KONTRIBUSI PENDAPATAN IBU RUMAH TANGGA PEMBUAT MAKANAN OLAHAN TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA
on
PIRAMIDA Vol. V No. 1
ISSN : 1907-3275
KONTRIBUSI PENDAPATAN IBU RUMAH TANGGA PEMBUAT MAKANAN OLAHAN TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA
M.Th.Handayani, Ni Wayan Putu Artini
Jurusan Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian Univ.Udayana
Email : [email protected]
ABSTRACT
The Contribution of Housewife Workers in Food Processing to The Total Family Income
The uncertainly of the economic condition where the chance of employment is limited has led to the stability of family source of income. This condition has pushed haousewifes where previously just conserned on domestic matters to public sector partisipation to support family income. This research aimed at finding contribution of housewife workers income by processing food to the total family income. This research was conducted at Pemogan village, South Denpasar district, Province of Bali.
This result of the research shows that type of job done by housewife worker were in food industries with the average time alocation for processing food accounts for 4.27 hours per day. It was also found that the average of earning per month is Rp.429,753.00 and it amounts is 12.82% of the total family’s income. This implies that labor produvtivity is Rp3,594.00 per hour. The reasons wife working are (a) to support family income, (b) to fill sparetime with positive activities, (c) to look for an experiences. About 83,3% housewife worker doesn’t find difficulties for processing food, only a small amount (16,7%) finds difficulties.
In order to improve the contibution of houswife worker to the family income, it is suggested to guide them for better processing methodes and management by related institutions. This includes Bali Agricultural office and BPTP.
Key word : Houewife worker, contribution, total family income, food processing
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam merespon Dekade Perempuan PBB, pemerintah Indonesia memasukkan kebijakan perempuan dalam GBHN yang dikenal dengan kebijakan Peran Ganda Perempuan. Kebijakan ini didasarkan pada asumsi bahwa selama ini kaum perempuan, karena “hanya” berperan sebagai istri dan ibu, dianggap tidak dapat memberikan kontribusi apapun dalam pembangunan. Oleh karenanya perempuan didorong untuk berpartisipasi aktif di sektor publik, sekaligus tetap harus menjalankan fungsinya sebagai istri dan ibu (Nursyahbani, 1999).
Partisipasi wanita saat ini bukan sekadar menuntut persamaan hak tetapi juga menyatakan fungsinya mempunyai arti bagi pembangunan dalam masyarakat di Indonesia. Secara umum alasan perempuan bekerja adalah untuk membantu ekonomi keluarga. Keadaan perekonomian yang semakin tidak menentu, harga-harga kebutuhan pokok yang semakin meningkat, pendapatan keluarga yang cenderung tidak meningkat akan berakibat pada terganggunya stabilitas perekonomian keluarga. Kondisi inilah yang mendorong ibu rumah tangga yang sebelumnya hanya menekuni sektor domistik (mengurus rumah tangga), kemudian ikut berpartisipasi di
sektor publik dengan ikut serta menopang perekonomian keluarga. Sebagai tenaga kerja wanita dalam keluarga, umumnya ibu rumah tangga cenderung memilih bekerja di sektor informal. Hal ini dilakukan agar dapat membagi waktu antara pekerjaan dan keluarga.
Sesuai dengan data statistik provinsi Bali tahun 2006, persentase pekerja perempuan yang bekerja di sektor informal selalu lebih besar daripada persentase pekerja perempuan di sektor formal, yaitu sebanyak 499.341 jiwa (61,6%) bekerja di sektor informal, sedangkan di sektor formal tercatat sebanyak 311.241 jiwa (38,4%) (BPS, 2006). Tampaknya, ciri sektor informal yang relatif fleksibel memungkinkan berkurangnya konflik antara mengurus rumah tangga dan mencari nafkah.
Tingginya laju pertumbuhan penduduk menyebabkan lapangan pekerjaan yang tersedia tidak mampu menampung secara penuh jumlah tenaga kerja yang ada. Upaya pemerintah dalam menangani masalah tersebut diantaranya melalui program transmigrasi, pengiriman tenaga kerja ke luar negeri, juga dengan menggalakkan berbagai jenis pengembangan usaha-usaha industri kecil, koperasi dan industri rumah tangga. Pengembangan usaha berskala kecil pada kelompok-kelompok masyarakat kemudian menjadi salah satu alternatif penyelesaian masalah surpus tenaga kerja, utamanya ditujukan untuk menjadi wadah bagi upaya pembinaan wirausaha di kalangan masyarakat (Tjiptoherijanto, 1999: 103).
