HUBUNGAN BENTUK UJUNG SEPATU TERTUTUP (CLOSED TOE SHOE) TERHADAP KONDISI ARKUS KAKI PADA MAHASISWI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

Made Sri Ambarawati1, Ni Luh Nopi Andayani2, Anak Ayu Nyoman Trisna Narta Dewi3, Ni Luh Putu Gita Karunia Saraswati4

1Program Studi Sarjana Fisioterapi dan Profesi Fisioterapi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana,Denpasar,Bali 2,3,4Departemen Fisioterapi, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar,Bali [email protected]

ABSTRAK

Perkembangan zaman memunculkan berbagai model sepatu yang dapat menunjang penampilan khususnya bagi kalangan mahasiswi. Penggunaan footwear dapat memengaruhi kondisi arkus kaki. Perubahan pada kondisi arkus yang abnormal berdampak bagi mahasiswi. Tujuan penelitian ini ialah membuktikan hubungan antara bentuk ujung sepatu tertutup (closed toe shoe) terhadap kondisi arkus kaki pada mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Penelitian ini berupa studi cross sectional bersifat analitik yang dilakukan di lingkungan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana pada bulan Desember 2020 – Februari 2021. Teknik sampling yang digunakan purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 82 orang yang terbagi dua kelompok pengguna ujung sepatu bulat dan pengguna ujung sepatu runcing. Penelitian ini dilakukan secara online dan offline dengan menerapkan protokol kesehatan COVID-19. Hasil didapatkan kategori normal 56 orang (68,3%) dan kategori abnormal 26 orang (31,7%). Uji hipotesis chi square test digunakan dalam menganalisis hubungan bentuk ujung sepatu dan kondisi arkus kaki pada mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana didapatkan p value 0,154. Hasil penelitian ini menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan antara bentuk ujung sepatu tertutup yang digunakan oleh mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana dengan kondisi arkus kaki. Berdasarkan hasil tersebut peneliti memprediksi berbagai faktor yang memengaruhi hasil penelitian menjadi tidak signifikan selama pandemi COVID – 19 diantaranya lama penggunaan sepatu, aktivitas fisik dan pembebanan, serta penggunaan alat ukur.

Kata Kunci: ujung, sepatu, arkus, bulat, runcing

RELATIONSHIP OF CLOSED TOE SHOE WITH FOOT ARCH CONDITION AT FACULTY OF MEDICINE UDAYANA UNIVERSITY STUDENTS

ABSTRACT

The development of the era has given rise to various styles of shoes that can support the appearance, especially for female students. The use of footwear can affect the condition of the arch of the foot. Changes in the condition of the abnormal arch have an impact on female students. The purpose of this study was to prove the relationship between shape of closed toe shoe and the arch condition of Udayana University Medical Faculty student. This research is a cross-sectional analytic study conducted in the Faculty of Medicine, Udayana University in December 2020 - February 2021. Sampling technique used was purposive sampling with total sample of 82 people, divided into two groups of round toe wearers and pointed shoe end users. This research was conducted online and offline by implementing COVID-19 health protocol. Result showed normal category was 56 (68,3%) and abnormal was 26 (31,7%). Chi square test hypothesis test was used in analyzing the relationship between the toe shape and the arch condition of the Udayana University Medical Faculty student, which obtained p value 0.154. Results of this study indicated that there was no significant relationship between the shape of the closed toe shoes used by students of the Faculty of Medicine, University of Udayana and arch condition of the feet. Based on results, researchers predict that various factors that influence the results of the study will be insignificant during the COVID-19 pandemic, including length of using shoes, physical activity and loading, and the use of measuring instruments.

