ANALISIS SEKTOR POTENSIAL DI KABUPATEN KARANGASEM PROVINSI BALI
on
ANALISIS SEKTOR POTENSIAL DI KABUPATEN KARANGASEM PROVINSI BALI
I Kadek Santa Ambara*)
I Nyoman Mahendra Yasa
Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana
ABSTRAK
Pembangunan daerah sebagai integral dari pembangunan nasional merupakan suatu proses perubahan yang terencana dalam upaya mencapai sasaran untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang melibatkan seluruh kegiatan yang ada. Kabupaten Karangasem memiliki pertumbuhan ekonomi yang cenderung terus menurun dari tahun ketahun, sehingga penelitian ini di lakukan di Kabupaten Krangasem. Tujuan penelitian ini adalah, untuk menganalisis sektor manakah yang menjadi sektor basis di kabupaten karangasem, untuk menganalisis sektor yang paling berperan di kabupaten karangasem, untuk menganalisis sektor mana yang menjadi sektor potensial di kabupaten Karangasem dengan teknik analisis DLQ. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sektor yang menjadi sektor basis di Kabupaten Karangsem ada 6 sektor, sektor dominan di Kabupaten Karangasem ada 13 sektor, dan sektor potensial yang menjadi prioritas pembangunan di Kabupaten Karangasem yang tepat adalah sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, transportasi dan pergudangan, jasa keuangan, administrasi pemerintahan, pertahan dan jaminan social wajib, dan jasa lainnya.
Kata kunci: sektor basis, sektorpotensial
ABSTRACT
Regional development as an integral of national development is a process of planned change achieve the goals and objectives to improve the welfare of the community that involves all existing activities. Kabupaten Karangasem has an economic growth that tends to decrease from year to year, so this research is done in Krangasem District. The purpose of this study is to analyze which sectors are the basis sector in karangasem district, to analyze the most important sector in karangasem district, to analyze which sector become potential sector in Karangasem regency with DLQ analysis technique. Result of research indicate that sector which become base sector in Regency of Karangsem there are 6 sector, dominant sector in Regency of Karangasem there are 13 sector, and potential sector which become development priority in Regency of Karangasem there are 7 sector.
Keywords: base sector, potential sector
PENDAHULUAN
Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang meliputi perubahan mendasar atas struktur sosial dan sikap masyarakat serta institusi-
institusi nasional di samping tetap mengejar percepatan pertumbuhan ekonomi, mengatasi kesenjangan pendapatan dan hasil-hasil pembangunan serta mengeliminasi kasus kemiskinan (Todaro, 2000: 92). Pembangunan harus mengarah pada perubahan total pada suatu masyarakat sebagai upaya untuk menyesuaikan sistem sosial secara keseluruhan tanpa mengabaikan keragaman kebutuhan dasar dan keinginan masing-masing individu dan kelompok sosial dan budaya serta wilayah atau daerah. Semua hal tersebut sebagai cermin dari pelaksanaan demokrasi, dalam rangka menuju suatu kondisi yang lebih baik dan lebih sempurna dari sebelumnya. Ekonomi pembangunan sangat persis dengan perencanaan pembangunan. Pembangunan daerah sangat erat kaitannya dengan adanya pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut (Spolaore dan Wacziarg: 2013).
Tabel 1 Pertumbuhan Ekonomi Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Tahun 2012-2015 (%)
Kabupaten/Kota |
2012 |
2013 |
2014 |
2015 |
Rata-Rata |
Jembrana |
6,11 |
5,69 |
6,05 |
6,23 |
6,02 |
Tabanan |
6,12 |
6,45 |
6,53 |
6,24 |
6,34 |
Badung |
7,64 |
6,82 |
6,98 |
6,27 |
6,93 |
Gianyar |
7,08 |
6,82 |
6,79 |
6,34 |
6,76 |
Klungkung |
6,25 |
6,05 |
5,98 |
6,10 |
6,10 |
Bangli |
6,20 |
5,94 |
5,82 |
6,21 |
6,04 |
Karangasem |
5,93 |
6,16 |
6,01 |
6,00 |
6,03 |
Buleleng |
6,78 |
7,15 |
6,96 |
6,11 |
6,75 |
Kota Denpasar |
7,51 |
6,96 |
7,00 |
6,18 |
6,91 |
Provinsi Bali |
6,96 |
6,69 |
6,73 |
6,04 |
6,61 |
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, 2016
Pertumbuhan ekonomi di kabupaten/kota Provinsi Bali tahun 2012-2015
ada empat kabupaten yang memiliki rata – rata pertumbuhan ekonomi di atas
Provinsi Bali yaitu Kabupaten Badung dengan rata – rata pertumbuhan ekonomi tertinggi yaitu sebesar 6,93 persen, kemudian Kota Denpasar dengan rata -rata pertumbuhan ekonomi sebesar 6,91 persen, dan dua kabupaten lainnya yaitu Kabupaten Gianyar dan Buleleng secara berturut – turut memiliki rata – rata pertumbuhan ekonomi sebesar 6,76 persen dan 6,75 persen. Pertumbuhan ekonomi menurut kabupaten/kota di Provinsi Bali pada tahun 2012 – 2015 disajikan pada Tabel 1.
Dilihat pada Tabel 1 berbeda dengan lima kabupaten lainnya yaitu Kabupaten Tabanan, Kabupaten Klungkung, Kabupaten Bangli, Kabupaten Karangasem dan Kabupaten Jembrana memiliki pertumbuhan ekonomi yang berada di bawah rata-rata pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali. Besarnya rata-rata pertumbuhan ekonomi kelima kabupaten tersebut masing-masing adalah sebesar 6,34 persen, 6,10 persen, 6,04 persen, 6,03 persen dan 6,02 persen. Pada tahun 2015 Kabupaten Karangasem memiliki pertumbuhan ekonomi paling rendah yaitu 6.00 persen dibandingkan dengan kabupaten lain di Provinsi Bali, selain itu dilihat dari lima kabupaten yang memiliki rata – rata pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah dari Provinsi Bali, Kabupaten Karangasem salah satunya mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi dari tahun 2013 hingga 2015, yaitu 6,16 persen, 6,01 persen, dan 6,00 persen berturut – turut.
Grafik 1 Kontribusi Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Karangasem Atas Dasar Harga Konstan 2010 menurut Lapangan Usaha Tahun 2012-2015 (%)
Sumber: BPS Kabupaten Karangasem, 2016
Dari Grafik 1 dapat di lihat bahwa kontribusi sektor konstruksi PDRB Kabupaten Karangasem ditahun 2014 – 2015 mengalami penurunan. Sektor yang paling banyak memberikan kontribusi adalah sektor pertanian, kehutanan, dan
perikanan. Sektor yang paling sedikit memberikan kontribusi terhadap PDRB Kabupaten Karangasem, yaitu sektor pengadaan listrik dan gas. Kabupaten Karangasem sebagai salah satu daerah otonom dan memiliki kewenangan untuk menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan tentunya memerlukan perhatian yang khusus untuk mengatasi ketimpangan atau kesenjangan dan memperbaiki kondisi perekonomiannya. Salah satu kebijakan yang dapat ditempuh pemerintah daerah yaitu dengan melakukan pengembangan wilayah. Kebijakan pemerintah untuk mengembangkan wilayah adalah dengan menentukan kota – kota atau kecamatan – kecamatan tertentu yang diprioritaskan dalam
pembangunan berdasarkan karakteristik dan potensi yang dimiliki wilayah
tersebut, sehingga akan tercipta pusat – pusat pertumbuhan yang mampu memotivasi dan membangkitkan pertumbuhan wilayah itu sendiri dan wilayah sekitarnya (Haryanto, 2006).
