PENGARUH FAKTOR SOSIAL EKONOMI TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN DAN PARTISIPASI KELUARGA NASABAH : STUDI KASUS BANK SAMPAH LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELURAHAN DAUH PURI, DENPASAR

Dewa Jati Primajana1

2

Anak Agung Bagus Putu Widanta2

  • 1,2Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana (Unud), Bali, Indonesia e-mail: dewaajati@gmail.com

ABSTRAK

Indonesia merupakan Negara dengan jumlah penduduk terbanyak ke-4 dengan jumlah penduduk 258 juta jiwa dan akan terus bertambah seiring dengan berjalannya waktu. Meningkatnya jumlah penduduk tentu akan meningkatkan jumlah konsumsi serta potensi bertambahnya volume sampah yang dihasilkan manusia setiap harinya. Pengelolaan sampah yang baik akan berdampak baik bagi lingkungan sekitar. Untuk mewujudkan hal tersebut keberadaan Bank Sampah tentu sangat dibutuhkan. Selain memberi dampat pada lingkungan sekitar, adanya Bank Sampah juga dapat menciptakan industri kreatif yang berdampak pada sosial ekonomi nasabah.

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Dauh Puri, Denpasar. Populasi dalam penelitian ini adalah warga yang terdaftar sebagai nasabah Bank Sampah dengan sampel menggunakan rumus slovin berjumlah 136 orang. Metode penentuan sampel menggunakan proporsionate stratified random sampling. Teknik analisis data yang digunakan adalah path analysis dan uji sobel untuk menganalisis pengaruh tidak langsung melalui variabel intervening.

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa tingkat pendidikan dan status pekerjaan berpengaruh positif dan signifikan, sedangkan usia berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kesejahteraan nasabah Bank Sampah Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Dauh Puri. tingkat pendidikan dan status pekerjaan berpengaruh positif dan signifikan, sedangkan usia, dan kesejahteraan berpengaruh negatif dan siginifikan terhadap tingkat partisipasi nasabah Bank Sampah Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Dauh Puri. Variabel partisipasi kerja merupakan variabel mediasi pengaruh secara tidak langsung dan signifikan tingkat pekerjaan, status pekerjaan dan usia terhadap kesejahteraan nasabah Bank Sampah Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Dauh Puri.

Kata Kunci: tingkat pendidikan, status pekerjaan, usia, kesejahteraan, partisipasi

ABSTRACT

Indonesia is the fourth most populous country with a population of 258 million peoples and will continue to grow over time. Increasing population will certainly increase the amount of consumption as well as the potential increase in the volume of waste produced by humans every day. Good waste management will have a good impact on the environment. To realize this the existence of Waste Bank is certainly very needed. In addition to providing a dampat on the surrounding environment, the Bank Trash can also create a creative industry that impact on the socio-economic customers.

This research was conducted in Kelurahan Dauh Puri, Denpasar. Population in this research is citizen registered as customer of Trash Bank with sample using slovin formula amounted to 136 peoples. The method of determining the sample using proporsionate stratified random sampling. Data

analysis technique used is path analysis and test of sobel to analyze indirect influence through intervening variable.

The result of hypothesis testing shows that education level and employment status have positive and significant influence, while age has negative and significant effect to the welfare of customer of Waste Bank of Community Empowerment Institute of Dauh Puri. The level of education and employment status have a positive and significant influence, while the age, and the welfare have a negative and significant impact on the level of customer participation of the Bank Dump Institute of Community Empowerment Dauh Puri. Work participation variable is the variable of indirect effect of mediation and significant level of work, employment status and age to the welfare of customers of Waste Bank Community Empowerment Institute Dauh Puri. Keywords: education level, employment status, age, welfare, participation

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan Negara dengan jumlah penduduk terbanyak ke-4 dengan jumlah penduduk 258 juta jiwa dan akan terus bertambah seiring dengan berjalannya waktu. Pada tahun 1980 jumlah penduduk Indonesia hanya berada di kisaran 179,37 juta jiwa, pada tahun 2005 mencapai 218,86 juta jiwa. Jumlah penduduk di Indonesia setiap tahun akan terus meningkat. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk tentu akan meningkatkan jumlah konsumsi serta potensi bertambahnya volume sampah yang akan dihasilkan oleh manusia setiap harinya. Selama ini pengelolaan sampah hanya sebatas pengumpulan, pengangkutan, dan pembuangan akhir sehingga terjadi penumpukan sampah yang berlebihan.

