doi: 10.24843/sp.2018.v2.i02.p06

p-ISSN: 2528-4517

Penggalian dan Pengembangan Potensi Pariwisata Alam, Budaya, dan Religi di Rote Ndao, Nusa Tenggra Timur

A. A. Ayu Murniasih1*, Purwadi2, Aliffiati3

Prodi Antropologi, Fakultas Ilmu Budaya, Unud 1[agung_murniasih@unud.ac.id] 2[purwadi@unud.ac.id] 3[aliffiati@unud.ac.id] *Corresponding Author

Abstrak

Tujuan jangka panjang penelitian ini adalah ”mewujudkan pengembangan pariwisata yang berorientasi pada nilai-nilai pelestarian lingkungan dan budaya, yang berbasis masyarakat setempat (community based tourism), termasuk memberi manfaat besar bagi masyarakat dalam jangka panjang“. Tujuan tersebut hendak dicapai dengan mewujudkan target khusus penelitian, yaitu merumuskan strategi dalam memecahkan masalah pengembangan pariwisata yang kompetitif dan berkelanjutan. Adapun hal-hal yang hendak diketahui dan dipahami dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Potensi alam dan budaya apa saja yang sudah dikembangkan dan akan dikembangkan di Rote-Ndao?, (2) Bagaimana partisipasi masyarakat dalam pengembangan pariwisata?, (3) Bagaimana problematika pengembangan pariwisata di daerah tujuan wisata?, dan (4) Bagaimana strategi pengembangan pariwisata yang tepat bagi daerah tujuan wisata dilakukan? Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah metode kualitatif, dan ditunjang metode kuantitatif, berparadigma fenomenologis dan interpretatif. Langkah-langkah yang ditempuh dalam konteks ini adalah sebagai berikut: (1) Data dikumpulkan dengan metode pengamatan dan wawancara mendalam, dan (2) Analisis data dilakukan secara interpretatif dengan pendekatan fenomenologis untuk memperoleh pengetahuan tentang gagasan-gagasan, pemikiran, dan keyakinan yang ada di balik aktivitas masyarakat setempat. Hal tersebut akan dipahami secara lebih mendalam dengan menggunakan pendekatan interpretatif. Berdasarkan hasil interpretasi ini maka hipotesis kerja yang diformulasikan untuk menggali informasi lebih mendalam sehingga diperoleh informasi yang memadai untuk mencapai tujuan penelitian. Selanjutnya, temuan dari hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menyusun model strategi pengembangan pariwisata yang kompetitif dan berkelanjutan berbasis masyarakat.

Kata Kunci : Pariwisata (tourism), Pengembangan (development), Berkelanjutan (sustainable), Berbasis Masyarakat (community based)

  • I.    Pendahuluan

Sektor pariwisata di era globalisasi, merupakan industri terbesar dan terkuat dalam pembiayaan ekonomi global. Sektor pariwisata menjadi pendorong utama perekonomian dunia pada abad ke-21, dan menjadi salah satu industri yang mengglobal. Pemerintah Indonesia telah

memutuskan untuk mengubah ekonomi Indonesia dengan menggunakan sektor pariwisata sebagai salah satu pendorong utama pertumbuhan. UU No. 10 Tahun 2009 menyatakan bahwa pembangunan kepariwisataan diperlukan untuk meningkatkan kesetaraan dalam kesempatan kerja dan mengatasi

Sunari Penjor: Journal of Anthropology

Prodi Antropologi, Fakultas Ilmu Budaya, Unud


kesulitan bersaing usaha dalam perekonomian global.

Nusa Tenggara Timur memiliki potensi pariwisata, kurang lebih 450 destinasi wisata alam terbaik, dan budaya di daerah ini, dia antaranya sudah populer di mancanegara seperti Pulau Komodo, Danau Kelimutu, Taman Laut di Alor, Manggarai Barat, Sikka serta lokasi selancar di Nemberala-Pulau Rote. NTT memiliki posisi strategis karena dekat dengan Bali dan segitiga Kupang-Darwin-Dili. Badan Pusat Statistik (BPS) menetapkan NTT sebagai provinsi termiskin nomor tiga di Indonesia, dan di saat yang sama NTT juga memiliki sumber daya alam yang melimpah serta obyek dan destinasi wisata sehingga sektor pariwisata dapat menjadi mesin penggerak berkembangnya sektor ekonomi masyarakat.