Semakin besar sumbangan yang diberikan oleh masing-masing sektor ekonomi terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) suatu daerah, maka pertumbuhan ekonomi di daerah itu akan semakin maju. Pertumbuhan ekonomi yang baik dilihat dari meningkatnya PDRB merupakan salah satu dari indikator untuk melihat keberhasilan pembangunansuatu daerah. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi melalui indikator PDRB juga berarti meningkatkan kemakmuran dan kesejaheraan rakyat. Dalam meningkakan pertumbuhan ekonomi peran pemerintah dangat di perlukan, dengan kebijakan – kebijakan, pembuatan strategi dan perencanaan pembangunan yang tepat dengan memperhatikan sektor -sektor potensial. Oleh karena itu, maka sektor potensial di Kabupaten Karangasem perlu diketahui untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi
Pembangunan Ekonomi
Pembangunan ekonomi merupakan kenaikan taraf hidup ekonomi untuk mencapai suatu kesejateraan ekonomi masyarakat. Pembangunan sangat penting untuk kelangsungan dan pertumbuhan bangsa manapun (Lawal dan Oluwatoyin: 2011). Teori pembangunan ekonomi merupakan suatu teori yang membahas mengenai cara-cara meningkatkan pembangunan di suatu daerah. Teori ekonomi pembangunan juga memiliki kaitan dengan kebijakan yang akan dilakukan
pemerintah. Obyek dari pembangunan itu sendiri adalah seluruh wilayah suatu negara, sehingga batas-batas suatu negara merupakan batas pembangunan yang bisa dilakukan (Tarigan, 2005:8).
Sektor Potensial
Sadono Sukirno (2010: 66) menyatakan bahwa didalam proses pembangunan akan muncul industry pemimpin (leading Industry), suatu industry yang menjadi pengerak utama dalam suatu pembangunan daerah. Apabila suatu industry atau beberapa industry pemimpin berkembang maka pertambahan produksi tidak tebatas pada kenaikan jumlah produksi dalam industry pemimpin tetapi juga pada kenaikan jumblah produksi industru lain yang erat hubungannya dengan industry pemimpin tersebut. Menurut Ayu (2014) penentuan sektor potensial yang tepat akan berampak positif pada masyarakat setempat. Adanya peluang kesempatan kerja baru akan memberikan peluang penghasilan yang di proleh masyarakat.
Teori Basis Ekonomi
Tingkat pertumbuhan ekonomi tidak hanya bisa dilihat dari kondisi perekonomian secara keseluruhan akan tetapi harus juga dilihat pengaruh dari sektor-sektor ekonomi yang ada di daerah tersebut, sehingga dengan begitu perlunya adanya suatu identifikasi sektor-sektor unggulan yang ada di daerah. Sektor unggulan dalam hal ini adalah suatu sektor basis yang memiliki potensi untuk menghasilkan pendapatan dari luar daerah dan membawanya ke dalam daerah. Teori basis ekonomi mendasarkan pandangannya bahwa suatu pertumbuhan ekonomi pada suatu wilayah sangat tergantung kepada besarnya
peningkatan ekspor pada wilayah tersebut. Basis ekonomi ini sering juga disebut
sebagai ekspor barang atau jasa, disebut basis karena sektor ini dapat memberikan penghasilan dari luar daerah. Pengertian ekonomi regional menjelaskan, ekspor adalah menjual barang atau jasa keluar wilayah baik menjual ke wilayah lain dalam lingkungan negara itu ataupun keluar negeri (Tarigan, 2005:29). Pada penelitian Jenifa Medah (2017) di Provinsi Bali bahwa sektor basis di Provinsi Bali dalam kurun waktu 2000 – 2015 adalah Listrik, gas dan air bersih, perdagangan, hotel dan restoran, serta angkutan dan komunikasi.
Sektor Unggulan
Pengertian sektor unggulan biasanya berkaitan dengan suatu perbandingan, baik itu perbandingan berskala regional, nasional maupun internasional. Pada lingkup internasional, suatu sektor dikatakn unggul jika sektor terebut mampu bersaing dengan sektor unggulan di negara lain. Sedangkan pada lingkup nasional, suatu sektor dapat dikatakan sebagai sektor unggulan jika sektor tersebut mampu bersaing dengan sktor lainnya di sekitar wilayahnya, baik di pasar nasional ataupun domestik. Suatu daerah akan mempunyai sektor unggulan apabila daerah tersebut dapat memenangkan persaingan pada sektor yang sama dengan daerah lain sehingga dapat menghasilkan ekspor (Suyatno, 2002: 146).
DATA DAN METODOLOGI
Lokasi penelitian ini dilakukan di Kabupaten Karangasem Provinsi Bali tahun 2012 – 2015. Penelitian ini memakai data sekunder yang bersumber dari Badan Pusat Statistik di Provinsi Bali dan Badan Pusat Statistik di Kabupaten Karangasem yang didapatkan dengan cara observasi. Obyek penelitian dalam
penelitian ini adalah sektor – sektor ekonomi di Kabupaten Karangasem yang
dapat dilihat dari PDRB Kabupaten Karangasem dan Provinsi Bali tahun 2012 –
2015.
Location Quotient (LQ)
Location Quotient adalah sebuah alat ukur sederhana yang berdasarkan data dari nilai tambah (Mack, 1996). Dengan teknik kuantitatif ini, dapat menentukan kapasitas ekspor perekonomian suatu daerah dan derajat kemandirian suatu sektor. Dalam analisis LQ, Kegiatan ekonomi suatu daerah dibagi menjadi dua golongan, yaitu.
-
1) Kegiatan sektor yang melayani pasar di daerahnya sendiri dan di luar daerah yang bersangkutan. Industri seperti ini dinamakan industri basik.
-
2) Kegiatan sektor yang melayani pasar di daerah tersebut, jenis ini dinamakan industri non basik atau industri lokal.
Analisis LQ Merupakan teknik analisis yang digunakan untuk menganalisis sektor
potensial atau basis dalam perekonomian suatu daerah. Menurut Suyana Utama
(2010: 55), Rumus untuk menghitung LQ adalah sebagai berikut.
lo = ±^l
(1)
V Ir/Vtr
Dimana:
Vi(s) = Jumlah PDRB suatu sektor di wilayah studi (Kabupaten Karangasem)
Vt(s) = Jumlah PDRB total di wilayah studi (Kabupaten Karangasem)
Vir = Jumlah PDRB suatu sektor di wilayah referensi (Provinsi Bali)
Vtr = Jumlah PDRB total di wilayah referensi (Provinsi Bali)
Analisis Identifikasi Peran Sektor Usaha di Masa Mendatang (DLQ)
Peranan sektor usaha di masa datang akan dapat di analisis menggunakan
metode Dinamic Location Quotient (DLQ). Dengan rumus seperti Persamaan (2) berikut.
