DOI: https://doi.org/10.24843/SP.2023.v7.i02.p01

p-ISSN: 2528-4517 e-ISSN: 2962-6749

Mengungkap Kehidupan Ende Pasar Sotor dalam Lingkungan Keluarga

Yuliana Kawu*, Ni Made Wiasti, Aliffiati

Program Studi Antropologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana [yulianakawu98@gmail.com] [made_wiasti@unud.ac.id] [aliffiati@unud.ac.id] Denpasar, Bali, Indonesia

*Corresponding Author

Abstract

Ende are one of the merchant communities in Sotor Market, Ketang Village, Manggarai Regency, East Nusa Tenggara Province. In everyday life Ende has a dual role, namely a domestic role and a public role. The involvement of women in the public sphere aims to help husbands increase economic family. So on this basis the research was conducted to find out how the role of women traders in the domestic sphere and in the public sphere. The method used in this study is a qualitative method with an ethnographic research model through observation, interviews, and literature studies. The theory used is Role theory (Pujiwati Sajogyo) and Socialist Feminism theory (Friederich Engels). Based on the results of the research analysis, Ende's role in the domestic sphere is to act as a wife to her husband, a mother to her children, and a grandmother to her grandchildren. While in the public sphere Ende acts as a breadwinner and as a member of the community. Women traders by carrying out these two dual roles have implications for both the family and the community.

Keywords: Ende, Domestic Role, Public Role, Implication

Abstrak

Ende merupakan salah satu komunitas pedagang yang ada di Pasar Sotor Desa Ketang Kabupaten Manggarai Propinsi Nusa Tenggara Timur. Dalam kehidupan sehari-hari ende memiliki peran ganda, yaitu peran domestik dan peran publik. Keterlibatan perempuan dalam ranah publik bertujuan untuk membantu pendapatan suami dalam keluarga. Penelitian dilakukan untuk mengetahui bagaimana peran perempuan pedagang dalam ranah domestik dan dalam ranah publik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini metode kualitatif dengan model penelitian etnografi melalui teknik observasi, wawancara, dan studi pustaka. Teori yang digunakan teori Peran dan teori Feminisme Sosialis. Berdasarkan hasil analisis penelitian, peran ende di ranah domestik berperan sebagai istri bagi suaminya, ibu dari anak-anak, dan nenek dari cucunya. Sedangkan dalam ranah publik, ende berperan sebagai pencari nafkah dan sebagai anggota masyarakat. Perempuan pedagang dengan melaksanakan dua peran ganda tersebut mengakibatkan implikasi baik dalam lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat.

Kata kunci: Ende, Peran Domestik, Peran Publik, Implikasi


Sunari Penjor : Journal of Anthropology

Prodi Antropologi, Fakultas Ilmu Budaya, Unud


PENDAHULUAN

Masuknya perempuan pedagang dalam ranah publik memberikan pengaruh yang signifikan terhadap posisi dan keduduknya didalam keluarga. Apabila seorang perempuan mengambil langkah untuk mengaktualisasikan dirinya menjadi pekerja publik hal tersebut dapat menghantarkan perempuan pada posisi superordinat sehingga memperoleh persamaan kedudukan dan kekuasaan dalam ranah ekonomi, sehingga sejajar dengan laki-laki yang sama-sama bekerja sebagai tulang punggung ekonomi keluarga. Akan tetapi, ketika perempuan hanya melakukan tugas rumah tangga (domestik) secara otomatis perempuan menempati posisi subordinat terhadap laki-laki.

Secara kultural kita melihat kenyataan bahwa konstruksi sosial yang ada masih menempatkan perempuan pada posisi subordinat, sedangkan laki-laki superordinat. Pendefinisian secara kultural bahwa laki-laki sebagai kepala keluarga dan perempuan sebagai ibu rumah tangga secara implisit telah mengurangi kontribusi fungsi ekonomi perempuan dan menempatkan mereka dalam struktur ketergantungan terhadap laki-laki serta mengabaikan setiap kebebasan produktif, manajerial, atau aktivitas-aktivitas komersial yang dapat dilakukan, peranan seperti itu lebih dianggap sebagai mitos dari pada realitas (Parawansa, 2006: 223).

