PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF BERPENGARUH TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK BAYI USIA 3-6 BULAN DI PUSKESMAS II DENPASAR BARAT
on
ORIGINAL ARTICLE
MAJALAH ILMIAH FISIOTERAPI INDONESIA
Volume 11, Nomor 2 (2023 , Halaman 118-122 P-ISSN 2303-1921, E-ISSN 2722-0443
PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF BERPENGARUH DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK BAYI USIA 3-6 BULAN DI PUSKESMAS II DENPASAR BARAT
Ni Made Nuryastiwi Putri1*, M. Widnyana2, I Putu Yudi Pramana Putra3, Ni Luh Putu Gita Karunia Saraswati4
-
1Program Studi Sarjana Fisioterapi dan Profesi Fisioterapi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana
-
2,3,4 Departemen Fisioterapi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana
Koresponden: [email protected]
Diajukan: 24 Maret 2022 | Diterima: 13 Juni 2022 | Diterbitkan: 15 Mei 2023
DOI: https://doi.org/10.24843/MIFI.2023.v11.i02.p02
ABSTRAK
Pendahuluan: Tiap bayi baru lahir akan mengalami proses dalam tumbuh kembang seiring dengan beranjak usia. Tumbuh kembang yang melibatkan kemampuan otot dan saraf yaitu perkembangan motorik dimana dilatih sedini mungkin untuk mencegah terjadinya keterlambatan. Selain diberikan stimulasi untuk menunjang perkembangan motorik, pentingnya untuk memperhatikan nutrisi yang diberikan. Pemberian ASI Eksklusif hingga umur 6 bulan bisa menghindari adanya keterlambatan pada perkembangan motorik bayi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pemberian ASI Eksklusif berpengaruh terhadap perkembangan motorik bayi usia 3-6 bulan di Banjar Sumuh, Puskesmas II Denpasar Barat.
Metode: Penelitian ini termasuk penelitian cross sectional (potong lintang) dengan teknik sampling yang digunakan yaitu total sampling. Pada penelitian sampel yang diteliti sebanyak 34 sampel yang sudah ditetapkan melalui kriteria inklusi, eksklusi serta drop out. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara dengan ibu sampel terkait status pemberian ASI dan mengukur perkembangan motorik sampel memakai kuesioner DDST/Denver II.
Hasil: Berdasarkan uji analisis non parametrik chi-square didapatkan hasil nilai p=0,04 (p<0,05).
Simpulan: Bersumber pada hasil penelitian bisa disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara pemberian ASI Eksklusif terhadap perkembangan motorik bayi usia 3-6 bulan di Banjar Sumuh, Puskesmas II Denpasar Barat.
Kata Kunci: ASI Eksklusif, perkembangan motorik, bayi
PENDAHULUAN
Bayi merupakan anak yang baru lahir hingga berumur 1 tahun serta sedang menghadapi pertumbuhan maupun perkembangan yang akan berlangsung secara berkesinambungan sampai dewasa. Tumbuh kembang sendiri meliputi perkembangan motorik, sensorik, kognitif dan sosial.1 Perkembangan motorik sangat penting peranannya dalam perkembangan setiap individu, karena perkembangan ini dapat dilihat atau diamati dengan mudah melalui panca indera.
