PENGARUH NET EKSPOR, KURS DOLLAR, dan INFLASI TERHADAP CADANGAN DEVISA INDONESIA PADA KURUN WAKTU TAHUN 1990-2016

Tetry A. Sitohang1 I Ketut Sudiana2

Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana agustinatetry@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh simultan, parsial dan yang berpengaruh dominan antara Net Ekspor, Kurs dollar dan Inflasi terhadap cadangan devisa Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder kurun waktu tahun 1990-2016. Teknik analisis data yang digunakan adalah Regresi linear berganda dengan bantuan SPSS 16.00, dilengkapi dengan uji aumsi klasik dan standardized coefficient beta. Berdasarkan hasil analisis pengujian, dapat disimpulkan bahwa (1) Secara simultan Net ekspor, Kurs dollar, dan Inflasi berpengaruh signifikan terhadap Cadangan Devisa Indonesia kurun waktu tahun 1990-2016 dengan nilai sig sebesar 0,000. (2) Secara parsial Net ekspor berpengaruh terhadap cadangan devisa Indonesia kurun waktu tahun 1990-2016 dengan koefisien beta sebesar -2,042. (3) Secara parsial kurs dollar berpengaruh positif dan signifikan terhadap Cadangan Devisa Indonesia kurun waktu tahun 1990-2016 dengan koefisien beta sebesar 0,009. (4) Secara parsial Inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap Cadangan Devisa Indonesia tahun 1990-2016 dengan koefisien beta sebesar -0,512. (5) Kurs dollar merupakan variabel yang berpengaruh paling dominan dengan koefisien beta sebesar 0,926.

Kata Kunci: Cadangan devisa, Net ekspor, Kurs dollar, dan Inflasi

ABSTRACT

The aims of this study is to determine the effect of simultaneous, partial and the dominant influence between Net Export, Dollar Exchange Rate and Inflation of Indonesia's foreign exchange reserves. The data used in this study is secondary data period 1990-2016. Data analysis techniques used are multiple linear regression with the help of SPSS 16.00, equipped with the test of classical assumption and standardized coefficient beta. Based on the results of the test analysis, it can be concluded that (1) Simultaneously Net exports, dollar exchange rate, and Inflation have significant effect on Indonesia Foreign Exchange Reserve during 1990-2016 with sig value of 0.000. (2) Partially Net exports affect Indonesia's foreign exchange reserves during the period 1990-2016 with a beta coefficient of -2.042. (3) Partially, the dollar exchange rate has a positive and significant effect on Indonesia's Foreign Exchange Reserve for the period of 1990-2016 with a beta coefficient of 0.009. (4) Partially Inflation has no significant effect on Indonesia's Foreign Exchange Reserve of 1990-2016 with beta coefficient of -0.512. (5) The dollar is the most dominant variable with the beta coefficient of 0.926

Keywords: Foreign exchange reserves, Net exports, Dollar exchange rate, and Inflation.

PENDAHULUAN

Pembangunan nasional adalah cara atau upaya yang dilakukan untuk meningkatkan segala aspek kehidupan masyarakat baik dari segi sosial, politik, budaya, dan ekonomi yang mampu meningkatkan kesehjateraan masyarakat (Sukirno, 2006:3). Pembangunan nasional sangat penting untuk diperhatikan karena pembangunan nasional yang terencana dengan dapat meningkatkan perekonomian di suatu negara (Sukirno, 2006:4).Dilihat dari bidang ekonomi, pembangunan nasional yang baik dapat mendorong peningkatan produksi barang dan jasa sehingga permintaan masyarakat dapat terpenuhi. Salah satu cara untuk memenuhi segala kebutuhan masyarakat adalah melalui kegiatan ekspor dan impor. Kegiatan ekspor dan impor akan mempengaruhi besar kecilnya tingkat cadangan devisa di suatu negara. Cadangan devisa digunakan untuk kegiatan transaksi luar negeri. Devisa juga digunakan untuk pembangunan proyek-proyek dan industri seperti jalan, jembatan, bandara, pelabuhan, dll. Menurut Faisal Basri (2002:91) Kegiatan ekspor Migas maupun Non-migas merupakan salah satu pemasukan devisa. Devisa juga dapat diperoleh dari peminjaman utang luar negeri. Pada umumnya devisa yang digunakan untuk pembangunan adalah devisa hasil ekspor dan pariwisata (Amir.Ms.2005:300). Aktivitas perdagangan menjadi salah satu cara unutk meningkatkan devisa suatu negara dan sistem nilai tukar yang digunakan suatu negara tersebut. Selain itu, devisa juga digunakan untuk membiayai belanja luar negeri, mempertahankan stabilitas moneter dan menjaga nilai tukar (Gandhi, 2006:1). Cadangan devisa Indonesia pada kurun waktu 19902016 mengalami fluktuasi yang dinilai berdasarkan US$.

Grafik 1.1 dibawah ini menunjukkan perkembangan devisa Indonesia dari tahun 1990-2016 mengalami tren yang berfluktuasi dari tahun ke tahun ini dapat dibuktikan dengan data devisa yakni 105.504, 100.072, 116.014 dalam 3 tahun terakhir per juta US$. Dari data dapat dilihat adanya kecenderungan devisa mengalami fluktuasi. Cadangan devisa dikatakan aman apabila cadangan devisa dapat membiayai impor sekurang-kurangnya 3 bulan, apabila devisa tidak dapat mencukupi impor dalam kurun waktu tersebut hal ini disebut titik rawan. Perkembangan devisa yang semakin mengalami tren menurun dari tahun-tahun dapat dilihat variabel–variabel yang mempengaruhi cadangan devisa tersebut.

Grafik 1

Perkembangan Cadangan Devisa Indonesia kurun waktu tahun 1990-2016 (Juta US $)

Cadangan Devisa Indonesia (Juta US $)

140

Sumber:Badan Pusat Statistika (2016), www.bps.go.id(diunduh: 13 Maret 2017)

Dengan dimulainya industrialisasi di Indonesia, maka akan dibutuhkan cadangan devisa sebagai alat pembayaran dan penerimaan negara sebagai kegiatan dari ekspor maupun impor. Disisi lain faktor yang mempengaruhi cadangan devisa adalah net ekspor. Net ekspor adalah selisih antara ekspor dikurangi impor (Mankiw, 2006: 11-13). Pertumbuhan net ekspor yang bagus akan menghasilkan

devisa bagi suatu daerah dan selanjutnya dapat digunakan untuk membiayai pembangunan di daerah tersebut.

