FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA USIA 15-19 TAHUN DI KUTA SELATAN
on
E-Jurnal Matematika Vol. 12(4), November 2023, pp. 295-301
DOI: https://doi.org/10.24843/MTK.2023.v12.i04.p432
ISSN: 2303-1751
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA USIA 15-19 TAHUN DI KUTA SELATAN
Iyos Alfranta Surbakti1§, Made Susilawati2, Desak Putu Eka Nilakusmawati3
1Program Studi Matematika, Fakultas MIPA – Universitas Udayana [yoss3103@gmail.com] 2Program Studi Matematika, Fakultas MIPA – Universitas Udayana [susilawati.made@unud.ac.id] 3Program Studi Matematika, Fakultas MIPA – Universitas Udayana [nilakusmawati@unud.ac.id] §Corresponding Author
ABSTRACT
Adolescence is a period of change in emotional, physical, interests and behavior patterns. Teenagers begin to leave childish attitudes and behavior and begin to show the ability to behave maturely. This smoking behavior can cause various negative impacts on adolescents both in terms of health, economics, social and psychological. This study aims to analysis what factors cause adolescents to smoke. The method used in this research is exploratory factor analysis. Based on the results of factor analysis, four factors were obtained that influenced smoking behavior among adolescents in South Kuta, namely psychological factors, advertising factors, knowledge factors, and family environment factors. These four factors are able to explain the factors that influence smoking behavior in adolescents in South Kuta by 64.667%.
Keywords: teenager, smoking, behavior
Masa remaja adalah masa perubahan fisik dan emosi, perilaku dan minat. Mereka mulai melepaskan perilaku dan sikap kekanak-kanakan, dan mulai memperlihatkan perilaku dewasa. Perilaku dewasa tersebut adalah merokok. Perilaku merokok ini dapat membuat bermacam-macam dampak negatif bagi mereka baik dari sudut pandang psikologis, masyarakat, ekonomi dan kesetahan (Setyowati et al., 2020). Perilaku merupakan seperangkat perbuatan atau tindakan seseorang dalam melalukan respon terhadap sesuatu dan kemudian dijadikan kebiasaan karena adanya nilai yang diyakini (Triwibowo, 2015). Menurut World Healt Organization (WHO) sekitar 21 juta remaja berusia 13 hingga 15 tahun merokok pada 2020. jumlah tersebut mencakup dari 15 juta perokok remaja laki-laki dan 6 juta perokok remaja perempuan. Secara global, prevalensi rata-rata perokok laki-laki berusia 13-15 tahun sebesar 7,9% antara tahun 2010 sampai 2020. Pada saat yang sama, proporsi perempuan yang merokok lebih rendah, yaitu sebesar 3,5% (Rizaty, 2021).
Dilihat dari dampak negatifnya terhadap kesehatan, efek samping dari bahan-bahan kimia yang terkandung di rokok seperti tar, CO
(karbon monoksida) dan nikotin akan merasuki detak jantung dan aktivitas sistem saraf pusat, memicu kanker dan berbagai penyakit lainnya. Sedangkan dampak negatif dari bidang ekonomi ialah merokok membutuhkan biaya bagi remaja yang belum punya uang sendiri. Pengaruh lainnya dari bidang sosial, asap rokok dapat menimbulkan ketidaknyamanan bagi orangorang di sekitar. Pengaruh psikologis dari rokok dapat membuat kecanduan, dimana seseorang akan merasa gelisah saat tidak bisa untuk merokok (Pahlevi, 2022).
Aktivitas remaja yang baru mulai merokok didasari oleh kebiasaan merokok yang telah remaja lihat dan alami di lingkungannya, lingkungan sosial bahkan di lingkungan keluarga. Seseorang akan merasa bahwa aktivitas merokok adalah hal wajar, bermanfaat, dan menyenangkan, remaja yang ingin mencobanya karena merasa bisa, yang membuat mereka semakin punya niat untuk merokok. Situasi perilaku merokok bertahan lama yang membuat kecanduan yang sulit dihilangkan. Aktifitas merokok yang selama ini hanya dilakukan oleh orang dewasa, sekarang ini sudah dilakukan oleh kalangan siswa sekolah karena
lingkungan sekitar yang mendorong remaja untuk merokok (Setyowati et al., 2020).