Pengolahan sampah yang baik dan benar tentu akan menciptakan lingkungan hidup yang bersih dan juga sehat. Selain dapat menciptakan lingkungan hidup yang bersih dan sehat, sampah yang dikelola dengan baik dan benar juga dapat menghasilkan sumber ekonomi bagi masyarakat. Menurut Suparmoko (2002,211) lingkungan hidup merupakan faktor terpenting bagi kehidupan manusia, karena memiliki tiga fungsi pokok yaitu : pertama sebagai penyedia bahan mentah (Sumber

Daya Alam), kedua sebagai sumber kesenangan yang bersifat alami, dan fungsi yang ketiga yaitu lingkungan menyediakan diri sebagai tempat untuk menampung dan mengolah limbah yang secara alami. Cepatnya pelaksanaan pembangunan di Indonesia, membuat ketiga fungsi dari lingkungan hidup tersebut tidak berjalan dengan baik. Purwanti (2015) menyatakan bahwa pembangunan yang dilaksanakan secara terus-menerus tentunya dapat membawa dampak negatif maupun dampak positif bagi lingkungan. Salah satu dampak negatif dari pembangun tersebut yaitu mengakibatkan pola konsumsi masyarakat berubah yang menimbulkan berbagai permasalahan lingkungan dimana masalah utama yang ditimbulkan adalah permasalahan sampah. Menurut Azwar (1990) sampah merupakan sebagian dari suatu yang tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang harus dibuang dimana pada umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan masyarakat, tetapi bukan biologis dan umumnya bersifat padat. Padahal, sampah itu sendiri sejatinya dapat dimanfaatkan sebagai alat pemenuhan kebutuhan, seperti sampah organik atau sampah yang bisa terurai dapat dijadikan sebagai pakan ternak, pupuk kompos, biogas, dsb. dan adapun sampah anorganik atau sampah yang tidak mudah terurai seperti plastik, kaca, besi, kardus, kertas, kaleng, ember, tembaga, kuningan, aluminium, dan lainnya itu juga dapat didaur ulang. Selain dapat didaur ulang, sampah anorganik tersebut juga memiliki nilai jual, maka dari itu banyak masyarakat Indonesia yang berprofesi sebagai pemulung dan pengepul sampah.

Sampah yang menumpuk menimbulkan dampak eksternalitas bagi lingkungan. Eksternalitas lingkungan didefinisikan sebagai manfaat dan biaya yang

ditunjukkan oleh perubahan lingkungan secara fisik hayati (Owen, 2004). Penanggulangan sampah harus menjadi prioritas dan sangat dibutuhkan keseriusan untuk mengatasi produksi sampah yang terus meningkat. Peran serta masyarakat tentu sangat dibutuhkan dalam menanggulangi sampah itu sendiri, hal ini dikarenakan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) akan terus menyempit seiring dengan meningkatnya volume sampah.

Di Provinsi Bali Penumpukan sampah dapat dilihat di daerah seputaran Jalan Tol Bali Mandara dan Sesetan. Terlihat penumpukan sampah yang berlebihan sehingga dari kejauhan terlihat seperti gunung. Sampah tersebut berasal dari 4 Kabupaten di Bali yaitu Kabupatern Gianyar, Kabupaten Badung, Kabupaten Tabanan, dan Kota Madya Denpasar oleh institusi yang bertanggung jawab atas masalah sampah dan kebersihan lingkungan. Peningkatan volume sampah tentu akan mengakibatkan tercemarnya sumber daya yang dapat diperbaharui seperti air dan udara. Tercemarnya sumber daya terbarukan tentu akan mengurangi kemampuan dari sumber daya terbarukan untuk menyerap dan mereduksi racun yang diakibatkan oleh aktivitas masyarakat. Penumpukan sampah yang berlebihan tentu akan menyebabkan dampak pada berbagai aspek, terutama dibidang sosial dan ekonomi. Oleh Karena, itu sangat diperlukan suatu metode pengolahan sampah baru guna untuk mengubah metode pengolahan sampah yang lama. Dimana metode lama yaitu mengumpulkan, mengangkut, lalu membuang diganti dengan metode yang baru yaitu mengumpulkan, mengolah, dan memanfaatkan.

Menurut undang-undang Nomor 81 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah beserta Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 mengamanatkan perlunya perubahan paradigma yang mendasar dalam pengelolaan sampah yaitu paradigma kumpul-angkut-buang menjadi yang bertumpu pada pengurangan sampah dan penanganan sampah. kegiatan pengurangan sampah bermakna agar seluruh lapisan masyarakat, baik pemerintah, dunia usaha maupun masyarakat luas melaksanakan kegiatan timbunan sampah, pendauran ulan dan pemanfaatan kembali sampah atau dikenal juga dengan sebutar 3R atau Reduce, Reuse, dan Recycle melalui upaya-upaya cerdas, efisien dan terprogram. Pada kenyataannya kegiatan 3R masih menghadapi kendala, dimana kendala utama dari kegiatan 3R yaitu mengenai rendahnya kesadaran masyarakat untuk memilah sampah. adapun solusi untuk mengatasi masalah tersebut yaitu melalui pengembangan Bank Sampah dimana Bank Sampah sendiri merupakan kegiatan yang bersifat social engineering dengan cara memberi pelatihan kepada masyarakat untuk memilah sampah serta menumbuhkan kesadaran masyarakat dalam mengolah sampah secara bijaksana dan pada akhirnya akan dapat mengurangi sampah yang diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Pendirian Bank sampah diharapkan akan mampu menjadikan Bank Sampah untuk menjadi media awal untuk membina kesadaran kolektif masyarakat untuk memulai memilah, mendaur-ulang, dan memanfaatkan sampah, hal ini dikarenakan sampah juga memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Sehingga diharapkan pengolahan sampah yang berwawasan lingkungan akan menjadi budaya baru di Indonesia.

