ORIGINAL ARTICLE

Vol 6 No 2 (2018), P-ISSN 2303-1921

MAJALAH ILMIAH FISIOTERAPI INDONESIA

PEMBERIAN WILLIAM’S FLEXION EXERCISE LEBIH BAIK DARIPADA TEKNIK MULLIGAN DENGAN KOMBINASI INTERVENSI INFRARED DALAM MENINGKATKAN

RANGE OF MOTION LUMBOSAKRAL PENDERITA LOW BACK PAIN NON-SPESIFIK

I Gusti Ayu Surya Nirmala1, I Made Niko Winaya2, I Putu Adiartha Griadhi3 1,2Program Studi Fisioterapi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar Bali 3Bagian Ilmu Faal Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar Bali suryanirmala27@yahoo.com

ABSTRAK

Penggunaan sepatu hak tinggi dapat menyebabkan penurunan ROM lumbosakral low back pain non-spesifik dikarenakan posisi berdiri lama mengakibatkan otot bekerja lebih keras dengan posisi hiperekstensi. Tujuan melakukan penelitian ini mengetahui William’s Flexion Exercise kombinasi Infrared lebih baik dalam meningkatkan ROM lumbosakral daripada teknik Mulligan kombinasi Infrared diukur menggunakan Flexible Curve. Disain studi yang digunakan adalah eksperimental dengan rancangan pre-test dan post-test group desaign dengan jumlah sampel 32 dibagi menjadi dua kelompok. Uji hipotesis rerata peningkatan ROM lumbosakral dengan Independent Sample T-test pada kelompok intervensi William’s Flexion Exercise dan teknik Mulligan menunjukkan hasil bermakna (21,03 dan 19,79) dengan nilai p = 0,000 (p<0,05). Hasilnya kelompok William’s Flexion Exercise kombinasi Infrared lebih baik daripada Teknik Mulligan.

Kata Kunci: william’s flexion exercise, teknik mulligan, range of motion lumbosakral, flexible curve, low back pain non-spesifik

THE PROVISION OF WILLIAM'S FLEXION EXERCISE IS BETTER THAN MULLIGAN TECHNIQUES WITH INFRARED INTERVENCE COMBINATION IN IMPROVING

THE RANGE OF LUMBOSACRALMOTION OF NON-SPECIFIC LOW BACK PAIN PATIENTS

ABSTRACT

Wearing high heels can cause a decrease in the lumbosacral ROM of the Non-spesific low back pain due to a long standing position results muscle work harder with hyperextended position. The aim of this research is to know William’s Flexion Exercise–Infrared combination is better to improve the ROM of the lumbosacral rather than Mulligan combined–Infrared combination technique, measured using Flexible Curve. The study design used in this study was experimental with pre-test design and post-test group design with 32 samples divided into two groups. Hypothesis test mean increase in ROM of the lumbosacral with Independent Sample T-test in the intervention group William’s Flexion Exercise and Mechanical Mulligan showed significant results (21.03 and 19.79) with a value of p = 0.000 (p<0.05). The result showed that the group of William’s Flexion ExerciseInfrared combination is better than the Mulligan technique. Keywords: william’s flexion exercise, mulligan technique, lumbosacral range of motion, flexible curve, non-spesific low back pain

PENDAHULUAN

Pemakaian sepatu hak tinggi pada wanita terdapat 58% mengeluhkan nyeri punggung bawah non-spesifik1. Posisi kaki menggunakan sepatu hak tinggi menjadi plantar fleksi mengakibatkan perubahan pelvik kearah anterior tilting2. Perubahan posisi tersebut menyebabkan hiperekstensi punggung bawah sehingga sudut lumbosakral meningkat menjadi lordosis3. Peningkatan sudut lumbosakral ke arah hiperekstensi menyebabkan kekakuan otot hingga terjadinya peradangan akut2. Kondisi ini menyebabkan merasakan nyeri otot kadang sampai kebelakang paha serta keterbatasan gerak kearah fleksi4.

Berdasarkan patofisilogi low back pain terbagi menjadi LBP spesifik dan non-spesifik. LBP non-spesifik dengan diagnosa sperti spasme otot, LBP mekanikal, sprain dan strain punggung belakang, dan myofascial syndromes4. LBP non-spesifik dapat disebabkan oleh beberapa hal, seperti posisi tubuh yang statis, obesitas, kehamilan, penggunaan sepatu hak tinggi, kelemahan otot-otot dinding perut atau pemendekan otot-otot punggung5.