Tujuan dari penelitian ini adalah penulis ingin mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi remaja merokok. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis faktor. Penelitian ini menggunakan metode analisis faktor yang dilakukan oleh Suartama et al (2019) dengan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi remaja bermain role playing game pada smartphone. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa niat bermain dan kepuasan saat bermain game merupakan faktor dominan yang motivasi remaja untuk memainkan game role playing game di smartphone. Kepuasan saat bermain game mencakup kenikmatan bermain game dan kesesuran saat ada event dalam game (Suartama et al., 2019). Dalam penelitian ini analisis faktor digunakan untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku merokok pada remaja. Variabel dari penelitian ini diambil dan diadaptasi dari Arifudin (2014) dan Heny (2021).
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dari penyebaran kuesioner berupa google form kepada 120 responden remaja berusia antara 15 sampai 19 tahun yang merupakan perokok aktif dan pernah merokok tiga bulan. Periode pelaksanaan penelitian ini dimulai dari bulan Agustus tahun 2023 sampai bulan Oktober 2023.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Purposive Sampling, yaitu suatu teknik pengambilan sampel yang mana pemilihan sampel dilakukan dengan pertimbangan subjektif tertentu berdasarkan beberapa karakteristik yang dimiliki sampel tersebut yaitu, remaja yang berusia 15 sampai 19 tahun, minimal menghisap rokok tiga batang perhari dan sudah lebih dari tiga bulan merokok. Agar sampel dapat merepresentasikan populasi di Kuta Selatan, maka sampel ditentukan secara proportional sampling yaitu ditentukan proporsi untuk setiap desa/kelurahan di Kecatatan Kuta Selatan. pengujian validitas dan reliabilitas dari kuesioner dilakukan setelah data terkumpul sebanyak 30.
Penelitian ini menerapkan tahapan analisis data sebagai berikut:
-
1. Membuat kuesioner penelitian berisi data responden serta item-item pernyataan yang diduga mempengaruhi perilaku merokok pada remaja. Dalam penelitian ini skala pengukuran yang digunakan adalah skala ordinal 1 sampai 5 dengan kategori sangat tidak setuju (1), kurang setuju (2), ragu-ragu (3), setuju (4), dan sangat setuju (5).
-
2. Mengambil 30 data sebagai uji coba.
-
3. Melakukan uji validitas dan uji reliabilitas kuesioner terhadap 30 sampel sebagai uji coba. (Hair et al., 2019)
-
4. Jika kuesioner telah dinyatakan valid dan reliable, maka akan dilakukan penyebaran kuesioner penelitian kepada responden secara online menggunakan google form.
-
5. Melakukan uji asumsi kelayakan data.
-
a. Uji KMO, uji KMO bertutuan untuk mengetahui apakah sampel penelitian yang terambil telah cukup untuk difaktorkan dengan analisis faktor. Nilai KMO statistik untuk data variabel yang dianalisis > 0.5.
-
b. Uji Barlett, bertujuan untuk untuk mengetahui korelasi antar variabel. nilai yang signifikan dari Uji Bartlett yaitu sig.< 0.05 yang menunjukkan bahwa terdapat korelasi antar variabel.
-
c. Measure of Sampling Adequency (MSA), bertujuan untuk mengetahui apakah setiap variabel penelitian layak atau dapat digunakan untuk dianalisis dengan analisis faktor. Nilai MSA yang digunakan yaitu > 0.5, yang berarti variabel tersebut masih bisa diprediksi dan dilakukan analisis dengan analisis faktor.
-
6. Setelah data dinyatakan layak, selanjutnya melakukan ekstraksi faktor untuk memperoleh jumlah faktor baru yang terbentuk menggunakan Principal
Component Analysis (PCA).
