kesejahteraan psikologis, motivasi berprestasi, siswa SMA
Abstract
Academic demands, being in the late adolescent stage, and learning that focuses on theory can influence the level of psychological well-being of high school students. Several incidents involving high school students that occurred in Bali Province indicate a low level of psychological well-being. Therefore, the psychological well-being of high school students needs to be considered to prevent negative impacts. This study aims to determine the role of social support and achievement motivation on the psychological well-being of high school students in Bali. The two stage cluster sampling is used as sampling technique in this research. Respondents in this study were 254 high school students in Bali Province. The measuring instruments used in this research are the psychological well-being scale (α=0,945), the social support scale (α=0,898), and the achievement motivation scale (α=0,918). The results of the multiple regression test showed that there were simultaneous roles of social support and achievement motivation in increasing the psychological well-being of high school students (R=0.662; R2=0.438; p=0.000<0.05). Social support and achievement motivation also play a partial role in improving psychological well-being on high school students (social support: β=0,302, p=0,000; achievement motivation: β=0,440, p=0,000). The implication of this research is that it can provide an overview of the role of social support and achievement motivation on psychological well-being of high school students in Bali. The results of this research can also be used as a reference in order to improve and maintain the psychological well-being of high school students during their education.
Keyword: Achievement motivation, high school students, psychological well-being, social support
LATAR BELAKANG
Psychological well-being atau yang selanjutnya dalam penelitin ini disebut kesejahteraan psikologis berhubungan dengan berfungsinya aspek-aspek psikologis positif dalam proses meraih aktualisasi diri (Ryff, 1989). Menurut Ryff dan Singer (2008), terdapat 6 aspek yang menjadi indikator kesejahteraan psikologis individu yang terdiri dari penerimaan diri, hubungan positif dengan orang lain, pertumbuhan pribadi, tujuan dalam hidup, penguasaan lingkungan dan otonomi. Kesejahteraan psikologis dibutuhkan agar individu dapat terlibat secara penuh dalam menjalankan tanggung jawab dan meraih potensinya (Hardjo, dkk., 2020). Individu yang memiliki taraf kesejahteraan psikologis yang baik akan lebih mampu meraih tugas perkembangannya dan mempertahankan diri dari pengaruh buruk lingkungan di sekitarnya (Batubara, 2017). Disisi lain beberapa survei dan penelitian melaporkan hasil yang sebaliknya, bahwa masih terdapat individu-individu pada kelompok tertentu yang belum memiliki taraf kesejahteraan psikologis yang baik. Salah satunya terjadi pada kelompok siswa yang sedang mengenyam pendidikan. Padahal pendidikan menjadi pilar utama dalam kemajuan bangsa di masa depan (Indryawati, 2014).
Berdasarkan Puslitjak (2021), dibandingkan dengan jenjang pendidikan lainnya, individu yang berada pada jenjang pendidikan SMA memiliki tingkat kesulitan mental emosional yang lebih tinggi. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan dinyatakan bahwa penjurusan pada SMA berbentuk program studi yang memfasilitasi kebutuhan pembelajaran serta kompetensi yang diperlukan peserta didik untuk melanjutkan pada jenjang pendidikan tinggi. Menurut Nasution (dalam Hasfrentia, 2016) dihadapkan dengan pembelajaran yang sulit di sekolah dapat menyebabkan stres pada siswa SMA, terlebih pada masa tersebut siswa terbebani agar dapat memperoleh nilai yang baik dan dapat diterima pada universitas favorit. Hal tersebut dapat memberikan tekanan psikologis pada siswa SMA.
Selain itu, siswa SMA umumnya juga berada pada tahap perkembangan remaja, khususnya remaja akhir. Menurut Santrock (2016) periode remaja akhir terjadi pada lima tahun terakhir dari dekade kedua kehidupan individu. Minat karir, hubungan asmara, dan eksplorasi identitas lebih sering terasa di masa remaja akhir (Santrock, 2016), pada tahap tersebut remaja mengalami banyak perubahan dalam hidupnya. Edelbrock (dalam Santrock, 2016) menyatakan bahwa depresi, pembolosan, dan penyalahgunaan obat lebih umum terjadi pada remaja akhir.
Pada jenjang yang sama dalam tahap perkembangan ini terdapat juga sekolah menengah kejuruan (SMK) yang dirancang untuk menghasilkan siswa yang siap bekerja. Berdasarkan Puslitjak (2021) tingkat kesejahteraan psikologis siswa pada jalur pendidikan SMA lebih rendah daripada siswa pada jalur pendidikan SMK. Menurut Solberg dkk. (2023) sekolah kejuruan dicirikan dengan kreativitas yang berfokus pada keterampilan praktis yang dapat berdampak positif pada siswa. Dibandingkan sekolah umum, sekolah kejuruan dapat menjadi pilihan efektif untuk menstimulasi efikasi diri siswa sehingga hal tersebut dapat berdampak positif pada kesehatan mental siswa (Solberg dkk., 2023).
Kesejahteraan psikologis yang rendah dapat memberikan dampak negatif pada siswa, mengingat kesejahteraan psikologis dapat menjadi faktor protektif dari indikasi gangguan mental (Triwahyuni & Prasetio, 2021). Berdasarkan hasil Riskesdas 2018, di Provinsi Bali terdapat peningkatan prevalensi gangguan mental emosional sebesar 4% pada penduduk berusia >15 tahun dibandingkan dengan hasil Riskesdas 2013 sebelumnya. Sejalan dengan hasil Riskesdas tersebut, di Provinsi Bali pada tahun 2022 pernah terjadi suatu insiden percobaan bunuh diri pada salah satu siswa SMA di Denpasar (Ginta, 2022). Korban sempat meminta temannya untuk merekam aksi tersebut. Meskipun teman korban menolak dan melarang korban melakukan hal itu, korban tetap melompat sembari berkata “aku sudah bosan”.
Di sisi lain, menurut Triana, dkk. (2021) rendahnya kesejahteraan psikologis pada siswa juga dapat memunculkan kenakalan remaja. Secara khusus, di Provinsi Bali ditemukan beberapa kasus kenakalan dan permasalahan yang melibatkan siswa SMA. Kapolresta Denpasar (dalam Rastana, 2022) menerangkan bahwa kenakalan remaja yang dilakukan oleh oknum-oknum di bawah umur semakin sering terjadi. Pada bulan Maret tahun 2023, sebuah aksi tawuran pelajar yang beberapa diantaranya beranggotakan siswa SMA dilaporkan hampir terjadi (NusaBali, 2023). Selain itu, aksi meresahkan dari perkumpulan geng yang diberi nama Bajing Kids juga sempat menggemparkan pemberitaan di Provinsi Bali akibat kegiatan meminum minuman beralkohol, pemukulan serta pemalakan yang dilakukan (CNN Indonesia, 2023; Suadnyana, 2023; Kumparan, 2023; Bali Post, 2023).
