PELATIHAN YOGA MEMPENGARUHI VOLUME OKSIGEN MAKSIMAL PADA WANITA USIA 40-55 TAHUN
on

PELATIHAN YOGA MEMPENGARUHI VOLUME OKSIGEN MAKSIMAL PADA WANITA USIA 40-55 TAHUN
Anak Agung Istri Dinda Pradnyaningrum1*, Made Hendra Satria Nugraha2, Ari Wibawa3, Ni Nyoman Ayu Dewi4
1Program Studi Sarjana Fisioterapi dan Profesi Fisioterapi, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar, Bali 2,3Departemen Fisioterapi, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar, Bali 4Departemen Biokimia, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar, Bali
*Koresponden: gung.gekdinda@gmail.com
Diajukan: 26 Juni 2021 | Diterima: 1 Juli 2021 | Diterbitkan: 5 Mei 2022
DOI: https://doi.org/10.24843/MIFI.2022.v10.i02.p01
ABSTRAK
Pendahuluan: Usia 40-55 disebut usia pertengahan untuk menyiapkan diri agar tetap sehat dan bugar dalam memula proses penuaan. Seiring bertambahnya usia, fungsi organ pada tubuh menjadi menurun, terutama pada wanita. Wanita memiliki komposisi tubuh, kapasitas paru dan kekuatan otot 15-25% lebih rendah dibandingkan pria. Volume Oksigen Maksimal (VO2 max) merupakan salah satu komponen dari Cardiorespiratory Fitness yang harus di jaga sehingga dituntut untuk rajin berolahraga. Latihan fisik yang dapat mempengaruhi VO2 max yaitu dengan latihan yoga.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasi analitik cross-sectional yang dilakukan pada Desember 2020 – Maret 2021 dengan teknik total sampling dan jumlah sampel sebanyak 60 responden yakni 30 responden yang sudah mengikuti pelatihan yoga Hatha minimal selama 1 bulan dan 30 responden yang tidak mengikuti pelatihan yoga. Volume Oksigen Maksimal (VO2 max) diukur dengan Six Minute Walking Test (6MWT).
Hasil: Uji hipotesis menggunakan Chi Square Test untuk menilai hubungan pelatihan yoga dan Volume Oksigen Maksimal (VO2 max) yang didapatkan hasil nilai p 0,001. VO2 Max bernilai baik pada kelompok yang telah mengikut pelatihan yoga yaitu 27 orang (45%) dan kelompok yang tidak mengikuti pelatihan yoga sebanyak 4 orang (6,7%).
Simpulan: Pada penelitian ini dapat disimpulkan terdapat hubungan antara pelatihan yoga dan Volume Oksigen Maksimal (VO2 max) pada wanita usia 40-55 tahun.
Kata Kunci: cardiorespiratory fitness, pelatihan yoga, VO2max
PENDAHULUAN
World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa usia 40-55 tahun termasuk kedalam kriteria usia pertengahan (middle age). Usia tersebut sangat efektif untuk perlunya menyiapkan diri agar tetap sehat dan bugar karena masa itulah proses penuaan (aging process) dimulai. Semakin bertambahnya usia maka fungsi organ juga mengalami penurunan, terutama pada wanita. Hal ini dikarenakan wanita memiliki komposisi tubuh, kapasitas paru-paru dan kekuatan otot 15-25% lebih rendah dibandingkan pria. Ciri-ciri perubahan fisik yang akan terjadi yakn perubahan pada sistem kardiorespirasi, sistem metabolik dan sistem muskuloskeletal. Maka, kesehatan tubuh perlu tetap dijaga dengan berolahraga secara rutin dan teratur agar tetap sehat dan bugar.1
Cardiorespiratory Fitness (CRF) adalah kebugaran kardiorespirasi dimana suatu kemampuan sistem pernapasan untuk mengirimkan oksigen ke otot selama melakukan aktivitas fisik.2 CRF adalah kemampuan jantung dan paru-paru secara kolektif untuk mengangkut dan memberikan oksigen yang memadai dan kemampuan tubuh untuk memanfaatkan oksigen maksimum selama bekerja sehingga kinerja kerja dapat bertahan lebih lama dengan kekuatan maksimal.2 Volume Oksigen Maksimal (VO2 max) adalah jumlah oksigen yang diproses oleh tubuh saat melakukan kegiatan.3 VO2 max ialah salah satu bagian untuk mengukur kebugaran sistem kardiorespirasi. Tinggi rendahnya VO2 max seseorang erat kaitannya dengan kemampuan seseorang melakukan aktivitas. Semakin tinggi nilai VO2 max seseorang, maka semakin tinggi tingkat kebugaran dan tingkat kelelahannya semakin rendah.4
Salah satu latihan fisik yang dapat mempengaruhi VO2 max seseorang yaitu dengan latihan yoga.5 Yoga merupakan latihan yang menggabungkan serangkaian latihan fisik dan diiringi dengan teknik pernapasan dan meditas sebagai intervensi pikiran dalam tubuh serta dipercaya dapat membantu memperbaiki kualitas VO2 max serta didefinisikan sebagai latihan peregangan lembut, latihan kontrol pernapasan sebagai intervensi pikiran dan tubuh.6 Yoga membantu dalam pengembangan dan peningkatan kekuatan, stamina, daya tahan, kebugaran, dan memberdayakan diri sendiri dengan peningkatan konsentrasi, ketenangan, kedamaian serta kesejahteraan lahir dan batin.7
Penelitian sebelumnya dilakukan di India tahun 2016 oleh Sree mengatakan bahwa ketidakaktifan fisik menyebabkan penurunan VO2 max. Penelitian tersebut mendapatkan hasil bahwa latihan yoga secara teratur akan meningkatkan asupan oksigen (VO2 max).5 Hingga saat ini masih sedikit penelitian yang meneliti mengenai hubungan pelatihan yoga dan VO2 max di Bali. Tujuan dilakukannya penelitian ini untuk membuktikan hubungan pelatihan yoga dan volume oksigen maksimal (VO2 max) pada wanita usia 40-55 tahun.