Ekspor adalah sumber devisa bagi suatu negara (Djamin, 1994:5). Bila ekspor naik akan mengakibatkan penerimaan dalam negeri meningkat. Menurut Simi Kedia dan Abon Mozomda (2003) dalam jurnalnya mengatakan bahwa perdagangan internasional terjadi dari aktivitas impor dan ekspor sederhana yang berdampak kepada sumber, produksi, dan persaingan global terpadu. Perusahaan multinasional ini menghadapi berbagai jenis produk dan pasar modal yang berbeda, berbagai rezim hukum, risiko politik, dan ketidakpastian nilai tukar. Sedangkan menurut hasil penelitian dalam Jurnal Mega Febriyenti, Hasdi Aimon, Zul Azhar (2013) bahwa net ekspor berpengaruh positif dan signifikan terhadap cadangan devisa di Indonesia. Hal ini terlihat dari koefisiennya 0.360559 dengan nilai probabillitas 0.0079 ≤ 0.05. Artinya adalah apabila net ekspor mengalami peningkatan maka sumber pendapatan negara juga akan mengalami peningkatan sebab net ekspor yang meningkat ditandai dengan tingginya ekspor daripada impor. Ekspor yang tinggi daripada impor akan meningkatkan neraca perdagangan Indonesia.

Menurut Alwell Nteegah and Godspower Ebimotimi Okpoi (2015) dalam jurnalnya mengatakan bahwa impor minyak, impor non migas, ekspor minyak, ekspor non migas dan nilai tukar mendorong cadangan devisa. Selain itu dinyatakan bahwa ekspor minyak dan non migas ditandatangani secara positif dan benar sehingga memiliki implikasi positif pada cadangan devisa sementara impor minyak dan non minyak ditandatangani secara negatif yang menyiratkan bahwa

mereka memperlambat cadangan devisa di Nigeria. Peningkatan neraca perdagangan ini akan terakumulasi nantinya pada peningkatan posisi cadangan devisa. Dari hasil peneliti terdahulu dapat dilihat adanya pengaruh jumlah net ekspor terhadap cadangan devisa dalam negeri. Hal ini diakibatkan tidak lain adanya penerimaan dari luar negeri akibat dari adanya kegiatan ekspor-impor tersebut.

Grafik 2

Perkembangan Net Ekspor Indonesia kurun waktu Tahun 1990-2016 (Juta

US$)

Net Ekspor (Juta US $)

25

-10

Sumber:Badan Pusat Statistika (2016), www.bps.go.id(diunduh: 21 Maret 2017)

Dari perkembangan data net ekspor pada Grafik 2 diatas dapat dilihat bahwa adanya kecenderungan net ekspor mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Selain itu data juga menunjukkan bahwa net ekspor menunjukkan lebih banyak surplus daripada defisit sehungga berpengaruh terhadap kondisi cadangan devisa yang senantiasa meningkat. Pada tahun 2012 dan 2013 net ekspor mengalami

penurunan sampai negatif, hal ini tidak lain akibat dari penurunan dan merosotnya

perekonomian global yang berimbas pada perkembangan net ekspor di Indonesia.

Grafik 3 Perkembangan Nilai Kurs Dollar Indonesia kurun waktu tahun 1990 -2016 (US$)

Sumber: Bank Indonesia (2016), www.bi.go.id(diunduh: 21 Maret 2017)

Grafik 3 diatas ini menunjukkan perkembangan kurs dollar di Indonesia

mengalami fluktuasi selama 27 tahun. Fluktuasi yang terjadi pada kurs dollar diakibatkan karena kondisi perekonomian disuatu negara. Selain itu data juga menunjukkan bahwa kurs dollar cenderung menunjukkan peningkatan dari tahun

ke tahun sehungga berpengaruh terhadap kondisi cadangan devisa yang senantiasa meningkat. Pada tahun 2007 dan 2008 terjadi peningkatan kurs dollar sebesar 6,27 persen yang diakibatkan karena terjadinya krisis moneter yang kedua setelah krisis moneter pertama pada tahun 1997-1998.

Menurut Anita Mirchandani (2013) dalam jurnalnya mengatakan kebijakan nilai tukar telah berkembang seiring berjalannya waktu yaitu dengan diberlakukanya ekonomi secara bertahap sebagai bagian dari strategi reformasi

dari ekonomi makro yang lebih luas. Salah satu reformasi penting adalah dua langkah penyesuaian India Rupee ke bawah untuk menginformasikan kepercayaan investor dalam melakukan investasi dan meningkatkan daya saing domestik. Pada bulan Juli 1991 Rupee India didevaluasi dua kali untuk menstabilkan pasar valuta

asing.

Grafik 4

Perkembangan Inflasi Indonesia kurun waktu tahun 1990-2016 (%)

Inflasi Indonesia (%)

Sumber: Badan Pusat Statistika (2016), www.bps.go.id(diunduh: 13 Maret 2017)

Selain kurs dollar, inflasi juga mempengaruhi besar kecilnya cadangan devisa. Grafik 4 dibawah ini menunjukkan perkembangan inflasi selama 27 tahun. Inflasi tertinggi terjadi pada tahun 1998, sebagai tahun terjadinya krisis moneter yang di akibatkan krisis ekonomi global, yang pada akhirnya berimbas ke negara Indonesia. Inflasi pada tahun 1998 sebesar 77,60% sebagai titik tertinggi inflasi sejarah Indonesia.

Tahun 2006 dan 2007 angka inflasi Indonesia sudah menurun, hal ini akibat dari perbaikan perekonomian baik secara global maupun secara nasional. Tetapi

ditahun 2008, goncangan ekonomi terjadi di negara-negara maju yang pada

hasilnya berimbas pada perkembangan perekonomian negara berkembang seperti Indonesia dan perkembangan kenaikan angka inflasi Indonesia. Hal ini diakibatkan adanya pergerakan ekonomi Eropa dan Amerika yang mempengaruhi perekonomian negara-negara berkembang. Pada saat itu laju inflasi mengalami peningkatan sebesar 4,47%. Selain itu data juga menunjukkan bahwa inflasi mengalami fluktuasi sehingga berpengaruh terhadap kondisi cadangan devisa yang senantiasa meningkat.