-
7. Menentukan jumlah faktor dengan kriteria akar laten.
-
8. Melakukan rotasi faktor, ini bertujuan untuk memudahkan dalam interpretasi. Rotasi faktor yang digunakan rotasi ortogonal metode varimax karena dinilai mampu menghasilkan penyederhanaan faktor yang baik dibandingkan dengan metode rotasi faktor lainnya.
-
9. Melakukan interpretasi faktor dengan memerhatikan nilai signifikansi factor loading dan memberikan nama pada faktor yang terbentuk.
Tabel 1. Uji validitas
Item Pernyataan |
Nilai Corrected Item-Total Correlation |
Orangtua juga perokok |
0,641 |
Saudara serumah perokok |
0,673 |
Melihat orang tua merokok |
0,760 |
Melihat saudara kandung merokok |
0,654 |
Ajakan teman |
0,642 |
Merokok dapat mengakrabkan suasana sehingga muncul rasa persaudaraan |
0,510 |
Ingin diterima dipergaulan |
0,783 |
Merokok membantu mendapat teman |
0,707 |
Melihat iklan di TV |
0,618 |
Ingin tahu rasa rokok karena iklan |
0,725 |
Iklan rokok memiliki tampilan yang menarik |
0,750 |
Iklan rokok menampilkan bahwa perokok adalah lambang kejantanan |
0,541 |
Dapat menggilangkan stres |
0,685 |
Menambah percaya diri |
0,702 |
Dapat memuncuklan inspirasi atau ide |
0,575 |
Ingin terlihat keren |
0,580 |
Rokok membuat kecanduan atau ketagihan |
0,526 |
Merusak kesehatan sendiri |
0,566 |
Mengganggu kesehatan orang sekitar |
0,380 |
Ketergaantungan dengan rokok |
0,561 |
Sumber: Data Diolah (2023)
Dalam rangka pengujian validitas kuesioner penelitian, korelasi pearson digunakan sebagai syarat pengujian analisis factor.
Nilai keofisien korelasi hitung yang diperoleh akan dibandingkan dengan nilai korelasi pada tabel r dengan sampel sebanyak 30 dengan derajat bebas db = n — 2 = 28. Setiap variabel dinyatakan valid apabila memiliki nilai koefisien korelasi ≥ 0.3 (Hair et al., 2014). Dalam konteks pengujian reliabilitas kuesioner penelitian, keofisien Cronbach-Alpha digunakan sebagai syarat pengujian analisis faktor. Variabel dengan nilai Cronbach’s alpha ≥ 0.7 merupakan variabel yang bersifat reliabel (Hair et al., 2014). Validitas dan reliabilitas kuesioner diuji dengan software SPSS. Hasil uji validitas dan reliabilitas diperlihatkan pada Tabel 1 dan Tabel 2.
Tabel 2. Nilai Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha |
Jumlah N item |
.917 |
20 |
Sumber: Data Diolah (2023)
Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa seluruh variabel memiliki nilai korelasi > 0,3 dengan nilai Cronbach's Alpha > 0,7 maka dapat dikatakan bahwa variabel valid dan reliabel.
Pengijian kelayakan data membantu menentukan apakah data kuesioner layak untuk diolah dengan analisis faktor atau tidak. Uji kelayakan data ditentukan dengan memeriksa nilai Kaiser Meyer-Oikin (KMO), Bartlett Test, dan Measures of Sampling Adequacy (MSA) yang dicari untuk setiap indikator. Menurut Hair et al (2014) nilai besaran yang harus dipenuhi adalah nilai KMO > 0,5, nilai Bartlett Test dengan signifikansi < 0,05, dan nilai MSA > 0,5.
