UJI IN VITRO EKSTRAK ETANOL BUAH NANAS (Ananas comosus (L.) Merr) TERHADAP DAYA MORTALITAS CACING GELANG BABI (Ascaris suum Goeze)
on
Uji In Vitro Ekstrak Etanol Buah Nanas (Ananas Comosus (L.) Merr) Terhadap Daya Mortalitas Cacing
Gelang Babi (Ascaris Suum Goeze)(Putra, B.P.A., Astuti, K.W., Dwinata, I.M.)
UJI IN VITRO EKSTRAK ETANOL BUAH NANAS (Ananas comosus (L.) Merr) TERHADAP DAYA MORTALITAS CACING GELANG BABI (Ascaris suum Goeze)
Putra, B.P.A.1, Astuti, K.W.1, Dwinata, I.M.2
1Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana 2Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana
Korespondensi: Bagus Putu Adi Putra
Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana Jalam Kampus Unud-Jimbaran, Jimbaran-Bali, Indonesia 80364 Telp/Fax: 703837
Email: [email protected]
ABSTRAK
Industri peternakan babi berperan penting dalam meningkatkan ekonomi masyarakat Bali. Tingginya prevalensi ascariasis pada babi di Bali yang mencapai 39% menyebabkan kerugian ekonomi pada peternak. Penanggulangan ascariasis dengan obat cacing albendazole dapat menyebabkan terjadinya resistensi. Oleh karena itu, pengembangan potensi tanaman obat sebagai antelmintik perlu diteliti lebih lanjut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui daya mortalitas ekstrak etanol buah nanas (EEBN) pada Ascaris suum.
Uji aktivitas dilakukan dengan menggunakan 7 perlakuan yang berbeda dan 2 kali ulangan. Kelompok I merupakan suspensi albendazole 0,06% b/v sebagai kontrol positif, kelompok II merupakan suspensi CMC-Na 0,5% b/v sebagai kontrol negatif, kelompok III-VII merupakan suspensi ekstrak etanol buah nanas dengan konsentrasi secara berturut-turut 0,5% b/v; 1% b/v; 2% b/v; 4% b/v; 8% b/v. Pengamatan dilakukan setiap 2 jam selama 40 jam untuk melihat mortalitas cacing.
Daya mortalitas terhadap cacing Ascaris suum menunjukkan ekstrak etanol buah nanas dengan konsentrasi 2% b/v; 4% b/v; 8% b/v menunjukkan adanya aktivitas antelmintik dan berpotensi untuk dikembangkan sebagai obat antelmintik pada babi.
Kata Kunci:daya mortalitas,antelmintik, buah nanas (Ananas comosus (L) Merr), Ascaris suum.
Guntoro menyebutkan, cacingAscaris sp menyerang hewan ternak babi sebanyak39%. Penelitian lain menyebutkan prevalensi infeksi Ascaris suum di kota Denpasar mencapai 15,78% (Marliani, 2003). Permasalahan infeksi Ascaris suum dapat merugikan bagi para peternak berupa keterlambatan pertumbuhan hewan yang ditunjukkan oleh babi mengkonsumsi banyak pakan tetapi berat badan berkurang. Hal ini tentunya akan menyebabkan kerugian ekonomi bagi peternak babi.
Penanggulangan permasalahan infeksi cacing yang menyerang saluran pencernaan
hewan ternak babi dilakukan dengan cara memberi obat cacing seperti albendazole (Taylor et al., 2007). Pengobatan secara rutin dengan antelmintik yang sama dapat menimbulkan resiko terjadinya resistensi. Kondisi tersebut menyebabkan efikasi dan efektifitas obat sebagai antelmintik semakin menurun.
Pengobatan dengan menggunakan tanaman herbal menjadi salah satu alternatif untuk mencegah terjadinya resistensi. Banyak tanaman herbal yang digunakan masyarakat secara empiris untuk mengobati kecacingan seperti daun sirih, biji pepaya, bawang putih, buah nanas, temu giring, bawang merah, buah pinang, wortel, namun pemanfaatannya belum banyak dibuktikan secara ilmiah (Nursiyah, 2013).