Bagi siswa SMA, masalah kesehatan mental diketahui dapat menyebabkan siswa kesulitan untuk belajar dan berhubungan dengan pembolosan di sekolah, kegagalan dalam hal akademik, sampai putus sekolah yang berakibat pada pengangguran, tidak memiliki penghasilan dan peningkatan hubungan dengan layanan sosial serta sistem peradilan tindak pidana (Rua dkk., 2023). Dengan demikian, perlu untuk menjaga tingkat kesejahteraan psikologis pada siswa SMA guna mencegah dampak negatif akibat rendahnya tingkat kesejahteraan psikologis pada siswa.
Kesejahteraan psikologis dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Ryff (1995) kesejahteraan psikologis dapat dipengaruhi oleh jenis kelamin, umur dan budaya. Selain itu, dukungan sosial juga dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologis
individu (Hardjo & Novita, 2015; Rahmania, Munir, & Budiman, 2019). Menurut Sarafino dan Smith (2011), dukungan sosial mengacu pada rasa nyaman, kepedulian, apresiasi, atau bantuan yang sesungguhnya diterima atau dipandang tersedia dari orang lain.
Terdapat banyak bukti bahwa ketersediaan dukungan sosial dikaitkan dengan penurunan risiko penyakit mental dan fisik, bahkan kematian (Stroebe, 2011). Dukungan sosial juga memiliki tendensi untuk meningkatkan pencapaian dan produktivitas, kesehatan secara fisik, kesehatan psikologis, serta berhasil dalam mengatasi stres dan kesulitan (Johnson & Johnson, 1991). Menurut Santrock (2016), dukungan dari orang lain menjadi aspek signifikan untuk dapat mengatasi stres, yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan psikologis individu.
Hipotesis direct effect menyatakan bahwa dukungan sosial berguna untuk kesehatan serta kesejahteraan terlepas dari taraf stres yang sedang dialami oleh individu (Sarafino & Smith, 2011). Selain itu, interaksi dengan orang lain juga cenderung dapat meningkatkan pengaruh positif dan membatasi intensitas durasi pengaruh negatif (Cohen dalam Stroebe, 2011). Hal tersebut sejalan dengan penelitian Hasanuddin dan Khairuddin (2021) yang melaporkan bahwa dukungan sosial menimbulkan persepsi akan adanya pihak yang akan membantu jika terjadi suatu hal yang dianggap dapat memunculkan masalah dan bantuan tersebut dirasakan dapat meningkatkan afeksi positif individu (Hasanuddin & Khairuddin, 2021).
Faktor dari dalam diri seperti motivasi berprestasi juga dapat memengaruhi kesejahteraan psikologis individu (Nisa, dkk., 2017). Menurut Kirsh dkk. (2014) motivasi berprestasi merupakan keinginan untuk menguasai suatu hal yang sukar dan menantang dengan mandiri dan seberhasil mungkin. Menurut McClelland (1987) individu dengan motivasi berprestasi tinggi akan cenderung memilih tugas dengan tingkat kesulitan sedang, persisten, bertanggung jawab akan kinerja, memerlukan umpan balik dari kinerjanya, dan inovatif.
Motivasi berprestasi dapat dianggap sebagai pengantar utama kesuksesan (Nisa dkk., 2017). Secara umum, individu yang termotivasi untuk sukses akan lebih tertarik untuk bergerak ke depan dan memberi perhatian pada kegiatan inovatif serta akan lebih terlibat dalam rencana masa depan. Individu yang seperti itu akan memahami situasi di saat kemampuan mereka diuji oleh motivasi sebagai prasyarat untuk kesuksesan dan superioritas (Nisa dkk., 2017). Selain itu, Olukolade dkk. (2013) dalam penelitiannya menemukan bahwa kebutuhan tinggi akan prestasi dapat membantu individu untuk mendapatkan sikap yang tepat dalam kehidupan dan menetapkan target yang lebih menantang namun dapat dicapai. Pada gilirannya hal tersebut akan meningkatkan kesejahteraan psikologis individu.
Kesejahteraan psikologis berhubungan dengan berfungsinya aspek-aspek psikologis positif dalam proses seseorang meraih aktualisasi diri (Ryff, 1989). Berdasarkan hal tersebut, maka tingkat kesejahteraan psikologis yang baik perlu dimiliki oleh individu khususnya siswa SMA yang sedang mengenyam pendidikan untuk mempersiapkan masa depannya. Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini yaitu dukungan sosial dan motivasi berprestasi secara bersama-sama berperan terhadap kesejahteraan psikologis pada siswa SMA di Bali. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat peran antara dukungan sosial dan motivasi berprestasi terhadap kesejahteraan psikologis pada siswa SMA di Bali. Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat pada perkembangan ilmu psikologi terutama untuk bidang psikologi pendidikan, psikologi positif, dan psikologi perkembangan. Sementara secara praktis, penelitian ini bermanfaat bagi siswa SMA, pemerintah dan institusi pendidikan, serta bagi peneliti lain.
METODE PENELITIAN
Variabel dan Definisi Operasional
Penelitian ini menggunakan kesejahteraan psikologis sebagai variabel terikat. Sementara itu, variabel bebas yang digunakan yaitu dukungan sosial dan motivasi berprestasi. Berikut merupakan paparan definisi operasional dari setiap variabel.
Kesejahteraan Psikologis
Kesejahteraan psikologis adalah sebuah konseptualisasi untuk kombinasi antara perasaan afektif positif individu dan keberfungsian individu secara optimal melalui bersikap positif pada diri sendiri dan orang lain, mampu membuat keputusan sendiri dan mengatur tingkah laku pribadi, dapat menciptakan dan menyelaraskan lingkungan yang kompatibel dengan kebutuhan, mempunyai tujuan hidup, serta berusaha bereksplorasi dan mengembangkan diri. Variabel kesejahteraan psikologis diukur dengan skala kesejahteraan psikologis yang dikembangkan oleh Anggreni (2021). Semakin tinggi skor kesejahteraan psikologis yang diperoleh, maka semakin tinggi taraf kesejahteraan psikologis yang dimiliki subjek.
Dukungan Sosial
Dukungan sosial merupakan pandangan individu tentang sejauh mana dirinya dicintai, diperhatikan, dihargai, mendapatkan bantuan dari orang lain dan merupakan bagian dari jaringan sosial yang mendukung. Variabel dukungan sosial diukur dengan skala dukungan sosial yang disusun oleh peneliti. Semakin tinggi skor dukungan sosial yang diperoleh, maka semakin tinggi taraf dukungan sosial yang dimiliki subjek.
Motivasi Berprestasi
Motivasi berprestasi merupakan keinginan atau kebutuhan dalam diri yang menstimulasi individu untuk melakukan suatu aktivitas tertentu untuk mencapai hasil yang sebaik-baiknya berdasarkan standar keunggulan. Variabel motivasi berprestasi
diukur dengan skala motivasi berprestasi yang disusun oleh peneliti. Semakin tinggi skor motivasi berprestasi yang diperoleh, maka semakin tinggi taraf motivasi berprestasi yang dimiliki subjek.
Responden
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa SMA di Provinsi Bali. Kriteria subjek dalam penelitian ini antara lain yaitu subjek berstatus sebagai siswa aktif SMA negeri maupun swasta di Provinsi Bali dan subjek berdomisili di Provinsi Bali.
