E-Jurnal Matematika Vol. 12(1), Januari 2023, pp. 37-43

DOI: https://doi.org/10.24843/MTK.2023.v12.i01.p397

ISSN: 2303-1751

MEDIASI KENYAMANAN BERWISATA PADA PENGARUH PENERAPAN PROGRAM CHSE TERHADAP KEPUASAN WISATAWAN

I Wayan Aditya Nursana Yadnya, G.K. Gandhiadi2, Kartika Sari3

1Program Studi Matematika, Fakultas MIPA – Universitas Udayana [[email protected]]

§Corresponding Author

ABSTRACT

The COVID-19 had a major effect in Indonesia, specifically in the tourism sector. The government has made efforts to guarantee comfort during a pandemic by launching a CHSE certification program for tourism businesses. Our research aims to study the effect of implementing the CHSE program on tourist satisfaction at the Monkey Forest Ubud. The method used is partial least square structural equation modeling with three constructs namely tourist satisfaction, travel comfort and implementation of the CHSE. The implementation of the CHSE is structured by four constructs, namely the cleanliness, health, safety, and environmental sustainability constructs. The results obtained that the implementation of the CHSE program has a significant influence on tourist satisfaction through the convenience of visiting the DTW Monkey Forest Ubud with an indirect effect path coefficient is 0.345

Keywords: CHSE programs, COVID-19, tourism satisfaction, PLS-SEM

  • 1.    PENDAHULUAN

Pandemi COVID-19 memberikan dampak yang besar bagi Indonesia, khususnya pada bidang pariwisata. Adanya kebijakan penutupan pintu masuk/keluar Indonesia bagi wisatawan mancanegara dan diberlakukannya kebijakan penutupan objek wisata menyebabkan jumlah wisatawan mancanegara berkurang cukup signifikan. Pada tahun 2020 pemerintah melaporkan devisa negara dari sektor pariwisata mengalami penurunan sebesar 78% dari pendapatan devisa negara pada tahun 2019 (Makkl, 2021). Akibat dampak pandemi pada sektor pariwisata di Indonesia, pemerintah melalui Kemenparekraf mengupayakan beberapa kebijakan untuk membangkitkan kembali pariwisata di Indonesia. Pemerintah berusaha memberikan kenyamanan wisatawan dalam berwisata saat pandemi dengan meluncurkan program sertifikasi CHSE (cleanliness, health, safety, and environmental sustainability).

Program sertifikasi CHSE adalah proses pengadaan sertifikat kepada industri pariwisata yang berada di lingkungan masyarakat dan destinasi pariwisata (Kemenparekraf, 2020). Saat ini tujuan penerapan program CHSE pada

usaha pariwisata tidak hanya mencegah paparan virus COVID-19 melainkan juga membuat suatu tatanan industri pariwista yang lebih bersih, sehat, aman, dan menjaga kelestarian lingkungan (Suidarma & Afrita, 2021). Penerapan program CHSE pada DTW Monkey Forest Ubud memiliki tujuan untuk menjamin kenyamanan dan keamanan wisatawan ketika berkunjung ke suatu daya tarik wisata. Jaminan keamanan dan kenyamanan yang diberikan dapat menimbulkan kepercayaan dan menumbuhkan kepuasan bagi wisatawan (Astuti, 2017).

Kepuasan wisatawan adalah perasaan yang muncul akibat perbandingan persepsi dengan ekspektasi seorang wisatawan baik itu rasa senang ataupun kecewa (Yulia et al., 2019). Kepuasan wisatawan merupakan salah satu contoh variabel dalam statistika yang memiliki nilai tersembunyi (tidak langsung) yang disebut sebagai variabel laten. Nilai variabel laten tersebut dapat diukur melalui indikator-indikator penjelas. Metode yang dapat digunakan dalam menganalisis variabel laten adalah partial least square structural equation modeling (PLS-SEM)

