LATIHAN SKIPPING DENGAN TEKNIK HIGH STEP MENINGKATKAN TINGGI LONCATAN PEMAIN BOLA BASKET PUTRA

DI SMPN 1 DENPASAR

1I.G.A Sri Wahyuni Novianti 2I Made Niko Winaya 3Ni Wayan Tianing 1.Program Studi Fisioterapi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar Bali 2.Program Studi Fisioterapi Fakultas Kedokteran Universita Udayana, Denpasar Bali 3.Bagian Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar Bali

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui latihan skipping dengan teknik high step meningkatkan tinggi loncatan pemain bola basket putra di SMPN 1 Denpasar. Metode dalam penelitian ini adalah pre-eksperimental dengan one group design pre test – post test yang dilakukan pada bulan Mei sampai Juni tahun 2014 dan populasinya adalah siswa SMPN 1 Denpasar yang mengikuti ekstrakurikuler bola basket dengan umur 12–15 tahun (rerata 13,2±0,616). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling dengan sampel sebanyak 20 orang. Sampel mengikuti 4 minggu latihan skipping dengan teknik high step dengan intensitas 3 kali dalam seminggu. Pengukuran tinggi loncatan menggunakan Vertical Jump Test yang diukur sebelum dan setelah latihan. Hasil penelitian dengan menggunakan paired sample t-test menunjukkan bahwa rerata peningkatan tinggi loncatan sebelum dan sesudah latihan didapatkan hasil p=0,000 (p<0,05) dengan selisih rerata 7,25±1,06. Maka dapat disimpulkan bahwa latihan skipping dengan teknik high step secara signifikan dapat meningkatkan tinggi loncatan pemain basket sebesar 1,97 %.

Kata kunci : skipping dengan teknik high step, tinggi loncatan, basket

SKIPPING EXERCISE WITH HIGH STEP TECHNIQUE TO INCREASE MEN BASKETBALL PLAYER VERTICAL JUMP IN JUNIOR HIGH SCHOOL 1 DENPASAR

ABSTRACT

This study aims to determine the skipping exercise with high step technique to increase men basketball player vertical jump in junior high school 1 Denpasar. This research method is pre–experimental which used one group pre-test and post-test group design conducted in May to June 2014 where the population of this study was students in junior high school 1 Denpasar who follow the basketball extracurricular , they were at the age of 12–15 (mean 13.2±0.616) years old. Sampling technique in this study is purposive sampling with a sample of 20 people. The sample joined to do skipping exercise with high step technique for 4 weeks which was 3 times a week. The results the of study by using the paired sample t-test showed that the mean increase in vertical jump before and after exercise showed p=0.000 (p <0.05) mean difference 7.25±1.06. The conclusion is skipping exercise with high step technique significantly increase the vertical jump among basketball player by 1.97%.

Key word : skipping with high step technique,vertical jump, basketball

PENDAHULUAN

Olahraga bola basket kini semakin digemari di kalangan remaja, hal ini terlihat dari banyaknya pertandingan–pertandingan yang di selenggarakan salah satunya adalah penyelenggaraan Development Basketball League (DBL) dalam kompetisi tingkat pelajar di Indonesia, serta penyelenggaraan pertandingan di tiap–tiap daerah.1 Hal ini memberi gambaran bahwa olahraga bola basket sudah menjadi popular dan digemari di masyarakat khususnya kalangan pelajar. Selain itu, adanya ekstrakurikuler bola basket yang terdapat di sekolah–sekolah khususnya pada tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) juga mempunyai peran yang besar dalam mendukung prestasi olahraga dan pemain itu sendiri. Dalam ekstrakurikuler tersebut, nantinya akan ditemukan bibit–bibit pemain yang kemudian akan dikembangkan skill-nya.

