ANALISIS PERGESERAN STRUKTUR EKONOMI DAN SEKTOR POTENSIAL DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN DI KABUPATEN KARANGASEM
on
ANALISIS PERGESERAN STRUKTUR EKONOMI DAN SEKTOR POTENSIAL DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN DI KABUPATEN KARANGASEM
Ni Ketut Ayu Ariani Made Suyana Utama
Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana
ABSTRAK
Sektor potensial dan pergeseran struktur ekonomi di daerah memiliki peran penting dalam pembangunan daerah.Identifikasi sektor - sektor potensial dan pergeseran struktur ekonomi, maka dapat memaksimalkan pembangunan daerah. Data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Karangasem dan Provinsi Bali.Penelitian ini menggunakan lima teknik analisis yaitu teknik analisis Shift Share, analisis Location Quotient (LQ), analisis Dynamic Location Quotient (DLQ), analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP), analisis Overlay dan analisis secara kualitatif. Sektor potensial yang dapat mendukung pembangunan di Kabupaten Karangasem dapat dibagi menjadi lima kelompok yaitu sektor prioritas pertama (utama) adalah sektor jasa keuangan dan asuransi.Sektor prioritas kedua yaitu 1) sektor konstruksi, 2) sektor transportasi dan pergudangan, 3) sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial. Sektor prioritas ketiga yaitu 1) sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan, 2) sektor pertambangan dan penggalian, 3) sektor industri pengolahan, 4) sektor pengadaan listrik dan gas, 5) sektor penyediaan akomodasi dan makan minum, 6) sektor real estate, 7) sektor administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib, 8) sektor jasa lainnya. Sektor prioritas keempat yaitu 1) sektor pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang, 2) sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor, 3) sektor informasi dan komunikasi, 4) sektor jasa pendidikan dan sektor prioritas ke lima yaitu sektor jasa perusahaan.
Kata kunci: pergeseran struktur ekonomi, sektor potensial, pembangunan ekonomi
ABSTRACT
Potential sectors and shift of economic structure in regions have an important role in regional development.Identificationpotential sectors and shift of economic structure, then it could maximize regional development. The study used secondary data from Badan Pusat Statistik Karangasem and Badan Pusat Statistik Bali. The analysis techniques of thisstudy used five techniquessuch as, Shift Share, Locationt Quotient, Dynamic Location Quotient, Growth Ratio Model, Overlay and qualitative analysis.Potential sectors that could support the development in Karangasem regency can be divided into five groups namely the first priority sector (main) is the financial services and insurance sector. Second priority sectors are 1) construction sector, 2) transportation and warehousing sectors, 3) health services sector and social activities. The third priority sector is 1) agriculture, forestry and fishery sector, 2) mining and quarrying sector, 3) processing industry sector, 4) electricity and gas procurement sector, 5) accommodation and drinking sector, 6) real estate sector, 7) government administration, defense and compulsory social security sectors, 8) other service sectors. The fourth priority sector is 1) water procurement sector, waste management, waste and recycling, 2) large and retail trade sector, car and motorcycle repairs, 3) information and communication sector, 4) education services sector and the fifth priority sector corporate services sector.
Keywords: economic structure shifting, potential sector, economic development
PENDAHULUAN
Pembangunan dilaksanakan secara terus menerus oleh suatu bangsa yang merupakan suatu upaya untuk mencapai kesejahteraan masyarakat yang lebih baik. Upaya pemerintah dalam memaksimalkan eksploitasi sumber daya yang sesuai dengan keunggulan daerah masing-masing yaitu melalui kebijakan percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi (Kusuma, 2016). Menurut Todaro (dalam Hukom, 2014), bahwa pembangunan ekonomi dapat dilihat dalam empat dimensi pokok, yaitu (1) penanggulangan kemiskinan; (2) pertumbuhan; (3) keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri; dan (4) perubahan atau transformasi ekonomi. Perubahan struktur ekonomi dapat terjadi apabila pertumbuhan ekonomi terus berlangsung. Berdasarkan hal tersebut, sehingga pembangunan harus mengarah pada perubahan total suatu masyarakat sebagai upaya untuk menyesuaikan sistem sosial secara keseluruhan, tanpa mengabaikan keragaman kebutuhan dasar dan keinginan.
Provinsi Bali merupakan salah satu provinsi yang memperhatikan laju pertumbuhan ekonominya.Berlakukannya otonomi daerah diharapkan bagi seluruh daerah untuk dapat berdiri sendiri dalam menjalankan kebijakan yang telah diambil.Hal tersebut bertujuan untuk membentuk kemandirian atau mengurangi ketergantungan pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat, sehingga menuntut para pemerintah dan kabupaten/kota untuk kreatif dalam melaksanakan kebijakannya demi meningkatkan pertumbuhan ekonominya. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi, maka akan berdamak positif pada tingkat pembangunan ekonomi Provinsi Bali.
Perkembangan pembangunan di Provinsi Bali dapat dilihat dari laju pertumbuhan ekonomi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Bali.Tabel 1 menunjukkan rata-rata laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali. Rata –rata pertumbuhan di Provinsi Bali dari tahun 2011-2015 yaitu sebesar 6,62 persen. Peningkatan pertumbuhan ekonomi Bali ini diarahkan untuk meningkatkan pembangunan ekonomi, kemakmuran dan taraf hidup masyarakat.
Tabel 1.
Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Atas DasarHarga
Konstan 2010 Tahun 2011 – 2015 (persen)
No |
Kabupaten/Kota |
2011 |
2012 |
2013 |
2014 |
2015 |
Rata- Rata |
1 |
Jembrana |
5,89 |
6,11 |
5,69 |
6,05 |
6,23 |
5,99 |
2 |
Tabanan |
6,11 |
6,12 |
6,45 |
6,53 |
6,24 |
6,29 |
3 |
Badung |
7,07 |
7,64 |
6,82 |
6,98 |
6,27 |
6,96 |
4 |
Gianyar |
7,15 |
7,08 |
6,82 |
6,79 |
6,34 |
6,84 |
5 |
Klungkung |
6,11 |
6,25 |
6,05 |
5,98 |
6,1 |
6,10 |
6 |
Bangli |
6,14 |
6,2 |
5,94 |
5,82 |
6,21 |
6,06 |
7 |
Karangasem |
5,43 |
5,93 |
6,16 |
6,01 |
6 |
5,91 |
8 |
Buleleng |
6,44 |
6,78 |
7,15 |
6,96 |
6,11 |
6,69 |
9 |
Denpasar |
7,16 |
7,51 |
6,96 |
7 |
6,18 |
6,96 |
Bali |
6,66 |
6,96 |
6,69 |
6,73 |
6,04 |
6,62 |
Sumber : BPS Provinsi Bali, 2017
Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa perekonomian Bali di tahun 2015 tumbuh sebesar 6,04 persen lebih rendah jika dibandingkan ditahun 2014 sebesar 6,73 persen. Laju pertumbuhan ekonomi tertinggi di Provinsi Bali terdapat di Kabupaten Badung dan Kota Denpasar yaitu masing-masing sebesar 6,96 persen. Rata-rata laju pertumbuhan ekonomi di Kabupaten ini mampu melampaui rata-rata
laju pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bali. Laju pertumbuhan Kabupaten Karangasem cenderung mengalami perkembangan dan peningkatan selama kurun waktu lima tahun. Nilai PDRB sebesar 5,43 persen pada tahun 2011 meningkat hingga 6,00 persen di tahun 2015. Walaupun cenderung mengalami peningkatan PDRB setiap tahunnya tetapi, Kabupaten Karangasem tetap paling rendah dibandingkan kabupaten/ kota lainnya di Provinsi Bali.