Penurunan ROM lumbosakral penderita LBP non-spesifik disebabkan oleh faktor biomekanik kesalahan dalam postural. Beban postural yang lama menyebabkan ketegangan berlebih pada ligamen dan jaringan lunak untuk mempertahankan posisi tubuh dengan menggunakan sepatu hak tinggi. Saat sendi di antara kedua tulang menghasilkan ketegangan berlebih menghasilkan kelelahan dan pemendekan jaringan lunak sekitar sendi munculah nyeri serta keterbatasan ROM lumbosakral LBP non-spesifik6.

Penurunan ROM lumbosakral akibat LBP non-spesifik dapat diberikan intervensi berupa latihan dan pemberian modalitas salah satunya Infrared dimana fungsinya menstimulasi otot-otot superfisial mengurangi aktifitas gamma sehingga kepekaan terhadap otot akan berkurang memberikan efek relaksasi pada otot7.

Metode latihan setelah pemberian modalitas diberikan William’s Flexion Exercise bertujuan untuk mengistirahatkan otot-otot yang telah bekerja berlebih ke arah hiperekstensi dalam menyeimbangkan posisi tubuh dalam memakai sepatu hak tinggi. Latihan ini memberikan keseimbangan pada otot-otot fleksor dan ekstensor, memberikan tekanan abdominal sehingga vertebra terdorong ke arah posterior menyebabkan pengurangan sudut lordosis terjadi rileksasi pada otot-oto lumbosakral. Latihan ini juga melatih penguatan pada otot-otot fleksor dan relaksasi pada otot ekstensor. Terjadinya keseimbangan antara otot fleksor dan ekstensor tersebut menyebabkan terjadinya peningkatan ROM lumbosakral ke arah fleksi8.

Latihan lain yang dapat diberikan pada kasus ini yaitu teknik Mulligan yang terdiri dari Bent Leg Raise dan Two Leg Rotation. Teknik ini memiliki prinsip autogenik inhibisi pada otot hamstring, menciptakan kontraksi isometrik membuat pelvik ke arah posterior terjadilah peregangan otot-otot posterior relaksasi dan penguatan pada hamstring. Selain pada hamstring, teknik ini meciptakan kontraksi pada otot-otot core yang menyebabkan beban pada diskus9. Dengan terlatihnya otot-otot hamstring, menimbulkan kontraksi otot core yang menyebabkan mengurangi beban pada otot posterior, akan menciptakan peningkatan ROM lumbosakral ke arah fleksi10.

BAHAN DAN METODE

Rancangan penelitian bersifat observasi eksperimental dengan pre-test dan post-test desaign dengan menggunakan teknik pengambilan sampel adalah simpel random sampling melalui kriteria inklusi, eksklusi dan drop out. Penelitian dengan populasi target SPG yang mengeluhkan penurunan ROM lumbosakral penderita LBP non-spesifik akibat bekerja menggunakan sepatu hak tinggi di Ramayana Mall Bali.

Sampel yang digunakan berjumlah 32 lalu dibagi menjadi dua kelompok, dimana satu kelompok terdiri dari 15 oramg. Kelompok perlakuan pertama diberikan Infrared kombinasi William’s Flexion Exercise, sedangkan kelompok perlakuan kedua diberikan Infrared kombinasi teknik Mulligan. Intervensi tersebut dilakukan dari bulan Februari hingga Maret. Durasi latihan dilakukan seminggu 3x selama 5 minggu.

Pengukuran ROM lumbosakral menggunakan Flexible Curve dengan metode Modified-modified Schobet Test. Pengukuran ini dilakukan sebelum intervensi dengan selisih dari berdiri tegak dan membungkuk dibawah 6 cm yang menjadi sampel. Lalu diukur kembali saat sudah melakukan intervensi di minggu kelima.

HASIL

Tabel berikut merupakan deskripsi karakteristik sampel meliputi usia, indeks massa tubuh dan tinggi hak sepatu.

Tabel 1. Distribusi Data Sampel

Karakteristik

Nilai Rerata±SB

K1     K2

Usia (tahun)

23,7±3,823,0±3,2

Indeks Massa Tubuh (kg/m2)20,8±1,620,3±1,6

Tinggi Hak Sepatu (cm)

5,2±1,3 5,2±1,3

Pada tabel di atas menunjukan rerata dan simpang baku usia pada kelompok 1 23,7±3,8 dan kelompok 2 yaitu 23,0±3,2. Rerata indeks massa tubuh yang dihasilkan pada kelompok 1 20,8±1,6 dan kelompok 2 20,3±1,6. Tinggi hak sepatu diperoleh rerata pada kedua kelompok yakni 5,2±1,3.