Keywords: shoe, shape, arch, round, pointed

PENDAHULUAN

Perkembangan zaman terkini berdampak terhadap perkembangan model sepatu. Model sepatu menjadi hal penting dalam mendukung setiap aktivitas wanita khususnya kalangan mahasiswi. Variasi jenis sepatu yang ada saat ini diantaranya model sepatu high heels, sepatu bersifat closed toe shoe, sandal dan slipper tentu akan memengaruhi kondisi kaki1. Kaki merupakan bagian tubuh yang memiliki struktur multi segmen kompleks, tersusun atas berbagai tulang dan terkoneksi dengan beberapa ligamen dan otot2. Pada kaki juga terdapat struktur yang disebut dengan arkus. Jenis – jenis arkus terdiri atas arkus longitudinal medial, arkus longitudinal lateral, dan arkus transversal. Setiap arkus juga terkoneksi oleh ligamen dan otot, serta memiliki fungsi – fungsi yang saling berkolerasi antara satu dengan yang lain seperti fungsi arkus longitudinal medial merupakan arkus yang memiliki kelengkungan paling tinggi berfungsi sebagai pembagi distribusi beban tubuh menuju tuber calcanei dan kelima caput ossa metatarsal, arkus longitudinal lateral yang berfungsi sebagai penerima beban tubuh saat berjalan serta arkus transversal yang berbentuk kubah2. Arkus kaki berperan penting selama melakukan aktivitas seperti berdiri (weight bearing), hal tersebut dikarenakan pada

saat berdiri beban tubuh akan jatuh ke kaki. Pada fase weight bearing arkus longitudinal memiliki mekanisme yang disebut load sharing system untuk mengurangi efek gaya ground reaction force3. Pada mekanisme ini arkus longitudinal harus dalam keadaan flat dan stiffness sehingga gaya yang berasal dari otot gastrocnemius dan soleus dapat ditransmisi dengan baik ke plantar foot untuk mengurangi efek gaya ground reaction force. Peran penting tulang, ligamen, otot serta unit fungsional dari arkus longitudinal sebagai penahan kompresi beban selama weight bearing. Peran lain juga berasal dari plantar longitudinal yang terdapat pada struktur tension selama load bearing, yang terdiri atas plantar fascia, intrinsic muscle, extrinsic muscle dari arkus plantar longitudinal dan ligament plantar dalam longitudinal arch loading system sebagai pemberi kekuatan (strength) dan stiffness pada arkus longitudinal untuk menjaga fungsi dan bentuknya selama aktivitas weight bearing.

Beberapa faktor risiko yang secara umum dapat memengaruhi perubahan pada arkus kaki yaitu jenis kelamin ditemukan perbandingan rasio 3:1 prevalensi wanita terkena flat foot lebih besar dibandingkan pria4. Faktor indeks massa tubuh (IMT) bahwa benar terdapatnya hubungan peningkatan indeks massa tubuh berpengaruh negatif terhadap struktur arkus kaki sehingga menyebabkan terjadinya kondisi flat foot yang diikuti dengan peningkatan plantar pressure ketika berjalan5. Usia menjadi salah satu indikator keadaan arkus kaki merupakan kondisi yang patologis atau fisiologis. Teori usia setelah 6 tahun, perkembangan arkus akan mengalami penurunan mendekati konstan sampai perkembangan kaki berhenti pada usia sekitar 12-13 tahun6. Faktor footwear merupakan faktor yang menjadi fokus utama pada penelitian ini.

