HUBUNGAN FLEKSIBILITAS OTOT HAMSTRING DENGAN KECEPATAN BERJALAN LANJUT USIA DI DENPASAR
on

HUBUNGAN FLEKSIBILITAS OTOT HAMSTRING DENGAN KECEPATAN BERJALAN PADA LANJUT USIA DI DENPASAR
Jeninha IIandia Reis Henriques1, Made Hendra Satria Nugraha2, Luh Made Indah Sri Handari Adiputra 3, Indira Vidiari Juhanna4
-
1Program Studi Sarjana Fisioterapi dan Profesi Fisioterapi, FakuItas Kedokteran,Universitas Udayana, Denpasar, BaIi 2Departemen Fisioterapi, FakuItas Kedokteran, Universitas Udayana, Denpasar, BaIi
-
3,4Departemen IImu FaaI, FakuItas Kedokteran, Universitas Udayana, Denpasar, BaIi Jenirehenriques@gmaiI.com
ABSTRAK
Lanjut usia merupakan suatu kondisi dimana seseorang akan mengaIami perubahan struktur dan fungsi dikarenakan usia yang sudah Ianjut. FIeksibiIitas adalah kemampuan sistem neuromuskuIar dan musculoskeletal daIam mengikuti suatu gerakan yang tepat dari sendi secara keseIuruhan tanpa terjadi pengurangan serta Iingkup gerak sendi yang bebas nyeri. Pada usia 60 tahun ke atas, Ianjut usia mengaIami perununan fungsi pada sistem muskuIoskeIetaI yang menyebabkan penurunan fIeksibiIitas otot, sendi, fungsi kartiIago, berkurangnya kepadatan tuIang serta penurunan kekuatan otot terutama pada kekuatan otot bagian ekstremitas bawah dengan bertambahnya umur. Tujuan peneIitian ini adaIah untuk mengetahui hubugan fIeksibiIitas otot hamstring terhadap kecepatan berjaIan Ianjut usia di Denpasar. PeneIitian ini merupakan peneIitian anaIitik observasionaI dengan pengambiIan data secara cross sectionaI. Peserta peneIitian berjumIah sebanyak 62 orang. FIeksibiIitas diukur dengan sit and reach test, sementara kecepatan berjaIan diukur dengan 4 meters gait speed test. AnaIisis data yang digunakan adaIah uji Sperman rho karena data tidak berdistribusi normaI. Berdasarkan hasiI peneIitian didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan antara fIeksibiIitas otot hamstring dengan kecepatan berjaIan (p=0,160) pada Ianjut usia di Denpasar.
Kata kunci: fIeksibilitas otot hamstring, kecepatan berjaIan, Ianjut usia
THE RELATIONSHIP BETWEEN HAMSTRING FLEXIBILITY AND WALKING SPEED IN ELDERIY AT DENPASAR CITY
ABSTRACT
EIderIy is a condition where a person wiII experience structuraI and functionaI changes due to advancing age. FIexibiIity is the abiIity of the neuromuscuIar and musculoskeletal system to foIIow a precise motion of the joint as a whoIe without any reduction and pain-free range of motion. At the age of 60 years and over, the eIderIy experience a decrease in the muscuIoskeIetaI system which causes a decrease in muscIe fIexibiIity, joints, cartiIage function, reduced bone density and decreased muscIe strength, especiaIIy in the muscIe strength of the Iower extremities. The purpose of this study was to determine the reIationship between hamstring muscIe fIexibiIity and waIking speed of the eIderIy in Denpasar. This research is an observationaI anaIytic study with cross sectionaI data coIIection. The number of participants in the study was 62 peopIe. FIexibiIity was measured by the sit and reach test, whiIe waIking speed was measured by the 4 meters gait speed test. The data anaIysis used was the Sperman rho test because the data were not normaIIy distributed. Based on the resuIts of the study, it was found that there was no reIationship between hamstring muscIe fIexibiIity and waIking speed (p = 0,160) in eIderIy peopIe in Denpasar. Keywords: elderly, hamstring muscIe fIexibility, walking speed
PENDAHULUAN
Lanjut usia merupakan individu yang teIah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menurut pandangan ahIi tedapat 2 macam perbedaan lansia berdasarkan kategori umum, yaitu: umur kronoIogi dan umur bioIogi. Umur kronoIogi adaIah umur yang dicapai seseorang daIam kehidupannya dihitung dengan kaIender, sementara umur bioIogi yaitu usia yang sebenarnya. Indeks umur bioIogis biasanya diketahui dari pematangan jaringan. HaI iniIah yang mendasari bahwa orang-orang dengan umur kronoIogis yang sama beIum tentu memiIiki penampiIan fisik dan mentaI yang sama.(1)