PLS-SEM merupakan teknik analisis data dalam statistika yang mampu melihat hubungan antara konstruk dengan indikatornya, hubungan antar konstruk, dan melihat nilai error dalam pengukuran. PLS-SEM merupakan teknik analisis berbasis varian yang penerapannya tidak didasarkan pada asumsi skala pengukuran, distribusi data tidak harus menyebar normal, dan jumlah sampel yang digunakan tidak harus besar (Hair, Sarstedt, et al., 2014). Pada PLS-SEM terdapat kasus yang dapat membentuk suatu hubungan model lebih kompleks dan melibatkan hubungan mediasi yang terjadi terjadi pada saat dua konstruk terkait diintervensi oleh konstruk ketiga.

Herayanthi et al. (2016) menganalisis niat berkunjung kembali wisatawan di Kabupaten Badung menggunakan model konstruk berhierarki. Hasil yang diperoleh adalah kepuasan wisatawan yang direfleksikan atraksi wisata memiliki pengaruh signifikan terhadap kepuasan wisatawan yang berwisata di Kabupaten Badung. Arlinda & Sulistyowati (2021) menganalisis pengaruh adaptasi CHSE terhadap kepuasan pengunjung di Kabupaten Kediri menggunakan analisis jalur. Hasil yang diperoleh adalah adaptasi CHSE memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan pengunjung.

Mencermati beberapa hal yang telah dipaparkan, peneliti memiliki tujuan untuk meneliti pengaruh penerapan program CHSE terhadap kepuasan wisatawan dengan kenyamanan berwisata sebagai variabel pemediasi pada DTW Monkey Forest Ubud menggunakan PLS-SEM.

  • 2.    METODE PENELITIAN

    • 2.1    Sampel dan Populasi

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh wisatawan yang berwisata DTW Monkey Forest Ubud dari bulan Oktober sampai Desember 2022. Sampel pada penelitian ini adalah wisatawan yang berumur 17 sampai 55 tahun yang berwisata ke DTW Monkey Forest Ubud. Wisatawan yang dimaksud terdiri dari wisatawan nusantara dan mancanegara. Jumlah sampel minimal pada penelitian yang menerapkan metode PLS-SEM adalah lima kali banyak indikator yang digunakan. Jumlah sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah 150 sampel yang terdiri sampel wisatawan nusantara dan mancanegara masing masing sebanyak 75 sampel menggunakan

teknik sampling aksidental   (accidental

sampling).

  • 2.2    Hipotesis Penelitian

Terdapat empat pengujian yang dirumuskan pada penelitian ini, yaitu:

H1: Penerapan program CHSE berpengaruh signifikan terhadap kenyamanan berwisata

H2: Kenyamanan berwisata berpengaruh signifikan terhadap kepuasan wisatawan

H3: Penerapan program CHSE berpengaruh signifikan terhadap kepuasan wisatawan

H4: Penerapan program CHSE berpengaruh terhadap kepuasan wisatawan melalui kenyamanan berwisata

  • 2.3    Teknik Analisis Data

Penelitian ini menerapkan tahapan analisis data sebagai berikut:

  • 1.    Perancangan      model      struktural

memperhatikan hubungan antar konstruk yang harus didasarkan pada teori dan logika yang merepresentasikan hipotesis uji pada penelitian

  • 2.  Perancangan model pengukuran yang

dilakukan berdasarkan teori dan hasil penelitian empiris sebelumnya.

  • 3.  Perancangan dan pengujian instrumen

penelitian. Instrumen dikatakan valid apabila nilai hitung koefisien korelasi lebih besar 0,3 dan dikatakan reliabel apabila nilai Croncbach's Alpha memiliki nilai minimal 0,60 (Hair et al., 2019).