Dalam penelitian ini, teknik probability sampling khususnya teknik two stage cluster sampling digunakan untuk menentukan sampel penelitian. Adapun jumlah sampel minimum yang harus dipenuhi adalah 106 subjek. Data subjek yang terkumpul yaitu sebesar 301 data subjek, namun hanya 254 data yang dapat dianalisis.
Tempat Penelitian
Proses pengambilan data dilaksanakan pada 4 SMA yang ada di Kecamatan Klungkung, Kabupaten Klungkung, Provinsi Bali mulai tanggal 15 Juli 2023 sampai 29 Juli 2023 dengan difasilitasi google form.
Alat Ukur
Metode penelitian dalam penelitian ini yaitu metode kuantitatif dengan pengumpulan data menggunakan kuesioner berbentuk skala Likert. Pilihan jawaban dalam skala ini terdiri atas empat kategori dengan skala yang digunakan berjumlah tiga buah skala. Skala kesejahteraan psikologis terdiri atas 39 item dan disusun mengacu pada aspek-aspek dari Ryff (1995), yakni penerimaan diri, hubungan positif dengan orang lain, kemandirian, penguasaan lingkungan, tujuan hidup dan perkembangan pribadi. Skala dukungan sosial berjumlah 32 item dan dirumuskan dengan mengacu pada aspek-aspek dari Stroebe (2011) yakni dukungan emosional, dukungan instrumental, dukungan informasional, dan dukungan penilaian. Sementara untuk variabel motivasi berprestasi berjumlah 33 item dan disusun dengan mengacu pada aspek-aspek motivasi berprestasi dari McClelland (1987) yakni memilih tugas dengan tingkat kesulitan sedang, persisten, bertanggung jawab akan kinerja, membutuhkan umpan balik dari kinerjanya, serta inovatif .
Sebelum melakukan pengambilan data, dilaksanakan uji validitas isi dan proses uji coba untuk mengukur daya diskriminasi item dan reliabilitas dari skala yang akan digunakan. Uji validitas isi dilakukan dengan expert judgement dari dosen Psikologi FK Udayana serta salah satu siswa SMA sebagai bagian dari populasi. Daya diskriminasi item didapatkan dengan mencermati koefisien korelasi item total, jika sama dengan atau lebih besar dari 0,30 maka item tersebut dapat dinyatakan valid (Azwar, 2015). Selanjutnya, reliabilitas diperoleh dengan mencermati nilai Alpha Cronbach, jika diperoleh nilai di atas 0,60 maka skala dianggap reliabel (Siregar, 2017).
Pelaksanaan uji coba alat ukur dilakukan pada 4 Juli 2023 hingga 5 Juli 2023 dan difasilitasi dengan google form. Data yang terkumpul sebanyak 65 buah. Pada skala kesejahteraan psikologis dihasilkan 39 item valid dengan koefisien korelasi item total berkisar antara 0,310 sampai 0,779. Sedangkan terkait reliabilitas skala kesejahteraan psikologis, ditemukan koefisien sebesar 0,945. Hal tersebut bermakna bahwa skala kesejahteraan psikologis mampu merepresentasikan 94,50% nilai skor murni subjek.
Pada skala dukungan sosial diperoleh 32 item valid dengan koefisien korelasi item total berkisar antara 0,307 sampai 0,614. Terkait reliabilitas skala dukungan sosial, diperoleh koefisien sebesar 0,898. Hal tersebut bermakna bahwa skala dukungan sosial dapat merepresentasikan 89,80% nilai skor murni subjek. Kemudian pada skala motivasi berprestasi diperoleh 33 item valid dengan koefisien korelasi item total berkisar antara 0,320 hingga 0,712. Sementara koefisien reliabilitas yang diperoleh sebesar 0,918. Hal tersebut bermakna bahwa skala motivasi berprestasi dapat merepresentasikan 91,80% nilai skor murni subjek. Dengan demikian, ketiga alat ukur yang dipergunakan untuk penelitian ini dapat dinyatakan valid dan reliabel.
Teknik Analisis Data
Sebelum melakukan analisis data, dilaksanakan uji asumsi terlebih dahulu yaitu uji normalitas, uji linieritas, dan uji multikolinearitas. Setelah uji asumsi terpenuhi, maka dilanjutkan dengan uji hipotesis dengan analisis regresi berganda atau multiple regression. Proses pengolahan data dilakukan menggunakan aplikasi SPSS 23.0 for Windows.
HASIL PENELITIAN
Karakteristik Subjek
Adapun jumlah data yang diperoleh adalah sebanyak 301 subjek, namun hanya 254 data subjek yang dapat dianalisis. Data yang memenuhi syarat untuk dianalisis terdiri dari 140 subjek berjenis kelamin perempuan dan 114 subjek berjenis kelamin laki-laki. Sebagian besar subjek berusia 16 tahun, yaitu sebanyak 151 orang. Subjek berasal dari empat SMA dan mayoritas subjek berada pada kelas XI yakni 147 orang. Selain itu, berdasarkan pekerjaan orang tua, mayoritas pekerjaan ayah dari subjek penelitian ini bekerja sebagai petani sebanyak 57 orang dan mayoritas ibu dari subjek penelitian sebanyak 82 orang tidak bekerja.
Deskripsi Data Penelitian
Tabel 1. Deskripsi Data Penelitian
Variabel Penelitian |
N |
Mean Teoretis |
Mean Empiris |
Standar Deviasi Teoretis |
Standar Deviasi Empiris |
Sebaran Teoretis |
Sebaran Empiris |
t |
Kesejahteraan Psikologis |
254 |
97,5 |
111,03 |
19,5 |
11,081 |
39-156 |
83-136 |
19,456 (p=0,000) |
Dukungan Sosial |
254 |
80 |
95,53 |
16 |
7,596 |
32-128 |
80-111 |
32,588 (p=0,000) |
Motivasi Berprestasi |
254 |
82,5 |
93,02 |
16,5 |
8,251 |
33-132 |
73-114 |
20,326 (p=0,000) |
Tabel 1 menunjukkan bahwa variabel kesejahteraan psikologis memiliki mean teoretis sejumlah 97,5 dan mean empiris sejumlah 111,03. Dengan demikian, mean empiris lebih besar dari mean teoretis dengan perbedaan sebesar 13,53 dan nilai t sebesar 19,456 (p=0,000). Hasil tersebut bermakna bahwa subjek mempunyai taraf kesejahteraan psikologis yang relatif tinggi. Adapun rentang skor subjek berada pada kisaran skor 83 hingga 136. Berdasarkan hasil kategorisasi pada tabel 2, sebagian besar subjek mempunyai taraf kesejahteraan psikologis yang tinggi yaitu sebanyak 145 orang.