Di negara berkembang dikatakan hampir 45% bayi mengalami keterlambatan dalam perkembangan motorik kasar maupun halus sehingga pada kemampuan koordinasi, kontrol serta reaksi hubungan otot-otot tersebut dapat menjadi terganggu. Berdasarkan hasil data dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi Kementerian Kesehatan RI tahun 2012, perkembangan motorik anak di Indonesia dikatakan tergolong rendah.2
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan motorik bayi diantaranya genetik, sosial ekonomi, pekerjaan ibu dan nutrisi.3 Air Susu Ibu (ASI) yaitu nutrisi pertama, utama, dan terbaik bagi bayi yang memiliki banyak manfaat dan bersifat alamiah sehingga diperlukan oleh bayi dalam menunjang proses tumbuh kembangnya.4 Sesuai dengan rekomendasi dari United Nations International Children’s Emergency (UNICEF) dan World Health Organization (WHO) mengenai gold standard pemberian nutrisi pada bayi dan juga anak, salah satunya yaitu menyusui secara eksklusif yang diberikan sejak bayi tersebut lahir sampai usia 6 bulan.5
Target pemberian ASI menurut Rencana Strategis Kementerian Kesehatan (Renstra Kemenkes) pada tahun 2019 adalah sebesar 50%. Cakupan pemberian ASI eksklusif yang tercatat di Provinsi Bali adalah sebesar 59,7% dan dapat dikatakan sudah mencapai target. Namun, pemberian ASI Eksklusif di kabupaten/kota lainnya ada yang belum mencapai target diantaranya Kabupaten Jembrana dan Kota Denpasar yang sama-sama mendapatkan 47,6%.6 Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan ibu memberikan ASI Non Eksklusif sebelum waktunya.
ASI non eksklusif atau bisa disebut dengan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP ASI) merupakan pemberian ASI yang ditambahkan dengan pemberian makanan ataupun minuman tambahan. ASI eksklusif yang telah diberikan akan mempengaruhi dari status gizi bayi tersebut, dimana jika pemberian ASI eksklusif 100% dikatakan mempunyai status gizi yang baik, sedangkan pemberian ASI non eksklusif dikatakan memiliki 58,80% status gizi baik.7 Lisa (2012) melaporkan bahwa bayi yang diberikan ASI secara non eksklusif lebih berisiko sebanyak 5,6 kali menghadapi perkembangan motorik yang tidak sejalan dengan usianya jika dibandingkan dengan bayi yang diberi ASI secara eksklusif.8
Kandungan yang terdapat dalam ASI berguna dalam menunjang dalam proses myelinisasi yang dapat berguna untuk mempercepat proses kerja dari saraf Arachidonic Acid (AA) dan Docosehaxaenoic Acid (DHA). Jika proses
tersebut berhasil, sistem saraf anak akan berfungsi dengan optimal dan diproses menuju tubuh yang dikendalikan oleh otak. Kandungan AA dan DHA yang terkandung dalam ASI jauh lebih baik dibandingkan dengan kandungan AA dan DHA dalam susu formula, dikarenakan AA dan DHA yang terdapat pada ASI mudah diserap oleh sistem perncernaan bayi karena terdapat taurin yang berfungsi sebagai neurotransmitter dalam menunjang proses pematangan pada sel otak. Kemampuan perkembangan motorik dan intelektual bayi berkaitan dengan kadar taurin pada masa bayi.9
Berdasarkan uraian diatas peneliti meyakini bahwa bayi yang diberikan ASI Eksklusif dapat mempengaruhi dari perkembangan motoriknya. Peneliti pun menganggap penting untuk mencari tahu bagaimana pengaruh pemberian ASI terhadap penunjang perkembangan motorik pada bayi usia 3-6 bulan karena bayi usia 3-6 bulan merupakan masa yang melalui proses pertumbuhan yang sangat cepat dan pesat. Oleh karena itu, orang tua perlu memperhatikan nutrisi yang tepat dan baik untuk usia bayi tersebut. Pertumbuhan dan perkembangan bayi ditentukan oleh nutrisi yang diserapnya dan nutrisi yang paling baik untuk usia tersebut adalah ASI Eksklusif. Bayi usia 3-6 bulan juga akan mengalami perkembangan motorik secara bertahap dan jika hal tersebut tidak berkembang sesuai usianya, maka akan menyebabkan keterlambatan yang dapat mempengaruhi nantinya dalam kehidupan sehari-harinya.