Penelitian yang dilakukan oleh Mighra (2007) menunjukkan perasan buah segar dan infus daun nanas memiliki khasiat sebagai anthelmintik. Hasil analisis menunjukkan perasan buah nanas segar memiliki potensi sebagai antelmitik yang lebih baik dibandingkan dengan infus daun nanas.Ekstrak merupakan sediaan kering, kental, atau cair yang dibuat dengan menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok menggunakan pelarut dan metode yang sesuai (DepKes RI, 1979). Sediaan ekstrak dapat disimpan lebih lama karena lebih stabil dibandingkan sedian infusa.Etanol memiliki daya permeabilitas yang baik terhadap sel, sehingga kandungan aktif dalam tumbuhan dapat terekstraksi dengan mudah.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis ingin mengembangkan uji in vitro ekstrak etanol buah nanas (EEBN) terhadap daya mortalitas cacing gelang babi (Ascaris suum Goeze).
-
2. BAHAN DAN METODE
-
2.1 Bahan Penelitian
-
Bahan yang digunakan adalah buah nanas (Ananas comosus (L.) Merr) matang, dilihat dari
warna buah kuning, aromanya tajam dan tekstur buah lunak yang diperoleh dari kawasan daerah Mayungan, Baturiti. Bahan dasar dibuat ekstrak sebagai sediaan uji. Bahan habis pakai yang digunakan adalah etanol 96% (teknis, Brataco), aquadest (Brataco), CMC-Na, dan Albendazole (Bio-Dewormer Oral Suspension®).
-
2.2 Prosedur Penelitian
-
2.2.1 Pengolahan Simplisia
-
Sampel buah nanas (Ananas comosus (L.) Merr) diperoleh dari wilayah Mayungan, Baturiti. Buah nanas dikumpulkan, dikupas kulitnya, dipotong tipis-tipis, dan dikeringkan dengan cara diangin-anginkan. Sampel yang telah kering dihaluskan dengan mesin penggiling kemudian disimpan pada tempat yang kering.
-
2.2.2 Ekstraksi
Ekstraksi buah nanas dilakukan dengan cara maserasi menggunakan pelarut etanol 96%. Maserat diuapkan dengan rotary evaporatorhingga diperoleh ekstrak kental.
-
2.2.3 Uji Mortalitas
Uji mortalitas ekstrak etanol buah nanas terhadap cacing Ascaris suum dilakukan dengan menggunakan 7 perlakuan yang berbeda dan 2 kali ulangan, setiap ulangan terdiri dari 5 ekor cacing Ascaris suum, sehingga total cacing yang digunakan adalah 105 ekor.
Tabel 1. Komposisi jumlah cacing gelang babi (Ascaris suum) pada uji mortalitas ekstrak etanol buah nanas.
Perlakuan (in vitro) |
Ulangan Cacing Ascaris suum |
Total | ||
I |
II |
III | ||
P1 |
5 |
5 |
5 |
15 |
P2 |
5 |
5 |
5 |
15 |
P3 |
5 |
5 |
5 |
15 |
P4 |
5 |
5 |
5 |
15 |
P5 |
5 |
5 |
5 |
15 |
P6 |
5 |
5 |
5 |
15 |
P7 |
5 |
5 |
5 |
15 |
Total |
35 |
35 |
35 |
105 |
Keterangan: P1:Kontrol Positif (Albendazole); P2:Kontrol Negatif (CMC-Na 0,5%); P3: EEBN 0,5%; P4: EEBN 1%; P5:EEBN 2%; P6:EEBN 4%; P7:EEBN 8%.
-
2.2.4 Analisa Data
Berdasarkan hasil uji aktivitas EEBN diperoleh data persentase mortalitas cacing Ascaris suum. Data persentase mortalitas cacing dianalisis secara statistik menggunakan uji nonparametrik yaitu uji Kruskal-Wallis dan Uji Mann Whitney dengan taraf kepercayaan 95%. Data yang diperoleh dari uji Kruskal-Wallis dan uji Mann Whitney ditafsirkan dengan melihat nilai signifikansinya (p). Nilai p<0,05 menunjukkan terdapat perbedaan bermakna aktivitas antelmintik antar kelompok yang diuji dan dikatakan memiliki aktivitas antelmintik apabila berbeda bermakna dengan kontrol negatif.
