DURASI PENGGUNAAN SMARTPHONE BERPERAN TERHADAP KEJADIAN DE QUERVAIN SYNDROME PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
on
DURASI PENGGUNAAN SMARTPHONE BERPERAN TERHADAP KEJADIAN DE QUERVAIN SYNDROME PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
Esra Nanda Rehulina S1*, Putu Ayu Sita Saraswati2, Nila Wahyuni3, Gede Parta Kinandana4
1Program Studi Sarjana Fisioterapi dan Profesi Fisioterapi, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar, Bali
2, 4Departemen Fisioterapi, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar, Bali 3Departemen Faal, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar, Bali
*Koresponden: [email protected]
Diajukan: 29 April 2022 | Diterima: 13 Mei 2022 | Diterbitkan: 15 September 2022
DOI: https://doi.org/10.24843/MIFI.2022.v10.i03.p10
ABSTRAK
Pendahuluan: Smartphone telah digunakan sebagai alat terpenting dalam masa sekarang ini dan terlebih lagi pada masa COVID-19 mahasiswa akan semakin sering menggunakan smartphone karena sistem perkuliahan online yang sedang diterapkan. Apabila smartphone digunakan secara berlebihan maka dapat menyebabkan De Quervain Syndrome. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat hubungan terkait durasi penggunaan smartphone terhadap kejadian De Quervain Syndrome pada mahasiswa di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
Metode: Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan memakai desain cross sectional yang menggunakan teknik non probability sampling yaitu consecutive sampling dimana responden memiliki jumlah sebanyak 92 mahasiswa berdasarkan kriteria inklusi, eksklusi, dan drop out. Cara mengumpulkan data yaitu dengan mengukur durasi penggunaan smartphone dengan menggunakan lembar kuesioner dan aplikasi actiondash. De Quervain Syndrome diukur dengan menggunakan tes Finkelstein yang dilakukan oleh fisioterapis.
Hasil: Berdasarkan analisis uji chi square yang telah dilakukan dalam penelitian ini, maka hasil yang diperoleh adalah p value=0,000 (p<0,05).
Simpulan: Kesimpulan yang diperoleh pada penelitian ini yaitu ada hubungan signifikann antara durasi penggunaan smartphone terhadap kejadian De Quervain Syndrome pada mahasiswa di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
Kata Kunci: durasi penggunaan smartphone, de quervain syndrome, tes finkelstein
PENDAHULUAN
Smartphone merupakan salah satu jenis dari gadget. Smartphone merupakan suatu teknologi informasi dan komunikasi yang menyediakan informasi-informasi yang akurat dan kredibel untuk kebutuhan bagi semua orang. Pengguna smartphone semakin tinggi karena smartphone kini merupakan alat yang diperlukan dan saat ini smartphone sangat berperan pada hal apapun, baik dalam mencari atau mendapat sebuah informasi, pendidikan, pekerjaan, dan lainnya. Indonesia merupakan kalangan tertinggi dan pengguna smartphone aktif terbesar keempat di dunia.
Seseorang yang menempuh pendidikan akan lebih sering menggunakan gadget seperti smartphone dibandingkan dengan masa sebelum adanya sistem pendidikan online karena pandemic COVID-19. Peneliti lain mendapatkan pengguna smartphone terbanyak yaitu pada durasi >5jam per hari yaitu 86,3% sedangkan pengguna smartphone pada durasi <5jam per hari yaitu 13,7%.1,2 Smartphone memiliki dampak positif yaitu fungsiolitasnya sebagai media komunikasi, media edukasi, media mobile payment, media hiburan seperti mengirim pesan, mendengarkan musik dan lain-lain. Sedangkan, dari sudut pandang dampak negatif, penggunaan smartphone memiliki potensi atau efek yang tidak begitu baik pada kesehatan tubuh, apabila penggunaan dengan durasi yang cukup lama, posisi atau postur tubuh yang tidak benar, sehingga dapat menyebabkan berbagai masalah muskuloskeletal seperti rasa sakit atau nyeri pada leher, bahu, pinggang, jari-jari tangan dan lain-lain.3 Saat menggunakan smartphone ibu jari akan digunakan lebih sering, sehingga memudahkan terjadinya nyeri pada ibu jari. Dari 110 total responden dengan usia 16-30 tahun, ditemukan 47 (40%) responden yang pengguna smartphone dan mengalami nyeri pada ibu jari.4 De Quervain Syndrome merupakan bentuk peradangan yang diikuti dengan rasa nyeri dari selaput tendon yang berada di synovial sheath yang menyelubungi otot extensor pollicis brevis dan otot abductor pollicis longus. Secara umum perempuan paling sering mengalami De Quervain Syndrome atau DQS karena proccesus styloideus lebih besar pada wanita daripada laki-laki.2 Selain itu, cedera pergelangan tangan sering terjadi pada pemain tennis, voli, basket dan seorang atlet olahraga yang dapat mengalami De Quervain Syndrome karena melakukan latihan olahraga setiap hari.5