Bagaimana pengaruh Net Ekspor, Kurs dollar dan Inflasi secara simultan terhadap cadangan devisa Indonesia kurun waktu tahun 1990-2016? Bagaimana pengaruh Net Ekspor, Kurs dollar dan Inflasi secara parsial terhadap cadangan devisa Indonesia kurun waktu tahun 1990-2016? Variabel manakah diatara Net Ekspor, Kurs dollar, Inflasi yang berpengaruh dominan terhadap cadangan devisa Indonesia kurun waktu tahun 1990-2016?

Untuk mengetahui pengaruh Net Ekspor, Kurs dollar dan Inflasi secara simultan terhadap cadangan devisa Indonesia kurun waktu tahun 1990-2016. Untuk mengetahui pengaruh Net Ekspor, Kurs dollar dan Inflasi secara parsial terhadap cadangan devisa Indonesia kurun waktu tahun 1990-2016. Untuk mengetahui variabel manakah diatara Net Ekspor, Kurs dollar, Inflasi yang berpengaruh dominan terhadap cadangan devisa Indonesia kurun waktu tahun 1990-2016.

Cadangan Devisa

Cadangan devisa merupakan alat pembayaran yang dapat digunakan oleh suatu negara atau seorang warganya kepada negara lainya atau warganya (Gandhi 2006:1). Sistem devisa terjadipada pelaksanaan ekspor, impor dan lalu lintas devisa di Indonesia. Tiap-tiap negara memiliki pembayaran yang sah yang dilindungi oleh undang-undang di masing-masing negaranya, misalkan Dollar di Amerika Serikat, Poundsterling di Inggirs, Franch di Paris dan Rupiah di Indonesia. Kalimat devisa bukanlah berasal dari Indonesia melainkan dari Bahasa Belanda (devisen) yang awalnya dipakai dari Bahasa Jerman die devisel.

Devisa adalah semua barang yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran internasional. Devisa terdiri atas valuta asing, yaitu mata uang yang dapat diterima oleh hampir semua negara di dunia (seperti US Dollar ($), Yen Jepang, Euro, Poundsterling Inggris), emas, surat berharga yang berlaku untuk pembayaran internasional, dan lainnya. Devisa merupakan aset atau kewajiban keuangan yang dipakai dalam transaksi internasional. Perpindahannya dari satu negara ke negara lain akan menimbulkan lalu lintas devisa. Untuk dapat pengolahan dan lalu lintas antar negara devisa tersebut disimpan di dalam negara dengan manfaat dari devisa tersebut yang disebut sebagai cadangan devisa. Dalam hal ini besar kecilnya cadangan devisa sangat mempengaruhi pembiayaan luar negeri dan kebijakan moneter yang akan dilakukan.

Berdasarakan konsep international reserves and foreign currency liquidity (IRFCL) yang dikeluarkan oleh IMF, cadangan devisa diartikan sebagai seluruh aktivitas luar negeri oleh otoriter moneter yang juga dapat digunakan untuk

membiayai ketidakseimbangan neraca pembayaran atau dalam rangka stabilitas

moneter yaitu dengan melakukan intervensi di pasar valas (Gandhi, 2006:1). Cadangan devisa juga dapat diart ikan sebagai aset yang dimiliki oleh bank sentral dan otoriter moneter, biasanya dalam bentuk mata uang asing, emas, dan digunakan untuk mendukung kewajiban mata uang lokal yang dikeluarkan dan berbagai bank yang disimpan pada bank Sentral, oleh pemerintah atau lembaga keuangan (Cadangan Devisa. 15 Maret 2017 <http://id.wikipedia.org).

Mulai Juli tahun 2010, Bank Indonesia menerapkan konsep pencatatan cadangan devisa masuk maupun keluar. Angka cadangan devisa yang dilaporkan sesuai dengan international reserve and foreign currency (IRFC) yang menjadi sistem konsep pelaporan internasional (SDDS-IMF). Dalam cakupanya SDDS-IMF memiliki cakupan diberbagai sektor diantaranya sektor rill, sektor keuangan, sektor eksternal (Juniantara, 2009:22). Menurut, Auggus C. Osigwe (2015) dalam jurnalnya mengatakan arus masuk FDI berdampak langsung pada cadangan devisa, sementara yang lain berpendapat bahwa FDI terutama diinvestasikan dalam bentuk teknologi modal fisik, dan oleh karena itu tidak secara langsung berkontribusi terhadap akumulasi cadangan devisa. Mengenai IRFCL, struktur pencatatan devisa dibagi diantaranya devisa internasional, perkiraan aliran devisa yang terjadwal, perkiraan aliran devisa yang bersifat siaga dan memo item (Bank Indonesia). Menurut Amir. M.S (2007:13) dalam teori dan penerapan ekspor-impor sumber cadangan devisa suatu negara pada umumnya terdiri dari banyak sumber. Namun dibagi menjadi sumber cadangan devisa dari dalam negeri dan luar negeri. Sumber cadangan devisa dalam negeri diantaranya, hasil penjualan

ekspor barang dan jasa, laba penanaman modal luar negeri, seperti laba yang

ditransfer dari perusahaan pemerintah dan warga yang berdomisili di luar dan hasil kegiatan pariwisata internasional seperti tambang, sewa hotel, dan lain lain. Selain itu sumber cadangan devisa dari luar negeri diantaranya diperoleh dari hadiah atau hibah dari badan badan organisasi internasional dan utang yang dilakukan oleh negara ke negara asing, badan internasional, serta swasta asing. Selain itu, dalam peneliitiannya Umantari dan Darsana (2015) mengatakan devisa berpengaruh positif terhadap impor.