  • 4.  Pengujian model pengukuran reflektif

menggunakan beberapa analisis di antaranya composite reliability (pc) dengan nilai minimal 0,60, convergent validity dengan mengukur nilai AVE dengan nilai minimal 0,50, dan discriminant validity dengan pengujian nilai √AVE lebih besar dari nilai korelasi konstruk lainnya.

  • 5.    Pengujian model pengukuran formatif dilakukan dengan uji multikolinearitas dan signifikansi indicator weight. Gejala kolinearitas pada model pengukuran formatif dapat dilihat melalui nilai variance inflation factor (VIF) setiap indikator dengan nilai VIF kurang dari 10. Selanjutnya, untuk mengetahui signifikansi indicator weight dapat menggunakan uji-t.

  • 6.    Dalam pengujian suatu model struktural yang perlu diperhatikan adalah nilai koefisien determinasi (R2) dan predictive

relevance (Q2). Menurut Hair et al. (2019) nilai R2) mendekati satu maka model semakin baik. Selanjutnya, nilai predictive relevance Q2 > 0 menunjukkan bahwa model tersebut memiliki relevansi prediktif untuk konstruk endogen tertentu.

  • 7.    Menginterpretasikan hasil analisis yang diperoleh

  • 3.    HASIL DAN PEMBAHASAN

    • 3.1    Profil Responden

Responden penelitian ini didominasi oleh rentangan umur 17-35 tahun yang dikategorikan usia remaja dan dewasa yaitu sebesar 64%.

wisatawan mancanegara di dominasi oleh wisatawan yang berasal dari Australia sebesar 14,7%. Selanjutnya, indikator wilayah akomodasi menunjukkan bahwa responden dari penelitian ini didominasi oleh wisatawan yang memilih akomodasi di seputaran wilayah Ubud dengan persentase sebesar 82,6%.

  • 3.2    Uji Kelayakan Instrumen Penelitian

Uji kelayakan instrumen penelitian dilakukan dengan memperhatikan nilai Croncbach’s Alpha dan nilai korelasi product moment.

Tabel 1. Hasil Uji Kelayakan Instrumen Penelitian

Variabel Laten

Item

Korelasi

Cleanliness a = 0,722

X11 Sarana mencuci tangan memadai

0,649

X12 Bebas binatang pembawa penyakit

0,770

X13 Toilet bersih

0,675

X14 Tempat sampah memadai

0,875

Health a = 0,801

X21 Papan himbauan untuk menjaga jarak

0,881

X22 Papan himbauan untuk menerapkan etika batuk dan bersin

0,914

X23 Pemeriksaan suhu tubuh

0,840

X24 Tempat makan yang bersih dan higenis

0,541

X25 Perlekapan medis memadai

0,503

Safety a = 0,855

X31 Papan prosedur penyelamatan diri dari bencana

0,924

X32 Papan titik kumpul dan jalur evakuasi

0,891

X33 Petugas keamanan

0,825

Sumber: Data Primer, diolah (2022)

Variabel Laten

Item

Korelasi

Environmental Sustain-ability a = 0,775

X41 Kondisi lingkungan asri dan nyaman

0,686

X42 Perlengkapan yang ramah lingkungan

0,940

X43 Tempat sampah pilah

0,858

Kenyamanan

Berwisata a = 0,806

Z11 Keamanan berkunjung

0,789

Z12 Kenyamanan berkunjung

0,856

Z13 Kebersihan destinasi

0,678

Z14 Kondisi lingkungan yang asri

0,693

Z15 Kepercayaan terhadap destinasi

0,755

Kepuasan

Wisatawan a = 0,879

Y11 Kemenarikan destinasi

0,743

Y12 Pengalaman yang menyenangkan

0,927

Y13 Realita lebih besar dari ekspektasi

0,841

Y14 Puas terhadap destinasi

0,799

Y15 Niat berkunjung kembali

0,729

Y16 Niat

merekomendasikan kepada orang lain

0,701

Berdasarkan Tabel 1, tampak bahwa setiap indikator memiliki nilai korelasi lebih dari 0,30 dan setiap variabel memiliki nilai Cranbach Abpha (a) lebih dari 0,60 yang menandakan seluruh konstruk dan indikator yang digunakan bersifat handal dan valid.