Hasil observasi yang dilakukan pada mahasiswi Program Studi Fisioterapi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana dapat digambarkan 90% diantaranya menggunakan jenis sepatu flatshoes dikarenakan peraturan tata tertib yang telah dibuat oleh Badan Perwakilan Mahasiswa (BPM) Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Penelitian terbaru menemukan bahwa terdapat hubungan antara footwear terhadap kondisi arkus kaki, didapat hasil kondisi menggunakan sepatu prevalensi memiliki high arch lebih rendah yaitu 22,9% dibandingkan barefoot (23,3%)7. Sebuah penelitian menemukan orang dengan kebiasaan menggunakan minimal footwear memiliki arkus longitudinal yang lebih stiff dibandingkan dengan pengguna sepatu modern, hal tersebut karena sepatu modern mengurangi peran dari otot di kaki dalam menjaga stiffness pada arkus longitudinal. Peran otot abductor hallucis ditemukan signifikan dalam meningkatkan foot stiffness serta berperan aktif ketika arkus longitudinal mengalami pembebanan saat stance phase (berjalan dan berlari)8. Hal ini didukung penemuan pengguna sepatu tertutup (close toe shoe) memiliki nilai medial longitudinal arch index rendah dibandingkan pengguna sandal dan slipper1. Berdasarkan hasil penelitian tersebut mendapatkan kesimpulan bahwa orang dengan menggunakan footwear (closed toe shoe) kecenderungan memiliki kondisi arkus yang flat berdasarkan pengukuran menggunakan arch index. Pada setiap sepatu bila diamati memiliki bentuk ujung sepatu yang beragam umunya bentuk ujung sepatu yang sering ditemukan diantaranya berbentuk bulat (round), kotak (square), dan runcing (pointed). Berdasarkan penelitian bentuk ujung sepatu dapat memengaruhi kondisi kesehatan kaki terutama berkaitan dengan penekanan ketika berjalan (plantar pressure)9. Plantar pressure merupakan bidang penekanan yang terjadi karena adanya aksi antara kaki dengan permukaan (support surface) pada saat melakukan aktivitas lokomotor sehari – hari. Penentuan plantar pressure ini sangat penting ketika berjalan dan digunakan dalam mendiagnosis foot posture berkaitan dengan kemungkinan masalah pada ektremitas bawah10.

Perubahan bentuk arkus baik high arch maupun flat arch berdampak pada kekuatan otot di ankle, berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa seseorang dengan kondisi high arch memiliki kekuatan otot ankle yang rendah dibandingkan dengan kondisi flat arch11. Hal ini karena saat pembebanan terjadi peningkatan ground reaction force pada arkus yang rendah memerlukan kompensasi berupa peningkatan kekuatan otot di ankle untuk membantu keseimbangan tubuh dan kontrol struktur pada kaki, sehingga dalam menghadapi kondisi tersebut diperlukan adaptasi untuk mendukung berat badan dan absorbing shock. Selain itu, penelitian lain juga menyebutkan subjek dengan flat arch memiliki stabilitas yang kurang dibandingkan normal arch, hal ini dikarenakan terjadinya penurunan propioseptif, penurunan aktivitas muscle spindle dan sensori tendon12. Pengamatan terkait stabilitas statik pada individu yang mengalami flat foot terdapat korelasi positif ditemukan adanya penurunan kecepatan center of pressure (COP) pada kondisi flat foot, dikarenakan kondisi ini terdapat perubahan alingment pada ankle berupa talar tilt atau calcaneus valgus yang menjadi pemicu unstable. Pada kondisi arkus yang tidak normal berdampak pada gait phase. Hasil penelitian sebelumnya menemukan bahwa seorang yang mengalami kondisi cavus maupun planus memiliki durasi yang pendek pada stance phase dalam gait cycle. Berukarangnya dorso fleksi saat heel strike dan plantar fleksi saat toe off diikuti penurunan forward propulsion menjadi penyebab pendeknya durasi stance phase13. Dampak perubahan arkus terhadap physical performance disimpulkan bahwa kondisi arkus longitudinal yang rendah pada remaja berpotensi mengalami penurunan physical performance14. Hal ini juga dinyatakan dalam systematic review adanya hubungan terkait foot type (high arch/flat foot) terhadap injury pada ekstremitas bawah15.

Berdasarkan dampak yang ditemukan peneliti menganggap penting untuk diteliti terkait apakah faktor risiko bentuk ujung sepatu yang digunakan oleh subjek dapat memengaruhi perubahan pada arkus. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini mengetahui dan membuktikan ada hubungan antara bentuk ujung sepatu tertutup (closed toe shoe) terhadap kondisi arkus kaki pada mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