Konsep kepemilikan cadangan devisa dianalogikan dengan motif seorang atau individu untuk memegang uang dalam hal seperti motif berjaga-jaga, motif transaksi, dan motif spekulasi menjadi motif seseorang atau negara untuk memiliki cadangan devisa yang dimiliki (Gandhi, 2006:4). Dalam motif transaksi ditujukan terutama pada kegitan liquiditas internasional memberikan jaminan kepada pihak kreditor dan rating agency, dan membiayai devisit neraca pembayaran internasional. Dalam motif spekulasi cadangan devisa ditujukan untuk mendapatkan hasil dari kegiatan investasi cadangan devisa yang dilakukan oleh suatu negara. Sedangakan untuk motif berjaga-jaga, cadangan devisa ditujukan pada pelakasanaan kebijakan moneter dan kebijakan nilai tukar, yakni memilihara kebijakan pasar dan intervensi pasar.

Ekspor

Menurut Amir M.S (2007:5) ekspor merupakan kegiatan transaksi mengeluarkan barang dari dalam ke luar pabean Indonesia dengan memenuhi ketentuan-ketentuan berlaku. Menurut Irham dan Yogi (2003:8) secara garis

besar, pengertian ekspor merupakan suatu kegiatan mengeluarkan barang dari

daerah pabean Indonesia ke luar negeri. Ekspor adalah proses transportasi barang atau komoditas dari suatu negara ke negara lain secara legal, umumnya dalam proses perdagangan. Proses ekspor pada umumnya adalah tindakan untuk mengeluarkan barang atau komoditas dari dalam negeri untuk memasukannya ke negara lain.

Pada umumnya ekspor merupakan kegiatan untuk melakukan penjualan baik barang dan jasa baik diantaranya barang komoditi dan jasa ahli ke luar negeri dengan tujuan untuk mendapatkan hasil dari kegiatan transaksi tersebut dalam bentuk mata uang asing sesuai tujuan ekspor itu dituju (Pengertian ekspor dan impor dan kegiatannya. 15 Maret 2016.http://www.adelia.Web.id/pengertian ekspor dan impor/). Menurut Suparmoko (2002:30) pada jurnalnya mengatakan bahwa industri dalam negeri harus meningkatkan efisiensi dan kualitas produk mereka agar dapat bersaing baik dengan barang asing baik di pasar domestik maupun pasar dunia. Ekspor ini sering kali dilakukan oleh perusahaan baik berskala kecil, menengah, dan atas guna untuk melakukan pemasaran barang dan jasa yang diproduksi oleh perusahaan tersebut. Menurut Amir M.S (2007:6) ekspor merupakan kegiatan mengeluarkan barang maupun jasa dari dalam masyarakat dan mengirimkannya keluar negeri sesuai dengan syarat yang telah ditentukan pemerintahan dan mendapatkan pembayaran dalam valuta asing.

Dari defenisi Amir M.S (2007:6) tersebut dapat diartikan sebagai salah satu tujuan ekspor ialah untuk mengambil keuntungan finansial yang melakukan kegiatan komersial dan pengirimannya dalam lintas wilayah negara yang

bertujuan untuk mendapatkan hasil pembayaran melalui valuta asing. Dalam

kaitannya ekspor melakukan kegiatan komersial baik barang komoditi dan jasa yang dibutuhkan di luar negeri guna untuk melakukan penyebaran dari wilayah negara ke luar negeri. Benda-benda yang dijual kepada penduduk negara lain dan jasa-jasa yang digunakan yaitu berupa pengangkutan kapal, permodalan dan hal-hal lain yang membantu ekspor tersebut (Amir M.S, 2007: 8)

Menurut Nopirin (2014:209) bahwa ekspor merupakan produk dalam negeri dijual atau dipakai oleh penduduk luar negeri. Sehingga dalam pernyataannya walaupun tidak secara tegas bahwa ekspor menjadi injeksi aliran pendapatan layaknya investasi. Dalam hal ini dapat dilihat bahwa adanya kegiatan persebaran aliran pendapatan antar negara dalam hal penggunaan barang dan jasa dalam bentuk pembayaran valuta asing. Selain itu dilihat dari sisi teori produksi yang dikemukanan oleh Adam Smith, bahwa ekspor didorong karena adanya kelebihan produksi di dalam negeri.

Kegiatan ekspor impor bahan baku memiliki kelebihan maupun kelemahan terhadap negara pelaku. Adapun kelebihan kegiatan ekspor impor bahan baku dapat meningkatkan kesejahteraan konsumen, yaitu dengan adanya impor barang-barang konsumsi masyarakat importir mampu mengkonsumsi jenis barang yang tidak dihasilkan di dalam negeri. Sehingga kebutuhan konsumen dapat terpenuhi dengan adanya kegiatan impor. Sedangkan kelemahan kegiatan ekspor impor bahan baku bagi negara importir yaitu dimana masyarakat lebih bersifat konsumerisme (konsumsi berlebihan) dan masyarakat dalam negeri kurang menghargai produk produk dari dalam negeri dan lebih menghargai produk dari

luar negeri yang jenis produk yang sama. Semakin besar bahan baku yang diimpor akan mempengaruhi cadangan devisa di negara tersebut.

Kurs dollar

Nilai tukar merupakan harga mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain (Salvator, 2007:54). Nilai tukar kerap kali ditemukan dalam transaksi perdagangan internasional. Suatu transaksi perdagangan yang dilakukan oleh dua atau lebih negara akan menimbulkan kesepakatan. Kesepakatan yang dilakukan yaitu memilih mata uang negara apa yang harus digunakan untuk melakukan pembayaran oleh negara pengimpor ke negara pengekspor. Tinggi rendahnya nilai mata uang tersebut sudah negara ditentukan dari kondisi perekonomian negara tersebut (Salvatore, 2007:55)

Menurut Ellif Guneren Genc dan Oksan Kibrutci Artar (2014) dalam jurnalnya mengatakan bahwa transaksi perdagangan yang melibatkan lebih dari satu wilayah biasanya memerlukan konversi mata uang ke mata uang lain. Kondisi perekonomian yang memburuk disuatu negara mengakibatkan nilai kurs di negara tersebut mengalami penurunan (depresiasi). Kenaikan nilai kurs (nilai mata uang) disuatu negara disebut dengan apresiasi sedangkan nilai kurs (nilai mata uang) disuatu negara mengalami penurunan disebut dengan depresiasi. Salah satu faktor yang mendorong terjadinya kenaikan dan penurunan nilai kurs tergantung dari permintaan dan penawaran mata uang asing. Namun, dalam penelitian Jesni Umantari dan Darsana, (2015) dikatakan bahwa Kurs memiliki hubungan negatif terhadap transaksi berjalan .