Tabel 2. Kategorisasi Variabel Kesejahteraan Psikologis
ReRentang Nilai |
Kategori Jumlah Persentase |
X≤68,25 68,25 <X≤ 87,75 87,75 <X≤ 107,25 107,25 <X≤ 126,75 126,75 < X |
Sangat Rendah 0 0% Rendah 3 1,2% Sedang 86 33,9% Tinggi 145 57,1% Sangat Tinggi 20 7,9% Total 254 100% |
Hasil pada tabel 1 menunjukkan pula bahwa variabel dukungan sosial memiliki mean teoretis sejumlah 80 dan mean empiris sejumlah 95,53. Dengan demikian, mean empiris lebih besar dari mean teoretis dengan perbedaan sebesar 15,53 dan nilai t sebesar 32,588 (p=0,000). Hasil ini bermakna bahwa subjek mempunyai taraf dukungan sosial yang cenderung tinggi. Adapun rentang skor subjek berada pada kisaran skor 80 hingga 111. Berdasarkan hasil kategorisasi pada tabel 3, sebagian besar subjek mempunyai taraf dukungan sosial yang tinggi yaitu sebanyak 169 orang.
Tabel 3. Kategorisasi Variabel Dukungan Sosial
ReRentang Nilai |
Kategori |
Jumlah |
Persentase |
X≤56 |
Sangat Rendah |
0 |
0% |
56<X≤72 |
Rendah |
0 |
0% |
72 <X≤ 88 |
Sedang |
48 |
18,9% |
88<X≤ 104 |
Tinggi |
169 |
66,5% |
104<X |
Sangat Tinggi |
37 |
14,6% |
Total |
254 |
100% |
Pada tabel 1 terlihat pula bahwa variabel motivasi berprestasi memiliki mean teoretis sejumlah 82,5 dan mean empiris sejumlah 93,02. Dengan demikian, mean empiris lebih besar daripada mean teoretis dengan perbedaan sebesar 10,52 dan nilai t sebesar 20,326 (p=0,000). Hasil ini memiliki makna bahwa subjek mempunyai taraf motivasi berprestasi yang cenderung tinggi. Adapun rentang skor subjek berada pada kisaran skor 73 hingga 114. Berdasarkan hasil kategorisasi pada tabel 4, sebagian besar subjek mempunyai taraf dukungan sosial yang tinggi yaitu sebanyak 144 orang.
Tabel 4. Kategorisasi Variabel Motivasi Berprestasi | |
ReRentang Nilai |
Kategori Jumlah Persentase |
X≤ 57,75 57,75 <X≤74,25 |
Sangat Rendah 0 0% Rendah 2 8% |
74,25 <X≤90,75 |
Sedang |
98 |
38,6% |
90,75 < X ≤ 107,25 |
Tinggi |
144 |
56,7% |
107,25 < X |
Sangat Tinggi |
10 |
3,9% |
Total |
254 |
100% |
Uji Asumsi
Uji asumsi yang dilakukan yaitu uji normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov. Siregar (2017) menyatakan bahwa distribusi data penelitian dapat dinyatakan normal jika mempunyai nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05 (p>0,05). Tabel 5 memperlihatkan bahwa nilai signifikansi pada variabel kesejahteraan psikologis, dukungan social dan motivasi berprestasi secara berurutan yaitu sebesar 0,061 (p>0,05), 0,078 (p>0,05), dan 0,200 (p>0,05). Hal tersebut bermakna bahwa variabel kesejahteraan psikologis, dukungan sosial, dan motivasi berprestasi memiliki data yang berdistribusi normal.
Tabel 5. Hasil Uji Normalitas Data Penelitian | |
Variabel |
Nilai N Sig. Kesimpulan |
Kesejahteraan Psikologis |
254 0,061 Data Berdistribusi Normal |
Dukungan Sosial Motivasi Berpretasi |
254 0,078 Data Berdistribusi Normal 254 0,200 Data Berdistribusi Normal |
Berikutnya dilakukan uji linearitas dengan Test for Linearity guna melihat apakah antara variabel bebas dengan variabel terikat terdapat hubungan yang linear. Tabel 6 menunjukkan nilai signifikansi linearity yang diperoleh pada variabel kesejahteraan psikologis dengan dukungan sosial adalah 0,000 (p<0,05) serta nilai signifikansi deviation from linearity yang ditemukan yaitu sebesar 0,188 (p>0,05). Hal ini bermakna bahwa variabel kesejahteraan psikologis dan dukungan sosial memiliki hubungan yang linear. Di sisi lain, pada variabel kesejahteraan psikologis dengan motivasi berprestasi diperoleh nilai signifikansi linearity sejumlah 0,000 (p<0,05) dan nilai signifikansi deviation from linearity yang ditemukan sebesar 0,651 (p>0,05). Hal tersebut bermakna bahwa antara variabel kesejahteraan psikologis dan motivasi berprestasi juga menunjukkan hubungan yang linear.
Tabel 6. Hasil Uji Linearitas Data Penelitian | |
Variabel |
Linearity Deviation of Linearity Kesimpulan |
Kesejahteraan Psikologis * Dukungan Sosial Kesejahteraan Psikologis * Motivasi Berprestasi |
0,000 0,188 Data Linear 0,000 0,651 Data Linear |
Uji asumsi berikutnya yaitu uji multikolinearitas dengan memperhatikan nilai Variance Inflation Factor (VIF) dan nilai tolerance. Uji multikolinieritas dilakukan guna memastikan ada tidaknya hubungan yang signifikan antar variabel bebas (Payadnya & Jayantika, 2018). Tabel 7 menunjukkan nilai tolerance dari kedua variabel bebas sebesar 0,667 (tolerance > 0,1) dan nilai VIF dari kedua variabel bebas sebesar 1,499 (VIF < 10). Hal tersebut bermakna bahwa pada penelitian ini tidak terjadi multikolinearitas antar variabel bebas. Mengacu pada hasil uji asumsi yang sudah dilakukan, maka dapat dinyatakan bahwa data dalam penelitian ini berdistribusi normal, memiliki hubungan yang linear dan tidak ditemukan multikolinearitas, sehingga metode analisis regresi berganda dapat digunakan dalam melakukan uji hipotesis pada penelitian ini.
Tabel 7. Hasil Uji Multikolinearitas Data Penelitian
Variabel |
Tolerance |
VIF |
Kesimpulan |
Dukungan Sosial |
0,667 |
1,499 |
Tidak terjadi multikolinearitas |
Motivasi Berprestasi |
0,667 |
1,499 |
Tidak terjadi multikolinearitas |
Uji Hipotesis
Uji regresi berganda atau multiple regression digunakan dalam penelitian ini untuk melakukan uji hipotesis. Uji regresi berganda dilakukan untuk mengetahui pengaruh lebih dari satu variabel bebas pada satu variabel terikat (Siregar, 2017). Pengambilan kesimpulan dalam uji hipotesis ini dilakukan dengan melihat nilai signifikansi pada hasil analisis data. Jika ditemukan nilai signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 (p<0,05), maka variabel bebas dinyatakan berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat (Payadnya & Jayantika, 2018).