METODE

Penelitian inimmenggunakan jenis desain studi cross sectional bersifat analitik yang dilakukan pada bulan Desember 2020 – Februari 2021 di Lingkungan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana dengan surat kelaikan etik nomor: 690/UN14.2.2.VII.14/LT/2020 oleh Komisi Etik Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah tertanggal 6 April 2020. Teknik dalam penentuan sampel menggunakan purposive sampling. Total sampel sebesar 82 orang yang dikelompokkan menjadi dua yaitu pengguna ujung sepatu bulat dan runcing masing- masing sejumlah 41 orang. Sampel ini didapat bedasarkan kriteria inklusi terdiri atas pengguna sepatu jenis tertutup (closed – toe shoe) jenis flat shoes, mahasiswi berusia 19-21 tahun, Indeks Massa Tubuh (IMT) normal

dengan nilai ≥18,5 - <24.9 kg/m2dan bersedia menandatangani informed consent, serta kriteria ekslusi yang terdiri dari cedera pada ankle seperti sprain ankle, fracture dan gangguan postur seperti lordosis, kifosis dan scoliosis. Penentuan kriteria eksklusi pada penelitian dilakukan secara wawancara dengan menanyakan apakah dalam waktu terdekat (1 tahun ini )mengalami kondisi tersebut.

Variabel independen pada penelitian ini pengguna flat shoes yang memiliki ujung bulat dan runcing, variabel dependen yaitu kondisi arkus kaki, sedangkan variabel kontrol meliputi usia, jenis kelamin, IMT, jenis sepatu tertutup (flat shoes). Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dalam dua tahap yaitu tahap online berupa penyebaran google form hingga follow up sampel penelitian, sedangkan pada tahap offline dilakukan assessment fisioterapi dan observasi di lingkungan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana dengan protokol kesehatan COVID-19 hingga proses penentuan kondisi arkus menggunakan foot print yang selanjutnya diukur arch index dan dikategorikan normal memiliki (0,21<AI<0,26) dan abnormal memiliki (AI≤0.21) dan (AI ≥0.26).

Data yang sudah terkumpul dilakukan analisis secara univariat berupa tabel distribusi frekuensi serta analisis bivariat memakai chi square test dalam mengetahui asosiasi bentuk ujung sepatu tertutup (closed toe shoe) dengan kondisi arkus kaki pada mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

HASIL

Sampel penelitian dilakukan pada mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana sejumlah 82 orang yang terbagi dalam dua kelompok yaitu kelompok pengguna ujung sepatu bulat dan runcing masing – masing sebanyak 41 orang. Berikut adalah data tabel analisis.

Tabel 1. Distribusi Karakteristik Sampel Berdasar Usia dan Program Studi

Variabel Frekuensi (n) Persentase (%)

Usia

19

29

35,4

20

23

28,0

21

30

36,6

Program Studi

Fisioterapi

56

68,3

Kesehatan Masyarakat

10

12,2

Kedokteran Umum

9

11,0

Keperawatan

6

7,3

Kedokteran Gigi

1

1,2

Tabel 1. menunjukkan partisipan terbanyak pada usia 21 tahun sejumlah 30 orang (36,6%). Berdasarkan program studi yang ikut berpartisipasi terbanyak berasal dari program studi fisioterapi dengan jumlah 56 orang (68,3%).

Tabel 2. Distribusi Berdasarkan Bentuk Ujung Sepatu dan Kondisi Arkus

Variabel

Frekuensi (n)

Persentase (%)

Bentuk Ujung Sepatu

Bulat

41

50,0

Runcing

41

50,0

Kondisi Arkus Kaki

Normal

56

68,3

Abnormal

26

31,7

Tabel 2. menunjukkan sampel pengguna ujung sepatu tertutup bulat dan runcing berjumlah sama masing – masing sebesar 41 orang (50%). Berdasarkan kondisi arkus yang dimiliki oleh sampel didapatkan bahwa kategori normal sebanyak 56 orang (68,3% ) dibandingkan dengan kategori abnormal sebanyak 26 orang (31,7%).