Prevalensi De Quervain Syndrome di Indonesia tercatat antara 5,6% sampai dengan 15%. Penelitian di Universitas Mulawarman mengatakan bahwa durasi penggunaan smartphone memiliki hubungan terhadap kejadian Tenosynovitis De Quervain (TDQ) dimana 86,3% mahasiswa menggunakan smartphone >5 jam per hari dan 68% mengalami TDQ.6 Seseorang yang telah memiliki atau menggunakan smartphone selama <1 tahun sampai 5 tahun akan mengalami tingkat smartphone addiction yang tinggi dan dapat mengakibatkan kejadian DQS.7,8 Penelitian
sebelumnya mengatakan bahwa nyeri yang terjadi pada ibu jari dan pergelangan tangan diakibatkan oleh kecanduan penggunaan smartphone, tetapi berdasarkan penelitian diperoleh bahwa kecanduan penggunaan smartphone tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan De Quervain Syndrome.9 Penyebab potensial lain dari nyeri pada ibu jari/pergelangan tangan, seperti cedera pada ekstensor policis longus di kompartemen dorsal ketiga, fleksor polisis longus, eminensia tenar, saraf median, selain itu perubahan klinis dan subklinis yang dapat terlibat karena penggunaan smartphone juga dapat berpengaruh terhadap kejadian De Quervain Syndrome.10
Peneliti tertarik untuk meneliti mengenai hubungan durasi penggunaan smartphone terhadap kejadian De Quervain Syndrome karena dari penelitian sebelumnya didapatkan hasil yang kontroversi dan belum ada yang melakukan penelitian di Bali terkait hal tersebut, dan peneliti ingin melihat kembali apakah durasi penggunaan smartphone memiliki hubungan terhadap kejadian De Quervain Syndrome pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Pada bulan November 2021 – Januari 2022 saat penelitian ini dilakukan, perkuliahan masih dilakukan secara online berkaitan dengan pandemic COVID-19 dan mahasiswa lebih sering menggunakan smartphone untuk mengikuti perkuliahan, sehingga mahasiswa akan menggunakan smartphone lebih sering dan hal tersebut dapat memungkinkan terjadinya peningkatan angka kejadian De Quervain Syndrome yang apabila tidak disadari dan ditangani dengan tepat akan mengakibatkan rasa nyeri yang bersifat progresif dan menyebabkan terjadinya keterbatasan gerak pada pergelangan tangan.
Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan, maka dari itu peneliti ingin melakukan penelitian observasi yang bertujuan untuk mengetahui gambaran umum mengenai durasi penggunaan smartphone serta kondisi De Quervain Syndrome dan membuktikan adanya hubungan terkait durasi penggunaan smartphone terhadap kejadian De Quervain Syndrome pada mahasiswa di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
METODE
Penelitian ini memakai rancangan observasional analitik yaitu crosssectional yang dilaksanakan pada November 2021 sampai Januari 2022 di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah consecutive sampling dengan mendapatkan sampel sebanyak 92 responden yang termasuk pada kriteria inklusi serta eksklusi. Kriteria inklusi tersebut terdiri dari mahasiswa aktif pada Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, mahasiswa perempuan dan laki-laki dengan usia 18-22 tahun, menggunakan smartphone minimal 1 jam per hari serta berkenan untuk menjadi sampel penelitian. Penelitian ini memiliki kriteria eksklusi yaitu responden memiliki riwayat cedera pada tangan dengan waktu 2 minggu terakhir, adanya deformitas serta sendi jari memiliki perubahan bentuk, dan responden pernah melakukan operasi pergelangan tangan atau ibu jari. Kriteria drop out dalam penelitian ini yaitu responden mengundurkan diri.