Konstruksi budaya yang sejak dahulu kala telah menjadikan perempuan Manggarai untuk tidak melupakan tanggung jawab sebagai pekerja domestik. Normativitas perbedaan pembagian tugas antara suami dan istri dalam kehidupan keluarga begitu kental dianut dalam masyarakat Manggarai. Hal demikian tercermin dalam sebuah pepatah lama yang mengatakan bahwa perempuan Manggarai tidak layak

mencampuri urusan laki-laki mengingat masyarakat Manggarai menganut sistem Patrilineal dengan kedudukan suami sebagai kepala keluarga dan kedudukan laki-laki sangat tinggi dalam aspek sosial-budaya dan ekonomi. Namun, perempuan hanya bertugas mengurus pekerjaan dalam ranah domestik.

Seiring dengan otonomi internal yang semakin meningkat dari status sosial di masyarakat yang semakin baik, perempuan dapat dengan mudah mengontrol sumber daya ekonomi rumah tangga, sehingga kontribusi perempuan dalam aktivitas ekonomi diranah publik memberi perubahan yang cukup besar terhadap kedudukannya dirumah tangga. Sektor publik yang banyak digeluti oleh perempuan adalah pasar dengan menyandang status menjadi pedagang. Berdasarkan penelitian Kauntu dan Suraya (2018) mengatakan bahwa faktor utama perempuan pedagang memilih pekerjaan sebagai pedagang disebabkan pendidikan yang rendah, ingin mengaktualisasi diri, dan sumber daya manusia yang kurang.

Pasar Sotor adalah salah satu pasar tradisional yang ada di Desa Ketang Kecamatan Lelak Kabupaten Manggarai. Berdirinya Pasar Sotor atas dasar adanya rasa simpati dan inisiatif masyarakat Ketang untuk membuka peluang usaha dan lapangan pekerjaan harian bagi masyarakat yang memiliki hasil pertanian. Salah satu hasil pertanian yang menarik perhatian masyarakat di Kabupaten Manggarai dari Desa Ketang yaitu: jeruk ketang. Jeruk ketang dapat dikatakan sebagai cikal bakal munculnya Pasar Sotor pada tahun 1989. Jumlah ende (perempuan pedagang) di Pasar Sotor sebanyak 22 orang dan rata-rata usia 40-60 tahun.

Peran ende di Pasar Sotor menyangkut peran domestik mencakup peran wanita sebagai istri, ibu, dan pengelola rumah tangga. Peran publik

menyangkut peran perempuan sebagai tenaga kerja turut aktif dalam kegiatan ekonomis (mencari nafkah) dalam berbagai kegiatan sesuai dengan keterampilan dan pendidikan yang dimiliki serta lapangan yang tersedia (Sukesi, 1991: 91). Peran publik yang dijalankan oleh ende di Pasar Sotor telah lama dilakoni tanpa melupakan atau mengabaikan tugas utamanya sebagai pekerja domestik, sehingga kehidupan sehari-harinya menjalankan dua peran sekaligus.

Komunitas ende (perempuan pedagang) di Pasar Sotor ini, disamping mengurusi rumah tangga juga mencari kesibukan sendiri dengan bekerja sebagai pedagang untuk membantu suami dalam meningkatkan ekonomi keluarga. Ende mengisi waktu secara selektif sehingga tidak mengabaikan urusan domestik. Hal ini sangat menarik karena dalam kehidupan sehari-hari ende memainkan dua peran sekaligus sebagai pekerja publik dan sebagai ibu rumah tangga. Oleh karena itu, peran perempuan pedagang sebagai pencari nafkah dalam dunia publik tentunya terdapat implikasi akibat dari peran ganda yang dijalankan ende di Pasar Sotor baik pada lingkungan keluarga maupun masyarakat.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan, penulis dapat merumuskan dua masalah diantaranya: (1) Bagaimana kehidupan Ende di Pasar Sotor Desa Ketang Kabupaten Manggarai NTT dalam ranah domestik? (2) Bagaimana kehidupan Ende di Pasar Sotor Desa Ketang Kabupaten Manggarai NTT dalam ranah publik?

