HUBUNGAN JUMLAH KONSUMSI BATANG ROKOK TERHADAP NILAI ARUS PUNCAK EKSPIRASI PADA LAKI-LAKI DEWASA MUDA

¹Ni Putu Suci Sukreni, ²Ari Wibawa, ³I Made Krisna Dinata

12Program Study Fisioterapi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar Bali 3Bagian Ilmu Faal Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, Denpasar Bali suci sukreni11@yahoo.com

ABSTRAK

Merokok bisa mempengaruhi kesehatan, khususnya kesehatan paru-paru. Penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan jumlah konsumsi batang rokok terhadap nilai arus puncak ekspirasi. Menggunakan rancangan analitik cross-sectional yang dilakukan tahun 2017 dibulan Maret pada mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Udayana usia 20-24 tahun dengan metode pengambilan sampel consecutive sampling didapatkan sebanyak 91 responden. Pengukuran Jumlah Konsumsi Batang Rokok dilakukan menggunakan kuesioner yang mengacu kebiasaan merokok dan Peak Flow Meter untuk menilai Arus Puncak Ekspirasi. Data di analisis dengan dengan uji koefisien korelasi Spearman’s Rho didapatkan hasil p=0,038 (p<0,05) dengan nilai r = -0,218. Kesimpulannya ada hubungan signifikan tetapi kekuatannya lemah dan bersifat negatif atau tidak searah antara Jumlah Konsumsi Batang Rokok terhadap Nilai Arus Puncak Ekspirasi pada laki-laki dewasa muda. Banyaknya batang rokok dikonsumsi perhari berjumlah 10,69 batang. Sedangkan rata-rata nilai arus puncak ekspirasi berjumlah 405,16 L/min.

Kata Kunci : Jumlah Konsumsi Batang Rokok, Arus Puncak Ekspirasi, Laki-laki Dewasa Muda

RELATIONSHIP OF TOTAL CIGARETTE CONSUMPTION

AND PEAK EXPIRATORY FLOW RATE VALUES ON YOUNG ADULT MEN

ABSTRACT

Smoking can affect health, especially lung health. This study aims to find the relationship of total cigarette consumption and peak expiratory flow rate values. Using cross-sectional analytical design conducted in 2017 in March on Uda-yana University Faculty of Engineering students aged 20-24 years with sampling method consecutive sampling obtained 91 respondents. Measurement of the Total Cigarette Smoking Quantity was done using a questionnaire that refers to the smoking habit and Peak Flow Meter to assess the Peak Flow of Expiration. Data was analyzed by Spearman's Rho correlation coefficient test showed that p = 0,038 (p <0,05) with r = -0,218. In conclusion there is a significant relationship but the strength is weak and negative or not unidirectional between total cigarette consumption and peak expiratory flow rate on young adult men. The total of cigarettes consumption per day amounted to 10.69 stems. While the average peak expiratory flow rate value amounted to 405.16 L / min.

Keywords : Total Cigarette Consumption, Peak Expiratory Flow Rate Values, Young Adult Men

PENDAHULUAN

Mahasiswa sebagai kaum intelektual seharusnya memiliki kesadaran yang tinggi akan dampak merokok bagi kesehatan, khususnya kesehatan paru-paru. Fenomena merokok yang banyak dijumpai dilingkungan sekitar mahasiswa justru menjadi fenomena yang biasa1. Kebiasaan merokok di kalangan mahasiswa sebagian besar bertujuan untuk menghilangkan stress2. Stress pada pelajar sering disebabkan akibat beban akademik selama perkuliahan3. Banyaknya mahasiswa merokok terlihat dari hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 bahwa usia pertama kali merokok setiap hari di Indonesia, terbanyak kedua pada usia Perguruan Tinggi pada kelompok umur 20-24 tahun yaitu 27%. Selain itu proporsi perokok aktif masih banyak yaitu pada umur 20-24 tahun yaitu sebesar 27,7% di Indonesia2.