Penelitian ini diharapkan bisa mendorong tenaga kesehatan khususnya fisioterapi untuk meneliti lebih lanjut mengenai status dari pemberian ASI dan perkembangan motorik pada bayi di Indonesia. Maka dari itu peneliti mengangkat topik ini kedalam penelitian yang berjudul “Pemberian ASI Eksklusif Berpengaruh dengan Perkembangan Motorik Bayi Usia 3-6 Bulan di Puskesmas II Denpasar Barat”.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan metode cross sectional (potong lintang). Observasi dan pengukuran variabel setiap subjek pada penelitian ini hanya dilakukan satu kali. Variabel independen dalam penelitian ini yaitu ASI Eksklusif, sedangkan variabel dependennya adalah perkembangan motorik.
Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2021 di Banjar Sumuh, Puskesmas II Denpasar Barat. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 34 bayi di Banjar Sumuh dengan teknik pengambilan sampel total sampling karena anggota populasi relatif kecil. Kriteria inklusi adalah bayi berjenis kelamin laki-laki atau perempuan, berusia 3- 6 bulan, bayi yang mengikuti posyandu di Banjar Sumuh Puskesmas II Denpasar Barat, keadaan umum bayi sehat, kondisi tanda-tanda vital dalam batasan normal, kondisi prenatal, natal dan pasca natal yang normal, ibu yang bersedia menjadi responden menandatangani informed consent yang disediakan peneliti untuk bersedia anaknya menjadi sampel. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini diantaranya gangguan prenatal seperti ibu mengalami anemia saat mengandung, bayi dengan riwayat kelahiran vakum ekstraksi, bayi yang tidak pernah mengikuti posyandu di Banjar Sumuh Puskesmas II Denpasar Barat, memiliki gangguan motorik berdasarkan diagnose dokter atau fisioterapis. Kriteria drop out dalam penelitian ini adalah tidak mampu mengikuti instruksi penelitian.
Penelitian dilaksanakan dengan metode pada saat posyandu di Banjar Sumuh dan keesokan harinya melakukan door to door atau mendatangi ke tiap rumah. Peneliti melaksanakan kegiatan di posyandu bersama 7 orang diantaranya 2 orang dari puskesmas, 1 orang dari kelian banjar dan 4 orang teman untuk membantu dan melakukan dokumentasi, sedangkan kegiatan door to door dilakukan bersama 2 orang diantaranya 1 orang dari puskesmas dan 1 orang teman untuk membantu dokumentasi. Hal yang dilakukan pertama kali adalah menggunakan hand sanitizer dan memberikan masker kepada ibu subjek. Selanjutnya dokter atau bidan akan melakukan pengecekan vital sign bayi, dan menanyakan kepada ibu subjek terkait kondisi prenatal, natal dan pasca natal. Saat subjek memenuhi syarat akan diberikan informed consent dan jika bersedia akan dilanjutkan dengan wawancara status pemberian ASI dan pengukuran perkembangan motorik oleh peneliti.
Pengukuran status pemberian ASI Eksklusif dilakukan dengan wawancara ke ibu subjek dengan peneliti menanyakan pertanyaan sesuai dengan kuesioner yang terdiri dari 5 pertanyaan. Terdapat 1 pertanyaan terkait identitas ibu,1 pertanyaan terkait identitas bayi, dan 3 pertanyaan terkait status pemberian ASI. Perkembangan motorik diukur menggunakan Denver Developmental Screening Test (DDST)/Denver II. Pengukuran dilakukan pada item perkembangan motorik kasar dan halus. Adapun poin yang nantinya akan diberikan oleh pemeriksa atau peneliti diantaranya “P” berarti pass / berhasil, “F” berarti fail / gagal, “NO” berarti no opportunity / tidak ada kesempatan dan “R” berarti refusal / penolakan. Kemudian tentukan interpretasi dari hasil tes menggunakan DDST tersebut. Hasil DDST tersebut nantinya akan berisi kesimpulan diantaranya Normal, Suspect / dicurigai terdapat keterlambatan dan Untestable / tidak dapat diuji.