  • 3.3    Hasil Analisis Model Pengukuran Reflektif

Berdasarkan hasil analisis model pengukuran reflektif (Gambar 1), diperoleh beberapa hal sebagai berikut:

  • 1.  Kebersihan pada DTW Monkey Forest

Ubud direfleksikan oleh ketersediaan tempat sampah yang memadai dengan kata lain wisatawan yang berkunjung cukup

memperhatikan pengelolaan sampah pada daya tarik wisata yang dikunjungi

  • 2.    Aspek kelestarian lingkungan pada DTW Monkey Forest Ubud yang paling diperhatikan oleh wisatawan yang berkunjung adalah penggunaan perlengkapan yang ramah terhadap

lingkungan seperti kantong suvenir tidak sekali pakai

  • 3.    Kepuasan wisatawan terhadap DTW Monkey Forest Ubud direfleksikan oleh pengalaman    menyenangkan    yang

didapatkan oleh wisatawan.

Environmental Sustainability

Gambar 1. Hasil Analisis Model Penelitian


Tabel 2. Nilai Composite Reliability dan AVE

Variabel Laten

CR

AVE

Cleanliness

0,827

0,550

Health

0,861

0,554

Safety

0,884

0,719

Environmental Sustainability

0,852

0,659

Kenyamanan Berwisata

0,910

0,669

Kepuasan Wisatawan

0,901

0,604

Sumber: Data Primer, diolah (2022)

Berdasarkan Tabel 2, seluruh variabel laten telah memenuhi nilai composite reliability ≥ 0,60 dan nilai AVE ≥ 0,50 sehingga seluruh variabel laten telah lolos uji composite reliability dan convergent validity. Selanjutnya, X11, X12,

X21, X25, dan Y15 memiliki nilai outer loading kurang dari 0,708. Hair, Hult, et al. (2014) menyatakan indikator dengan nilai 0,40-0,70 dipertimbangkan dapat dipertahankan dalam model apabila nilai composite reliability ≥ 0,60 dan nilai AVE ≥ 0,50.

Berdasarkan Tabel 2, konstruk cleanliness, health, dan kepuasan wisatawan memiliki nilai composite reliability ≥ 0,60 dan AVE ≥ 0,50 sehingga, peneliti menetapkan seluruh indikator layak dilakukan analisis tahap selanjutnya.

Tabel 3 Hasil Pengujian Discriminant Validity

Cleanliness

Enviromental Sustainability

Health

Kenyamanan Berwisata

Kepuasan Wisatawan

Safety

Cleanliness

0,742

Enviromental Sustainability

0,580

0,812

Health

0,723

0,513

0,744

Kenyamanan Berwisata

0,450

0,644

0,357

0,818

Kepuasan Wisatawan

0,519

0,653

0,395

0,750

0,777

Safety

0,622

0,613

0,528

0,507

0,521

0,848

Sumber: Data Primer, diolah (2022)


Berdasarkan Tabel 3, seluruh nilai √AVE dari setiap konstruk memiliki nilai lebih besar dari nilai korelasi konstruk tersebut dengan konstruk lainnya sehingga seluruh konstruk dinyatakan lolos uji discriminant validity.

  • 3.4    Hasil Analisis Model Pengukuran

Formatif

Konstruk penerapan program CHSE yang disusun oleh konstruk cleanliness, health, safety, dan environmental sustainability merupakan model pengukuran yang bersifat formatif.