Salah satu wilayah di NTT yang sedang mengembangkan kepariwisataannya adalah Kabupaten Rote-Ndao. Rote-Ndao memiliki potensi alam dan budaya yang tidak kalah menarik bila dibandingkan dengan wilayah atau tujuan wisata lainnya di Indonesia, khususnya di Nusa Tenggara Timur dengan aksesibilitas dan jangkauan yang kini lebih mudah. Berdasarkan data dari Executive Summary Rencana Induk Pengembangan Infrastruktur PUPR Kepulauan Nusa Tenggara, Tahun 2017; menyatakan bahwa wilayah kabupaten Rote Ndao memiliki peran dan fungsi sebagai: (a) Kawasan Strategis Nasional (KSN) perbatasan, (b) kawasan perbatasan laut dengan Australia, (c) Kawasan Pengembangan Pariwisata Nasional (KPPN) Nemberala-Rote Ndao dan sekitarnya, (d) Kawasan Strategis Pertahanan Keamanan/kawasan militer; dengan potensi wilayah pariwisata, perikanan dan garam.

Berdasarkan hal tersebut menunjukkan peluang dan potensi

kabupaten Rote-Ndao sebagai salah satu destinasi pariwisata di Indonesia dan juga dunia yang memikat wisatawan. Pengembangan pariwisata di Rote-Ndao memiliki prospek yang baik karena didukung oleh potensi alam dan budaya sebagai modal dasar. Namun hal tersebut belum cukup untuk pengembangan pariwisata      secara     keseluruhan.

Pembangunan   kepariwisataan yang

dilakukan pada hakikatnya harus ditujukan      untuk      pemerataan

pembangunan antar generasi pada masa kini maupun masa mendatang. Pembangunan pariwisata berkelanjutan (sustainable tourism development) pada intinya berkaitan dengan usaha menjamin agar sumber daya alam, sosial, dan budaya yang dimanfaatkan untuk pembangunan pariwisata pada generasi sekarang ini agar dapat dinikmati untuk generasi yang akan datang.

Bertolak dari latar belakang di atas, penelitian ini mempunyai tujuan mewujudkan pengembangan pariwisata yang berorientasi pada nilai-nilai pelestarian lingkungan dan budaya, yang berbasis      masyarakat      setempat

(community based tourism), termasuk memberi manfaat besar bagi masyarakat dalam jangka panjang. Secara khusus, penelitian ini untuk mengetahui dan memahami beberapa hal guna dapat merumuskan strategi dalam memecahkan masalah pengembangan pariwisata yang kompetitif dan berkelanjutan. Adapun hal-hal yang hendak diketahui dan dipahami dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

  • 1.    Potensi alam dan budaya apa saja yang sudah dikembangkan dan akan dikembangkan di Rote-Ndao?

  • 2.    Bagaimana    problematika    dan

partisipasi     masyarakat     dalam

pengembangan pariwisata?

  • 3.    Bagaimana strategi pengembangan pariwisata yang tepat bagi daerah tujuan wisata?

  • II.    Pembangunan Pariwisata

    Berkelanjutan

Penyelenggaraan Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan, diarahkan pada penciptaan suasana yang adil dan merata bagi seluruh warga negara serta suasana yang penuh dengan peri kehidupan yang seimbang menuju kemakmuran yang adil sejahtera. Kepariwisataan diarahkan pula sebagai upaya untuk mencintai tanah air, mempertebal rasa memiliki terhadap apa yang ada di negara ini, menimbulkan rasa persatuan dan kesatuan, serta saling memahami adat dan kebudayaan masing-masing daerah, menjunjung tinggi norma agama sebagai pengejawantahan konsep hidup yang menjaga keseimbangan hubungan antara manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa, hubungan antara manusia dengan sesama manusia, serta hubungan antara manusia dengan lingkungan.

Berdasarkan arah penyelenggaraannya, kepariwisataan bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kesejahteraan rakyat, menghapus kemiskinan, mengatasi pengangguran, melestarikan alam lingkungan dan sumber daya, memajukan kebudayaan, mengangkat citra bangsa, memupuk rasa cinta tanah air, memperkukuh jatidiri dan kesatuan bangsa, dan mempererat persahabatan antarbangsa. Tujuan-tujuan tersebut tidak hanya diterima oleh sebagian kecil wilayah saja yang menjadi daerah tujuan wisata, tapi diharapkan dapat membawa manfaat pada daerah-daerah yang saat ini belum menjadi daerah tujuan wisata nasional atau internasional. Suatu manfaat yang dapat ditingkatkan dan berkelanjutan.

Pembangunan kepariwisataan yang dilakukan pada hakikatnya ditujukan untuk pemerataan pembangunan antargenerasi pada masa kini maupun masa mendatang. Pembangunan berkelanjutan (sustainable development)

adalah sebuah upaya pembangunan suatu negara yang meliputi aspek ekonomi, sosial, lingkungan bahkan budaya untuk kebutuhan masa kini tetapi tidak mengorbankan atau mengurangi kebutuhan generasi yang akan datang sehingga dapat menciptakan masyarakat yang dapat berinteraksi satu sama lain dan juga dengan lingkungan hidup.