Program pemerintah dalam pengembangan usaha kecil dan industri rumah tangga memberikan kontribusi dalam perkembangan kelompok-kelompok usaha di masyarakat, salah satunya adalah ‘Kelompok Wanita Tani Sari Boga’. Salah satu tujuan terbentuknya kelompok ini adalah sebagai wadah bagi ibu rumah tangga yang ingin membantu perekonomian keluarga melalui industri rumah tangga.
Kelompok Wanita Tani Sari Boga merupakan kelompok yang beranggotakan
para ibu rumah tangga dimana kegiatan ekonomi yang dilakukan meliputi memproduksi makanan olahan seperti pembuatan: rempeyek kacang, rempeyek ikan teri, jajan tradisional, abon ikan tuna, krupuk ceker ayam, berjualan sembako dan catering. Anggota kelompok terdiri dari ibu-ibu rumah tangga baik yang sudah memiliki pekerjaan dan ingin memiliki pekerjaan sampingan maupun yang belum memmiliki pekerjaan. Dengan bergabung dalam kelompok ini mereka dapat membantu menambah pendapatan keluarga.
Mempertimbangkan kondisi pentingnya peran wanita dalam menangkap peluang kerja, meningkatkan pendapatan, memberikan nilai tambah (added value) bagi kehidupan mereka dalam keluarga maupun dalam masyarakat, maka dirasa perlu mengkaji sumbangan pendapatan ibu rumah tangga yang tergabung dalam kelompok Wanita Tani Sari Boga ini terhadap pendapatan keluarga.
Motivasi Wanita Bekerja
Bekerja adalah melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan dan lamanya bekerja paling sedikit satu jam secara terus menerus dalam seminggu yang lalu (termasuk pekerja keluarga tanpa upah yang membantu dalam suatu usaha atau kegiatan ekonomi (BPS, 2006).
Motivasi merupakan proses pemberian dorongan kepada seseorang untuk melakukan sesuatu, sehingga tujuan yang diinginkan dapat tercapai (Sulistiyani dan Rosidah, 2003: 187). Sementara itu, keputusan kerja adalah suatu keputusan yang mendasar tentang bagaimana menghabiskan waktu, misalnya dengan melakukan kegiatan yang menyenang kan atau bekerja (Sumarsono, 2003: 14).
Pada umumnya motivasi kerja kebanyakan tenaga kerja wanita adalah membantu menghidupi keluarga. Akan tetapi, motivasi itu juga mempunyai makna khusus karena memungkinkan memiliki
otonomi keuangan, agar tidak selalu tergantung pendapatan suami.
Beberapa motivasi wanita bekerja pada industri rumah tangga pangan adalah karena suami tidak bekerja, pendapatan rumah tangga kurang, mengisi waktu luang, ingin mencari uang sendiri, dan ingin mencari pengalaman (Asyiek, dkk. Dalam Dharmawati, 2002: 12).
Curahan Tenaga Kerja
Curahan waktu kerja adalah proporsi waktu bekerja (yang dicurahkan untuk kegiatan-kegiatan tertentu di sektor pertanian dan di luar sektor pertanian) terhadap total waktu kerja angkatan kerja. Curahan waktu kerja tergantung pada jenis pekerjaan yang dilakukan. Ada jenis-jenis kegiatan yang memerlukan curahan waktu yang banyak dan kontinu, tapi sebaliknya ada pula jenis-jenis kegiatan yang memerlukan curahan waktu kerja yang terbatas (Nurmanaf, 2006: 269).
Secara umum wanita mempunyai peran baik sebagai ibu rumah tangga maupun sebagai pencari nafkah, dilakukan dalam kehidupan sehari-hari yang tercermin dalam curahan waktu kerja wanita. Menurut Putri dkk. (2007: 41) curahan waktu kerja wanita secara garis besar dibagi menjadi dua yaitu: curahan waktu kerja untuk kegiatan ekonomi (mencari nafkah) dan kegiatan non ekonomi yaitu kegiatan dasar, kegiatan sosial, dan kegiatan rumah tangga.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Widiandarini (2001: 58) terhadap curahan jam kerja wanita dan pria di luar sektor petanian menunjukkan bahwa curahan jam kerja wanita lebih besar (877,04 jam setahun) dibanding pria (657,14 jam setahun). Besarnya curahan jam kerja wanita pada kegiatan di luar sektor pertanian menunjukkan bahwa wanita mempunyai peranan cukup besar dalam rumah tangga, yaitu dalm membantu kepala rumah tangga memenuhi kebutuhan rumah tangga.