Menurut Ferry Syarifuddyn, dkk (2014) dalam jurnalnya mengatakan

beberapa variabel kontemporer di samping tingkat pengembalian nilai tukar dan intervensi nilai tukar dengan variabel lain seperti NDF dan CDS. Variabel peningkatan tersebut digunakan karena memiliki dampak signifikan terhadap perilaku nilai tukar. Menurut Nopirin (2011:148) ada tiga faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran terhadap valuta asing yaitu pendapatan, harga dan tingkat suku bunga. Dalam penelitiannya Wijaya (2011) mengatakan bahawa kurs memiliki pengaruh positif terhadap cadangan devisa. Apa devisa di suatu negara melemah maupun menguatnya kurs akan berdampak pada variabel makro ekonomi lainnya seperti ekspor dan impor.

Inflasi

Inflasi merupakan keadaan dimana kecenderungan kenaikan harga secara umum dan terus menerus dalam jangka yang relatif lama (Boediono,2000:97). Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi kecuali bila kenaikan tersebut meluas pasar sebagian besar dari harga harga barang lain. Menurut Boediono (2000:98) inflasi berdasarkan tingkat persentasenya dapat dikelompokkan menjadi 4 yaitu Inflasi ringan (kurang dari 10% per tahun), Inflasi sedang (berkisar antar 10% - 30% per tahun), Inflasi berat ( berkisar antar 30% -100% per tahun dan Hiper inflasi (lebih besar dari 100% per tahun) METODOLOGI PENELITIAN

Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif yang berbentuk asosiatif karena tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan suatu variabel dengan variabel lainnya. Lokasi penelitian

dilakukan di Republik Indonesia kurun waktu 1990-2016. Obyek penelitian ini terdiri dari satu variabel terikat dan tiga variabel bebas. Variabel terikatnya berupa Cadangan devisa, sedangkan variabel bebasnya berupa Net Ekspor, Kurs dollar, dan Inflasi. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder yang digunakan adalah data yang dicatat secara sistematis yang berbentuk data runtut waktu (time series data). Dalam penelitian ini digunakan data pada kurun waktu tahun 1990-2016 yang diperoleh dari berbagai sumber diantaranya adalah untuk data Cadangan devisa dan Inflasi datanya diperoleh dari Bank Indonesia, sedangkan untuk data Ekspor, Kurs dollar diperoleh dari Badan Pusat Statistika (BPS), www.bps.go.id

Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah metode regresi linear berganda sebagai alat ekonometrika untuk mengambarkan karakteristik dari sebuah sampel ataupun lokasi yang diamati dengan bantuan software SPSS. Analisis ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh antar variabel bebas dengan variabel terikat. Dalam hal ini variabel terikat adalah Cadangan Devisa dan variabel bebasnya adalah Net Ekspor, Kurs Dollar, dan Inflasi

DESIGN PENELITIAN

Gambar 1

Kerangka Pemikiran Pengaruh Net Ekspor, Kurs Dollar, Inflasi dan Cadangan Devisa Indonesia kurun waktu tahun 1990-2016

Sumber : Data Diolah, 2017

Keterangan :

-------- = Pengaruh secara parsial

= Pengaruh secara simultan

Dengan melihat hubungan variavel tersebut maka, nalisis data yang digunakan adalah:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e ........................................................................ (1)

Keterangan:

a

X1

X2

X3 Y

= Konstanta

= Net Ekspor

= Kurs dollar

= Inflasi

= Cadangan Devisa

b1 – b3= Koefisien regresi

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Uji Asumsi Klasik

Residual dapat dikatakan berdistribusi normal apabila nilai Asimp.sig (2

tailed) > level of significant (α = 5%) dan apabila Asimp.sig (2-tailed) < level of

significant (α = 5%) maka dikatakan tidak berdistribusi normal (Nugroho, 2005:

80). Berdasarkan hasil olah data table diatas maka dapat dilihat bahwa nilai signifikan Asymp. Sig (2-tailed) sebesar 0.587 lebih besar dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa data yang di uji berdistribusi normal. Apabila hasil uji menunjukkan nilai asymp. Sig (2 tailed) sebesar 0,241 yang berarti lebih besar dari Alpha (α > 0,05). Maka dapat disimpulkan bahwa data dalam model uji telah terbebas dari autokorelasi (Suyana utama, 2016). Model regresi yang bebas dari multikolinearitas adalah jika nilai tolerance atau Variance Inflation Faktor (VIF) tidak lebih dari 10 dan mempunyai nilai Tolerance tidak kurang dari 0,10 (Nugroho, 2005:80). Berdasarkan olahan data diketahui bahwa nilai tolerance variabel net ekspor (X1) sebesar 0.812, kurs (X2) sebesar 0.812, dan inflasi (X3) sebesar 0.998 lebih besar dari 0,10. Sementara itu, nilai VIF variabel net ekspor (X1) sebesar 1.232, kurs (X2) sebesar 1.232, dan inflasi (X3) sebesar 1.002 lebih kecil dari 10. Sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi multikolinearitas. Berdasarkan hasil olahan diketahui bahwa nilai signifikan variabel Net ekspor (X1) sebesar 0.410, Kurs dollar (X2) sebesar 0.306, dan Inflasi (X3) sebesar 0.962 lebih besar dari 0,05 artinya tidak terjadi heteroskedastisitas pada model yang diuji.