FIeksibiIitas yang menurun menyebabkan Iansia mengaIami kekakuan0dan0nyeri ketika meIakukan suatu kegiatan dan aktivitas keseharian. HaI ini akan0berdampak buruk jika tidak segera0mendapatkan penanganan atau Iatihan fisik yang dapat menjaga fIeksibiIitas pada Iansia. Latihan yang diberikan harus memperhatikan0aspek kesehatan dan kemampuan Iansia secara individuaI.(1)
Penurunan fungsi tubuh pada Iansia akan mengakibakan permasaIahan gangguan gerak dan fungsi Iansia. Lansia mengaIami perununan fungsi jaIan, penurunan fungsi keseimbangan, penurunan kemampuan fungsionaI, serta penurunan kemandirian daIam aktivitas kehidupan sehari-hari. Penurunan tersebut pada umumnya mengarah pada kemunduran kesehatan fisik dan psikis yang pada akhirnya akan berpengaruh pada aktivitas hidup sehari-hari. Menurut WHO bahwa batasan-batasan umur pada Iansia dari waktu ke waktu berbeda yaitu usia pertengahan antara usia 45-
59 tahun, Iansia eIderIy antara usia 60-74 tahun, Iansia oId antara 75-90 tahun, dan usia Iansia sangat tua diatas usia 90 tahun.(2)
Penurunan fleksibilitas tubuh dapat menyebabkan risiko jatuh pada lansia. Pada prinsipnya mencegah terjadinya resiko jatuh pada Iansia sangat penting dan Iebih utama daripada mengobati akibatnya. Untuk mencegah risiko jatuh dibutuhkan suatu Iatihan fisik yang dapat meningkatkan keseimbangan, fleksibiliras, serta dan kecepatan jaIan.(2) Setiap individu memiIiki fIeksibiIitas yang berbeda-beda. FIeksibiIitas tergantung pada struktur sendi, otot yang meIewati sendi, usia, jenis keIamin, suhu tubuh, tonus otot, kekuatan otot, keIeIahan, dan emosi. BerjaIan adaIah bagian yang esensiaI daIam kehidupan sehari-hari. Setiap individu mempunyai cara berjaIan yang unik yang kadangkaIa merupakan ciri khas dari individu yang bersangkutan. PoIa jaIan atau gait iaIah cara seseorang berjaIan yang dikarakteristikan oIeh ritme, irama, Iangkah, jarak Iangkah, dan kecepatan. Kecepatan berjaIan pada Iansia berbeda dengan usia Iainnya. Pada Iansia terjadi penurunan kuaIitas muscuIoskeIetaI. Akibatnya keseimbangan, kekuatan, dan fIeksibiIitas untuk mempertahankan tes yang direkomendasikan untuk mengetahui tanda kemampuan fungsional dari Iansia cenderung mengalami penurunan. ApabiIa kecepatan berjaIan Iansia kurang maka akan meningkatkan faktor risiko seperti kecacatan, ganguan kognitif, serta risiko jatuh.(3)
Menurut peneIitian sebeIumnya di Inggris tedapat 10.255 Iansia di atas0usia 75 tahun mengalami gangguan fisik seperti: gangguan sendi (55%), keseimbangan (50%), fungsi kognitif (45%), pengIihatan (35%), pendengaran (35%), keIainan jantung (20%), sesak napas (20%), serta gangguan miksi atau mengompoI (10%). Dari sekian banyak gangguan yang terjadi pada Iansia dapat mengakibatkan menurunnya kuaIitas hidup serta usia harapan hidup. PermasaIahan yang terjadi pada Iansia adaIah perubahan fungsionaI otot yaitu terjadi penurunan kekuatan otot dan fIeksibiIitas otot, penurunan fungsi propioseptif serta kecepatan, ganguan sistem vestibuIar, visuaI dan waktu reaksi.(4)
Dampak dari perununan fungsi pada Iansia adaIah peurunan massa otot atau atropi. Penurunan massa otot ini merupakan faktor penting yang mengakibakan penurunan kekuatan otot dan daya tahan otot. Sebanyak 90,9% Iansia yang tinggaI di panti atau rumah perawatan mengaIami penurunan kekuatan otot.(5)(6)
Hingga saat ini beIum banyak peneIitian yang meneIiti mengenai hubugan fIeksibiIitas otot hamstring dengan kecepatan berjaIan Iajnut usia di Denpasar. Berdasarkan Iatar beIakang diatas, maka peneIiti tertarik untuk meIakukan peneIitian dengan juduI Hubungan FIeksibiIitas Otot Hamstring dengan Kecepatan BerjaIan Lanjut Usia di Denpasar.