Variabel dependen yaitu De Quervain Syndrome diukur menggunakan tes Finkelstein. Sensitivitas dan spesifitas tes Finkelstein yaitu 88,5% dan 73,1%.11 Pengukuran tes Finkelstein dilakukan oleh fisioterapis dengan cara memfleksikan ibu jari dan memfleksikan ke empat jari dalam posisi ibu jari ditutup oleh ke empat jari dengan keadaan mengepal. Lalu pergelangan tangan ditekuk ke arah ulna deviasi. Apabila terdapat rasa nyeri di sepanjang radius distal maka hasil tes ini dianggap positif menunjukkan De Quervain Syndrome. Variabel independen yaitu durasi penggunaan smartphone diukur menggunakan kuesioner durasi penggunaan smartphone dengan pilihan durasi yaitu, <1jam/hari: sangat singkat; 1-2jam/hari: singkat; 3-4jam/hari: sedang; 5-6jam/hari: lama; serta >7jam/hari: sangat lama. Aplikasi actiodash digunakan untuk mengukur ke akuratan dari durasi penggunaan smartphone. Reliabilitas actiondash yaitu 0,80.12 Variabel kontrol yaitu usia.
Penelitian ini diawali dengan menjelaskan tujuan, manfaat dan prosedur penelitian kemudian dilanjutkan dengan pengisian kuesioner durasi penggunaan smartphone melalui google form dan mendownload aplikasi actiondash. Setelah itu dilakukan pengisian inform consent dan pengukuran De Quervain Syndrome. Semua data yang sudah terkumpul dianalisis menggunakan bantuan perangkat lunak IBM SPSS Statistics 26. Peneliti melakukan analisis dengan menggunakan analisis univariat serta bivariat. Analisis univariat berupa jenis kelamin, umur, durasi penggunaan smartphone serta De Quervain Syndrome. Sedangkan analisis bivariat pada uji chi square dipergunakan untuk melihat bagaimana hubungan pada kedua variabel tersebut. Penelitian tersebut sudah memperoleh izin etik dari Komisi Etik Penelitian (KEP) Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/ Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah dengan nomor 124/UN14.2.2.VII.14/LT/2022.
HASIL
Karakteristik subjek pada penelitian ini terdiri dari umur, durasi penggunaan smartphone, jenis kelamin serta De Quervain Syndrome:
Tabel 1. Karakteristik subjek | |||
Karakteristik |
Frekuensi (n=92) |
Persentase (%) | |
18 |
28 |
30,4 | |
19 |
33 |
35,9 | |
Usia |
20 |
18 |
19,6 |
21 |
11 |
12,0 | |
22 |
2 |
2,2 | |
Jenis Kelamin |
Laki-laki |
36 |
39,1 |
Perempuan |
56 |
60,9 | |
3-4jam/ hari |
2 |
2,2 | |
Durasi Penggunaan Smartphone |
5-6jam/ hari |
38 |
41,3 |
>7jam/ hari |
52 |
56,5 | |
De Quervain Syndrome |
Positif Negatif |
74 18 |
80,4 19,6 |
Dari Tabel 1, didapatkan hasil yaitu umur dengan subjek terbanyak terdapat pada subjek yang berusia 19 tahun yaitu sejumlah 33 subjek (35,9%). Subjek penelitian mayoritas pada jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 56 subjek (60,9) dibanding laki-laki sebanyak 36 subjek (39,1). Subjek yang menggunakan smartphone paling banyak terdapat pada durasi >7jam/ hari dengan jumlah 52 orang (56,5%), dan didapatkan hasil yaitu terdapat 74 orang (80,4%) mengalami positif De Quervain Syndrome dan 18 orang (19,6%) mengalami negatif De Quervain Syndrome atau tidak mengalami DQS.