(1+p ik)/
/(1+9 k)
W = ⅛o7---}t...............................................................(2)
/(1+G)
Keterangan:
DLQ = Indeks Dinamic Quotient
g ik = Laju pertumbuhan sektor i di wilayah studi (Kabupaten Karangasem)
g k = Rata-rata laju pertumbuhan PDRB sektor di wilayah studi (Kabupaten Karangasem)
Gi = Laju pertumbuhan sektor i di wilayah referensi (Provinsi Bali)
G = Rata-rata laju pertumbuhan PDRB sektor di referensi (Provinsi Bali)
T = Jumlah tahun yang akan di analisis
Berdasarkan rumus Persamaan (2) rumus di atas didapatkan kriteria sebagai berikut: Pertama, apabila nilai DLQ = 1 berarti laju pertumbuhan sektor i terhadap laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Karangasem sebanding dengan lajur pertumbuhan sektor tersebut pada Provinsi Bali; kedua, apabila nilai Jika DLQ < 1 maka proporsi pertumbuhan sektor i terhadap laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Karangasem lebih rendah debandingkan laju pertumbuhan sektor tersebut pada Provinsi Bali; dan ketiga, apabila DLQ > 1 maka pertumbuhan sektor i terhadap pertumbuhan PDRB Kabupaten Karangasem lebih cepat dibandingkan laju pada Provinsi Bali.
Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP)
Analisis Model Rasi Pertumbuhan juga digunakan untuk menganalisis
sektor dan subsektor ekonomi potensial berdasarkan kriteria pertumbuhan PDRB Kabupaten Karangasem. MRP adalah kegiatan membandingkan pertumbuhan suatu kegiatan baik dalam skala yang lebih kecil maupun dalam skala yang lebih luas. Dalam analisis MRP terdapat dua macam rasio pertumbuhan, yaitu.
-
1) Rasio pertumbuhan wilayah studi (RPs) merupakan perbandingan antara pertumbuhan pendapatan (PDRB) sektor i di Kabupaten Karangasem dengan pertumbuhan pendapatan (PDRB) sektor i di Provinsi Bali.
-
2) Rasio pertumbuhan wilayah referensi (RPr) perbandingan rata-rata pertumbuhan pendapatan (PDRB) sektor i di Provinsi Bali dengan rata-rata pertumbuhan pendapatan (PDRB) di Provinsi Bali.
Menurut Buhan dan Masyuri (2006), rumus untuk menghitung MRP adalah:
-
1) Rasio Pertumbuhan Wilayah = ^^y11(^)............................(3)
Provinsi Bali (RPr)
-
2) Rasio Pertumbuhan Wilayah = ^hi/hiw.(4)
Mj/Yjrn
Kabupaten Karangasem (RPs)
Keterangan:
ΔYin =Yin(t+1) - Yin(t) adalah perubahan PDRB Provinsi Bali di sektor i.
Yin(t) = PDRB Provinsi Bali di sektor i awal periode penelitian.
ΔYn = Yn(t+1) - Yn(t) perubahan PDRB Provinsi Bali.
Yn(t) = PDRB Provinsi Bali pada tahun awal periode penelitian.
ΔYij = Yij(t+1) - Yij(t) adalah perubahan PDRB Kab. Karangasem di sektor i
Yij(t) = PDRB Kabupaten Karangasem di sektor i tahun awal periode penelitian.
ΔYj = Yj(t+1) – Yj(t) perubahan PDRB Kabupaten Karangasem.
Yj(t) = PDRB Kabupaten Karangasem pada tahun awal periode penelitian.
Menurut Suyana Utama (2010:64) hasil perhitungan RPs dan RPr dapat diintreperetasikan sebagai berikut.
Tabel 2 Hasil kombinasi perhitungan RPr dan RPs
RPr RPs |
Positif (+) |
Negatif (-) |
Positif (+) |
Pertumbuhan sektor menonjol di Kabupaten Karangasem dan Provinsi Bali |
Pertumbuhan sektor menonjol di Kabupaten Karangasem dan belum menonjol di Provinsi Bali |
Negatif (-) |
Pertumbuhan sektor menonjol di Provinsi Bali dan belum menonjol di Kabupaten Karangasem |
Pertumbuhan sektor rendah di Provinsi Bali dan Kabupaten Karangasem |
Sumber: Suyana Utama, (2010: 64)
-
1) Nilai RPr > 1 akan diberi tanda positif (+) begitu pula sebaliknya, jika RPr < 1 maka tandanya akan negatif (-). RPr positif memiliki makna yaitu laju pertumbuhan suatu kegiatan ekonomi di Provinsi Bali lebih tinggi jika dibandingakan dengan laju pertumbuhan total pendapatan di Provinsi Bali. Sebaliknya jika RPr bernilai negatif maka laju pertumbuhan suatu kegiatan ekonomi di Provinsi Bali lebih kecil jika dibandingakan dengan laju pertumbuhan total pendapatan di Provinsi Bali.
-
2) Nilai RPs > 1 dinilai positif (+) dan nilai RPs < 1 dinilai negatif (-). RPs positif memiliki arti bahwa pertumbuhan kegiatan ekonomi pada suatu sektor di Kabupaten Karangasem lebih tinggi jika dibandingkan dengan pertumbuhan
kegiatan ekonomi pada suatu sektor di Provinsi Bali. Sebalikanya RPs negatif memiliki arti bahwa pertumbuhan kegiatan ekonomi pada suatu sektor di Kabupaten Karangasem lebih kecil jika dibandingkan dengan pertumbuhan kegiatan ekonomi pada suatu sektor di Provinsi Bali.
Analisis Overlay
Analisis Overlay dipakai untuk mendeskripsikan suatu sektor atau kegiatan ekonomi yang memiliki potensial dengan mengacu kepada kriteria pertumbuhan juga dengan kriteria keunggulan komparatif. Analisis Overlay ini memakai kombinasi dari hasil perhitungan RPs dengan mengkombinasikannya dengan hasil perhitungan dari LQ. Hasil kombinasi dapat dilihat pada Tabel G.2 (Suyana Utama, 2010: 67). Analisi overlay untuk melihat deskripsi kegiatan ekonomi yang potensial berdasarkan kriteria pertumbuhan dan kriteria keunggulan komparatif Hasil analisis Overlay memiliki empat kemungkinan yang dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3 Hasil Kombinasi RPs dan LQ
LQ RPs |
Positif (+) |
Negatif (-) |
Positif (+) |
Menunjukkan suatu sektor yang sangat dominan baik dilihat dari pertumbuhan dan keunggulan komparatif |
Menunjukkan suatu sektor yang memiliki pertumbuhan dominan akan tetapi tidak memiliki keunggulan komparatif |
Negatif (-) |
Menunjukkan suatu sektor yang pertumbuhannya kecil sedangkan memiliki keunggulan komparatif |
Menunjukkan suatu sektor yang tidak potensial baik dari pertumbuhan serta keunggulan komparatifnya |
Sumber: Suyana Utama, (2010: 67)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Kabupaten Karangasem
Karangasem merupakan kabupaten yang terletak di ujung paling timur Pulau Bali. Secara astronomis, kabupaten ini berada pada posisi 8000’00” – 8041’37,8” Lintang Selatan dan 115035’9,8” – 115054’8,9” BujurTimur yang membuatnya beriklim tropis layaknya wilayah lain di Provinsi Bali. Luas wilayah Kabupaten Karangasem mencapai 839,54 km2. Kabupaten Karangasem terdiri dari 8 kecamatan, yakni Kecamatan Rendang, Sidemen, Manggis, Karangasem, Abang, Bebandem, Selat, dan Kubu. Dari kedelapan kecamatan tersebut, Kubu merupakan kecamatan terluas di kabupaten ini. Berdasarkan data proyeksi penduduktahun 2016, jumlah penduduk di kabupaten Karangasem sebanyak 408.700 jiwa dengan komposisi 204.400 jiwa penduduk laki-laki (50,01 persen) dan 204.300 penduduk perempuan (49,99 persen). Kondisi ekonomi di Kabupaten Karangasem terdapat sektor yang paling banyak memberikan kontribusi adalah sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan. Sektor yang paling sedikit memberikan kontribusi terhadap PDRB Kabupaten Karangasem, yaitu sektor pengadaan listrik dan gas.