Hasil Analisis Regresi

Analisis uji simultan ini menunjukkan, dengan α = 5%, maka fhitung = 22,945 lebih besar dari ftabel 3,03, atau sig = 0.000 dibandingkan dengan alpa 5%. Dari hasil analisis data olahan diatas maka dapat disimpulkan Fhitung lebih besar dari pada Ftabel yaitu 22,945 > 3,03 maka Ho ditolak kesimpulan bararti variabel bebas

yaitu X1, X2, X3 (Net ekspor, Kurs dollar, dan Inflasi) secara simultan

berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat yaitu Y (cadangan devisa) Indonesia kurun waktu tahun 1990-2016. Hal ini didukung pula dengan R2 sebesar 0.750 yang artinya 75% variasi naik turunnya Y dipengaruhi oleh variabel bebas seperti X1 , X2 , X3 dan sisanya 25% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan pada model penelitian

Pengaruh Net ekspor terhadap Cadangan devisa Indoonesia

Hasil analisis menunjukan nilai probabilitasnya lebih kecil dari taraf nyatanya sebesar 5% (p≤5%), maka H0 ditolak dan H1 diterima. Hasil olahan data dapat dilihat bahwa nilai probabilitas dari net ekspor tehadap cadangan devisa yakni sebesar 0.002 ≤ 0.05. Tetapi nilai koefisien beta X1 negatif sebesar –2,042. Jika Ho ditolak berarti variabel bebas X1 (Net ekspor) secara parsial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Cadangan devisa Indonesia kurun waktu tahun 1990-2016. Hal ini bertentangan dengan teori yang menyatakan Penerimaan akan hasil ekspor dari barang dan jasa juga memiliki peranan penting antara jumlah net ekspor yang naik dan cadangan devisa yang dimilik. Hal ini diakibatkan apabila net ekspor naik maka jumlah uang asing yang diterima meningkat yang mengakibatkan jumlah cadangan devisa yang dimiliki meningkat. Melihat dari hubungan ini jumlah hasil net ekspor yang dimiliki oleh suatu negara berpengaruh positif terhadap peningkatan cadangan devisa negara secara signifikan. Menurut Bushra Naqvi, Muhammad Ramzan, dkk. (2011) dalam jurnalnya mengatakan Negara-negara konvensional memegang cadangan devisa untuk mengelola permintaan dan pasokan valuta asing pada akhirnya untuk menyelesaikan

transaksi giro mereka dan peraturan praktis klasik untuk otoritas moneter adalah bahwa seharusnya ada cukup Cadangan yang setara dengan tiga bulan impor. Dalam jurnal ini ditekankan bahwa apabila impor berfluktuasi dan ekspor tetap maka akan mempengaruhi Cadangan devisa. Penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian yang dilakukan Mega Febriyenti (2013:1) yang menyimpulkan bahwa pada periode sebelumnya Net ekspor dan utang luar negeri mempengaruhi cadangan devisa di Indonesia secara signifikan. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Sahat Marulitua Togatorop (2017) mengatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara net ekspor terhadap cadangan devisa. Dan dalam penelitian yang dilakukan oleh Elya Rahmayanti (2014) mengatakan bahwa net ekspor berpengaruh negatif terhadap cadangan devisa, dikarena nilai impor lebih besar dari ekspor namun tidak signifikan. Dalam kondisi ini kekuatan cadangan devisa bersifat semu karena didominasi dari komponen utang luar negeri. Namun, dalam penelitian nilai ekspor lebih besar dari impor dengan indikasi sturuktur impor dalam jangka panjang sedangkan stuktur ekspor dalam jangka pendek sehingga tidak diperoleh surplus net ekspor.

Pengaruh Kurs dollar terhadap Cadangan devisa Indonesia

Hasil analisis meunjukan nilai probabilitasnya lebih kecil dari taraf nyata sebesar 5% (p ≤ 5%), maka H0 ditolak dan HI diterima. Hasil olahan data dapat dilihat bahwa nilai probabilitas dari Kurs dollar tehadap cadangan devisa yakni sebesar 0.000 ≤ 0.05 dan koefisien beta X1 adalah positif (sebesar 0,009) Jika Ho ditolak berarti variabel bebas X2 (kurs dollar),secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap cadangan devisa Indonesia kurun waktu tahun 1990-2016,

penelitian ini juga diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan olehI Putu

Kusuma Juniantara (2013) mengenai pengaruh ekpor, impor, dan kurs terhadap cadangan devisa nasional periode 1999-2010 yang menyimpulkan bahwa kurs dollar berpengaruh positif dan signifikan terhadap cadangan devisa di Indonesia, selain itu penelitian yang dilakukan oleh Luh Made Trisna Meita Murni Lestari (2016) mengenai pengaruh penanaman modal asing terhadap cadangan devisa di Indonesia studi sebelum dan sesudah krisis global yang mengatakan bahwa kurs memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap bersarnya cadangan devisa.

Pengaruh Inflasi terhadap Cadangan devisa Indonesia

Hasil analisis menunjukan nilai probabilitasnya lebih besar dari taraf nyatanya sebesar 5% (p>5%), maka H0 diterima dan HI ditolak. Hasil olahan data dapat dilihat bahwa nilai probabilitas dari inflasi tehadap cadangan devisa yakni sebesar 0.068 ≤ 0.05. Dengan koefisen beta X3 sebesar -.512 Jika Ho diterima berarti variabel bebas X3 (Inflasi) secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap cadangan devisa Indonesia kurun waktu tahun 1990-2016, Penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Agustina (2014) mengenai pengaruh ekspor, impor, nilai tukar rupiah, dan tingkat inflasi terhadap cadangan devisa Indonesia yang menyimpulkan bahwa inflasi berdampak positif dan signifikan terhadap cadangan devisa Indonesia.

Penelitian ini juga diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan Ida Bagus Putu Purnama Putra (2013) mengenai pengaruh tingkat inflasi, utang luar negeri dan suku bunga kredit terhadap cadangan devisa Indonesia tahun 19962011 yang menyimpulkan bahwa inflasi berpengaruh tidak signifikan terhadap

cadangan devisa di Indonesia. Menurut Asep Maulana Rochman (2014), Jika Inflasi terjadi maka akan mengakibatkan kenaikan pada harga pangan dan minyak sehingga terjadi kesenjangan antara penawaran dan permintaan dimana arus impor akan meningkat dan arus ekspor akan terhambat ataupun mengalami penurunan terus menerus karena barang buatan dalam negeri jauh lebih mahal daripada harga barang sejenis buatan luar negeri. Pada akhirnya, hal itu akan mengakibatkan desifit neraca perdagangan Indonesia yang berdampak pada menurunnya Cadangan Devisa Indonesia. Menurut Agnes Putri Sonia (2016) dalam jurnalnya mengatakan bahwa jumlah uang beredar harus sesuai dengan kebutuhan, sehingga kestabilan nilai tukar dapat dijaga dan laju inflasi dapat ditekan. Hubungan antara tingkat inflasi dan cadangan devisa adalah tingkat inflasi memberikan pengaruh negatif terhadap cadangan devisa.