Pada sebatang rokok terkandung 4000 kandungan senyawa kimia berbahaya yang dapat mengganggu kesehatan. Tiga zat kimia yang paling berbahaya dan paling banyak terkandung pada asap rokok, yaitu

karbon monoksida, Nikotin, dan Tar. Untuk mengetahui ada atau tidak gangguan fungsi faal paru dan menentukan kelainan di saluran pernapasan pada seseorang yang memiliki kebiasaan merokok, salah satunya adalah melalui pemeriksaan Arus Puncak Ekspirasi (APE) atau disebut juga Peak Expiratory Flow Rate (PEFR)4.

APE adalah kecepatan maksimum aliran udara yang didapatkan saat melakukan ekspirasi paksa secara cepat dan kuat yang didahului dengan inspirasi secara maksimal. Jika APE tidak sesuai dengan nilai skala normal, berarti ada hambatan aliran udara pada saluran pernapasan yang mengakibatkan aliran udara yang keluar tidak maksimal4. Normalnya APE pada laki-laki bernilai 500-700 L/menit, sedangkan perempuan 380-500 L/menit5. Variasi dari nilai skala APE ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya usia, jenis kelamin, tinggi badan, dan merokok6. Selain itu olahraga, polusi udara, riwayat penyakit juga dapat mempengaruhi APE. Salah satu parameter pengukuran APE adalah menggunakan alat berbentuk tabung kecil, mudah dibawa kemana-

Majalah Ilmiah Fisioterapi Indonesia, Volume 5, Nomor 3 • 49

mana, praktis serta murah, disebut dengan Peak Flow Tabel 4 Median Minimum Maksimum jumlah batang ro-Meter (PFM), dengan satuan liter per menit (L/menit)7.     kok, lama merokok, usia dan arus puncak ekspirasi

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian analitik observasional melalui pendekatan potong lintang, di kampus Universitas Udayana Denpasar Bali pada bulan Maret 2017. Respondennya sebanyak 75 dengan teknik consevutive sampling. Jumlah konsumsi batang rokok adalah banyaknya batang rokok yang dikonsusmsi setiap hari menggunakan kuesioner yang mengacu pada kebiasaan merokok. Arus puncak ekspirasi merupakan kecepatan maksimum udara keluar yang dilakukan saat ekspirasi secara cepat dan kuat yang didahului dengan inspirasi secara maksimum, menggunakan alat peak flow meter.

HASIL

Tabel 1 Karakteristik responden berdasarkan jumlah konsumsi batang rokok

Karakteristik

Med(min-maks)

Jumlah batang rokok

10(5-24)

Lama merokok

12(3-60)

Usia

21(20-23)

Arus Puncak Ekspirasi

420(230-560)

Berdasarkan tabel 4 maka diketahui nilai median jumlah batang rokok adalah 10 batang dengan nilai minimum sebesar 5 batang dan maksimum 24 batang. Nilai median lama merokok adalah 12 bulan dengan nilai minimum sebesar 3 bulan dan maksimum 60 bulan. Nilai median usia adalah 21 tahun dengan usia minimum 20 tahun dan maksimum 23 tahun. Nilai median arus puncak ekspirasi adalah 420 L/menit dengan nilai minimum sebesar 230 L/menit dan maksimum 560 L/menit.

Tabel 5 Hasil Uji Normalitas

Jumlah batang

rokok (batang)

Frekuensi (f)

Persentase (%)

1 - 10

54

59,4

11 - 20

36

39,6

21 - 30

1

1

Jumlah

107

100

Tabel 1 menunjukkan bahwa responden terban-

yak jumlah konsumsi batang rokok pada 1-10 batang yai-

tu sebanyak 54 responden (59,4%).

Tabel 2 Karakteristik responden

berdasarkan lama

merokok

Lama merokok (bulan)

Frekuensi (f)

Persentase (%)

1-12

52

57,2

13-24

16

17,6

25-36

12

13,1

37-48

6

6,6

49-60

5

5,5

Jumlah

91

100

Tabel 2 menunjukkan bahwa responden terban-

yak lama merokok pada 1-12 bulan yaitu sebanyak 52

responden (57,2%).