Analisis Location Quotient (LQ)
Hasil analisis LQ di Kabupaten Karangasem dapat di lihat pada Tabel 4, didapatkan hasil terdapat 6 sektor basis, sektor terebut yaitu sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, transportasi dan pegudangan, jasa keuangan, administrasi pemerintahan pertahanan dan jaminan sosial, dan jasa lainnya. Sektor pertanian merupakan sektor basis, namun pada tahun 2014 hingga 2015 LQ sektor
pertanian mengalami penurunan. Penurunan LQ sektor pertanian di Kabupaten
Karangasem disebakan oleh berkurangnya lahan pertanian di Kabupaten Karangasem, sehingga kontribusi sektor pertanian menjadi menurun. Seperti pada penelitian Aprilia (2015) menyatakan bahwa di Kabupaten Klungkung mengalami pergeseran struktur dari sektor pertanian ke sektor jasa di karenakan niai dari sekto pertanian negatif. Honin (2001) juga mendapatkan hasil bahwa tahun 1994 hinga 1999 Kabupaten Karangasem sektor potensialnya adalah sektor pertanian. Pada penelitian Agus (2013) yang di lakukan di Kabupaten Gianyar di dapat bahwa sektor potensial yang sama paa asng – masing kecamatan adalah sektor kerajinan patung kayu. O’donhogue (2012) mendapatkan hail bahwa sub sektor kelautan dan perikanan menawarkan penapatan yang lebih tinggi di bandingkan dengan karyawan di lokasi pesisir, oleh karena itu sektor kelautan dan perikanan merupakan sektor yang penting di Irlandia.
Sektor pertambangan dan penggalian adalah sektor basis, sektor pertambangan dan penggalian di Kabupaten Karangasem di sumbangkan seluruhnya berasal dari sub sektor pertambangan dan penggalian lainnya. Pertambangan dan penggalian lainnya itu adalah galian C yang produknya adalah pasir dan batu. Dilihat pada daa hasil olahan LQ sektor pertambangan dan penggalian pada tahun 2013 sampai dengan 2015 mengalami penurunan. Ini disababkan oleh dapak dari adanya peraturan pemerintah daerah yang melarang beroprasinya beberapa usaha/perusahaan pengalian mengingat kerusakan lingkungan yang ditimbulkan cukup berat. Pada penelitian yang dilakukan oleh
Widya (2014) di Kabupaten Gianyar juga mendapatkan hasih bahwa sektor
penambangan dan penggalian juga merupakan sektor potensial.
Tabel 4 Hasil Analisis LQ Kabupaten Karangasem Tahun 2012-2015
Kat agor i |
Lapangan usaha |
LQ |
LQ |
LQ |
LQ |
rata rata |
ta nd a |
2012 |
2013 |
2014 |
2015 | ||||
A |
Pertanian |
1.78 |
1.81 |
1.81 |
1.95 |
1.84 |
+ |
B |
Pertambangan dan Penggalian |
3.18 |
3.24 |
3.23 |
3.59 |
3.31 |
+ |
C |
Industri Pengolahan |
0.79 |
0.62 |
0.62 |
0.66 |
0.67 |
- |
D |
Pengadaan Listrik, Gas |
0.43 |
0.44 |
0.44 |
0.47 |
0.44 |
- |
E |
Pengadaan Air |
0.70 |
0.66 |
0.66 |
0.73 |
0.69 |
- |
F |
Konstruksi |
0.62 |
0.63 |
0.63 |
0.02 |
0.48 |
- |
G |
Perdagangan |
0.61 |
0.63 |
0.62 |
0.65 |
0.63 |
- |
H |
Transportasi dan Pergudangan |
1.87 |
1.95 |
2.05 |
2.26 |
2.03 |
+ |
I |
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum |
0.44 |
0.45 |
0.45 |
0.47 |
0.45 |
- |
J |
Informasi dan Komunikasi |
0.59 |
0.60 |
0.60 |
0.61 |
0.60 |
- |
K |
Jasa Keuangan |
1.02 |
1.05 |
1.05 |
1.11 |
1.06 |
+ |
L |
Real Estate |
0.95 |
0.97 |
0.97 |
1.03 |
0.98 |
- |
M, N |
Jasa Perusahaan |
0.68 |
0.70 |
0.69 |
0.74 |
0.70 |
- |
O |
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan sosial Wajib |
1.52 |
1.55 |
1.54 |
1.59 |
1.55 |
+ |
P |
Jasa Pendidikan |
0.45 |
0.46 |
0.46 |
0.49 |
0.47 |
- |
Q |
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial |
0.85 |
0.86 |
0.86 |
0.95 |
0.88 |
- |
R ,S ,T, U |
Jasa Lainnya |
1.31 |
1.34 |
1.33 |
1.41 |
1.35 |
+ |
Sektor transportasi dan pergudangan adalah sektor basis karena memiliki
nilai LQ lebih dari satu. Sektor transportasi dan pergudangan memiliki peranan sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi di Kabuaten Karangasem, karena Kabupaten Karangasem memiliki jalur transportasi darat, laut dan sungai. Apalagi dengan adanya Pelabuhan Padangabai yang merupakan pintu masuknya arus barang dan penumpang dari arah barat (Jawa) menuju timur (Nusa tenggara) mempu menjadi tempat penyebrangan bagi ratusan ribu penumpang, jutaan ton barang, dan ratusan ribu unit kendaraan. Jadi wajar saja nilai tambah yang diciptakan sangat besar.
Sektor jasa keuangan menjadi sektor basis di Kabupaten Karangasem,
karena sektor ini berperan penting di Kabupaten Karangasem, pada katalog Badan Pusat Statistik Kabupaten Karangasem 2016 PDRB Kabupaten Karangasem menurut lapangan usaha 2011 – 2015 laju pertumbuhan jasa keuangan dan asuransi mencapai 7,67 persen di tahun 2015. Selama 2012 – 2015, pertumbuhan tertinggi terjadi di tahun 2012 ke tahun 2013 data dapat di lihat pada lampiran 4, jadi sektor jasa keuangan memberikan peran yang penting sebagai sektor basis.
Administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib adalah sektor basis. Sektor ini meliputi kegiatan yang sifatnya pemerintahan, yang umumnya dilakukan oleh administrasi pemerintahan termasuk juga perundang – undangan dan penterjemahan hukum yang berkaitan dengan pengadilan dan menurut peraturannya. Menurut Tarigan (2005:33) secara tradisional kegiatan yang dapat dikatagorikan sebagai kegiatan basis adalah kegiatan pada administrasi pemerintahan dan pertahanan. Hal ini dikarenakan pemerintah daerah di Kabupaten Karangasem masih mendapatkan bantuan dana dari pemerintah provinsi dan pemerintah pusat untuk membiayai keperluannya, sehingga hal tersebut termasuk pendapatan dari luar daerah. Selain itu dalam kegiatan pertahanan bisa dilihat gaji dari pegawai pertahanan dan biaya operasionalnya berasal dari pemerintah pusat. Menurut katalog PDRB Kabupaten Karangasem menurut lapangan usaha 2011 – 2015, selama tahun 2010 hingga 2014 pertumbuhannya relatif stabil. Adapun kontribusinya di tahun 2015 sebesar 7,49 persen. Itu menandakan bahwa sektor administrasi pemerintahan, pertahanan, dan
jaminan sosial wajib memberikan kontribusi yang baik sebagai sektor basis di
Kabupaen Karangasem.
Jasa lainnya merupakan sektor basis di kabupaten karena sektor ini memiliki nilai lebih dari satu pada nilai LQ. Sektor ini memiliki pertumbuhan yang relatif kecil namun cukup stabil berdasarkan katalog PDRB Kabuparn Karangasem 2011 – 2015, sehingga sektor jasa lainnya menjadi sektor basis yang memberikan kontribusi yang baik bagi Kabupaten Karangasem.
Begitu pula dengan penelitian yang di lakukan oleh Erawati (2011) dengan alat analisis LQ mendapat hasil analisis bahwa sektor potensial yang dapat di kembangangkan di Kabupaten Klungkung adalah sektor jasa – jasa dan bangunan. Penelitian (Parimala, 2012) juga mendapatkan hasil bawah sektor pertanian di wilayah Vellore di India masih merupakan sektor basis karena daerah tersebut masih memiliki pertanian sebagai basis dalam perekonomiannya.
Sektor non basis Kabupaten Karangasem dalam rentang tahun 2012 – 2015 ada 11 sektor non basis yaitu, idustri pengolahan, pengadaan listrik, dan gas, pengadaan air, kontruksi, perdagangan, penyediaan akomodasi dan makanan dan minuman, informasi dan komunikasi, real estet, jasa perusahaan, jasa Pendidikan, dan jasa kesehatan dan kegiatan sosial. Sektor non basis tersebut merupakan sektor yang mendapatkan nilai LQ kurang dari satu. Sektor non basis ini tidak dapat memenuhi kebutuhan dan permintaan dan hanya dapat memenuhi kebutuhan lokal Kabupaten Karangasem.
Analisis Identifikasi Peran Sektor Usaha di Masa Mendatang (DLQ)
Dapat dilihat pada Tabel 4.5 hasil analisis DLQ menunjukan hasil yang memiliki nilai terbesar yaitu pada sektor pengadaan kistrik dan gas sebesar 23,66, kemudian diikuti sektor pengadaan air sebesar 10,24 dan sektor transportasi dan pergudangan sebesar 7,14. Sektor yang memiliki nilai nilai DLQ yang paling rendah adalah sektor informasi dan komunikasi sebesar 0,93. Sektor yang berperan dominan dihitung dengan alat analisis Dinamic Location Quotient (DLQ), hasil analisis DLQ di atan menunjukan hasil bahwa ada 13 sektor yang berperan dominan di Kabupaten Karangasem. Seperti pada penelitian wiwekananda (2016) ada enam sektor yang memiliki laju pertumbuhan sama dengan laju pertumbuhan di Provinsi Bali, yaitu sektor pertanian, industri pengolahan, konstruksi, pengangkutan dan komunikasi, keuangan real estat & jasa perusahaa, dan sektor jasa-jasa.
Tabel 5 Hasil Analisis dinamic Location Quotient (DLQ) Sektor-Sektor
Ekonomi Di Kabupaten Karangasem Tahun 2012-2015 (%)
Katagor |
Lapangan Usaha |
DLQ |
rata | |||
2012 |
2013 |
2014 |
2015 | |||
A |
Pertanian |
0.93 |
1.49 |
0.75 |
2.92 |
1.52 |
B |
Pertambangan dan Penggalian |
1.58 |
1.36 |
2.37 |
0.01 |
1.33 |
C |
Industri Pengolahan |
2.19 |
1.84 |
0.87 |
1.28 |
1.55 |
D |
Pengadaan Listrik, Gas |
1.11 |
1.86 |
0.47 |
91.20 |
23.66 |
E |
Pengadaan Air |
0.70 |
1.81 |
0.70 |
37.76 |
10.24 |
F |
Kontruksi |
1.46 |
1.65 |
0.13 |
2.89 |
1.53 |
G |
Perdagangan |
1.05 |
1.54 |
0.76 |
0.50 |
0.96 |
H |
Transportasi dan Pergudangan |
3.47 |
3.98 |
11.77 |
9.34 |
7.14 |
I |
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum |
1.19 |
1.73 |
0.51 |
0.69 |
1.03 |
J |
Informasi dan Komunikasi |
1.24 |
1.63 |
0.70 |
0.17 |
0.93 |
K |
Jasa Keuangan |
1.38 |
1.90 |
1.47 |
1.68 |
1.61 |
L |
Real Estate |
1.14 |
1.58 |
0.85 |
1.22 |
1.20 |
M,N |
Jasa Perusahaan |
0.45 |
1.67 |
0.82 |
1.00 |
0.99 |
O |
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan social |
0.34 |
3.00 |
0.96 |
0.22 |
1.13 |
P |
Jasa Pendidikan |
0.02 |
1.59 |
0.97 |
1.32 |
0.98 |
Q |
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial |
1.11 |
1.48 |
1.00 |
4.33 |
1.98 |
R,S,T,U |
Jasa Lainnya |
1.04 |
1.64 |
0.85 |
0.97 |
1.12 |
Sektor Pengadaan Listrik, Gas memiliki nilai DLQ 23,66 persen yang berarti sektor tersebut aalah sektor dominan. Seiring bertambahnya penduduk penggunaan listrik dan gas akan terus meningkat. Data PT.PLN (Persero) Ranting Karangasem menunjukan bahwa jumblah pelanggan pada tahun 2015 meningkat hingga 9,57 persen. Sedangkan besarnya pemakaian listrik mengalami kenaikan sebesar 5,64 persen (Kabupaten Dalam Angka, 2016).
Sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang dengan nilai DLQ sebesar 10,24 persen yang berarti sektor ini adalah sektor dominan. Menurut Kabupaten Karangasem Dalam Angka (2016) jumlah desa yang dilayani oleh jaringan PDAM yakni 65 desa, dan 13 desa lainnya belum dilayani oleh jaringan PDAM. Jumlah pelanggan PDAM Kabupaten Karangasem meningkat sebesar 6,86 persen. Hardjono (2009) juga menggunakan analisis Dinamic Location Quotient di Provinsi bali. Dalam penelitiannya di Provinsi Bali menyebutkan bahwa di Provinsi Bali sektor yang memiliki keunggulan komparatif yang tinggi adalah sektor listrik, gas dan air. Sektor Kontruksi memiliki nilai 1,53 peren sehingga sektor tersebut menjadi sektor dominan si Kabupaten Karangasem
Sektor Transportasi dan Pergudangan dengan nilai DLQ 7,14 persen menjadi sektor yang dominan. Sektor transportasi dan pergudangan menjadi
sektor dominan dikarenakan sktor ini memiliki peran yang penting terhadap sektor – sektor lainnya. Menurut Kabupaten Karangasem Dalam Angka (2016) kantor Kesyahbandaran Otoritas Pelabuhan Padangbai mencatat jumlah kunjungan kapal laut di Pelabuhan Padangbai pada tahun 2015 sebanyak 339.372 kedatangan dan 406.478 keberangkatan.
Analisi Model Rasio Pertumbuhan (MRP)
Tabel 4.6 Hasil Analisis Model Rasio Pertumbuhan Kabupaten Karangasem
Tahun 2012-2015
Katagori |
LAPANGAN USAHA |
Hasil |
Tanda | ||
RPs |
RPr |
RPs |
RPr | ||
A |
Pertanian |
3.91 |
0.440 |
+ |
- |
B |
Pertambangan dan Penggalian |
10.51 |
0.716 |
+ |
- |
C |
Industri Pengolahan |
-1.01 |
0.913 |
- |
- |
D |
Pengadaan Listrik, Gas |
165.63 |
0.929 |
+ |
- |
E |
Pengadaan Air |
194.58 |
0.522 |
+ |
- |
F |
Kontruksi |
-24.64 |
1.176 |
- |
+ |
G |
Perdagangan |
6.52 |
1.093 |
+ |
+ |
H |
Transportasi dan Pergudangan |
11.71 |
0.948 |
+ |
- |
I |
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum |
2.55 |
1.072 |
+ |
+ |
J |
Informasi dan Komunikasi |
6.48 |
1.241 |
+ |
+ |
K |
Jasa Keuangan |
15.60 |
1.313 |
+ |
+ |
L |
Real Estate |
12.40 |
0.960 |
+ |
- |
M,N |
Jasa Perusahaan |
66.95 |
0.861 |
+ |
- |
O |
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan sosial Wajib |
5.40 |
1.385 |
+ |
+ |
P |
Jasa Pendidikan |
14.58 |
1.402 |
+ |
+ |
Q |
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial |
38.07 |
1.480 |
+ |
+ |
R,S,T,U |
Jasa Lainnya |
35.30 |
0.958 |
+ |
- |
Ada 9 sektor yang hanya menonjol di Kabupaten Karangasem tidak di Provinsi bali (RPs nya positif sedangkan RPr nya negatif) dan 1 sektor hanya menonjol di Provinsi bali yaitu sektor kontruksi (RPs negatif dan RPr positif).
Dapat kita lihat di sektor pertanian hanya memiliki dominan di wilaya studi saja yaitu di Kabupaten Karangasem, sedangkan di Provinsi Bali sektor pertanian tidak dominan. Seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Manolis (2013) yang mendapatkan hasil bahwa peran sektor pertanian di Uni Eropa juga mengalami penurunan secara signifikan selama dekade terakhir dalam penelitiannya. Akan tetapi peranan sektor pertanian dalam menunjang adanya proses pembangunan tata ruang masing sangat penting. Pada penelitian Edwin (2017) yang di lakukan di Kabupaten Manggarai juga mendapatkan hasil MRP bahwa sektor komunikasi dan informasi memiliki nilai RPs dan RPr positif.
Tabel 4.7 Hasil kombinasi perhitungan RPr dan RPs
RPr RPs |
Positif (+) |
Negatif (-) |
Positif (+) |
-Perdagangan
-Administrasi pemerintahan pertahanan dan jaminan social, -Jasa pendidikan,
|
-Konstruksi |
Negatif (-) |
-Pertanian, Pertambangan dan Penggalian, -Pengadaan listrik dan gas, Pengadaan air, -Transportasi dan pergudangan,
-Jasa lainnya |
-Industri pengolahan |
Dari Tabel 4.6 didapatkan hasil sektor yang memiliki dominan pertumbuhan yang di tunjukan RPs dan RPr positif, yaitu sektor perdagangan, penyediaan akomodasi dan makanan dan minuman, informasi dan komunikasi, jasa keuangan, administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib,
jasa Pendidikan, dan jasa kesehatan dan kegiatan sosial. Pada peneliatia yang di lakukan oleh Mardiana (2016) di Kabupaten Tabanan juga mendapatkan hasil bahwa sektor yang memiliki RPs dan RPr positif yaitu sektor penyediaan akomodasi dan makanan dan minuman, informasi dan komunikasi, sektor perdagangan, administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib, jasa Pendidikan, jasa kesehatan dan kegiatan sosial.
Analisis Overlay
Hasil analisis overlay pada Tabel 4.7 menunjukkan bahwa sektor ekonomi yang sangat dominan dikembangkan sebagai sektor potensial di Kabupaten Karangasem adalahs sektor yang memiliki nilai LQ dan nilai MRP positif selama periode tahun 2012-2015. Ada 6 sektor yang memiliki dominan pertumbuhan dan keunggula komperatif, diantaranya adalah sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, transportasi dan pergudangan, jasa keuangan, administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib, dan jasa lainnya. Menurut Azimi (2013) sector pertambangan memainkan peran penting di sebagian besar negara dan bertindak sebagai landasa bagi pertumbuhan dan pembangunan yang menghasilkan bahan baku pada sektor lain seperti sektor industri dan sektor pertanian. Hassan (2006) menyatakan bahwa ketika nilai tukar pasar digunakan maka produksi sector pertanian di Mesir mengalami disinsentif. Pada penelitian Satrya (2015) juga mendapatkan hasil bahwa sektor potensial di Kabupaten Buleleng adalah sektor pertanian. Pada penelitian Erawati (2012) yang di lakukan di Kabupaten Klungkung juga mendapatkan hasil analisis Overlay pada sektor Bangunan dan Jasa – jasa. Sektor yang hanya memiliki dominan pertumbuhan ada
9 sektor antara lain sektor pengadaan listrik, gas, pengadaan air, perdagangan, penyediaan, akomodasi dan makan minum, informasi dan komunikasi, real estate, jasa perusahaan, jasa pendidikan, jasa kesehatan dan kegiatan sosial. Sektor yang tidak potensial dalam analisis ini ada 2 sektor yaitu industri pengelolahan dan sektor kontruksi.
Untuk menganalisis sektor potensial di Kabupaten Karangasem digunakan alat aalisis Overlay. Hasil yang di dapat pada analisis Overlay didapat 6 sektor yang memiliki dominan pertumbuhan dan keunggula komperatif, diantaranya adalah sektor pertanian, pertambangan dan penggalian Menurut Kabupaten Karangasem dalam angka 2016, hingga saat ini pertanian masih menjadi sektor utama pendukung perekonomian Karangasem. Hal ini ditunjukkan oleh besarnya share terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Karangasem yang menunjukkan nilai terbesar dibandingkan sektor lainnya. Peranan sektor ini tidak terlepas dari upaya Kabupaten Karangasem untuk mempertahankan penggunaan lahan khususnya untuk usaha pertanian.