Dalam mempersiapkan pemain tersebut di perlukan latihan agar nantinya pemain dapat menguasai teknik–teknik dalam permainan basket itu. Adapun teknik dasar dari permainan bola basket yang harus di kuasai oleh pemain adalah passing and catching, menggiring bola (dribble), menembak (shooting), pivot, jump-stop dan rebound.2 Selain teknik dasar tersebut,

teknik defense dan offense juga sangat penting dikuasai oleh pemain. Gerakan fisik yang sering dilakukan untuk menguasai teknik dasar dari bola basket 3 tersebut adalah gerakan meloncat.3 Gerakan ini harus dikuasai oleh setiap pemain bola basket, karena gerakan ini sangat penting untuk menunjang permainan kita saat pertandingan berlangsung. Misalnya, saat pemain akan melakukan jump shoot, gerakan meloncat sangat diperlukan dalam melakukan shooting tersebut. Dengan kekuatan dan tinggi loncatan pemain akan bisa menghasilkan shoot yang akurat.4 Selain itu gerakan meloncat juga sangat penting pada saat pemain akan melakukan defense dan lay up. Pada saat defense akan memudahkan pemain dalam mematahkan tembakan atau shooting dari lawan, begitu juga dengan lay up karena akan memperpendek jarak bola dengan keranjang basket, sehingga hasil tembakan lay up akan lebih maksimal. Kemampuan dari gerakan meloncat yang dimiliki oleh pemain bola basket tidak bisa dipisahkan dari kemampuan fisik mereka karena kemampuan meloncat berkaitan dengan kekuatan otot, power, propiosepsi, stabilitas atau daya tahan otot, dan kelenturan.5

Latihan yang dapat dilakukan untuk dapat meningkatkan kemampuan

loncatan pada pemain bola basket salah satunya adalah bentuk latihan yang berfungsi     untuk     meningkatkan

kemampuan fisik seperti kekuatan otot ataupun power. Power merupakan gabungan dari kekuatan otot dan kecepatan.6 Bentuk latihan yang dapat digunakan dalam meningkatkan power maupun kekuatan otot salah satunya adalah latihan skipping dengan teknik 7 high step.

Latihan skipping adalah latihan yang dilakukan dengan gerakan melompat yang menggunakan sebuah tali dengan kedua ujung tali dipegang dengan kedua tangan kemudian diayunkan melewati kepala sampai kaki sambil melompati tali tersebut, dimana tumpuan yang digunakan dapat berupa tumpuan satu atau dua kaki dan mendarat dengan dua kaki yang 8 dilakukan secara berulang-ulang.8

Skipping dengan teknik high step dilakukan dengan kedua tangan memegang tali kemudian diayunkan melewati kepala sampai kaki sambil melompati tali tersebut menggunakan satu kaki sambil mengangkat lutut setinggi pinggul, sehingga kaki membentuk sudut 90 derajat lanjutkan dengan bergantian kaki (seperti gerakan jogging ditempat).7

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini menggunakan penelitian pre-eksperimental dengan rancangan penelitian yang digunakan one group design pre test–post test, penelitian dilakukan pada satu group design saja. Penelitian ini dilakukan di SMPN 1 Denpasar pada bulan Mei sampai Juni. Populasi target dari penelitian ini adalah seluruh siswa SMP yang mengikuti ekstrakurikuler bola basket di Denpasar dan populasi terjangkau dari penelitian ini adalah siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Denpasar yang mengikuti ekstrakurikuler bola basket dengan jumlah sampel sebanyak 20 orang dimana teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling, yakni dengan cara peneliti memilih dan memilah individu sampel dari populasi yang memiliki kesamaan minat dan bakat yang sama terhadap olahraga. Diantaranya ada yang bergabung dalam unit ekstrakurikuler keolahragaan di SMPN 1 Denpasar seperti bola basket. Sampel yang telah terpilih dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi kemudian menandatangani informed consent yang selanjutnya dilakukan identifikasi data sampel seperti umur dan melakukan pengukuran berat badan, tinggi badan serta power otot. Pengukuran power

otot dengan menggunakan persamaan sayers sebagai berikut : peak power (W) = 60,7 x VJ (cm) + 45,3 x mass (kg) – 2055.9 Setelah melakukan identifikasi tersebut kemudian sampel diukur tinggi loncatannya sebelum dan sesudah diberikan latihan skipping dengan teknik high step.

Program latihan skipping dengan teknik high step ini dilakukan selama empat minggu dengan frekuensi tiga kali dalam seminggu dimana setiap latihannya dilakukan tiga set. Sebelum melakukan latihan skipping dengan teknik high step, sampel atau subjek terlebih dahulu melakukan pemanasan seperti stretching selama kurang lebih 3 menit untuk mencegah terjadinya cedera saat melakukan skipping. Kemudian, setelah melakukan skipping dilakukan colling down (pelemasan kembali otot) dan dilakukan pengukuran tinggi loncatan (post test). Pengukuran tinggi loncatan diukur dengan menggunakan vertical jump test.