Bank Sampah selain sebagai media untuk memilah sampah, dan memanfaatkan sampah, Bank Sampah juga bisa berperan sebagai sarana pemanfaatan bagi produsen untuk produk dan kemasan produk yang masa pakainya sudah habis. Peran pemerintah dalam mengelola sampah juga akan menjadi tanggung jawab masyarakat. Bank Sampah diharapkan dapat mengurangi volume sampah yang dibuang ke TPA menjadi berkurang. Penerapan prinsip 3R sebisa mungkin dapat menyelesaikan masalah sampah secara terstruktur dan menyeluruh sehingga tujuan akhir kebijakan pengelolaan sampah di Indonesia dapat terlaksana dengan baik.

Di Bali pada terjadi penumpukan sampah yang cukup tinggi, penumpukan sampah itu sendiri diakibatkan dari pola konsumsi masyarakat yang sangat tinggi dan disertai dengan kurangnya kesadaran masyarakat untuk menggunakan kembali barang yang masih dapat digunakan seperti halnya kantong plastik, botol minuman. Masyarakat di Bali cenderung membuang barang yang dianggap tidak berguna sehingga menjadi sampah. Penumpukan sampah tersebut menimbulkan dampak negatif bagi mahluk hidup dan lingkungan terutama pada bidang kesehatan baik itu kesehatan mahluk hidup dan lingkungan itu sendiri. Bahaya kesehatan yang ditimbulkan pada mahluk hidup khususnya manusia yaitu demam berdarah, diare, kolera, tifus dengan cepat menyebar karena virus dari sampah yang menumpuk. Sedangkan dampak negatif yang ditimbulkan bagi lingkungan adalah tercemarnya udara dan air tanah. Menurut Nuryani (2012) sampah ditimbulkan karena kepadatan penduduk terus mengalami peningkatan.

Denpasar merupakan ibu Kota Provinsi Bali yang terkenal sebagai pusat pertumbuhan ekonomi dari berbagai sektor terutama pada sektor industri di Provinsi Bali. Kota Denpasar sendiri memiliki empat kecamatan yaitu : Kecamatan Denpasar Barat, Kecamatan Denpasar Timur, Kecamatan Denpasar Selatan, dan Kecamatan Denpasar Utara. Denpasar sendiri menduduki peringkat pertama sebagai daerah dengan jumlah penduduk terpadat di Provinsi Bali dari tahun 2010 sampai dengan 2015 menurut Proyeksi Penduduk Bali seperti pada tabel 1.1.

Tabel 1 Jumlah Penduduk Provinsi Bali Tahun 2010-2015 per Kabupaten/Kota (ribu jiwa)

No

Kabupaten

Jumlah Penduduk

2010

2011

2012

2013

2014

2015

1

Jembrana

262,6

264,4

266,2

268,0

269,8

271,6

2

Tabanan

422,3

425,1

427,8

430,6

433,3

435,9

3

Badung

546,7

560,9

575,0

589,0

602,7

616,4

4

Gianyar

471,6

476,5

481,2

486,0

490,5

495,1

5

Klungkung

171,1

172,2

172,9

173,9

174,8

175,7

6

Bangli

216,1

217,4

218,7

220,0

221,3

222,6

7

Karangasem

397,8

400,0

402,2

404,3

406,6

408,7

8

Buleleng

626,2

630,3

634,3

638,3

642,3

646,2

9

Denpasar

793,0

810,9

828,9

846,2

863,6

880,6

TOTAL

3.907,4

3.957,6

4.052,2

4.056,3

4.104,9

4.152,8

Sumber : BPS Provinsi Bali, 2015

Tabel 1 menunjukkan bahwa Kota Denpasar merupakan daerah dengan jumlah penduduk terpadat di Provinsi Bali dari tahun 2010-2015 dengan jumlah penduduk sebanyak 793,0 ribu jiwa pada tahun 2010 dan terus bertambah dan menjadi 880,6 ribu jiwa pada tahun 2015. Buleleng berada pada peringkat kedua dengan jumlah penduduk sebanyak 626,2 ribu jiwa pada tahun 2010 dan menjadi 646,2 ribu jiwa pada tahun 2015. Daerah dengan jumlah penduduk terendah dipegang

oleh Klungkung dengan jumlah penduduk sebanyak 171,1 ribu jiwa pada tahun 2010 dan menjadi 175,7 ribu jiwa pada tahun 2015. Berikut pada tabel 2 merupakan proyeksi jumlah penduduk berdasarkan kecamatan yang ada di Kota Denpasar dari tahun 2010-2015.