-
3. HASIL
-
3.1 Ekstraksi
-
Rendemen ekstrak etanol nuah nanas (Ananas comosus (L.) Merr) yang diperoleh dari maserasi dengan pelarut etanol 96% sebesar 17,17%.
-
3.2 Uji Daya Mortalitas
Hasil uji daya mortalitas menunjukkan (Tabel 2) ekstrak etanol buah nanas (Ananas comosus (L.) Merr) konsentrasi 2% b/v; 4% b/v; dan 8% b/v memiliki aktivitas sebagai antelmintik
-
4. PEMBAHASAN
Uji daya mortalitas EEBN terhadap cacing Ascaris suum dilakukan terhadap tujuh kelompok perlakuan yang berbeda dengan dua kali pengulangan. Setiap kelompok terdiri dari 5 ekor cacing, yang kemudian diinkubasi pada inkubator dengan suhu 37ºC. Pengamatan dilakukan setiap 2 jam selama 40 jam untuk melihat apakah cacing mengalami paralisis, mati atau masih normal. Cacing-cacing tersebut diusik dengan menggunakan batang pengaduk, apabila cacing diam, cacing dipindahkan ke dalam air dengan suhu 50ºC. Jika cacing tetap diam maka cacing tersebut telah mati, tetapi jika cacing masih bergerak maka cacing tersebut hanya mengalami paralisis.
Tabel2. Hasil Uji Mann Whitney Daya Mortalitas EEBN terhadap Cacing Ascaris suum | ||||||
Perlakuan |
P2 |
P3 |
P4 |
P5 |
P6 |
P7 |
P1 |
0,043* |
0,034* |
0,099 |
1 |
0,034* |
0,034* |
P2 |
- |
0,114 |
0,068 |
0,043* |
0,034* |
0,034* |
P3 |
- |
- |
0,114 |
0,034* |
0,025* |
0,025* |
P4 |
- |
- |
- |
0,099 |
0,034* |
0,034* |
P5 |
- |
- |
- |
- |
0,034* |
0,034* |
P6 |
- |
- |
- |
- |
- |
1 |
Keterangan: P1:Kontrol Positif (Albendazole); P2:Kontrol Negatif (CMC-Na 0,5%); P3: EEBN 0,5%; P4: EEBN 1%; P5:EEBN 2%; P6:EEBN 4%; P7:EEBN 8%; * : Terdapat perbedaan bermakna.
Hasil analisis Mann Whitney diatas menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna diantara P2 (kontrol negatif) dengan P5, P6, dan P7 (ekstrak etanol buah nanas dengan masing-masing konsentrasi 2% b/v, 4%
b/v, dan 8% b/v) yang dapat dilihat dari nilai signifikan kurang dari 0,05 (p<0,05). Sedangkan jika P2 dibandingkan dengan P3 dan P4 (ekstrak etanol buah nanas dengan konsentrasi 0,5% b/v dan 1% b/v) tidak terdapat perbedaan bermakna.
Ini menunjukkan P3 dan P4 belum memiliki aktivitas sebagai antelmintik.
Aktivitas antelmintik yang ditunjukkan P5 (ekstrak etanol buah nanas dengan konsentrasi 2% b/v) tidak memiliki perbedaan bermakna dengan P1 (kontrol positif) yaitu suspensi albendazole konsentrasi 0,06% b/v, sehingga dapat dikatakan aktivitas antelmintik antara kontrol positif dengan ekstrak etanol buah nanas konsentrasi 2% b/v adalah sama. Sebaliknya, terdapat perbedaan bermakna aktivitas antelmintik antara kontrol positif dengan ekstrak etanol buah nanas konsentrasi 4% b/v dan 8% b/v. Jika dilihat dari data persentase mortalitas rata-rata cacing Ascaris suum terlihat bahwa aktivitas antelmintik yang dimiliki ekstrak etanol buah nanas dengan konsentrasi 4% b/v dan 8% b/v lebih baik dibandingkan dengan kontrol positif.