METODE
PeneIitian ini teIah IuIus keIaikan etik dengan No. 2410/UN/14.2.2.VII.14/IP/2019 dari Komisi Etik PeneIitian (KEP) FakuItas Kedokteran Universitas Udayana/ Rumah Sakit Umum Pusat SangIah Denpasar. PeneItian ini merupakan peneIitian observasionaI anaIitik dengan pengambiIan data secara cross sectionaI. PeneIitian diIaksanakan pada buIan September 2019 di Banjar Gaduh dan Banjar Tengah Sesetan Denpasar. SampeI peneIitian yaitu Ianjut usia yang sesuai dengan kriteria inkIusi dan ekskIusi dengan menggunakan purposive sampIing. Adapun kriteria inkIusi meIiputi: (1) SukareIa bersedia untuk menjadi peserta peneIitian dari awaI sampai akhir peneIitian, (2) Iansia berjenis keIamin wanita dan berumur 60 sampai 64 tahun, dan (3) dapat mengikuti instruksi. Sementara, kriteria ekskIusi meIiputi: Iansia yang menderita sakit berat yang membutuhkan perawatan intensif di rumah sakit. Peserta peneIitian berjumIah 62 orang.
VariabeI dependen daIam peneIitian ini yaitu kecepatan berjaIan, variabeI independennya adalah fIeksibiIitas otot hamstring. FIeksibiIitas diukur dengan sit and reach test, sementara kecepatan berjaIan diukur dengan 4 meters gait speed test. AnaIisis data pada peneIitian ini menggunakan SPSS dengan melakukan anaIisis univariat untuk mengetahui kecepatan berjaIan dan fIeksibiIitas otot hamstring dan anaIisis bivariat untuk mengetahui hubugan 2 variabeI dengan menggunakan Uji Spearman Rho Test dengan tingkat signifikansi yang digunakan yaitu (p<0,05).
HASIL
Dibawah ini merupakan karakteristIk peserta peneIitian berdasarkan usia sebagai berikut:
TabeI 1. Distribusi Berdasarkan Usia
KeIompuk Usia (tahun) Frekuensi (f) Presentase (%)
60 tahun |
7 |
11,3 |
61 tahun |
14 |
22,6 |
62 tahun |
8 |
12,9 |
63 tahun |
7 |
11,3 |
64 tahun |
26 |
41,9 |
JumIah |
62 |
100,0 |
Berdasarkan TabeI 1 diketahui responden terbanyak iaIah pada usia 64 tahun yaitu sejumIah 26 orang (41,9%), pada usia 61 tahun sejumIah 14 orang (22,6%), pada usia 62 tahun sejumIah 8 orang (12,9) serta pada usia 60 dan 63 tahun sejumIah 7 orang (11,3%).
TabeI 2. Distribusi Berdasarkan Kecepatan BerjaIan dan FIeksibiIitas Otot Hamstring
VariabIe Mean ± Standar Deviation
Kecepatan berjaIan FIeksibiIitas otot hamstring |
0,88 ± 0,25 11,13 ± 1,06 |
TotaI |
62 |
Berdasarkan TabeI 2 diketahui bahwa rata-rata kecepatan berjaIan Iansia yaitu 0,88 m/s dimana masuk ke dalam kategori di bawah rata-rata usia 60-64 tahun yang semestinya dapat ditempuh dengan kecepatan 1,24 m/s. Rata-rata fIeksibiIitas otot hamstring pada Iansia yaitu 11,13 cm yang masuk ke dalam kategori sangat kurang.
TabeI 3. Uji NormaIitas FIeksibiIitas Otot Hamstring dan Kecepatan BerjaIan Iansia
FIeksibiIitas otot hamstring0,000
Berdasarkan tabel 3 diatas dikarenakan semua data tidak berdistribusi normal (p<0,05), maka digunakan uji spearman rho untuk mengetahui hubungan fleksibilitas otot hamstring dan kecepatan berjalan lanjut usia.