METODE
Penelitian ini telah lulus kelaikan etik dengan No. 338/UN14.2.2.VII.14/LT/2021 dari Komisi Etik Penelitian (KEP) Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/ Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2020-Maret 2021 di Desa Paksebali Klungkung dengan menerapkan protokol kesehatan untuk mencegah penularan Covid-19 seperti masker, faceshield dan menjaga jarak saat melakukan wawancara kepada responden. Sampel penelitian sebanyak 60 sampel. 30 sampel telah mengikuti pelatihan yoga minimal 1 bulan dan 30 sampel tidak mengikuti pelatihan yoga. Sampel penelitian yaitu wanita usia 40-55 tahun yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi dengan menggunakan total sampling. Adapun kriteria inklusi untuk kelompok yang mengikuti pelatihan yoga meliputi: (1) Sukarela menjadi responden penelitian, (2) Responden sehat, tidak pernah terdiagnosa penyakit jantung dan hipertensi dinilai dengan kuisioner PAR-Q, (3) Nilai IMT <25kg/m2, (4) Telah mengikuti pelatihan yoga secara teratur minimal 1 bulan. Selain itu, adapun kriteria inklusi untuk kelompok yang tidak mengikuti pelatihan yoga yakni: (1) Sukarela menjadi responden penelitian, (2) Responden sehat, tidak pernah terdiagnosa penyakit jantung dan hipertensi dinilai dengan kuisioner PAR-Q, (3) Nilai IMT <25kg/m2. Sementara, kriteria eksklusi meliputi: responden memiliki riwayat penyakit jantung dan hipertensi berdasarkan diagnosis dokter serta hasil wawancara dengan kuisioner PAR-Q.
Variabel dependen dalam penelitian ini yaitu Volume Oksigen Maksimal (VO2 max), variabel independennya adalah pelatihan yoga. VO2 max diukur dengan 6MWT (Six Minute Walking Test). Penelitian ini menggunakan SPSS untuk melakukan analisis univariat sehingga mengetahui distribusi frekuensi karakteristik responden dan analisis bivariat untuk mengetahui hubungan pelatihan yoga dan VO2 max melalui Uji Chi Square dengan tingkat signifikansi yang digunakan yaitu (p<0,05).
HASIL
Karakteristik responden penelitian ini melibatkan 60 responden wanita berusia 40-55 tahun. Dimana 30 responden merupakan kelompok responden yang telah mengikuti pelatihan yoga minimal 1 bulan dan 30 responden merupakan kelompok yang tidak mengikuti pelatihan yoga. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Desa Paksebali, Klungkung
Keterangan |
Frekuensi (n) |
Persentase (%) |
Usia (tahun) 40-45 |
21 |
35 |
46-50 |
24 |
40 |
>50 |
15 |
25 |
Indeks Massa Tubuh (IMT) |
49 |
81,7 |
Normal Overweight |
11 |
18,3 |
Tingkat Aktivitas Fisik Ringan |
11 |
18,4 |
Sedang |
42 |
70 |
Berat |
7 |
11,6 |
Volume Oksigen Maksimal (VO2 Max) |
31 |
51,7 |
Baik |
29 |
48,3 |
Buruk
Berdasarkan Tabel 1. menyatakan bahwa responden terbanyak berusia 46-50 tahun yaitu sebesar 40%, usia 40-45 tahun sebanyak 21 orang (35%), sedangkan minoritas responden yaitu pada usia >50 tahun sebanyak 15 orang atau sebesar 25%. Pada kategori Indeks Massa Tubuh (IMT) diketahui bahwa responden memiliki IMT normal yaitu sebanyak 49 orang (81,7%), sedangkan kategori overweight yaitu sebesar 18,3 % atau sebanyak 11 orang. Pada kategori tingkat aktivitas fisik menunjukkan responden yang memiliki tingkat aktivitas fisik ringan sebanyak 11 orang (18,4%), tingkat aktivitas sedang sebanyak 42 orang (70%) dan aktivitas fisik berat sebanyak 7 orang (11,6%). Pada kategori Volume Oksigen Maksimal (VO2 Max) responden yang tergolong memiliki VO2 max baik sebanyak 31 orang (51,7%) sedangkan responden yang memiliki VO2 max buruk yaitu sebanyak 29 orang (48,3%).