Pembangunan pariwisata berkelanjutan didukung secara ekologis sekaligus layak secara ekonomi, juga adil secara etika dan sosial terhadap masyarakat. Artinya, pembangunan berkelanjutan adalah upaya terpadu dan terorganisasi untuk mengembangkan kualitas hidup dengan cara mengatur penyediaan, pengembangan, pemanfaatan dan pemeliharaan sumber daya secara berkelanjutan. Hal tersebut hanya dapat terlaksana dengan sistem penyelenggaraan kepemerintahan yang baik (good governance) yang melibatkan partisipasi aktif dan seimbang antara pemerintah, swasta, dan masyarakat. Dengan demikian, pembangunan berkelanjutan tidak saja terkait dengan isu-isu lingkungan, tetapi juga isu demokrasi, hak asasi manusia dan isu lain yang lebih luas. Hingga saat ini konsep pembangunan berkelanjutan dianggap sebagai strategi pembangunan pariwisata terbaik. Seperti yang dikemukakan oleh Cole (2006) bahwa partisipasi masyarakat setempat dan pemerataan pendapatan merupakan dua prinsip utama dalam pembangunan pariwisata berkelanjutan. Berdasarkan penelitiannya di Flores, Nusa Tenggara Timur, Cole mengemukakan bahwa pariwisata dilihat dari sudut pandang penduduk setempat memiliki dampak sosial-budaya yang positif. Nilai-nilai tradisi setempat dipelihara dan diperkuat kembali. Pariwisata merupakan salah satu bagian dari pembangunan.

Pembangunan pariwisata yang berkelanjutan dapat dikenali melalui

prinsip- prinsipnya yang dielaborasi. Prinsip-prinsip tersebut antara lain partisipasi, keikutsertaan para pelaku (stakeholder), kepemilikan lokal, penggunaan sumber daya secara berkelanjutan, mewadahi tujuan-tujuan masyarakat, perhatian terhadap daya dukung, monitor dan evaluasi, akuntabilitas, pelatihan serta promosi.

Konsep pariwisata berkelanjutan menurut Coccossis (1996) harus memperhatikan beberapa perspektif, yaitu pembangunan pariwisata dalam konteks    ekonomi,    pembangunan

pariwisata dalam konteks lingkungan, pembangunan pariwisata berkelanjutan, dan pariwisata sebagai strategi dalam pembangunan berkelanjutan. Beberapa hal yang juga harus diperhatikan dalam pembangunan pariwisata berkelanjutan diantaranya       menjamin kualitas

kenyamanan pengunjung dan kualitas terjaganya    lingkungan, menjamin

keberlangsungan dan kontinuitas sumber daya alam dan kebudayaan, serta menjamin harmonitas antara industri pariwisata dan pemilik kebudayaan, serta lingkungan.

  • III.    Wisata Alam dan Wisata Budaya sebagai Pariwisata Berkelanjutan Pariwisata yang dijiwai oleh keindahan alam dan keunikan budaya menjadi daya tarik bagi wisatawan. Keindahan alam bukan hanya memanjakan indra penglihatan, tetapi juga memberikan kesegaran bagi jiwa dan raga. Wisata alam berkaitan dengan tanggung jawab wisatawan, masyarakat, dan instansi terkait untuk senantiasa menjaga kelestarian dan kebersihan lingkungan. Partisipasi masyarakat dalam mengembangkan wisata alam sangat diperlukan, terutama dalam konteks pariwisata berkelanjutan.

Wisata budaya yang dijiwai oleh kearifan lokal masyarakat juga menjadi daya tarik tersendiri. Masyarakat sebagai

pemilik kebudayaan memiliki tugas penting untuk senantiasa menjaga tradisi dan kebudayaan yang telah diwariskan secara turun temurun oleh nenek moyang mereka. Keberlangsungan wisata budaya sangat ditentukan oleh masyarakat pemilik kebudayaan itu sendiri. Wisata budaya tidak hanya memperlihatkan kekayaan khasanah suatu suku bangsa, tetapi juga menunjukkan identitas dan karakter masyarakat suku bangsa. Wisata budaya juga dapat memberi image tertentu bagi masyarakat pemilik kebudayaan.