METODE

Dalam penelitian ini menggunakan metode observasi partisipan yang berarti peneliti terjun langsung ke lokasi penelitian dan secara langsung mengamati aktivitas perempuan pedagang dalam menjalankan peran

sebagai pekerja domestik dan publik. Selain itu peneliti juga melakukan wawancara bersama beberapa informan yaitu ende (perempuan pedagang) yang ada di Pasar Sotor.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua yakni data primer dan data sekunder. Data primer adalah data langsung yang berasal dari informan-informan yang dipilih baik melalui wawancara atau pengamatan langsung di lapangan. Sedangkan sumber data sekunder adalah sebagai data penunjang atau data yang diperoleh secara tidak langsung yang diperoleh dari catatan atau dokumen-dokumen yang berkaitan dengan topik penelitian. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini ialah analisis data oleh Miles dan Huberman (2005). Penelitian ini menggunakan Teori Feminisme Sosialis dari Friederich Engels, Menurut Engels (1972), untuk mewariskan harta benda kepada pewarislah yang mendorong mereka untuk menguasai perempuan. Dorongan ini baru akan hilang ketika kapitalisme tumbang dan perempuan sudah tidak lagi bergantung secara ekonomis kepada laki-laki. Kerelevan teori dengan topik penelitian ini adalah adanya keterkaitan mengenai keturutsertaan perempuan dalam bidang ekonomi. Dalam hal ini perempuan terjun langsung dalam dunia publik agar tidak ditindas dan bergantung penuh pada kaum laki-laki dengan tidak menomorduakan tugas utama sebagai ibu rumah tangga. Teori Peran dari Sajogyo (2005), Teori peran menggambarkan interaksi sosial dalam terminology aktor-aktor yang bermain sesuai dengan apa yang ditetapkan oleh budaya. Kerelevan teori dengan topik penelitian adalah peran ende sebagai pekerja domestik merupakan peran yang dihasilkan dari konstruksi budaya Manggarai yang sudah ditetapkan. Kedua teori ini dianggap

relevan untuk mengkaji topik yang akan diteliti.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Peran Perempuan dalam Ranah Domestik

  • a.    Peran Ende sebagai Istri

Kehidupan berumah tangga terdiri dari ibu, ayah, dan anak. Setiap anggota keluarga dituntut agar dapat memainkan peran sesuai dengan statusnya di dalam lingkungan keluarga. Demikian halnya yang terjadi pada ende yang harus mampu membagikan waktu untuk mengurus pekerjaan dalam rumah tangga dan menjalankan tugas sebagai pekerja publik (Sukari, 2013).

Dalam ranah domestik seorang istri memiliki tugas untuk membantu dan melayani suami. Suami dan istri adalah dua individu yang dipertemukan untuk dijadikan partner kerja seumur hidup dalam membangun dan membentuk keluarga yang harmonis. Terciptanya sebuah keluarga yang harmonis tergantung bagaimana kedua orang tua untuk saling bekerja sama guna membangun     kebahagiaan     dan

keharmonisan di dalam keluarga dengan cara saling berkomunikasi, saling membantu, saling melengkapi satu dengan yang lain.

Perempuan pedagang di Pasar Sotor melaksanakan peran domestik sebagai ibu rumah tangga, dan sebagai pekerja publik (pedagang). Dalam melaksanakan tugas sebagai pedagang ende tidak pernah melupakan tanggung jawab sebagai seorang istri untuk melayani suami seperti menyiapakan sarapan, membuat kopi, dan menyiapkan segala kebutuhan yang lainnya. Hubungan suami dan istri adalah dua individu yang dipertemukan untuk dijadikan partner kerja seumur hidup dalam membangun dan membentuk keluarga yang harmonis. ende dijadikan sebagai partner kerja oleh suami untuk sama-sama bekerja dalam

rangka membantu pendapatan suami dalam keluarga.

  • b.    Peran Ende sebagai Ibu dari Anak-anak

Seorang ende dalam kehidupan keluarga memiliki tugas sebagai ibu untuk anak-anak yang tidak kalah penting sebagai bentuk tugas reproduksi sosial dari seorang perempuan untuk mengasuh dan merawat anak-anak. Pada umumnya perawatan dan pengasuhan anak dilakukan oleh seorang ibu. Ibu adalah salah satu figur yang paling berperan dalam kelangsungan hidup seorang anak. Sejak anak dilahirkan sampai tumbuh dewasa, peran seorang ibu dapat dikatakan sebagai pendidik. Pendidik yang dimaksud adalah apa yang diajarkan oleh seorang ibu kepada anaknya. Ibu sebagai sekolah pertama bagi anak karena pendidikan dimulai di dalam keluarga dan ibulah yang mengajar kepada anak tentang belajar berbicara, makan, minum, bergaul/bersosialisasi.