Simpulan

Berdasarkan hasil analisis yang telah diuraikan pada Bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai jawaban dari rumusan masalah adalah Secara simultanl Net ekspor (X1), Kurs dollar (X2), dan Inflasi (X3) berpengaruh signifikan terhadap Cadangan Devisa Indonesia kurun waktu tahun 1990-2016 dengan nilai Fhitung = 22.945 lebih besar daripada Ftabel = 3.03. Dengan R2 = 0,75 yang berarti naik turunnya cadangan devisa indonesia dipengaruhi oleh naik turunnya net ekspor, kurs dollar dan inflasi secara bersama-sama (simultan) kurun waktu tahun 1990-2016. Secara parsial Net Ekspor (X1) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Cadangan Devisa Indonesia kurun waktu tahun 1990-2016

dengan koefisien beta sebesar -2.042, yang berarti apabila net ekspor turun sebesar 1 jutaUS$ maka cadangan devisa Indonesia turun rata-rata sebesar 2,042 juta US$. Secara parsial kurs dollar (X2), berpengaruh positif dan signifikan terhadap Cadangan Devisa Indonesiakurun waktu tahun 1990-2016, dengan kofisien beta sebesar 0.009 yang berarti apabila kurs dollar naik sebesar 1 US$ maka cadangan devisa Indonesia naik rata-rata sebesar 0,009 juta US$. Secara parsial Inflasi (X3) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Cadangan Devisa Indonesia kurun waktu tahun 1990-2016 dengan nilai probabilitas = 0.068 lebih besar daripada taraf nyata = 0.05 dan dengan koefisien beta sebesar -0.512 yang berarti apabila Inflasi naik sebesar 1% maka cadangan devisa Indonesia turun rata-rata sebesar 0.512 juta US$. Variabel yang paling dominan mempengaruhi cadangan devisa Indonesia kurun waktu tahun 1990 – 2016 adalah kurs dollar dengan koefisien beta sebesar 0,926 yang berarti apabila kurs dollar naik sebesar 1 US$ maka cadangan devisa Indonesia naik sebesar 0,926 juta US$

Saran

Berdasarkan hasil analisis dan simpulan, maka dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut Dikarenakan ekospor di antar negara terbuka, dan kualitas barang yang diperdagangkan trasparan maka pemerintah harus meyakinkan dunia bahwa ekspor Indonesia dapat lebih baik dengan memperbaiki aturan ekspor dan impor, memperbaiki sistem pemasaran dan modal ditingkatkan agar industri dalam negeri dapat bersaing ke pasar internasional.

REFERENSI

Adelia. Pengertian ekspor dan impor dan kegiatannya. 2013.http://www.adelia. Web.id/pe ngertian-ekspor-dan -impor/. (Diakses pada 13 Maret 2017)

Agustina & Reny. 2014. Pengaruh Ekspor, Impor, Nilai Tukar Rupiah dan Tingkat Inflasi Terhadap Cadangan Devisa Indonesia. Jurnal Wira Ekonomi Mikroskil, Vol 4 No.2. 2014. Oktober 2014

Agusto, Poernomo. Konsep Merkantilisme. 2012. Pengertian merkantilis dan konsephttp://poernomo            agusto.blogspot.co.id/2012/03/konsep-

merkantilisme-dan-pendapat-para.html. (Diakses pada 15 November 2016)

Ajayi, Lawrence Boboye. 2012. Effect of External Debt on Economic Growth and Development of Nigeria. International Journal of Business and Social Science. Faculty of Management Sciences Ekiti State University Ado Ekiti, Nigeria. Vol. 3 No. 12. June 2012

Alwell & Godspower Ebimotimi Okpoi. 2016. External Trade and its implications on Foreign Exchange Reserves in Nigeria. International Journal of Arts Humanities and Social Sciences (IJAHSS).Vol. 1, No. 5. December 2016.

Asmara, Lintang. Pengertian kurs. 2013. http://lintangasmara.wordpress.com/ 2013 /06/12/pengertian-kurs/. (Diakses pada 13 Maret 2017)

Augustine C. Osigwe & Maria Chinecherem Uzonwanne. 2015 Causal Relationship among Foreign Reserves, Exchanges Rate and Foreign Direct Invesment: Evidance from Nigeria. Internationsal Journal of Economics and Financial Issues.Namdi Azikiwe University, Awka, Nigeria.Vol.5, No.4. 2015

Badan Pusat Statistika. 2017. Badan Pusat statistika. Jakarta

Bank Indonesia. 2017. Bank Indonesia. Jakarta

Basri, 2002. Perekonomian Indonesia: Tantangan Dan Harapan Bagi Kebangkitan Indonesia. Jakarta: Erlangga

Boediono. 2000. Ekonomi Makro, Edisi ke empat. BPFE: Yogyakarta

Borivoje D. Krušković & Tina Maričić. 2015. Empirical Analysis of the Impact of Foreign Exchange Reserves to Economic Growth in Emerging Economics. International Journal Applied Economics and Finance. University of Banja Luka, Bosnia & Herzegovina, Europe. Vol. 2, No. 1. February 2015.

Bushra Naqvi,Muhammad Ramzan, dkk. 2011. Pakistan’s Accumulation of Foreign Exchange Reserves during 2001-2006: Benign or Hostile! Excessive or Moderate! Intent or Fluke. Journal University of the Punjab, Lahore, Vol. 5, No.1. 2011

Djamin, Zulkarnain, 1994. Dampak Globalisasi terhadap Ekonomi dan Perdagangan Luar Negeri Indonesia. UI Press, Jakarta.