Vertical jump test adalah sebuah tes yang digunakan untuk mengukur tinggi loncatan seseorang dengan cara menempelkan meter line pada dinding atau papan. Saat melakukan pengukuran, sampel berada dalam posisi tegak tanpa menggunakan alas kaki kedua kaki menempel pada lantai kemudin salah satu tangan lurus ke atas

menempel pada meter line sedangkan tangan yang satunya lagi menempel di samping tubuh dan peneliti mencatat jangkauan awal dari sampel. Setelah itu, sampel melakukan loncatan dan peneliti mencatat hasil jangkauan akhir dari sampel. Nilai tinggi loncatan sampel adalah selisih dari jangkauan akhir dengan jangkauan awal yang dilakukan sampel.5

HASIL

Karakteristik responden berdasarkan umur, berat badan, tinggi badan, dan power otot dari 20 sampel siswa laki–laki yang mengikuti ektrakurikuler basket di SMPN 1 Denpasar adalah sebagai berikut responden terbanyak dengan usia 13 tahun yaitu sebanyak 12 responden (60%) dengan rerata 13,2 ± 0,616. Responden dengan kelompok berat badan 41–50 kg, 51–60 kg dan 61–70 kg memiliki jumlah responden yang sama banyak yaitu masing–masing berjumlah 4 responden dengan berat badan terbesar adalah 85 kg dan berat badan terkecil 34 kg dan rerata berat badan pada penelitian ini adalah 58,55 ± 16,372. Untuk tinggi badan responden dengan tinggi 151–160 cm lebih banyak yaitu berjumlah 11 responden (55%) dibandingkan dengan responden dengan tinggi badan 141–150 cm dan 161–170

cm masing–masing berjumlah 3 responden (15%) dan 6 responden (30%) . Power otot terbanyak yaitu

2600–3300 watt dengan jumlah responden sebanyak 8 responden (40%) dan rerata power otot adalah 2825,1 ± 789,676.

Tabel 1. Karakteristik responden berdasarkan umur, berat badan, tinggi badan dan power otot di SMPN 1

Denpasar 2014

Persen (%) n = 20 orang

Mean ± SD

12

10

Umur

13

60

13,2±0,616

(thn)

14

30

31–40

15

41–50

20

Berat

51–60

20

badan

58,55±16,372

61–70

20

(kg)

71–80

15

≥ 81

10

Tinggi

141–150

15

badan

151–160

55

158,3±7,378

(cm)

16 –170

30

1600–2000

20

Power

2100–2500

20

otot

2600–3300

40

2825,1±789,676

(watt)

3400–4000

10

≥ 4100

10

Pada tabel 2 nilai peningkatan tinggi loncatan sebelum dan sesudah latihan pada sampel yang diberikan latihan skipping dengan teknik high step diperoleh data tinggi loncatan pada sampel yang diteliti yaitu rerata sebelum latihan adalah 36,7 cm dengan nilai (SD = 3,404) sedangkan nilai

rerata sesudah latihan menjadi 43,95 cm dengan nilai (SD = 3,425) dari hasil tersebut diketahui bahwa tinggi loncatan sampel meningkat dengan selisih rerata 7,25 cm dengan nilai (SD = 1,069).

Tinggi loncatan tertinggi sebelum diberikan latihan skipping dengan teknik high step adalah 43 cm dan untuk tinggi loncatan terkecil adalah 32 cm. Sedangkan, tinggi loncatan tertinggi setelah diberikan latihan skipping dengan teknik high step adalah 51 cm dan terkecil adalah 39 cm. Selisih peningkatan tinggi loncatan dalam penelitian ini adalah 6 sampai dengan 9 cm. Sampel yang mempunyai tinggi loncatan tertinggi setelah diberikan latihan skipping high step adalah sampel yang berusia 14 tahun dengan berat badan ≥81 kg, tinggi badan antara 161–170 cm serta power otot ≥4100 watt.