Tabel 8. Hasil Uji Regresi Berganda
Sum of Squares |
df |
Mean Square |
F |
Sig. | |
Regression |
13594,789 |
2 |
6797,394 |
97,661 |
0,000 |
Residual |
17470,018 |
251 |
69,602 | ||
Total |
31064,807 |
253 |
Tabel 8 menampilkan nilai F hitung adalah sebesar 97,661 dan nilai signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05). Berdasarkan nilai tersebut, dapat dinyatakan bahwa dukungan sosial dan motivasi berprestasi berperan terhadap kesejahteraan psikologis pada siswa SMA di Bali. Pada tabel 9 diperoleh nilai R sebesar 0,662 serta nilai koefisien determinasi sebesar 0,438. Hal tersebut bermakna bahwa dukungan sosial dan motivasi berprestasi mempunyai peran sebesar 43,8% terhadap kesejahteraan psikologis, sementara variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini mempunyai peran sebesar 56,2%.
Tabel 9. Besaran Sumbangan Variabel Bebas Terhadap Variabel Terikat
R |
R Square |
Adjusted R Square |
Std. Error of the Estimate |
0,662 |
0,438 |
0,433 |
8,343 |
Pada uji regresi berganda terlihat pula hasil data yang menunjukkan peran dari setiap variabel bebas secara terpisah. Besar peranan secara terpisah dari kedua variabel bebas pada penelitian ini tertera pada tabel 10. Tabel 10 menunjukkan bahwa dukungan sosial sebagai variabel bebas mempunyai nilai koefisien beta terstandarisasi sebesar 0,302 serta taraf signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05) sehingga dukungan sosial berperan dalam meningkatkan kesejahteraan psikologis. Di sisi lain, variabel motivasi berprestasi mempunyai nilai koefisien beta terstandarisasi sebesar 0,440 serta taraf signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05) sehingga variabel motivasi berprestasi juga berperan dalam meningkatkan kesejahteraan psikologis pada siswa SMA.
Tabel 10. Hasil Uji Hipotesis Minor dan Garis Regresi Linear Berganda | |||||
Variabel |
Unstandardized Coefficients |
Standardized Coefficients |
t |
Sig. | |
B |
Std. Error |
Beta | |||
(Constant) |
14,022 |
7,103 |
1,974 |
0,049 | |
Dukungan Sosial |
0,441 |
0,085 |
0,302 |
5,212 |
0,000 |
Motivasi Berprestasi |
0,590 |
0,078 |
0,440 |
7,568 |
0,000 |
Rangkuman hasil uji hipotesis yang sudah dilakukan dalam penelitian ini tertera pada tabel 11. Tabel 11. Rangkuman Hasil Uji Hipotesis | ||
No |
Hipotesis |
Hasil |
1 |
Hipotesis Mayor: Dukungan sosial dan motivasi berprestasi secara bersama-sama berperan terhadap kesejahteraan psikologis pada siswa SMA di Bali. |
Diterima |
2 |
Hipotesis Minor: | |
a. Dukungan sosial berperan terhadap kesejahteraan psikologis pada siswa SMA di Bali. |
Diterima | |
b. Motivasi berprestasi berperan terhadap kesejahteraan psikologis pada siswa SMA di Bali. |
Diterima |
PEMBAHASAN
Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui peran dari dukungan sosial dan motivasi berprestasi terhadap kesejahteraan psikologis pada siswa SMA di Bali. Mengacu pada hasil regresi berganda, didapatkan nilai F sebesar 97,661 dengan signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05). Hal ini bermakna bahwa dukungan sosial dan motivasi berprestasi secara bersama-sama berperan meningkatkan kesejahteraan psikologis pada siswa SMA di Bali. Selain itu, diperoleh juga hasil bahwa dukungan sosial dan
motivasi berprestasi secara bersama-sama menentukan 43,8% taraf kesejahteraan psikologis siswa SMA, sedangkan variabel lain yang tidak diamati dalam penelitian ini menentukan sebesar 56,2%.
Ryff dan Singer (2008) mengemukakan bahwa kesejahteraan psikologis memiliki aspek yang meliputi penerimaan diri, hubungan positif dengan orang lain, kemandirian, penguasaan lingkungan, tujuan hidup dan perkembangan pribadi. Mengacu pada hasil penelitian ini, dukungan sosial dan motivasi berprestasi nampak berkaitan dengan aspek-aspek tertentu pada kesejahteraan psikologis. Dukungan sosial berkaitan dengan aspek hubungan positif dengan orang lain dan aspek penguasaan lingkungan. Di sisi lain, motivasi berprestasi berkaitan juga dengan aspek penguasaan lingkungan serta ditambah pada aspek perkembangan pribadi. Dengan demikian, dukungan sosial dan motivasi berprestasi turut meningkatkan beberapa aspek pada kesejahteraan psikologis sehingga secara simultan dapat berperan secara positif terhadap kesejahteraan psikologis siswa SMA. Cohen dan Wills (dalam Stroebe, 2011) menyatakan bahwa dukungan sosial dapat berguna untuk kesehatan dan kesejahteraan karena jaringan sosial yang besar memberi individu pengalaman positif yang teratur dan sekumpulan peran yang konsisten serta dihargai secara sosial dalam komunitas. Selain itu, Indrawati (2017) menyatakan bahwa dukungan emosi berupa menanyakan tentang aktivitas rutin yang dijalankan di sekolah, dukungan harga diri seperti sanjungan dan kepercayaan terhadap kapabilitas individu di sekolah yang bersumber dari keluarga dan rekan sebaya dapat membentuk pandangan yang positif akan adanya kasih sayang bagi remaja yang menerima dukungan (Indrawati, 2017). Hal ini dapat dikaitkan dengan salah satu aspek kesejahteraan psikologis yaitu hubungan positif dengan orang lain. Menurut Ryff dan Singer (2008), individu yang mempunyai skor tinggi pada aspek ini akan memiliki relasi yang hangat, memuaskan serta dapat dipercaya dengan orang lain.
Di sisi lain, Indrawati (2017) menyatakan bahwa ketika menerima dukungan sosial, individu mungkin akan mulai menghadapi peristiwa negatif yang dihadapinya yang kemudian dapat berpengaruh pada kesejahteraan psikologis individu. Dengan berkembangnya kemampuan untuk menghadapi suatu peristiwa negatif, maka individu dapat memiliki rasa kompetensi dalam mengendalikan dunia luar. Hal tersebut berkaitan dengan aspek penguasaan lingkungan pada variabel kesejahteraan psikologis. Menurut Ryff dan Singer (2008), individu yang mempunyai skor tinggi pada aspek penguasaan lingkungan akan mempunyai rasa penguasaan dan kompetensi dalam mengatur lingkungan, mengendalikan berbagai kegiatan eksternal yang kompleks, menggunakan peluang sekitarnya secara efisien dan dapat memilih atau menghasilkan konteks yang sesuai dengan kebutuhan dan nilai pribadi.
Ryff dan Singer (2008) mengemukakan bahwa aspek penguasaan lingkungan pada kesejahteraan psikologis memberikan penekanan pada menemukan atau menghasilkan konteks sekitar yang sejalan dengan kebutuhan dan kapasitas pribadi individu. Nisa dkk. (2017) dalam penelitiannya memperoleh hasil bahwa individu yang termotivasi untuk sukses akan lebih tertarik untuk bergerak ke depan dan memberi perhatian pada kegiatan inovatif. Taraf motivasi yang tinggi tersebut membuat individu mampu menciptakan lingkungan yang kompatibel dengan kebutuhannya (Nisa dkk., 2017). Melalui kemampuan individu menciptakan lingkungan yang kompatibel dengan kebutuhannya, maka dapat membantu individu untuk meningkatkan kesejahteraan psikologisnya.