Produktivitas Tenaga Kerja
Produktivitas adalah rasio antara output dan input dari suatu proses produksi dalam periode tertentu, dimana input terdiri atas manajemen, tenaga kerja, biaya produksi, peralatan serta waktu, sedangkan output meliputi produksi, produk penjualan serta pendapatan (Mangkuprawira dan Hubeis, 2007: 102).
Produktivitas merupakan perbandingan antara hasil yang dapat dicapai dengan keseluruhan sumberdaya yang digunakan per satuan waktu. Peningkatan produktivitas tenaga kerja merupakan sasaran yang strategis karena peningkatan produktivitas faktor-faktor lain sangat tergantung pada kemampuan tenaga manusia yang memanfaatkannya (Sumarsono, 2003: 6263). Selanjutnya disebutkan pula bahwa produktivitas adalah kemampuan menghasilkan barang atau jasa dari suatu tenaga kerja manusia, mesin atau faktor produksi lainnya yang dihitung berdasarkan waktu rata-rata dari tenaga kerja tersebut dalam proses produksi. Produktivitas tenaga kerja merupakan ukuran keberhasilan tenaga kerja menghasilkan suatu produk dalam waktu tertentu.
Menurut Gaspersz, (2000: 18)
pengukuran produktivitas yang paling sederhana adalah pendekatan rasio output/input, dengan rumus:
O
Produktivitas = ----
I
Keterangan : O : output yang dihasilkan I : input yang digunakan
Pendapatan Keluarga
Konsep rumah tangga menunjuk pada arti ekonomi dari satuan keluarga, seperti bagaimana keluarga itu mengelola kegiatan ekonomi keluarga, pembagian kerja dan fungsi, kemudian berapa jumlah pendapatan yang diperoleh atau konsumsinya serta jenis produksi dan jasa yang dihasilkan (Raharjo, 1984 dalam Guhardja, 1993: 35).
Jika keluarga semakin besar, membuka kesempatan bagi pencari pendapatan (income
earner) akan memberikan kontribusinya terhadap pendapatan keluarga. Hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi positif yang erat antara banyaknya pencari pendapatan dengan tingkat pendapatan (Hananto Sigit dan Abuzar, dalam Guhardja, 1993: 35)
Kontribusi pendapatan dari satu jenis kegiatan terhadap total pendapatan rumah tangga tergantung pada produktivitas faktor produksi yang digunakan dari jenis kegiatan yang bersangkutan. Stabilitas pendapatan rumah tangga cenderung dipengaruhi dominasi sumber-sumber pendapatan. Jenis-jenis pendapatan yang berasal dari luar sektor pertanian umumnya tidak terkait dengan musim dan dapat dilakukan setiap saat sepanjang tahun (Nurmanaf, 2006: 272).
TUJUAN PENELITIAN
Sasaran yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hal-hal berikut ini.
-
1. Besarnya curahan jam kerja untuk kegiatan ekonomis dan non ekonomis
-
2. Besarnya sumbangan pendapatan ibu rumah tangga anggota kelompok wanita tani Sari Boga pada kegiatan membuat makanan olahan, terhadap pendapatan keluarga, serta mengetahui produktivitas mereka.
-
3. Motivasi ibu rumah tangga melakukan pekerjaan membuat makanan olahan.
-
4. Hambatan-hambatan yang dihadapi ibu rumah tangga pembuat makanan olahan.
Kerangka Pemikiran
Partisipasi wanita saat ini bukan sekadar menuntut persamaan hak, tetapi juga menyatakan fungsinya mempunyai arti bagi pembangunan dalam masyarakat di Indonesia. Secara umum alasan perempuan bekerja adalah untuk membantu ekonomi keluarga. Keadaan perekonomian yang semakin tidak menentu, kesempatan kerja semakin terbatas karena persaingan yang semakin ketat, harga-harga kebutuhan pokok yang semakin meningkat, pendapatan keluarga yang cenderung tidak meningkat akan berakibat pada terganggunya stabilitas perekonomian keluarga.