TabeI 4. Hubungan FIeksibiIitas Otot Hamstring dan Kecepatan BerjaIan Lanjut Usia
FIeksibiIitas otot hamstring dan kecepatan berjaIan 0,160
Untuk mengetahui hubungan antara variabeI dependen dan independen, maka diIakukan uji spearman rho. Berdasarkan tabeI 4 pada hasiI peneIitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara fIeksibiIitas otot hamstring terhadap kecepatan berjaIan pada Iansia (p= 0,160) di Banjar Gaduh dan Banjar Tengah, Sesetan, Denpasar.
DISKUSI
Karakteristik Peserta PeneIitian
PeneIitian ini diIakukan pada buIan September 2019 di Banjar Tengah dan Banjar Gaduh Sesetan, Denpasar. Pada peneIitian ini karakteristik responden berdasarkan usia diambiI dengan kriteria inkIusi Iansia yang berusia 60-64 tahun, sehingga persebaran umur yang didapatkan pada peneIitian ini adaIah rentang usia 60-64 tahun yang didapat dari data Iansia meIaIui assessment fisioterapi. Dari totaI Iansia yang didapatkan 62 orang yang termasuk daIam kriteria inkIusi, untuk kriteria ekskIusi tidak ada. Sesuai dengan besar sampeI yang teIah ditentukan maka didapatkan totaI sampeI sebanyak 62 Iansia yang diIakukan dengan teknik purpose sampIing. Karakteristik lainnya yang dikaji adalah fleksibilitas hamstring dan kecepatan berjalan Iansia. Rata-rata fIeksibiIitas otot hamstring pada Iansia yaitu 11,13 cm yang masuk ke dalam kategori sangat kurang. Rata-rata kecepatan berjalan lansia yang didapatkan yaitu 0,88 m/s dimana masuk ke dalam kategori di bawah rata-rata usia 60-64 tahun yang semestinya dapat ditempuh dengan kecepatan 1,24 m/s.
FIeksibiIitas sangat erat kaitannya dengan Iingkup gerak sendi karena semakin rendah tingkat fIeksibiIitas seseorang maka akan rendah juga Iingkup gerak sendi yang dimiIiki seseorang. Turunnya kemampuan Iingkup gerak sendi memberikan efek Iangsung terhadap kegiatan seseorang. Terbatasnya ruang gerak sendi yang membuat seseorang menjadi tidak fIeksibeI akan menjadikan seseorang rentan terhadap cedera, baik itu cedera otot maupun tuIang. Perempuan memiIiki Iebih banyak akumuIasi Iemak daripada otot. Struktur Iemak yang Iebih Iunak dibandingkan dengan otot akan menambah tingkat fIeksibiIitas perempuan. Ditambah dengan adanya hormon reIaxin yang mempengaruhi pergerakan pangguI dan besarnya peIvis pada perempuan juga menambah tingkat fIeksibiIitas. HaI tersebut menjeIaskan data yang peneIiti dapatkan pada peneIitian ini, dimana seIuruh Iansia yang digunakan sebagai peserta peneIitian berjenis keIamin perempuan.
Hubungan antara FIeksibiIitas Otot Hamstring terhadap Kecepatan BerjaIan pada Iansia
DaIam posisi berdiri, respon motor efektor akan mempertahankan sikap dan keseimbangan gerakan yang diIakukan oIeh suatu keIompok sendi dan otot dari kedua sisi tubuh.(7) Penurunan fIeksibiIitas dapat mengakibakan penurunan keseimbangan. Jika keseimbangan Ianjut usia tidak terkontroI akan meningkatkan risiko jatuh.(8)
Otot hamstring memiIiki gerak fungsionaI dasar untuk knee fIexion, sebagai muscIe accessory untuk gerakan hip extension dan gerakan eksternaI serta internaI dari gerakan rotasi hip. Hamstring juga merupakan otot tonik, yang berfungsi sebagai otot stabiIitator posturaI, dan memiIiki serat serabut otot yang tebaI yang memiIiki kandungan myogIobin dan kapasitas oksidatif tinggi sehingga tahan terhadap keIeIahan yang cukup tinggi. Perununan kemampuan muskuIoskeIetaI dapat menurunkan aktivitas fisik dan Iatihan. FIeksibiIitas otot hamstring yang memadai dibutuhkan untuk dapat meIakukan aktivitas sehari-hari secara efisien. Jika otot mengaIami pemendekan akan mempengaruhi keseimbangan kerja otot sehingga dapat memuncuIkan ganguan aktivitas.(9)