Sementara itu, perkembangan pribadi merupakan salah satu aspek dari kesejahteraan psikologis individu menurut Ryff dan Singer (2008). Menurut Ryff dan Singer (2008), individu yang mempunyai skor tinggi pada aspek perkembangan pribadi akan mempunyai rasa pengembangan yang berkelanjutan, memandang diri sebagai pribadi yang tumbuh dan berkembang serta terbuka terhadap pengalaman baru. Penelitian yang dilakukan oleh Nisa dkk. (2017) menyatakan bahwa individu yang termotivasi untuk sukses akan lebih tertarik untuk bergerak ke depan, memberi fokus pada kegiatan inovatif dan tertantang untuk terus mengembangkan potensi dirinya. Apabila dikaitkan dengan penelitian Nisa dkk. (2017), maka motivasi berprestasi dapat meningkatkan perkembangan pribadi yang menjadi salah satu aspek dari kesejahteraan psikologis.
Jika dilihat secara terpisah, hasil analisis data pada variabel dukungan sosial mempunyai nilai koefisien beta terstandarisasi sebesar 0,302 dan taraf signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05). Hal tersebut bermakna bahwa dukungan sosial berperan secara positif terhadap kesejahteraan psikologis pada siswa SMA. Hipotesis direct effect berprinsip bahwa individu dengan taraf dukungan sosial yang relatif tinggi akan mempunyai perasaan kepemilikan (belongingness) dan harga diri yang kuat (Sarafino & Smith, 2011). Persepsi positif tersebut bermanfaat bagi kesehatan, terlepas dari tingkat stres yang dialami oleh individu. Di sisi lain, dengan adanya dukungan sosial, individu dapat merasakan ada pihak yang bersedia memberi dukungan jika terjadi suatu hal yang dapat menimbulkan masalah dan bantuan tersebut dapat meningkatkan perasaan positif serta menaikkan harga diri (Hasanuddin & Khairuddin, 2021). Mahendika dan Sijabat (2023) dalam penelitiannya juga menemukan hasil bahwa dukungan sosial dapat membantu individu merasa dihargai dan dirawat. Perasaan tersebut menyebabkan siswa SMA merasa dilindungi dari stress sehingga dapat meningkatkan kesejahteraannya (Mahendika & Sijabat, 2023).
Secara terpisah pula, koefisien beta terstandarisasi pada variabel motivasi berprestasi pada penelitian ini sebesar 0,440 dan taraf signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05). Hal tersebut bermakna bahwa motivasi berprestasi berperan secara positif terhadap kesejahteraan psikologis pada siswa SMA. Menurut Li dkk. (2015), individu dengan taraf motivasi berprestasi yang cenderung tinggi mempunyai keinginan realisasi diri yang kuat, sehingga akan merasakan kesejahteraan psikologis yang baik dalam proses
realisasi diri tersebut. Individu tersebut akan menunjukkan sikap yang lebih positif terhadap kehidupan dan perilaku yang lebih proaktif, sehingga akan mengalami rasa pencapaian dan kesejahteraan yang lebih kuat ketika tujuannya tercapai (Li dkk., 2015). Selain itu, motivasi berprestasi berkaitan erat dengan harapan (expectation) dan harapan selalu mengandung standar keunggulan (Djaali, 2014). Semua penyimpangan dari standar keunggulan tersebut dapat membangkitkan afeksi pada individu (Djaali, 2014). Situasi afeksi disebut positif bila penyimpangannya kecil, dan begitu pula sebaliknya. Di sisi lain, Deci dan Ryan (2008) menyatakan bahwa kesejahteraan psikologis dikonseptualisasikan sebagai kombinasi keadaan afektif positif dan keberfungsian optimal dalam kehidupan sehingga dengan bangkitnya afeksi positif maka kesejahteraan psikologis individu juga dapat meningkat.
Dalam penelitian ini diperoleh koefisien beta terstandarisasi motivasi berprestasi yang lebih besar dari koefisien beta terstandarisasi dukungan sosial. Hal ini menunjukkan bahwa motivasi berprestasi lebih berperan meningkatkan kesejahteraan psikologis dibanding dukungan sosial. Motivasi berprestasi termasuk ke dalam faktor internal yang berperan dalam meningkatkan kesejahteraan psikologis. Menurut Huppert (2009), aktivitas yang didasarkan pada dorongan internal daripada eksternal dapat meningkatkan tingkat kebahagiaan individu. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Nisa dkk. (2017) yang memperoleh hasil bahwa individu dengan taraf motivasi berprestasi tinggi akan lebih memahami kekuatan dan kelemahan dirinya. Menurut Anggreni (2021) siswa yang sudah memahami dan menerima keadaan dirinya tetap bisa merasa sejahtera meskipun kurang memperoleh dukungan sosial. Di sisi lain, dukungan sosial juga tidak selalu dapat mengurangi stres dan meningkatkan kesehatan individu. Hal ini dikarenakan apabila individu tidak merasakan (perceive) bantuan yang diterima sebagai hal yang suportif, maka kecil kemungkinannya bantuan tersebut dapat berdampak positif pada diri individu (Sarafino & Smith, 2011).
Hasil kategorisasi dukungan sosial menunjukkan taraf dukungan sosial subjek penelitian sebagian besar ada pada kategori yang tinggi dengan persentase sebesar 66,5%. Tingginya tingkat dukungan sosial subjek penelitian dapat dikarenakan oleh tersedianya media yang dapat memfasilitasi hubungan erat antara siswa SMA, salah satunya dengan adanya grup kelas daring pada aplikasi Whatsapp. Grup kelas pada Whatsapp tersebut dapat membantu siswa lebih leluasa untuk berdiskusi dan berinteraksi jika terdapat hal yang perlu didiskusikan serta memperoleh pengumuman-pengumuman penting dari pihak sekolah. Guru Bimbingan Konseling juga ikut berada dalam grup Whatsapp tersebut sehingga dapat mengoptimalkan peranan fungsi bimbingan dan konseling kepada siswa. Grup kelas tersebut dapat memunculkan interaksi yang positif antara sesama anggota kelas. Anggreni (2021) menyatakan bahwa interaksi positif antara satu siswa dengan siswa lain yang diperoleh dari kelompok belajar dapat meningkatkan hubungan timbal balik yang baik antar sesama siswa sehingga menumbuhkan prinsip-prinsip kesetaraan dan keadilan dalam memberikan bantuan kepada teman sebaya.