Tabel 3. Distribusi Usia dengan Kondisi Arkus Kaki

Usia                      Kondisi Arkus Kaki                      Total

Normal            Abnormal

19

23 (28,0%)

6 (7,3%)

29 (35,4%)

20

13

10

23

(15,9%)

(12,2%)

(28,0%)

21

20

10

30

(24,4%)

(12,2%)

(36,6%)

Total

56

26

82

(68,3%)

(31,7%)

(100,0%)

Tabel 3. menunjukkan kelompok usia yang memiliki arkus abnormal terendah ditemukan pada kelompok usia 19 tahun sebesar 6 orang (7,3%) dibandingkan kelompok berusia 20 tahun dan 21 tahun sama masing – masing berjumlah 10 orang (12,2%).

Tabel 4. Distribusi Bentuk Ujung Sepatu Berdasarkan Program Studi

Program Studi

Bentuk Ujung Sepatu

Total

Ujung Bulat

Ujung Runcing

Fisioterapi

29

27

56

(35,4%)

(32,9%)

(68,3%)

Kesehatan

5

5

10

Masyarakat

(6,1%)

(6,1%)

(12,2%)

Keperawatan

2

4

6

(2,4%)

(4,9%)

(7,3%)

Kedokteran Umum

4

5

9

(4,9%)

(6,1%)

(11,0%)

Kedokteran Gigi

1

0

1

(1,2%)

(0%)

(1,2%)

Total

41

41

82

(50%)

(50%)

(100%)

Tabel 4. menunjukkan data pengguna sepatu ujung bulat dan runcing berasal dari program studi fisioterapi terbanyak diantara program studi lainnya yaitu sebesar 29 orang (35,4%) dan 27 orang (32,9%).

Tabel 5. Hasil Analisis Hubungan Bentuk Ujung Sepatu Terhadap Kondisi Arkus Kaki

Bentuk Ujung Sepatu

Kondisi Arkus Kaki

Total

p value

Normal

Abnormal

Bulat

25

16

41

(61,0%)

(39,0%)

(100%)

0,154

Runcing

31

10

41

(75,6%)

(24,4%)

(100%)

Tabel 5. menunjukkan hasil analisis didapatkan p value senilai 0,154 sehingga membuktikan tidak adanya hubungan signifikan terkait bentuk ujung sepatu tertutup (closed toe shoe) baik berujung bulat dan runcing terhadap kondisi arkus kaki pada mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

DISKUSI

Karakteristik Responden

Sampel pada penelitian ini berjenis kelamin perempuan, memiliki indeks massa tubuh normal (≥18,5 - <24.9 kg/m2), usia 19-20 tahun dan berasal dari lingkup program studi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Distribusi partisipan berdasarkan asal prodi, didapatkan sejumlah 56 orang (68,3%) berasal dari fisioterapi diikuti kesehatan masyarakat 10 orang (12,2%), kedokteran umum 9 orang (11,0%), keperawatan 6 orang (7,3%) dan kedokteran gigi 1 orang (1,2%).

Hasil penelitian didapatkan mahasiswi terbanyak berasal dari kelompok usia 21 tahun yaitu sebesar 30 orang (36,6%), kelompok usia 19 tahun sebanyak 29 orang (35,4%) dan kelompok usia 20 tahun sejumlah 23 orang (28,0 %). Usia menjadi salah satu faktor risiko dalam perubahan arkus kaki. Berdasarkan hasil penelitian dilakukan pada usia anak ditemukan prevalensi flat foot tertinggi pada usia 7 tahun dan terendah pada usia 13 tahun6.

Ditinjau dari usia dengan kondisi arkus didapatkan pada kelompok usia 19 tahun sebanyak 6 orang (7,3%) memiliki kondisi arkus yang abnormal lebih sedikit dibandingkan usia 20 tahun dan 21 tahun yang masing- masing memiliki 10 orang (12,2%). Hal ini membuktikan adanya proses aging dapat menjadi pemicu perubahan kondisi arkus kaki16.