Tabel 2 Jumlah Penduduk Kota Denpasar Menurut Kecamatan Tahun 20102015 (jiwa)

No

Kecamatan

Jumlah Penduduk

2010

2011

2012

2013

2014

2015

1

Denpasar Selatan

246.310

253.090

259.880

266.420

273.090

279.640

2

Denpasar Timur

139.130

141.610

144.110

146.510

148.890

151.200

3

Denpasar Barat

230.720

235.690

240.730

245.580

250.440

255.160

4

Denpasar Utara

176.840

180.510

184.180

187.690

191.180

194.600

TOTAL

793.000

810.900

828.900

846.200

863.600

880.600

Sumber : BPS Kota Denpasar, 2015

Tabel 2 menunjukkan bahwa kecendrungan penduduk pada Kota Denpasar cenderung meningkat. Kecamatan Denpasar Selatan berada pada peringkat pertama dengan jumlah penduduk tertinggi di Kota Denpasar dengan jumlah penduduk sebanyak 279.640 jiwa pada tahun 2015. Peringkat kedua diduduki oleh Denpasar Barat dengan jumlah penduduk 230.720 jiwa pada tahun 2010 dan meningkat menjadi 255.160 pada tahun 2015. Sedangkan jumlah penduduk terendah diduduki

oleh Kecamatan Denpasar Timur dengan jumlah penduduk 151.200 jiwa pada 2015. Peningkatan jumlah penduduk di Kota Denpasar akan berpengaruh pada peningkatan volume sampah yang ada di Denpasar.

Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Denpasar menyatakan bahwa volume sampah di Denpasar terus meningkat dari tahun 2010-2015. Berikut pada tabel 1.3 adalah proyeksi volume sampah dari tahun 2010-2015 pada masing-masing kecamatan di Kota Denpasar.

Tabel 3 Volume Sampah di Kota Denpasar Menurut Kecamatan Tahun 20102015 (m3)

No

Kecamatan

Volume Sampah

2010

2011

2012

2013

2014

2015

1

Denpasar Selatan

985

1.012

1.039

1.065

1.092

1.119

2

Denpasar Timur

556

566

576

586

595

605

3

Denpasar Barat

922

942

962

982

1.001

1.021

4

Denpasar Utara

707

722

736

750

764

774

TOTAL

2.521

2.583

2.634

2.634

2.743

3.519

Sumber : DKP Kota Denpasar 2014

3

Berdasarkan Tabel 3 Kota Denpasar menghasilkan sampah sebanyak 2.521 m3 dan terus meningkat menjadi 3.519 m3 pada tahun 2015. Daerah dengan jumlah volume sampah terbanyak adalah Kecamatan Denpasar Selatan yang mencapai 1.119 m3 pada tahun 2015. Sedangkan daerah dengan volume sampah tertinggi kedua adalah daerah Denpasar Barat dengan jumlah sampah mencapai 1.021 m3.

Berawal dari masalah sampah tersebut, pemerintah Kota Denpasar mendorong masyarakat Kota Denpasar untuk mendirikan bank sampah. Bank sampah telah menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk berperan serta ambil bagian dalam pengelolaan sampah. Bank Sampah merupakan salah satu stimulan kesadaran

masyarakat tentang pentingnya pengelolaan dan pendayagunaan sampah guna menciptakan lingkungan yang bersih, sehat, serta mampu memberi dampak positif bagi masyarakat yang menjadi nasabah. Dengan adanya bank sampah tentunya akan mampu menambah kesadaran warga tentang pengelolaan sampah. Adapun jumlah Bank Sampah di Kota Denpasar sampai dengan tahun 2016 yaitu sebanyak 62 Bank sampah yang tersebar di setiap kecamatan. Berikut tabel 4 adalah jumlah Bank Sampah di Kota Denpasar pada tahun 2016.

Tabel 4 jumlah Bank Sampah di Kota Denpasar menurut kecamatan tahun 2016

No

Kecamatan

Jumlah

1

Denpasar Selatan

17

2

Denpasar Timur

19

3

Denpasar Barat

8

4

Denpasar Utara

18

total

62

Sumber : DKP Kota Denpasar 2016

Pada tabel 4 menunjukkan bahwa pada tahun 2016 Kecamatan Denpasar Timur adalah kecamatan dengan jumlah Bank Sampah terbanyak, sedangkan Kecamatan dengan jumlah Bank Sampah paling sedikit adalah Denpasar Barat. Kecamatan Denpasar Barat merupakan Kecamatan dengan volume sampah tertinggi kedua di Kota Denpasar, sedangkan jumlah Bank sampah yang di miliki Kecamatan Denpasar Barat paling sedikit. Hal ini tentunya dapat menghambat warga Kecamatan Denpasar Barat dalam mengolah sampah serta melestarikan lingkungan Karena ketimpangan jumlah Bank Sampah dengan volume sampah di Denpasar Barat. Melihat hal tersebut Kelurahan Dauh Puri Tergerak untuk mendirikan Bank Sampah

di Kelurahan Dauh Puri. Bank Sampah di Kelurahan Dauh Puri berdiri sejak tahun 2015.

Kelurahan Dauh Puri sendiri merupakan wilayah yang berpenduduk heterogen. Penduduk Heterogen merupakan penduduk yang terdiri dari berbagai latar belakang seperti kebudayaan, ras (etnik), bahasa, ideologi, status sosial, dan lain-lain (Eko Sujatmiko, 2014:182) Kelurahan Dauh Puri memiliki luas wilayah 59.800 Ha yang dibagi menjadi 8 (delapan) lingkungan. Dengan batas wilayah, di sebelah utara berbatasan dengan Desa Dauh Puri Kangin dan Kelurahan Dangin Puri, Di sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Pemecutan, di sebelah selatan berbatasan dengan Desa Dauh Puri Kelod dan Dauh Puri Kauh, dan di sebelah timur berbatasan dengan Desa Dangin Puri Kelod dan Panjer.