Semua data yang sudah terkumpul dianalisa menggunakan bantuan perangkat lunak SPSS 25.0. Analisis dari data yang telah digunakan diantaranya analisis univariat dan bivariat. Analisis univariat memiliki tujuan untuk menganalisis gambaran umum tentang persentase usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir ibu, pekerjaan ibu, pemberian ASI, dan perkembangan motorik. Analisis bivariat memiliki tujuan untuk menjelaskan hubungan antar dua variabel dan membandingkan karakteristik antara dua variabel yakni variabel independent yaitu pemberian ASI dan variabel dependen yaitu perkembangan motorik dengan menggunakan analisis uji korelasional yaitu chi-square. Penelitian ini sudah memenuhi izin dari Komisi Etik Universitas Udayana dengan Nomor: 1399/UN14.2.2.VII.14/LT/2021.
HASIL
Tabel 1. Data Karakteristik Sampel
Variabel |
Frekuensi (n) |
Persentase (%) |
Usia | ||
3 bulan |
7 |
20,6 |
4 bulan |
9 |
26,5 |
5 bulan |
15 |
44,1 |
6 bulan |
3 |
8,8 |
Lanjutan Tabel 1. Data Karakteristik Sampel | ||
Variabel |
Frekuensi (n) |
Persentase (%) |
Jenis Kelamin | ||
Laki-laki |
19 |
55,9 |
Perempuan |
15 |
44,1 |
Pendidikan terakhir Ibu | ||
SD |
4 |
11,8 |
SMP |
7 |
20,6 |
SMA |
14 |
41,2 |
Perguruan Tinggi |
9 |
26,5 |
Pekerjaan Ibu | ||
Ibu rumah tangga |
11 |
32,4 |
PNS |
3 |
8,8 |
Swasta |
15 |
44,1 |
Lainnya |
5 |
14,7 |
Rentang usia sampel sesuai dengan kriteria inklusi adalah 3-6 bulan. Jumlah sampel yang berusia 3 bulan sejumlah 7 orang (20,6%), berusia 4 bulan sejumlah 9 orang (26,5%), berusia 5 bulan sejumlah 15 orang (44,1%), dan berusia 6 bulan sejumlah 3 orang (8,8%). Jenis kelamin sampel penelitian dengan jenis kelamin laki-laki sejumlah 19 orang (55,9%) sedangkan sampel perempuan berjumlah 15 orang (44,1%). Mayoritas pendidikan terakhir ibu yaitu pendidikan SMA yaitu sejumlah 14 orang (41,2%), perguruan tinggi yaitu sejumlah 9 orang (26,5%), SMP yaitu sejumlah 7 orang (20,6%), dan SD yaitu sejumlah 4 orang (11,8%). Mayoritas pekerjaan ibu di Banjar Sumuh berprofesi sebagai pekerja swasta yaitu sejumlah 15 orang (44,1%), ibu rumah tangga sejumlah 11 orang (32,4%), pekerja lainnya meliputi pedagang, pertukangan sejumlah 5 orang (14,7%), dan PNS sejumlah 3 orang (8,8%).
Tabel 2. Distribusi Karakteristik Subjek berdasarkan ASI
ASI |
Frekuensi |
Persentase (%) |
ASI Eksklusif |
22 |
64,7 |
ASI Non Eksklusif |
12 |
35,3 |
Total |
34 |
100 |
Pada tabel 2 dapat dilihat bahwa dari 34 orang bayi, 22 orang (64,7%) diberikan ASI Eksklusif, dan 12 orang (35,3%) diberikan ASI Non Eksklusif oleh ibunya.
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Karakteristik Subjek berdasarkan Perkembangan Motorik
Perkembangan Motorik |
Frekuensi |
Persentase (%) |
Normal |
25 |
73,5 |
Suspect |
9 |
26,5 |
Total |
34 |
100 |
Pada tabel 3 dapat dilihat bahwa dari hasil pengukuran perkembangan motorik dengan menggunakan DDST/Denver II, bayi yang dinyatakan normal yaitu sejumah 25 orang (73,5%), dan bayi yang dinyatakan suspect yaitu sejumlah 9 orang (26,5%).