Dilihat dari footwear yaitu jenis sepatu flatshoes dengan ujung sepatu bulat dan runcing didapatkan distribusi yaitu pengguna ujung sepatu bulat dan runcing terbanyak berasal dari program studi fisioterapi sebesar 29 orang (35,4%) dan 27 orang (32,9%) diikuti kesehatan masyarakat masing – masing sebanyak 5 orang (6,1%), keperawatan sebesar 2 orang (2,4%) dan 4 orang (4,9%), kedokteran umum sebesar 4 orang (4,9%) dan 5 orang (6,1%) serta kedokteran gigi hanya pengguna ujung sepatu bulat sebesar 1 orang (1,2%). Hal ini terkait penelitian terdahulu menemukan jenis sepatu yang digunakan dapat memengaruhi kondisi arkus, pengguna sepatu closed toe shoe cenderung berisiko 6,57 kali memiliki flat arch dibandingkan pengguna sandal17.

Hubungan antara Bentuk Ujung Sepatu Tertutup Terhadap Kondisi Arkus Kaki

Bedasarkan hasil analisis data secara chi-square test pada 82 sampel didapatkan nilai p value senilai 0,154 sehingga nilai p value ≥ 0,05. Nilai tersebut memiliki arti hipotesis Ho diterima dan Ha ditolak, sehingga menandakan tidak adanya hubungan antara bentuk ujung sepatu tertutup yang digunakan oleh mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana dengan kondisi arkus kaki. Hal ini bertentangan dengan penelitian sebelumnya yang menemukan pada sepatu ujung bulat terdapat peningkatan mean tekanan puncak, mean waktu ke tekanan puncak, mean total waktu kontak danintegral waktu tekanan bagian mid foot dibandingkan ujung runcing9. Peneliti memprediksi hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya lama penggunaan sepatu, aktivitas fisik dan pembebanan serta alat ukur yang digunakan.

Lama waktu penggunaan footwear dapat memengaruhi hasil penelitian ini, berdasarkan studi sebelumnya yang dilakukan pada 136 wanita pengguna high heels minimal 1 tahun dalam rentang usia 18 - 45 tahun yang terbagi dalam kelompok pertama yaitu pengguna high heels dengan ketinggian diatas 5 cm paling sedikit 5 jam sehari dan kelompok

kedua yaitu pengguna high heels dengan ketinggian dibawah 5 cm menemukan penggunaan high heels secara reguler dapat menyebabkan peningkatan structure pada foot arch18. Penggunaan footwear yang reguler dapat memengaruhi kondisi arkus, hal ini tidak sesuai dengan temuan hasil peneliti. Pada penelitian yang dilakukan saat pandemi COVID-19 mewajibkan mahasiswi untuk tidak berkuliah dan belajar dari rumah sudah berjalan selama lebih dari 1 tahun ini dan hasil wawancara singkat sebagian besar mahasiswi mengaku tidak pernah lagi menggunakan flatshoes selama setahun terakhir ini. Selain itu, fakor belum adanya penelitian sebelumnya yang meneliti berapa waktu yang diperlukan untuk arkus dapat berubah pada pengguna flatshoes.

Faktor aktivitas fisik dan pembebanan (load condition) dimana aktivitas fisik yang tinggi dapat meningkatkan arch index dan stiffness pada arkus kaki11, serta penelitian lain juga menemukan adanya hubungan yang signifikan antara load condition dengan arkus kaki ketika diukur dengan AHI (arch height index)19. Hal tersebut berkaitan dengan mekanisme kerja arkus yaitu longitudinal arch load sharing system, pembebanan yang terjadi akan memengaruhi peningkatan pada gaya ground reaction force (GRF) maka ankle mengalami dorsofleksi yang akan menyebabkan terjadinya flattening dan elongation pada arkus longitudinal sehingga dapat mengurangi gaya GRF3. Kondisi flattening dan stiff yang terus terjadi diakibatkan oleh peningkatan pembebanan dan aktivitas fisik tersebut dapat menyebabkan perubahan pada kondisi arkus. Berdasarkan hasil wawancara singkat pada penelitian ini, sampel mengaku selama WFH (Work From Home) mereka jarang melakukan aktivitas fisik. Selain itu, selama kuliah online sampel mengaku sering melakukan kelas online dengan berbagai posisi seperti duduk hingga berbaring sehingga tidak adanya pembebanan (load condition) yang begitu signifikan dibandingkan ketika kuliah secara offline. Pembebanan dan aktivitas fisik yang tidak begitu signifikan ini dapat menjadi faktor pemicu tidak adanya hubungan terhadap perubahan kondisi arkus kaki mempertimbangkan hal ini sudah dilakukan lebih dari 1 tahun lamanya.