Nilai KMO yang diperoleh dari seluruh variabel sebesar 0,878, yang berarti nilai KMO tersebut sudah memenuhi syarat. Nilai signifikansi dalam uji Bertlett 0.000 < 0,05, sehingga disimpulkan bahwa korelasi antar variabel yang menjadi pembentuk faktor dapat dijelaskan oleh variabel lain. Nilai MSA untuk seluruh variabel dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Nilai MSA
Item Pernyataan |
MSA |
Orangtua juga perokok |
0,870 |
Saudara serumah perokok |
0,802 |
Melihat orang tua merokok |
0,868 |
Melihat saudara kandung merokok |
0,784 |
Ajakan teman |
0,947 |
Merokok dapat mengakrabkan suasana sehingga muncul rasa persaudaraan |
0,892 |
Ingin diterima dipergaulan |
0,874 |
Merokok membantu mendapat teman |
0,906 |
Melihat iklan di TV |
0,889 |
Ingin tahu rasa rokok karena iklan |
0,873 |
Iklan rokok memiliki tampilan yang menarik |
0,920 |
Iklan rokok menampilkan bahwa perokok adalah lambang kejantanan |
0,912 |
Dapat menggilangkan stres |
0,872 |
Menambah percaya diri |
0,905 |
Dapat memuncuklan inspirasi atau ide |
0,896 |
Ingin terlihat keren |
0,862 |
Rokok membuat kecanduan atau ketagihan |
0,926 |
Merusak kesehatan sendiri |
0,877 |
Mengganggu kesehatan orang sekitar |
0,835 |
Ketergaantungan dengan rokok |
0,846 |
Sumber: Data Diolah (2023)
Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa setiap veriabel memiliki nilai MSA > 0.5 yang berarti setiap variabel memenuhi syarat MSA sehingga proses analisis faktor dapat dilanjutkan.
Dalam menentukan jumlah faktor dapat dilihat dari nilai eigen yang dihasilkan. Faktor dengan nilai eigen lebih dari 1akan dipilih sebagai faktor baru. Semakin besar nilai eigen pada suatu faktor maka semakin besar kemungkinan faktor tersebut dalam mewakili sejumlah variabel. Dengan menggunakan metode principal components analysis (Johnson & Wichern, 2013), faktor baru dapat dilihat pada tabel 4.
Pada Tabel 4 dapat dilihat terdapat 4 faktor dengan presentasi komulatif sebesar 64,667% mampu menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok pada remaja.
Rotasi faktor dilakukan karena matriks faktor hasil dari ekstraksi faktor terlihat sulit untuk diinterpretasikan secara sederhana. Oleh karena itu, matriks faktor yang dihasilkan ditransformasikan menjadi bentuk yang lebih sederhana melalui rotasi faktor agar faktor-faktor yang terbentuk lebih mudah untuk diinterpretasikan. Pada penelitian ini dilakukan rotasi faktor Orthogonal dengan menggunakan metode Varimax. Hasil rotasi varimax dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Hasil Rotasi Varimax I
Kode |
komunalitas |
Kode |
komunalitas |
*1 |
0.595 |
*11 |
0.769 |
*2 |
0.652 |
*12 |
0.695 |
*3 |
0.648 |
*13 |
0.648 |
*4 |
0.683 |
*14 |
0.728 |
*5 |
0.490 |
*15 |
0.630 |
*6 |
0.556 |
*16 |
0.734 |
*7 |
0.634 |
*17 |
0.614 |
*8 |
0.548 |
*18 |
0.516 |
*9 |
0.776 |
*19 |
0.681 |
*ιn |
0.705 |
*20 |
0.630 |
Sumber: Data diolah (2023)
Pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa variabel 5 memiliki nilai komunalitas rendah, yaitu 0,490 maka variabel 5 akan dikeluarkan terlebih dahulu dari analisis dan dilakukan analisis faktor sekali lagi tanpa variabel 5, hasilnya dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 4. Jumlah Faktor yang Terbentuk
Kompon en |
Nilai Eigen Awal | ||
Total |
Var (%) |
Kum (%) | |
1 |
8.050 |
40.248 |
40.248 |
2 |
2.266 |
11.331 |
51.579 |
3 |
1.526 |
7.628 |
59.207 |
4 |
1.092 |
5.460 |
64.667 |
Sumber: Data Diolah (2023)
Tabel 6. Hasil Rotasi Varimax II
Kode |
komunalitas |
Kode |
komunalitas |
X |
0.609 |
X1? |
0.694 |
X? |
0.656 |
X13 |
0.659 |
X3 |
0.640 |
X14 |
0.737 |
X4 |
0.689 |
X15 |
0.635 |
X |
0.588 |
X16 |
0.734 |
X7 |
0.627 |
X17 |
0.612 |
X8 |
0.543 |
X18 |
0.517 |
X9 |
0.776 |
X19 |
0.683 |
X10 |
0.714 |
X?0 |
0.640 |
X11 |
0.770 |
Sumber: Data Diolah (2023)
Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa semua variabel memiliki nilai komunalitas yang lebih dari 0,5, maka semua variabel dapat dilanjutkan ke tahap analisis selanjutnya.