Tabel 2. Hubungan durasi penggunaan smartphone terhadap kejadian De Quervain Syndrome | ||||
Durasi penggunaan smartphone |
De Quervain Syndrome | |||
Positif |
Negatif |
Total |
P | |
3-4jam/ hari |
0 |
2 |
2 | |
(0,0%) |
(100%) |
(100%) | ||
5-6jam/ hari |
26 |
12 |
38 |
0,000 |
(68,4%) |
(31,6%) |
(100%) | ||
>7jam/ hari |
48 |
4 |
52 | |
(92,3%) |
(7,7%) |
(100%) |
Dari Tabel 2, didapatkan hasil analisis bivariat berupa uji chi square yaitu p=0,000 (p<0,05) dengan arti terdapat hubungan yang signifikan antara durasi penggunaan smartphone terhadap kejadian De Quervain Syndrome pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
DISKUSI
Karakteristik Subjek Penelitian
Subjek penelitian merupakan mahasiswa perempuan dan laki-laki yang berusia 18-22 tahun di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang memiliki jumlah 92 mahasiswa dan termasuk dalam kriteria inklusi serta eksklusi. Hasil pada penelitian ini mendapatkan bahwa jenis kelamin sampel terbanyak adalah perempuan dengan jumlah sebanyak 56 (60,9%) dan mendapatkan hasil bahwa De Quervain Syndrome terjadi mayoritas pada perempuan. De Quervain Syndrome dapat terjadi pada perempuan 4 kali lebih tinggi daripada laki-laki.13 Pernyataan lain mengatakan, kasus De Quervain Syndrome mayoritas terjadi pada perempuan 77% dan pada laki-laki 23%.14 Perempuan lebih rentan terkena De Quervain Syndrome karena perempuan memiliki procesus styloideus lebih besar dibandingkan laki-laki dan perempuan memiliki aktivitas lebih banyak salah satunya adalah saat menggunakan smartphone. Perempuan lebih sering menggunakan smartphone karena perempuan lebih dominan memliki keinginan lebih tinggi untuk berkomunikasi, bermain instagram, menonton, bertelefon, game dan melihat informasi dengan internet dimana hal tersebut membuat keinginan memeriksa smartphone akan lebih tinggi pada perempuan.15
Penelitian ini menggunakan usia 18-22 tahun. Penelitian sebelumnya mengatakan bahwa mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana dengan usia 18-22 tahun memiliki ketergantungan terhadap smartphone, dimana dari 100 sampel terdapat 72 orang memiliki intensitas penggunaan smartphone yang tinggi namun hasil penelitian tersebut tidak memiliki hubungan terhadap resiko De Quervain Syndrome.13 Hal ini berbanding terbalik dengan penelitian ini, dan usia 16-21 tahun sering mengalami De Quervain Syndrome dikarenakan adanya penggunaan smartphone yang berlebihan dan akan berdampak secara fisik.2 Penelitian sebelumnya mengungkapkan bahwa usia 18-29 tahun rajin dan senang menggunakan sosial media.16 Pada tahapan usia 18-22 tahun aplikasi yang terdapat pada smartphone digunakan untuk alternatif pelarian ketika sedang menghadapi masalah ataupun sedang dalam suasana mood yang baik.7 Kemajuan teknologi menyebabkan remaja selalu menggunakan waktu mereka untuk menonton TV, bermain komputer, menggunakan smartphone dengan durasi yang lama dan kurang beraktifitas seperti olahraga dan lain-lain.17 Pada era globalisasi ini smartphone telah digunakan sebagai kebutuhan untuk gaya hidup bagi remaja pada usia 1621 tahun dimana saat ini remaja merupakan pengguna smartphone terbesar yaitu sebanyak 39%.18 Saat pandemi COVID 19 ini semua mahasiswa remaja melakukan semua kegiatan di dalam rumah termasuk melakukan perkuliahan secara online dan hal itu akan membuat mahasiswa lebih aktif dan monoton menggunakan smartphone.