Tabel 2. Hubungan Pelatihan Yoga dan Volume Oksigen Maksimal (VO2max) Kelompok Volume Oksigen Maksimal (VO2 Max) Total p Baik Buruk
Yoga 27 (45,0%) 3 (5,0%) 30 (50%)
Tidak Yoga 4 (6,7%) 26 (43,3%) 30 (50%) 0,001
Untuk mengetahui hubungan antara pelatihan yoga dan VO2 max, maka dilakukan uji Chi Square Test. Berdasarkan Tabel 2. menunjukkan bahwa adanya hubungan antara pelatihan yoga dan VO2 max pada wanita usia 4055 tahun (p=0,001) di Desa Paksebali, Klungkung.
DISKUSI
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Penelitian ini dilakukan di Desa Paksebali Klungkung, tepatnya pada bulan Desember 2020-Maret 2021 dengan menggunakan 60 responden wanita berusia 40-55 tahun. Dimana 30 responden merupakan kelompok responden yang telah mengikuti pelatihan yoga minimal 1 bulan dan 30 responden merupakan kelompok yang tidak mengikuti pelatihan yoga. Responden yang terkumpul telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Jumlah sampel disesuaikan dengan hasil perhitungan besaran sampel dan dilakukan dengan menggunakan teknik total sampling. Karakteristik lainnya yang dikaji adalah usia, IMT, tingkat aktivitas fisik dan VO2 max. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden yaitu pada usia 46-50 tahun. Berdasarkan IMT responden terbanyak memiliki nilai IMT normal. Berdasarkan tingkat aktivitas fisik pada seluruh responden terbanyak yaitu memiliki tingkat aktivitas fisik sedang. Berdasarkan penilaian VO2 max bernilai baik lebih banyak terdapat pada responden yang telah ikut dalam pelatihan yoga dibandingkan dengan responden yang tidak ikut dalam pelatihan yoga.
Pada penelitian ini aktivitas fisik ringan tidak menghasilkan nilai VO2 max yang baik. Sedangkan pada tingkat aktivitas fisik sedang dan berat dapat menghasilkan nilai VO2 max yang baik. VO2 max seseorang erat kaitannya dengan tingkat aktivitas fisik. Tinggi rendahnya VO2 max seseorang berhubungan dengan kemampuan beraktivitas seseorang. Aktivitas fisik dapat meningkatkan proses metabolik dalam tubuh lalu mengakibatkan penurunan pH. Selanjutnya hemoglobin (Hb) akan melepas oksigen lebih besar sehingga dapat meningkatkan pengangkutan oksigen ke otot maka menyebabkan adanya peningkatan daya tahan otot yang menyebabkan terjadinya peningkatan penyerapan VO2 max pada tubuh.