Proses mendidik yang diterapkan oleh ende kepada anak-anak terdapat perbedaan. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari segi gender, yang mana seorang anak laki-laki dituntut untuk belajar dan membiasakan diri supaya sejak kecil bekerja di luar rumah agar kelak menjadi seorang ayah yang bertanggung jawab untuk keluarga kecilnya, sedangkan untuk perempuan diajarkan agar dapat melakukan pekerjaan domestik dengan rajin dan baik. Kedua cara tersebut dapat dipahami masih didasarkan oleh konstruksi budaya yang ada pada masyarakat Manggarai. Seorang laki-laki dituntut untuk bekerja keras karena kelak dia akan menghidupkan istri serta anak-anaknya. Sedangkan untuk seorang perempuan agar belajar melakukan pekerjaan rumah tangga karena dianggap nantinya dia akan mengikuti suami dan harus mampu dan sempurna dalam melakukan pekerjaan domestik. Hal ini menjadi

bukti bahwa pola pikir perempuan pedagang bahwa kesuksesan dari seorang perempuan apabila mampu melakukan pekerjaan domestik dengan baik tanpa celah. Selain itu, pola didik yang diterapkan oleh perempuan pedagang dalam mendidik anak-anaknya agar dapat menjadikan pribadi yang lebih baik darinya. Perempuan pedagang mengharapkan anak-anaknya dapat menjadi orang yang jauh lebih baik dari segi pekerjaan dengan mendorong anak-anak untuk terus belajar agar kelak menjadi orang sukses dan tidak mengikuti jejak ibu sebagai pedagang.

Tugas perempuan pedagang selain mendidik mereka juga memiliki tanggung jawab untuk mengasuh dan merawat anak-anak. Dalam proses mengasuh dan merawat anak perempuan pedagang tidak berbeda jauh dari perempuan pada umumnya seperti: memberikan perhatian, dan memenuhi kebutuhan anak-anak. Perempuan pedagang dalam kehidupan sehari-hari menerapkan berbagai macam bentuk pola pengasuhan kepada anak-anak agar kedua tugas yang dijalani berjalan seimbang, misalnya berdagang sambil mengasuh anak. Tempat dan jenis dagangan yang dilakukan erat kaitanya dengan siklus hidup. Ketika anak-anak masih kecil, perempuan pedagang cenderung terlibat dengan kegiatan produksi yang berlokasi dekat dengan tempat tinggal, sehingga mereka tetap dapat melaksanakan tugas rumah tangga (Oey, 1998). Lokasi Pasar Sotor yang mudah dijangkau dari tempat tinggal atau rumah perempuan pedagang menyebabkan seringkali membawa atau mengajak anak-anak pergi ke Pasar Sotor. Sehingga anak-anak ende dapat mengetahui bentuk dunia kerja dari ibunya yang kadangkala menjadi dunia bermain bagi anak-anaknya.

  • c.    Peran Ende sebagai Nenek

Kehidupan ende dalam lingkungan keluarga tidak terlepas dari tugas sebagai

seorang nenek dari cucunya. Hal demikian mengingat perempuan pedagang sebagian telah memasuki usia yang tidak mudah lagi. Pada usia tersebut tentunya mereka telah dikarunia cucu karena anak-anak dari ende telah berkeluarga. Oleh karena itu sebagai seorang nenek tentunya memiliki peran yang sangat besar dalam memberikan perhatian dan mencurahkan bentuk kasih sayang dari seorang nenek kepada cucu-cucunya. Peran ende sebagai nenek dalam keluarga adalah memberikan perhatian dan kasih sayang seperti anak-anak sendiri, disisi lain peran seorang nenek merawat dan mendidik cucunya agar menjadi pribadi yang lebih baik serta menjadi penghibur bagi cucunya.