Sektor transportasi dan pergudangan memiliki dominan pertumbuhan dan keunggulan komperatif sehingga menjadi sektor potensial di Kabupaten Karangasem. Dengan adanya Pelabuhan Padangbai sektor transportasi dan pergudangan memberikan dorongan pertumbuhan ekonomi bagi Kabupaten Karangasem. Slain itu transportasi juga sangan penting bagi sektor – sektor lainnya. Kabupaten Karangasem Dalam Angka (2016) menyatakan bahwa kunjungan kapal laut di Pelabuhan Padangbai mencapai 339.372 kedatangan dan 406.478 keberangkatan.
Sektor jasa keuangan merupakan sektor potensial di Kabupaten Karangasem karena berdasarkan analisis Overlay sektor jasa keuangan memiliki dominan pertumbuhan dan keunggulan komperatif. Sektor administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib adalah sektor potensial di Kabupaten Karangasem. Sektor ini memiliki dominan pertumbuhan dan keunggulan komperatif. Menurut Kabupaten Karangasem Dalam Angka (2016) sektor ini memberikan sumbangan yang cukup baik bagi perekonomian Kabupatenn Karangasem. Adanya Pelabuhan Padang Bai juga memberikan pemerintah Kabupaten Karangasem pendapatan dari perpajakan.
Tabel 4.8 Hasil Analisis Overlay Sektor Ekonomi di Kabupaten Karangasem Tahun 2012-2015
Katagori |
Lapangan Usaha |
RPs |
Rata-Rata |
Tanda | |
LQ |
RPs |
RLQ | |||
A |
Pertanian |
3.91 |
1.84 |
+ |
+ |
B |
Pertambangan dan Penggalian |
10.51 |
3.31 |
+ |
+ |
C |
Industri Pengolahan |
-1.01 |
0.67 |
- |
- |
D |
Pengadaan Listrik, Gas |
165.63 |
0.44 |
+ |
- |
E |
Pengadaan Air |
194.58 |
0.69 |
+ |
- |
F |
Kontruksi |
-24.64 |
0.48 |
- |
- |
G |
Perdagangan |
6.52 |
0.63 |
+ |
- |
H |
Transportasi dan Pergudangan |
11.71 |
2.03 |
+ |
+ |
I |
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum |
2.55 |
0.45 |
+ |
- |
J |
Informasi dan Komunikasi |
6.48 |
0.60 |
+ |
- |
K |
Jasa Keuangan |
15.60 |
1.06 |
+ |
+ |
L |
Real Estate |
12.40 |
0.98 |
+ |
- |
M,N |
Jasa Perusahaan |
66.95 |
0.70 |
+ |
- |
O |
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan sosial Wajib |
5.40 |
1.55 |
+ |
+ |
P |
Jasa Pendidikan |
14.58 |
0.47 |
+ |
- |
Q |
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial |
38.07 |
0.88 |
+ |
- |
R,S,T,U |
Jasa Lainnya |
35.30 |
1.35 |
+ |
+ |
Tabel 4.9 Hasil Kombinasi RPs dan LQ
LQ RPs |
Positif (+) |
Negatif (-) |
Positif (+) |
-Pertanian, Pertambangan dan Penggalian, -Transportasi dan pergudangan, -Jasa keuangan, -Administrasi pemerintahan, petahanan dan jaminan sosial wajib, -jasa lainnya. |
-Pengadaan lisrik dan gas, Pengadaan air, -Perdagangan, -Penyediaan akomodasi makanan dan minuman, -Informasi dan komunikasi,
|
Negatif (-) |
- |
-Industri pengolahan, -Konstruksi |
SIMPULAN
Sektor yang menjadi basis untuk dikembangkan di Kabupaten Karangasem dapat dibagi menjadi beberapa analisis yaitu.Analisis LQ untuk menentukan sektor unggulan, didapat hasil sebagai berikut: sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, transportasi dan pegudangan, jasa keuangan, administrasi pemerintahan pertahanan dan jaminan sosial, dan jasa lainnya. Analisis MRP yaitu alat analisis digunakan untuk mengukur membandingkan pertumbuhan pendapatan suatu sektor dalam wilayah yang lebih kecil dengan wilayah yang lebih besar didapatkan hasil yaitu, perdagangan, penyediaan akomodasi makanan dan minuman, informasi dan komunikasi, jasa keuangan, Administrasi
Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan sosial Wajib, jasa Pendidikan, dan jasa kesahatan dankegiatan sosial.
Sektor ekonomi yang berperan dominan di Kabupaen Karangasem berdasarkan hasil analisis DLQ ada 13 sektor ekonomi yang berperan dominan di Kabupaten Karangasem yaitu: 1) Sektor Pertanian, kehutanan, dan perikanan 1,52 persen ; 2) Pertambangan dan Penggalian 1,33 persen; 3) Industri Pengolahan 1,55 persen; 4) Pengadaan Listrik, Gas 23,66 persen; 5) Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 10,24 persen; 6) Kontruksi 1,53 peren; 7) Transportasi dan Pergudangan 7,14 persen; 8) Penyediaan Akomodasi dan Makanan Minuman 1,03 persen; 9) Jasa Keuangan 1,61 persen; 10) Real Estate 1,21 persen; 11) Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan sosial Wajib 1,13 persen; 12) Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1,98 persen; 13) Jasa Lainnya.
Sektor ekonomi yang potensial di Kabupaten Karangasem dalam rentang tahun 2012-2015 yang memiliki dominan pertumbuhan dan keunggulan komparatif. Sektor tersebut adalah sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, transportasi dan pergudangan, jasa keuangan, administrasi pemerintahan, pertahan dan jaminan sosial wajib, dan jasa lainnya.
SARAN
Sektor basis di Kabupaten Karangasem dapan meningkatkan pertumbuhan ekonomi jika Kabupaten Karangasem dapat mengoptimalkan sektor – sektor basis yang dimiliki, karena sektor basis yang di optimalkan dapat memeberikan
dorongan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Pengoptimalan ini dapat ilakukan
dengan cara memberikan akses yang mudah untuk mencapai sektor basis di Kabupaten Karangasem, dan membenahi infrastruktur yang ada di sektor basis. Sektor – sektor yang berperan dominan di Kabupaten Karangasem di harapkan mendapatkan perhatian lebih dari pemerintah Kabupaten Karangasem, sehingga jika sektor – sektor yang berperan dominan tersebut dapat memaksimalkan potensinya dan bsa berdampak pada sektor -sektor lainnya.
Sektor potensial merupakan sektor yang memiliki peranan yang cukup baik dalam pembangunan ekonomi, sektor potensial juga dapat memberikan dampak positif terhadap sektor lainnya sehingga meningkatkan pertumbuhan ekonomi, maka daripada itu pemerintah Kabupaten Karangasem sebaiknya memperhatikan dan meningkatkan akses anggaran yang dominan untuk meningkatkat sektor potensial yang dimiliki. Dengan memperhatikan dan meningkatkan sektor potensial, maka perekonomian Kabupaten Karangasem dapat ditingkatkan. Sektor potensial dapat ditingkatkan dengan cara memperbaiki infrastruktur seperti jalan menuju akses sektor potensial agar lebih mudah menuju sektor potensial, peningkatan sumber daya manusia, teknologi, pelatihan pembinaan dan teknologi, dan meningkatkan sarana dan prasarana.