Kondisi inilah yang mendorong ibu rumah tangga yang sebelumnya hanya menekuni sektor domistik (mengurus rumah tangga), kemudian ikut berpartisipasi di sektor publik dengan ikut serta
menopang perekonomian keluarga. Sebagai tenaga kerja wanita dalam keluarga, umumnya ibu rumah tangga cenderung memilih bekerja di sektor informal. Hal ini dilakukan agar dapat membagi waktu antara pekerjaan dan keluarga.
Kelompok wanita tani Sari Boga merupakan salah satu kelompok yang anggotanya adalah ibu-ibu rumah tangga yang menjalankan usahanya di bidang pengolahan makanan. Makanan olahan yang dihasilkan kemudian dipasarkan, hasil penjualan dari produk tersebut merupakan pendapatan yang diperoleh ibu rumah tangga yang dapat menyumbang pendapatan keluarga.
METODE PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan di Kelompok Wanita Tani (KWT) Sari Boga ayng berlokasi di desa Pemogan, Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar. Penentuan lokasi secara purposive dengan pertimbangan, antara lain, KWT Sari Boga merupakan salah satu kelompok usaha bersama yang dibentuk ibu rumah tangga dengan tujuan untuk membantu perekonomian keluarga, kelompok ini sudah berdiri sejak tahun 2000 serta produk olahan yang dihasilkan cukup dikenal masyarakat.
Populasi dalam penelitian ini adalah rumah tangga anggota KWT Sari Boga yang membuat makanan olahan yakni sebanyak 30 orang. Sampel diambil dari keseluruhan populasi (dilakukan sensus) dan sekaligus menjadi responden penelitian.
Dalam penelitian ini dikumpulkan data primer dan data sekunder. Data primer meliputi (1) identitas responden, (2) data pendapatan, curahan jam kerja dan produktivitas (3) alasan bekerja (4) kendala-kendala yang dihadapi.
Pengumpulan data dilakukan dengan tiga teknik: (1) wawancara langsung dengan memakai daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan; (2) pencatatan data-data yang terkait dengan penelitian dari instansi-instansi; (3) observasi yakni mengamati langsung obyek penelitian. Data yang dikumpulkan diedit kemudian dianalisis dengan metode deskriptif yaitu penyajian analisis melalui penafsiran data yang ada dengan tujuan mendeskripsikan scara rinci suatu fenomena social dengan penafsiran disertai interpretasi rasional terhadap factor yang ada di lapangan (Singarimbun dan Effendi, 1989). Karakteristik,
alasan bekerja, kendala-kendala yang dihadapi, dianalisis dengan metode deskriptif kualitatif. Curahan jam kerja dihitung dengan mencari satuan jam kerja per hari per bulan; Sumbangan pendapatan ibu rumah tangga terhadap pendapatan rumah tangga dianalisis secara tabulasi tanpa uji statistik dengan menghitung jumlah uang yang dihasilkan/diperoleh dari suatu kegiatan ekonomis (membuat makanan olahan) dan pendapatan total rumah tangga dengan menggunakan rumus:
Pw
P = ---------x 100% Pd
P = Persentase pendapatan responden terhadap pendapatan keluarga
Pw = Pendapatan responden yang berasal dari penjualan produk olahan
Pd = Total pendapatan keluarga
HASIL DAN PEMBAHASAN
Menurut Pujiwati (1983) mempelajari peranan wanita, pada dasarnya menganalisis dua peranan wanita. Pertama, peran wanita dalam status atau posisi sebagai ibu rumah tangga yang melakukan pekerjaan yang secara tidak langsung menhasilkan pendapatan, tetapi memungkinkan anggota rumah tangga yang lain melakukan pekerjaan mencari nafkah. Kedua, peranan wanita pada posisi sebagai pencari nafkah (tambahan atau pokok) dalam hal ini wanita melakukan pekerjaan produktif yang langsung menghasilkan pendapatan.
Kelompok Wanita Tani Sari Boga merupakan kelompok usaha yang mendapat bimbingan dan dukungan dari Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Denpasar dan BPTP, yang dibentuk dengan tujuan memperoleh penghasilan tambahan disamping penghasilan suami, sebagai upaya mencukupi kebutuhan keluarga, dengan memanfaatkan waktu senggang ibu rumah tangga anggota kelompok. Anggota kelompok melalkukan baik kegiatan ekonomi (untuk memperoleh pendapatan) maupun kegiatan sosial seperti, arisan, suka duka, olah raga dan pelatihan/pembinaan bagi anggota kelompok.