Peran Ende dalam Ranah Publik

  • a.    Peran Ende sebagai Pencari Nafkah

Keadaan ekonomi yang lemah serta serba kekurangan merupakan faktor utama yang mendorong ende untuk mengambil pekerjaan sebagai pedagang di Pasar Sotor. Hal ini sejalan dengan pandangan dari Ware (dalam Saptari dan Holzner, 1997) mengungkapkan terjunnya perempuan pedagang dilatar belakangi dua alasan pokok, salah satunya adalah sebuah keharusan dan tanggung jawab sebagai orang tua karena rendahnya perekonomian keluarga sehingga secara terpaksa sebagai orang tua perempuan pedagang turut andil dalam membantu meningkatkan ekonomi keluarga.

Kondisi ekonomi yang semakin sulit, menuntut ende untuk ikut mencari nafkah agar dapat memenuhi kebutuhan keluarga. Tuntutan ekonomi tersebut tidak hanya terbatas pada pemenuhan kebutuhan pangan sehari-hari namun juga pada pemenuhan kebutuhan lainnya yang sifatnya sangat kompleks, seperti pemenuhan kebutuhan pendidikan anak-anak, kesehatan, pengeluaran rutin dalam upacara adat seperti tae laki (belis), mata

(kematian), pesta sekolah, syukuran, dan kebutuhan lainnya. Alasan ekonomi menjadi faktor pendorong perempuan pedagang memilih pekerjaan sebagai pedagang dan alasan ende tidak memilih pekerjaan lain seperti petani disebabkan dari segi penghasilan, perempuan pedagang merasa bahwa penghasilan yang diperoleh setiap harinya sangat besar dibandingkan dengan penghasilan yang diperoleh apabila bekerja sebagai petani yang hasil dari kerjannya membutuhkan waktu yang cukup lama. Alasan yang lain juga perempuan pedagang merasa bahwa pendapatan yang diperoleh suaminya belum cukup untuk menutupi semua lubang kebutuhan dalam keluarganya Oleh sebab itu, partisipasi perempuan dalam ranah publik sebagai pedagang di Pasar Sotor terbukti dapat membantu kondisi finansial keluarga, dimana penghasilan ende dapat disalurkan untuk membeli berbagai macam perlengkapan maupun kebutuhan keluarga (Norma et al, 2019: 80).

Faktor lain yang mendorong perempuan pedagang masih bertahan sampai sekarang meskipun sudah lanjut usia disebabkan oleh keinginan untuk membangun relasi dan bersosialisasi dengan dunia luar (hiburan), mengaktualisasikan diri menjadi wanita karier, dan mempertahankan sebuah apresiasi (penghargaan) dalam lingkungan keluarganya sebagai pekerja publik (pedagang). Bagi perempuan pedagang yang berjualan di Pasar Sotor setiap harinya mereka mendapatkan hiburan. Kepenatan yang disebabkan oleh banyak pikiran akibat dari permasalahan yang dihadapi di masing-masing keluarga perempuan pedagang, sehingga ende membutuhkan hiburan dan dunia luar untuk melepaskan segala kepenatan dalam keluarganya, sehingga ketika perempuan pedagang pergi ke Pasar Sotor semua beban yang dirasakan sedikit berkurang karena ende akan

saling menghibur dan bertemu dengan orang-orang yang baru (pembeli).

  • b.    Peran Ende sebagai   Anggota

Masyarakat

Aktivitas sosial atau   kegiatan

kemasyarakatan menyangkut tanggung jawab individu dan tugas sosial untuk mempertahankan identitas    sebagai

anggota masyarakat dan mengorganisir kehidupan masyarakat agar rasa peduli dan solidaritas tetap dipertahankan. Aktivitas sosial merupakan kegiatan individu dalam pengelolaan kegiatan komunitas atau community management. Hal ini menyangkut kegiatan individu dalam aktivitas kekerabatan dan bermasyarakat. Oleh karena itu kegiatan community management dianggap sebagai perluasan dari area domestik, maka laki-laki dan perempuan menjalankan aktivitasnya yang berbeda (Mosse, 1986: 6-7). Fenomena tersebut sejalan dengan pendapat dari Soekanto (2004:  243), “peranan juga dapat

dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat”. Peranan yang akan dipaparkan dalam penelitian ini meliputi peran publik dan peran domestik. Peran publik merujuk kepada segala aktivitas yang dapat menghasilkan uang, seperti bekerja sebagai pedagang dan menyangkut peran mereka sebagai bagian dari komunitas sosial.