Tabel 3 Karakteristik responden berdasarkan persentase

APE

APE

Frekuensi (f)

Persentase (%)

< 50 %

17

18,7

50 - 79 %

45

49,5

80 - 100 %

29

31,8

Jumlah

91

100

Berdasarkan

tabel 3 maka

dapat diketahui re-


Kolmogorov-Smirnov

Statistic

df

sig.

Arus Puncak Ekspirasi

0.185

91

0.000

Jumlah Batang Rokok

0.171

91

0.000


Hasil data pada Tabel 5 menunjukkan bahwa pada kolom signifikan didapatkan angka 0,000 untuk arus puncak ekspirasi sedangkan jumlah batang rokok sebesar 0,000. Dengan nilai signifikansi terkecil sebesar 0,05. Itu berarti variabel jumlah konsumsi batang rokok dan nilai arus puncak ekspirasi berdistribusi secara tidak normal.

Hubungan Jumlah Konsumsi Batang Rokok terhadap Nilai Arus Puncak Ekspirasi

Hasil analisis menggunakan Correlation’s Rho (koefisien korelasi) antara Jumlah Konsumsi Batang Rokok dengan Nilai Arus Puncak Ekspirasi pada mahasiswa didapatkan hasil -0,218 dan angka signifikansi hasilnya 0,038. Dapat diartikan bahwa hubungan antara variabel Jumlah Konsumsi Batang Rokok dengan variabel Nilai Arus Puncak Ekspirasi pada laki-laki dewasa muda terdapat hubungan yang signifikan dengan kekuatan lemah dan bersifat negatif atau tidak searah, artinya semakin tinggi jumlah batang rokok yang dikonsumsi, maka nilai arus puncak ekspirasi akan semakin rendah.

DISKUSI

Pada penelitian ini mendapatkan hasil yaitu responden terbanyak pada usia 20 tahun yaitu sebanyak 39 responden (42,9%). Rerata usia sampel dalam penelitian ini adalah 20,82 tahun. Hasil penelitian Puteri (2013) yang menyatakan dari 103 mahasiswa, didapatkan data pada mahasiswa yang memiliki kebiasaan merokok rata-rata berusia 20,8 tahun12. Disebabkan karena usia pertama kali merokok setiap hari di Indonesia yaitu pada usia SMA dan selanjutnya tertinggi kedua adalah perguruan tinggi. Hal ini kemudian menyebabkan kecendrungan menjadi perokok aktif2. Mahasiswa merokok sebagian besar ber-

sponden terbanyak yaitu pada persentase APE 50–79% tujuan untuk menghilangkan stress3. Hasil uji Spearman’s berjumlah 45 responden (49,5%).

Rho antara usia terhadap nilai arus puncak ekspirasi diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,000 dengan angka signifikansi sebesar 0,995. Sehingga dapat dinyatakan korelasinya sangat lemah dan tidak signifikan, artinya pada kelompok usia dewasa muda tidak ada hubungan antara usia terhadap nilai arus puncak ekspirasi. Hal ini dikarenakan jarak usia antara responden satu dengan yang lain tidak terlalu jauh, jadi tidak ada perbedaan fungsi paru responden. Hal ini menunjukan, usia akan mempengaruhi hasil penelitian jika rentang usia responden beda jauh. Semakin bertambah usia maka, akan terjadi penurunan pada fungsi orga-organ tubuh seseorang yang menyebabkan rentan terkena penyakit khususnya gangguan fungsi paru, dapat menurunkan nilai APE8.

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa responden jumlah konsumsi batang rokok didapatkan hasil terbanyak, yaitu pada kelompok 1-10 batang berjumlah 54 responden (59,4%). Rerata jumlah konsumsi batang rokok pada penelitian ini adalah 10,69 batang setiap harinya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh puteri (2013) banyaknya rokok yang dikonsumsi setiap hari berjumlah 10,6 batang yaitu tergolong perokok sedang12. Hasil penelitian berjumlah 54 responden terbanyak (59,4%) termasuk perokok ringan yaitu mengkonsumsi kurang atau sama dengan 10 batang rokok per hari. Hal ini dikarenakan mahasiswa sebenarya tahu tentang bahaya merokok. Mahasiswa merokok disebabkan memberikan ketenangan dan menghilangkan stress. Lama kelamaan mahasiswa akan kecendrungan menjadi perokok aktif yang dapat menyebabkan kecanduan disebabkan oleh zat nikotin yang terdapat pada sebatang rokok9.