Pada penelitian ini, sampel lebih banyak termasuk dalam kategori durasi penggunaan smartphone >7jam/ hari, yakni sebanyak 52 subjek (56,5%). Hal ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman dimana ditemukan pengguna smartphone lebih banyak pada durasi >5jam perhari dibanding pengguna smartphone pada durasi <5jam perhari.6 Kriteria durasi penggunaan smartphone yang digunakan untuk mengelompokkan kategori durasi penggunaan smartphone: ≥ 7Jam/hari: Sangat Lama; 5-6Jam/hari: Lama; 3-4Jam/hari: Sedang; 1-2Jam/hari: Singkat; dan < 1Jam/hari: Sangat Singkat pada penelitian ini, yaitu berdasarkan durasi penggunaan smartphone media sosial yang dirancang pada penelitian yang dilakukan sebelumnya. Untuk De Quervain Syndrome yang diukur dengan tes Finkelstein, mayoritas sampel penelitian adalah positif mengalami De Quervain Syndrome yaitu sebanyak 74 orang (80,4%). Penggunaan smartphone dengan durasi yang berlebihan (>6jam/ hari) dan saat melakukan tes Finkelstein terdapat hasil positif maka hal tersebut dapat didiagnosa adanya DQS. Kejadian De Quervain Syndrome dapat dilihat dari hasil positif tes Finkelstein yang memiliki kolerasi dengan intensitas penggunaan smartphone yang tinggi.19 Penelitian sebelumnya yang dilakukan pada mahasiswa Fakultas Kedoketran Mulawarman juga didapatkan hasil bahwa sebanyak 68% mahasiswa mengalami TDQ.6
Hubungan Durasi Penggunaan Smartphone Terhadap Kejadian De Quervain Syndrome
Berdasarkan analisis bivariat berupa uji chi square pada Tabel 2. terdapat hubungan pada kedua variabel. Pada hasil uji tersebut ditemukan p value >0,005 yaitu p=0,000. Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat dikatakan bahwa
durasi penggunaan smartphone memiliki hubungan yang signifikan terhadap kejadian De Quervain Syndrome pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Pada Tabel 2 ditemukan 48 (92,3%) dari 52 responden dengan durasi penggunaan smartphone >7 jam/hari mengalami De Quervain Syndrome dan sebanyak 26 (68,4%) dari 38 responden dengan durasi penggunaan smartphone 5-6 jam/hari mengalami De Quervain Syndrome. Tenosynovitis De Quervain akan terjadi ketika ada penggunaan ibu jari yang berlebihan yaitu saat menggunakan smartphone. Penelitian sebelumnya mengatakan terdapat hubungan yang signifikan anatara durasi penggunaan smartphone terhadap kejadian De Quervain Syndrome yaitu dengan hasil uji statistik nilai p=0,000 atau p≤0,05, dimana 86,3% mahasiswa menggunakan smartphone >5jam per hari dan 68% mengalami De Quervain Syndrome.6
Penelitian ini mendapatkan hasil bahwa sampel yang mengalami nyeri ibu jari dan dinyatakan positif De Quervain Syndrome saat tes Finkelstein adalah responden yang dominan menggunakan smartphone >7jam/ hari yang diketahui dari jawaban pengisian kuesioner dan aplikasi actiondash. Apabila smartphone digunakan dengan durasi lebih dari 5 jam, maka akan memiliki dampak terhadap fisik. Dampak fisik yang akan terjadi saat menggunakan smartphone secara berlebihan adalah gangguan DQS yaitu peradangan selaput tendon di sarung synovial yang menyelubungi otot extensor policis brevis dan abductor polocis longus yang disertai dengan rasa nyeri.20 Penelitian lain menyatakan bahwa penggunaan smartphone dengan durasi yang lama akan mengakibatkan terjadinya tekanan mekanik yaitu secara terus menerus pada tendon dan otot.21 Saat ibu jari digunakan secara berlebihan maka akan mengakibatkan disfungsi selubung tendon, penurunan selubung tendon dan penurunan kualitas pada cairan synovial. Akibatnya otot akan bergesekan dengan selubung tendon. Dan apabila terjadi gesekan secara terus-menerus akan terjadi peradangan di selubung tendon serta diikuti proliferasi jaringan ikat fibrosa. Saat proliferasi jaringan ikat fibrosa mengisi hampir seluruh selubung tendon, akan menyebabkan keterbatasan gerakan tendon. Penyempitan pada selubung tendon yang terjadi akan mempengaruhi pergerakan abductor polocis longus dan ekstensor polocis brevis.22 Ketika otot dan ligament mengalami peradangan, maka nyeri akan terjadi jika tangan digerakkan kearah ulnar deviasi (tes Finkelstein), yang artinya positif terkena De Quervain Syndrome.23