Kehidupan masyarakat Manggarai tidak terlepas dari upacara-upacara adat. Keberadaan perempuan memiliki peran yang     sangat     penting     dalam

keberlangsungan upacara adat yang dilaksanakan setiap tahun. Kehidupan di masyarakat Manggarai berkembang sebagai suatu sistem kesatuan sosial yang disebut Pa’ang ngaung. Menurut Nggoro (2006:  70), Pa’ang Ngaung adalah

keluarga kerabat/anggota hubungan kekerabatan yang tercipta atas dasar satu tempat tinggal yang sama yang mendiami

satu kampung dan satu rumah adat (mbaru gendang).

Sebagai pa’ang ngaung, ende turut terlibat dalam berbagai aktivitas di lingkungan masyarakat. Peran perempuan dalam aktivitas sosial ini biasanya bertugas untuk mengurus urusan dapur seperti: memasak nasi (teneng hang), memasak air minum (teneng wa’e), menggoreng/memasak daging (goring/teneng nuru) dan mencuci perlengkapan dapur. Peran sosial sebagai sebuah keharusan karena ini sebagai bentuk rasa peduli, solidaritas, dan gotong royong. Sehingga sampai saat ini nilai solidaritas dan kebersamaan masih saja terlihat erat walaupun perempuan pedagang punya kesibukan masing-masing dalam menjalani peran sebagai pedagang (Darusman, 2017).

Adapun implikasi yang dialami akibat dari terjunnya ende dalam ranah publik seperti: di lingkungan keluarga ende memperoleh kebanggaan dan apresiasi dari sang suami dan anaknya terhadap pekerjaan diranah publik yang memberikan perubahan dalam aspek ekonomi. Selain itu, sejak perempuan pedagang di Pasar Sotor telah aktif berdagang hal tersebut memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pengelola keuangan dalam kehidupan keluarga. Sehingga sebagai seorang istri sekaligus sebagai pencari nafkah perempuan yang bekerja dalam ranah publik memiliki tugas untuk mengelola keuangan agar kebutuhan terpenuhi (Fadlianti, 2019).

Implikasi lain akibat dari masuknya ende sebagai pedagang dalam ranah publik terciptanya kesetaraan gender dalam rumah tangga. Sejak ende terjun dalam dunia pasar, pekerjaan rumah tangga seringkali terabaikan akibat waktu yang dimiliki tidak cukup. Akan tetapi, suami turut membantu ende dalam menyelesaikan pekerjaan rumah tangga. Keikutsertaan suami dalam melakukan

pekerjaan rumah mengakibatkan peran reproduktifnya menjadi berkurang karena telah dibantu oleh suami. Mengingat alokasi waktu bagi perempuan pedagang untuk kegiatan usaha cukup banyak, peranan anggota keluarga lainnya dan kerabat cukup bermakna untuk kelancaraan dan kesinambungan aktivitas domestik (Ihromi, 1995: 338). Keadaan ini memberikan keuntungan bagi ende untuk menghindari keletihan yang ditimbulkan akibat melakukan pekerjaan 2 (dua) peran sekaligus, yaitu mencari uang dan mengerjakan urusan rumah tangga. Kurangnya waktu bersama anggota keluarga juga menjadi dampak lain bagi anggota keluarga terhadap peran ende dalam ranah publik. Dari segi sosial perempuan pedagang mampu mengenal dan bersosialisasi dengan dunia luar dan memiliki keluarga baru, akan tetapi dilihat dari segi keselamatan perempuan memiliki resiko yang cukup tinggi mengalami kecelakaan karena sistem perdagangan yang sangat ekstrim. Sistem perdagangan ende di Pasar Sotor dikatakan sangat ekstrim karena dalam proses pemasaran barang dagangan ende harus mengejar mobil dan menyodorkan lapak yang berukuran kecil yang berisi buah-buahan untuk dijualkan kepada penumpang yang berada didalam mobil dan motor sehingga ende perlu berhati-hati dan mengontrol disekeliling agar tidak ada mobil atau motor yang lewat agar tidak terjadi kecelakaan. Perempuan pedagang bertahan dalam pekerjaan ini meskipun memiliki resiko yang sangat tinggi disebabkan karena penghasilan diperoleh setiap hari dan tidak membutuhkan jangka waktu yang lebih lama lagi untuk menghasilkan uang.