Destinasi pariwisata di Rote Ndao pada umumnya memiliki karakteristik destinasi wisata alam. Keindahan panorama alam berupa hamparan laut, danau, bahkan pesona pegunungan menjadi tujuan utama. Walaupun demikian, wisata budaya pun tak kalah pentingnya. Tugas masyarakat dan instansi terkait dalam konteks ini adalah menjaga kualitas destinasi dengan sebaik mungkin. Pariwisata berkelanjutan yang didukung dengan adanya wisata alam dan wisata budaya yang dimiliki suatu daerah sangat ditentukan oleh komitmen dan partisipasi masyarakat, tidak hanya untuk menarik jumlah wisatawan, tetapi juga untuk menjaga dan mengembangkan kualitas destinasi wisata yang berkorelasi dengan kehidupan masyarakat.

  • 3.1.    Lokasi dan Lingkungan Alam

Kabupaten Rote Ndao merupakan kabupaten paling selatan di Indonesia, sehingga Kabupaten Rote Ndao dijuluki sebagai “Mutiara Selatan” selain itu kabupaten Rote Ndao merupakan wilayah terdepan dari NKRI. Julukan sebagai Mutiara Selatan layak diberikan kepada Kabupaten Rote Ndao karena memang kondisi alam atau geografisnya sangat menawan, indah dan benar-benar belum mengalami polusi seperti di kota-kota kabupaten lainnya di Indonesia.

Ibukota Rote Ndao berada di Lobalain dengan Jl. Ba’a sebagai pusat keramain utama. Rote Ndao memiliki 10 kecamatan yaitu: Rote Barat Daya, Rote Barat Laut, Lobalain, Rote Tengah, Rote Selatan, Pantai Baru,Rote Timur, Landu Leko, Rote Barat, Ndaao Nuse. Kabupaten Rote Ndao memiliki bentuk wilayah yang memanjang dari arah sebelah timur laut menuju arah barat daya, secara astronomis terletak pada 10°25ˈ-11°15ˈ Lintang Selatan dan

121°49ˈ-123°26ˈ Bujur Timur. Luas wilayah secara keseluruhan adalah 1.280,1 Km² tersebar pada 96 pulau (71 dihuni) dan 89 tidak dihuni. Batas geografisnya yaitu, sebelah utara denganLaut Sawu, sebelah selatan dengan Samudera Hindia, sebelah barat dengan Laut Sawu, sebelah timur dengan Selat Pukuafu (BPS Kabupaten Rote Ndao, 2017), seperti terlihat pada gambar peta di bawah.

Gambar 1 Peta Kabupaten Rote Ndao


Kondisi alam kabupaten yang berdekatan dengan Benua Australia ini sebagaimana umumnya alam NTT, relatif gersang dan tandus namun ada sebagian daerahnya yang subur yang pada umumnya berada di wilayah dataran rendah dan dekat dengan sumber air.

Wilayah Rote Ndao beriklim tropis, dalam satu tahun terdapat dua musim yaitu musim hujan yang berlangsung dari bulan Desember sampai Maret dan musim kemarau yang berlangsung dari bulan April sampai Nopember, sehingga hujan dalam satu tahun rata-rata 125 hari. Suhu rata-rata di Rote Ndao dalam satu tahun adalah 28.9°C merupakan suhu maksimum terjadi pada bulan Nopember dan suhu minimum 25.85°C terjadi pada bulan Agustus. Suhu ini terjadi karena pengaruh musim kemarau dan musim

hujan serta pengaruh musim yang terjadi di benua Australia. Tumbuhan yang banyak menghiasi wilayah kabupaten ini adalah pohon lontar sehingga tidak jarang orang menjulukinya sebagai pulau seribu lontar. James Fox (1979) melukiskan masyarakat Rote sebagai masyarakat ”budaya lontar”.

  • 3.2.    Potensi dan Daya Tarik Pariwisata di Rote Ndao

Pulau Rote sebagai daya tarik obyek pariwisata merupakan salah satu bidang yang diprioritaskan pengembangannya oleh Pemerintah Kabupaten Rote Ndao, terlihat pada Visi dan Misi Kabupaten Rote Ndao tahun 2015-2019. Visi yang ingin dicapai adalah terwujudnya masyarakat Rote Ndao yang bermartabat bertumpu pada pengembangan pariwisata

yang didukung oleh pertanian dan perikanan. Misi yang diemban adalah membangun sarana dan prasarana kepariwisataan; mendukung pengembangan daya tarik wisata; melakukan pengembangan sumber daya kepariwisataan ; mengembangkan kerjasama lintas sektor; membangun sistem jaringan informasi dan promosi kepariwisatan; meningkatkan kuantitas dan kualitas SDM serta kelembagaan kepariwisataan; mengembangkan kepariwisataan berwawasan lingkungan.