Penelitian ini mendapatkan hasil dimana semakin tinggi durasi seseorang menggunaan smartphone maka semakin tinggi pula hasil positif tes Finkelstein yang berarti responden positif mengalami De Quervain Syndrome. Hal ini sejalan dengan pernyataan dari peneliti sebelumnya dimana durasi penggunaan smartphone berhubungan dengan tingkat positif dari tes Finkelstein dan kejadian De Quervain Syndrome dimana semakin meningkat penggunaan smartphone maka semakin meningkat kemungkinan positif tes Finkelstein serta meningkat pula prevalensi kejadian De Quervain Syndrome.19
Ketika seseorang menggunakan smartphone untuk mengirim pesan >50 teks/hari, memainkan game >6 jam per hari serta mengakses internet secara berlebihan maka akan menimbulkan nyeri dibagian tangan terutama di ibu jari, hal ini dikarenakan adanya pergerakan pada ibu jari secara berulang.19 Ibu jari dan pergelangan tangan akan memiliki Gerakan yang dominan saat menggunakan smartphone sehingga bagian tersebut akan mengalami sakit karena digunakan secara berulang dan hal tersebut menyebabkan DeQuervain’s Stenosing Tenosynovitis. Durasi penggunaan smartphone yang lama dapat mempengaruhi terjadinya DQS yaitu dapat mengakibatkan jaringan di sekitar ibu jari menjadi nyeri dan dapat mengakibatkan inflamasi. Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa ada hubungan positif terkait durasi penggunaan telepon dan adanya Tenosinovitis De Quervain yaitu 68,9% peserta termasuk mahasiswa Kedokteran dan non-medis di seluruh Arab Saudi memiliki tes Finkelstein yang positif.24 DQS dapat ditangani dengan beberapa intervensi fisioterapi yaitu pemberian kinesiotaping, hold relax, kompres dingin, kompres panas, transversal friction massage, dan mengedukasikan penderita agar meluruskan pergelangan tangan saat mengetik serta melakukan sentuhan ringan saat mengetik.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian terdapat hubungan yang signifikan antara durasi penggunaan smartphone terhadap kejadian De Quervain Syndrome pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Sebanyak 56,5% mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana menggunakan smartphone dengan durasi rata-rata >7jam/ hari. 80,4% mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana mengalami DQS. Durasi penggunaan smartphone yang tinggi akan berpengaruh terhadap kejadian DQS pada mahasiswa.
SARAN
Saran dapat diberikan untuk mahasiswa sebaiknya dapat membatasi penggunaan smartphone yang berulang-ulang, mengistirahatkan tangan serta jari-jari ketika lelah, dan menggunakan smartphone dengan bijaksana (sesuai kebutuhan).
Saran kepada peneliti selanjutnya, yaitu hal-hal lain yang dapat mengakibatkan terjadinya De Quervain Syndrome, seperti ukuran layar smartphone, cara mengetik pada smartphone, jenis kelamin, dan usia juga dapat diteliti saat melakukan penelitian selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
-
1. Kim HJ, Kim JS. The relationship between smartphone use and subjective musculoskeletal symptoms and university students. J Phys Ther Sci. 2015;27(3):575-579. doi:10.1589/jpts.27.575
-
2. Nurratri AK, Widodo A, Oklandary D, Saraswati EV, Sukmawati L. Upaya Preventif dan Edukatif De Quervain’s Syndrome pada Pengguna Smart Phone di Kalangan Remaja. J Pendidik Biol Undiksha. 2019;6(1):44-51.
-
3. Rizqi K. Hubungan Lama dan Posisi Forward Head Posture Saat Menggunakan Smartphone Pada Mahasiswa Terhadap Nyeri Otot Suboccipital. Published online 2019:12-37.
-
4. Sehar B, Ashraf I, Rasool S, Raza A. Frequency of thumb pain among mobile phone user students. 2018;9(2):1406-1408.
-
5. Pal S, Kalra S, Pawaria S. De Quervain ’ s Tenosynovitis in Weight Lifter A Case Report International Journal of Health Sciences and Research De Quervain ’ s T enosynovitis in Weight Lifter: A Case Report. Int J Heal Sci Res. 2018;8(5):428-433.
-
6. Haikal SMS, Hutahaean YO, Nuryanto MK. Hubungan Durasi Rata-Rata Penggunaan Smartphone dengan Kejadian Tenosynovitis De Quervaina. Husada Mahakam J Kesehat. 2020;10(1):37.
doi:10.35963/hmjk.v10i1.204
-
7. Fathya R, Sari K, Mawarpury M. Tingkat Smartphone Addiction pada Penduduk di Kota Banda Aceh. J Psikologi, Vol 16 Nomor 2. 2020;16.
-
8. Nur Hardiyanty, Am.Ramli NR, Tang A. Hubungan Intensitas Penggunaan Game Online Terhadap Resiko Kejadian De Quervain Syndrome pada Pemain Games Online Smartphone di Kota Makassar. J Fisioter dan Rehabil. 2020;4(1):34-40.