Karakteristik Responden
Penggolongan umur produktif kerja berada pada 15-64 tahun (BPS, 2006), dari hasil penelitian diketahui bahwa keseluruhan responden tergolong penduduk usia produktif. Rata-rata umur responden adalah 41,1 tahun dengan kisaran umur 27 tahun sampai 55 tahun. Dua orang dari 30 responden berstatus janda, sehingga ibu rumah tangga tersebut memegang peranan penting dalam kegiatan ekonomi keluarga.
Apabila dilihat dari pendidikan responden, pendidikan disini dilihat dari lamanya waktu yang digunakan responden dalam menempuh pendidikan formal, rata-rata lama pendidikan yang ditempuh responden adalah 11,97 tahun (setara pendidikan SLTA). Sebanyak 5 orang (16,675) telah menempuh pendidikan tinggi diploma dan sarjana, dan hanya 5 oarang berpendidikan SLTP. Kondisi ini menunjukkan bahwa responden mempunyai potensi untuk mengembangkan usaha, karena tingkat pendidikan merupakan cerminan kualitas SDM. Menurut Nurhayati dan Sahara (2008: 319) bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka akan cepat tanggap terhadap perkembangan teknologi dan kemampuan seseorang.
Banyaknya jumlah anggota keluarga merupakan salah satu faktor yang mendorong seseorang untuk bekerja. Semakin banyak jumlah anggota keluarga yang tidak bekerja maka tanggungan keluarga juga lebih besar sehingga mengharuskan seseorang untuk bekerja lebih keras. Hasil penelitian menunjukkan responden rata-rata mempunyai jumlah anggota keluarga sebanyak empat orang dengan kisaran 2 sampai dengan 5 orang.
Curahan Tenaga Kerja
Curahan tenaga kerja wanita dapat digolongkan menjadi dua, yaitu untuk kegiatan ekonomis dan non-ekonomis. Hasil penelitian menunjukkan curahan jam kerja responden rata-rata untuk kegiatan membuat makanan olahan adalah 4,27 jam per hari, dengan kisaran antara 3 sampai 7 jam per hari. Sebanyak 7 orang responden mempunyai pekerjaan lain di luar pekerjaan membuat makanan olahan, yaitu 3 orang sebagai guru, 1 orang PNS, 1 orang pegawai swasta, dan 2 orang sebagai pedagang. Jam kerja yang dicurahkan untuk pekerjaan di luar membuat makanan olahan
tersebut adalah 6,71 jam per hari dengan kisaran 6 sampai 8 jam per hari. Hal ini berarti pekerjaan sebagai pembuat makanan olahan bagi 7 orang responden tersebut merupakan pekerjaan sampingan (mengingat jumlah jam kerja yang dicurahkan lebih sedikit). Apabila dihitung rata-rata jam kerja per minggu untuk membuat makanan olahan adalah sebesar 18,36 jam, maka sebanyak 23 orang responden tergolong ke dalam tenaga kerja setengan menganggur karena kurang dari 35 jam per minggu (BPS, 2007). Sedangkan 7 oarang responden yang mempunyai pekerjaan lain selain membuat makanan olahan mempunyai rata-rata jam kerja 41,20 jam per minggu, sehingga tergolong tenaga kerja penuh.
Rata-rata hari kerja per minggu responden untuk membuat makanan olahan yaitu 4 hari per minggu dengan kisaran 2 sampai 7 hari. Keadaan ini dikarenakan pembuatan makanan olahan dilakukan oleh responden ada yang secara rutin maupun frekuensi produksi yang berbeda-beda menurut pesanan konsumen.
Dengan memperhatikan rata-rata curahan waktu bekerja responden (4,27 jam per hari), secara umum dapat dikemukakan bahwa mereka masih mempunyai alokasi waktu yang dapat digunakan untuk kegiatan lain, seperti mengurus rumah tangga, istirahat ataupun kegiatan lain. Hasil penelitian menujukkan curahan jam untuk kegiatan non ekonomis responden, rata-rata sebesar 3,65 jam per hari untuk melakukan kegiatan mengurus rumah tangga, seperti mengasuh anak, memasak, mencuci dan seterika, dan membersihkan rumah, merupakan rangkaian kegiatan yang menjadi tanggung jawab bersama dalam keluarga. Tidak ada pembagian kerja yang jelas/tegas untuk tugas tertentu dalam keluarga.