Perkembangan pariwisata Kabupaten Rote Ndao enam tahun terakhir (20122017) dapat dilihat pada tabel berikut. Tahun 2017 jumlah dan presentase masih rendah karena data sampai bulan Juli 2017 (tahun berjalan). Pengunjung sangat fluktuatif, tahun 2014 jumlah pengunjung tertinggi, hal ini sangat beralasan karena pada tahun ini bertepatan digelarnya beberapa event yang tentunya mendorong wisatawan untuk berkunjung. Berikut data pengunjung pariwisata di kabupaten Rote Ndao mulai dari tahun 2012-2017 (tahun berjalan), sebagai berikut.

Kunjungan Wisatawan Internasional dan Domestik Kab Rote Ndao Tahun 2012

2017

No

Tahun                     Wisatawan               Prosentase

Internasional   Domestik     Jumlah

1

2

3

4

5

6

2012                        1.174       2.164       3.338     18,27

2013                        1.178       2.210       3.388     18,54

2014                        1.385       2.699       4.084    22,35

2015                        1.538        1.107       2.645     14,47

2016                        1.891        1.399       3.290     18,00

2017                          667         862        1.529     8,37

Sumber : Diolah dari Data Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Rote Ndao.

Potensi obyek dan daya tarik di kabupaten Rote Ndao sangat beragam dan tersebar di seluruh wilayah kecamatan di Rote Ndao. Destinasi pariwisata di Rote Ndao pada umumnya memiliki karakteristik destinasi wisata alam. Keindahan panorama alam berupa hamparan laut, danau, bahkan pesona pegunungan menjadi tujuan utama, walaupun demikian wisata budaya pun tak kalah pentingnya.

relatif panjang serta jutaan pohon lontar yang tumbuh liar, menambah indahnya wilayah kepulauan ini. Potensi alam di wilayah Rote Ndao secara umum merupakan daerah pantai, perbukitan, padang sabana atau pemandangan alam yang memiliki pesona alam yang sangat indah, yang tersebar di seluruh kecamatan kabupaten Rote Ndao. Sebaran potensi wisata alam di kabupaten Rote Ndao sebagai berikut.

  • a.    Potensi Wisata Alam

Pulau yang berada di ujung selatan wilayah NKRI dengan kekayaan alam tropis serta daerah pesisir pantai yang

Destinasi Wisata Alam di Kabupaten Rote Ndao

No

Kecamatan

Destinasi Wisata

Berkembang

Belum berkembang

Jumlah

1

Landu Leko

Laut Mati

Danau Oendui Mulut Seribu Pantai Kainadi

Pantai Mae’oe Tanjung Pikuafu Nisita

Pulau Usu

Gua Sarang Burung Danau Ledulu

10

2

Rote Timur

-

Pantai Oesosole

Teluk Fei

5

Pantai bajo

Pantai Solokaelutu

Gua Lakamola

3

Pantai Baru

-

Pantai Batu Ndao Benteng Raja Lelenuk Letediu

Pantai Nusakdale

Pantai Oeledo

Pantai Namohodak Oedo

Nita

9

4

Rote Tengah

Batu Termanu

Batu Ofak

Pantai Sosodale

Danau Peto Oeleak Sanilai Pantai Fopo

7

5

Rote Selatan

Tiang Bendera

Namo Ndao

Gua Jepang

Pemandian Oemanu

6

Pantai Dombo

6

Lobalain

Tangga 488

Exparasi Para layang

Gua Batu Intan

Gua Saina

Pantai Masi Dae

10

Tanjung Nggolo Pantai Nasedale

Sailulik

Danau Seda

Danau Bisak

7

Rote Barat Laut

Pantai Oeseda

Pantai Pulau Dengka

Pantai Sai

4

8

Rote Barat Daya

Pantai Utak

Fiulain

Pantai Oeseli

Pantai Oebou

Pantai Ndana

Pantai Sanama

Danau Tua

Pantai Nusaa Manuk

8

9

Rote Barat

Pantai Bo’a

Danau Oehela

Pantai Nemberala

Pantai Tongga Gua Rua Bata Rua Gua Tara Ndola Gua Tene Oen

7

10

Ndao Nuse

-

Pantai Pulau Do’o

Pantai Pulau Ndao

Pantai Pulau Nuse

5

Gua Duyung

Taman Laut Ndao Nuse

7

63

71

Sumber: Diolah dari Data Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Rote, 2017.

Data di atas memperlihatkan banyaknya destinasi wisata di Rote Ndao, namun demikian kurang dari 50 % yang dikembangkan, dan destinasi yang berkembang adalah yang terletak di Rote Selatan dan Rote Barat, hal ini sangat beralasan karena wilayah kecamatan ini relative dekat dengan ibukota kabupaten.