Tabel 5 Luas Wilayah Kelurahan Dauh Puri Berdasarkan Lingkungan

No.

Lingkungan

Luas ( Km2 )

1

Lingkungan Pekambingan

0,1016

2

Lingkungan Catur Panca

0,0837

3

Lingkungan Pelita Sari

0,0478

4

Lingkungan Kartika

0,0299

5

Lingkungan Chandra

0,1060

6

Lingkungan Wirasatya

0,0657

7

Lingkungan Kirana

0,0897

8

Lingkungan Eka Paksi

0,0736

Sumber : Statistik Kelurahan Dauh Puri 2010

Berdasarkan tabel 1.5 terlihat bahwa Lingkungan yang paling luas wilayahnya adalah Lingkungan Pekambingan yakni seluas 0,1016 km2 dan yang terkecil luas wilayahnya adalah Lingkungan Kartika dengan luas wilayahnya yaitu 0,0299 km2. Wilayahnya yang luas sebanding dengan pertumbuhan penduduknya dimana pada

tahun 2009 jumlah penduduknya sebanyak 10.682 orang dan meningkat menjadi 10.719 pada 2010 (profil Kelurahan Dauh Puri tahun 2010). Hal ini tentunya akan mengakibatkan bertambahnya pola konsumsi masyarakat yang cukup signifikan seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Dengan demikian volume sampah juga akan terus meningkat.

Terbentuknya Bank Sampah Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Kelurahan Dauh Puri menjadi salah satu indikator kesadaran dari masyarakat akan pentingnya lingkungan yang bersih dan sehat. Bank Sampah Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Kelurahan Dauh Puri sendiri berdiri pada tahun 2014, dengan jumlah nasabah yaitu sebanyak 136 orang. Jenis sampah yang diterima di Bank Sampah Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Kelurahan Dauh Puri adalah kardus, kertas, gelas/botol plastik, logam, botol kaca, sampah karet, barang elektronik. Harga dari sampah yang di setorkan bervariatif mulai dari Rp. 300,-sampai dengan Rp. 4000,- per kilonya.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai apakah faktor tingkat pendidikan, status pekerjaan, usia dan kesejahteraan berpengaruh terhadap partisipasi nasabah di Bank Sampah Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Dauh Puri.

METODE PENELITIAN

Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik analisis jalur (path analysis). Teknik analisis ini digunakan dalam menguji besarnya

kontribusi yang ditunjukan oleh koefisien jalur pada settiap diagram jalur dari hubungan kausal atau sebab akibat antara variabel independen terhadap variabel dependen. Model penelitian digambarkan sebagai berikut :

Gambar 1 Model Penelitian

Sumber: Gambar Diolah Peneliti, 2017

Penelitian ini dilakukan di kelurahan Dauh Puri,kecamatan Denpasar Barat, karena Denpasar Barat memiliki volume sampah terbesar kedua namun memiliki bank sampah terendah di Denpasar. Adapun variable yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan, status pekerjaan, usia, kesejahteraan, dan partisipasi. Menurut Hendrayadi (2015,121) populasi adalah sekelompok orang, kejadian, atau benda yang memiliki karakteristik tertentu dan dijadikan obyek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anggota bank sampah yang ada di kelurahan Dauh Puri. Menurut Wirawan, (2002,110) sampel adalah sebagian

dari populasi yang karakteristiknya hendak diselidiki. Sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 58 orang. Didapat dengan menggunakan rumus slovin sebagai berikut :

N n 1 + Ne2

Keterangan :

n     = jumlah sampel

N    = Jumlah populasi

E     = perkiraan tingkat kesalahan (10%)

Berdasarkan jumlah anggota populasi penelitian dengan menggunakan nilai kritis (e)

10% maka jumlah sampel yang diambil menurut Slovin adalah :

N n =------

n 1 + Ne2

136 n =---------—

1 + (136.0,102)

n = 57,63 (dibulatkan menjadi 58)

Sampel dalam penelitian ini dibagi kedalam beberapa kelompok sesuai dengan

jumlah lingkugan di Kelurahan Dauh Puri. Pembagian sampel sebagai berikut :

Tabel 6 jumlah responden berdasarkan lingkungan

No.