Tabel 4. Nilai t - statistics

T — statistics

Keterangan

Cleanliness → Penerapan Program CHSE

17,477

Signifikan

Health → Penerapan Program CHSE

10,860

Signifikan

Safety → Penerapan Program CHSE

13,445

Signifikan

Environmental Sustainability → Penerapan Program CHSE

11,864

Signifikan

Sumber: Data Primer, diolah (2022)

Berdasarkan Tabel 4, konstruk cleanliness, health, safety, dan environmental sustainability memiliki nilai t — statistics > 1,96 pada taraf nyata 5% sehingga dinyatakan memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel penerapan program CHSE (lolos uji signifikansi indicator weight).

Tabel 5. VIF Inners Values

Konstruk

VIF

Cleanliness

2,618

Health

2,171

Safety

1,948

Enviromental Sustainability

1,813

Sumber: Data Primer, diolah (2022)

Berdasarkan Tabel 5, seluruh konstruk pada variabel penerapan program CHSE memiliki nilai VIF < 10 sehingga dapat dinyatakan tidak ada gejala multikolinearitas antar konstruk penyusun.

  • 3.5    Hasil Analisis Model Struktural

Model struktural penelitian ini dianalisis dengan menghitung nilai koefisien determinasi (R2) dan predictive relevance (Q2).

Tabel 6. Nilai R2 dan Q2

Konstruk

R2

Q2

Kenyamanan Berwisata

0,353

Kepuasan Wisatawan

0,616

0,751*

Sumber: Data Primer, diolah (2022)

*Q2 = 1-((1-R2)(1-R2)

Berdasarkan Tabel 6, konstruk kenyamanan berwisata dan kepuasan wisatawan memiliki nilai R2 dengan tingkat akurasi prediksi moderat. Selanjutnya nilai Q2 konstruk kepuasan wisatawan memiliki nilai sebesar 0,751 yang menandakan model dapat memberikan informasi dalam penelitian sebesar 75,1% sedangkan 24,9% lainnya tidak dijelaskan dalam model.

Tabel 7. Analisis Pengaruh Antar Konstruk

Pengaruh

Hubungan

Koefisien Jalur

t

- statistics

Keterangan

Langsung

Penerapan Program CHSE → Kenyamanan Berwisata

0,594

10,685

Signifikan

Kenyamanan Berwisata → Kepuasan Wisatawan

0,581

9,227

Signifikan

Penerapan Program CHSE → Kepuasan Wisatawan

0,285

4,433

Signifikan

Mediasi

Penerapan Program CHSE → Kenyamanan Berwisata → Kepuasan Wisatawan

0,345

6,447

Signifikan

Total

Penerapan Program CHSE → Kepuasan Wisatawan

0,630

14,087

Signifikan

Sumber: Data Primer, diolah (2022)


  • 3.6    Hasil Uji Hipotesis

Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 7, seluruh hipotesis yang diujikan yaitu H1, H2, H3, dan H4 diterima pada taraf nyata 5%. Penerapan program CHSE memiliki pengaruh signifikan terhadap kepuasan wisatawan pada DTW Monkey Forest Ubud. Hal ini juga mengkonfirmasi penelitian dari Arlinda & Sulistyowati (2021) yang menyatakan kepuasan pengunjung dipengaruhi oleh program adaptasi CHSE. Selanjutnya, kenyamanan berwisata juga memiliki pengaruh mediasi yang signifikan pada hubungan penerapanan program CHSE dan kepuasan wisatawan pada DTW Monkey Forest Ubud.