Aktivitas antelmintik albendazole konsentrasi 0,06% b/v yang lebih rendah apabila dibandingkan dengan ekstrak etanol buah nanas dengan konsentrasi 4% b/v dan 8% b/v diduga disebabkan karena terjadinya resistensi obat albendazole akibat dari pemakaian obat secara terus-menerus (Fleming et al., 2006). Resistensi yang terjadi kemungkinan karena hewan ternak babi yang merupakan host dari cacing Ascaris suum sebelumnya telah mendapatkan albendazole. Kematian cacing Ascaris suum yang terjadi pada kontrol negatif dapat disebabkan oleh kemampuan bertahan hidup dari cacing Ascaris suum yang semakin menurun karena pengaruh waktu.
Aktivitas antelmintik yang ditunjukkan oleh ekstrak etanol buah nanas disebabkan oleh kandungan saponin dan alkaloid yang terdapat didalamnya. Mekanisme kerja saponin dan alkaloid sebagai antelmintik adalah dengan cara menghambat kerja enzim kolinesterase (Kuntari, 2008). Enzim kolinesterase merupakan enzim yang berfungsi untuk menghidrolisis asetilkolin. Inhibisi enzim kolinesterase menyebabkan tidak terbentuknya asetilkolin dari sinaps. Asetilkolin
merupakan zat yang dilepaskan dari ujung saraf motorik untuk mengaktivasi reseptor sehingga mengawali serangkaian kontraksi. Penghambatan kerja enzim kolinesterase menyebabkan paralisis otot hingga berujung kematian pada cacing Ascaris suum (Rahmalia, 2010).
-
5. KESIMPULAN
Ekstrak etanol buah nanas (Ananas comosus (L.) Merr) konsentrasi 2% b/v; 4% b/v; dan 8% b/v memiliki aktivitas sebagai antelmintik terhadap cacing gelang babi (Ascaris suum) secara in vitro.
UCAPAN TERIMA KASIH
Tim Peneliti mengucapkan terima kasih kepada DitJen Dikti yang telah mendanai penelitian ini melalui program PKM.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Provinsi Bali. (2012). Populasi Ternak Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Ternak di Bali. (Cited: 2014 Januari, 10). Available from: URL:http://bali.bps.go.id/file/7.7.xlsx
DepKes RI. (1979). Farmakope Indonesia, Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Marliani, (2003). Hubungan antara cara pemeliharaan dengan Prevalensi Infeksi Cacing Nematoda pada Anak Babi di Kota Denpasar. Denpasar: Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana.
Mighra, B. A. (2007). Uji Efekrifitas Daya Antelmintik Perasan Buah Segar dan Infus Daun Nanas (Ananas comosus (L.) Merr) Terhadap Ascaris galli secara invitro. Semarang: Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro.
Nursiyah. (2013). Studi Deskriptif Tanaman Obat Tradisional yang Digunakan Orangtua untuk Kesehatan Anak Usia Dini di Gugus Melati Kecamatan
Kalikajar Kabupaten Wonosobo.
Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Rahmalia, A. D. (2010). Efek Anthelmintik Infusa Biji Kedelai Putih (Glycine max (L) Merril) terhadap Waktu Kematian Cacing Gelang Babi (Ascaris suum Goeze) In Vitro. Surakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
Taylor, M. A., R. L. Coop, R. and R. L. Wall. (2007). Veterinary Parasitology, 3rd Edition. Oxford: Blackwell Publishing. p320-323
Yasa, R., dan S. Guntoro. (2004). Prevalensi Infeksi Cacing Gastrointestinal pada Babi (Studi Kasus pada Pengkajian Penggemukan Babi) di Desa Sulahan Kecamatan Susut Kabupaten Bangli. Denpasar: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali.
86
Discussion and feedback