Hasil kategorisasi motivasi berprestasi menunjukkan sebagian besar motivasi berprestasi subjek penelitian ada pada kategori tinggi dengan persentase sebesar 56,7%. Pengambilan data penelitian yang dilaksanakan pada awal semester akademik dapat memengaruhi tingginya motivasi berprestasi pada subjek penelitian ini. Awal semester akademik identik dengan tekad baru dari para siswa, seperti siswa bertekad untuk belajar lebih giat agar dapat memperbaiki hasil belajar pada semester yang lalu (Ahmad, 2020). Penelitian Dresel dan Grassinger (2013) menampilkan adanya penurunan motivasi berprestasi pada mahasiswa dari semester awal masa studinya. Hal tersebut salah satunya karena siswa memiliki harapan yang kurang akurat sebelum suatu studi dimulai dan kemudian merasa kecewa saat menjalani matrikulasi (Dresel & Grassinger, 2013).
Hasil kategorisasi variabel kesejahteraan psikologis menunjukkan mayoritas taraf kesejahteraan psikologis subjek penelitian terletak pada kategori tinggi dengan persentase sebesar 57,1%. Taraf kesejahteraan psikologis pada siswa SMA yang didominasi oleh subjek dengan kategori tinggi ini dapat disebabkan oleh taraf dukungan sosial yang tinggi dan taraf motivasi berprestasi yang tinggi. Hasil analisis regresi berganda mengindikasikan kedua variabel bebas yang meliputi dari dukungan sosial dan motivasi berprestasi berperan terhadap variabel terikat yaitu kesejahteraan psikologis. Apabila taraf variabel bebas meningkat, maka taraf variabel terikat juga akan cenderung meningkat.
Kondisi kesejahteraan psikologis yang meningkat juga dapat dipengaruhi oleh status sosial ekonomi yang lebih tinggi (Huppert, 2009). Ryff & Keyes (1995) juga menyatakan bahwa tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan keberhasilan pekerjaan dapat memengaruhi kesejahteraan psikologis. Hasil dalam penelitian ini menunjukkan taraf kesejahteraan psikologis subjek penelitian bervariasi pada setiap jenis pekerjaan ayah dan pekerjaan ibu. Tidak ditemukan pola tingkat kesejahteraan psikologis yang cenderung tinggi atau cenderung rendah pada pekerjaan-pekerjaan tertentu orangtua subjek dalam penelitian ini. Mengingat penelitian ini hanya mengumpulkan informasi pekerjaan orangtua, maka diperlukan penelitian lebih lanjut untuk memperoleh data yang komprehensif terkait status sosial ekonomi subjek penelitian sebelum menganalisis pengaruhnya terhadap tingkat kesejahteraan psikologis siswa SMA.
Penelitian ini tidak luput dari beberapa keterbatasan. Penelitian ini hanya melihat peran dari faktor dukungan sosial dan motivasi berprestasi dan tidak mempertimbangkan faktor-faktor lain yang dapat berpengaruh terhadap kesejahteraan psikologis. Selain itu, proses pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan secara daring menggunakan tautan google form. Hal tersebut mengakibatkan peneliti tidak dapat mengawasi secara langsung proses pengisian kuesioner sehingga peneliti tidak bisa
memastikan bahwa seluruh subjek memahami isi kuesioner serta bersungguh-sungguh dalam mengisi kuesioner penelitian. Hal tersebut dapat menjadi penyebab munculnya responden penelitian yang tidak memenuhi kriteria serta outlier data penelitian. Selain itu, penelitian ini menggunakan teknik cluster sampling. Salah satu kelemahan dari teknik cluster sampling yaitu rendahnya akurasi sampel (Babbie, 2016). Sugiyono (2017) juga menyatakan bahwa penggunaan teknik cluster sampling perlu dikombinasikan dengan teknik lain seperti stratified sampling, mengingat pembagian wilayah di Indonesia yang tidak sama.
KESIMPULAN
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini yaitu dukungan sosial dan motivasi berprestasi secara simultan berperan positif terhadap kesejahteraan psikologis siswa SMA di Bali. Secara terpisah, baik dukungan sosial maupun motivasi berprestasi berperan positif terhadap kesejahteraan psikologis siswa SMA di Bali. Adapun taraf kesejahteraan psikologis, dukungan sosial, dan motivasi berprestasi subjek dalam penelitian ini sebagian besar berada pada kategori tinggi.
Ucapan Terima Kasih
Proses penelitian ini dapat diselesaikan atas bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Peneliti ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada seluruh pihak yang terlibat, seluruh responden dalam penelitian ini, Ibu Luh Made Karisma Sukmayanti Suarya, S.Psi., M.A., Bapak Dr. Firmanto Adi Nurcahyo, M.Si., Ibu Made Diah Lestari, M.Si., Ph.D., dan Ibu Luh Kadek Pande Ary Susilawati, S.Psi., M.Psi.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad. (2020). Awal semester, siswa diimbau bawa semangat baru. Sub Bagian Perencanaan, Data & Informasi Kanwil Kemenag Kalsel. https://kalsel.kemenag.go.id/berita/532283/Awal-Semester-Siswa-Diimbau-Bawa-Semangat-Baru
Anggreni, N. M. S. (2021). Peran kecerdasan emosional, iklim sekolah, dan dukungan sosial teman sebaya terhadap kesejahteraan psikologis remaja awal sekolah menengah pertama di Bali. (Skripsi tidak dipublikasikan). Universitas Udayana.
Azwar, S. (2015). Reliabilitas dan validitas (4th ed.). Pustaka Pelajar.
Babbie, E. (2016). The practice of social research (14th ed.). Cengage Learning.
Bali Post. (2023, July 21). Viral pesta miras dan suka malak, geng “Bajing Kids” dipimpin siswa SMP. BALIPOST.Com. https://www.balipost.com/news/2023/07/21/351734/Viral-Pesta-Miras-dan-Suka...html
Batubara, A. (2017). Hubungan antara religiusitas dengan psychological well being ditinjau dari big five personality pada siswa SMA Negeri 6 Binjai. AL-Irsyad:Jurnal Pendidikan Dan Konseling, 7(1), 48–62. http://jurnal.uinsu.ac.id/index.php/al-irsyad/article/view/6667
CNN Indonesia. (2023, July 22). Heboh geng pelajar Bajing Kids di Bali pesta miras- memalak. CNN Indonesia.
Deci, E. L., & Ryan, R. M. (2008). Hedonia, eudaimonia, and well-being: An introduction. Journal of Happiness Studies, 9(1), 1–11.
https://doi.org/10.1007/s10902-006-9018-1
Djaali. (2014). Psikologi pendidikan (8th ed.). Bumi Aksara.
Dresel, M., & Grassinger, R. (2013). Changes in achievement motivation among university freshmen. Journal of Education and Training Studies, 1(2), 159–173. https://doi.org/10.11114/jets.v1i2.147
Ginta, Y. V. S. (2022, November 2). Siswi SMA di Bali lompat dari lantai 3 sekolahnya, sempat minta teman merekam dengan ponsel.
Kompas.Com.
Hardjo, S., Aisyah, S., & Mayasari, S. I. (2020). Bagaimana psychological well being pada remaja ? Sebuah analisis berkaitan dengan faktor meaning in life. Jurnal Diversita, 6(1), 63–76. https://doi.org/10.31289/diversita.v6i1.2894
Hardjo, S., & Novita, E. (2015). Hubungan antara dukungan sosial dengan psychological well-being pada remaja korban sexual abuse.