Tabel 2. Hasil Uji Normalitas Data

Nilai

K1 p

K2 p

p

Sebelum Intervensi

0,001

0,001

0,252

SesudahIntervensi

0,224

0,163

0,365

Selisih Intervensi

0,104

0,8

0,001

Hasil uji normalitas diatas menggunakan Shapiro Wilk Test didapatkan sebelum intervensi pada kelompok 1 dankelompok 2 bernilai tidak normal dengan nilai pada kedua kelompok p = 0,001 (p<0,05). Sesudah intervensi pada kelompok 1 dan 2 didapatkan nilai p = 0,224 (p>0,05) dan nilai p = 0,163 (p>0,05) yang berarti pada kedua kelompok memiliki nilai berdistribusi normal. Selisih pada kelompok 1 dengan p = 0,104 (p>0,05) dan kelompok 2 p = 0,80 (p > 0,05) maka kedua kelompok bernilai distribusi normal. Adapun nilai Homogenitas dengan menggunakan Levene’s Test terdapat nilai pada sebelum intervensi p = 0,252 (p>0,05), sesudah 0,365 (p>0,05), dan selisih p = 0,001 (p<0,05). Maka dapat disimpulkan kelompok 1 dan 2 memiliki data bersifat homogen, sedangkan pada selisih bersifat tidak homogen.

Tabel 3. Uji Rerata ROM Lumbosakral Sebelum Intervensi dengan Mann – Whitney Test

Kelompok  Rerata±SB    P

K1       19,31 ±0,79

K2      19,44 ± 0,63  0,739

Rerata yang didapatkan sebelum intervensi pada kelompok 1 yaitu 19,31 ±0,79 sedangkan kelompok 2 19,44 ± 0,63 dengan nilai p = 0,739 (p > 0,05) yang berarti data tidak signifikan. Hasil uji non parametrik ini menyatakan tidak ada perbedaan signifikan pada nilai rerata sebelum intervensi.

Tabel 4. Uji Beda Rerata Sebelum dan Sesudah Intervensi dengan Wilcoxon Matched Paired Test

Sebelum Intervensi Sesudah Intervensip

K1       19,3 ±0,79           21,03±0,610,000

K2       19,44±0,63           19,79±0,660,000

Hasil uji hipotesis sebelum dan sesudah pemberian intervensi pada kelompok 1 dan kelompok 2 memiliki perbedaan yang signifikan dimana pada kedua kelompok sama-sama memiliki nilai p = 0,000. Disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan terhadap pemberian kedua metode.

Tabel 5. Uji Rerata ROM Lumbosakral Sesudah Intervensi dengan Independent Sample T-test

Kelompok  Rerata±SBp

K1       21,03 ± 0,610

K2      19,79 ± 0,660

Hasil yang didapat pada tabel diatas sesudah intervensi pada kelompok 1 sebesar 21,03 dan rerata ROM lumbosakral sesudah intervensi pada kelompok 2 sebesar 19,79 dengan nilai p = 0,000 (p < 0,05) berarti data signifikan. Berarti ini menyatakan adanya perbedaan yang signifikan pada kedua kelompok sesudah diberikan kedua metode yang berbeda. Terlihat nilai rerata kelompok 1 yaitu pemberian intervensi Infrared kombinasi William’s Flexion Exercise lebih besar dibandingkan pada kelompok 2 yakni pemberian intervensi Infrared kombinasi teknik Mulligan. Dapat disimpulkan bahwa intervensi pada kelompok 1 lebih baik dibandingkan dengan intervensi pada kelompok 2.

DISKUSI

Rerata usia kelompok 1 23,7 tahun demikian dengan kelompok 2 memiliki rerata usia 23,0 tahun. Rentang usia sampel pada penelitian ini 20–30 tahun. Sebuah data menyebutkan 51 orang (55,43%) SPG yang bekerja menggunakan sepatu hak tinggi berada pada kelompok usia kurang dari 25 tahun melalui kualifikasi kriteria memiliki penampilan menarik, muda, serta aktif (dewi, 2012).