Tabel 2. Hasil Vertical Jump Test di SMPN 1 Denpasar 2014

Karakteristik Sampel

Tinggi Loncatan

Selisih (cm)

Pre Test (cm)

Post Test (cm)

Umur

12

35–40

42–46

6–7

13

32–42

39–48

6–9

(tahun)

14

32–42

39–51

6–9

31–40

35–36

41–43

6–7

Berat badan (kg)

41–50

33–42

40–48

6–7

51–60

32–43

39–49

6–9

61–70

33–40

39–47

6–9

71–80

32–37

40–44

7–8

≥ 81

40–42

48–51

8–9

Tinggi

141–150

33–36

39–43

6–7

badan

151–160

33–43

40–49

6–9

(cm)

161–170

32–42

39–51

7–9

1600–2000

33–36

40–43

6–7

Power (watt)

2100–2500

32–42

39–48

6–7

2600–3300

32–43

39–49

6–9

3400–4000

34–37

42–44

7–8

≥ 4100

40–42

48–51

8–9

36,7±

43,95±

7,25±

Mean ± SD

3,404

3,425

1,069

Tabel 3. Hasil Uji Normalitas Tinggi Loncatan di SMPN 1 Denpasar 2014

Nilai vertical jump test

p. Uji Normalitas Saphiro Wilk Test

Sebelum Latihan

0,271

Setelah

Latihan

0,623

Dari tabel 3 di atas menunjukkan bahwa hasil uji normalitas distribusi data dengan menggunakan Saphiro Wilk Test didapatkan nilai probabilitas pada awal penelitian yaitu sebelum diberikan latihan, nilai p=0,271 dimana (p>0,05) yang berarti bahwa data berdistribusi normal. Sedangkan, untuk data pada akhir penelitian yaitu setelah diberikan latihan selama satu bulan, nilai p=0,623 dimana (p>0,05) yang berarti bahwa data berdistribusi normal. Maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut berdistribusi normal.

Tabel 4. Hasil Uji T–Berpasangan

(Paired sample t-test) Tinggi Loncatan

Sebelum Intervensi (cm)

Setelah Intervensi (cm)

Beda Rerata (cm)

p

Sampel    36,70

43,95

-7,25

0,000

Berdasarkan tabel 4 didapatkan nilai p=0,000 dimana (p<0,05) yang berarti ada perbedaan yang signifikan dari peningkatan tinggi loncatan sebelum dan sesudah latihan skipping dengan teknik high step yang dilakukan sebanyak 12 kali selama 4 minggu.

DISKUSI

Penelitian yang dilaksanakan selama satu bulan di SMPN 1 Denpasar ini memiliki karakteristik sampel yang seluruhnya berjenis kelamin laki–laki dengan 60 persen sampel memiliki usia 13 tahun sedangkan sampel dengan usia 12 tahun sebesar 10 persen dan 14 tahun sebesar 30 persen, untuk berat badan memiliki rerata 58,55 kg, dan tinggi badan 158,3 cm serta power sebesar 2825,10 watt.

Sedangkan, hasil penelitian untuk nilai vertical jump menunjukkan sesudah latihan pada sampel yang berusia 14 tahun dan tinggi badan antara 161–170 memiliki nilai vertical jump sebesar 39–51 cm dan untuk sampel dengan berat badan ≥81 kg dan power ≥4100 memiliki nilai vertical jump sebesar 48–51 cm. Rerata nilai vertical jump sebelum latihan adalah 36,7 cm dan setelah latihan adalah 43,95 cm dengan rerata selisih sebesar 7,25 cm. Distribusi sampel penelitian sebelum dan sesudah latihan, dilakukan uji

normalitas dengan Saphiro Wilk Test. Variabel yang diuji adalah peningkatan tinggi loncatan sebelum dan sesudah diberikannya latihan pada masing – masing sampel. Hasil uji normalitas untuk variabel tersebut menunjukkan p>0,05 (tabel 3).

Dengan menggunakan uji paired sample t-test didapatkan p=0,000 (p<0,05) yang berarti ada perbedaan yang bermakna dari tinggi loncatan sebelum dan setelah latihan skipping dengan teknik high step diberikan. Hal tersebut menunjukkan bahwa latihan skipping dengan teknik high step selama satu bulan yang dilakukan 3 kali dalam seminggu memberikan peningkatan yang bermakna terhadap tinggi loncatan pada pemain bola basket putra di SMPN 1 Denpasar.