Berdasarkan hasil rotasi varimax dapat dilihat bahwa variabel-variabel pada masing-masing faktor yang memengaruhi perilaku merokok pada remaja membentuk empat faktor, keempat faktor dalam penelitian ini masing-masing diberi nama baru sesuai dengan pengelompokkan variabel pada faktor tersebut. Dapat dilihat pada Tabel 7.
Faktor pertama bernama faktor psikologi yang memiliki nilai eigen sebesar 3,987 dan dapat menjelaskan nilai ragam sebesar 20.985%. Faktor ini terbentuk dari enam variabel berdasarkan tabel 7. Variabel menambah percaya diri adalah variabel yang memiliki faktor loading tertinggi dengan nilai 0,826 yang berarti bahwa faktor psikologi dipengaruhi oleh menambah percaya diri pada remaja.
Faktor kedua bernama faktor iklan yang memiliki nilai eigen sebesar 3,549 dan mampu menjelaskan nilai ragam sebesar 18,681%. Faktor ini terbentuk dari lima variabel dengan variabel melihat iklan di TV memiliki nilai faktor loading terbesar dengan nilai 0,827. Hal ini berarti dengan melihat iklan di TV dapat mempengaruhi remaja untuk merokok.
Tabel 7. Solusi Akhir dengan Rotasi Varimax
Faktor |
% Varians Komulatif |
Variabel |
Nilai Factor Loading |
1 |
20.985 |
Menambah percaya diri |
0.826 |
Dapat Memunculkan inspirasi |
0.795 | ||
Ingin terlihat keren |
0.761 | ||
Rokok membuat kecanduan atau ketagihan |
0.696 | ||
Dapat menghilangkan stress |
0.684 | ||
Ingin diterima dipergaulan |
0.620 | ||
2 |
39.665 |
Melihat iklan di TV |
0.827 |
Ingin tahu rasa rokok karena iklan |
0.808 | ||
Iklan rokok memiliki tampilan yang menarik |
0.781 | ||
Iklan rokok menimpalkan bahwa perokok adalah lambang kejantanan |
0.725 | ||
Merokok membantu mendapat teman |
0.505 | ||
3 |
53.539 |
Mengganggu kesehatan orang sekitar |
0.765 |
Ketergantungan terhadap rokok |
0.731 | ||
Merusak kesehatan sendiri |
0.676 | ||
Merokok dapat mengakrabkan suasana sehingga muncul rasa peresaudaraan |
0.576 | ||
4 |
65.912 |
Melihat saudara kandung merokok |
0.696 |
Orangtua juga perokok |
0.687 | ||
Melihat orangtua merokok |
0.641 | ||
Saudara serumah perokok |
0.570 |
Sumber: Data Diolah (2023)
Faktor ketiga bernama faktor pengetahuan yang memiliki nilai eigen sebesar 2.636 dan mampu menjelaskan nilai ragam sebesar 13,874%. Faktor ini terbentuk dari empat variabel dengan variabel mengganggu kesehatan orang sekitar yang memiliki nilai faktor loading tertinggi sebesar 0,765.