Wisata pantai menjadi andalan bagi kabupaten Rote Ndao. Dari semua pantai yang ada di Rote, Pantai Nemberala dan Pantai Mulut Seribu adalah pantai yang paling diminati wisatawan asing, sehingga menjadi prioritas dalam pengembangan pariwisata di Rote Ndao. Pantai Mulut Seribu terdapat di Kecamatan Rote Timur memiliki keunggulan taman laut dan budi daya mutiara. Pantai Nemberala secara geografis sangat mirip dengan Pantai Kuta di Bali. Pantai dengan hamparan

pasir putih, air laut yang jernih serta dapat melihat bayang - bayang hitam. Pantai Nemberala juga memiliki gulungan ombak yang sangat cocok untuk peselancar (surfing). Setiap bulan September selalu digelar festival selancar tingkat nasional dan internasional dalam rangka peningkatan promosi pariwisata. Pantai Nemberala bagi para peselancar merupakan surga dan menjadi no 2 di dunia setelah pantai di Hawai.

  • b.    Potensi Wisata Budaya

Potensi wisata budaya adalah potensi non alam atau non fisik yang dimiliki oleh masyarakat Rote Ndao yang berkembang menjadi salah satu potensi wisata, baik berupa benda-benda seni atau karya seni, peninggalan sejarah, seperti terlihat pada tabel.

Potensi Wisata Budaya di Kabupaten Rote Ndao

No

Destinasi Wisata                      Wilayah

1

Sasandu                               Wilayah Kepulauan Rote Ndao

Ti’ilangga atau Soulangga

Anyaman Daun Lontar

2

3

Kain Tenun Ikat                          Pulau Ndao, Rote Selatan

Gereja Tua Menggelama                  Rote Selatan

Masjid Tua An-Nur

Rumah Raja Rote

4

Kursi Jaman Batu                        Lobalain

5

Rumah Raja Dengka                     Rote Barat Laut

Upacara Hus

Tari Kebalai

6

7

Rumah Raja Thie                       Rote Barat Daya

Benteng Pertahanan                       Pantai Baru

Pukul Kakidi

8

Meriam VOC                       Ndao Nuse

Sumber: Diolah dari Data Lapangan, Tahun 2017.

  • 3.3.    Sarana dan Prasarana Penunjang umum    yang menunjang    dan

Pariwisata                         memudahkan akomodasi. Meskipun

Potensi wisata yang ada di Rote ini    secara khusus sarana prasarana tersebut

ditunjang juga dengan ketersediaan    masih perlu ditingkatkan. Jumlah hotel

sarana dan prasarana pariwisata, yaitu    atau penginapan yang ada dikabupaten

hotel atau penginapan dan transportasi    Rote Ndao 23 hotel/penginapan, yang

letaknya lebih banyak berada di kecamatan Loba Lain, Rote Tengah dan Rote Barat. Secara jelas persebaran hotel

atau penginapan di wilayah kabupaten Rote Ndao dapat dilihat pada tabel.

Jumlah Akomodasi Hotel Menurut Kecamatan di Kabupaten Rote Ndao Tahun 2016

No

Kecamatan

Hotel

Kamar

Tempat Tidur

Homestay  M

elati

Homestay

Melati

Homestay

Melati

1

Rote Barat

Daya

-

-

-

-

-

-

2

Rote Barat

Laut

-

-

-

-

-

-

3

Lobalain

2

5

18

74

21

163

4

Rote Tengah

-

1

-

17

-

33

5

Rote Selatan

-

-

-

-

-

-

6

Pantai Baru

-

-

-

-

-

-

7

Rote Timur

-

-

-

-

-

-

8

Landu Leko

-

-

-

-

-

-

9

Rote Barat

-

17

-

129

-

214

10

Ndao Nuse

-

-

-

-

-

-

Jumlah

2

23

18

220

21

410

Sumber : Diolah dari Data Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Kabupaten Rote Ndao

Selain persebaran hotel yang

tidak

tahun ke

tahun

cenderung

tidak ada

merata   di   tiap

kecamatan,

juga

peningkatan, secara jelas tergambar pada

perkembangan jumlahnya yang

dari

tabel berikut.

Jumlah Hotel dan Rumah Makan di Kabupaten Rote Ndao Tahun 2017

No

Tahun

Hotel

Rumah Makan

Berbintang

Non Bintang

1

2012

-

8

-

2

2013

-

10

-

3

2014

-

10

37

4

2015

-

10

37

5

2016

-

10

37

Sumber : Diolah dari Data Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata.