Loncatan dapat diartikan sebagai gerakan menekuk siku pada tangan kiri saat tangan kanan di gerakkan ke atas setinggi – tingginya, dimana gerakan tersebut terjadi dalam sebuah bidang gerak di sekitar sebuah sumbu yang menembus suatu persendian.10 Sedangkan, tinggi loncatan merupakan selisih dari jangkauan lompatan dan jangkauan berdiri yang dilakukan oleh seseorang.11 Adapun faktor biomototrik dari tinggi loncatan yaitu propiosepsi, kekuatan otot, daya tahan, power dan kelenturan. Kekuatan mengarah kepada

tenaga yang dikeluarkan dari kontraksi otot dan berhubungan dengan jumlah tension yang dihasilkan oleh kontraksi otot sehingga meningkatknya kekuatan otot berupa level tension, hipertropi, dan rekruitmen serabut otot.5

Tinggi loncatan ini sangat penting dimiliki oleh pemain bola basket karena teknik dalam bermain bola basket sebagian besar memerlukan loncatan yang tinggi, misalnya teknik defense pemain memerlukan loncatan yang tinggi untuk memblok tembakan atau shooting yang dilakukan oleh pemain lawan sehingga pemain lawan tidak dapat memperoleh skor atau nilai.4 Tinggi loncatan seseorang dapat ditingkatkan dengan melakukan latihan yang bertujuan untuk meningkatkan faktor biomotorik dari loncatan itu sendiri salah satunya adalah latihan skipping dengan teknik high step.

Skipping dengan teknik high step adalah latihan dengan menggunakan tali yang dipegang dengan kedua tangan diayunkan melewati kepala sampai kaki sambil melompati tali tersebut dengan menggunakan satu kaki sambil mengangkat lutut dengan tinggi, lanjutkan dengan bergantian kaki (seperti gerakan jogging ditempat). Latihan skipping dengan teknik high step ini bermanfaat untuk melatih kekuatan otot quadriceps,

mengembangkan keseimbangan serta power seseorang.7 Power otot merupakan kombinasi dari kekuatan otot dan kecepatan.6 Hal ini berkaitan dengan gerakan meloncat, dimana gerakan ini lebih banyak mengunakan tumpuan pada sendi lutut sehingga otot quadriceps adalah otot yang berperan besar terhadap loncatan seseorang sehingga memerlukan kekuatan yang lebih.11 Berdasarkan teori dari Astuti menyebutkan bahwa apabila faktor yang mempengaruhi tinggi loncatan meningkat maka tinggi loncatan seseorang akan meningkat juga6 dan ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Widiantara pada tahun 2014 mengenai latihan isometrik otot ekstensor knee dan plantar fleksor ankle terhadap vertical jump dimana otot yang terlibat dalam latihan yang diberikan salah satunya adalah otot quadriceps. Pengertian dari latihan isometrik itu sendiri adalah bentuk latihan statis yang tidak menyebabkan terjadinya perubahan panjang otot dan tidak ada gerakan yang terjadi pada sendi, dimana latihan ini mampu untuk meningkatkan kekuatan otot. Penelitian ini dilakukan pada sampel yang berusia 16 – 17 tahun dan didapatkan hasil yang signifikan dimana latihan tersebut dapat meningkatkan tinggi loncatan.12

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Winarti dan Pranatahadi pada tahun 2013 yang meneliti tentang pengaruh latihan daya ledak (plyometric) terhadap kemampun vertical jump pada pemain bola voli menyebutkan bahwa dalam melakukan latihan ini juga melibatkan otot quadriceps dan hasil dari penelitian tersebut menunjukkan peningkatan nilai vertical jump yang signifikan dengan presentase peningkatan sebesar 4,29 persen. Hal tersebut menunjukkan bahwa dengan melakukan latihan yang berperan untuk meningkatkan power maupun kekuatan otot maka tinggi loncatan (vertical jump) seseorang akan 13 bertambah tinggi.13

SIMPULAN DAN SARAN

Pada penelitian ini dapat dilihat bahwa latihan skipping dengan teknik high step yang dilakukan sebanyak 12 kali selama 4 minggu dengan setiap latihan terdiri dari 3 set dapat meningkatkan tinggi loncatan pemain bola basket putra di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Denpasar yaitu sebesar 1,97 persen.