Lingkungan

Jumlah

nasabah

Jumlah

responden

1

Lingkungan Pekambingan

56

24

2

Lingkungan Catur Panca

29

12

3

Lingkungan Pelita Sari

15

6

4

Lingkungan Kartika

6

3

5

Lingkungan Chandra

7

3

6

Lingkungan Wirasatya

9

4

7

Lingkungan Kirana

9

4

8 Lingkungan Eka Paksi

5

2

total

136

58

Sumber: Data Diolah, 2017

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 7

Ringkasan Koefisien Jalur

Regresi

Koef. Regresi Estándar

Stándar Eror

t Hitung

p Value

Keterangan

X1 → Y1

341.691,97

72.162,38

4,735

0,000

Signifikan

X2 → Y1

1,356E6

471.778,92

2,875

0,006

Signifikan

X3 → Y1

-58.766,67

28.819,39

-2,039

0,046

Signifikan

X1 → Y2

0,148

0,046

3,256

0,002

Signifikan

X2 → Y2

1,075

0,269

4,001

0,000

Signifikan

X3 → Y2

-0,039

0,016

-2,450

0,018

Signifikan

Y1 → Y2

-3,917E-8

0,000

-0,542

0,590

Tidak Signifikan

Sumber : Hasil Penelitian 2017 (data diolah)

Keterangan:

  • X1    = Tingkat Pendidikan

  • X2    = Status Pekerjaan

X3    = Usia

  • Y1    = Kesejahteraan

  • Y2    = Partisipasi

Tabel 7 menjelaskan bahwa variabel Tingkat Pendidikan (X1), Status Pekerjaan (X2), dan Usia (X3) berpengaruh signifikan terhadap Kesejahteraan (Y1) dan variabel Partisipasi (Y2). Berdasarkan koefisien jalur di atas, maka dapat dibuat diagram jalur seperti dibawah ini.

Gambar 2 Validasi Diagram Jalur Akhir Sumber: Gambar Diolah Peneliti, 2017

Berdasarkan Gambar 2 dapat dihitung pengaruh langsung, pengaruh tidak

langsung dan pengaruh total antar variabel sebagai berikut.

Tabel 4.7 Hasil Pengaruh Langsung, Pengaruh Tidak Langsung dan Pengaruh Total Variabel Variabel Tingkat Pendidikan (X1), Status Pekerjaan (X2), Usia (X3), Tingkat Kesejahteraan (Y1), dan Partisipasi (Y2).

Hubungan Variabel

Pengaruh

Langsung

Tidak Langsung

Total

X1 ÷ Y1

341.691,97

-

0,940

X1 ÷ Y2

0,148

1,34x1014

1,488x1014

X2 ÷ Y1

1,356E6

-

0,519

X2 ÷ Y2

1,075

5,29x1014

6,365x1014

X3 ÷ Y1

-58.766,67

-

-0,776

X3 ÷ Y2

-0,039

-2,30x1013

-2.339x1013

Y1 ÷ Y2

-3,917E-8

-

-0,228

Sumber: Persamaan Struktural 1 dan Struktural 2

Nilai unstandardized coefficient β sebesar 341.691,97 dan nilai probabilitas sebesar 0,000 < 0,10. Hal ini berarti H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini menunjukan bahwa Tingkat Pendidikan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kesejahteraan Nasabah Bank Sampah di Bank Sampah LPM Dauh Puri. Nilai β sebesar 341.691,97 (dibulatkan menjad 341.691) memiliki arti bahwa setiap kenaikan tingkat pendidikan maka kesejahteraan akan meningkat sebesar Rp 341.691.

Nilai unstandardized coefficient β sebesar 1,356E6 dan nilai probabilitas sebesar 0,006 < 0,10. Hal ini berarti H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini menunjukan bahwa Status Pekerjaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kesejahteraan Nasabah Bank Sampah di Bank Sampah LPM Dauh Puri. Nilai β sebesar 1,356E6 (1.356.000) memiliki arti bahwa responden dengan pekerjaan tetap kesejahteraanya lebih besar Rp 1.356.000 dari responden yang memiliki pekerjaan tidak tetap.

Nilai unstandardized coefficient β sebesar -58.766,67 dan nilai probabilitas sebesar 0,046 < 0,10. Hal ini berarti H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini menunjukan bahwa usia berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Kesejahteraan Nasabah Bank Sampah di Bank Sampah LPM Dauh Puri. Nilai β sebesar -58.766,67 (dibulatkan menjadi – 58.767) memiliki arti bahwa meningkatnya usia berpengaruh terhadap

Nilai unstandardized coefficient β sebesar 0,148 dan nilai probabilitas sebesar 0,002 < 0,10. Hal ini berarti H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini menunjukan bahwa tingkat pendidikan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Partisipasi Nasabah Bank Sampah di Bank Sampah LPM Dauh Puri. Nilai β sebesar 0,148 memiliki arti bahwa 14,8% partisipasi dipengaruhi oleh tingkat pendidikan responden.

Nilai unstandardized coefficient β sebesar 1,075 dan nilai probabilitas sebesar 0,000 < 0,10. Hal ini berarti H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini menunjukan bahwa status pekerjaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Partisipasi Nasabah Bank Sampah di Bank Sampah LPM Dauh Puri. Nilai β sebesar 1,075 (dibulatkan menjadi 1) memili arti bahwa partisipasi respoden dengan pekerjaan tetap lebih banyak 1 orang daripada responden dengan pekerjaan tidak tetap.

Nilai unstandardized coefficient β sebesar -0,039, dan nilai probabilitas sebesar 0,018 < 0,10. Hal ini berarti H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini menunjukan bahwa usia berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Partisipasi Nasabah Bank Sampah di Bank Sampah LPM Dauh Puri. Nilai β sebesar -0,039 memiliki arti bahwa meningkatnya usia akan mengurangi keinginan untuk berpartisipasi sebesar 3,9%.