Sumbangan Pendapatan Responden terhadap Pendapatan Keluarga
Dalam penelitian ini pendapatan keluarga berasal dari tiga sumber, yaitu dari kepala keluarga (ayah), dari responden (membuat makanan olahan maupun dari pekerjaan lain), dan anak yang sudah bekerja. Hasil penelitian menujukkan rata-rata pendapatan total keluarga sebesar Rp.4.417.302,00 dengan kisaran antara Rp.1.054.000,- sampai dengan Rp.10.161.000,00. Distribusi secara rinci dapat dilihat dari Tabel 1 berikut:
Tabel 1. Distribusi pendapatan total keluarga responden, tahun 2008
No |
Pendapatan total per bulan (Rp.) |
Jumlah (rumah tangga) |
% |
1 |
< 2.000.000 |
7 |
23,33 |
2 |
2.000.000 – |
20 |
66,67 |
5.000.000 | |||
3 |
> 5.000.000 |
3 |
10,00 |
Jumlah |
30 |
100,00 |
Sumber: berdasarkan analisis data primer
Dilihat dari Tabel 1, sebagian besar keluarga responden (76,67%) mempunyai pendapatan diatas Rp.2.000.000,00 menunjukkan bahwa keluarga responden telah mampu memenuhi kebutuhan hidup minimum di kota Denpasar, karena rata-rata kebutuhan hidup minimum di kota Denpasar mencapai Rp.1.158.859,00 per bulan per keluarga (BPS, 2007).
Apabila dilihat dari pendapatan responden sebagai pembuat makanan olahan, hasil penelitian menujukkan rata-rata pendapatan responden sebesar Rp.429.753,00 dengan kisaran antara Rp.105.000,00 sampai dengan Rp.1.562.000,00. Secara rinci dapat didistribusikan, seperti pada Tabel 2 berikut.
Tabel 2. Distribusi pendapatan responden dari pembuatan makanan olahan, tahun 2008
No Pendapatan |
per |
Jumlah responden ( orang ) |
% | |
responden bulan (Rp.) | ||||
1 |
< 300.000 |
13 |
43,33 | |
2 |
300.000 – 500.000 |
8 |
26,67 | |
3 |
> 500.000 |
9 |
30,00 | |
Jumlah |
30 |
100,00 |
Sumber: berdasarkan analisis data primer
Dilihat dari Tabel 2, sebanyak 21 responden memperoleh pendapatan rata-rata-rata sebesar kurang dari Rp 300.000,00 sampai Rp.500.000,00 per bulan. Apabila dibandingkan dengan upah minimum regional (UMR) kota Denpasar, sebanyak 80% responden memperoleh pendapatan lebih kecil dari UMR kota Denpasar yaitu sebesar Rp.659.500,00 (BPS, 2007).
Mencermati pendapatan responden yang kendati rendah, mereka merasakan dapat memberikan kontribusi dalam pendapatan keluarga, keadaan tersebut dinyatakan oleh keseluruhan responden. Apabila dilihat dari rat-rata pendapatan responden dari pembuatan makanan olahan (sebesar Rp.429.753,00) maupun rata-rata pendapatan total keluarga sebesar (Rp.429.754,00), maka diperoleh hasil perhitungan sumbangan pendapatan ibu rumah tangga responden terhadap pendapatan total keluarga adalah sebesar 12,82% dengan kisaran 1,58% sampai dengan 52,56%. Walaupun kontribusinya tidak terlalu besar, namun kegiatan ekonomi responden dirasakan berperan cukup penting dalam menambah pendapatan keluarga.
Sawit, dkk (dalam Mubyarto, 1985) mengemukakan bahwa pendapatan seseorang tergantung dari waktu atau jam kerja yang dicurahkan dan tingkat pendapatan per jam kerja yang diterima. Akan tetapi hasil penelitian menunjukkan, apabila dihubungkan antara pendapatan dengan jam kerja yang dicurahkan untuk pembuatan makanan olahan, menunjukkan tidak terdapat hubungan nyata antara pendapatan dan curahan jam kerja responden pada pembuatan makanan olahan dihitung menggunakan rumus korelasi diperoleh angka 0,071 lebih kecil dari nilai tabel 0,709 (5 %), Hal ini terjadi karena jenis makanan yang diproduksi oleh responden berbeda-beda sehingga memerlukan waktu dan harga jual yang berbeda-beda pula.