Penggunaan alat ukur dalam penentuan kondisi arkus kaki, penelitian terbaru menemukan penggunaan alat ukur bersifat manual kurang efektif dan membutuhkan waktu, akurasi, pengukuran bergantung pada keterampilan pengukurnya, serta reliabilitas (reliability) dan pengulangan (repeatability) yang biasanya rendah. Penggunaan pengukuran automatic foot arch index dengan metode flexible membrane pressure sensor saat ini menjadi pengukuran yang baik, dimana alat ukur ini telah teruji memiliki higher repeatability20. Pada penelitian ini masih bersifat manual menggunakan foot print dimana sampel menapakkan kaki yang sudah diisi tinta pada kertas kemudian akan dihitung kondisi arkus kaki menggunakan foot arch index. Perhitungan foot arch index dilakukan dengan mengukur rasio middle third dari foot print relatif terhadap keseluruhan area kecuali toe. Pengukuran hanya dilakukan pada kaki bagian kanan mengacu pada penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa tidak adanya perbedaan signifikan pada arch height flexibility antara kaki kanan dan kiri 21.

Pada penelitian yang telah dilakukan peneliti menyadari penelitian ini memiliki kelemahan yang dapat dipertimbangkan untuk penelitian selanjutnya diantaranya pertimbangan body position saat melakukan pengukuran berdasarkan hasil penelitian sebelumnya body position memengaruhi kapasitas load bearing yang memiliki efek jangka panjang pada forefoot, midfoot dan hindfoot22. Pengukuran saat penelitian diukur dengan menapakkan satu kaki dalam keadaan partial weight bearing, mengingat ukuran partial weight bearing setiap subjek berbeda - beda hal ini dapat menjadi faktor yang perlu diperhatikan.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian diatas berkesimpulan bahwa ditemukan tidak adanya hubungan signifikan antara bentuk ujung sepatu tertutup (closed toe shoe) terhadap kondisi arkus kaki pada mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Peneliti memprediksi berbagai faktor yang memengaruhi hasil penelitian selama pandemi COVID – 19 dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya lama penggunaan sepatu, aktivitas fisik dan pembebanan (load condition), serta penggunaan alat ukur pada pelaksanaan penelitian.

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak terkait dalam penelitian ini yaitu kepada Ni Luh Nopi Andayani, SSt.Ft., M.Fis, Anak Ayu Nyoman Trisna Narta Dewi, SSt.Ft., M.Fis, dan Ni Luh Putu Gita Karunia Saraswati, S.Ft., M.Fis yang telah membimbing penulis menyelesaikan jurnal ini. Dengan berbagai saran yang beliau berikan sehingga jurnal ini dapat terselesaikan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

  • 1.    Tong JWK, Kong PW. Medial Longitudinal Arch Development of Children Aged 7 to 9 Years: Longitudinal

Investigation. Phys Ther. 2016 Aug;96(8):1216–24.

  • 2.    Wijaya MA. Hubungan Indeks Massa Tubuh Terhadap Flexible Flatfoot Pada Mahasiswa Dan Mahasiswa

Program Studi Kedokteran Dan Profesi Dokter Fkik Uin Syarif Hidayatullah Jakarta. 2017;

  • 3.    Kirby KA. Longitudinal arch load-sharing system of the foot. Rev Española Podol. 2017;28(1):e18–26.

  • 4.    Okezue OC, Akpamgbo OA, Antoninus O, Jeneviv E, John N, John DO. Adult Flat Foot and its Associated

Factors : A Survey among Road Traffic Officials. 2019;3(4):1-5.