  • 4.    KESIMPULAN DAN SARAN

Simpulan dari penelitian ini adalah penerapan program CHSE memiliki pengaruh signifikan terhadap kenyamanan berwisata pada DTW Monkey Forest Ubud. Penerapan program CHSE tersebut didominasi oleh aspek kebersihan yang terefleksikan oleh pengelolaan sampah yang baik di kawasan DTW Monkey Forest Ubud. Dengan demikian peningkatan aspek kebersihan pada penerapan program CHSE akan meningkatkan kenyamanan wisatawan dalam berwisata di DTW Monkey Forest Ubud. 4. Selanjutnya, kenyamanan berwisata memediasi hubungan penerapan program CHSE terhadap kepuasan wisatawan di DTW Monkey Forest Ubud. Hal ini menunjukkan bahwa DTW Monkey Forest Ubud harus meningkatkan efektifitas penerapan program CHSE untuk dapat meningkatkan kenyamanan berwisata wisatawan, yang

nantinya kenyamanan berwisata tersebut akan meningkatkan kepuasan wisatawan terhadap DTW Monkey Forest Ubud

Pada penelitian ini persepsi wisatawan tidak dipisahkan menjadi dua kategori yaitu wisatawan nusatara dan mancanegara, sehingga pada penelitian selanjutnya dapat menggunakan multi-group analysis PLS-SEM untuk dapat membedakan persepsi wisatawan nusantara dan mancanegara terhadap penerapan program CHSE.

DAFTAR PUSTAKA

Arlinda, F., & Sulistyowati, R. (2021). Pengaruh Penerapan Program Adaptasi CHSE (Cleanliness,     Health,     Safety     ,

Environment)    terhadap    Kepuasan

Pengunjung Destinasi Wisata Kabupaten Kediri di Era New Normal serta Dampaknya   pada   Pengembangan

Ekonomi Pariwisata & Industri Kreatif. Jurnal Pendidikan Tata Niaga (JPTN), 9(3),                         1404–1416.

https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jptn /article/view/40351

Astuti, A. K. (2017). Pengaruh Kualitas Terhadap Kepuasan Wisatawan di Kawasan Wisata Dlingo. Jurnal Manajemen Bisnis Krisnadwipayana, 12(2),                          107–120.

https://doi.org/10.35137/jmbk.v6i3.217

Hair, J. J. F., Black, W. C., Babin, B. J., & Anderson, R. E. (2019). Multivariate Data Analysis (8th ed.). Annabel Ainscow. https://doi.org/10.1002/9781119409137.c h4

Hair, J. J. F., Hult, G. T. M., Ringle, C. M., & Sarstedt, M. (2014). A Primer on Partial Least  Squares Structural Equation

Modeling     (PLS-SEM).     SAGE

Publications,                          Inc.

https://doi.org/10.1016/j.lrp.2013.01.002

Hair, J. J. F., Sarstedt, M., Hopkins, L., & Kuppelwieser, V. G. (2014). Partial Least Squares Structural Equation Modeling (PLS-SEM):  An Emerging Tool in

Business Research. European Business Review,        26(2),         106–121.

https://doi.org/10.1108/EBR-10-2013-0128

Herayanthi, W. D., Sukarsa, I. K. G., Oka, T. B., & Kencana, E. N. (2016). Analisis Kunjungan Ulang Wisatawan Nusantara Dengan Model Konstruk Berhierarki. E-Jurnal Matematika, 5(4), 194–200.

Kemenparekraf. (2020). Panduan Pelaksanaan Kebersihan, Kesehatan, Keselamatan, dan Kelestarian Lingkungan di Daya Tarik Wisata. Kemenparekraf.

Makkl, S. (2021). Devisa Pariwisata Susut 80 Persen Jadi Rp51,2 T pada 2020. CNN Indonesia.

https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/2 0210427144430-532-635395/devisa-pariwisata-susut-80-persen-jadi-rp512-t-pada-2020

Suidarma, I. M., & Afrita, N. N. (2021). Upaya Meningkatkan Sektor Pariwisata Melalui Pengembangan Chse (Cleanliness, Health, Safety, Environment) Dalam Kawasan Pantai Jimbaran. Abdimas Universal, 3(1), 55–59.

https://doi.org/10.36277/abdimasuniversal .v3i1.104

Yulia, F., Lamsah, & Periyadi. (2019). Manajemen Pemasaran. Deepublish Publisher.

43