SIMPULAN

Penulis dapat menarik simpulan mengenai kehidupan ende (perempuan pedagang) di Pasar Sotor Desa Ketang Kabupaten Manggarai Nusa Tenggara

Timur sebagai berikut: kehidupan perempuan pedagang (ende) di Pasar Sotor dalam kehidupan sehari-hari menjalankan peran ganda sekaligus yaitu sebagai pekerja domestik dan pekerja publik. Dalam menjalankan peran tugas dalam ranah domestik, ende memainkan peran sebagai seorang istri untuk suaminya, ibu dari anak-anak dan nenek dari cucunya. Dalam ranah publik ende memiliki peran sebagai pencari nafkah dan sebagai anggota masyarakat. Dampak peran ende dalam ranah publik bagi keluarga dan masyarakat adalah kurangnya waktu bersama anggota keluarga, mampu bersosialisasi dengan dunia luar (hiburan), dan mendapatkan apresiasi (penghargaan) dari dalam keluarga sebagai pekerja publik.

REFERENSI

Darusman, S.H.R. (2017). “Peran Wanita Penjual Ikan Dalam Menunjang Ekonomi Rumah Tangga Di Kelurahan Kotandora Kecamatan Borong Kabupaten Manggarai Timur”. EKSPEKTASI, 2(2), pp.110-116.

Engels, F. (1972). The Origin of the Family, Private Property and the states. Internasional Publishers.

Fadlianti, N. (2019). “Peran Perempuan Buruh Tani Merica Dalam Meningkatkan Ekonomi Keluarga Di Desa Wawondula Kecamatan Towuti Kabupaten Luwu Timur”. Jurnal Penelitian Budaya, 2(2).

Ihromi, T.O. (1995). Kajian Wanita dalam Pembangunan.  Yayasan

Obor Indonesia.

Kauntu, R.R., dan Suraya, R.S. (2018). “Perempuan Pemulung Dalam Mendukung Ekonomi Keluarga Di Pesisir      Teluk      Kendari”.

ETNOREFLIKA, 7(3), pp. 212-221. https://doi.org/10.33772/etnoreflika .v7i3.553

Miles,  M.B.,  dan Huberman,  A.M.

(2005). Qualitative Data Analysis (terjemahan). UI Press.

Mosse, J.C. (1986). Gender dan Pembangunan.  Pustaka Pelajar

Offest.

Nggoro, A.M. (2016). Budaya Manggarai Selayang  Pandang.

Nusa Indah.

Norma., Taena, L., dan Basri, L.O.A. (2019).  Keterlibatan Perempuan

Dalam  Sektor Publik Untuk

Peningkatan Pendapatan (Studi Pada perempuan Penjual Sayur Di Pasar Pelelangan Kota Kendari). Jurnal Penelitian Budaya, 4(2), pp. 75-83.

http://dx.doi.org/10.33772/jpeb.v4i 2.9074

Oey, M. (1998). Wanita dan sektor Formal, dalam Galang Seri Sektor Formal.     Lembaga     Studi

Pembangunan.

Parawansa, K.I. (2006). Mengukur Paradigma Menembus Tradisi: Pemikiran Tentang Keserasian Jender. LP3ES.

Sajogyo dan Pujiwati. (2005). Sososlogi pedesaan. Gadjah Mada University Press.

Saptari, R., dan Holzer, B. (1997). Perempuan, Kerja, dan Perubahan Sosial. Pustaka Utama Grafiti.

Soekanto, S. (2004). Sosologi Suatu Pengantar. Rajawali.

Sukari. (2013). “Peranan Perempuan dalam Rumah Tangga Nelayan: Kasus di Desa Branta Pesisir, Tlanakan, Pemekasan Madura”. Patrawiya, 14(2), pp. 275-300.

Sukesi, K. (1991). Status dan Peranan Perempuan: Apa Implikasinya Bagi Studi Perempuan, dalam Warta Studi Perempuan. Jurnal Penelitian Budaya, 2(1).