Dari kesimpulan yang telah dikemukakan maka disarankan bahwa latihan skipping dengan teknik high step merupakan salah satu latihan untuk meningkatkan tinggi loncatan yang

paling efektif dan efisien yang dapat diterapkan sebagai salah satu latihan pilihan yang  dapat digunakan oleh

siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan  untuk pengembangan

penelitian      selanjutnya,      dapat

menambahkan kelompok pembanding

serta diharapkan kepada rekan-rekan fisioterapis    maupun mahasiswa

fisioterapi dapat mengembangkan penelitian lebih lanjut terhadap metode ini dengan pertimbangan– pertimbangan seperti tingkat konsentrasi, motivasi dan aktivitas fisik yang berbeda dari masing – masing sampel.

DAFTAR PUSTAKA

  • 1.    Wira A. Sejarah Perkembangan Bola Basket di Indonesia. Dunia Olahraga. 2013 Agustus 25.

  • 2.    Susilo S. Hubungan Kekuatan Otot Lengan, Tinggi Badan, dan Power Tungkai Terhadap Kemampuan Lay Up Shoot Pada Siswa SMP N 1 Godean Sleman yang Mengikuti Ekstrakurikuler         Bolabasket.

Yogyakarta:   Universitas Negeri

Yogyakarta; 2012.

  • 3.    Kardiawan IKH. Studi Komparatif Efektivitas Skipping Rope dan Pelatihan Beban dengan Teknik Leg Press Terhadap Peningkatan Daya Ledak (Power) Otot Tungkai Mahasiswa Pembinaan Prestasi Bola Basket Fakultas Olah Raga dan Kesehatan Undiksha. Jurnal Ikatan

Keluarga Alumni. 2013; Vol.11(1): p. 84.

  • 4.    Hidayat T. Bola Basket Web Site. [Online].; 2013 [cited 2014 April 4. Available from:    http://www.

beritabasket.com/teknik-permainan-bola-basket/ .

  • 5.    Astuti W.  Perbedaan Pengaruh

Pemberian   Latihan   Penguatan

Fungsional dan Latihan Penguatan Konvensional Pada Otot Quadriceps Terhadap Peningkatan Kemampuan Vertical Jump. [Skripsi]. Jakarta: Fisioterapi Universitas Esa Unggul; 2009.

  • 6.    Hariminggu    MF.    Pengaruh

Pelatihan Skipping Terhadap Peningkatan Power Otot Tungkai dan Open Smash Pada Permainan Volley Ball Atlet Putera SMA Negeri 1 Tibawa. [Skripsi]. Gorontalo:   Universitas Negeri

Gorontalo; 2014.

  • 7.    Lee B. Jump Rope Training United Sates: Human Kinetics; 2010.

  • 8. Surya  B.  ARENA  Pendidikan

Jasmani dan Kesehatan Jakarta: PT

Sinergi Pustaka Indonesia; 2010.

  • 9. Sayers  SP,  Harackiewicz DV,

Harman EA, Frykman PN. Cross

validation of Three Jump Power Equations. Med Sci Sports Exerc. 1999; 31: p. 572.

  • 10.    Kurniawan H. Hubungan Antara Vertical Jump, Kekuatan Otot Perut, Kelentukan Pergelangan Tangan Dan Kecepatan  Sprint  Dengan

Ketepatan Jump  Service. Jurnal

Prestasi Olahraga. 2013; Vol.1(1): p. 7.

  • 11.    Grimshaw P. Sport And Exercise Biomechanics New York: Taylor and Francis; 2007.

  • 12.    Widiantara IMA. Peningkatan Vertical Jump Pada Latihan Isometrik Otot Ekstensor dan Plantar Fleksor Ankle Sama Dengan Latihan Konvensional Mahasiswa Fisioterapi S1 Reguler di Universitas Udayana. Majalah Ilmiah Fisioterapi Indonesia (MIFI). 2014 Mei; Vol.2(1): p. 7.

  • 13.    Winarti RW, Pranatahadi S. Pengaruh   Latihan Plyometric

Terhadap Kekuatan Otot Tungkai, Kecepatan dan   Kemampuan

Vertical

Bolavoli

Jump  Pada  Pemain

di Ge-Lighting Sleman

DIY. Pend. Kepelatihan Olahraga -S1. 2013; Vol.1(1).