Analitika : Jurnal Magister Psikologi, 7(1), 12-19. https://doi.org/https://doi.org/10.31289/analitika.v7i1.856
Hasanuddin, & Khairuddin. (2021). Dukungan sosial, penyesuaian diri dan kesejahteraan psikologis pada siswa SMA Negeri 2 Binjai.
ANALITIKA Jurnal Magister Psikologi UMA, 13(2), 148–155. https://doi.org/10.31289/analitika.v13i1.5906
Hasfrentia, Y. D. (2016). Hubungan antara self-efficacy dengan stres akademik pada pelajar SMAN 1 Tuntang. Universitas Kristen Satya Wacana.
Huppert, F. A. (2009). Psychological well-being: Evidence regarding its causes and consequences. Applied Psychology: Health and Well-Being, 1(2), 137–164. https://doi.org/10.1111/j.1758-0854.2009.01008.x
Indrawati, T. (2017). Peranan kecerdasan emosi dan dukungan sosial terhadap kesejahteraan psikologis siswa SMP Terbuka di Cirebon.
Edukasia Islamika, 2(1), 70–88. https://doi.org/10.28918/jei.v2i1.1630
Indryawati, R. (2014). Kesejahteraan psikologis guru yang mendapatkan sertifikasi. Jurnal Psikologi, 7(2), 7–18.
Johnson, D., & Johnson, F. (1991). Joining together: Group theory and group skills (11th ed.). Pearson Educational Limited.
Kirsh, S. J., Duffy, K. G., & Atwater, E. (2014). Psychology for living: Adjusment, growth, and behavior today (11th ed.). Pearson prentice.
Kumparan. (2023, July 22). Fakta-fakta grup pelajar ‘Bajing Kids’ di Bali yang gelar pesta miras. KumparanNews.
Li, Y., Lan, J., & Ju, C. (2015). Achievement motivation and attributional style as mediators Between Perfectionism and subjective well-being in Chinese University students. Personality and Individual Differences, 79, 146–151. https://doi.org/10.1016/J.PAID.2015.01.050
Mahendika, D., & Sijabat, S. G. (2023). Pengaruh dukungan sosial, strategi coping, resiliensi, dan harga diri terhadap kesejahteraan psikologis siswa SMA di Kota Sukabumi. Jurnal Psikologi Dan Konseling West Science, 1(2), 76–89.
McClelland, D. C. (1987). Human motivation. Cambridge University Press.
Nisa, S. U., Qasim, N., & Sehar. (2017). Relationship of achievement motivation and psychological well-being in adolescents. International Journal of Applied Research, 3(12), 102–104.
https://www.researchgate.net/profile/Shams-Nisa/publication/323336024_Relationship_of_achievement_motivation_and_psychological _well-being_in_adolescents/links/5a8e5040a6fdcc808c0f1f7e/Relationship-of-achievement-motivation-and-psychological-well-being-in
-
NusaBali. (2023, September 28). Tawuran sarung, 16 pelajar diamankan. NusaBali.Com. https://www.nusabali.com/berita/138573/tawuran-sarung-16-pelajar-diamankan
Olukolade, O., Alao, T. . I., & Adebisi, A. . A. (2013). The role of social support and need for achievement on psychological well-being of below the knee amputees. IOSR Journal Of Humanities And Social Science, 18(1), 23–27. https://doi.org/10.9790/0837-1812327
Payadnya, I. P. A. A., & Jayantika, I. G. A. N. T. (2018). Panduan penelitian eksperimen beserta analisis statistik dengan SPSS (1st ed.).
Deepublish.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan, (2010).
Puslitjak. (2021). Mendorong peningkatan kesejahteraan psikologis siswa selama pandemi COVID-19.
Rahmania, Munir, A., & Budiman, Z. (2019). Hubungan lokus kendali internal dan dukungan sosial dengan kesejahteraan psikologis pada penyandang disabilitas di Aceh Tengah. Tabularasa: Jurnal Ilmiah Magister Psikologi, 1(1), 49–58.
https://doi.org/https://doi.org/10.31289/tabularasa.v1i1.275
Rastana, I. D. G. (2022, September 14). Sering terjadi kenakalan remaja, Kapolresta bina ratusan siswa. Bali Express.
Rua, Y. M., Naibili, M. J. E., Bete, R. N. S., & Asa, S. M. S. (2023). Pelatihan kader sekolah sehat jiwa (SEHATI) dalam deteksi dini kesehatan jiwa di SMA. International Journal of Community Service Learning, 7(1), 63–76.
https://doi.org/https://doi.org/10.23887/ijcsl.v7i1.57047
Ryff, C. D. (1989). Happiness is everything, or is it? Explorations on the meaning of psychological well-being. Journal of Personality and
Social Psychology, 57(6), 1069–1081. https://doi.org/https://doi.org/10.1037/0022-3514.57.6.1069
Ryff, C. D. (1995). Psychological well-being in adult life. Current Directions in Psychological Science, 4(4), 99–104. https://doi.org/10.1111/1467-8721.ep10772395
Ryff, C. D., & Keyes, C. L. M. (1995). The structure of psychological well-being revisited. Journal of Personality and Social Psychology, 69(4), 719–727. https://doi.org/10.1037/0022-3514.69.4.719
Ryff, C. D., & Singer, B. H. (2008). Know thyself and become what you are: A eudaimonic approach to psychological well-being. Journal of
Happiness Studies, 9(1), 13–39. https://doi.org/10.1007/s10902-006-9019-0
Santrock, J. W. (2016). Adolescence (16th ed.). McGraw-Hill Education. https://psycnet.apa.org/record/1987-97135-000
Sarafino, E. P., & Smith, T. W. (2011). Health psychology: Biopsychosocial interactions (7th ed.). John Wiley & Sons, Inc.
Siregar, S. (2017). Metode penelitian kuantitatif (4th ed.). Kencana.
Solberg, S., Laundal, O., & Garrels, V. (2023). Scoping review of positive mental health research for students in vocational education and training. International Journal for Research in Vocational Education and Training (IJRVET), 10(2), 258–287. https://doi.org/https://doi.org/10.13152/IJRVET.10.2.6
Stroebe, W. (2011). Social psychology and health (3rd ed.). McGraw-Hill Education.
Suadnyana, I. W. S. (2023, July 20). Viral geng pelajar Bajing Kids di Bali, doyan pesta miras-memalak. DetikBali. https://www.detik.com/bali/hukum-dan-kriminal/d-6833320/viral-geng-pelajar-bajing-kids-di-bali-doyan-pesta-miras-memalak
Sugiyono. (2017). Statistika untuk penelitian. Alfabeta.
Triana, M. M., Komariah, M., & Widianti, E. (2021). Gambaran kesejahteraan psikologis pada remaja yang terlibat bullying. Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, 4(4), 823–832.
Triwahyuni, A., & Prasetio, C. E. (2021). Gangguan psikologis dan kesejahteraan psikologis pada mahasiswa baru. Jurnal Pemikiran Dan
Penelitian Psikologi (PSIKOLOGIKA), 26(1), 35–56, https://doi.org/10.20885/psikologika.vol26.iss1.art3
384
Discussion and feedback