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa responden lama merokok didapatkan hasil terbanyak, yaitu pada kelompok 1-12 bulan sebanyak 52 responden (57,2%). Hasil uji Spearman’s Rho antara lama merokok terhadap nilai arus puncak ekspirasi diperoleh koefisien korelasi sebesar -0,808 dengan angka signifikansi sebesar 0,000. Sehingga dapat dinyatakan korelasinya tinggi, bersifat negatif atau tidak searah dan signifikan, artinya terdapat hubungan yang signifikan dengan kekuatan tinggi dan bersifat negatif atau tidak searah antara lama merokok terhadap nilai arus puncak ekspirasi pada laki-laki dewasa muda. Tanda negatif menunjukkan arah yang berlawanan atau tidak searah, yaitu semakin lama merokok maka nilai arus puncak ekspirasi akan semakin rendah. Efek dari rokok baru akan terasa jika kebiasaan merokok tersebut dilakukan lebih dari 2 tahun, akan terjadi perubahan di saluran pernapasan sehingga menyebabkan terjadinya penurunan nilai APE10. Karena lama merokok tidak dikontrol, maka akan mempengaruhi hasil penelitian yang dapat menyebabkan bias.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden terbanyak yaitu pada kelompok 410-500 liter per menit sebanyak 28 responden (30,8%). Rerata nilai arus puncak ekspirasi dalam penelitian ini adalah 405,16 liter per menit. Menurut penelitian ukoli et al rerata nilai APE perokok adalah 225,01 liter per menit, dengan lama merokok rata-rata 3,8 tahun, paling lama berdurasi 7 tahun, dan 2 tahun durasi merokok paling sebentar11. Nilai APE pada penelitian ini berbeda dari hasil penelitian ukoli et al., disebabkan karena efek dari rokok akan terasa setelah lebih dari 2 tahun mengkonsumsi rokok, dapat dilihat dari nilai APE tidak terlalu rendah dari nilai normal APE

seorang pria ataupun wanita. Pada saat itu akan mulai terjadi perubahan histopatologi di saluran pernapasan. Semakin lama kebiasaan merokok dilakukan maka akan semakin memperburuk fungsi paru yang sudah ada, yang menyebabkan terganggunya saluran pernapasan, maka nilai APE akan menurun10. Dimana rata-rata lama merokok pada penelitian ini adalah 21,20 bulan atau kurang lebih 1 tahun 9 bulan berarti kurang dari 2 tahun. Maka dari itu menyebabkan nilai arus puncak ekspirasinya tidak terlalu rendah karena belum terjadi penurunan fungsi paru yang berat pada responden penelitian atau bahkan baru dimulai terjadi penyempitan disaluran pernapasan tetapi belum parah, yang dapat menyebabkan perubahan pada fisiologi paru yang membuat penurunan yang signifikan pada nilai APE. Hasil penelitian dengan responden terbanyak dengan nilai APE 50–80% sebanyak 45 responden, hasil tersebut menandakan bahwa responden berada pada zona kuning yang berarti saluran pernapasan baru terjadi penyempitan.

Pada seseorang yang memiliki kebiasaan merokok maka akan terjadi penurunan pada saluran napas, terjadi peningkatan kelainan sel epitel, sel goblet akan bertambah banyak dan membesar, pembengkakan pada submukosa, kerusakan alveolus, masuknya sel-sel peradangan, vaskular tumbuh tidak normal, serta terjadi pembentukan jaringan yang berlebihan akibat peradangan pada saluran napas perokok. Yang dapat mengakibatkan kelainan pada fisiologi paru menyebabkan obstruksi atau penyempitan pada saluran pernapasan, menyebabkan aliran udara yang masuk ataupun keluar akan terjadi pengurangan, hal tersebutlah yang menyebakan terjadinya penurunan pada nilai APE akan terjadi13.