Kabupaten Karangasem sebagai salah satu kabupaten/kota di Provinsi Bali yang merupakan daerah otonom memiliki kewenangan yang luas untuk mengelola, merencanakan dan memanfaatkan potensi ekonomi secara optimal. Dengan adanya pengelolaan secara mandiri, diharapkan terjadi peningkatan dan perkembangan pada segala sektor ekonomi khususnya terjadi peningkatan pada sektor-sektor yang dipertimbangkan sebagai sektor yang akan memberikan share besar pada PDRB Provinsi Bali.
Pemerintah Kabupaten Karangasem sebagai pelaksana kebijakan diwajibkan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat secara optimal agar mampu dinikmati oleh seluruh masyarakat di Kabupaten Karangasem.Data BPS 2017menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Karangasem paling rendah dibandingkan dengan kabupaten/kota yang ada di Provinsi Bali, yaitu sebesar 5,91 persendan persentase penduduk miskin di Kabupaten Karangasem memperoleh angka tertinggi yaitu sebesar 6,74 persen. Tidak hanya itu, Kabupaten Karangasem dari segi PDRB per kapita terbilang sangat rendah, yaitu menduduki posisi terakhir, setelah Kabupaten Bangli dengan rata-rata sebesar Rp. 23.737,97 ribu rupiah.
Sehubungan dengan hal tersebut, sangat penting untuk dilakukan kajian ilmiah untuk mengidentifikasi pergeseran struktur ekonomi dan sektor potensial, untuk tujuan mendukung pembangunan di Kabupaten Karangasem sekaligus dapat memprioritaskan program pembangunan yang akan dilaksanakan. Pada akhirnya hal ini akan dapat membantu pemerintah daerah dalam menentukan dan menetapkan arah kebijakan yang lebih tepat dalam meningkatkan pendapatan masyarakat, penerimaan daerah dan tentu saja pertumbuhan ekonomi Kabupaten Karangasem. Sektor potensial dan prioritas pembangunan sangat menarik untuk diteliti jika merujuk pada kondisi yang terjadi di Kabupaten Karangasem.Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melaksanakan suatu penelitian yang berjudul “Analisis Pergeseran Struktur Ekonomi dan Sektor Potensial dalam Mendukung Pembangunan di Kabupaten Karangasem”.
Pergeseran Struktur Ekonomi
Menurut Kuncoro (2003:59) teori perubahan struktural merupakan teori yang menjelaskan mengenai transformasi struktur ekonomi yang ada pada suatu daerah.Pergeserannya bergeser dari sektor pertanian ke sektor industri dan jasa-jasa, hal ini disebabkan karena pendapatan di sektor industri dan jasa-jasa lebih tinggi dibandingkan sektor pertanian.
Pertumbuhan ekonomi dan Pembangunan Ekonomi Daerah
Pertumbuhan ekonomi akan menciptakan multiplier effect terhadap sendi-sendi kehidupan, seperti lingkungan ekonomi dan sosial budaya masyarakat. Jika pertumbuhan ekonomi tinggi akan mengakibatkan bergairahnya aktivitas ekonomi
dan merangsang tumbuhnya investasi dan semakin terbukanya kesempatan kerja (Suartha, 2017)
Menurut Arsyad (2010 : 374), pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses. Artinya, pembangunan ini mencakup pembentukan institusi- institusi baru, perbaikan kapasitas tenaga kerja yang ada untuk menghasilkan produk dan jasa yang lebih baik,pembangunan industri-industri alternatif, alih ilmu pengetahuan, indentifikasi pasar-pasar baru, dan pengembangan perusahaan - perusahaan baru. Menurut Herath, dkk (2011) ekonomi regional merupakan industri dengan beranekaragam potensi ekonomi pada beberapa sektor yang mempengaruhi keseluruhan pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan analisis provinsi, dalam pembangunan ekonomi regional harus melihat dari perspektif pembangunan nasional, yang bergerak menuju sektor ekonomi yang terpadu (Mubyarto, 1987). Distribusi perencanaan pembangunan dan pelaksanaan tanggung jawab antara instansi pemerintah pusat dan daerah; itu koordinasi antar sektoral dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan; dan hubungan antara 'ekonomi' atau geografis daerah dan batas administratif (Leeuwen, 2006)
Produk Domestik Regional Bruto
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan produksi yang dihasilkan oleh masyarakat yang berbeda disetiap daerah dalam kurun waktu satu tahun.Analisa sebagai bahan perencanaan pembangunan dan barometer untuk mengukur hasil- hasil pembangunan yang telah dilaksanakan, sehingga angka Produk Domestik Regional Bruto perlu disajikan.(Altiner, 2012).
Sektor Unggulan
Sektorunggulan berkaitan dengan suatu perbandingan, baik itu perbandingan berskala internasional, nasional maupunregional. Pada lingkup internasional, suatu sektor dikatakan unggulan jikasektor tersebut mampu bersaing dengan sektor yang sama dengan negara lain. Sedangkan pada lingkup nasional, suatu sektor dapat dikategorikan sebagai sektor unggulan apabilasektor di wilayah tertentu mampu bersaing dengan sektor yang sama yang dihasilkan oleh wilayah lain. Suatu daerah akan memiliki sektor unggulan apabila daerah tersebut dapat memenangkan persaingan pada sektor yang sama dengan daerah lain sehingga dapat menghasilkan ekspor (Suyanto, 2000 : 146).
DATA DAN METODOLOGI
Lokasi penelitian ini dilakukan di Kabupaten Karangasem dalam rentang waktu tahun 2011-2015. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang bersumber dari Badan Pusat Statistik di Kabupaten Karangasem dan Provinsi Bali yang didapatkan dengan cara dokumentasi dan observasi non partisipan. Data primer juga digunakan untuk mendukung hasil penelitian ini yang bersumber dari wawancara mendalam dengan narasumber di Bappeda Kabupaten Karangasem.Penelitian ini memfokuskan obyek penelitian kepada sektor- sektor ekonomi potensial dan pergeseran struktur ekonomi di Kabupaten Karangasem.