Tabel 4. Hubungan antara Pemberian ASI terhadap Perkembangan Motorik
Pemberian ASI |
Perkembangan Motorik |
Total |
p | |
Normal |
Suspect | |||
Eksklusif |
19 |
3 |
22 | |
Non Eksklusif |
6 |
6 |
12 |
0,04 |
Total |
25 |
9 |
34 |
Pada Tabel 4 hasil yang telah dilakukan dengan menggunakan uji chi-square didapatkan hasil 0,04 yang menunjukkan p<0,05. Apabila p<0,05 memiliki makna hubungan signifikan antara kedua variabel yang diteliti yaitu status pemberian ASI dan perkembangan motorik bayi.
DISKUSI
Karakteristik Subjek Penelitian
Pada penelitian ini subjek yang diteliti yaitu bayi berusia 3-6 bulan di Banjar Sumuh, Puskesmas II Denpasar Barat yang telah memenuhi dari kriteria inklusi maupun eksklusi. Karakteristik subjek pada penelitian ini menurut usianya yang terbanyak yaitu usia 5 bulan sebanyak 15 orang (44,1%), kemudian usia 4 bulan sebanyak 9 orang (26,5%), lalu usia 3 bulan sebanyak 7 orang (20,6%), dan yang paling sedikit yaitu usia 6 bulan sebanyak 3 orang (8,8%). Distribusi subjek berdasarkan jenis kelamin didominasi oleh laki-laki (55,9%) sebanyak 19 orang, sedangkan subjek yang berjenis kelamin perempuan (44,1%) sebanyak 15 orang.
Karakteristik subjek berdasarkan kategori pendidikan terakhir ibu terbanyak yaitu pendidikan SMA sebanyak 14 orang (41,2%), lalu perguruan tinggi sejumlah 9 orang (26,5%), kemudian pendidikan SMP sejumlah 7 orang (20,6%), dan pendidikan terakhir yang memiliki jumlah paling sedikit yaitu SD sejumlah 4 orang (11,8%). Berdasarkan distribusi subjek berdasarkan pekerjaan ibu, mayoritas yaitu ibu bekerja sebagai pekerja swasta sejumlah 15 orang (44,1%), lalu
ibu rumah tangga sejumlah 11 orang (32,4%), kemudian pekerja lainnya seperti pedagang, pertukangan, sejumlah 5 orang (14,7%), dan ibu bekerja sebagai PNS sejumlah 3 orang (8,8%).
Pengukuran status pemberian ASI dilakukan dengan wawancara dengan ibu sampel yang didapatkan hasil bahwa bayi yang diberikan ASI Eksklusif oleh ibunya yaitu sejumlah 22 orang (64,7%), sedangkan bayi yang memperoleh ASI Non Eksklusif yaitu sejumlah 12 orang (35,3%). Setelah melakukan wawancara untuk mendapatkan informasi mengenai status ASI bayi dilanjutkan dengan melakukan pengukuran perkembangan motorik dengan menggunakan kuesioner DDST/Denver II. Didapatkan hasil bahwa sampel yang dinyatakan normal sebanyak 25 orang (73,5%), dan bayi yang dinyatakan suspect yaitu sebanyak 9 orang (26,5%). Penelitian ini menganalisis bagaimana ASI Eksklusif berpengaruh terhadap perkembangan motorik bayi usia 3-6 bulan di Puskesmas II Denpasar Barat. Berdasarkan hasil uji analisis yang dilakukan didapatkan hasil p=0,04 (p<0,05) dimana menunjukkan hubungan yang signifikan antara kedua variabel tersebut sehingga hal ini menunjukkan bahwa bayi yang diberikan ASI Eksklusif memiliki perkembangan motorik yang normal.