Nilai unstandardized coefficient β sebesar -3,917E-8 dan nilai probabilitas sebesar 0,590 < 0,10. Hal ini berarti H0 diterima dan H1 ditolak. Hal ini menunjukan bahwa Kesejahteraan tidak berpengaruh negatif terhadap Partisipasi Nasabah Bank Sampah di Bank Sampah LPM Dauh Puri.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

  • 1    Usia dan kesejahteraan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap partisipasi, sedangkan tingkat Pendidikan dan status pekerjaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap partisipasi nasabah Bank Sampah LPM Dauh Puri.

Meningkatnya usia dan kesejahteraan menyebabkan partisipasi untuk menabung sampah menurun, sedangkan meningkatnya tingkat Pendidikan dan status pekerjaan kan meningkatkan partisipasi nasabah dalam menabung samapah di Bank Sampah LPM Dauh Puri.

  • 2    Usia berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kesejahteraan nasabah Bank Sampah LPM Dauh Puri, sedangkan tingkat pendidikan dan status pekerjaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesejahteraan nasabah Bank Sampah LPM Dauh Puri. Meningkatnya usia menyebabkan kesejahteraan menurun, sedangkan meningkatnya tingkat Pendidikan dan status pekerjaan menyebabkan meningkatnya kesejahteraan nasabah Bank Sampah LPM Dauh Puri.

  • 3    Kesejahteraan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap partisipasi. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat kesejahteraannya maka partisipasi dalam program Bank Sampah LPM Dauh Puri akan semakin menurun.

Saran

  • 1    Diharapkan adanya pembinaan bagi anggota bank sampah untuk mencipakan produk berbasis sampah yang menarik dan memiliki nilai jual yang lebih tinggi sehingga mampu memberi lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat yang menjadi nasabah dari Bank Sampah LPM Dauh Puri. Dengan menciptakan produk berbasis sampah yang memiliki nilai jual tinggi tentunya akan dapat mengubah pola pikir masyarakat yang sebelumnya memandang sampah sebagai

suatu barang yang tidak ada nilainya, menjadi memiliki pola pikir terhadap sampah yang mempunyai nilai lebih.

  • 2    Pemerintah kota diharapkan mampu memberi wadah bagi bank sampah untuk menjual sampahnya dengan harga yang stabil, sehingga bank sampah tidak perlu mencari-cari pengepul lagi. Dengan harga yang stabil dan tempat yang pasti tentunya akan memberi kemudahan bagi pengelola Bank Sampah untuk memberi harga bagi sampah yang ditabung, sehingga hal ini diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan bagi nasabah Bank Sampah.

  • 3    Diharapkan nantinya Bank Sampah mampu menambah waktu operasional dalam menabung sampah. Saat ini waktu operasional Bank Sampah hanya tersedia pada hari Minggu saja. Hal ini tentunya memberi dampak yang kurang baik bagi nasabah, terutama nasabah yang posisi rumahnya jauh dari Bank Sampah, khususnya di Bank Sampah LPM Dauh Puri. Dengan meningkatkan waktu operasional Bank Sampah diharapkan dapat menarik minat masyarakat yang belum menjadi nasabah

REFERENSI

Ach. Wazir Ws., et al., ed. (1999). Panduan Penguatan Menejemen Lembaga Swadaya Masyarakat. Jakarta: Sekretariat Bina Desa dengan dukungan AusAID melalui Indonesia HIV/AIDS and STD Prevention and Care Project.

Amini,Rohmiati dan Yuliana,Baiq.2015. Analisis Pengaruh Partisipas i Masyarakat

Pesisir (CCDP-IFAD) Terhadap Kemiskinan Di Kabupaten Lombok Barat.

Anonim, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

Adiana, Pande Putu Erwin dan Karmini Ni Luh. 2013. Pengaruh Pendapatan, Jumlah Anggota keluarga dan Pendidikan Terhadap Pola Konsumsi Rumah Tangga Miskin Di Kecamatan Gianyar. Jurnal Ekonomi Pembangunan. Vol 1 , No. 1. November, Hal, 39-48.

Azwar, A. 1990. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Jakarta : Mutiara Sumber Widya.

Badan Pusat Statistik Provinsi. 2015. Bali Dalam Angka.

Badan Pusat Statistik Kota Denpasar. 2016. Denpasar Dalam Angka.

Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Daerah Kota Denpasar (BPMPD). 2014.

Candra I, 2011. Hubungan Antara Kondisi Sosial Ekonomi, Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan tentang Pengelolaan Lingkungan Dengan Perilaku Hidup Sehat Masyarakat Di Kota Surakarta. Jurnal Ekosains, Vol. 3, No. 2.

Conyers, Diana. 1991. Perencanaan Sosial di Dunia Ketiga. Suatu Pengantar (terj. Susetiawan). Yogyakarta : UGM Pers

DKP. Kota Denapasar. Pembentukan Bank Sampah Denpasar awa lBSD, http://dkp.denpasarkota.go.id pada 8 Nopember 2016.

Erfinna, Tota Farida. 2013. Hubungan Karakteristik Dengan Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah Di Lingkungan III dan V Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan Tahun 2012. Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol 2. Universitas Sumatra Utara.