Hubungan Pelatihan Yoga dan Volume Oksigen Maksimal (VO2 max
Analisis bivariat dengan Chi Square Test ditemukan nilai p sebesar 0,001 dimana p<0,05. Kelompok yang mengikuti pelatihan yoga memiliki nilai VO2 max bernilai baik sebanyak 45% sedangkan VO2 max bernilai baik hanya sebanyak 6,7% pada kelompok yang tidak mengikuti pelatihan yoga. Ditemukannya penelitian sebelumnya yang serupa. Hal tersebut terdapat pada penelitian Ha menunjukkan efek yoga pada penyerapan oksigen maksimal bahwa pelatihan yoga menyebabkan adanya peningkatan daya tahan otot sehingga terjadi peningkatan VO2 max pada tubuh yang menghasilkan kebugaran dan kekuatan otot. Selain itu, dapat memperlancar aliran vena dan aliran darah yang kaya oksigen kebagian tubuh lainnya serta meningkatkan konsumsi maksimum dan pemanfaatan oksigen selama melakukan aktivitas.8
Penelitian Mumtaz menunjukkan hasil p = 0,000 bahwa terciptanya aliran darah dan tekanan kadar hemoglobin (Hb) yang meningkat saat melakukan latihan yoga. Selain itu, adanya peningkatan sel darah merah mengandung oksigen dan mengalir kesemua sel tubuh sehingga meningkatkan pengiriman oksigen ke otot.9 Latihan yoga gerakannya tergolong kedalam gerakan sederhana, seperti mempelajari dasar gerakan yoga, pengantar yoga dan teknik pernapasan sehingga mampu meningkatkan penyerapan oksigen secara maksimum selama latihan.10
Penelitian Sree menunjukkan bahwa terdapat peningkatan hasil VO2 max. Rata-rata nilai VO2 max sebelum melakukan latihan yoga sebesar 31,03 dan setelah melakukan latihan yoga menunjukkan hasil sebesar 38,46. Berlatih yoga membantu dalam kelenturan persendian, menguatkan tulang dan otot, menstimulasi sirkulasi darah, meningkat asupan oksigen (VO2 max) dan energi kedalam tubuh yang akan memperbaharui dan merevitalisasi sel-sel tubuh, serta meningkatkan energi dalam tubuh.5
Memiliki kapasitas VO2 max yang baik dapat meningkatkan kebugaran. Maka seseorang dituntut melakukan aktivitas fisik salah satunya yakni melakukan pelatihan yoga. Latihan yoga menyebabkan adanya peningkatan daya tahan otot dan kontrol yang baik atas otot interkostalis sehingga terjadinya peningkatan VO2 max pada tubuh.11 Selain itu menghasilkan kebugaran, fleksibilitas fisik, kekuatan otot dan dapat meningkatkan aliran darah yang mengandung oksigen keseluruh bagian tubuh sehingga pemanfaatan dan penyerapan oksigen saat beraktivitas menjadi lebih baik.8
SIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka terdapat hubungan yang signifikan antara pelatihan yoga dan volume oksigen maksimal (VO2 max) pada wanita usia 40-55 tahun.
DAFTAR PUSTAKA
-
1. Naftali AR, Ranimpi YY, Anwar MA. Kesehatan Spiritual dan Kesiapan Lansia dalam Menghadapi Kematian. Bul Psikol. 2017;25(2):124–35.
-
2. Bauri R, Biswas M, Ghosh SS. Effect of yoga on VO 2 max and anaerobic power of secondary school boys. 2016;3(3):75–8.
-
3. Lestari KDP, Wahyuni N, Nugraha MHS, Tianing NW. Hubungan Indeks Massa Tubuh, Persentase Lemak Total Tubuh Dan Aktivitas Fisik Terhadap Tingkat Volume Oksigen Maksimal Pada Remaja Putri Di Denpasar Selatan. Maj Ilm Fisioter Indones. 2020;8(1):49.
-
4. Udhan VD, Wankhede SG, Phatale SR. Effect of yoga on cardio-respiratory health markers: Physical fitness index and maximum oxygen consumption (VO2 Max). J Clin Diagnostic Res. 2018;12(8):CC21–3.
-
5. Sree P, Reddy LR. Estimation of VO 2 max before and after Yoga Training in Healthy female Medical Students. 2016;4:3665–8.
-
6. Akhtar PM, Bhusari A, Akhtar M. Comparison of Aerobic Capacity and Current Levels of Physical Activity in Yoga
Practitioners and Healthy Non-Exercising Individuals. 2018;6(3):1–5.
-
7. Adnyani NM. Kerja Anatomi Tubuh dalam Yoga Asana. J Yoga Dan Kesehat. 2020;1(1):38.
-
8. Ha MS, Baek YH, Kim JW, Kim DY. Effects of yoga exercise on maximum oxygen uptake, cortisol level, and
creatine kinase myocardial bond activity in female patients with skeletal muscle pain syndrome. J Phys Ther Sci.
2015;27(5):1451–3.
-
9. Mumtaz M, Handayani S. Hubungan Kapasitas Vital Paru dan Kadar Hemoglobin dengan VO 2 Maksimum pada Orang Yang Melakukan Yoga Correlation between Forced Vital Capacity and Hemoglobin to VO 2 Maximum on People with Yoga Practice. 2016;5(1):14–22.
-
10. Meshram K, Biswas D, Mishra V, Meshram A, Ambad R, Meshram H, et al. “Effect of yogic exercise module on aerobic capacity in young adult males -A study in central India.” Eur J Mol Clin Med. 2021;8(1):166–73.
-
11. Lau C, Yu R, Woo J. Effects of a 12-week hatha yoga intervention on metabolic risk and quality of life in Hong Kong Chinese adults with and without metabolic syndrome. PLoS One. 2015;10(6).
Karya ini dilisensikan dibawah: Creative Commons Attribution 4.0 International License
Majalah Ilmiah Fisioterapi Indonesia, Volume 10, Nomor 2 (2022), Halaman 64-67, Open Access Journal: https://ojs.unud.ac.id/index.php/mifi | 67 |
Discussion and feedback