Hubungan Pemberian ASI Eksklusif terhadap Perkembangan Motorik Bayi Usia 3-6 Bulan
Analisis bivariat chi-square test yang telah dilakukan yaitu mengenai ASI Eksklusif yang diberikan berpengaruh dalam perkembangan motorik bayi menunjukkan hasil p sebesar 0,04 yang berarti p<0,05. Hal ini memiliki arti bahwa H0 ditolak atau Ha diterima yang menunjukkan bahwa status pemberian ASI secara Eksklusif terhadap perkembangan motorik bayi usia 3-6 bulan di Puskesmas II Denpasar Barat memiliki hubungan yang signifikan.
ASI Eksklusif memiliki arti pemberian ASI saja dengan tidak disertai dengan makanan maupun minuman lain serta dianjurkan diberikan kepada bayi baru lahir sampai 6 bulan. ASI mengandung nutrien yang berguna untuk kebutuhan bayi dimana terdapat laktosa, asam amino taurin, kalsium, vit. B12 dan lain sebagainya yang dapat berpengaruh terhadap proses tumbuh kembang bayi salah satunya yaitu perkembangan motorik.10 Terdapat beberapa penelitian pendukung yang menyatakan pemberian ASI Eksklusif yang berpengaruh terhadap perkembangan bayi secara motorik.
Salah satu penelitian yang memiliki hasil yang sesuai diantaranya terdapat penelitian yang membahas mengenai perkembangan motorik khususnya motorik halus berpengaruh dari pemberian ASI Eksklusif dan tidak ASI Eksklusif (Non Eksklusif) pada sampel yang diteliti usia 6 bulan dengan menggunakan alat ukur Denver II. Metode sampling yang digunakan pada penelitian tersebut yaitu simple random sampling. Dalam riset didapatkan hasil bahwa bayi yang diberikan ASI Eksklusif mempunyai perkembangan motorik halus yang wajar atau normal sebesar (45,7%) dan yang beresiko mengalami permasalahan pada perkembangan motorik halus sebesar (10,9%). Uji yang dilakukan yaitu uji chi-square yang didapatkan (p<0,05). Hal tersebut menunjukkan terdapatnya ikatan yang bermakna antara pemberian ASI eksklusif serta non eksklusif terhadap perkembangan motorik bayi umur 6 bulan.11
Riset lainnya yang mendukung yaitu sebuah penelitian yang membahas ASI Eksklusif berpengaruh dalam perkembangan motorik pada 1000 HPK (Hari Pertama Kehidupan), dimana data ASI Eksklusif didapat dari buku KIA dan penilaian motorik menggunakan KPSP, kemudian dianalisis menggunakan chi-square. Hasil analisis didapatkan sampel bayi yang memperoleh ASI Eksklusif memiliki peluang perkembangan motorik yang dikatakan baik dibandingkan dengan bayi memperoleh ASI Non Eksklusif yang memiliki peluang 0,45 gangguan pada perkembangan motoriknya. Hasil uji tersebut membuktikan bahwa terdapat ikatan yang bermakna antara bayi yang diberikan ASI Eksklusif pada usia 1000 HPK terhadap perkembangan motoriknya yaitu (p<0,05).12
Di awal masa kehidupannya, bayi membutuhkan nutrisi yang dapat berpengaruh pada proses untuk mempertahankan kesehatan, membentuk energi, dan proses tumbuh kembangnya. Nutrisi yang tepat diberikan pada bayi sesuai dengan usianya yaitu ASI. Beberapa ibu sebagai responden pada penelitian ini memberikan ASI non eksklusif kepada bayinya sebelum waktunya dikarenakan rendahnya pengetahuan serta informasi mengenai pentingnya ASI, ASI yang tidak mau keluar sama sekali atau tidak lancar, serta ibu yang beranggapan bahwa ASI tidak cukup untuk menunjang kebutuhan bayi dikarenakan anak rewel setiap diberikan ASI.