Produktivitas Responden sebagai Tenaga Kerja
Dalam suatu proses produksi, buruh hanya akan menghasilkan produktivitas yang tinggi apabila keadaan fisiknya cukup memadai, hal itu hanya dapat dicapai apabila upah yang diterimanya dapat memenuhi kebutuhan fisik minimum. Ini mengandung pengertian bahwa membicarakan buruh dalam kaitannya dengan produktivitas mereka tidak dapat mengabaikan peranan upah (Effendi, 1993). Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan produktivitas adalah rasio antara output (pendapatan) dan input (curahan jam kerja) responden pada pembuatan makanan olahan.
Apabila dilihat dari pendapatan responden dari pembuatan makanan olahan yang lebih rendah
dibandingan UMR, tetapi curahan jam kerja responden juga lebih sedikit dibanding rata-rata curahan jam kerja tenaga kerja secara umum (8 jam per hari), maka diperoleh hasil produktivitas responden lebih tinggi dibanding tenaga kerja pada umumnya.
Dari hasil penelitian diperoleh produktivitas tenaga kerja responden sebesar Rp.3.594,00 per jam (rata-rata curahan jam kerja sebesar 4,27 jam per hari). Apabila dibandingkan dengan produktivitas berdasarkan UMR kota Denpasar sebesar Rp.3.118,00 per jam, maka produktivitas responden termasuk dalam kategori produktif.
Motivasi Responden untuk Bekerja
Salah satu konsep motivasi adalah untuk menggambarkan hubungan antara harapan dan tujuan. Setiap orang ingin dapat mencapai sesuatu atau tujuan dalam kegiatan-kegiatannya. Hasil penelitian menunjukkan responden mempunyai jawaban bervariasi tentang motivasi bekerja. Motivasi dalam penelitian ini dilihat dari dua sisi: ekonomi dan sosial. Menambah pendapatan keluarga merupakan motivasi ekonomi yang dinyatakan oleh 17 orang (56,67%), sedangkan sisanya menyatakan alasan motivasi sosial, yaitu: sebesar 10 orang (33,33% ) menyatakan untuk mengisi waktu luang dan 3 orang menyatakan mencari pengalaman.
Dihubungkan dengan tingkat pendidikan seseorang, maka tingkat pendidikan responden yang rata-rata tergolong cukup tinggi menunjukkan bahwa responden mempunyai kesadaran yang tinggi untuk berusaha meningkatkan perekonomian keluarga melalui kegiatan yang lebih bermanfaat yaitu bekerja, tanpa mengabaikan tugas sebagai ibu rumah tangga.
Hambatan Responden dalam Pembuatan Makanan Olahan
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden 25 orang (83,33%) tidak mengalami hambatan baik dari aspek ekonomi dan sosial. Hal ini dikarenakan pekerjaan membuat makanan olahan dikerjakan setelah selesai melakukan pekerjaan non ekonomis mengurus rumah tangga. Hanya sebagian kecil responden yang mempunyai hambatan dalam pembuatan makanan olahan ini, hambatan ekonomis seperti adanya pesaing yang
membuat makanan olahan sejenis (nasi jinggo dan brownis)di luar anggota kelompok dinyatakan oleh 2 orang responden,. Hambatan lain yaitu hambatan sosial dirasakan oleh 3 orang responden yang menyatakan kesulitan dalam membagi waktu untuk keluarga, kondisi ini dialami oleh responden yang mempunyai pekerjaan lain disamping kegitatan membuat makanan olahan terutama pada saat banyak permintaan (order) dari konsumen menjelang hari-hari raya keagamaan.
Dilihat dari sisi pemasaran yang biasanya merupakan salah satu hambatan, keseluruhan responden tidak mengalami hambatan, karena produk yang dihasilkan dititpkan di warung-warung, memasarkan sendiri ke konsumen, maupun melalui bazar/pameran yang diselenggarkan Dinas Pertanian, sehingga dapat menjadi ajang promosi untuk melancarkan pemasaran.
Kelompok Wanita Tani Sari Boga ini merupakan binaan Dinas Pertanian Kota Denpasar, sehingga secara periodik kelompok ini selalu dipantau perkembangannya. Kegiatan pembinaan dilakukan selain sebagai sarana evaluasi juga untuk mendengarkan pengalaman dan hambatan yang dirasakan anggota, sehingga dapat diberikan solusi yang tepat untuk mengatasi permasalahan-permasalahan baik teknis maupun manajemen.
Kesimpulan dan Implikasi Kebijakan
Keseluruhan responden ibu rumah tangga anggota KWT Boga Sari berada pada usia produktif kerja, sebagian besar responden mempunyai tingkat pendidikan yang cukup tinggi (setara SLTA).