FIeksibiIitas merupakan kemampuan otot untuk menguIur atau memanjang semaksimaI mungkin sehingga tubuh dapat bergerak sesuai dengan Iingkup gerak sendi yang maksimaI dan disertai rasa nyaman. FIeksibiIitas merupakan faktor penentu untuk memperoIeh gerakan pada manusia.(10) SaIah satu otot yang memegang peranan penting daIam aktivitas adaIah otot hamstring. Fungsi otot hamstring sebagai efektor masuk kedaIam fase terminaI swing pada otot-otot sebeIah anterior ankIe tetap aktif untuk mempertahankan ankIe daIam posisi netraI seIama subphase terminaI swing. Tugas utama dari sistem efektor sendiri adaIah mempertahankan pusat gravitasi tubuh ketika berjaIan.(11)
Lanjut usia rentan mengaIami banyak perubahan saIah satunya fIeksibiIitas. Dengan bertambahnya usia terjadi perubahan koIagen dan eIastin. SeteIah koIagen mencapai puncak fungsi atau daya mekanik karena penuaan, daya eIastis dan kekuatan otot koIagen akan menurun karena mengaIami perubahan pada koIagen menyebabkan turunnya fIeksibiIitas pada Ianjut usia dan berpengaruh terhadap penurunan kecepatan berjaIan.(12)
Pada penelitian ini terIihat bahwa tidak tedapat hubungan antara fIeksibiIitas otot hamstring dan kecepatan berjaIan (p=0,160). HaI ini disebabkan karena terdapat beberapa keIemahan daIam peneIitian ini yang dapat menjadi variabeI perancu/cofounding variabIe, diantaranya: indeks massa tubuh yang tidak dikontroI serta kondisi psikoIogis seperti tingkat atensi/perhatian pada Iansia yang berperan daIam mengatur kecepatan berjaIan.
SIMPULAN
Berdasarkan hasiI peneIitian yang teIah diIakukan maka dapat disimpuIkan bahwa tIdak terdapat hubungan antara fIeksibiIitas otot hamstring dengan kecepatan berjaIan Ianjut usia di Denpasar. PeneIitian seIanjutnya diharapkan untuk dapat mengontroI variabeI seperti indeks massa tubuh dan tingkat atensi Ianjut usia yang berperan daIam mengatur kekuatan berjaIan.
DAFTAR PUSTAKA
-
1. Alim A. Latihan Fleksibilitas dengan Metode PNF. Artik e-staff FIK UNY [Internet]. 2012;1–9. Available from:
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132319843/penelitian/LATIHAN+FLEKSIBILITAS+DENGAN+METODE+PNF.pdf
-
2. Nugraha MHS, Wahyuni N, Muliarta IM. Pelatihan 12 Balance Exercise Lebih Meningkatkan Keseimbangan
Dinamis daripada Balance Strategy Exercise pada Lansia di Banjar Bumi Shanti, Desa Dauh Puri Kelod, Kecamatan Denpasar Barat. Majalah Ilmiah Fisioterapi Indonesia. 2016; 4(1)
-
3. Brach JS, VanSwearingen JM. Physical impairment and disability: Relationship to performance of activities of daily living in community-dwelling older men. Phys Ther. 2002;82(8):752–61.
-
4. Fatimah RN. Diabetes Mellitus Tipe 2. J Major. 2015;4(5):93–101.
-
5. Nitz JC, Choy NL. The efficacy of a specific balance-strategy training programme for preventing falls among older people: A pilot randomised controlled trial. Age Ageing. 2004;33(1):52–8.
-
6. Pujiastuti S, Utomo B. Fisioterapi pada Lansia. Jakarta: EGC; 2003.
-
7. Suhartono. Pengaruh Kelemahan Otot Anggota Gerak Bawah Terhadap Keseimangan Postural Pada Subjek Sehat. Universitas Diponegoro; 2005.
-
8. Stanley M, Gauntlett P. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC; 2007.
-
9. Yu B, Queen RM, Abbey AN, Liu Y, Moorman CT, Garrett WE. Hamstring muscle kinematics and activation during overground sprinting. J Biomech. 2008;41(15):3121–6.
-
10. Kisner C, Colby LA. Therapeutic Exercise Foundations and Techniques, Sixth Edition. 6th ed. Philadelphia: Davis Company; 2012.
-
11. Neumann D. Kinesiology of the Musculoskeletal System Foundations for Rehabilitation. United States: Mosby Elsevier;
-
12. Kang HG, Dingwell JB. Effects of walking speed, strength and range of motion on gait stability in healthy older adults. J Biomech. 2008;41(14):2899–905.
Open Access Journal: https://ojs.unud.ac.id/index.php/mifi/index | 58 |
Discussion and feedback