IMT rerata SPG kelompok 1 yaitu 20,8 kg sementara kelompok 2 rerata IMT adalah 20,3 kg. IMT terendah kedua kelompok 18,7 kg dan IMT tertinggi 23,8 kg. Menurut WHO IMT dibagi menjadi 3 kategori, yaitu kururs (<18,5), normal (18.5–25), dan gemuk (>25) . Terdapat hubungan antara indeks massa tubuh dengan keluhan muskuloskeletal yaitu nyeri punggung bawah11.

Tinggi hak sepatu pada kedua kelompok memiliki rerata 5,2 cm dimana kedua kelompok sama-sama memiliki hak paling rendah 3 cm lalu yang paling tinggi 8 cm. Penggunaan sepatu hak tinggi mengakibatkan postur tubuh berubah menyesuaikan berada jauh dari centre of gravity menyebabkan posisi pelvik menjadi pelvik anterior tilting12. Pemakaian sepatu hak tinggi yang dipakai maksimal 8 cm menyebabkan sudut fleksi lumbal berkurang sehingga ROM lumbosakral mengalami keterbatasan1.

Hasil uji analisis Wilcoxon Matched Paired Test menunjukkan bahwa kelompok 1 memberikan hasil signifikan terhadap peningkatan ROM lumbosakral penderita LBP non-spesifik dengan nilai p = 0,000 (p < 0,05).

Infrared merupakan terapi panas yang sering digunakan fisioterapis. Pancaran sinar merah dipermukaan tubuh dapat meningkatkan aliran darah, mempercepat metabolisme serta menurunkan nyeri. otot yang mengalami kekakuan akan merasakan kenyamanan akibat sinar tersebut13.

William’s Flexion Exercise merupakan rancangan latihan yang diperuntukan mengurangi lordosis lumbal, menyeimbangkan otot fleksor dan ekstensor. Keuntungan jangka panjang dengan melatih otot sekitar posterior back, memberikan penguatan otot fleksor, peningkatan fleksibilitas hamstring dengan latihan isokinetik sebagai metode efektif memperbaiki kinerjahamstring, panggul seperti psoas mayor, dan iliacus. Efektif untuk mengurangi nyeri punggung bawah serta meningkatkan ROM ke arah fleksi lumbal14.

Analisis kemaknaan Wilcoxon Matched Paired Test menunjukan kelompok 2 memberikan hasil yang signifikan terhadap peningkatan ROM lumbosakral penderita LBP non-spesifik pada SPG dengan nilai p = 0,000 (p<0,05).

Pemberian Infrared sebelum yang dipancarkan area sekitar yang diterapi, terjadi dilatasi arteriol diikuti peningkatan aliran darah kapiler. Menhasilkan rasa nyaman terhadap sampel yang bisa menurunkun nyeri, tonus ototsehingga menurunkan spasme regio paravertebra, meningkatkan ambang rangsang, peningkatan elastisitas jaringan15.

Mulligan Bent Leg Raise dan Two Leg Rotation biasanya digunakan pada orang yang mengalami neyri punggung bawah dengan keterbatasan gerak fleksi. Kontraksi isometrik–relaksasi yang digunakan teknik ini menyasar peregangan otot-toto lumbosakral, gluteus, adduktor hingga abduktor hip. Posisi ini membantu dalammembuka sendi faset dan foramen intervertebralis lumbosakral dengan gerakan ini menyebabkan pelvik ke arah posterior16.

Analisis kemaknaan dengan Uji Independent Sample T-test memperlihatkan hasil peningkatan kelompok 1 dan 2 diperoleh nilai p = 0,000 (p < 0,05) setelah intervensi. Hal ini berarti ada perbedaan bermakna diantara kedua intervensi. Pada tabel 5 diatas menunjukan perbedaan perlakuan serta terlihat yang lebih baik yaitu pemberian William’s Flexion Exercise kombinasi IR daripada Mulligan kombinasi IR.

William’s Flexion Exercise menggunakan prinsip autogenik inhibisi yang sama halnya hukum Sherrington, saat otot mendapatkan rangsangan berkontraksi otot antagonis menerima impuls relaksasi di medulla spinalis. Serabut saraf sensorik dari muscle spindle berjalan ke saraf motoric dari otot yang sama bersianaps dengan saraf motorik dari otot dengan interneuron inhibisi medula spinalis kemudian bersinaps dengan saraf motorik antagonis17.

Berdasarkan hasil kajian makan dapat disimpulkan pemberian Infrared dan William’s Flexion Exercisedapat mengurangi stres punggung bawah dengan mengulur otot-otot dorsolumbal sehingga mengurangi tekanan faset. Selain penguluran otot, teknik ini juga mengaktifkan dan menuatkan otot abdominal, gluteus maksimus, paravertebra sehingga terjadi keseimbangan latihan pada otot fleksor dan ekstensor. Teknik ini lebih baik dalam meningkatkan ROM lumbosakral dibanding Mulligan yang lebih besar terfokus dalam mengulur dan penguatan hamstring.