  • 5.   Vijayakumar K, Kumar DSS, Subramanian DR. A STUDY ON RELATIONSHIP BETWEEN BMI AND

PREVALENCE OF FLAT FOOT AMONG THE ADULTS USING FOOT PRINT PARAMETERS. Int J Adv Res. 2016 May;4(5):1428–31.

  • 6.    Sadeghi-Demneh E, Jafarian F, Melvin JMA, Azadinia F, Shamsi F, Jafarpishe M. Flatfoot in School-Age Children.

Foot Ankle Spec. 2015 Jun;8(3):186–93.

  • 7.    Abegaz BA, Awoke DG. Factors affecting foot arch development in Northern Ethiopia. Anatomy. 2017

Apr;11(1):26–9.

  • 8.    Holowka NB, Wallace IJ, Lieberman DE. Foot strength and stiffness are related to footwear use in a comparison

of minimally- vs. conventionally-shod populations. Sci Rep. 2018 Dec;8(1):3679.

  • 9.    Branthwaite H. The impact of footwear choice on foot biomechanics in young adults with considerations to the

potential risk of developing foot pathology. J Foot Ankle Res. 2015;

  • 10.  Abdul Razak AH, Zayegh A, Begg RK, Wahab Y. Foot Plantar Pressure Measurement System: A Review.

Sensors. 2012 Jul;12(7):9884–912.

  • 11.   Zhao X, Tsujimoto T, Kim B, Tanaka K. Association of arch height with ankle muscle strength and physical

performance in adult men. Biol Sport. 2017;34(2):119–26.

  • 12.    Tahmasebi R, Karimi MT, Satvati B, Fatoye F. Evaluation of Standing Stability in Individuals With Flatfeet. Foot Ankle Spec. 2015;8(3):168–74.

  • 13.    Haag MJ. The effect of arch height on variances in gait phases : A kinematic analysis. 2019.

  • 14.    Truszczyńska-Baszak A, Drzał-Grabiec J, Rachwał M, Chałubińska D, Janowska E. Correlation of physical activity and fitness with arches of the foot in children. Biomed Hum Kinet. 2017;9(1):19–26.

  • 15.    Tong JWK, Kong PW. Association between foot type and lower extremity injuries: Systematic literature review with meta-analysis. J Orthop Sports Phys Ther. 2013;43(10):700–14.

  • 16.    D S. Foot Arch Differences in Elderly People at Standing: Considering Gender and Age. J Nov Physiother Rehabil. 2017;1(1):034–8.

  • 17.    Hollander K, De Villiers JE, Sehner S, Wegscheider K, Braumann KM, Venter R, et al. Growing-up (habitually) barefoot influences the development of foot and arch morphology in children and adolescents. Sci Rep. 2017;7(1):1–9.

  • 18.    Polat SO, Yücel AH. Wearing high-heeled shoes increases the foot arch angle inducing measurable changes in the musculoskeletal system. J Back Musculoskelet Rehabil. 2018;31(6):1119–29.

  • 19.   Takabayashi T, Edama M, Inai T, Nakamura E, Kubo M. Effect of Gender and Load Conditions on Foot Arch

Height Index and Flexibility in Japanese Youths. J Foot Ankle Surg. 2020 Nov;59(6):1144–7.

  • 20.   Zheng T, Yu Z, Wang J, Lu G. A new automatic foot arch index measurement method based on a flexible

membrane pressure sensor. Sensors (Switzerland). 2020;20(10).

  • 21.   Zifchock RA, Theriot C, Hillstrom HJ, Song J, Neary M. The Relationship Between Arch Height and Arch

Flexibility. J Am Podiatr Med Assoc. 2017 Mar;107(2):119–23.

  • 22.    Akambase JA, Kokoreva T V., Gurova OA, Akambase JA. The effect of body positions on foot types: Considering body weight. Transl Res Anat. 2019;16(January):100048.

Open Access Journal: https://ojs.unud.ac.id/index.php/mifi/index | 173 |