Analisis Shift Share
Analisis yang mengkombinasikan data ekonomi nasional dan ekonomi daerah disebut dengan analisisshift share (Wali I. Mondal, 2009). Shift share
membandingkan perbedaan laju pertumbuhan di berbagai sektor di daerah dengan wilayah referensi. Analisis ini menggunakan metode pengisolasian berbagai faktor yang menyebabkan perubahan struktur industri suatu daerah dalam pertumbuhannya dari satu kurun waktu ke kurun waktu berikutnya. Komponen utama dalam analisis Shift Share yaitu komponen National Share (N) disebut dengan pertumbuhan nasional, komponen Proportional Shift (P) disebut juga sebagai bauran industri atau industry mix, dan komponen Differential Shift (D) disebut keunggulan kompetitif (Tarigan 2009: 85-86).
Rumus matematis yang digunakan untuk analisis shift share sebagai berikut:
Gij = Y*ij- Yij………………………………………………………… (1)
= Nij + Pij + Dij……..…………………………………………….. (2)
Nij = Yij .rn…….…………………………………………………….. (3)
Pij = Yij( ri n – r n)…………………………………………………… (4)
Dij = Yij (rij – ri n)…………………………………………………... (5)
Keterangan :
i = Sektor- sektor ekonomi yang diteliti.
j = Variabel wilayah yang diteliti ( Kabupaten Karangasem).
Yij = PDRB sektor i di daerah j awal tahun analisis ( Kabupaten Karangasem).
Y*ij = PDRB sektor i di daerah j akhir tahun analisis (Kabupaten Karangasem).
rij = Laju pertumbuhan PDRB sektor i di daerah j ( Kabupaten Karangasem).
rin = Laju pertumbuhan PDRB sektor i di daerah n (Provinsi Bali).
rn = Rata- rata Laju pertumbuhan PDRB di daerah n (Provinsi Bali).
Gij = Pertumbuhan PDRB Total Kabupaten Karangasem.
Nij =Nilai pertumbuhan PDRB atau Komponen National Sharesektor i di daerah j
( Kabupaten Karangasem).
Pij =Bauran industri( mix industry) atau komponenProportional Shiftsektor i di
daerah j (Kabupaten Karangasem).
Dij =Keunggulan kompetitif atau komponen Differential Shift sektor i di daerah j
(Kabupaten Karangasem).
Penentuan kuat lemahnya sektor-sektor ekonomi di Kabupaten Karangasem dalam menunjang perekonomian Provinsi Bali, digunakan kategori Enders yang membaginya ke dalam enam rangking yaitu (Suyana Utama, 2010).
-
1) Komponen industry mix dan pangsa daerah keduanya positif maka disebut sektor sangat kuat, dengan skor 6.
-
2) Komponen industry mix positif melebihi negatif pangsa daerah maka disebut sektor kuat, , dengan skor 5.
-
3) Komponen pangsa daerah positif melebihi negatif industry mix maka disebut sektor agak kuat, , dengan skor 4.
-
4) Komponen industry mix negatif melebihi positif pangsa daerah keduanya positif maka disebut sektor agak lemah, , dengan skor 3.
-
5) Komponen pangsa daerah negatif melebihi positif industry mix maka disebut sektor lemah, , dengan skor 2.
-
6) Komponen industri mix dan pangsa daerah keduanya negatif maka disebut sektor sangat lemah, , dengan skor 1.
Analisis Location Quotient (LQ)
Metode analisis Location Quotient (LQ) adalah suatu alat analisisyang digunakan untuk mengukur kinerja basis ekonomi suatu daerah, artinya analisis tersebut digunakan untuk melakukan pengujian sektor-sektor ekonomi yang termasuk sektor unggulan (Arsyad, 2010: 390).Menurut Alhowaish (2013) analisis LQ
mungkin bertanggung jawab untuk umur panjang dan popularitas yang terus berlanjut dan penggunaan pengganda basis ekonomi.Analisisini memberikan metode menarik untuk memperkirakan pekerjaan ekspor.Dalam literatur ilmiah, satu ukuran konsentrasi itu kitamempekerjakan adalah hasil dari kecamatan (LQs).Ukuran ini adalah alat yang lebih luas yang mengukur seberapa terkonsentrasi sebuah sub sektor di sebuah kecamatan dibandingkan dengan rata-rata di wilayah referensi (Wardhana, 2017).Menurut Tarigan (2005) rumus matematis yang digunakan untuk analisis Location Quotient sebagai berikut:
LQ^-(6)
-
VNl/N v 7
Keterangan:
LQ = Nilai Location Quotient sektor i wilayah studi (Kabupaten Karangasem)
Si = Pendapatan sektor i di wilayah studi (KabupatenKarangasem)
Ni = Pendapatan sektor i di wilayah refensi (Provinsi Bali)
S = Pendapatan total di wilayah studi (Kabupaten Karangasem)
N = Pendapatan total di wilayah referensi (Provinsi Bali)
Berdasarkan formulasi yang ditunjukkan dalam persamaan di atas, maka kriteria nilai LQ adalah sebagai berikut:
-
1) Jika nilai LQ = 1 maka sektor tersebut hanya mampu untuk memenuhi kebutuhan daerahnya sendiri tetapi tidak dapat melakukan ekspor ke daerah lain maupun impor ke daerah lain.
-
2) Jika nilai LQ > 1 maka sektor usaha dikembangkan sebagai sektor basis. Dengan kata lain produksi dari sektor tersebut dapat memenuhi kebutuhan di daerahnya sendiri maupun ekspor keluar daerah.
-
3) Jika nilai LQ < 1 maka sektor usaha akan dikategorikan sebagai sektor non basis. Dengan kata lain, diperlukan impor di daerah lainkarena sektor tersebut belum mampu memenuhi di daerahnya sendiri.
Analisis Dinamic Location Quotient (DLQ)
Dinamic Location Quotient (DLQ) merupakan analisis yang digunakan untuk
menentukan sektor potensial atau unggulan dimasa yang akan datang, prinsip dari
DLQ masih sama dengan LQ. Dengan rumus sebagai berikut:
f (1+g ik)/ ∖
∕ α⅛ k)
(1+Gι)/
K1+G)
(7)
Keterangan :
DLQ = Dinamic Location Quotient
g ik = Laju pertumbuhan sektor i di daerah himpunan (Kab. Karangasem)
g k = Rata -rata laju pertumbuhan PDRB sektor i di daerah himpunan ( Kab. Karangasem)
Gi = Laju pertumbuhan sektor i di daerah himpunan (Provinsi Bali)
G = Rata- rata laju pertumbuhan PDRB di daerah himpunan (Provinsi Bali)
t = Jumlah tahun yang akan dianalisis
Kriteria Pengujian DLQ:
-
1) DLQ = 1 berarti potensi pertumbuhan sektor i terhadap potensi peertumbuhan PDRB Kabupaten Karangasem sebanding dengan potensi pertumbuhan sektor tersebut pada Provinsi Bali.
-
2) DLQ < 1 maka potensi pertumbuhan sektor i terhadap potensi pertumbuhan PDRB Kabupaten Karangasem lebih rendah di bandingkan potensi pertumbuhan sektor tersebut pada Provinsi Bali.