SIMPULAN

Disimpulkan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan bahwa pemberian William’s Flexion Exercise kombinasi Infrared lebih baik dalam meningkatkan ROM lumbosakral daripada pemberian teknik Mulligan kombinasi Infrared pada penderita LBP non-spesifik.

William’s Flexion Exercise dengan kombinasi Infrared dapat dijadikan pilihan intervensi non-farmakologis yang efektif bagi karyawan yang mengalami keluhan yang sama, bagi fisioterapis yang mendapatkan pasien dengan kasus yang sama, serta bagi mahasiswa sebagai pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

  • 1.    Lee C, Jeong E. & Freivalds A. Biomechanical Effects Of Wearing High-Heeled Shoes. International Journal of Industrial Ergonomics 2001;2: 321-326.

  • 2.    Russel B. The Effect Of High-Heeled Shoes On Lumbar Lordosis: A Narrative Review And Discussion Of The Disconnect Between Internet Content And Peer Literature. Journal of chiropractic medicine. 2010;9: 166-173.

  • 3.    Guyton A. C. & Hall J. E.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Edisi9.2007. Jakarta: EGC.

  • 4.  Kurniasih E. Penambahan Terapi Latihan Mc. Kenzie pada Intervensi SWD, TENS dan Massage dapat Lebih

Menurunkan Nyeri Pinggang pada Kasus Low Back Pain (LBP). Skripsi Universitas Udayana. 2011.

  • 5.  Wibawa A. Kombinasi Pemberian Short Wave Diathermy dan Terapi Latihan Mc Kenzie Lebih Baik daripada

Kombinasi Pemberian Short Wave Diathermy dan Iranian Endurance Terhadap Peningkatan Lingkup Gerak Sendi Lumbosakral pada Nyeri Punggung Bawah. Tesis Program Pascasarjana Universitas Udayana. 2011.

  • 6.    McKenzie, R. 7 Step to a Pain Free Life. 2000. New York: Pinguin Putnam Inc.

  • 7.  Prentice W. E. Therapeutic Modalities for Physical Therapist. 2ndEdition. 2002. USA: The McGraw-Hill Companies.

  • 8.  Borestein & Wiessel. Low Back Pain Medical Diagnosis and Comprehensive Management. 2004. Philadelpia: WB

Saunders Company.

  • 9.    Sudaryanto. Manfaat Muscle Energy Technique Terhadap Pengurangan Nyeri Akibat Mechanical Back Pain. Skripsi Universitas Indonusa Esa Unggul. 2004.

  • 10.    Patel G. To Compare the Effectiveness of Mulligan Bent Leg Raising and Slump Stretching in Patient with Low Back Pain. Indian Journal of Physiotherapy & Occupational Therapy. 2014; 24-288.

  • 11.    Anggraini D. R.. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) pada Pengguna Komputer di Head Office PT.Bukaka Teknik Utama Cileungsi Bogor Jawa Barat. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah. 2010.

  • 12.    Silva A. M., Siqueira G. R. & Silva G. A. Implications of High-Heeled Shoes on Body Posture of Adolescents. US National Library of Medicine National Institutes of Health. 2013; 265-271.

  • 13.    Hayashi Y. Physical Therapy for Low Back Pain. JMAJ. 2004; 234-239.

  • 14.    Mohan K. G., Revathi R., & Ramachandran S. Effectiveness of William's Flexion Exercise in The Management of Low Back Pain. International Journal of Physiotherapy & Occupational Therapy (TJPRC: IJPOT). 2015;. 33-40.

  • 15.    Priyambodo H. Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kondisi Low Back Pain Miogenik Di RSUD Boyolali. Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.2008; 25-26.

  • 16.    Kumar D, & Mulligan B. R. Manual of Mulligan Concept. Capri Institute of Manual Therapy. 2014; 60-61.

  • 17.    Yulitania, D. I. Perbedaan Pengaruh Peregangan dan William's Flexion Exercise Terhadap Nyeri Punggung Bawah Non Spesifik pada Pemetik Teh di Perkebunan Teh Jamus. Program Studi S1 Fisioterapu Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2015.

Open Access Journal : https://ojs.unud.ac.id/index.php/mifi/index | 54 |