Pentingnya pemberian ASI sejak awal ke bayi dikarenakan banyak khasiat yang terkandung pada ASI salah satunya yaitu lemak. 60% otak terbentuk oleh lemak, oleh karena itu nutrisi lemak sangat penting guna pertumbuhan otak bayi. Dari suatu penelitian dikatakan bahwa kadar lemak AA, DHA pada ASI cukup tinggi, dibandingkan dengan susu formula, sehingga bayi yang memperoleh ASI jauh lebih baik dalam perkembangan motoriknya bila dibandingkan dengan bayi yang memperoleh susu formula (MP ASI). Bayi yang diberikan MP ASI kurang dari usia 6 bulan berpotensi mengalami dampak buruk pada kesehatan bayi tersebut diantaranya masuknya kuman dan virus apabila makanan yang diberikan kurang higienis, sistem pencernaan bayi yang dapat terganggu yang dapat membuat anak menjadi sakit sehingga menganggu dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya.13 Pemantauan perkembangan motorik pada bayi dapat dimulai sejak dini agar tidak terjadi hal seperti gangguan perkembangan atau penyimpangan pada bayi. Hal tersebut dapat dicegah dengan bantuan dari orang tua, lingkungan sekitar seperti pemberian stimulasi pada bayi.14
Pada hasil penelitian dari 34 sampel menunjukkan karakteristik pendidikan terakhir ibu didapatkan hasil terbanyak adalah SMA sebanyak 14 ibu sebesar (41,2%). Menurut Nasihah pada tahun 2015 pendidikan dapat mempengaruhi dari tingkat pengetahuan individu, dimana pendidikan pada tiap orang dapat berpengaruh nantinya dalam kemampuan seseorang tersebut dalam berfikir, sehingga ibu akan mengetahui nutrisi yang tepat dan baik untuk anaknya. Dapat diasumsikan bahwa pada sebagian besar ibu-ibu di banjar Sumuh sudah memahami mengenai pentingnya ASI Eksklusif untuk perkembangan anaknya.
Pada penelitian ini penilaian motorik diukur dengan menggunakan DDST/Denver II. DDST atau Denver Developmental Screening Test digunakan untuk memantau perkembangan bayi maupun anak dalam mengetahui ada atau tidaknya gangguan perkembangan baik perkembangan kognitif, bahasa, motorik kasar, dan halus.15 Dari hasil data penelitian terdapat bayi yang walaupun sudah diberikan ASI Eksklusif namun mengalami perkembangan motorik yang suspect, peneliti berasumsi bahwa perkembangan motorik bayi bisa menjadi lambat dikarenakan kurangnya stimulasi
dari orang tua serta lingkungan sekitar. Selain itu edukasi kepada orang tua mengenai pentingnya stimulasi dan manfaat dari pemberian ASI Eksklusif.
Terdapat beberapa batasan dan kelemahan dari penelitian ini. Sampel yang terbatas dikarenakan ibu merasa takut dan cemas ketika mengajak bayinya untuk datang ke posyandu pada saat pandemi COVID-19, variabel yang dikontrol masih bisa ditambahkan. Salah satunya yaitu variabel pendapatan orang tua. Pada penelitian ini variabel pendapatan orang tua tidak dikontrol dikarenakan banyak orang tua yang terkena dampak pengurangan pendapatan bahkan PHK akibat situasi pandemi COVID-19.
SIMPULAN
Pada penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik simpulan bahwa terdapat hubungan antara pemberian ASI Eksklusif terhadap perkembangan motorik bayi usia 3-6 bulan di Banjar Sumuh, Puskesmas II Denpasar Barat. Terlihat bahwa sampel yang diberikan ASI Eksklusif memiliki perkembangan motorik yang normal. Penelitian ini diharapkan nantinya agar menjadi edukasi dan tindakan pencegahan selain bagi tenaga kesehatan juga orang tua agar lebih memperhatikan perkembangan motorik bayi selain ditunjang dengan memberikan stimulasi yang tepat juga didukung dengan memberikan nutrisi yang baik dan sesuai untuk usia 3-6 bulan yaitu ASI Eksklusif.