-
3) DLQ > 1 maka potensi pertumbuhan sektor i terhadap pertumbuhan PDRB Kabupaten Karangasem lebih cepat dibandingkan potensi pertumbuhan pada Provinsi Bali.
Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP)
Menurut Suyana Utama (2010 : 63-64) Model Rasio Pertumbuhan (MRP)
adalahsuatu analisis yang digunakan untuk membandingkan pertumbuhan pendapatan
suatu sektor dalam wilayah yang lebih kecil dengan wilayah yang lebih besar. Model
ini terbagi atas dua bagian yaitu:
-
1) Rasio Pertumbuhan wilayah studi (RPs)
Perbandingan antara pertumbuhan pendapatan sektor i di wilayah studi dengan pertumbuhan pendapatan sektor i di wilayah referensi.
RPs = iyu/yiw ∆Yin∕Yin(t)......................................................................
(8)
Keterangan:
∆Yij = Perubahan PDRB sektor i di wilayah studi (Kab. Karangasem)
-
Yij(t) =PDRB sektor i di wilayah studi pada awal penelitian (Kab. Karangasem)
∆Yin(t)= PDRBsektor i di wilayah referensi pada awal penelitian (Provinsi Bali)
RPs =Perbandingan antara laju pertumbuhan pendapatan sektor ke-i di wilayah studi dengan laju pertumbuhan total PDRB di wilayah referensi.
-
2) Rasio Pertumbuhan wilayah referensi (RPr)
Perbandingan antara laju pertumbuhan pendapatan sektor i di wilayah
referensi dengan laju pertumbuhan total (PDRB) di wilayah referensi.
∆Yin∕Yin(t)
(9)
RPr =
∆Yn∕Yn(t)
Keterangan:
∆Yin = Perubahan PDRB sektor i di wilayah referensi (Provinsi Bali)
Yin(t) = PDRB sektor i di wilayah referensi pada awal penelitian (Provinsi Bali)
∆Yn = Perubahan PDRB di wilayah referensi (Provinsi Bali)
Yn(t) = PDRB wilayah referensi pada awal penelitian (Provinsi Bali)
RPr = Perbandingan antara laju pertumbuhan pendapatan sektor ke
i di wilayah studi dengan laju pertumbuhan total (PDRB) kegiatan i di wilayah referensi.
Analisis Overlay
Analisis Overlaymerupakan analisis yang digunakan untuk melihat deskripsi
kegiatan ekonomi yang potensial berdasarkan kriteria keunggulan komparatif dan kriteria pertumbuhan (Suyana Utama, 2010). Hasil analisis Overlay memiliki empat kemungkinn yaitu:
-
1) RPs (+) dan LQ (≥1) menunjukkan suatu kegiatan yang sangat dominan baik dari pertumbuhan maupun keunggulan komparatif.
-
2) RPs (+) dan LQ (<1) menunjukkan suatu kegiatan yang memiliki
pertumbuhan dominan namun tidak mempunyai keunggulan komparatif.
-
3) RPs (-) dan LQ (≥ 1) menunjukkan suatu kegitan yang memiliki
pertumbuhan kecil namun mempunyai keunggulan komparatif.
-
4) RPs (-) dan LQ (<1) menunjukkan suatu kegiatan yang tidak potensial baik
dari pertumbuhan maupun keunggulan komparatif.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Kabupaten Karangasem
Kabupaten Karangasem merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Bali dan terletak di ujung Pulau Bali. Secara administratif, Kabupaten Karangasem dengan luas mencapai 839,54 km2 terdiri dari 8 kecamatan, 75 desa dan 3 kelurahan, 584 banjar dinas/lingkungan, 189 desa adat dan 605 banjar adat. Delapan wilayah kecamatan tersebut masing- masing adalahKecamatan Abang, Kecamatan Sidemen, Kecamatan Manggis, Kecamatan Rendang, Kecamatan Karangasem Kecamatan Bebandem, Kecamatan Selat dan Kecamatan Kubu.
Hasil Analisis Pergeseran Struktur Ekonomi dilihat dari Kontribusi Terhadap PDRB (Shift Share)
Angka-angka pada kolom Nij menunjukkan komponen perubahan PDRB Kabupaten Karangasem (komponen national share) sedangkan angka-angka pada kolom Gij menunjukkan pertumbuhan sebenarnya yang terjadi pada sektor-sektor ekonomi Kabupaten Karangasem dari tahun 2011-2015.Dari hasil analisis (Gij) delapan sektor memiliki nilai negatif. Hal ini menandakan kontribusi sektor ini tumbuh lebih lambat daripada sektor yang sama di Provinsi Bali. Sedangkan Sembilan sektor lainnya memiliki nilai yang positif, hal ini menunjukkan bahwa
kesembilan sektor tersebut kontribusinya tumbuh lebih cepat dibandingkan Sembilan sektor yang sama di Provinsi Bali
Tabel 2.
Hasil Analisis Shift Share Berdasarkan PDRB Kabupaten Karangasem Tahun 2011 - 2015 (juta rupiah)
No |
Kategori Industri |
Kontribusi Provinsi (Nilai Nij) |
Bauran industri (Nilai Pij) |
Pangsa Daerah (Nilai Dij) |
Nilai Gij |
Kategori (Enders) |
1 |
A |
6,224.11 |
334,642.84 |
- 5,227,875.10 |
- 4,887,008.15 |
2 |
2 |
B |
1,483.12 |
-48,609.46 |
10,462.14 |
-36,664.20 |
3 |
3 |
C |
1,751.11 |
200,737.90 |
-492,059.04 |
-289,570.02 |
2 |
4 |
D |
50.34 |
-587.16 |
22.67 |
-514.15 |
3 |
5 |
E |
41.32 |
5,387.01 |
-13,398.09 |
-7,969.77 |
2 |
6 |
F |
3,084.87 |
-13,557.33 |
21,900.08 |
11,427.63 |
4 |
7 |
G |
2,733.94 |
11,681.24 |
4,002.87 |
18,418.05 |
6 |
8 |
H |
6,250.13 |
-50,670.72 |
47,129.27 |
2,708.68 |
3 |
9 |
I |
4,313.28 |
-11,260.95 |
3,273.33 |
-3,674.33 |
3 |
10 |
J |
2,159.67 |
694.49 |
-8,045.49 |
-5,191.32 |
2 |
11 |
K |
2,385.35 |
4,103.67 |
24,263.57 |
30,752.59 |
6 |
12 |
L |
2,079.95 |
2,650.52 |
21,003.70 |
25,734.17 |
6 |
13 |
M,N |
313.38 |
5,437.48 |
8,664.68 |
14,415.54 |
6 |
14 |
O |
6,528.42 |
-54,953.60 |
-7,101.28 |
-55,526.47 |
1 |
15 |
P |
1,453.25 |
-4,610.85 |
3,380.35 |
222.75 |
3 |
16 |
Q |
1,123.17 |
2,748.47 |
15,099.97 |
18,971.61 |
6 |
17 |
R, S, T,U |
948.81 |
706.93 |
3,947.42 |
5,603.16 |
6 |
Sumber: BPS, 2011-2015 (Data Diolah).