Edo, Kurniawan. 2014. Pengaruh Produksi Karet, Kurs Dollar Amerika Serikat Dan Ekspor Karet Terhadap Cadangan Devisa Indonesia Periode 19952012. E-Jurnal Ekonomi Pembangunan Universitas Udayana, Volume 3, Nomor 7

Gandhi, Dyah Virgoana. 2006. Pengelolaan Cadangan Devisa di Bank Indonesia. PPSK. Jakarta

Genc, Elif Guneren and Oksan Kibritci Artar. 2014. The Effect of Exchange Rates on Exports and Imports of Emerging Countries. European Scientific Journal.Vol 10 No. 13. June, 2014. Pp:128-141

Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Cetakan Keempat. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro

Ghozali, Imam. 2008. dalam Suyana Utama. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, edisi ketiga. Semarang. Badan Penerbit Universitas Diponegoro

Irham dan Yogi. 2003. Ekspor di Indonesia. Cetakan Pertama. Pustaka Binaman.

Juniantara, I Putu Kusuma. 2009. Pengaruh Ekspor, Impor Dan Kurs Terhadap ca dangan Devisa Nasional Periode 1999-2010. Jurnal ekonomi pembanguna n universitas udayana

M.S, Amir. 2005.Ekspor-impor teori dan penerapanya. Jakarta: PPM

M.S, Amir.2007. Kontrak BisnisEkspor-impor teori dan penerapanya. Jakarta: PPM

Maulana Rochman, Asep. 2015. Pengaruh Inflasi, Kurs Rupiah, Utang Luar Negeri dan Ekspor terhadap Cadangan Devisa Indonesia. Jurnal Ekonomi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.Februari 2015.

Mega Febriyenti, 2013. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Cadangan Devisa Dan Net Ekspor Di Indonesia. Jurnal UNP, Vol 3 No 2.

Mega Febriyenti, Hasdi Aimon, Dkk 2013. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Cadangan Devisa dan Net Ekspor Di Indonesi. Jurnal Kajian Ekonomi. Vol. II, No. 03.

Mirchandani, Anita. 2013. Analysis of Macroeconomic Determinants of Exchange Rate Volatility in India .International Journal of Economics and Financial Issues .AMITY University, Dubai, United Arab Emirates.Vol. 3 No. 1. 2013

Nopirin. 2011. Ekonomi Internasional. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta

Nopirin. 2014. Ekonomi Internasional. Edisi Ketiga. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.

Permana, I Gusti Agus Yudha dan I Wayan Sukadana. 2016. Pecundang dari Perdagangan Internasional: Studi Kasus impor 28 Jenis Buah Musiman di Indonesia. JEKT.Volume 9, Nomor 2. Agustus 2016

PrenadaMedia Grup Suparmoko. 2002. Ekonomi Publik. Andi: Yoyakarta

Putra, Ida Bagus Putu Purnama dan Indrajaya, IGB. 2013. Pengaruh Tingkat Inflasi, Utang Luar Negeri Dan Suku Bunga Kredit Terhadap Cadangan Devisa Indonesia Tahun 1996-2011. E-Jurnal Ekonomi Pembangunan Universitas Udayana, Volume 2, Nomor 11

Rahmayanti, Elya. 2014. Analisis Cadangan Devisa Indonesia.Skripsi. Univesitas Syiah Kuala. Banda Aceh

Salvatore dominick. 2007. Mikroekonomi. Edisi Keempat. Jakarta: Erlangga

Simi Kedia & Abon Mozumdar. 2003. Foreign Currency–Denominated Debt: An Empirical Examination. International journal of Business. University of Chicago. Vol. 76, No. 4. October 2003

Simorangkir, Iskandar. 2002. Sistem dan Kebijakan Nilai Tukar. Jakarta: Bank Indonesia

Sitorus, Alexander. 2008. Teori Perdagangan Internasional dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor. Jakarta. FE UI

Sitorus, Lando Samuel. 2013. Analisis Sektor Basis Dan Non Basis Kabupaten Kutai Barat. Jurnal. Ekonomi Universitas Mulawarman

Sonia, Agnes Putri. 2016. Pengaruh Kurs, Jub Dan Tingkat Inflasi Terhadapekspor, Impor Dan Cadangan Devisa Indonesia.E-Jurnal Ekonomi Pembangunan Universitas Udayana. Volume 5, Nomor 10 (Oktober 2016)

Sukirno, Sadono. 2004. Makro Ekonomi: Teori Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Sukirno, Sadono. 2006. Ekonomi Pembangunan. Edisi Kedua. Jakarta:

Suryaningsih, R. T. E. Y., 2008, Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Cadangan Devisa. Skripsi. Universitas Sumatera Utara, Medan.

Syarifuddin Ferry, Noer Azam Achsani, dkk. 2014. Foreign Exchange Expectations in Indonesia: Regime Switching Chartists & Fundamentalists Approach. International Journal of Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan.Vol.17, No. 2. October 2014

Teori Perdagangan Internasional. 2009. http://e-je.blogspot.com/2009/02/thomas-mun-1571-1641.html. (Diakses pada 15 November 2016)

Togatorop, Sahat Marulitua. 2017. Pengaruh Utang Luar Negeri, Net Ekspor, dan Belanja Wisatawan Mancanegara terhadap Cadangan devisa di Negara Indonesia tahun 1994-2013. Skripsi. Univesitas Udayana, Bali.

Trisna, Luh Made. 2016. Pengaruh Penanaman Modal Asing Terhadap Cadangan Devisa Di Indonesia Studi Sebelum Dan Sesudah Krisis Global. E-Jurnal Ekonomi Pembangunan Universitas Udayana, volume 5, nomor 5 (Mei 2016)

Umantari, Ni Wayan Jesni dan Darsana, Ida Bagus. 2015. Pengaruh Pendapatan Per Kapita, Harga, Kurs Dollar Amerika, Dan Cadangan Devisa Terhadap Impor Minyak Bumi Indonesia. E-Jurnal Ekonomi Pembangunan Universitas Udayana, Vol.4 No.5 : 422-433.

Wijaya, Ragil. 2011. Perbandingan Determinan Cadangan Devisa Di Asean Dan Australia Periode Sebelum Krisis Dan Sesudah Krisis Ekonomi Asia. UNS Fakultas Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan-F.0107013-2011.

Wirawan, Nata. 2002. Statistik 2 (Statistik Inferensial). Edisi Kedua. Denpasar: Keraras Mas.

178