-
9. Baabdullah A, Bokhary D, Kabli Y, Saggaf O, Daiwali M, Hamdi A. The association between smartphone addiction and thumb/wrist pain: A cross-sectional study. Medicine (Baltimore). 2020;99(10):e19124.
doi:10.1097/MD.0000000000019124
-
10. Eapen C, Kumar B, Bhat AK, Venugopal A. Extensor pollicis longus injury in addition to De Quervain’s with text messaging on mobile phones. J Clin diagnostic Res JCDR. 2014;8(11):LC01.
-
11. Yeom JW, Koh KH, Park MJ, Choi SJ, Lee KW, Lee H Il. Modified Staged Finkelstein Test for the Identification of Intracompartmental Septum in Patients with De Quervain’s Disease. J Hand Surg Asian-pacific Vol. 2021;26(4):555-562.
-
12. Kristensen PL, Olesen LG, Egebæk HK, Pedersen J, Rasmussen MG, Grøntved A. Criterion validity of a research-based application for tracking screen time on android and iOS smartphones and tablets. Comput Hum Behav Reports. 2022;5:100164.
-
13. Veronica E, Primayanti IDAID, Adiatmika IPG. Hubungan Antara Intensitas Penggunaan Smartphone dengan Risiko Kemunculan Sindrom De Quervain pada Mahasiswi Program Studi Sarjana Kedokteran dan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Med udayana. 2021;10(4):1-4.
-
14. Pramitha CA, Ersila W. Gambaran Pemberian Terapi Latihan Dalam Peningkatan Kemampuan Fungsional Tangan Pada De Quervain Syndrome: Literatur Review. In: Prosiding Seminar Nasional Kesehatan. Vol 1. ; 2021:439-445.
-
15. Sari IP. Hubungan Antara Durasi Penggunaan Smartphone pada Malam Hari Dengan Tingkat Stres Mahasiswa. Published online 2021:6.
-
16. Dyane Aulia Drestya. Motif Menggunaan Social Path Pada Mahasiswa Di Surabaya. 2013;3(2):171-181.
-
17. Wahyuningsih R, Pratiwi IG. Hubungan aktifitas fisik dengan kejadian kegemukan pada remaja di Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Mataram. AcTion Aceh Nutr J. 2019;4(2):163. doi:10.30867/action.v4i2.180
-
18. Indrawati I, Resti R. Penggunaan smartphone dikalangan mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau. Published online 2015.
-
19. Nasari D, Fisioterapi PS, Kesehatan FI, Surakarta UM. Hubungan Intensitas Penggunaan Smartphone Dengan Risiko Terjadinya De Quervain Syndrome : Literatur Review. Published online 2021.
-
20. Muhammadiyah Gombong S, Fitriana Herman L, Amrina I, Yusuf J. Gambaran Nyeri Syndrom De Quervain pada Remaja Akhir di Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan. J Univ Reseach Colloq. 2019;(Proceeding of The 10th University Research Colloquium 2019: Bidang MIPA dan Kesehatan):1017-1021. http://repository.urecol.org/index.php/proceeding/article/view/758
-
21. Rahmawati F. Hubungan durasi dan posisi penggunaan smartphone dengan nyeri leher pada mahasiswa Fisioterapi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Univ Muhammadiyah Surakarta. Published online 2020:Surakarta.
-
22. Suryani A. Sindrom De Quervain : Diagnosis dan Tatalaksana. IDI - Contin Med Educ. 2018;45(8):592-595.
-
23. Lad DR, Jaiswal DV, Ghuman DS, Ghodey DS. I nternational J ournal of A llied M edical S ciences and C linical R esearch ( IJAMSCR ) tenosynovitis pain – a mulligan concept technique. 2017;5(2):592-596.
-
24. Reada B, Alshaebi N, Almaghrabi K, Alshuaibi A, Abulnaja A, Alzahrani K. Prevalence and Awareness Evaluation of De Quervain’s Tenosynovitis among Students in the Kingdom of Saudi Arabia. Int J Pharm Res Allied Sci. 2020;9(4):151-157. www.ijpras.com
Karya inidilisensikandibawah: Creative Commons Attribution 4.0InternationalLicense.
Majalah Ilmiah Fisioterapi Indonesia, Volume 10, Nomor 3 (2022), Halaman 181-185, Open Access Journal: https://ojs.unud.ac.id/index.php/mifi |185|
Discussion and feedback