Keterangan
A : Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
B : Pertambangan dan Penggalian
C : Industri Pengolahan
D : Pengadaan Listrik dan Gas
E : Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
F : Konstruksi
G : Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
H : Transportasi dan Pergudangan
I : Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
J : Informasi dan Komunikasi
K : Jasa Keuangan dan Asuransi
L : Real Estate
M,N : Jasa Perusahaan
O : Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
P : Jasa Pendidikan
Q : Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
R, S,T,U : Jasa lainnya
Berdasarkan kategori Enders, enam sektor yaitu perdagangan besar dan eceran, sektor reparasi mobil dan sepeda motor, sektor jasa keuangan dan asuransi, sektor real estat, sektor jasa perusahaan, sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial, dan sektor jasa lainnya yang tergolong dalam rangking 6 yaitu merupakan sektor sangat kuat. Terdapat satu sektor yaitu sektor kontruksi yang termasuk dalam rangking 4 yaitu merupakan kategori sektor yang agak kuat.Sektor pertambangan dan penggalian, sektorpengadaan listrik dan gas, sektortransportasi dan pergudangan, sektorpenyediaan akomodasi dan makan minum, dan sektorjasa pendidikan termasuk dalam kategori sektor yang agak lemah dan ditandai dengan rangking 3. Ada empat sektor yaitu pertanian, kehutanan, dan perikanan, sektorindustri pengolahan, sektorpengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang, sertasektor informasi dan komunikasi yang termasuk dalam rangking 2 yaitu merupakan kategori sektor lemah. Sedangkan sektor administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib termasuk dalam rangking 1 yaitu merupakan kategori sektor yang sangat lemah.Jadi dapat disimpulkanbahwa terjadi pergeseran struktur ekonomi dilihat dari
Agrikultur Manufaktur Services (AMS) yang bergeser dari sektor ekonomi primer ke sektor tersier.
Berbeda dengan hasil analisisShift Share yang dilakukan oleh Kesuma (2015), yang menyatakan bahwa enam sektor di Kabupaten Klungkung yaitu sektor bangunan, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor keuangan, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, persewaan, dan jasa perusahaan, serta sektor jasa-jasa termasuk dalam rangking 1 yaitu merupakan sektor yang sangat kuat. Dua sektor diantaranya sektor industri pengolahandan sektor pertambangan dan penggalian, termasuk dalam rangking 2 yaitu merupakan ketegori sektor yang kuat.Sektor pertanian termasuk dalam kategori sektor yang sangat lemah dan diberikan rangking 6.
Hasil Analisis Sektor Ekonomi Potensial di Kabupaten Karangasem dapat dibagi menjadi beberapa analisis yaitu:
-
1. AnalisisLocation Quotient (LQ)
Analisis Locationt Quotient digunakan secara luas dalam ekonomi regional karena kesederhanaan komputasi dan rendah persyaratan.Data LQ mengukur rasio antara pangsa lokal dan nasional dari kegiatan produktif industri tertentu di suatu wilayah, LQ> 1 dapat diartikan sebagai indikasi bahwa industri yang diteliti lebih terkonsentrasi di daerah daripada rata-rata nasional (Tian, 2013).
Tabel 3.
Hasil Analisis Location Quotient (LQ) Sektor-Sektor Ekonomi di Kabupaten Karangasem Tahun 2011-2015
No |
Kategori Industri |
2011 |
2012 |
2013 |
2014 |
2015 |
Rata-rata |
1 |
A |
1.8 |
1.8 |
1.81 |
1.81 |
1.84 |
1.81 |
2 |
B |
3.2 |
3.22 |
3.24 |
3.23 |
3.38 |
3.25 |
3 |
C |
0.61 |
0.61 |
0.62 |
0.62 |
0.62 |
0.62 |
4 |
D |
0.44 |
0.44 |
0.44 |
0.41 |
0.41 |
0.43 |
5 |
E |
0.65 |
0.66 |
0.66 |
0.66 |
0.69 |
0.66 |
6 |
F |
0.63 |
0.63 |
0.63 |
0.63 |
0.64 |
0.63 |
7 |
G |
0.62 |
0.62 |
0.63 |
0.62 |
0.62 |
0.62 |
8 |
H |
1.85 |
1.89 |
1.95 |
2.05 |
2.13 |
1.97 |
9 |
I |
0.45 |
0.45 |
0.45 |
0.45 |
0.44 |
0.45 |
10 |
J |
0.59 |
0.59 |
0.6 |
0.6 |
0.57 |
0.59 |
11 |
K |
1.03 |
1.03 |
1.05 |
1.06 |
1.07 |
1.05 |
12 |
L |
0.96 |
0.96 |
0.97 |
0.97 |
0.97 |
0.97 |
13 |
M,N |
0.69 |
0.69 |
0.7 |
0.69 |
0.69 |
0.69 |
14 |
O |
1.53 |
1.54 |
1.55 |
1.54 |
1.5 |
1.53 |
15 |
P |
0.46 |
0.46 |
0.46 |
0.46 |
0.46 |
0.46 |
16 |
Q |
0.85 |
0.86 |
0.86 |
0.86 |
0.89 |
0.87 |
17 |
R, S,T,U |
1.32 |
1.33 |
1.34 |
1.33 |
1.33 |
1.33 |
Sumber: BPS Kabupaten Karangasem dan Provinsi Bali, 2017 (Data diolah)
Hasil analisis LQ menunjukkan bahwa terdapat enam sektor potensial yang memiliki rata-rata LQ lebih besar dari satu yaitu, sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan, sektor transportasi dan pergudangan, sektor jasa keuangan dan asuransi, sektor administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib, sektor pertambangan dan penggalian dan sektor jasa lainnya.
Dari hasil perhitungan menggunakan analisisLocation Quotient (LQ), yang diteliti oleh Devi (2014) di Kabupaten Buleleng tahun 2008-2012, bahwa terdapat
tiga sektor potensial yang memiliki rata-rata LQ lebih besar dari satu yaitu, sektor pertambangan dan penggalian, sektor pertanian, dan sektor jasa-jasa.
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Riddington (2006), dimana hasilnya menunjukkan perbedaan besar antara model.Seperti yang diharapkan, perkiraan yang dihasilkan dari Tabel Skotlandia secara substansial lebih besar.MBSEsurvey menggambarkan bahwa industri yang dominan bukan pariwisata tapi makanan dan pengolahan minuman (sup Baxter, kue Walker dan wiski), yang sebagian besar jauh lebih banyak dari yang diekspor.Dalam model LQ ini mengarah ke-a di bawah rata-rata penyerapan sektor wisata lainnya, sehingga rata-rata pengganda Skotlandia untuk pariwisata lebih rendah.