Sarana dan prasarana penunjang pariwisata lainnya yang telah tersedia adalah travel agen, meskipun jumlahnya terbatas. Jumlah travel agen berdasarkan data dari kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Rote Ndao ada 3 travel agen, demikian juga dengan rumah makan berjumlah 37. Sedangkan untuk moda transportasi khusus untuk angkutan umum masih terbatas. Bandara udara

telah tersedia dengan jumlah jam penerbangan dua kali sehari dengan rute penerbangan Rote-Kupang (pp) dan pelabuhan ada 3 yaitu di Ba’a, Pelabuhan Baru dan Batu Tua. Kapal penumpang dan barang dapat langsung bersandar tiga pelabuhan tersebut, rata-rata dalam satu hari melayani dua kali rute perjalanan Rote-Kupang untuk kapal penumpang, sedangkan kapal barang pada umumnya

berlabuh di Pelabuhan Batu Tua. Jalan-jalan hampir 85% dalam kondisi jalan beraspal bahkan hotmix, terlebih jalan-jalan yang menuju ke tempat wisata yang terkenal seperti Pantai Nemberala.

  • 3.4.    Strategi Pengembangan

    Pariwisata di Rote Ndao

Transportasi laut di kabupaten Rote Ndao relative lancar, khususnya yang menghubungkan Kepulauan Rote dengan Kupang, namun untuk tranportasi laut yang menghubungkan Pulau Rote dengan pulau-pulau kecil lainnya seperti Ndao Nuse, Ndana, Do’o, Mulut Seribu. masih sangat terbatas dan menggunakan perahu tradisonal. Padahal pulau-pulau tersebut merupakan daerah dengan potensi alam yang indah atau sebagai daerah tujuan wisata. Sehingga jika ada wisatawan yang berkeinginan berkunjung ke pulau tersebut sangat kesulitan menemukan transportasi karena perahu-perahu nelayan tidak setiap saat bisa menuju ke pulau itu karena faktor arus laut.

Transportasi jalan darat khususnya jalan raya di kabupaten Rote Ndao secara umum relative mengalami perkembangan yang signifikan, meskipun demikian ada beberapa bagian yang masih perlu ditingkatkan. Peningkatan kualitas jalan, khususnya yang berada di wilayah Rote bagian timur, jalan menuju ke lokasi wisata masih perlu ditingkatkan kualitasnya khususnya kualitas fisik jalan.

Kenyamanan dan keamanan suatu obyek pariwisata sangat ditentukan oleh fasilitas yang tidak terlihat penting akan tetapi sangat besar manfaatnya seperti tempat sampah, public toilet atau kamar mandi umum, papan peraturan dan informasi. Fasilitas ini sangat minim, tempat sampah sangat sulit ditemukan bila pun ada tempatnya kurang strategis. Demikian juga kurangnya papan-papan informasi dan peraturan sehingga menimbulkan beberapa masalah karena

pengunjung tidak akan mengetahui bagaimana sikap atau tindakan mereka saat berkunjung di lokasi wisata.

Promosi objek wisata sangat diperlukan       dalam       kerangka

penyelenggaraan otonomi daerah. Daerah harus memiliki kesadaran untuk mengoptimalkan potensi wisata yang dimiliki dalam rangka intensifikasi PAD. Membangun dan membina komunikasi yang efektif dengan media dan pers internasional. Strategi pemasaran dengan promosi wisata telah dilakukan secara berkelanjutan oleh pemerintah daerah dalam hal ini adalah Kantor Dinas Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Rote. Melalui berbagai cara dari menggelar kegiatan budaya melalui lomba-lomba seni, pembuatan brosur, film etnografi dan mengadakan eventevent perlombaan baik tingkat nasional maupun international seperti surfing di Pantai Nemberala yang berlangsung setiap tahun.

Model Pengembangan Desa Wisata Berbasis Kearifan Lokal Berdasarkan analisis potensi wilayah baik potensi fisik maupun non fisik serta analisis kegiatan wisata dan kearifan lokal maka dapat dibuat model pengembangan desa wisata sebagai berikut:

  • a.    Desa Wisata Desa Feapopi, Kecamatan Rote   Tengah,   dapat   dijadikan

alternatif model pengembangan desa wisata    alam    dan    budaya.

Pemandangan alam Batu Termanu serta legenda tentang Batu Termanu serta upacara meminta hujan yang masih dilakukan oleh masyarakat di Batu Termanu.

  • b.    Desa Kuli, Kecamatan Lobalain, untuk dijadikan desa wisata alam karena panorama alam indah dan fantastis. Untuk mencapai puncak lokasi tersebut harus menaiki 488-an anak tangga. Obyek wisata ini mempunyai luas 30000 m2. Obyek wisata ini

menyuguhkan pesona pantai dan

wisata alam yang sangat indah serta deretan tangga-tangga dan lopo.