Faktor keempat bernama faktor lingkungan keluarga yang memiliki nilai eigen sebesar 2,351 dan mampu menjelaskan nilai ragam sebesar 12,373%. Faktor ini terbentuk dari empat variabel dengan variabel melihat saurdara kandung merokok memiliki nilai faktor loading tertinggi sebesar 0,696. Hal ini berarti melihat sudara kandung merokok dapat mempengaruhi remaja untuk merokok.
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang diperoleh dalam contoh kasus, maka dapat disimpulkan bahwa ada empat faktor yang teridentifikasi mempengaruhi perilaku merokok pada remaja di Kuta Selatan. Keempat faktor tersebut adalah hasil ekstraksi dari 20 variabel asal. Faktor-faktor tersebut adalah faktor psikologis, faktor iklan, faktor pengetahuan, dan faktor lingkungan keluarga. Keempat faktor yang diperoleh mampu menjelaskan faktor sebesar 64,67%.
Berdasarkan pada kesimpulan hasil penelitian diperoleh bahwa ada empat faktor yang mempengaruhi perilaku remaja merokok di Kuta Selatan dengan presentase ragam yang dijelaskan sebesar 64,67%. Oleh sebab itu, peneliti memberi saran kepada orang tua, instansi terkait atau sekalah, pemerintah agar dapat mencegah anak didik mereka atau remaja untuk merokok dengan melihat keempat faktor yang ada. Penelitian ini merupakan penelitian dalam bidang sosial, sehingga bagi penelitian selanjutnya diharapkan adanya penemuan lebih lanjut dengan menambahkan variabel-variabel lainnya yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok pada remaja sehingga diperoleh faktor-faktor dengan persentase ragam dapat dijelaskan yang lebih besar dari penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Arifudin, R. (2014). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Merokok pada Remaja di Madrasah Aliyah Negeri 2 Yogyakarta. Visikes: Jurnal Kesehatan Masyarakat, 7(1), 1984–2011.
Hair, J. F., Black, W. C., Babin, B. J., & Anderson, R. E. (2014). Multivariate Data Analysis (Seventh ed). Pearson.
Hair, J. F., Black, W. C., Babin, B. J., & Anderson, R. E. (2019). Multivariate Data Analysis (8th ed.). Cengage Learning, EMEA.
Heny, F. A. dan S. (2021). Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Merokok Pada Siswa Sekolah Menegah Pertama DiSMP Negeri 1 Seunagan Kabupaten Nagan Raya. Journal Of Healthcare Technology And Medicine, 7(2), 1546–
1564.
Johnson, R. A., & Wichern, D. W. (2013). Applied Multivariate Statistical Analysis. In D. Ryan (Ed.), Handbook of Linear Algebra, Second Edition (Sixth edit).
Pahlevi, R. (2022). Persentase Perokok Usia 15-19 Tahun Turun pada.
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/ 2022/01/03/persentase-perokok-usia-15-19-tahun-turun-pada-2021
Rizaty, M. A. (2021). Perokok Laki-Laki Usia 13-15 Tahun Lebih Tinggi Ketimbang Perempuan secara Global.
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/ 2021/12/14/perokok-laki-laki-usia-13-15-tahun-lebih-tinggi-ketimbang-perempuan-secara-global
Setyowati, L., Widyawati, I. Y. and, & Wahyuni, S. D. (2020). Perceived Behavioral Control and Intention Related to The Smoking Behavior of Early Adolescents in North Surabaya. Jurnal Ners, 15(2), 193–196. https://www.e-
journal.unair.ac.id//
Suartama, I. G. A., Suciptawati, N. L. P., & Asih, N. M. (2019). Identifikasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Remaja Bermain Role Playing Game pada Smartphone. E-Jurnal Matematika, 8(3),
194–198.
Triwibowo, C. (2015). Pengantar Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat Untuk Mahasiswa Kesehatan Masyarakat,Keperawatan, dan kebidanan. Nuha Medika.
301
Discussion and feedback