-
2. Analisis DinamicLocation Quotient (DLQ)
Hasil analisis DLQ menunjukkan bahwa terdapat empat belas sektor DLQ lebih dari satu (>1) yaitu 1) pertanian, kehutanan, dan perikanan 2,64 persen, 2) industri pengolahan 1,12 persen, 3) pengadaan listrik dan gas 2,45 persen, 4) pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang 14,55 persen, 5) konstruksi 1,47 persen, 6) perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor 2,49 persen, 7) transportasi dan pergudangan 1,65 persen, 8) penyediaan akomodasi dan makan minum 1,11 persen, 9) informasi dan komunikasi 1,39 persen, 10) jasa keuangan dan asuransi 1,08 persen, 11) real estate 1,13 persen, 12) administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib 1,67 persen, 13) jasa kesehatan dan kegiatan sosial 1,57 persen, dan 14) jasa lainnya 1,13 persen.
Tabel 4.
Hasil Perhitungan Analisis Dinamic Location Quotient (DLQ) Sektor- Sektor Ekonomi di Kabupaten Karangasem Tahun 2011-2015
No |
Kategori Industri |
2011 |
2012 |
2013 |
2014 |
2015 |
Rata-rata |
1 |
A |
0.01 |
0.57 |
1.42 |
0.51 |
10.69 |
2.64 |
2 |
B |
0.4 |
0.69 |
0.79 |
-1.38 |
0 |
0.1 |
3 |
C |
0 |
1.61 |
1.8 |
0.62 |
1.59 |
1.12 |
4 |
D |
1.4 |
1.97 |
5.64 |
0 |
3.24 |
2.45 |
5 |
E |
0 |
0.25 |
1.15 |
0.3 |
71.05 |
14.55 |
6 |
F |
0.4 |
0.96 |
1.56 |
0.05 |
4.37 |
1.47 |
8 |
H |
0.25 |
0.54 |
0.88 |
3.01 |
3.57 |
1.65 |
9 |
I |
0.65 |
1.12 |
2.48 |
0.47 |
0.85 |
1.11 |
10 |
J |
1.04 |
1.59 |
3.1 |
0.94 |
0.26 |
1.39 |
11 |
K |
0.21 |
0.75 |
1.56 |
1 |
1.86 |
1.08 |
12 |
L |
0.32 |
0.89 |
1.85 |
0.75 |
1.87 |
1.13 |
13 |
M,N |
0.2 |
0.3 |
2.12 |
0.76 |
1.55 |
0.99 |
14 |
O |
1.4 |
0.25 |
5.32 |
1.12 |
0.29 |
1.67 |
15 |
P |
0.63 |
0 |
1.64 |
0.77 |
1.8 |
0.97 |
16 |
Q |
0.28 |
0.52 |
1.03 |
0.56 |
5.48 |
1.57 |
17 |
R, S,T,U |
0.58 |
0.83 |
2.02 |
0.78 |
1.45 |
1.13 |
Sumber: BPS Kabupaten Karangasem dan Provinsi Bali, 2017 (Data diolah)
Pada daerah yang memiliki struktur ekonomi yang serupa dan masih dalam satu daerah (pulau), tepatnya di Kabupaten Buleleng.Dinamic Location Quotient yang dimiliki adalah sektor kontruksi, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan real estate dan jasa perusahaan, sektor pertanian, industri pengolahan dan sektor jasa-jasa (Wiwekananda, 2015). Hal ini menunjukkan bahwa masih berada pada daerah yang sama, tetapi terdapat beberapa sektor yang berbeda yang menunjukkan keberagaman di setiap wilayah.
Hasil analisis MRP menggambarkan bahwa terdapat empat sektor RPr positif (+) dan RPs positif (+) yang memiliki arti bahwa pertumbuhan sektor tersebut menonjol pada wilayah referensi dan wilayah studi. Kondisi ini disebut dengan dominan pertumbuhan.Sektor yang termasuk dalam kategori ini yaitu 1) industri pengolahan, 2) konstruksi, 3) jasa keuangan dan asuransi, dan 4) jasa kesehatan dan kegiatan sosial.
Tabel 5.
Hasil Perhitungan Model Rasio Pertumbuhan (MRP) Kabupaten Karangasem Periode 2011-2015
No |
Kategori Industri |
RPr |
Rps |
Kode RPr |
Kode Rps |
Interpretasi |
1 |
A |
0.5 |
1.03 |
(-) |
(+) |
Rendah pada wilayah referensi namun menonjol di wil.studi |
2 |
B |
0.52 |
1.26 |
(-) |
(+) |
Rendah pada wilayah referensi namun menonjol di wil.studi |
3 |
C |
1.14 |
1.02 |
(+) |
(+) |
Dominan Pertumbuhan |
4 |
D |
1.12 |
0.71 |
(+) |
(-) |
Menonjol pada wil.referensi namun rendah pada wil.studi |
5 |
E |
0.66 |
1.15 |
(-) |
(+) |
Rendah pada wilayah referensi namun menonjol di wil.studi |
6 |
F |
1.21 |
1 |
(+) |
(+) |
Dominan Pertumbuhan |
7 |
G |
1.16 |
0.88 |
(+) |
(-) |
Menonjol pada wil.referensi namun rendah pada wil.studi |
8 |
H |
0.87 |
1.61 |
(-) |
(+) |
Rendah pada wilayah referensi namun menonjol di wil.studi |
9 |
I |
1.09 |
0.88 |
(+) |
(-) |
Menonjol pada wil.referensi namun rendah pada wil.studi |
10 |
J |
1.19 |
0.8 |
(+) |
(-) |
Menonjol pada wil.referensi namun rendah pada wil.studi |
11 |
K |
1.44 |
1.05 |
(+) |
(+) |
Dominan Pertumbuhan |
12 |
L |
1.04 |
0.94 |
(+) |
(-) |
Menonjol pada wil.referensi namun rendah pada wil.studi |
No |
Kategori Industri |
RPr |
Rps |
Kode RPr |
Kode Rps |
Interpretasi |
13 |
M,N |
0.97 |
0.93 |
(-) |
(-) |
Rendah pada wil.referensi maupun studi |
14 |
O |
0.72 |
0.76 |
(-) |
(-) |
Rendah pada wil.referensi maupun studi |
15 |
P |
1.29 |
0.96 |
(+) |
(-) |
Menonjol pada wil.referensi namun rendah pada wil.studi |
16 |
Q |
1.58 |
1.08 |
(+) |
(+) |
Dominan Pertumbuhan |
17 |
R, S, T,U |
0.93 |
0.93 |
(-) |
(-) |
Rendah pada wil.referensi maupun studi |
Sumber: BPS Kabupaten Karangasem dan Provinsi Bali, 2017 (data diolah)
Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Putra (2015) di Kabupaten Buleleng, yang menunjukkan bahwa sektor listrik, gas dan air bersih, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran secara rata-rata dari tahun 2009-2013 memiliki nilai RPr dan RPs yang positif yang bermakna kegiatan padasektor tersebut di tingkat Provinsi Bali dan Kabupaten Buleleng memiliki pertumbuhan yang menonjol dibandingkan dengan sektor lainnya.