  • c.    Desa Sotimori Kecamatan Rote Timur, jarak yang ditempuh dari ibukota kabupaten ke daerah ini memakan waktu 90 menit dengan menggunakan kendaraan bermotor. Laut Mati merupakan Obyek Daya Tarik Wisata yang sangat menyenangkan apabila kita menggunakan jet ski mengelilingi pulau-pulau kecil yang berada di dalamnya. Obyek Wisata ini memiliki keunikan antara lain pasirnya berasal dari kulit kerang (keong). Ikan yang hidup di dalamnya adalah ikan mujair (ikan air tawar). Di desa ini masyarakat lebih banyak bermata pencaharian sebagai nelayan. Hal ini juga dapat menarik wisatawan yang datang ke Desa Sotimori yaitu selain untuk menikmati wisata alamnya mereka juga dapat terlibat dalam kegiatan-kegiatan         masyarakat

setempat seperti memelihara ikan air tawar, memancing , menenun kain, membuat kerajinan dan menari dengan tarian tradisional.

  • IV.    Kesimpulan dan Saran

Destinasi pariwisata di Rote Ndao pada umumnya memiliki karakteristik destinasi wisata alam. Keindahan panorama alam berupa hamparan laut, danau, bahkan pesona pegunungan menjadi tujuan utama, walaupun demikian wisata budaya pun tak kalah pentingnya. Secara data statistik dari kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Rote Ndao terdapat 71 destinasi wisata alam dengan 7 yang telah berkembang dan 63 belum berkembang, sedangkan terdapat 15 wisata non alam atau budaya yang telah dikembangkan.

Strategi yang telah dilakukan oleh pemerintah      khususnya      Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Rote Ndao adalah menyelenggarakan

event-event budaya seperti lomba tari, lomba surfing baik tingkat nasional maupun international. Semua kegiatan tersebut        dilakukan        secara

berkesinambungan dan menjadi kegiatan rutin tahun. Pengembangan pariwisata berbasis masyarakat dengan membentuk desa wisata.

Pemerintah daerah agar membentuk suatu kebijakan sebagai payung hukum dalam pengembangan pariwisata, sebagai upaya untuk meminimalisir dampak yang tidak diinginkan dari perkembangan pariwisata. Meningkatan kerjasama dengan institusi terkait serta stakeholder pariwisata untuk menunjang kelancaran pariwisata seperti pengadaan dan perbaikan jalan, transportasi serta fasilitas-fasilitas yang diperlukan di sekitar lokasi pariwisata. Mengadakan pelatihan pengembangan sumber daya manusia agar dapat mengelola potensi pariwisata secara optimal sehingga pengembangan pariwisata berjalan dengan baik.

  • V.    Daftar Pustaka

Anonim, 2017. Kabupaten Rote Ndao Dalam Angka, Rote Ndao : BPS Kabupaten Rote Ndao

Arida, Nyoman Sukma, 2009. Meretas Jalan Ekowisata Bali, Denpasar : Udayana University Press.

Coccossis, H.,1996. Tourism and Sustainability:  Perspectives  and

Implications, in Priestley, G. et al., Sustainable Tourism? European Experiences,      UK:      Cab.

International.

Cole, Stroma, 2006. Tradition and Tourism: Dilemmas in Sustainable Tourism Development, A Case Study from The Ngada Region of Flores,      Indonesia,      dalam

Pariwisata Budaya : Masalah dan

Solusinya, Yoeti, dkk., Jakarta: PT Pradnya Paramita.

Fox, James J.,  1996. Panen Lontar,

Perubahan    Ekologi    Dalam

Kehidupan Masyarakat Pulau Rote dan Sawu, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan

Gyanto, 1958. Pulau Roti Pagar Selatan Indonesia: Djakarta NV. Ganaco.

Kuncoro,  Mudrajad,  2004. Otonomi

Daerah dan Pembangunan Daerah, Jakarta : Erlangga.

Spillane, James  J.,1987. Pariwisata

Indonesia, Yogyakarta : Kanisius.

Sukaatmadja, I  Putu Gde, 2016.

Membangun Ekonomi Kreatif Berbasis Kearifan Lokal dalam Menghadapi Tantangan Global, Bali Update 2016, Prosiding Seminar Nasional, Denpasar : Pusat Kajian Bali UNUD.

Suwantoro, Gamal, 2004. Dasar-dasar Pariwisata, Yogyakarta

Andi Yoeti, H.Oka A. dkk., 2006. Pariwisata Budaya : Masalah dan Solusinya, Jakarta: PT Pradnya Paramita.