Daftar Rujukan
Agus Triasta Putra, Komang. 2013. Kebutuhan Investasi Sektor Basis Industri Perkecamatan di Kabuaten Gianyar Dalam Rangka One Vilage One Produck. Jurnal Ekonomi Pembangunan, 2(12), h: 555-562.
Aprilia Kesuma, Ni Luh. 2015. Analisis Sektor Unggulan dan Pergeseran Pangsa Sektor-Sektor Ekonomi Kabupaten Klungkung. Jurnal Ekonomi Kuantitatif Terapan, 8 (1), pp: 100-107.
Ayu Widiastiti Srasvishta, Dewa. 2014. Pengaruh Sektor Potensial Terhadap Kesempatan Kerja di Kabupaten Bangli. Jurnal Ekonomi Pembangunan, 3 (4), h: 145 – 154
Azimi, Reza, dkk. (2013). Evaluating The Strategies of The Iranian Mining Sector Using a Integrated Model. Bulletin of Indonesian Economic Studies, pp: 456 – 466.
BPS Kabupaten Karangasem. 201. Katalog PDRB Lapangan Usaha 2011 - 2015. Karangasem
BPS Kabupaten Karangasem. 2014. Karangasem Dalam Angka 2014. Karangasem
------.2015. Karangasem Dalam Angka 2015. Karangasem.
------.2016. Karangasem Dalam Angka 2016. Karangasem
BPS Provinsi Bali. 2012. Bali Dalam Angka 2012. Denpasar.
------.2013. Bali Dalam Angka 2013. Denpasar.
------.2014. Bali Dalam Angka 2014. Denpasar.
------.2015. Bali Dalam Angka 2015. Denpasar.
------.2016. Bali Dalam Angka 2016. Denpasar.
Erawati, Ni Komang dan Mahaendra Yasa. 2012. Analisis Pola Pertumbuhan Ekonomi Dan Sektor Potensial Kabupaten Klungkung. http://ojs.unud.ac.id/index.php/EEB/article/view/3207/2304, diunduh tanggal 11 November 2016 14:00.
Edwin Ramda, Eduardo. 2017. Pergeseran Struktur Ekonomi dan Potensi Sektor Ekonomi Kabupaten Manggarai Periode 2010 – 2015. Juenran Ekonomi Pembangunan, 6(3), h: 312 – 336.
Haryanto, Sep. 2006. Percepatan Pengembangan Wilayah Melalui Implementasi Wilayah Pengmbangan (WP) Dan Hirarki Kota – Kota (Studi Kasus: Kabupaten Sumbang). Jurnal Pwk Unisba, Halaman 21 – 51
Hardjono. 2009. Pola Pengembangan Sektor Perekonomian Berbasis Agribisnis dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan di Provinsi Bali. Jurnal Ekuitas, 13 (1), pp: 61-83.
Hassan, R, D. Greenaway dan G. V. Red. 2006. Nominal dan offective protection in the Egyptian agricurtural sector: a multucomodity analysis. Bulletin of Indonesian Economic Studies, h: 483 – 492.
Honin, Hasael Yefta. 2001. Analisis Penentuan Sektor Potensial Di Kabupaten Karangasem Dan Kabupaten Jembrana Berdasarkan PDRB Tahun 1994 – 1999. Skripsi S1 Jurusan IESP Fakultas Ekonom Universitas Udayana
Jenifa Medah, Ginda dan I Wayan Wenagama. 2017. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Basis di Provinsi Bali. Jurnal Ekonomi Pembangunan, 6(3), h: 415 – 471.
Lawal, Tolu, And Abe Oluwatoyin. 2011. National Development in Nigeria: Issues, Challenges and Prospects. journal of public administration and policy research 3.9, pp: 237-241.
Mack, Richard and Jacobson, David. 1996. Core Periphery Analysis of the European Union: A Location Quotient Approach. Journal of Regional Analysis and Policy, 26 (1), pp: 3-21
Manolis, Christofakis and Andreas, Gkouzos. 2013. Regional Specialisation and Effeciency of the Agricultural Sector in Greece: The Relationship with Regional Funding Allocation. Journal of Regional and Sectoral Aconomic Studies, 13 (1), pp: 119-130.
Mardiana, I Wayan. 2016. Analisis Pergeseran Struktur Ekonomi Dan Sektor Unggulan Di Kabupaten Tabanan Provinsi Bali. Jurnal Ekonomi Pembangunan, 6(3), h: 414 – 444.
O’donoghue, Cathal dan niall Farrell. 2012. The Local Impact of The Marine Sector In Ireland: A Spatial Microsimulation Analysis. Bulletin of Indonesian Economic Studies, pp: 31 – 50.
Parimala and Lopez, Dahne. 2012. Decision Making in Agriculture Based on Land Suitability-Spatial Data Analysis Approach. Journal of Theoretical and Applied Information Technology, 45 (1), pp: 17-23.
Spolaore, Enrico, And Romain Wacziarg. 2013. How Deep Are The Roots Of Economic Development. Journal Of Economic Literature 51.2 , pp: 325369.
Sukirno, Sadono. 2010. Teori Pengantar Makroekonomi, Edisi ketiga. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Satrya Dharma Putra, dede dan I Nengah Kartika. 2015. Analisis Sektor Portensial dan Kesempatan Kerja Sektoral di Kabupaten Buleleng. Jurnal Ekonomi Pembanunan. 4(11) h: 1421 – 1444.
Suryana, 2000, Model Gravitasi sebagai Alat Pengukur Hiterland dari Central Placa: Satu Kajian Teoritik, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia. Yogyakarta: UGM.
Suyana Utama, Made. 2010. Ekonomi Regional. Fakultas Ekonomi Universitas Udayana: Denpasar.
Suyatno. 2002.Analisis Economic Base Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah Tingkat II Wonogiri. Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol 1, No. 2, Desember 2000: 144-159.
Tarigan, Robinson. 2005. Ekonomi Regional Teori dan Palikasi (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.
Todaro, Michel P. 1994. Ekonomi Pembangunan di Dunia Ketiga. Erlangga. Jakarta
------. 2000. Ekonomi Pembangunan di Dunia Ketiga edisi ke - 7. Erlangga: Jakarta
------. 2006. Ekonomi Pembangunana Edisi ke – 9. PT Gelora Aksara Pratama:
Widya Paramahita Devi, Ida Ayu. 2014. Analisis Kebutuhan Investasi Sektor Potensial di Kabupaten Buleleng. Jurnal Ekonomi Pembangunan. 3(12) h: 567 – 575.
Wiwekananda, Ida Bagus Putu. 2016. Transformasi Struktur Ekonomi dan Sektor Unggulan di Kabupaten Buleleng Periode 2008-2013. Jurnal Ekonomi Kuantitatif Terapan, 9(1), pp: 37-45
314
Discussion and feedback