Rata-rata curahan jam kerja responden ibu rumah tangga anggota KWT Boga Sari pada kegiatan membuat jajan olahan sebesar 4,27 jam per hari atau 18,36 jam per minggu dengan rata-rata 4 hari kerja per minggu.
Rata-rata sumbangan pendapatan responden ibu rumah tangga anggota KWT Boga Sari terhadap pendapatan keluarga sebesar sebesar Rp 429.754,00 atau 12,82% dari total pendapatan keluarga, dengan Produktivitas kerja responden sebesar Rp.3.594,00 per jam.
Motivasi responden ibu rumah tangga anggota KWT Boga Sari adalah untuk menambah pendapatan keluarga, untuk mengisi waktu luang
dengan kegiatan positif dan untuk mencari pengalaman.
Sebagaian besar responden ibu rumah tangga anggota KWT Boga Sari (83,3%) tidak mengalami hambatan, sedangkan 16,7% mengalami hambatan dalam hal pesaing dan tidak dapat membagi waktu untuk keluarga.
Implikasi Kebijakan
Perlunya pembinaan yang lebih intensif dari instansi terkait baik dari segi teknis pengolahan, manajemen maupun tampilan kemasan sehingga dapat meningkatkan harga jual produk yang dihasilkan.
DAFTAR PUSTAKA
Biro Pusat Statistik Provinsi Bali. 2006. Statistik Ketenagakerjaan Provinsi Bali. BPS Provinsi Bali.
Biro Pusat Statistik Provinsi Bali. 2007. Denpasar Dalam Angka 2006. BPS Provinsi Bali.
Effendi, Tadjuddin Noer. 1993. Sumberdaya Manusia, Peluang kerja dan Kemiskinan. PT. Tiara Wacana. Yogyakarta.
Gaspersz, Vincent. 2000. Manajemen Produktivitas Total, Strategi Peningkatan Produktivitas Bisnis Global. PT.Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Mangkuprawira, TB. Syafri dan Aida Vitalaya Hubeis. 2007. Manajemen Mutu Sumber Daya Manusia. Ghalia Indonesia. Bogor.
Mubyarto. 1985. Peluang dan Berusaha di Pedesaan.
Yogyakarta: Balai Pustaka-FE UGM.
Nurmanaf, A.Rozany. 2006. Peranan Sektor Luar Pertanian terhadap Kesempatan dan Pendapatandi Pedesaan Berbasis Lahan Kering. Jurnal SOCA vol 8. no3. November 2008, hal 318-322.
Nurhayati, Sri dan Dewi Sahara. 2008. Analisa Karakteristik Petani dan Pendapatan Usaha Tani Kakao di Sulawesi Tenggara. Jurnal SOCA vol 8. no3. November 2008.
Nursyahbani Kacasungkana. 1999. Perempuan dalam Peta Hukum Negara Indonesia. dalam buku Menakar Harga Perempuan. Penerbit Mizan. Bandung.
Pudjiwati, Sayogyo. 1983. Peranan Wanita dalam Perkembangan Masyarakat Desa. Yayasan Ilmu-ilmu Sosial. Rajawali. Jakarta.
Putri, Noviarina Purnami, Ken Suratiyah dan Suhatmini Hardyastuti. 2007. Wanita diantara Kerja dan Rumah Tangga (Studi Kasus pada Buruh Wanita Industri Jamur di Desa Hargobinangun, Kec.Pakem, Kab.Sleman DIY). Piramida, Jurnal kependudukan dan Pengembangan SDM. Vol.III, no.1 Juli 2007, hal.41.
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 1989. Metode Penelitian Survei. LP3ES. Jakarta.
Sulistiyani, Ambar. T dan Rosidah. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Sumarsono, Sonny. 2003. Ekonomi Manajemen Sumber Daya Manusia dan Ketenaga kerjaan. Graha Ilmu. Jogyakarta.
Tjiptoherijanto, Prijono. 1999. Keseimbangan Penduduk, Manajemen SDM dan pembangunan Daerah. Pustaka S Harapan. Jakarta.
Widiandarini, Ni Putu Yesi. 2001. Kontribusi
Pendapatan Ibu Rumah Tangga terhadap Pendapatan Total Rumah Tangga dengan Luas Pemilikan Lahan yang Berbeda. (Studi Kasus di Desa Subuk, Busungbiu, Buleleng). Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian. FP UNUD, Denpasar
I Volume V No. 1 Juli 2009
Discussion and feedback