Hasil analisis OverlayRPs (+) dan LQ (≥ 1) menunjukkan suatu kegiatan yang sangat dominan baik dari pertumbuhan maupun keunggulan komparatif.Sektor yang tergolong dalam kategori ini adalah 1) pertanian, kehutanan, dan perikanan, 2) pertambangan dan penggalian, 3) transportasi dan pergudangan, dan 4) jasa keuangan dan asuransi.
Tabel 6
Kategori Sektor Ekonomi Berdasarkan Hasil Perhitungan Overlay Kabupaten
Karangasem Periode 2011-2015 (Nilai Rps;Nilai LQ)
LQ RPs |
(+) |
(-) |
(+) |
Dominan Pertumbuhan dan Keunggulan Komparatif
Penggalian (1.26;3.25)
Pergudangan (1.61;1.97)
|
Dominan Pertumbuhan tetapi tidak Unggul
|
(-) |
Pertumbuhan Kecil namun memiliki Keunggulan Komparatif
|
Tidak Potensial
|
Sumber: BPS Kabupaten Karangasem dan Provinsi Bali, 2017 (data diolah)
Berbeda dengan hasil analisisoverlay yang diteliti oleh Ramda (2017) di Kabupaten Manggarai Periode 2010-2015, yang menyatakan bahwa terdapat beberapa sektor ekonomi yang layak dikembangkan karena memiliki pertumbuhan ekonomi dan keunggulan komparatif yaitu sektor pertambangan dan penggalian, sektor pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah, dan daur ulang, sektor informasi dan komunikasi, sektor administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib, serta sektor jasa lainnya.
Hasil Analisis Sektor Ekonomi yang dapat Mendukung Pembangunan di
Kabupaten Karangasem
Dari hasil analisis menentukan struktur ekonomi Kabupaten Karangasem dengan menggunakan analisis shift share (dalam hal memberikan plus minus analisis ini yang terpenting adalah pangsa daerah dan bauran industri.),dan untuk menentukan sektor potensial menggunakan analisis Location Quotient(LQ), Dynamic Location Quotient (DLQ), Model Rasio Pertumbuhan (MRP) kemudian dianalisis secara kualitatif untuk menentukan sektor potensial yang dapat mendukung pembangunan ekonomi di Kabupaten Karangasem.
Tabel 6.
Rangkuman Hasil Penelitian PDRB Sektor Ekonomi di Kabupaten Karangasem Tahun 201-2015
N o |
Kategori Industri |
Shif t Shre |
LQ |
DL Q |
MRP |
Nil ai * |
Keterangan | |
1 |
A |
(-) |
(+) |
(+) |
(-) |
(+) |
3 |
prioritas pembangunan ketiga |
2 |
B |
(+) |
(+) |
(-) |
(-) |
(+) |
3 |
prioritas pembangunan ketiga |
3 |
C |
(-) |
(-) |
(+) |
(+) |
(+) |
3 |
prioritas pembangunan ketiga |
4 |
D |
(+) |
(-) |
(+) |
(+) |
(-) |
3 |
prioritas pembangunan ketiga |
5 |
E |
(-) |
(-) |
(+) |
(-) |
(+) |
2 |
prioritas pembangunan keempat |
6 |
F |
(+) |
(-) |
(+) |
(+) |
(+) |
4 |
prioritas pembangunan kedua |
7 |
G |
(-) |
(-) |
(+) |
(+) |
(-) |
2 |
prioritas pembangunan keempat |
8 |
H |
(+) |
(+) |
(+) |
(-) |
(+) |
4 |
prioritas pembangunan kedua |
N o |
Kategori Industri |
Shif t Shre |
LQ |
DL Q |
MRP |
Nil ai * |
Keterangan | |
9 |
I |
(+) |
(-) |
(+) |
(+) |
(-) |
3 |
prioritas pembangunan ketiga |
1 0 |
J |
(-) |
(-) |
(+) |
(+) |
(-) |
2 |
prioritas pembangunan keempat |
1 1 |
K |
(+) |
(+) |
(+) |
(+) |
(+) |
5 |
prioritas pembangunan pertama (utama) |
1 2 |
L |
(+) |
(-) |
(+) |
(+) |
(-) |
3 |
prioritas pembangunan ketiga |
1 3 |
M,N |
(+) |
(-) |
(-) |
(-) |
(-) |
1 |
prioritas pembangunan kelima |
1 4 |
O |
(+) |
(+) |
(+) |
(-) |
(-) |
3 |
prioritas pembangunan ketiga |
1 5 |
P |
(+) |
(-) |
(-) |
(+) |
(-) |
2 |
prioritas pembangunan keempat |
1 6 |
Q |
(+) |
(-) |
(+) |
(+) |
(+) |
4 |
prioritas pembangunan kedua |
1 7 |
R, S, T, U |
(+) |
(+) |
(+) |
(-) |
(-) |
3 |
prioritas pembangunan ketiga |
Sumber: BPS Kabupaten Karangasem dan Provinsi Bali, 2017 (Data diolah)
Keterangan:
Nilai * : jumlah tanda positif (+) menunjukkan bahwa suatu sektor potensial
Berdasarkan hasil rangkuman penelitian PDRB yang dilakukan di Kabupaten
Karangasem tahun 2011-2015 menunjukkan bahwa yang merupakan sektor potensial dalam mendukung pembangunan di Kabupaten Karangasem yaitu sektor jasa keuangan dan asuransi.
Sektor prioritas atau potensial kedua adalah 1) konstruksi, 2) transportasi dan pergudangan, dan 3) jasa kesehatan dan kegiatan sosial.Sektor prioritas ketiga yaitu 1) pertanian, kehutanan, dan perikanan, 2) pertambangan dan penggalian, 3) industri
pengolahan, 4) pengadaan listrik dan gas, 5) penyediaan akomodasi dan makan minum, 6) real estate, 7) administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib, 8) jasa lainnya. Sektor prioritas keempat adalah 1) pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang, 2) perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor, 3) informasi dan komunikasi, 4) jasa pendidikan. Sektor prioritas ke lima adalah jasa perusahaan.
Berdasarkan hasil penelitian dan hasil perencanaan, sektor yang dijadikan prioritas pembangunan di Kabupaten Karangasem adalah. Pertama, berdasarkan hasil penelitian menyatakan bahwa sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan dijadikan sebagai prioritas pembangunan ketiga, sedangkan dari hasil Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan dijadikan prioritas pembangunan yang keempat. Kedua, berdasarkan hasil penelitian bahwa sektor industri pengolahan termasuk dalam prioritas pembangunan ketiga, berbeda dengan hasil perencanaan pembangunan jangka menengah daerah yang menjadikan sektor industri pengolahan kedalam prioritas pembangunan keempat, Terakhir, menurut hasil penelitian yang dilakukan bahwa sektor penyediaan akomodasi dan makan minum termasuk kedalam prioritas pembangunan ketiga, sedangkan berdasarkan RPJMD Karangasem sektor penyediaan akomodasi dan makan minum tergolong kedalam prioritas pembangunan keempat.
Dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, permasalahan, tantangan dan peluang yang ada, serta mempertimbangkan kearifan lokal yang hidup dalam masyarakat Karangasem maka visi yang hendak dicapai dalam periode Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Karangasem adalah : ” Mewujudkan Karangasem Jagaditha Ya Ca Iti Dharma Periode ll ”dapat diwujudkan dengan baik (Bappeda Karangasem, 2014).
Simpulan
Hasil analisis Shift Share tahun analisis 2011-2015. Bedasarkan kategori enders, struktur ekonomi di Kabupaten Karangasem mengalami pergeseran struktur ekonomi dilihat dari Agrikultur Manufaktur Services (AMS) yang bergeser dari struktur ekonomi primer ke sektor tersier.Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan dua analisis yaitu Location Quotient (LQ) dan Dynamic Location Quotient (DLQ), maka dapat diketahui bahwa yang merupakan sektor potensial dan berpotensi potensial dikembangkan dimasa yang akan datang di Kabupaten Karangasem yaitu sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan, sektor jasa keuangan dan asuransi, sektor transportasi dan pergudangan, sektor administrasi pemerintahan, pertanahan dan jaminan sosial, serta sektor jasa lainnya.
Sektor potensial yang dapat mendukung pembangunan di Kabupaten Karangasem dapat dibagi menjadi lima bagian. Sektor prioritas pertama (utama), sektor prioritas kedua, sektor prioritas ketiga, sektor prioritas keempat dan sektor prioritas ke lima.
Saran
Pemerintah daerah Kabupaten Karangasem hendaknya memprioritaskan pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya manusia yang ada di daerah dengan melihat sektor-sektor unggulan yang potensial untuk dikembangkan di Kabupaten Karangasem yaitu dengan mempertahankan dan mengembangkan eksistensinya.Sektor-sektor lainnya yang bukan merupakan sektor unggulan dalam pengembangannya juga perlu mendapat perhatian dari pemerintah sehingga dapat dipergunakan bagi kesejahteraan masyarakat, pemerataan pembangunan dan meningkatkan produk domestik regional bruto.
REFERENSI
Arsyad, Lincolin. 2010. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah.Yogyakarta: BPFE.
Altiner, Res Assist Ali. 2012. Foreign Direct Investment And Gross Domestic Product: An Application On Eco Region (1995-2011). International Journal Of Business And Social Science 3.22.
Alhowaish, A.K. dkk. 2015. Location Quotient Technique And Economy Analysis Of Regions: Tabuk Province Of Saudi Arabia As A Case Study. International Journal Of Science And Research 4.12.
Bappeda Karangasem. 2017. Karangasem Dalam Angka Tahun 2014. Denpasar
BPS Kabupaten Karangasem. 2017. Karangasem Dalam Angka Tahun 2015. Denpasar
----------. 2017, Bali Dalam Angka Tahun 2015. Denpasar
Devi, Paramahita Widya Ida Ayu dan Indrajaya Bagus, I Gusti. 2014. “Analisis Kebutuhan Investasi Sektor Potensial di Kabupaten Buleleng”. E-Jurnal EP Unud, 2(12). 567-575
Herath, Janaranjan., Tesfa G. Gebremedhin dan Blessing M. Maumbe. 2011. A Dynamic Shift Share AnalysisOf Economic Growth In West Virginia. Journal Of Rural And Community Development, 6(2).
Hukom, Alexandra. 2014. Hubungan Ketenagakerjaan dan Perubahan Struktur Ekonomi Terhadap Kesejahteraan Masyarakat. Jurnal Ekonomi Kuantitatif Terapan, 7(2), 120-129.
Kuncoro, Mudrajat. 2003. Ekonomi Pembangunan Teori, Masalah dan Kebijakan.
Yogyakarta: UUP AMP YKPN
Kesuma, Ni Luh Aprilia dan Suyana Utama, I Made.2015,“Analisis Sektor Unggulan dan Pergeseran Pangsa Sektor-Sektor Ekonomi Kabupaten Klungkung”, Jurnal Ekonomi Kualitatif Terapan, 4(3), 169-179.
Kusuma, Hendra. 2016. Desentralisasi Fiskal dan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia. Jurnal Ekonomi Kuantitatif Terapan, 9(1), 1-11.
Leeuwen Van, Robert. 2006. Central Government Subsidies for Regional
Development. . Journal Bulletin Of Economic Studies, 11(1), 66-75.
Mondal, Prof. Wali I.Ph. D. 2009. An Analiysis Of The Industrial Development Potential Of Malaysia: A Shift Share Approach.Journal Of Business & Economic Research 7(5), 41-46.
Mubyarto. 1987. Economic Development In The Regions: A Conference Report. Journal Bulletinof Indonesian Economic Studies, 23(1), 131-139.
Putra, Dharma Satrya Dede dan Kartika, I Nengah. “AnalisisSektor Potensial dan Kesempatan Kerja sektoral di Kabupaten Buleleng”, Jurnal Ekonomi Pembangunan’, 4(11), 1421-1444
Ramda, Edwin Eduardo. 2017. “Pergeseran Struktur Ekonomi dan Potensi Sektor Ekonomi Kabupaten Manggarai Periode 2010-2015”. Jurnal Ekonomi Pembangunan, 6 (3), 312-336.
Riddington, Goeff.,dkk. 2006. Comparison of Gravity Model, Survey and Location Quotient-based Local Area Tables and Multipliers. Journal Regional Studies, 40(9), 1069-1081.
Suartha, Nyoman dan Yasa Murjana Wayan, I Gusti. 2017. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Migrasi Masuk Terhadap Pertumbuhan Penduduk dan Alih Fungsi Bangunan Penduduk Asli Kota Denpasar. Jurnal Ekonomi Kuantitatif Terapan, 10(1), 95-107.
Suyana, Utama I Made. 2010. Buku Ajar Ekonomi Regional. Denpasar: Fakultas Ekonomi Universitas Udayana.
Suyatno. 2000. Analisa Economic Based Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah.
Tarigan, Robinson. 2005. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Jakarta: Bumi Aksara
---------. 2012. Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.
Tian, Zheng. 2013. Measuring Agglomeration Using the Standardized LocationQuotient with a Bootstrap Method. Journal of Regional Analysis & Policy, 43(2), 186-197.
Wardhana, Dadan.,dkk. 2017. The Effects Of Agro-Clusters On Rural Poverty:ASpatial Perspective For West Java. Journal Bulletin Of Economic Studies.
Wiwekananda Putu, Ida Bagus. 2015. “Transformasi Struktur Ekonomi dan Sektor Unggulan di Kabupaten Buleleng Periode 2008-2013”. Jurnal Ekonomi Kualitatif Terapan, 9(1), 37-45.
31
Discussion and feedback