DAFTAR PUSTAKA
-
1. Nahriyah S. Tumbuh Kembang Anak Di Era Digital. Risalah. 2018;4(1):65-74. doi:10.5281/zenodo.3552008
-
2. Rosmiyati, Anggraini, Susilawati. Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan Perkembangan Motorik Bayi Usia
-
6 Bulan di BPS Maria Suroso Bandar Lampung Tahun 2017. J Dunia Kesmas. 2017;6(4):208-214.
-
3. Makrufiyani D, Arum DNS, Setiyawati N. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Perkembangan Balita Di Sleman Yogyakarta. J Nutr. 2020;22(1):23-31. doi:10.29238/jnutri.v22i1.106
-
4. Munirah. Pemberian Air Susu Ibu sebagai Basis Gizi Balita pada Anak Usia Dini (Perspektif Pendidikan Islam). Early Child Islam Educ J. 2021;2(1):17-28. doi:10.54045/ecie.v2i1.261
-
5. Dewi DL, Rahayu S, Putri NR, Nugrahaeni IK. ASI Eksklusif Suatu Upaya Pencegahan Kejadian Stunting: A Literature Review. J Midwifery Sci Basic Appl Res. 2021;3:25-31.
-
6. Primadi O, Budijanto D. PROFIL KESEHATAN INDONESIA TAHUN 2019. (Hardhana B, Sibuea F, Widiantini W, eds.). Kementerian Kesehatan RI Indonesia; 2019. doi:10.5005/jp/books/11257_5
-
7. Yustianingrum LN, Adriani M. Perbedaan Status Gizi dan Penyakit Infeksi pada Anak Baduta yang Diberi ASI Eksklusif dan Non ASI Eksklusif. Amerta Nutr. 2017;1(4):415. doi:10.20473/amnt.v1i4.7128
-
8. Ulfa. Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan Perkembangan Motorik Kasar Balita di Kelurahan Brontokusuman Kecamatan Mergangsan Yogyakarta. J Ilm STIKES U’Budiyah. 2012;1(2).
-
9. Siagian DS, Herlina S. Analisis Hubungan Pemberian Asi Eksklusif dan Pendidikan Ibu terhadap Perkembangan Bayi di Kota Pekanbaru. KESMARS J Kesehat Masyarakat, Manaj dan Adm Rumah Sakit. 2018;1(1):26-30. doi:10.31539/kesmars.v1i1.147
-
10. Saputra R. Peran Pemberian ASI Eksklusif terhadap Status Gizi dan Tumbuh Kembang pada Anak Usia Dini. J Agromed Unila. 2016;3(1).
-
11. Maria M, Program M, Studi S, Keperawatan I, St S. Fine Motor Development in Baby Age 6 Months. J Nurs Public Heal. 2020;8(1):58-65.
-
12. Dahliansyah D, Hanim D, Salimo H. Hubungan Pemberian ASI Eksklusif, Status Gizi, dan Kejadian Diare dengan Perkembangan Motorik pada 1000 Hari Pertama Kehidupan. Sari Pediatr. 2018;20(2):70. doi:10.14238/sp20.2.2018.70-8
-
13. Minarti IP, Mulyani EY. Hubungan Usia Pemberian MP-Asi dan Status Gizi dengan Kejadian Diare pada Balita Usia 6-24 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Jati Warna Kota Bekasi Tahun 2013. J Nutr Diaita. 2014;6(2):140-167. https://ejurnal.esaunggul.ac.id/index.php/Nutrire/article/view/1269
-
14. Sukamti S, Aticeh, Fauziah. Stimulasi dini pada pola asuh berdampak positif terhadap perkembangan anak bawah dua tahun. J Ilmu dan Teknol Kesehat. 2014;2(1):27-35. Stimulasi, pola asuh, perkembangan baduta.
-
15. Kurniawan R, Muhimmah I, Jannah HR. Perkembangan anak berbasis. Teknoin. 2016;22:305-314.
Karya ini dilisensikan dibawah: Creative Commons Attribution 4.0 International License
Majalah Ilmiah Fisioterapi Indonesia, Volume 11, Nomor 2 (2023), Halaman 118-122, Open Access Journal: https://ojs.unud.ac.id/index.php/mifi |122|
Discussion and feedback