Ernovianthy, A.A.SG Erry. 2012. Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi Terhadap Partisipasi Masyarakat Dalam Tertib Administrasi Kependudukan (Studi Kasus Dua Kelurahan di Kota Denpasar). Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

Erwin Adiana, Pande Putu. 2012. Analisis Pengaruh Pendapatan, Jumlah Anggota Keluarga dan Pendidikan Terhadap Pola Konsumsi Rumah Tangga Miskin di Kecamatan Gianyar. Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

Hamid, Nur.2013. Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi Terhadap Partisipasi Masyarakat Dalam Pelestarian Mangrove Di Kelurahan Wonorejo Kecamatan Rungkut Kota Surabaya. Jurnal Pendidikan Geografi.

Isbandi Rukminto Adi. (2007). Perencanaan Partisipatoris Berbasis Aset Komunitas: dari Pemikiran Menuju Penerapan. Depok: FISIP UI Press.

Kusnoputranto, H, 2000, Kesehatan Lingkungan, Departemen Pendidikan Indonesia, Universitas Indonesia, Jakarta.

Luali, La Ode. 2006. Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi Terhadap Persepsi, Sikap, dan Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah. Kasus: Kota Raha Kab. Runa Prov. Sulawesi Tenggara. Tesis, Universitas Gadjah Mada.

Langinan, Susantri. 2014. Pengaruh kondisi Sosial Ekonomi Keluarga Terhadap Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Pendidikan (Suatu Studi Di Kecamatan Pulutan Kabupaten Kepulauan Talaud). Jurnal Universitas Sam Ratulangi.

Mujiburrahmad.2014. Hubungan Faktor Individu Dan Lingkungan Sosial Dengan Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (Kasus Kampung Sengked, RT 03/RW 03 Desa Babakan Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor). Jurnal Vol (15) No.1

Mutiara, Erna, 2003. Karakteristik Penduduk Lanjut Usia di Propinsi Sumatera Utara Tahun 1990. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Novyanti, Mita. 2013. Dampak Program Bank Sampah Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Di Kelurahan Binjai, Kecamatan Medan Denai, Kota Medan.

Nuryani, AAN. 2012. Peranan Bank Sampah Gemah Ripah Terhadap Kesempatan Kerja dan Pendapatan Keluarga Di Kecamatan Bantul Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta. Universitas Negeri Yogyakarta.

Owen, Anthony D. 2004. Environmental Externalities, Market Distortions and The Economics of Renewable Energy Technologies.The Energy Journal,Vol.25,No. 3.

Profil Kelurahan Dauh Puri Tahun 2010

Purwanti,Wuri Sulistiyorini.2015. Perencanaan Bank Sampah Dalam Rangka Pemberdayaan Masyarakat Di Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang. Jurnal Universitas Brawijaya.

Patumona Manalu, Sarah. 2013. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Partisipasi Masyarakat dalam Program Bank Sampah di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Kota Medan. Jurnal Universitas Sumatra Utara.

Ratiabriani, Ni Made. 2015 Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi Terhadap Partisipasi Masyarakat Dalam Program Bank Sampah di Kota Denpasar. Jurnal Universitas Udayana.

Riani Tanaya, Anak Agung Raka, 2015. Kesejahteraan Lansia dan Beberapa Faktor yang Mempengaruhi di Desa Dangin Puri Kauh. Jurnal Universitas Udayana.

Sosiologi Modern.cetakan ke-4.Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Sankar, U. 2008. Environmental Externalities.

Septa Satria, Lupy Dwi. 2014. Pemimpin Pelopor Sebagai Faktor Penggerak Partisipasi Masyarakat Dalam Program Bank Sampah di RW.14 Kelurahan Taman Sari Kecamatan Bandung Wetan Kota Bandung. Thesis Universitas Pendidikan Indonesia.

Siagian.1985. Administrasi Pembangunan. Jakarta : Gunung Agung

Sumanto, Dr. 2014. Teori dan Aplikasi Metode Penelitian. CAPS (Center of Academic Publishing Service).

Suparmoko,Drs.M. 2002. Pengelolaan Lingkungan Hidup Dalam Otonomi Daerah.

Suwerda, Bambang. 2012. Bank Sampah (Kajian Teori dan Penerapan). Yogyakarta: Pustaka Rihana.

Suyana Utama, Made. 2013. Ekonometrika. Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Udayana.

Windu Wiyasa, Ida Bagus, 2017. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Melalui Curahan Jam Kerja Ibu Rumah Tangga Pengrajin Bambu Di Desa Sulahan Kecamatan Susut Kabupaten Bangli”. Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

Yadnya, I Gede Putu. 2005. “Peran Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah di Kota Denpasar”. Tesis pada Program Pasca Sarjana Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Udayana. Denpasar

Yuliastuti, Ida Ayu Nyoman. 2013. Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah Di Kabupaten Badung. Jurnal Ilmiah Vol. 2, No.6. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

Zaki Oktama, Reddy. 2013. Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi Terhadap Tingkat Pendidikan Anak Nelayan Di Kelurahan Sugihwaras Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang Tahun 2013.

264