SIMPULAN

Terdapat hubungan yang signifikan dengan kekuatan lemah dan bersifat negatif atau tidak searah antara jumlah konsumsi batang rokok terhadap nilai arus puncak ekspirasi pada laki-laki dewasa muda usia 20-24 tahun di Fakultas Teknik Universitas Udayana.

SARAN

Disarankan untuk penelitian selanjutnya menggunakan responden dengan lama merokok minimal 2 tahun. Hal tersebut dilakukan agar lama merokok tidak tidak dapat mempengaruhi hasil penelitian antara jumlah batang rokok yang dikonsumsi terhadap nilai arus puncak ekspirasi.

Disarankan kepada mahasiwa yang merokok untuk menghentikan kebiasaan merokoknya sedini mungkin. Karena semakin lama kebiasaan merokok tersebut dilakukan maka akan memperburuk fungsi paru yang sudah ada.

DAFTAR PUSTAKA

  • 1.    Supriyadi, A. 2014. Kawasan Tanpa Rokok Sebagai Perlindungan Paparan Asap Rokok Orang Lain Untuk Mencegah Penyakit Terkait Rokok. Skripsi, Fakultas Kesehatan.        Diakses        dari:        http://

eprints.dinus.ac.id/8015/. Diakses Tanggal: 16 November 2016.

  • 2.    Maspupah dan Risdayati. 2013. Kebiasaan Merokok Di Kalangan Mahasiswa (Studi Pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Polotik) Unuversitas

Riau

  • 3.    Wardana, M.S., Dinata I.M.K. 2016. Tingkat Stress Siswa Menjelang Ujian Akhir di SMAN4 Denpasar. E-Jurnal Medika Udayana:5(9).

  • 4.    Alimmattabrina, R. dkk., 2015. Hubungan Antara Peak Expiratory Flow Rate Dengan Kebiasaan Merokok.

  • 5.    Adeniyi, B.O. & Erhabor, G.E. 2011. The Peak Flow Meter And Its Use In Clinical Practice. African Journal of Respiratory Medicine.

  • 6.    Agus, S., 2014. Kawasan Tanpa Rokok Sebagai Perlindungan Paparan Asap Rokok Orang Lain Untuk Mencegah Penyakit Terkait Rokok. Skripsi, Fakultas Kesehatan.        Available        at:        http://

eprints.dinus.ac.id/8015/.

  • 7.    Lasmana, P.D. 2010. Perbedaan Nilai Arus Puncak Ekspirasi Antara Polisi Satlantas Dengan Polisi Bagian Administrasi. Skripsi. Fakultas kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

  • 8.  Yunus, 2006. Faal Paru  dan  Olahraga. Jurnal

Respirologi Indonesia, hlm. 100- 105.

  • 9.  Tirtosastro, S dan Murdiyati, A.S. 2010. Kandungan

Kimia Tembakau dan Rokok. Buletin Tanaman Tembakau, Serat dan Minyak Industri 2(1). ISSN : 2085-6717

  • 10.    Abdulrahman W.F. 2011. Efect of smoking on peak expiratory flow rate in Tikrit University. Tikrit Medical Journal ;17(1):11-18.

  • 11.    Ukoli, CO., Joseph, DE., durosinmi, MA. 2002. Peak Expiratory Flow Rate in Cigarette Smokers. Higland Medical Research Journal Vol. 1(2): 36-37

  • 12.    Puteri, Kurnia Kumala. 2013. Korelasi Antara Kebiasaan Merokok Dan Nilai Arus Puncak Ekspirasi (APE) Pada Mahasiswa Yang Tinggal Di Rumah Susun Mahasiswa Universitas Tanjungpura. Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura Naskah Publikasi.

  • 13.    Santosa, S., Purwito, J., Widjaja, JT. 2004. Perbandingan Nilai Arus Puncak Ekspirasi Antara Perokok dan Bukan Perokok. Fakultas Kedokteran, UK. Maranatha